Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah

Regenerasi Jaringan
Periodontal dan PRP
Oktober 2018

Penanganan Defek Multipel Resesi Untuk


Estetik Menggunakan Membran Platelet-Rich
Fibrin: Laporan Kasus dengan Follow-Up 36
Bulan

Sari Utami

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PERIODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
Penanganan Defek Multipel Resesi Untuk
Estetik Menggunakan Membran Platelet-Rich
Fibrin: Laporan Kasus dengan Follow-Up 36
Bulan

Abstrak:

Seorang pasien yang sedang dalam perawatan ortodontik mengalami multipel


resesi pada regio anterior rahang atas. Setelah melakukan pemeriksaan kilinis,
dilakukan pencatatan. Defek resesi pada anterior rahang atas sebesar 3-4 mm
diterapi dengan coronally advanced flap dan membran platelet rich fibrin (PRF).
Kontrol dilakukan pada bulan ke 3, 6, 12, 18, 24, 30, dan 36. Setelah 36 bulan,
didapat penutupan resesi secara signifikan (100%) pada 4 defek dan hanya 50 %
pada 1 defek. Hal ini menunjukkan bahwa membran PRF yang digunakan pada
coronally advanced flap memberikan hasil yang menjanjikan dan signifikan pada
perawatan defek resesi.
Kata Kunci: coronally advanced flap, platelet-rich fibrin, regeneration

Pendahuluan

Resesi gingiva merupakan masalah yang umum ditemukan dan menjadi masalah

estetik pada beberapa pasien. Sejak akhir abad, pada tahun 1902, para peneliti dan

klinisi sampai saat ini telah mencari penanganan yang tepat pada resesi gingiva.

Namun, dengan kemajuan saat ini membuktikan bahwa tidak ditemukan teknik

yang lebih baik daripada teknik-teknik yang sebelumnya. Pada sistem pencarian

jurnal Cochrane, Chambrone dkk menganalisa subepithelial connective tissue

graft (CTGs) merupakan teknik terbaik untuk prosedur penutupan akar. Namun

demikian, pada analisis sistematik lainnya, menurut Roccuzzo dkk menganalisa

bahwa coronally advanced flap (CAF) yang dikombinasikan dengan CTG (teknik
bilaminar) merupakan gold standard. Meskipun demikian, stabilitas jangka

panjang dari graft sangat bergantung pada anatomi gigi, stabilitas dari graft itu

sendiri dan asupan darah.

Beberapa tahun terakhir ini, PRF dengan berbagai bentuknya seperti liquid,

membran, dan clot merupakan hal yang sangat penting untuk penanganan jaringan

lunak. PRF merupakan generasi kedua dari autologous platelet concentrate, oleh

Dohan EDM, yang sangat membantu proses penyembuhan dengan cara

melepaskan beberapa growth factor. Keuntungan utama menggunakan PRF

adalah kemampuan merevaskularisasi daerah luka. Selain itu, jika dalam bentuk

membran, PRF terdiri dari fibrin three-dimensional polymerized matrix dengan

beberapa platelet, leukocytes, growth factor dan stem cell.

Secara anatomi, gigi malposisi dan pergerakan gigi pada perawtaan ortodontik

dikatakan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya resesi. Dari

beberapa penelitian klinis memperlihatkan bahwa pergerakan gigi akan

menyebabkan kerusakan pada jaringan keras dan lunak: namun tidak ditemukan

data perawatan penutupan akar pada perawatan ortodontik. Tujuan laporan kasus

ini adalah untuk melihat apakah dengan penambahan autologous fibrin clot pada

CAF dapat meningkatkan penutupan akar pada klasifikasi resesi gingiva Miller

klas I atau II dibandingkan dengan hanya CAF pada pasien yang sedang dalam

perawatan ortodontik dengan lama kontrol 36 bulan.


Laporan Kasus

Seorang pria berumur 22 tahun dilaporkan datang ke praktek dokter gigi dengan

keluhan utama gingiva mengalami resesi dan sangat sensitif terhadap rangsangan

panas dan dingin pada gigi anterior rahang atas. Pasien sedang dalam perawatan

ortodontik sebelumnya, namun karena alasan tertentu maka perawatan ortodontik

dihentikan dan setelah itu pasien menginginkan kembali perawatan ortodontik

dilanjutkan. Dari pemeriksaan klinis didapatkan defek Miller klas I pada gigi 11,

13, 21, 22, dan 23 (gambar 1-5). Abrasi pada daerah servikal terdapat pada gigi 11

(gambar 5). Resesi gingiva diterapi dengan prosedur penutupan akar pada gigi

anterior rahang atas yang terlibat. Abrasi pada daerah servikal direstorasi dengan

Glass Ionomer dan setelah itu penutupan resesi gingiva diterapi dengan CAF

kombinasi membran PRF pada gigi 13, 11, 21, 22, dan 23.

Prosedur penutupan akar dilakukan melalui tiga tahap:

1. Tahap I, defek resesi pada gigi 13 diterapi dengan CAF kombinasi

membran sebelum braket ortodontik dipasang

2. Tahap II, 3 minggu setelah tahap I, defek resesi pada gigi 22, dan 23

diterapi dengan CAF kombinasi PRF sebelum braket ortodontik dipasang

3. Tahap III, 5 bulan setelah tahap II, defek resesi pada gigi 11, dan 21

diterapi dengan CAF kombinasi membran PRF


Terapi Preoperasi

Pasien diberikan penjelasan mengenai prosedur bedah yang akan dilakukan, dan

tidak lupa mengisi lembar persetujuan pasien. Pasien dalam keadaan sehat tanpa

penyakit lainnya dan tidak terdapat riwayat alergi pada obat-obatan anestesi

ataupun obat lainnya. Persiapan pasien termasuk diantaranya adalah skeling dan

root planing semua gigi dan tidak lupa instruksi untuk menjaga kebersihan mulut.

Keperluan pemeriksaan klinis dicatat dengan probe UNC 15 atau probe Hu Friedy

William’s dengan bantuan penandaan pada gigi. (tabel 1).

Terapi Bedah

Setelah skeling root planing, dilakukan anestesi pada daerah operasi

menggunakan 2% xylocaine hydrochloride dengan adrenalin (1:200,000).

Insisi horizontal dilakukan hingga ke cementoenamel junction (CEJ) pada daerah

interdental dan insisi crevicular dilakukan di sekitar gigi yang resesi. Insisi

vertikal hingga di atas mukogingival junction hingga membentuk full thickness

flap berbentuk trapezoid, dan diperluas hingga ke mukogingival junction hingga

terbentuk partial thickness flap agar flap tidak tegang pada saat reposisi ke

korona. Papilla di dideepitelisasi untuk membentuk lapisan jaringan lunak.

Setelah root planning dilakukan, membran PRF dimasukkan di bawah CEJ

(gambar 6-8). Lakukan penjahitan interrupted sling sutures untuk menahan PRF

tetap ditempatnya setelah sebelumnya flap direposisikan ke korona (gambar 9-11).

Lakukan penjahitan dengan simple loop sutures pada insisi vertikal. Setelah itu

periodontal dressing (COE pack) dipasang.


Setelah operasi, pasien diresepkan obat kumur chlorhexidine gluconate 0,12%

selama 4 minggu, antibiotik sistemik; augmentin 625 BD untuk 3 hari dan

analgetik ibuprofen 400mg + parasetamol 325 mg. Jika memungkinkan diterapi

dengan terapi dingin. Instruksi postoperasi diberikan. Pack dan jahitan dibuka 10

hari setelah operasi untuk meyakinkan terjadi adaptasi dan stabilitas yang baik

dari membran dan flap. 2 prosedur bedah yang tersisa dilakukan dengan cara yang

sama.

Proses penyembuhan sangat baik tanpa adanya komplikasi. Pemeriksaan

postoperasi dilakukan setelah bulan ke 1, 3, 9, 12, 18, 24, dan 30.

Persiapan Platelet-Rich Fibrin

Darah sebanyak 10ml dimasukkan ke dalam tube 10 ml tanpa antikoagulan dan

disentrifugasi dengan tabletop centrifuge (REMY laboratories) selama 10 menit

dengan kecepatan 3000 rpm.

Produk yang dihasilkan terdiri dari 3 lapisan (gambar 12):

1. Lapisn paling atas terdiri dari plasma aseluler (PPP)

2. Lapisan tengah berisi PRF clot (gambar 13)

3. Lapisan paling bawah berisi sel darah merah

Membran PRF didapatkan dengan cara mengeluarkan fibrin clot.


Hasil

Setelah 36 bulan dilakukan kontrol, penutupan akar hampir 100% terjadi pada gigi

13, 21, 22, dan 23 (gambar 14-16) dan sebesar 50% pada gigi 11 (gambar 16 dan

tabel 1). Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan bahwa pasien tetap menjaga

kebersihan mulut namun pada gigi 11 tidak menunjukkan kebersihan muluta yang

baik.

Diskusi

Resesi gingiva bisa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor dan penanganannya

menjadi tantangan tersendiri khususnya pembentukan jaringan baru, perbaikan

estetik dan mengembalikan fungsi dengan kedalaman poket yang minimal. Seperti

telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa teknik dengan berbagai macam

modifikasi yang dapat digunakan untuk perawatan resesi gingiva. Literatur yang

telah ada juga menjelaskan teknik CTGs dengan hasil yang sangat baik,

pemeriksaan histologi memperlihatkan hasil yang sangat tidak terduga sehingga

membuat para klinisi dilema untuk menggunakan teknik mana yang memberikan

hasil yang baik.

Selama prosedur penutupan akar, sel-sel jaringan periodontal khususnya fibroblas

yang sangat penting, oleh karena itu dengan adanya growth factor yang cukup

menjadi hal sangat penting dalam pembentukan aktivitas dan dapat

mempengaruhi hasil perawatan. Sebagai hasilnya, PRF dalam bentuk membran

telah menjadi populer dimana PRF ini tetap mempertahankan kandungan PRF clot

dan berfungsi sebagai lapisan untuk menyediakan asupan growth factor seperti
platelet-derived growth factors, transforming growth factor beta, vasculer

endothelial growth factor, epidermal growth factor, dan insulin-like growth

factor-1 yang dapat meningkatkan proliferasi fibroblas. Platelet growth factor juga

mencegah mitogenesis dan kemotaksis dan modulasi seluler yang terlibat dalam

proses penyembuhan dan regenerasi dan proliferasi sel. Karena PRF diambil dari

pasien itu sendiri, darah pasien itu sendiri, PRF tidak bersifat toksik dan

immunoreactive sehingga tidak perlu khawatir akan resiko yang mungkin terjadi

seperti pada penggunaan bovine thrombin.

Pada suatu penelitian oleh Del Corso dengan lama kontrol 6 bulan, didapatkan

hasil yang signifikan dalam penutupan multipel resesi dengan PRF dengan teknik

CAF, namun penelitian oleh Aroca dkk melaporkan terjadi penutupan resesi akar

sebanyak 80% dengan CAF dan PRF pada rahang bawah dibandingkan dengan

daerah kontrol (CAF tanpa PRF) sebanyak 91,5%. Penelitian oleh Santamaria dkk

mengevaluasi perawatan resesi gingiva (tidak terdapat lesi karies pada daerah

servikal) degnan hanya CTG saja, atau dengan kombinasi resin-,modified glass

ionomer restoration (CTG+R), didapat hasil bahwa resin cement tidak

mempengaruhi hasil perawatan. Namun Martin dkk dalam penelitian pada hewan

menyimpulkan bahwa meskipun bahan tambalan memperlihatkan sifat

biokompatibel, namun juga dapat mempengaruhi pembentukan tulang dan proses

perlekatan jaringan ikat.

Dengan berbagai keuntungan dari PRF sebagai membran untuk perawatan resesi,

prosedur penutupan akar dilakukan dimana PRF diletakkan 1 mm pada daerah

koronal hingga ke CEJ, berarti PRF tetap terlihat dalam rongga mulut.
Penyembuhan terjadi tanpa adanya tanda-tanda infeksi. Tahap bedah fase III

dilakukan 5 bulan setelah tahap II sehingga diharapkan terjadi penyembuhan

sebelum prosedur selanjutnya dimulai. Diharapkan prosedur penutupan akar

dilakukan sebelum perawatan ortodontik dimulai.

Hasil yang didapat dari prosedur perawatan ini hampir sama dengan hasil

penelitian oleh Pazmino dkk dan Gupta dkk dan meningkatkan penutupan resesi

pada gigi 11, 13, 21, 22, dan 23 dengan membran PRF. Hasil penelitian ini juga

memperlihatkan hasil yang sama dengan penelitian oleh Agarwal dkk yang

melaporkan hasil yang sangat baik pada penutupan akar pada mandibula. Namun,

pada penelitian oleh Shetty dan Chatterjee yang menggunakan amniotic

membrane dan membran PRF, amniotic membrane memperlihatkan hasil yang

sangat baik dibandingkan dengan membran PRF. Menurut pandangan kami,

keuntungan teknik ini adalah bahwa additional surgical site tidak diperlukan pada

proses penutupan akar disamping lebih mahal juga memerlukan lebih banyak

waktu. Namun demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut disertai evaluasi

histologi untuk mendapatkan hasil jangka panjang dari PRF yang baik.

Kesimpulan

Penggunaan autologous platelet concentrates, seperti PRF dalam berbagai bentuk,

akan membantu regenerasi jaringan dimana local delivery of growth factor dapat

meningkatkan proses penyembuhan dengan proses angiogenesis. Lapaoran kasus

ini memperlihatkan keberhasilan PRF dalam penanganan penutupan resesi.


Namun tetap dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang

lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai