Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

“ Seorang Laki-laki Usia 27 Tahun dengan Combustio Et Causa Electrical


Injury dengan Infeksi”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Bedah

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Irwan Syafril, Sp.B

Disusun Oleh:

Mella Anyndya Hernata H2A013050

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

RSUD Dr. ADHYATMA, MPH

2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Mella Anyndya Hernata


NIM : H2A013050
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Stase Pendidikan : Bagian Ilmu Bedah
Periode : 30 Oktober 2017 - 6 Januari 2018
Judul Kasus :Seorang Laki-laki 35 Tahun dengan Epididimorchitis
Dextra
Pembimbing : dr. Irwan Syafril, Sp.B

Semarang, Januari 2018


Pembimbing

dr. Irwan Syafril, Sp.B

2
BAB I
PENDAHULUAN

Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran
api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah.Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain.1,2,3,4
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan jenis
trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki arus
listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi
listrik menjadi energi panas.1,2,3 Pada umumnya tanda utama trauma listrik adalah
luka bakar pada kulit. Gambaran makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung
dengan sumber listrik bertegangan rendah disebut electrical mark. Luka listrik
biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point) maupun titik keluar (exit point).2
Luka Listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam
tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi
suatu organ dalam.Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak
langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal.1 Arus listrik yang mengalir ke dalam
tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan
jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah
terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak.2

3
BAB II
STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. AK
2. Umur : 27 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Stasiun Jerakah, Tugu
5. Agama : Islam
6. Status Pernikahan : Belum menikah
7. Pekerjaan : Pekerja serabutan
8. Tanggal Masuk Rumah Sakit : 21 Desember 2017
9. Tanggal Keluar Rumah Sakit : 30 Desember 2017
10. Ruang Perawatan : Ruang Anggrek, kamar 10.2
11. No. Rekam Medik : 437xxx

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Desember
2017 pukul 10.00 WIB di Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keluhan Utama : nyeri di bekas luka bakar
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada bekas luka bakar di paha
kanan sisi dalam dan kantong pelir sebelah kanan sejak 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). Awalnya nyeri dirasakan berkurang, namun
kurang lebih 1 minggu SMRS nyeri bertambah berat disertai rasa panas dan
perih. Nyeri hilang timbul, bertambah berat jika bergerak atau saat luka
tertekan dan berkurang saat luka terhindar dari penekanan.

4
Keluhan muncul pada bekas luka bakar karena sengatan listrik yang
terjadi 1 bulan yang lalu. Pasien terjatuh dari tenda dan tersengat listrik saat
tangan kanan yang sedang memegang besi menyentuh kabel listrik. Seketika
pasien langsung tersengat, baju dan celana pasien terbakar dan pasien tak
sadarkan diri. Dada, lengan kanan, paha sisi dalam, dan sebagian wajah pasien
terbakar. Kemudian pasien langsung dibawa ke RSUD Tugurejo dan
disarankan untuk rawat inap. Pasien sadar kembali saat di IGD.
Saat perawatan di bangsal pasien diberi infus cairan, diganti balut luka
setiap hari dan di operasi setelah 4 hari rawat inap dan diperbolehkan untuk
pulang setelah 1 minggu di rawat inap. Saat pulang perawatan luka dilakuakan
oleh perawat yang sewaktu-waktu datang ke rumah. Balut jarang diganti,
terhitung hanya 5 kali perawatan semenjak pasien pulang hingga kembali lagi
ke RS. Luka di dada, lengan kanan dan wajah sudah kering dan mengelupas.
Tetapi luka di paha sisi dalam tak kunjung mengering. Balutan luka sering
rembes berwarna merah kehijauan dan berbau, saat dibuka luka terlihat
berdarah dan terdapat nanah. Kemudian perawat menyarankan pasien untuk
dirawat lagi di RS agar mendapatkan penanganan lebih lanjut oleh dokter
bedah. Hingga akhirnya tanggal 21 Desember pasien datang ke IGD dan
meminta untuk rawat inap agar dilakukan penanganan lebih lanjut pada bekas
luka bakar yang tak kunjung mengering tersebut. Pasien mengaku tidak
pernah menyentuhkan luka ke air, jika mandi hanya bagian tubuh yang tidak
luka saja yang diusap dengan air.
Pasien tidak mengeluh sesak nafas, tidak ada demam, tidak lemas,
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) tidak ada keluhan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat sakit serupa : disangkal
b. Riwayat kencing manis : disangkal
c. Riwayat darah tinggi : disangkal
d. Riwayat alergi obat : disangkal

5
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat sakit serupa : disangkal
b. Riwayat jantung dan darah tinggi : diakui, ibu dari apsien.
c. Riwayat kencing manis : disangkal
d. Riwayat alergi obat : disangkal
5. Riwayat Sosioal Ekonomi
Pasien bekerja serabutan sebagai penata tenda. Pasien jarang
berolahraga. Pasien tidak merokok, mengonsumsi alkohol maupun makanan
berpengawet. Pasien tinggal dengan istri dan 2 anaknya. Kebutuhan air sehari-
hari menggunakan air sumur, lingkungan rumah bersih. Pasien berobat
menggunakan BPJS PBI.
Kesan : Sosial ekonomi kurang.

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 28 Desember 2017 pukul
10.20 WIB di Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum : sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda vital :
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 80 x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
c. Frekuensi Nafas : 20 x /menit (reguler)
d. Suhu : 36,5°C (axiller)
4. Status Gizi
a. Berat Badan : 53 kg
b. Tinggi Badan : 160 cm
c. Indeks Massa tubuh (IMT) : 20,70 kg/m2
d. Kesan gizi : normal

6
5. Status Generalisata
a. Kulit : Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi
(-), kering (-), teleangiektasis (-), petekie (-), ikterik (-),
ekimosis (-)
b. Kepala : Mesocephal, deformitas (-)
c. Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik
(-/-), edem palpebra (-/-), hematom palpebra (-/-), reflek
pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+), pupil isokor
(D: 3mm/3mm)
d. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
e. Telinga : Discharge (-/-), serumen (-/-), laserasi (-/-)
f. Mulut : Kering (+), sianosis (-), perdarahan (-),lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), atrofi papil lidah (-), tonsil hiperemis (-), T1–
T1, Faring hiperemis (-)
g. Leher : Tiroid (normal), jejas (-), deviasi trakea (-)
h. Thorax :
1) Paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis Normochest, simetris, Normochest, simetris,
kelainan kulit (-/-), sudut kelainan kulit (-/-)
arcus costa dalam batas
normal, ICS dalam batas
normal
Dinamis Pengembangan pernafasan Pengembangan pernapasan
paru normal paru normal
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri Simetris (N/N), Nyeri
tekan (-/-), ICS dalam tekan (-/-), ICS dalam

7
batas normal, taktil batas normal, taktil
fremitus sulit dinilai fremitus sulit dinilai

Perkusi
Kanan Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Kiri Sonor seluruh lapang paru. Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi Suara dasar vesicular, Suara dasar vesicular,
Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Ronki (-/-),Wheezing (-/-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

Suara Dasar : Vesikuler Suara Dasar : Vesikuler


Suara Tambahan : Ronkhi (-), Suara Tambahan : Ronkhi (-),
wheezing (-) wheezing (-)

2) Jantung
a) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 1-2
cm ke arah medial midclavikula
sinistra, thrill (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal
(-), sternal lift (-).
c) Perkusi :
(1) (1) Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
(2) (2) Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
(3) (3) Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra

8
(4) (4) Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial linea
midclavikula sinistra
d) Auskultasi : Regular, suara jantung murni: S I,
S II (normal) reguler, suara
jantung tambahan gallop (-),
murmur (-), S III (-), S IV (-)
i. Abdomen
a) Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti
kulit sekitar, massa (-), frog like
appearance (-), darm kontour (-), darm
steifung (-), bekas operasi (-), venectasi
(-), spider angioma (-).
b) Auskultasi : Bising usus (+) normal, succution
splash (-), bruit (-).
c) Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen (+),
(5) pekak sisi (-), pekak alih (-), pekak
hepar (-), pekak lien (-), undulasi (-).
d) Palpasi : Nyeri tekan (+) di regio inguinal
dextra, perut distended (-), defens
muskular (-), turgor >2 detik, hepar,
lien tidak dapat teraba.
j. Ekstremitas
Superior Inferior
Warna kulit Sama dengan Sama dengan
sekitar sekitar
Gerak aktif Bebas/bebas Bebas/bebas

Gerak pasif Bebas /bebas Bebas/bebas

9
Capillary Refill < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik

Akral dingin -/- -/-

6. Status Lokalisata
a. Palmar manus dextra (arus masuk listrik)
1) Inspeksi : Skuama (+), skar (+)
2) Palpasi : Nyeri tekan (-)

Gambar 2.1. Regio Manus Dextra


b. Plantar pedis dextra (arus keluar listrik)
1) Inspeksi : Skuama (+), skar (+)
2) Palpasi : Nyeri tekan (-)

Gambar 2.2. Regio Plantar Pedis Dextra


a. Regio trunkus anterior
1) Inspeksi : Eritem (+), makula hipopigmentasi (+), jaringan
nekrotik (-)

10
2) Palpasi : Nyeri tekan (-), hiperestesi (+)

Gambar 2.3. regio Trunkus Anterior


d. Regio antebrachii dan brachii dextra
1) Inspeksi : Eritem (+), makula hipopigmentasi (+), jaringan
nekrotik (-)
2) Palpasi : Nyeri tekan (-), hiperestesi (+)

Gambar 2.4. Regior Brachii Dextra


e. Regio femur bagian dorsum dextra
1) Inspeksi : Perdarahan (+), pus (+), ulkus luas (+)
2) Palpasi : Nyeri tekan (+)
f. Skrotum dextra
1) Inspeksi : Perdarahan (+), pus (-), ulkus (+)
2) Palpasi : Nyeri tekan (+)

11
Gambar 2.5. Regio Femur dan Skrotum Dextra
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 21 Desember 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah lengkap:
Leukosit 12,61 H 103/ul 3,8-10,6
Eritrosit 5,04 106/ul 4,4-5,9
Hemoglobin 14,80 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit 46 % 40-52
MCV 80,50 Fl 80-100
MCH 29,00 Pg 26-34
MCHC 36,00 g/dl 32-36
Trombosit 229 103/ul 150-440
Diff count :
Eosinofil absolute 0,17 103/ul 0,045-0,44
Basofil absolute 0,02 103/ul 0-0,2
Netrofil absolute 4,94 103/ul 1,8-8
Limfosit absolute 1,68 103/ul 0,9-5,2
Monosit absolute 0,92 103/ul 0,16-1
Eosinofil 3,60 % 2-4
Basofil 0,20 % 0-1

12
Neutrofil 62,00 % 50-70
Limfosit 22, 60 L % 25-40
Monosit 11,50 H % 1-6
CT+BT
Waktu pembekuan 3’ 30” Menit 2-8
Waktu perdarahan 1’ 00” Menit 1-3
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 111 mg/dL <125
Ureum 13,11 mg/dL 10,0-50,0
Creatinin 0,69 mg/dL 0,70 – 1,10
Natrium 4,05 mmol/L 3,5-5,0
Kalium 132,5 mmol/L 135-145
Albumin 3,8 g/dL 3,2-5,2
Sero-Imun
HbSAg Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)

E. Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada bekas luka bakar akibat sengatan
listrik yang terjadi 1 bulan yang lalu. Setelah sengatan listrik terjadi pasien
dibawa ke IGD RSUD Tugurejo dan disarankan rawat inap. Selama rawat inap
pasien mendapatkan tindakan operatif debridemen pembersihan luka dan
disarankan pulang setalah 1 minggu rawat inap.
Setelah pulang luka dirawat oleh perawat yang sewaktu-waktu datang ke
rumah, balut luka jarang diganti. Luka bakar di dada dangan lengan kanan sudah
mengering. Namun luka bakar di paha bagian belakang dan di kantong pelir
kanan belum kering. Balut seringkali rembes nanah dan darah serta berbau. Saart
dibuka terlihat perdarahan dan terdapat nanah. Nyeri pada luka selama 2 minggu

13
SMRS makin tak tertahankan, jika luka tersentuh atau terkena tekanan nyeri
bertambah berat disertai rasa perih dan panas. Pasien tidak mengeluh demam,
tidak sesak nafas dan tidak lemas. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik tampak eritema, makula hipopigmentasi dan jaringan
granulasi pada regio trunkus anterior dan antebrachii serta brachii dextra.
Sedangkan pada regio femur bagian dorsal dextra dan skrotum dextra tampak
adanya perdarahan, pus dan ulkus. Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan
hasil leukositosis.

F. Initial Plan
1. Ip Dx :
a. Diagnosis : Combustio et causa electric injury dengan infeksi
b. S : -
c. O : -
2. Ip Tx:
a. Farmakoterapi
1) Infus Ringer Laktat (RL) 20 tetes per menit
2) Injeksi Ceftriaxon vial 2 gram/12 jam Intravena
3) Injeksi Ketorolac ampul 3x30 mg/mL Intravena
4) Perawatan luka: wound toilet dengan NaCl dan burnazin cream
b. Non farmakoterapi
1) Bed rest
2) Ganti balut tiap 1 hari sekali
3) Konsul dokter bedah tindakan operatif: debridemen
3. Ip Mx:
a. Keadaan umum
b. Tanda vital

14
4. Ip. Ex :
a. Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang dialami
pasien dan kemungkinan penyebab penyakit dan faktor risiko
b. Menjelaskan penatalaksanaan perlunya observasi dan evaluasi serta
kemungkinan tindakan operasi.
c. Menjelaskan komplikasi dan prognosis dari penyakit

G. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad sanam : ad bonam
3. Quo ad fungsionam : ad bonam

15
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang terdiri dari lapisan sel
dipermukaan.Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis.Luas kulit
orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.Kulit merupakan
organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin dari kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh.7,8
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel
epitel. Sel –sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel
terbanyak pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans.
Epidermis terdiri dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale,
stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.7,8
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah
dan pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan folikel rambut.Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
papillaris dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan
retikularis.7,8

16
Gambar 3.1. Anatomi Kulit7
Secara fisiologis, kulit mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya
zat-zat kimiawi terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol, karbol, asam,
dan alkali. Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar
ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap
air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel menembus sel-sel
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan
amonia. Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu
meminyaki kulit jua menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering.

17
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
ruffinidermis dan sukutis.
5. Fungsitermoregulasi (pengaturan suhu tubuh), kulit melakukan peranan ini
dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di
lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan-tangan dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya
dibawa oleh sel melanofag.
7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu
keratinosit, sel langerhans, melanosis.
8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7
dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.2,7

B. Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat
kimia.Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.1,4,7, 10
1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke
tubuh (flash), koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-
lain).1,4,7, 10
2. Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga.1,4,7, 10

18
3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah; dalam hal ini cairan.Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik
kontak dengan sumber arus maupun ground.1,4,7, 10
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah
perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan
sumber listrik. Secara umum ada 2 jenis tenaga listrik, yaitu:4
a. Tenaga listrik alam, seperti petir
b. Tenaga listrik buatan, seperti arus listrik searah (DC) contohnya baterai
dan arus listrik bolak balik (AC) contohnya listrik PLN di rumah atau
pabrik
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif.Tipe luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif
untuk keperluan terapeutik dalam kedokteran dan industri.Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi.1,4,7, 10

19
Gambar 4.2. Tipe luka bakar1,3,6.8

C. Patofisiologi
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947 yaitu:1
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber
panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan
oleh koagulasi constituent proteins.1
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan
perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran vaskuler)
dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca
cedera, dan mungkin berkakhir dengan nekrosis jaringan.1

20
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya
masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona inikecuali jika terjadi
sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.1

Gambar 3.3. Zona luka bakar Jackson 1947 dan efeknya terhadap
resusitasi adekuat dan inadekuat. 1
Elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal sehingga menghasilkan
cedera atau kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama
elektrik pada jantung dan otak atau menghasilkan luka bakar elektrik internal
maupun eksternal melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.2,4
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi
mengakibatkan penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus
bolak balik (AC) dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui
dada.5 Aliran listrik yang lama mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang
diikuti dengan gangguan nafas.3,6

21
Cedera bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:
1. Jenis dan kekuatan arus listrik.
Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika
dibandingkan dengan arus bolak-balik (AC).Efek AC pada tubuh manusia
sangat tergantung kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur
dalam satuan siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih
berbahaya dari arus frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC
pada tegangan (voltase) dan kekuatan (ampere) yang sama.
DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang seringkali
mendorong jauh/melempar korbannya dari sumber arus.AC sebesar 60 hertz
menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat
melepaskan genggamannya pada sumber listrik.Akibatnya korban terkena
sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi luka bakar yang berat.
Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin
besar kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis arus listrik
tersebut.Kekuatan arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama
dengan 1/1,000 ampere. Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan
rendah (110-220 volt), AC 60 hertz yang mengalir melalui dada dalam waktu
sepersekian detik bisa menyebabkan irama jantung yang tidak beraturan, yang
bisa berakibat fatal. Arus bolak-balik lebih dapat menyebabkan aritmia
jantung dibanding arus searah.Arus dari AC pada 100 mA dalam seperlima
detik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel dan henti jantung.
Efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA.
Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker,
maka bisa terjadi gangguan irama jantung meskipun arus listriknya jauh lebih
rendah (kurang dari 1 mA).

22
2. Ketahanan tubuh terhadap arus listrik
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau
memperlambat aliran arus listrik.
Resistensi jaringan, adalah sebagai berikut.
a. Resistensi rendah: Saraf, Darah, Membran mukosa, Otot
b. Resistensi sedang: Kulit kering, Tendon, Jaringan lemak
c. Resistensi tinggi: Tulang
Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung
tergantung kepada keadaan kulit. Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-
rata adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembab.2
Resistensi kulit yang tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang
lembab (misalnya mulut, rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi
kulit utuh yang lembab. Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki
yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis.Arus listrik
banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di
permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas
dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya
jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik.5
3. Adanya hubungan dengan bumi
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada
tanah yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang
berdiri dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan
pertama tahanannya rendah.1,2

4. Lamanya waktu kontak dengan konduktor


Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak
jumlah harus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah
besar dan luas. Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot
sehingga korban malah menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan

23
mengalir lebih lama sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang
mematikan Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera terlempar atau
melepaskan konduktor atau sumberlistrik yang tersentuh, karena akibat arus
listrik dengan tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya
kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.1,2,5
5. Aliran arus listrik
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak
masuk sampai meninggalkan tubuh.Arus listrik paling sering masuk melalui
tangan, kemudian kepala; dan paling sering keluar dari kaki.
` Arus listrik yang mengalir dari lengan ke lengan atau dari lengan ke
tungkai bisa melewati jantung, karena itu lebih berbahaya daripada arus listrik
yang mengalir dari tungkai ke tanah.Letak titik masuk arus listrik (point of
entry) dan letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut
bervariasi dari ringan sampai berat.Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian
tubuh lebih berbahaya daripada jika masuk dari sebelah kanan.Bahaya terbesar
bisa timbul jika jantung atau otak berada dalam posisi aliran listrik
tersebut.Bumi dianggap sebagai kutub negatif. Orang yang tanpa alas kaki
lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik,alas kaki dapat berfungsi sebagai
isolator, terutama yang terbuat dari karet.

D. Klasifikasi
Cedera listrik utama adalah luka bakar. Cedera Sekunder akibat trauma
tumpul dari jatuh atau terlempar dari sumber listrik oleh kontraksi otot intens.
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi.6
1. Kontak langsung: pemanasan elektrothermal
2. Kontak tidak langsung
a. Bunga api listrik (arc)
b. Nyala api listrik (flame)

24
c. Kilatan listrik (flash)
Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar
electrothermal.Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik bertegangan
rendah pada daerah yang terbatas.Aliran yang terus-menerus saat ini dapat
menyebabkan luka bakar yang signifikan di mana saja di sepanjang jalan saat ini.
Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial
untuk luka bakar full-thickness.6
Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban
terkena dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang
terbentuk antara dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain,
biasanya merupakan sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu
bunga apilistrik adalah sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang sangat
mendalam pada titik di mana terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan
lengkung, luka bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu sendiri, pemanas
electrothermal akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari
pembakaran pakaian.2
Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan
berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar.
1. Berdasarkan luas permukaan luka bakar.
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas
permukaan tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung
secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles.
Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-
anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai
modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada
umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.1,2, 4,7,10

25
Gambar 3.4. Wallence Rule of Nines1

Gambar 3.5. Lund and Browder1

26
2. Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn
Association:1,4,7,10
a. Luka Bakar Ringan
i. Luka bakar derajat II < 5%
ii. Luka bakar derajat II 10% pada anak
iii. Luka bakar derajat II < 2%
b. Luka Bakar Sedang
i. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
ii. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
iii. Luka bakar derajat III < 10%
c. Luka Bakar Berat
i. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
ii. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
iii. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
iv. Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum.
v. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

E. Gambaran Klinis
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus
listrik. Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya
sehingga dia terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat.
Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul.
Kesadaran bisa menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar
listrik bisa terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih
dalam.8
1. Kepala dan Leher
Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan
pasienmungkin menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis.Katarak

27
timbul di sekitar 6 % kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat
listrikdi sekitar kepala.Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau
lambat setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah
kejadian.Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada
kemudian hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya katarak ini.8
2. Sistem kardiovaskular
Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel,
adalah kondisi umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada
Elektrokardiografi (EKG) ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi
segmen ST, QT reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur,
fibrilasi atrium, danbundel branch block.Infark miokard akut dilaporkan tetapi
relatif jarang. Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi
CPK-MB, mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa
pengaturan.8
3. Kulit
Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat
cedera listrik adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan
tubuh yang kontak dengan tanah.Bagian tubuh yang paling sering dari terkena
kontak dengan sumber listrik ialah tangan dan tengkorak.Daerah yang paling
sering dari tanah adalah tumit.Seorang pasienmungkin memiliki beberapa
luka masuk dan titik kontak dengan tanah.Luka bakar di listrik yang
parahsering muncul keluhan seperti rasa sakit, depresi, kuning abu-abu,
belang-belang daerah denganpusat nekrosis, atau daerah yang mengeras
seperti mumi.Arus tegangan tinggi seringmengalir pada internal tubuh dan
dapat membuat kerusakan otot besar.Jika kontak dalam singkat.Namun, arus
minimal mungkin terjadi dan kerusakan kulit terlihat mungkin mewakili
hampir semua kerusakan.Seseorang sebaiknya tidak mencoba untuk
memprediksi jumlahkerusakan jaringan di bawahnya dari jumlah keterlibatan

28
kulit.Cedera listrik yang paling umum terlihat pada anak-anak kurang dari 4
tahun adalahmulut luka bakar yang terjadi dari mengisap pada kabel ekstensi
listrik rumah tangga.Luka-luka bakar biasanya merupakan luka bakar busur
lokal, mungkin melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat mengkhawatirkan
ketika komisura yang terlibat karenadari kemungkinan deformitas kosmetik.
Sebuah risiko yang signifikan pendarahan tertunda dari arteri labial ada ketika
memisahkan escar . Kerusakan pertumbuhan dilaporkan , dan biasanya
dirujuk ke bedah mulut.8
Pada kulit terjadi escar yang bisa menyebabkan timbulnya sindrom
kompartemen.Syndrom kompartemen adalah suatu kondiri dimana terjadi
peningkatan tekannan insterstitial pada kompartemen osteofasial yang
tertutup.Sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan
oksigen pada jaringan.
Gejala klinis yang umumnya ditemukan pada sindroa kompartemen meliputi:
a. Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang
terkena
b. Pallor : kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya
pucat
c. Parastesia : biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi
d. Paralisis : diawali dengan ketidak mampuan untuk
menggerakkan sendi
e. Pulselesness : berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya
gangguan

perfusi arterial.
Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat
yang jauh dariluka kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi
sebagai akibat dari pembuluh darahiskemia dan edema otot.Dekompresi

29
fasciotomy atau amputasi seringdiperlukan karena kerusakan jaringan yang
luas.

4. Ekstrimitas
Pelepasan mioglobin yang banyakdari otot yang rusak dapat
menyebabkan kerusakan Myoglobinuria.Vascular ginjal dari energi listrik bisa
menjadi jelas setiap saat isi ulang kapiler harus dikaji dan didokumentasikan
dalam semua ekstremitas, dan pemeriksaan neurovaskular harus sering
diulang.Karena arteri adalah sistem high-flow, panas dapat hilang cukup baik
dan menyebabkan sedikit kerusakan awal jelas tapi hasilnya dalam kerusakan
berikutnya. Pembuluh darah, di sisi lain, adalah sistem aliran rendah, yang
memungkinkan energi panas untuk menyebabkan pemanasan lebih cepat dari
darah, dengan akibat trombosis .Akibatnya, ekstremitas mungkin muncul
pembengkakan pada awalnya.Dengan luka parah, seluruh ekstremitas
mungkin muncul pengerasan ketika semua elemen jaringan, termasuk arteri,
mengalami koagulasi nekrosis. Kerusakan pada dinding pembuluh pada saat
cedera juga dapat mengakibatkan tertundatrombosis dan perdarahan, terutama
dalam arteri kecil pada otot .8

F. Penatalaksanaan
1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar
di tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah
membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan
keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak
bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu
15 menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk
mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.1,2,4,7,10

30
2. Burn Resusitasi
Burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran
jaringan selular. Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac
output dan volume plasma dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler, edema
dan oligouria.
3. Resusitasi jalan nafas
Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada
luka bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan
sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum
dilakukan intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask.
Intubasi bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas
pemeliharaan jalan napas (penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage.
Krikotiroidotomi masih menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif
dan morbiditasnya lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi
dilakukan pada kasus yang diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu
lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang disertai cedera inhalasi.
Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa
endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih baik
disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada
proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan
distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah,takipneu,
pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial
dan foto thorax.1,2,4,7,10

31
4. Resusitasi cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
a. Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh
vaskuler regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
b. Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
c. Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin
survival seluruh sel
d. Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. 1,4,7,10
5. Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik
dan koloid:
a. Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini
adalah Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati
kadarnya dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan
plasma. Pada keadaan normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di
ruang intravaskular karena cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial.
Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan meningkatkan volume
intravaskuer 300 ml. 1,4,7,10
b. Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan
garam hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%,
3%, 5 %, 7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan
intraseluler sehingga cairan akan berpindah dari intraseluler ke
ekstraseluler. Larutan garam hipertonik meningkatkan volume
intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari intraseluler.

32
c. Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan
Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan
didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke
ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang
ada.
HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin
sintetik, HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T
½ dalam plasma selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek
samping koagulopati namun umumnya tidak menyebabkan masalah
klinis. HES dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan cara
menutup celah interseluler pada lapisan endotel sehingga menghentikan
kebocoran cairan, elektrolit dan protein. Penelitian terakhir
mengemukakan bahwa HES memiliki efek antiinflamasi dengan
menurunkan lipid protein complex yang dihasilkan oleh endotel, hal ini
diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek antiinflamasi
diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS.1,4,7,10
6. Dasar pemilihan Cairan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan
adalah efek hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan
permeabilitas kapiler, oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi
respon inflamasi, faktor keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan
terbaik untuk resusitasi dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi
perdebatan terus diteliti. Sebagian orang berpendapat bahwa kristaloid adalah
cairan yang paling aman digunakan untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi
klinis tertentu. Sebagian pendapat koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain.
Hal ini dihubungkan dengan karakteristik masing-masing cairan yang

33
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan
ciran di kompartemen interstisial secara masif dan bermakna sehingga dalam
24 jam pertama resusitasi dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid.1,4
7. Penentuan jumlah cairan
Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga
sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan kristaloid akan
meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya sedikit
meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor oksigen.7,10
a. Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama
Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau ringer asetat,
menggunakan beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok atau
kasus luka bakar > 25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam
<4 jam pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak 3[25%(70%xBBkg)]
ml. 70% adalah volume total cairan tubuh, sedangkan 25% dari jumlah
minimal kehilangan cairan tubuh dapat menimbulkan gejala klinik sidrom
syok.
Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas
< 25-30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan
dihitung berdasarkan rumus baxter 3-4 ml/kgBB/% LB.
Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum
digunakan pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Metode
ini mengacu pada waktu iskemik sel tubulus ginjal < 8 jam sehingga lebih
tepat diterapkan pada kasus luka bakar yang tidak terlalu luas tanpa
keterlambatan.
Pemberian cairan menurut formula Parkland adalah sebagai
berikut:
1) Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8
jampertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi,
anak dan orang tua, kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai

34
cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1% dari
kebutuhan.
2) Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3
mg/kgBB dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5%
jumlah tetesan dibagi rata dalam 24 jam.
3) Pemantauan untuk menilai sirkulasi sentral melalui tekanan vena
sentral (minimal 6-12cm H20) sirkulasi perifer (sirkulasi renal).
Jumlah produksi urin melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg
BB/jam maka jumlah cairan ditingkatkan 50% dari jam sebelumnya.
4) Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis
dan sedimen).
5) Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan
kuantitas cairan lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak
ada gangguan pasase lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400
ml gangguan berat.
b. Penatalaksanaan 24 jam kedua
1) Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam
24 jam. Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa5% atau 10%
1500-2000 ml. Batasan ringer laktat dapat memperberat edema
interstisial.
2) Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah
produksi uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif samapi 5 mg/kgBB
3) Pemantauan analisa gas darah, elektrolit
c. Penatalaksanaan setelah 48 jam
1) Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintanance
2) Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4 ml/kgBB),
hemoglobin dan hematokrit

35
d. Rumus Baxter:
Pada dewasa:
1) Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
2) Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%
Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume
diberikan 16jamberikutnya.
Pada anak:
1) Hari I:
RL:dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
a. <1 thn = kgBB X 100cc
b. 5-15 thn = kgBB X 75cc
c. >15 thn = kgBB X 50cc
2) Hari II: sesuai kebutuhan faal
e. Formula Parkland:
Hari I (24jam pertama):
1) 8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
2) 16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
Penambahan cairan rumatan pada anak:
1) 4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2) 2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
3) 1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg
Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah
1% dari kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat
dari produksi urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-
1,5 cc/kg/jam.

36
8. Perawatan luka10
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),
pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan
perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses
reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur
dan untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin
untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.Tindakan ini
dilakukan setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang
cukup berat.Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan
untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis
diatasnya.
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada
luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab
pengerutan keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat
mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan
sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini
penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya
rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal.Keaadan ini harus
cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas.
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan
pasien atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka
dibalut dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim
pelembap.Perawatan luka tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah
penguapan berlebihan.Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan
kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang memfasilitasi drainage dan

37
epitelisasi.Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi pada
luka.
9. Lain-lain8
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis
infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi.Dalam3-5 hari pertana populasi
kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-patogen.Sedangkan
hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen.Dalam 1-3 hari pertama pasca
cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan
antibiotik.Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver
sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan
xerofom/bacitracin.Antasida diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak
stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-
3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan
melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral.Pemberian nutrisi enteral
dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera bertujuan untuk
mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral dilakukan dengan
aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam yang menandakan
pasase saluran cerna baik.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk
memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu
sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai.Penderita luka bakar
luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat
dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga adalah sirkulasi
normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas darah, elektrolit,
hemoglobin dan hematokrit.

38
G. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu
atrofi mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus.
Pada ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal
menurun.Skin graft loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini
disebabkan oleh hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu
luka bakar, dapat terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut
hipertrofik., keloid dan kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan
menyebabkan kekeauan sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi
yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.3

H. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan
kecepatan pengobatan medikamentosa.Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10
hari tanpa adanya jaringan parut.Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14
hari dan mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi
gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk
membuang jaringan parut.2

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
2. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
3. Benjamin C. Wedro. Agustus 2008. First Aid for Burns.
http://www.medicinenet.com.
4. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-T6046-
Trauma%20listrik-TOC.pdf
5. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
6. Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas Airlangga. Surabaya.
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia.
p 118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. November 2006. Burns, Thermal.http: // www. emedicine.
com/ med/
6. Mayo clinic staff. Januari 2008. Burns First Aids.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.
7. Benjamin C. Wedro. Agustus 2008. First Aid for Burns.
http://www.medicinenet.com.
8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles
of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
9. Klein, MB. 2007. Thermal,chemical,and electrical injuries.In: Thorne CH et all
(editor’s) Grabb & Smit’s Plastic surgery. 6th Edition. US: Lippincott Williams &
Wilkins, Wolters Kluwer business.p 146-7.
9. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-T6046-
Trauma%20listrik-TOC.pdf

40

Anda mungkin juga menyukai