Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KIMIA KOMPUTASI

PERCOBAAN XIII

SUBSTITUSI AROMATIK ELEKTROFILIK

NAMA KELOMPOK:

1. LALU ARDIAN GUNAWAN

2. NILA MUTIA SARI

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2018
PERCOBAAN XIII

SUBSTITUSI AROMATIK ELEKTROFILIK

A. Tujuan Praktikum
Untuk membandingkan kestabilan kompleks sigma hasil dari nitrasi pada benzena
tersubstitusi, dan membandingkan arah dan pengarah pengaktifan gugus menggunakan
perhitungan semi empiris AM1.
B. Landasan Teori
Aromatisitas benzena menyajikan suatu kestabilan yang unik pada sistem pi, dan
benzena tidak menjalani kebanyakan reaksi yang khas bagi alkena. Meskipun demikian,
benzena tidaklah bersifat lamban (inert). Pada kondisi yang tepat, benzena mudah bereaksi
substitusi aromatik alektrofilik. Substitusi elektrofilik aromatik (disebut pula SEA, atau
SEAr) adalah suatu reaksi organik di mana sebuah atom, biasanya hidrogen, yang terikat
pada sistem aromatik digantikan dengan suatu elektrofil. Reaksi terpenting di kelas ini
adalah nitrasi aromatik, halogenasi aromatik, sulfonasi aromatik dan asilasi serta alkilasi
Friedel-Crafts.
Reaksi ini, utama dalam kelompok substitusi elektrofilik, sangat penting dalam kimia
organik, baik dalam industri dan di laboratorium. Reaksi ini memungkinkan pembuatan
senyawa-senyawa aromatik tersubstitusi oleh berbagai gugus fungsional dengan reaksi
dasar:
ArH + EX → ArE + HX
di mana Ar adalah senyawa aromatik dan E adalah suatu elektrofil.

Adanya substituen yang terikat pada inti benzena ternyata mempengaruhi orientasi dan
kereaktifan dalam substitusi elektrofilik. Orientasi dan kereaktifan tersebut dikendalikan
oleh dua faktor, yaitu efek induksi dan efek resonansi. Substituen yang berbeda
menunjukkan reaksi yang berbeda tergantung pada pengarahan dan kekuatan kedua faktor
tersebut.

Efek substituen dalam reaksi substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik dapat
diringkaskan sebagai berikut :
1. Gugus alkil, memberikan efek induksi penarik elektron sedang dan tidak ada efek
resonansi. Hasilnya, gugus-gugus alkil bersifat pengaktif dan pengarah orto-para.
2. Gugus hidroksi dan gugus amino (dan turunannya), memberikan efek resonansi
pendorong elektron kuat, dan efek induksi penarik elektron sedang. Hasilnya gugus-
gugus ini bersifat pengaktif dan pengarah orto-para.
3. Halogen, memberikan efek induksi penarik elektron kuat dan efek resonansi pendorong
elektron sedang. Hasilnya halogen bersifat pendeaktif dan pengarah orto-para.
4. Gugus-gugus nitro, siano, karbonil dan gugus-gugus serupa memberikan efek resonansi
penarik elektron kuat dan efek induksi juga penarik elektron kuat. Hasilnya gugus-
gugus tersebut bersifat pendeaktif dan pengarah meta.

Adanya gugus pengaktif akan meningkatkan laju reaksi substitusi elektrofilik dan
sebaliknya gugus pendeaktif menurunkan laju reaksi.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Laptop
b. Aplikasi Hyperchem
2. Bahan
a. Benzena
b. Anilin
c. Nitro benzena
d. Ion nitronium

D. Prosedur Kerja
1. Digambarkan benzena dan dilakukan optimasi struktur dengan menggunakan metode
semiempiris AM1. Yakinkan untuk membuat cincin aromatis dengan melakukan klik
ganda pada cincin ketika anda berada pada mode drawing.
2. Digambarkan kompleks sigma sebagai hasil dari nitrasi benzena. Untuk melakukan ini,
modifikasi cincin benzena dengan mengganti satu atom hidrogen dengan gugus NO2
pada salah satu atom karbon. Yakinkan untuk L-klik pada ikatan N=O untuk
mengubahnya menjadi ikatan rangkap. Ubah karbon tersubstitusi menjadi hibridisasi sp3
dengan R-klik pada dua ikatan CC yang terikat pada karbon tersubstitusi. Akhirnya,
pilih Add H dan Model Build untuk menghasilkan kompleks sigma.
3. Dilakukan optimasi dan catat panas pembentukannya. Untuk melakukan hal ini, masuk
ke menu Setup, pilih Semiempiris dan selanjutnya AM1 dan kemudian options.
Masukkan harga 1 untuk Charge dan Spin Multiplicity. Pilih OK dan OK. Masuk ke
menu Compute dan selanjutnya pilih Geometry Optimization. Dicatat panas
pembentukan jika perhitungan telah selesai.
4. Diulangi hal yang sama untuk anilin. Dilakukan optimasi dan dicatat panas
pembentukannya.
5. Gambarkan kompleks sigma hasil nitrasi aniline pada posisi meta dan posisi para.
Optimasi dan catat panas pembentukan dari setiap spesies tersebut.
6. Gambarkan kompleks sigma hasil nitrasi nitrobenzena pada posisi meta dan posisi para.
Optimasi dan catat panas pembentukan dari setiap spesies tersebut.
7. Gambarkan NO2+ dan hitung panas pembentukannya, hal ini diperlukan untuk semua
reaksi pada langkah awal nitrasi dari beberapa spesies di atas. Dilakukan optimasi dan
catat panas pembentukan dari spesies ini. Yakinkan untuk membuat ikatan rangkap dua
pada kedua atom oksigen.

E. Hasil Pengamatan
Molekul Molekul parent Kompleks sigma Kompleks sigma
(kkal/mol) meta (kkal/mol) para (kkal/mol)
benzena 1316,0846555
anilin 1373.8802 1664.8187 1661.4325
nitrobenzena 1341,6854 1620.1087 1615.3404
Ion nitronium 11,0090

F. Analisis Data
1. Kompleks sigma mana yang paling stabil untuk aniline? Apakah hasil ini sesuai dengan
pengaruh pengarah oleh gugus amino? Jelaskan.
Yang paling stabil adalah kompleks sigma para karena panas pembentukannya lebih
rendah. Pengarah gugus amino mempengaruhi hasil karena untuk meta harga panas
pembentukannya lebih besar dari pada para.
2. Kompleks sigma mana yang lebih stabil untuk nitrobenzene? Apakah hasil ini konsisten
dengan pengaruh pengarah dari gugus nitro? Jelaskan.
Yang paling stabil yaitu kompleks sigma para, karena harga panas pembentukannya
lebih rendah dari pada meta. Pengarah gugus nitro sangat mempengaruhi hasil karena
gugus nitro pada pengarah para menghasilkan harga yang lebih rendah dibandingkan
dengan gugus nitro pengarah meta.
3. Dengan hanya menggunakan kompleks sigma yang paling stabil, hitunglah panas reaksi
untuk pembentukan setiap molekul. Tulis setiap reaksi tersebut dan berikan panas
reaksinya.
4. Asumsikan bahwa panas reaksi relatif mencerminkan energi aktivasi relatif untuk
pembentukan kompleks sigma. Hal ini sesuai dengan sifat molekul aromatis berkaitan
dengan reaktivitasnya terhadap reaksi dengan ion nitronium. Apakah hasil perhitungan
anda konsisten dengan pengaruh pengaktif dan pendeaktif dari gugus amino dan nitro
dalam reaksi substitusi aromatic elektrofilik?

G. Pembahasan
Suatu benzena yang tersubstitusi oleh substituen amino, NH2, menghasilkan energi
yang lebih rendah daripada benzena itu sendiri. Energi turun, dikarenakan gugus NH2
dapat menambah penstabilan dengan cara ikut mengemban muatan positif pada atom
nitrogen, sehingga energi untuk penstabilan ikatan yang diperlukan menjadi kecil.
NH2 merupakan substituen gugus aktivasi. Adanya gugus ini menyebabkan cincin
benzena lebih terbuka terhadap substitusi lebih lanjut. Gugus NH2 merupakan pengarah –o
dan –p, hal ini bisa dilihat dari struktur resonansi anilin sebagai berikut :
Dengan mekanisme substitusi NO2 ke dalam benzena sebagai berikut :

Dalam zat antara untuk substitusi –m, nitrogen dari gugus amino tak dapat membantu
mengemban muatan positif, dapat dilihat pada struktur resonansi berikut :

Dikarenakan dalam zat antara untuk substitusi –m nitrogen dari gugus amino tak dapat
membantu mengemban muatan positif, sehingga zat antara untuk substitusi –m berenergi
lebih tinggi dibandingkan dengan zat antara yang menghasilkan produk –o dan –p.
LAMPIRAN

No Nama molekul Bentuk molekul Tingkat energi


(kkal/mol)
1 Benzena 1316,0847

2 Anilin 1373.8802

3 m- Anilin 1664.8187

4 p- Anilin 1661.4325
5 Nitrobenzena 1341,6854

6 m- Nitrobenzena 1620.1087

7 p- Nitrobenzena 1615.3404

Anda mungkin juga menyukai