Anda di halaman 1dari 4

SINTESIS JURNAL INTERNASIONAL

(Tema : Case-Based Intruction )

Nama : Praslita Dishadewi


NIM : 187288251035
Kelas : Pendidikan Kimia B – S2

A. Sintesis rasional / Latar Belakang Penelitian


Beberapa hasil penelitian jurnal menunjukkan, bahwa sikap terhadap kimia
memainkan peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran kimia. Sikap memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik. Sikap positif
terhadap kimia telah terbukti mengarah pada pencapaian yang lebih baik dalam kimia.
Sikap terhadap sains cenderung kurang disukai seiring bertambahnya usia, yang
tampaknya terkait dengan isi kurikulum sains. Sementara kurikulum sekolah dasar
berfokus pada bahan-bahan seperti fenomena alam atau tubuh manusia, konten sekolah
menengah lebih abstrak dan mencakup konsep-konsep yang tidak dapat diamati dengan
mata telanjang, dan karenanya memerlukan penggunaan keterampilan berpikir yang lebih
tinggi. Potvin dan Hasni (2014) baru-baru ini menghasilkan deskripsi sintetik
komprehensif dari 228 artikel penelitian yang diterbitkan antara tahun 2000 dan 2012
tentang minat, motivasi dan sikap siswa K-12 terhadap sains dan teknologi. Di antara
banyak temuan, dan sintesis menegaskan bahwa minat, motivasi, dan sikap menurun
seiring dengan meningkatnya level pendidikan (tahun sekolah), terutama dari sekolah
dasar ke sekolah menengah. Tren ini menimbulkan masalah tentang bagaimana sains dan
teknologi diajarkan di sekolah, menunjukkan bahwa mungkin ada kesenjangan antara apa
yang menjadi fokus sekolah dan apa yang disukai siswa.

Salah satu hal yang cukup berpengaruh dalam meningkatkan sikap dan motivasi siswa
terhadap kimia adalah, ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran. Metode
pengajaran tradisional merupakan hal yang kurang diminati untuk siswa, dan kurang
memberikan dampak yang cukup berarti. Oleh karena itu diperlukan suatu metode
interaktif yang dapat membantu mendorong peningkatan sikap dan motivasi siswa
terhadap kimia. Case-Based Instruction menjadi salah satu metode yang dianggap mampu
meningkatkan sikap terhadap siswa. Metode ini mendorong siswa untuk melakukan
diskusi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menganalisis dan memahami sebuah
kasus.
Selama ini jarang ditemukan penelitian mengenai pengimplemntasian metode
Case-Based Instruction pada siswa yang memiliki kemampuan presetasi yang rendah.
Kousa, Kavonius dan Aksela (2018) melaporkan bahwa umumnya siswa yang
memiliki kemampuan presetasi yang rendah lebih menyukai untuk metode pengajaran
interaktif yang menekankan terhadap diskusi kelompok, dimana guru dan siswa
bekerja sama. Pada Case-Based Instruction guru menjadi fasilitator untuk siswa
mengkontruksi pengetahuannya. Dalam penelitian Alym Cam dan Omer Geban
(2016), siswa menggunakan buku dan internet pada saat mereka menganalisis kasus
yang diberikan, pemanfaatan buku dan internet selama proses tersebut memberikan
hasil yang cukup baik dalam peningkatan sikap terhadap kimia. Penggunaan analogi
di dalam buku teks juga diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami suatu
konsep yang abstrak terlebih jika diberikan kepada siswa dengan kemampuan
presetasi yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan Gable dan Sherwood (1980) yang
menunjukkan bahwa menggunakan analogi mungkin efektif bagi siswa dengan
kemampuan penalaran formal yang lebih rendah tetapi tidak terlalu berguna bagi
siswa yang lebih mampu secara akademis. Selanjutnya Sarantopoulos dan Tsaparlis
(2004) melaporkan bahwa analogi dapat lebih efektif untuk siswa dengan
perkembangan kognitif yang lebih rendah. Dengan demikian diharapkan metode
pembelajaran Case-Based Instruction dengan didampingi analogi yang terdapat pada
buku teks yang digunakan mampu meningkatkan sikap dan motivasi siswa terhadap
kimia.

B. Sintesis Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran Case-Based Instruction dengan
didampingi analogi pada buku teks yang digunakan terhadap skiap dan motivasi
terhadap kimia pada siswa yang memiliki kemampuan prestasi yang rendah?
2. Bagaimana presepsi siswa yang memiliki kemampuan prestasi yang rendah
terhadap penerapan metode pembelajaran Case-Based Instruction dengan
didampingi analogi pada buku teks?
C. Sintesis Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran Case-Based Instruction
dengan didampingi analogi pada buku teks yang digunakan terhadap sikap dan
motivasi terhadap kimia pada siswa yang memiliki kemampuan prestasi yang
rendah.
2. Untuk mengetahui presepsi siswa yang memiliki kemampuan prestasi yang
rendah terhadap penerapan metode pembelajaran Case-Based Instruction dengan
didampingi analogi pada buku teks.

D. Inovasi / Perbedaan Rumusan Sebelumnya


Inovasi yang dilakukan adalah penerapan metode pembalajaran Case-Based
Instruction yang didampingi anologi pada buku teks pada siswa yang memiliki
kemampuan prestasi yang rendah.
Berdasarkan hasil analisis terhadap jurnal terdahulu Case-Based Instruction yang
dilakukan dengan menggunakan buku teks dan internet dalam menganalisis kasus telah
berhasil meningkatkan sikap siswa terhadap kimia. Penggunaan analogi pada buku teks
juga diharapkan dapat meningkatkan sikap dan motivasi siwa terhadap kimia. Salah satu
yang menjadi inovasi yang saya pilih adalah penerapan pengimplementasian penelitian
ini pada siswa yang memiliki kemampuan prestasi yang rendah, hal ini dikarenakan
masih sediktnya penelitian dan informasi mengenai metode pembelajaran yang pas untuk
siswa yang memiliki prestasi yang rendah, padahal siswa yang memiliki kemampuan
prestasi yang rendah seharusnya juga menjadi fokus kita dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran kimia. Merujuk pada penelitian Kousa, Kavonius dan Aksela (2018) siswa
yang memiliki kemampuan presetasi yang rendah lebih menyukai untuk metode
pengajaran interaktif yang menekankan terhadap diskusi kelompok, dimana guru dan
siswa bekerja sama. Untuk itu saya mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran
Case-Based Instruction pada siswa yang memiliki kemampuan prestasi yang rendah.
Penggunaan Case-Based Instruction dengan didampingi anologi pada buku teks
diharapkan dapat membantu siswa untuk menganalisis kasus yang diberikan selama
proses pembelajaran. Analogi dipilih sebab diyakini mampu membantu siswa selama
proses pembelajaran dengan menyediakan visualisasi konsep abstrak, yang membantu
siswa membandingkan kesamaan dari dunia nyata dengan konsep-konsep baru.
Disamping itu hal ini diperkuat dengan pendapat Sarantopoulos dan Tsaparlis (2004)
yang melaporkan bahwa analogi dapat lebih efektif untuk siswa dengan perkembangan
kognitif yang lebih rendah.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikapa dalam penelitian ini adalah
ASCIv2 (Attitude towards the Subject of Chemistry Inventory version 2). ASCIv2
mencakup delapan item yang terdiri dari pasangan kata sifat yang berlawanan pada skala
diferensial semantik tujuh poin. Misalnya, siswa diminta untuk menunjukkan apakah
menurut mereka kimia itu mudah (keadaan 1), sulit (keadaan 7), atau di suatu tempat di
antaranya. Kata sifat dan pilihan keadaan ditempatkan pada baris yang sama, dengan
beberapa kata sifat positif di sisi kiri dan beberapa di sisi kanan. Ini, menurut Bauer
(2008), mengurangi risiko jatuh ke dalam pola persetujuan. Pada bagian petunjuk di atas
item, siswa diminta untuk menunjukkan sikap mereka terhadap kimia sebagai body of
knowladge dan bukan perasaan mereka tentang guru kimia mereka atau kursus kimia
tertentu. Dalam studi oleh Xu dan Lewis (2011), ASCIv2 disingkat dari bentuk 20-item
aslinya dan lima konstruk laten menjadi delapan item dalam dua faktor. Masing-masing
faktor, ‘Aksesibilitas intelektual’ dan ‘ Kepuasan emosional,’ mencakup empat item.
Sementara untuk motivasi menggunakan instrumen Chemistry Motivation Questionare
(CMQ). Pada CMQ item dinilai pada skala Likert lima poin (1 = tidak pernah, 5 =
selalu). Skala ini memiliki 22 item. Dimensi instrumen yang diadaptasi adalah sebagai
berikut: motivasi intrinsik dan relevansi pribadi (personal relevance), penilaian
kecemasan (assessment anxiety), penentuan nasib sendiri (self determination) dan
efisiensi diri (self-efficiency), dan motivasi eksternal (external motivation) (Aylin Çam &
Ömer Geban, 2016).
Menurut Aylin Çam & Ömer Geban (2016) disarankan untuk menggunakan
wawancara untuk mengetahui sikap terhadap kimia, hal ini dikarenakan Penggunaan
wawancara, dapat memperoleh pemahaman yang lebih akurat dan tepat tentang sikap
siswa. Oleh karena itu wawancara semi terstruktur digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui presepsi siswa setelah penerapan metode pembelajaran Case-Based
Instruction dengan didampingi analogi pada buku teks. Presepsi tersebut diharapkan
mampu membantu memhami sikap dan motivasi siswa terhadap kimia setelah
perlakuan.

Anda mungkin juga menyukai