Anda di halaman 1dari 44

Daftar Isi

Daftar Isi i
Kata Pengantar ii
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujaun Khusus 2
BAB 2 3
PEMBAHASAN 3
2.1 Obat Gangguan Hormonal 3
2.2 Kontrasepsi 34
2.3 Obat Gangguan Cerna 38
BAB 3 43
PENUTUP 43
3.1 Kesimpulan 43
3.2 Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44

i
Kata Pengantar

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kelompok dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahakan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Farmakologi. Pada kesempatan kali ini, kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua yang telah mendukung kegiatan perkuliahan Farmakologi.


2. selaku dosen makalah ini.
3. Petugas perpustakaan BBPK dan Poltekkes Kementes Jakarta 1.
4. Dan teman-teman yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kelompok mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Jakarta Selatan, Februari 2017

Kelompok

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon
(=obat) dan logos (=ilmu). Obat adalah zat kimia yang dapat memengaruhi proses hidup
pada tingkat molekuler. Farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu penegetahuan
yang mempelajari interaksi obat dengan konsisten (unsur pokok) tubuh untuk
menghasilkan efek terapi (therapetic) (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2009).

Asal kata hormon dari bahasa Yunani yakni hormaen yang berarti menggerakkan.
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ
yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut demikian
karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa
melewati saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pulakelenjar eksokrin yang
mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus.

Di dalam tubuh manusia ada beberapa jenis kelenjar endokrin, yakni kelenjar
hipofisis, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, ovarium, testis, dan kelenjar
pencernaan. Simak dan pahami uraian berikut.

Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim.


Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk
mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang
tersedia di pasaran yang dapat dibeli dengan bebas.

Fungsi saluran cerna diatur oleh berbagai senyawa endogen, yang mengontrol
kontraksi dan relaksasi saluran cerna, sekresi berbagai enzim, sekresi cairan dan
elektrolit. Hormon dan neurontransmiter dapat memperbaiki gangguan saluran cerna,
trmasuk ulkus peptik, refluks esofagitis, diare, konstipasi dan emesis (Arif and all,
2014).

Dari sistem hormonal dan sistem saluran cerna pasti terdapat masalah. Macam-
macam obat yang dapat memperbaiki gangguan dari sistem homonal maupun cerna
sangat banyak, beberapa akan dibahas dalam makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja jenis-jenis, penggolongan dan efek samping dari obat gangguan hormonal?
b. Apa saja jenis-jenis, penggolongan dan efek samping obat kontrasepsi?
c. Apa saja jenis-jenis, penggolongan dan efek samping obat gangguan saluran cerna?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Mengetahui jenis-jenis, penggolongan dan efek samping dari obat gangguan
hormonal.

b. Mengetahui jenis-jenis, penggolongan dan efek samping obat kontrasepsi.

c. Mengetahui jenis-jenis, penggolongan dan efek samping obat gangguan


saluran cerna.

1.3.2 Tujaun Khusus


Mengetahui berbagai macam jenis obat, penggolongan serta efek samping
dari gangguan hormonal, kontesepsi dan gangguan cerna.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Obat Gangguan Hormonal


A. Hormon Adenohipofisis

Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain dikontrol oleh hipotalamus,
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain oleh obat yaitu hormon alamiah, analog
dan antagonis hormon. Terdapat obat untuk gangguan hormon adenohipofisis dibagi
lagi menjadi beberapa hormon yaitu, hormon pertumbuhan, hormon prolaktin, dan
hormon gonadotropin.

1. Hormon Pertumbuhan
- Somaterem, hormon pertumbuhan yang dihasilkan dengan cara rekayasa
genetika ini memiliki 1 gugus mrtionin tambahan pada terminal.N. Hal ini
mungkin menjadi penybab timbulnya antibodi dalam kadar rendah terhadap
sediaan ini ± 30% pasien, adanya antibodi ini tidak mempengaruhi
perangsangan pertumbuhan oleh hormon. 1 mg = 2,6 IU hormon pertumbuhan.

Dosis: 3-6 x/minggu. Jika tidak ada perubahan selama 6 bulan hentikan
pemakaian.

Efek Samping: Hiperglikemia dan Ketosis (diabetogenik) bisa terjadi pada


pasien riwayat DM.

Cara Pemberian Obat: melalui IM dan SC.

- Somatropin, secara kimia identik dengan hormon pertumbuhan manusia, tetapi


dibuat dengan rekayasa genetika, 1 mg = 2,6 IU hormon pertumbuhan.

Dosis: sama seperti Somaterm.

Efek Samping: pembentukan antibodi hanya pada 2% pasien, antibodi ini juga
tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan-pertumbuhan.

Cara Pemberian Obat: melalui IM dan SC.

- Mekasermin, adalah kompleks rh-IGF-1 dan recombinant human IGF-binding


protein 3 (rh-IGFBP-3).

3
Efek Samping: hipoglikemia, beberapa pasien mengalami penekanan tekanan
intrakarnial dan peningkatan enim hepar.

2. Hormon Prolaktin
- Bromocriptine, Selama bertahun-tahun lamanya, bromocriptine telah dikenal
sebagai obat hiperprolaktin yang aman. Resiko melahirkan bayi yang cacat dan
memiliki kelainan sangatlah rendah. Oleh karena itu, wanita yang sangat ingin
hamil disarankan mengambil obat ini. Kadar prolaktin Anda bisa kembali
normal sekitar 90% setelah mengkonsumsi obat ini.

Dosis: 50 mg satu atau dua kali per hari sampai hamil.

Efek Samping: penambahan dosis pil oral, kadang menimbulkan efek pingsan
sampai pasien bisa berdaptasi.

Cara Pemberian Obat: pil oral dan perawatan vaginal.

- Cabergoline adalah obat untuk hiperprolaktin yang tergolong varian baru.


Obat ini mengkonsumsinya tidak sampai berbulan-bulan seperti bromocriptine
karena memang tidak diresepkan selama itu.

Dosis: 0,25 mg satu atau dua kali per minggu. Ia akan dikonsumsi terus sampai
mendapati kehamilan.

Efek Samping: tidak terlalu parah seperti mual, muntah, sakit perut, gas,
gangguan pencernaan, sembelit.

Cara Pemberian Obat: pil oral.

3. Gonadotropin
- Ganireliks, pencegahan terjadinya luteinizing hormon (LH) yang prematur
pada wanita yang menjalani controlled ovarian hyperstimulation (COH) untuk
membantu teknik reproduksi. Pada uji klinik, dikombinasi dengan follicle
stimulating hormone (FSH) rekombinan.

Dosis: 0,25 mg 1x sehari

Efek Samping: mual, sakit kepala, reaksi pada tempat penyuntikan, pusing,
astenia dan malaise.

Cara Pemberian Obat: injeksi Subkutan.

4
B. Hormon Paratiroid
Hormon paratiroid (HPT) berasal dari kelenjar paratiroid, merupakan hormon
polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari 84 asam amino.
- Kalsium karbonat
Obat yang tergolong garam kalsium. Suplemen kalsium oral dapat meningkatkan
kadar kalsium dalam darah. Sediaan tablet 500 mg atau 600 mg.

Dosis:

Efek Samping: Mual atau muntah, Sembelit, Nafsu makan menurun, Mulut
kering dan haus meningkat, Kencing lebih dari biasanya.

Cara Pemberian Obat: tablet, tablet kunyah, kapsul.

C. Hormon Tiroid Dan Antitiroid


Hormon Tiroid
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yang akan disimpa senagai residu
asam amino dari tiroglobulin. Tiroglobulin yaitu yang merupakan glikoprotein yang
menempati sebgaian besar folikel koloid dan kelenjar tiroid.
Efek Hormon tiroid
a) Mekanisme kerja hormon tiroid
Meksi kerja tiroksin yang tepat belum diketahui semua, tetapi hormon ini
bekerja melalui resptornya di inti sel.
b) Pertumbuhan dan pekembangan
Efek hormon tiroid timbuk melaui regulasi transkripsi DNA, yang merangsang
sistensis protein, dan selanjutnya mempengaruhi tumbuhan dan perkembangan
yang normal. Karenanya hormon ini penting untuk proses pertumbuhan normal.
c) Efek metabolik
Hormon tiroid ternagsang metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan
hiperkolesterollemia merupakan keadaan karakteristik pada hipotiroidisme.
Hormon inin dapat meningkatkan LDL( low-dencity lippo protein) di sel sel
hati, pada hipotiroitisme akan terjadi penurunan jumlah resptor LDL dihati.
INDIKASI
THYROID HRMONE REPLACEMENT THERAPY
Absorpsinya disusus halus bervariasi dan tidak lengkap beberpa obat dapat
menghambat absorbsi levo tiroksin, a.l sukralfat, resinkolestiramin, fe, kalsium,
al(OH)3. Ekresi bilier dapat meningkatkan bila diberikan bersama obat yang
menginduksi sitrokom(cyp), seperti fenitoin, karbamazepin, dan rivampin. Pada
keadaan ini perlu dipirkan penambahan dosis levotiroksin oral. Triyodo tironin(NA-
liotironin) dapat digunakan bila diperlukan obat dengan kerja lebih cepat, misal pada
koma mikcedema(meski jarang) atau untuk persiapan terapi yodium radio aktif.

5
ANTITIROID DAN PENGHAMABAT TIROID LAINNYA.
1. YODIDA
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan
hipertiroidisme sebalum ditemukan berbagai macam tiroid. Pemberian yodida pada
pasien hipertiroid menghasilkan efek terpi yang nyata, dalam hal ini yodida
menekan fungsi tiroid.
Yodida sebaiknya tidak digunankan sebagai terapi tunggal Karena terapi
yodida saja tidak dapat sepenuhnya mengendalikan gelaja hipertiroidisme.
Hambatan pada kelenjar tiroid akan hilang dalam waktu 2-8 minggu, dn bila terapi
yodida dihentikan, gejala hipertiroididme dapat terjadi lagi, bahkan membesar.
Yodida sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil karena da pat menembus sawar
darah plasenta dan menyebabkan goiter pada fetus. Preparat ini dapat digunakan
untuk terpi pencegahan didaerah goiter endemic.
Efek samping: kadang-kadang dapat terjadi reaksi hipersensitifitas terhadap
yodida atau sediaan yang mengandung yodium. Intoksikasikronik yodida atau
yodisme diatandai dengan logam dan terbakar dalam mulut dan faring serta
rangsangan selaput lendir. Dapat juga terjadi radang faring, laring dan tonsil serta
kelaianan kulit ringan sampai akneform berat atau eruksi yang fatal disebut
yoderma. Sedangkan gejala saluran cerna biasanay berupa iritasi yang dapat
disertai dengan pendaharan.
D. Estrogen dan Progestin
Estrogen dan progestin merupakan hormone streroid kelamin endogen yang
diproduksi oleh ovarium, korteks adrenal, testis dan plasenta pada masa kehamilan.
Kedua jenis hormone ini mempunyai peranan penting pada wanita al. dalam
perkembangan tubuh, proses ovulasi, fertilisasi, implantasi, dan dapat mempengaruhi
metablisme lipid, karbohidrat, protein dan mineral; juga berperan penting pada
pertumbuhan tulang, spermatogenesis dan behavior.

1. Farmakokinetik
Berbagai jenis estrogen dapat diberikan oral, parenteral, transdermal ataupun
topical. Karena sifat lipofiliknya absorpsi per oral baik. Ester estradiol dapat
diberikan IM, bervariasi mulai dari beberapa hari sekali sampai satu bulan sekali.
Pemberian transdermal (transdermal patch) yang diganti setiap 1-2 kali seminggu
umumnya berisi estradiol yang absorpsinya terjadi secara kontinu melalui kulit.
Estradiol oral, absorpsi cepat dan lengkap, mengalami metabolisme lintas-
pertama di hepar yang ekstensif substitusi etinil pada atom C 17 dapat menghambat

6
proses tersebut. Preparat oral lain, conjugated equine estrogen (ester sulfat dari
estron), equilin, senyawa alami lain dihidrolisis oleh enzim di intestine bagian
bawah hingga gugus sulfat terlepas dan estrogen diabsorpsi di intestine. Karena
adanya perbedaan dalam metabolism menyebebkan perbedaan potensi
estrogeniknya, misalnya, etinilestradiol lebh potein dari conjugated estrogen.
Beberapa jenis bahan makanan dan produk asal tanaman, misalnya kacang kedelai
yang mengandung flavonoid genistein, dan kumestan diduga mempunyai efek
estrogenic, tetapi hal ini masih mebutuhkan pembuktian klinik.
Transdermal estradiol patch. Penglepasan hormone berlangsung lambat,
kontinu, didistribusi sistemik, kadar dalam darah lebih constant daripada per oral.
Cara pemberian ini juga tidak menyebabkan kadar tinggi dalam darah yang dapat
menyebabkan efeknya pada profil lipid berbeda.
Absorpsi estradiol valerat setelah pemberian dosis tunggal IM, berjalan lambat
sampai beberapa minggu, karenanya pemberiannya 14 minggu sekali. Di dalam
darah umumnya estrogen alami terikat globulin pengikat hormone kelamin steroid
(sex steroid-binding globulin, SSBG) dan sedikit terikat albumin. Sebaliknya
etinilestradiol terikat albumin dan tidak terikat SSBG. Kerana ukuran molekul dan
sifat lipofiliknya, estrogen yang bebas akan mudah keluar dari plasma dan akan
didistribusi secara ekstensif ke kompartemen jaringan. Jenis hormone ini
mengalami metabolisme cepat dan ekstensif, masa paruh plasma hanya beberapa
menit.
2. Efek Fisiologi dan Farmakologi
Estrogen diperlukan untuk perkembangan normal seorang wanita. Pada masa
pubertas Estrogen diperlukan untuk perkembangan normal seorang wanita. Pada
masa pubertas estrogen merangsang perkembangan ciri-ciri kelamin primer,
misalnya vagina, uterus, tuba falopii.
Ciri-ciri kelamin sekunder juga dirangsang oleh estrogen seperti
perkembangan stroma dan duktus di payudara, penutupan epifsis tulang panjang,
pertumbuhan rambut di daerah ketiak dan genital. Estrogen juga mempengaruhi
distribusi lemak sehingga terjadi penumpukan lemak disekitar panggul dan
payudara dan membentuk tubuh yang khas wanita. Turgoe kulit, penimbunan lemak
dibawah kulit, hiperpigmentasi terutama di daerah putting susu dan genital.
Estrogen menyebabkan secret vagina dan serviks menjadi encer, sedangkan
endometrium mengalamai proliferasi. Perubahan siklik estrogen bersama dengan
progesterone akan menimbulkan siklus haid.

7
Pada anak laki-laki, defisiensi estrogen tidak mempengaruhi usia pubertas,
tetapi kecepatan pertumbuhannya berkurang, maturasi skelet dan penutupan
episifisis lambat, sedangkan pertumbuhan linier terus berlangsung menjadi pria
dewasa. Pada pria, defisiensi estrogen juga menyebabkan hipergonadotropisme,
makroorkhidisme dan perningkatan jumlah testosterone. Beberapa individu
mungkin mengalami gangguan metabolism lipid, karbohidrat dan fertilitas.
2. Macam-macam Obat
a) Angeliq
Estradiol 1 mg, drospirenon 2 mg.
Indikasi: Terapi sulih hormone gejala kimakterik pada wanita post
menopause dengan gejala vasomotor, sulit tidur, depresi, kegelisahan, kondisi
atrofi urogenital karena defisiensi produksi estrogen akibat menopause alami,
hipogonadisme, kastrasi atau kegagalan ovarium primer pada wanita dengan
rahim utuh.
Kontra Indikasi: Perdarahan vagina tidak terdiagnosis, diketahui atau
dicurigakan kanker payudara atau kanker lain yang berhubungan dengan
hormone seks, riwayat penyakit ginjal parah, tromboemboli arteri akut,
trombosis vena, hipertrigliseride baret, wanita hamil dan menyusui,
hipersensitif.
Dosis: Wanita yang tidak mengkonsumsi estrogen dan produk kombinasi
kontinu, dapat mulai kapan saja. Wanita yang mengubah metodenya dari
terapi sulih hormone kombinasi sekuensial harus memulai pada akhir siklus
mestruasi. Satu tab perhari selama 28 hari, ditelan dengan air (tidak
bersamaan dengan makanan). Kemmasan berikutnya diteruskan tanpa jeda.
Sebaiknya waktu minum tab sama seharinya. Apabila ada tab yang terlupa,
harus diminum segera. Jika terlupa lebih dari 24 jam, abaikan saja tanpa harus
meminum tab ekstra. Jika sudah beberaoa tab yang terlupa, bisa terjadi
pendarahan.
b) Cliane
Estradiol 2 mg, noretisteron asetat 1 mg.
Indikasi: Terapi simptomik kekurangan estrogen saat menopause.
Kontra Indiksi: Kehamilan dan menyusui, ggn fungsi hati parah, penyebab
jantung atau ginjal parah, riwayat atau adanya proses tromboemboli, anemia
sickle cell, kecurigaan adanya tumor, pendarahan vagina tidak teratur yang
terdiagnosis, ggn metabolism lemak bawaan, riwayat herpes gestasionis,
otosklerosis memburuk pada kehamilan sebelumnya, endometriosis,
hipersensitif, DM berat dengan oerubahan vascular.

8
Dosis: Dws. wanita telah masa henti haid 1 tahun: sehari 1 tab
c) Climen 28
Estrasiol valerat 2 mg, siproteron asetat 1 mg
Indikasi: Terapi sulih hormone pada gejala klimakterik, tanda involusi kulit
dan system urogenital, depresi klimakterik, gejaka defisiensi karena
menopause alami atau hipogonadisme, kastrasi atau kegagalan ovarium
primer dengan rahim yang utuh.
Kontra Indikasi: Wanita hamil dan menyusui, perdarahan vagina tidak
terdiagnosi, diketahui atau dicurigai kanker payudara atau kanker lain yang
berhubungan dengan hormone seks, pernah menderita tumor hati,
tromormboli arteri akut, penyakit hati parah, thrombosis vena, ggn
tromboemboli, atau riwayat kondisi yang demikian, hipertrigliserida berat,
hipersensitif.
Dosis: Wanita yang masih mestruasi, dimulai pada awal menstruasi. Wanita
yang menstruasinya tidak teratur, dapat dimulai kapan saja asal tidak hamil.
Tab putih 1x selama 16 hari, diikuti tab merah muda sehari 1x selama 12 hari.
d) Cyclo Progynova
Estradiol valerat 2 mg/tab dan 10 tabestradiol valerat 2 mg, norgestrel 0,5 mg
(11 tab)
Indikasi: Terapi gejala klimakteriak, ggn paska menopause akibat
menurunnya jumlah klimakterik, ggn paska menopause akibat menurunnya
jumlah estrogen, amenore primer dan sekunder, siklus haid tidak teratur
disebabkan oleh kekurangan hormone.
Dosis: Sebelum penggunaan. Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh
termasuk pemeriksaan payudara dan harus dipastikan bahwa tidak ada
kehamilan. Tindakan pencegahan: Pemerikasaan harus dilakukan dengan
selang waktu 6 bulan selama perawatan jangka panjang. Mulai diminum pada
hari ke-5 siklus haid, dilanjutkan sampai 21 tab habis, diikuti 7 hari tidak
minum tab. Pada 2-4 hari setelah tab terakhir diminum akan terjadi
pendarahan. Setelah 7 hari tidak minum tab dilanjutkan dengan kemasan baru.
Amenore dengan jarak tidak teratur dapat langsung mulai minum.

e) Diane 35
Siproterom 2 mg, etinilestradiol 0,035 mg.
Indikasi: Gejala androgenasi pada wanita hirsutisme ringan, alopesia
adrogenik.
Kontra Indikasi: Kehamilan, menyususi, gangguan fungsi hati parah,
sindrom Dubin Johnson, sindrom rotor, proses tromboembolik, anemia sickle

9
cell, kanker payudara atau peranakan, gangguan metabolism lemak, riwayat
herpes, otosklerosis parah dengan perubahan pada vascular.
Dosis: Mulai pada hari pertama menstruasi. Sehari 1 tab selama 21 hari, lalu 7
hari tanpa tab, mulai lagi sehari 1 tab selama 21 hari, demikian seharusnya
sekurang-kurangnya 3-4 bulan setelah tanda-tanda penyakit hilang.

f) Dilena
Estradiol valerat 2 mg/ tab, 10 ttab estradiol valerat 2mg dan medroksi
progesterone asetat 10 mg, dan 7 tab placebo.
Indikasi: Simptomatik gejala klimakterik dan pengganti estrogen.
Kontraindikasi: Hamil, tromboembolik, penyakit hati akut kronik, kanker
payudara.
g) Esthero
Estrogen 0,625 mg.
Indikasi: Terapi jangka panjang sulih hormone, terapi jangka pendek,
pendarahan uterus disfungsional.
Dosis: Sehari 1x 1 tab. Monepause: 0,625 mg diberikan secara siklik.
Pendarahan uterus disfungsional sehari 1x 1 tab 0,625 mg selama 3 siklus.

h) Estreva Gel
Estradiol 0,1 g, sidtradiol hemihidrat 0,10125 g, etanol 45 g, bahan tambahan
lain sampai 100 g, tiap 100 g gerl.
Indikasi: Kekurangan estrogen pada wanita menopause secara natural atau
akibat operasi, kerusakan vasomotor, kerusakan fisologis, kerusakan trophic
dan genitourinary.
Kontra Indikasi: Pernah mengalami kelainan ginekologi atau mammary,
kehamilan dan menyusui, penyakit pembulu darah jantung
Perhatian: Pengobatan dengan progesterone dikombinasikan terpisah
Ex: Perasaan tidak enak pada dada, pusing, keluarnya cairan dari putting
susu.
Dosis: Dosis rata-rata 1,5 g gel sehari, dokter dapat mengubah dosis dan
lamanyya pemberian sesuai dengan respons terhadap pengobatan.

i) Prestrenol
Allylestrenol 5 mg.
Indikasi: Abortus mengancam, abortus habitualis, persalinan premature
mengancam.
Kontra Indikasi: Gangguan fungsi hati.
Perhatian: Diabetes Melitus. Hentikan terapi segera jika terjadi gangguan
visual, ptosis atau lesi vascular retina atau migren.
Efek samping: Mual dan muntah.

10
Dosis: Abortus mengancam: sehari 3 x 1 tab selama 5-7 hari. Dosis dapat
diturunkan bertahap setelah gejala menghilang. Abortus habitualis: sehari 1-2
tab segera setelah diketahui hamil. Pemberian harus diteruskan samapi
dengan 1 minggu setelah akhir masa kritis. Persalinan premature mengancam:
Menurut kondisi individual sehari sampai dengan 40 mg.
j) Progynova
Estradiol valeral 1 mg; 2 mg.
Indikasi: Terapi sulih hormone pada tanda atau gejala kekurangan estrogen
akibat menopause alami atau kastrasi.
Kontra Indikasi: Kehamilan dan menyusui, pendarahan vagina yang tidak
terdiagnosa, diketahui atau dicurigai kanker payudara atau kanker lain yang
berhubungan dengan hormone seks, riwayat atau adanya tumor hati,
treomboemboli arteri akut, penyakit hati parah, riwayat atau adanya proses
tromboemboli, hipertrigliserida berat, hipersensitif.
Dosis: Jika wanita yang sudah berumur masih mempunyai rahim lengkap dan
masih menstruasi, regimen kombinasi. Progynova dan progestogen dapat
dimulai pada 5 hari pertama menstruasi, dilanjutkan selama 10-14 hari setiap
4 minggu. Persyaratan yang memadai harus dilakukan oleh dokter untuk
memudahkan dan menyakinkan kepatuhan pasien dengan regimen kombinasi
yang disarankan. Jika menstruasi sudah sangat atas, tromboflebitis, gangguan
trombo embolik, pendarahan alat kelamin belum teridentifikasi, gangguan
hati parah, endometriosis, hioerlipo-proteinemis terutama jika disertai faktor
yang memperkuat predisposisi untuk kelainan kardivaskular.
Efek samping: Dosis tinggi atau pengobatan jangka lama, timbul mual,
muntah, sakit kepaala retensi garam dan cairan, rasa sakit pada payudara dan
ginekomsatia, gangguan haid, gangguan jiwa dan hiperkalsemia.
Dosis: Wanita: Sehari 0,05-0,1 mg. Pria: Sehari 0,05 mg.
3. Efek Samping
Reaksi yang sering timbul, a.l. gangguan siklus haid, mual atau bahkan
muntah, rasa kembung, edema, berat badan bertambah. Yang lebih serius pusing,
migren, kloasma terutama pada kulit muka, peningkatan tekanan darah, thrombosis,
proliferasi endometrium atau varises. Estrogen dapat meningkatkan kadar globulin
pengikat tiroid (throid binding globulin). Pasien dengan fungsi tiroid normal dapat
mengkompensasi keadaan ini hingga kadar T3 dan T4 serum normal. Tetapi pasien
dengan thyroid hormone replacement therapy bila menggunakan estrogen akan
membutuhkan dosis tiroid lebih tinggi. Kadar tiroid bebas pada pasien ini harus
dimonitor agar kadarnya berada dalam kisaran yang normal.

11
Pengguna estrogen atau estrogen + progestin pernah dihubungkan dengan
meningkatnya risiko kejadian infark miokard dan stroke, thrombosis vena dan
emboli paru. Bila timbul gejala atau ada suspek penyakit tersebut penggunaannya
harus segera dihentikan.
Pada pasien yang pernah hipertrigliseridemia, estrogen dapat menyebabkan
meningkatnya trigliserid dan dapat menyebabkan pankreatitis.pankreatitis.
Progestin
Progesterone adalah progestin alami yang paling penting. Progesterone disekresi olej
karpus luteum terutama pada fase luteal plasenta pada masa hamil, korteks adrenal dan
testis dari asetat. Progesterone juga merupakan precursor estrogen, androgen dan
kortikosteroid. Progesteron disekresi oleh ovarium terutama dari korpus luteum delama
fase pertengahan kedua siklus mestruasi. Progesteron diskresi 20-30 mg/hari selama fase
luteal dengan kadar plasma 0,5-2 mcg/dL, sedangkan pada laki-laki diskresi 1,5 mg/hari
dengan kadar plasma 0,03 mcg/dL
1. Farmakokinetik
Absorpsi progesterone cepat dan baik selama pemberian oral maupun parentral.
Waktu paruh plasma kira-kira 5 menit dan sebagian kecil disimpan di jaringan
lemak. Metabolism di hati, menjadi pregnadiol dan dikonjugasi dengan asam
glukuronat. Jumlah pregnadiol di urin merupakan ukuran sekresi progesterone.

2. Efek Fisiologi dan Farmakologi


Terhadap saluran genital progesteron menyebabkan fase luteal pada
endometrium, sekresi kelenjar serviks menjadi lebih kental dan banyak. Pada
akhir siklus progesterone akan turun dengan tiba-tiba dan menimbulkan
perdarahan haid. Bila fase luteal memanjang, storma dan endometrium
memanjang seperti pada kehamilan dini. Progesteron akan meningkat selama
kehamilan dan pada saat nidasi progesterone menvegah reaksi penolakan.
Terhadap kelenjar payudara, pada kehamilan dan fase luteal, estrogen bersama-
sama progesterone merangsang proliferasi asini kelenjar payudara . pada akhir
kehamilan asini di kelenjar payudara akan penuh dengan secret dan vaskularisasi
betambah. Penurunan progesterone yang tiba-tiba akan mencutuskan laktasi.
Tubuli ginjal, progesterone berkompetisi dengan aldosterone di tubuli ginjal,
mengakibatkan penurunan reabsorpsi Na, yang selanjutnya meningkatkan
sekresi aldosteron di korteks adrenal.
Suhu tubuh, progesterone meningkatkan suhu tubuh pada saat ovulasi yang
disebut sebagai efek termogeik progesterone. Selama kehamilan progester.

12
Selama kehamilan progesterone memperthankan kontraksi uterus. Pada fase
luteal akhir kadarnya menurun dan akan menimbulkan haid.
Progesterone sintetik. Sekarang banyak terdapat progesterone sintetik,
beberapa di antarnya efektif pada pemberian oral, dan derivate progesterone.
4. Macam-macam Obat
a. Cygest
Progesterone 200 mg, 400 mg.
Indikasi: Terapi untuk pendarahan uterus difungsional atau untuk
membantu siklus konsepsi pada dase luteal atau Fertilitasi In-Vitro, abortus
yang mengancam, kehamilan dengan riwayat abortus habitualis, Sindrom
pra-menstruasi.
Kontra Indikasi: Pendarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
Perhatian: Berikan per-rektal jika digunakan metode kontrasepsi barrier,
infeksi vagina, atau sistitix rekuren atau baru saja melahirkan. Berikan per
vagina jika pasien mengalami kolitis atau inkontinensia fekal. Gangguan
fungsi hati, hamil.
Efek samping: Mestruasi datang lebih awal atau sebaliknya (terlambat).
Dosis: Per vagina atau per rektal. Untuk mendukung fase luteal sehati 2x
400 mg. Sindrom pra menstrual sehati 200 mg atau 2x 400 mg, awali terapi
pada hari ke 14 siklus menstruasi dan lanjutka, sampai terjadi menstruasi.
Jika gejala pra menstruasi terjadi pada saat ovulasi, terapi dimulai pada hari
ke-12 siklus menstruasi.
b. Endometrial
Linestreonal 5 mg.
Indikasi: Lihat dosis.
Dosis: Oligomenore: sehari 1 tab pada hari ke-16 samapi 25 dari siklus
haid, polimenore; sehari 1 tab pada hati ke-5 samapai 25, pengobatan harus
diulang untuk 2-3 siklus. Meno dan metrore: sehari 2 tab selama 10 hari.
Dismenore; sehari 1 tab pada hari ke-5 atau ke-16 sampai 25. Endometrosis:
sehari 1 tab sedikitnya 6 bulan. Supresi ovulasi; sehari 1 tab pada hari ke-5
sampai dikehendaki. Mastopati fibrokistik; 1 tab pada hari ke 5-25
c. Grvynon
Allilestrenol 5 mg.
Indikasi: Lihat dosis.
Perhatian: Hati-hati pada penderita diabetes, bila terjadi gangguan
pengelihatan, pritosis atau gejala diplopia, lesi retinal vascular atau
migraine, pemberian obat harus dihentikan.
Efek samping: Mual dan muntah.
Dosis: Ancaman aborsi; sehari. Sehari 3x1 tab selama 5-7 hari, bila perlu
masa pengobatan dapat diperpanjang, setelah gejala hilang, sodid dikurangi

13
secara berangsur kecuali bila gejala timbul kembali. Aborsi habitualis:
Sehari 1-2 tab, segera setelah kehamilan terdiagnosa, pemberian dilanjutkan
sedikitnya sebulan setelah berakhirnya masa kritis. Ancaman kelahiran
premature; Dosis ditentukan secara indivisual, maksimum dosis dehari 8 tab.
d. Lestron
Allilestrenol 5 mg/tab.
Indikasi: gangguan fungsi hati.
Efek samping: gangguan saluran cerna, mual dan muntah.
Dosis: Ancaman Aborsi; Sehari 3x1 tab selama 5-7 hari dapat diperpanjang
jika diperlukan, pemberian harus diturunkan bertahap jika gejala sudah
hilang. Aborsi habitualis; Sehari 1-2 tab segera diberika setelah kehamilan
terdiagnosa, pemberian harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 1bulan
setelah masa krisis berakhir. Ancaman kelahiran prematur; pemberian
bersifat individual, pemberian dosis tinggi yang pernah dilakukan seharii 40
mg.
e. Premaston
Allilestrenol 5 mg.
Indikasi: Aborsi habitual atau gawat.
Kontra Indikasi: Fungsi hati abnormal.
Perhatian: Hati-hati penggunaan pada penderita penyakit hati.
Efek samping: Gangguan saluran cerna
Dosis: Aborsi gawat; Sehari 3x1 tab selama 5-7 hari, aborsi habitual sehati
1-22 tab segera setelah kehamilan terdiagnosis

f. Primolut N
Noretisteron 5 mg.
Indikasi: Perdarahan rahim disfungsional amenore primer dan sekunder,
sindrom para menstruasi mastopatia siklik, pengaturan waktu haid,
endometrosis.
Kontra Indikasi: Kehamilan, menyusui, diaberes, tumor hati, keganasan
yang dipengaruhi hormone seks, hipersensitif.
Dosis: Disesuaikan dengan keadaan.

g. Xilon
Metilprednisolon 4 mg/tab; 125 mg/vial.
Indikasi: Terapi penggati untuk penyakit pada korteks, adrenal, non
endokrin.
Kontra Indikasi: Infeksi jamur sistemik
Efek samping: Kondisi hiperseksresi lambung, peningkatan nafsu makan,
infeksi, insomnia, gugup
Dosis: Tab dewasa 4-48 mg, Anak 0,4-16 mg/kgBB. Inj dewasa 10-40 mg
IM/IV. Anak 0,5 mg/kgBB.

14
5. Efek Samping
Efek samping komponen KH paling sering adalah gangguan haid, mulai
mungkin timbul oada awal penggunaan, peningkatan tekanan darah, rasa sakit di
kelenjar mammae, gangguan toleransi glukosa pada diabetes, tromboembol.
Komponen progestin dapat menyebabkan sakit kepala. Gangguan kardiobaskular
umumnya lebih sering terjadi pada wanita usia lebih dari 35 tahun, perokok atau
mempunyai faktor risiko, missal obesitas, diabetes yang terapinya kurang baik atau
hipertensi.

E. ANDROGEN
1. KIMIA DAN BIOSINTETIS
Androgen adalah hormon steroid yang rumus kimianya yang berciri 19 atom
C dengan inti steroid. Di samping antrogen terdapat pula prekursor androgen yang di
sebut juga proandrogen.kadar testosteron dalam plasma relatif tinggi pada masa 3
kehidupan laki-laki, yaitu pada tahap enbrio ketika sedang deferensiasi fenotif,
mulai usia 6 bulan sampai pubertas kadarnya < 50 ng/ dL.
Androgen adalah Setiap kelompok hormon seks pria yang merangsang
perkembangan testis dan karakteristik seksual sekunder laki-laki, seperti
pertumbuhan rambut wajah. Androgen utama dan yang paling terkenal adalah
testosteron.
2. FAAL DAN FARMAKODINAMIK
Fungsi androgen tergantung periode kehidupan laki-laki. Pada masa embrional
(12-18 minggu) fungsinya ialah pembentukan penotif laki laki pada masa noenatus
di duga fungsinya ialah organisasi dan penandaan susunan saraf pusat dalam hal
tingkah laku dan fungsi seksual laki laki pada pubertas fungsinya adalah
menggubah laki-laki menjadi dewasa baik dalam pertumbuhan dan perkembangan
tulang dan rangka.
Pada perempuan, androgen berfungsi merangsang pertumbuhan rambut pubis
dan mungkin menimbulkan libido. Pada masa menopause androgen merupakan
sumber estrogen terbesar. Androgen juga merupakan factor eritropoetik lewat
perangsangan pembentukan eritropoetin di dalam ginjal. Androgen dalam kombinasi
dengan estrogen kadang-kadang diberikan untuk terapi sulih hormone pada wanita
pascamenopause untuk mengurangi kejadian perdarahan bila hanya menggunakan
estrogen saja. Disamping itu, androgen ini juga akan memperbaiki libido. Untuk

15
osteoporosis, androgen tidak lagi dianjurkan kecuali bila disebabkan oleh
hipogonadisme. Saat ini obat yang digunakan untuk osteoporosis adalah bifosfonat.
Efek farmakodinamik androgen mirip efek fisiologisnya. Terhadap testis
androgen berefek langsung. Pemberian androgen mengakibatkan respons yang
bifasik. Dosis rendah mengakibatkan atrofi testis dan penurunan fungsi testis karena
menghambat sekresi gonadotropin, sehingga tidak diproduksi testosterone endogen.
Dosis besar tidak menyebabkan atrofi maupun penurunan fungsi testis , karena kadar
testosterone eksogen cukup besar untuk menunjang kebutuhan testis meskipun sekresi
gonadotropin dan androgen endogen dihambat.
3. MEKANISME KERJA
Testosteron bebas dari plasma yang masuk ke sel target dengan cara difusi,
tergantung jaringan dan fungsi sel yang di masukan testosteron yang dapat di
masiukan langsung sebagai endrogen melalui ikatan dengan reseptor androgenatau
berubah dahulu menjadi DHT kemudian akan berikatan dengan reseptor androgen
yang sama dengan anfinitas yang lebih tinggi.
4. FARMAKOKINETIK
Testosteron dalam pelarutan minyak yang di suntikan diabsorsi lebih cepat
sehingga efeknya lemah, testosteron dalam bentuk ester kurang polar di bandingkam
betuk bebasnya sehingga dalam larutan miyak suntikan intramuskular akan di absorsi
lebih lambat dan masa kerjanya akanlebih panjang.

5. SEDIAAN DAN INDIKASI


Sediaan androgen yang di gunakan dalam klinik untuk efek androgen dapat
diliat sedianya untuk efek anaboliknya dan di sebut anaroid anabolik, efek
anabolik dari efek androgen ternyata tidak berhasil pada manusia efek samping
androgen ternyata tetap meyertai efek anabolik yang di tuju.
a. TERAPI SUBTITUSI dosis yang di perlukan paling sedikit setara 10 mg
testosteron ini bisa didapat misalnya pemberian testosteron propionat 25 mg
tiga kali seminggu bentuk ester kerja panjang spionat atau anatat dapat
diberikan tiap 2-3 minggu sebesar 200mg.

TABEL SEDIAAN ANDROGEN


No Nama Sediaan Kimia Cara Pemberian Pemakaian Klinis Dosis
1 Testosteron IM 10-50 mg/3xseminggu
Transdermal 2.5-10 mg/hari
Topical gel 15% 5-10 gel/hari
2 Testosterone Ester IM Karsinoma Payudara 10-25 mg/2-3 x seminggu

16
proporsional
3 Testosterone sipional Ester IM -Hipogonadisme prepubertas dan 100-200 mg/tiap 2-4
usia dewasa minggu
-Karsinoma payudara 200-400 mg/tiap 2-4
minggu
4 Testosterone enantat Ester IM Stimulasi pubertas/pertumbuhan individualisasi
pada kasus spesifik
5 Metiltestosteron 17 alkil Oral, sublingual -hipogonadisme usia dewasa 25-50 mg/hari.
5-10 mg/hari
(bukal)
-anabolik Individualisasi
-karsinoma payudara metastatik 200 mg/hari
6 Fluoksimesteron 17 alkil Oral -hipogonadisme usia dewasa 2-10 mg/hari
-anabolik Individualisasi
-karsinoma payudara metastatik 10-30 mg/hari
7 Danazol 17 alkil Oral -endometriosis Tergantung berat penyakit
dari respons individual
200-600 mg/hari selama
3-9 bulan.
-mama fibrosistik
100-400 mg/hari
-edema angioneurotik herediter
Awal : 400-600 mg/hari
lalu turun serendah
mungkin yang masih
efektif.

a. ANABOLIK, pada hipogonadisme pemberian testosterone menyebabkan


imbangan nitrogen positif, retensi nartrium, kalium, klorida, dan penambahan
berat badan. Efek anabolic hormone androgen sangat bergantung pada keadaan
gizi yang adekuat dan keadaan umum seseorang.
b. ANEMIA REFRAKTER, testosterone merangsang pembentukan eritropoetin,
sifat ini juga dimiliki oleh sediaan androgen lainnya, karena itu androgen dipakai
untuk pengobatan anemia refrakter.
c. EDEMA ANGIONNEUROTIK HEREDITER steroid 17 allkil efektif untuk
penggobatan edema , aktivitas hal ini sama dengan untuk perempuan dan laki laki
steroid 17 alkil meningkatkan kadar plasma glikoprotein yang di sentesi di hepar
termasuk beberapa faktor pembekuan dan inhibitor implement. Efek samping
steroid 17 alkil terhadap fungsi hepar steroid bersifat androgen lemah misalnya
danazol tidak kalah kuatnya di bamdimh androgen.
d. KARSINOMA PAYUDARA/MAMAE, androgen digunakan untuk terapi paliatif
karsinoma mamae metastasis pada perempuan. Testosterone paling efektif, makin
rendah efek androgenic suatu sediaan makin rendah efektifitasnya terhadap Ca
mamae. Dosis yang diperlukan untuk mencapai remisi jauh lebih besar daripada
dosis yang dipakai pada terapi substitusi sehingga virilisasi selalu terjadi. Remisi

17
lebih sering tercapai dengan kemoterapi sehingga kegunaan androgen untuk
karsinoma mamae bukan obat terpilih. Pada karsinoma laki-laki, bahkan androgen
merupakan kontraindikasi.
e. OSTEOPOROSIS androgen hanya bermanfaat untuk osteoporosis yang di
sebabkan oleh defisiensi androgen kegunaan pada osteoporosis jenis lain belum
tebukti pada perempuan kegunaan di kalahkan oleh estrogen sebab androgen
terbukti tidak bermangfaat dari pada entrogen sedangkan efek masulinisasi
menggangu
f. INFERTILITAS pada infertilitas akibat hipogonadisme sekunder di perlukan
gonadotropin untuk merangsang dan mempertahankan spermatogenesis
testosteron di gunaskan untuk terapi infertilitas yang di sebabkan oleh
oligossperma idiopatik sediaan depot (testosteron enantat atau sipionat 200 mg) di
suntikan IM sekali seminggu selama 12-20 minggu. Keberhasilan bervariasi tetapi
tidak melebihi 40% beberama kelemahan terapi ini ialah : (1) masa terapi panjang
dan hasilnya baru terlihat 3-4 bulan setelah yterapi di hentikan; (2) perbaikan
produksi sperma hanya bertahan selama 2-3 bulan; dan (3) ada kemungkinan
terjadi depresi spermatogenesis yang menetap.
g. KELAINAN GINEKOLOGIS androgen dahulu di gunakan untuk kelainan
ginekologis misalnya pendarahan uterus, dismenore dan menopause, tetapi saat ini
pilihan jatuh pada estrogen dan atau progestin androgen tidak di anjurkan untuk
menghentikan pendarahan uterus yang di sebabkan oleh pemberian estrogen.

6. EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT


A.MASKULINISASI
Pada perempuan semua sediaan androgen berefek maskulinisasi gejala dini
ialah pertumbuhan kumis ,akne,merendahnya nada suara gangguan menstruasi
akan terjadi bila sekresi gonadotropin terhambat.gejala-gejala ini dapat hilang bila
penggunaan androgen segera dihentikan.
a. FEMINISASI
Efek samping ginekomastia cenderung terjadi pada laki- laki ,terutama yang
ada gangguan hepar hal ini mungkin berhubungan dengan aromatisasi androgen
menjadi estrogen ,sebab pemberian esters testosteren meningkatkan kadar
estrogen plasma pada laki–laki diketahui bahwa enzim aromatisasi efek samping
ini tidak terjadi pada penggunaan steroid yang di reduksi pada posisi 5 misalnya
oksandrolon

18
b. PENGHAMBATAN SPERMATOGENESIS
Androgen di perlukan untuk spermatogenesis, tetapi penggunaan androgen
dosis rendah jangka panjang justru dapat menghambat spermatogenesis androgen
dosis tersebut cukup untuk menghambat sekresi LH,FSH dan testosteron endogen
sehingga kadar testosrteron di dalam testis tidak cukup untuk berlangsungnya
spermatogenesis normal hal ini terjadi karena aromatisasi testosteron menjadi
estrogen, penghambat kuat sekresi gonatropin androgen dosis tinggi juga
menghambat sekresi testosteron endogen tetapi kadar plasma yang di capai jauh di
atas normal ( dengan segala konsekuensi efek samping), jadi kadar testosteron
dalam testis cukup untuk spermatogenesis.
c. HIPERPLASIA PROSTAT
Pada lakii-laki usia lanjut androgen dapat merangsang pembesaran prostat
karena hiper plasia ; hal ini meyebabkan obstruksi. Juga kemungkinan munculnya
kanker prostat yang mungkin yang tadinya tida terdeteksi karena itu perlu
perhatian khusus bila di gunakan pada laki-laki usia lanjut.
d. GANGGUAN PERTUMBUHAN
Hati hati memberikan androgen pada anak prapubertas, sebab dapat terjadi
pubertas prekoks . jangan memberikan anabolik steroid untuk merangsang
pertuumbuhan anak yang meskipun berbadan kecil tetapi normal dan sehat.
Pemberian untuk gangguan pertumbuhan tertentu harus di lakukan ioleh hormon
anak karena biasanya bukan hanya nadrogen yang di perlukan androgen
mempercepat penutupan epifisis sehingga mungkin anak tiodak akan mencapai
tinggi badan yang seharusnya beratnya efeksamping ini tergantung dari usia
tulang, obat uang di pakai, dosis dan lama terapi. Efek samping ini dapat bertahan
kurang lebih 6 bulan meskipun pemberian androgen telah di hentikan. Pada laki-
laki dengan hopogonadisme, terapi androgen pada walnya dapat menimbulkan
priappusmus, efeksamping ini akan hilang walaupun terapi di teruskan.
e. EDEMA
Pada dosis terapi untuk hipogonadisme retensi cairan biasanya tidak sampai
menimbulkan edema. Pemberian androgen dodis besar misalnya pada
penggobatan neoplasma menimbulkan edema yang di sebabkan oleh retensi Air
dan elktrolit. Hal ini harus di pertimbangkan sewaktu memberikan androgen pada
pasien gaqgal jatung, penyakit ginjal, sirosis hepatis dan hipoprotenemia.
f. IKTERUS

19
Metil testosteron merupakan androgen yang pertama di ketahuai dapat
menimbulkan hepatitis kolestatik. Ikterus jarang terjadi dan reversibel bila obat
dihentikan .bila timbul ikterus hal itu disebabkan stasis empedu dalam kapiler
bilier tanpa kerusakan sel .kemudian oleh 17-alkil steroid. Testosteron dan ester
testosteron tidak menimbulkan efek samping ini, karena itu ester testosteron lebih
sering digunakan dalam klinik. Efek samping ikterus berhubungan dengan dosis
dan muncul 2-5 bulan setelah muali teraphy.karena itu steroid 17-alkil dipakai
hanya untuk jangka pendek 3-4 minggu,disusul masa istirahat yang sama lamanya.
g. HIPERKALSEMIA
Hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan pasien karsinoma payudara
yang diobati dengan androgen. pada keadaan ini terapi androgen harus dihentikan
dan diberi cairan yang cukup (hidrasi) serta diberi pengobatan terhadap
hiperkalsemia.

7. INTERAKSI OBAT 17-


Alkil androgen meningkatkan efek anti koagulan oral (kumarin dan indandion)
sehingga perlu penurunan dosis antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pendarahan . Metandrostenolon menurunkan metabolisme oksifenbutason
sehingga efeknya menjadi lebih panjang ,lebih kuat, dan sulit diduga.karena itu
dianjurkan untuk tidak memakai kedua obat ini bersamaan .metandrostenolon
juga meningkatkan efektivitas dan efek toksi kortikosteroid.anabolik steroid
dapat menurunkan kadar gula darah pasien diabetes melitus, sehingga kebutuhan
akan obat antidiabetik menurun .lagi pula anabolik steroid menghambat
metabolisme antidiabetik oral. Androgen menurunkan tiroksin binding globulin
(TBG) plasma, sedangkan tiroid hormon bebas (T3 & T4) tetap normal .

F. ANTIANDROGEN
Antriandogen ialah zat yang menghambat sintesis ,sekresi atau kerja
androgen.tujuan peneliyian tentang obat yang bersifat antiandrogen pertama-tama
untuk pengobatan karsinoma prostat atau keadaan lain yang berhubungan dengan
kadar testosteren yang berlebihan baik pada laki-laki maupun perempuan dan anak-
anak.
Estrogen merupakan antiandrogen alami. Efek estrogen pada jaringan target
berlawanan dengan efek androgen .selain itu estrogen juga merupakan penghambat
sekresi testosteren.

20
Progesteron merupakan antiandrogen lemah beberapa derivat progesteron
dengan gugus 1,2-metilene misalnya siproteron asetan yang merupakan
antiandrogen yang paling kuat . Siproteron asetat juga memiliki sifat progestogenik
dan menghambat sekresi gonadotropin.obat ini merupakan penghambat kompetitif
androgen di samping menghambat produksi testosteron .pemberian 200 mg
siproteron asetat selama 10-14 hari pada laki-laki menurunkan libido yang
berlebihan.efeknya terhadap libido ini menyebabkan siproteron asetat tidak mungkin
digunakan sebagai kontrasepsi laki-laki .selain itu hasil penelitian menunjukan bahwa
efektivitas siproteron sebagai kontresepsi laki-laki tidak konsisten .efek lain yang
mengganggu ialah ginekomastia . siproteron efektif untuk terapi pubertas prekoks
,tetapi ternyata efek samping sampingnya berat yaitu menghambat efek anabolik
androgen dan pertumbuhan anak .siproteron juga efektif untuk hirsutisme berat
dikombinasikan dengan estrogen.
Beberapa penelitian dengan siproteron asetat 200-300 mg/hari menunjukan
hasil yang cukup baik untuk hipertrofi prostat dan karsinoma prostat. Klormadinon
asetat, analog siproteron digunakan pada karsinoma prostat dengan dosis 100
mg/hari.
Agonis dan antagonis GnRH digunakan untuk menurunkan sekresi
testosterone.analog GnRH diberikan secara berlebihan terus-menerus akan
menurunkan sensitivitas dan jumlah reseptor GnRH sehingga reproduksi LH akan
menurun diikuti dengan penurunan produksi testosterone. Obat ini dipakai untuk
terapi kanker prostat. Abareliks adalah antagonis GnRH yang juga dipakai untuk
kanker prostat, terutama untuk yang telah metastasis ke sumsum tulang belakang.
Flutamid ialah suatu antiandrogen yang bukan steroid sehingga tidak
memperlihatkan aktivitas hormon. kerjanya mungkin melalui perubahan invivo
menjadi 2 hiroksiflutamid dan mengakibatkan regresi organ-organ yang dipengaruhi
testosteron misalnya fosfat dan vesikula seminalis. Karena mekanisme umpan balik
testoteron plasma ,kenaikan testosteron plasma ini dapat menjadi pembatas efek
flutamid paling bermanfaat untuk menghambat androgen andrenal pasien yang
dapat. Kegunaan klinik flutamid ialah untuk kanker prostat 3 x sehari, diberikan
bersama GnRH analog. Contoh GnRH analog adalah leuprolid, buserelin,
leuprorelin, goserelin dalam bentuk sediaan suntikan depo yang diberikan 3 bulan
sekali. Bicalutamid ternyata lebih aman dan penggunaannya lebih mudah yaitu 1 x
sehari. Sedangkan nilutamid kurang aman dibandingkan keduanya.

21
Finasterid ialah sediaan penghambat kompetitif enzim 5-a reduktase tipe II
yang aktif secara oral. Dutasterid menghambat tipe I dan II. Kedua obat ini
menurunkan kadar DHT plasma dan prostat tanpa peningkatan LH atau testosterone
dan diindikasikan untuk hyperplasia prostat jinak. Efek sampingnya impotensi tanpa
diketahui mekanismenya. Finasterid juga bermanfaat untuk hirsutisme wanita dan
male baldness pada pria.

G. INSULIN
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans di
pankreas, sebagai respon terhadap peningkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin
berperan dalam pengaturan metabolisme, terutama karbohidrat, tetapi kekurangan
insulin akan mengakibatkan berbagai gangguan serius metabolisme zat lainnya.
Glokagon, hormon yang diproduksi oleh sel pulau Langerhans, mempunyai

kerja yang berlawanan dengan insulin antara lain menimbulkan glikogenesis dan
hiperglikemia.
Sediaan :
1. Insulin kerja cepat, antara lain termasuk insulin reguler manusia, insulin
reguler dari kristal seng insulin, insulin semi lente (suspensi seng insulin), dengan
mula kerja antara 0,5-1 jam dan lama kerja 5-8 jam.
2. Insulin kerja sedang, antara lain suspensi insulin isofan manusia, suspensi seng
insulin (insulin lente), seng insulin globin dengan mula kerja 1-2 jam dan lama
kerja 24-48 jam.
3. Insulin kerja lama, termasuk seng protamin insulin (PZI), insulin ultralente
mempunyai mulai kerja 4-8 jam dan lama kerja lebih dari 36 jam.
4. Sediaan kombinasi, misalnya suspensi insulin isofan dengan suntikan insulin,
mula kerjanya 0,25 – 1 jam dengan lama kerja 24 jam.
5. Lisproinsulin adalah sediaan insulin yang relatif baru.
Indikasi : Glukagon terutama digunakan pada pengobatan hipoglikemia yang
ditimbulkan oleh insulin. Hormon tersebut dapat diberikan secara IV, IM atau SK
dengan dosis 1 mg. Bila dalam 20 menit setelah pemberian glukagon SK pasien
koma hipoglikemik tetapi tidak sadar, maka glukosa IV harus segera diberikan
karena mungkin sekali glikogen dalam hepar telah habis atau telah terjadi kerusakan
otak yang menetap. Glukagon HCL tersedia dalam ampul berisi bubuk 1 dan 10 mg.
Toksilitas insulin, menimbulkan :
a. Hiperglikemia :
- Lemah, lapar
- Berkeringat
- pusing, sakit kepala

22
- takikardia
- ansietas-tremor
- gangguan mental
- gangguan penglihatan
b. Hipokalemia :
- Karena insulin memasukkan K kedalam sel
- sering pada pasien dengan ketoasidosis yang diterapi dengan insulin
- hipokalemia berat, takikardia dengan gangguan neuromuskular

Banyak dari gejala tersebut diatas akibat penegeluaran epinefrin, epinefrin


menyebabkan glikogenolisis, glukoneogenesis, lipolis dan menghambat pengeluaran
insulin. Gejala ini akibat otak kekurangan suplai energi.

Antidiabetik oral (ADO)

Pasien NIDDM (tipe 2) yang gagal dikontrol dengan diet dan olahraga
memerlukan antidiabetik oral. Obat-obat golongan sulfonilurea akan merangsang
sekresi insulin di sel beta pulau Langerhans dan selanjutnya akan meningkatkan
sensitivitas jaringan terhadap insulin.

1) Sulfonilurea, semua sulfonilurea absorpsinya baik melalui saluran cerna, dan

semua sulfonilurea merangsang sel mensekresi insulin dan meningkatkan

sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin. Sama seperti insulin, komplikasi utama
adalah timbulnya hipoglikemia.
Mekanisme kerja : golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues,

kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel Langerhans pankreas.

Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-sensitive K channel pada

membran sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan

membuka kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel- ,

merangsang granula yang berisi insulin akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah
yang ekuivalen demgan peptida-C. Kecuali itu sulfunilurea dapat mengurangi
kliners insulin di hepar. Pada penggunaan jangka panjang atau dosis yang besar
dapat menyebabkan hipoglikemia.
Efek samping : insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensnya lebih
rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat
timbul. Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan
fungsi hepar atau ginjal, terutama yang menggunakan sediaan dengan masa kerja
23
panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi mual, muntah, diare,
gejala hematologik, susunan saraf pusat, mata, kemerahan kulit, supresi mielosit,
kolestatik jaundice dan sebagainya.
Indikasi : memilih sulfunolurea yang tepat untuk pasien tertentu sangat penting
untuk suksesnya terapi. Kegagalan terapi dengan salah satu derivat sulfonilurea,
mungkin juga disebabkan oleh perubahan farmakokinetik obat, misal
penghancuran yang terlalu cepat. Apabila hasil terapi yang baik tidak dapat,
dipertahankan dengan dosis 0.5 g klorpropamid, 2 g tolbutamid, 1.25 g
asetoheksamid atau 0.75 g tolazamid, sebaiknya dosis jangan ditambah lagi.
2) Glibenklamid (glimepird), merupakan sulfonilurea generasi II yang relatif bar,
dan yang pertama dapat dikombinasi dengan insulin. Glibenklamid tidak
mempunyai kelebihan dibanding sulfonilurea lainnya. Eksresi glibenklamid
melalui urin dan tinja. Seperti sulfonilurea lainnya, glibenklamid dapat
menimbulkan hipoglikemia, hiperinsulinemia dan meningkatkan berat badan.

3) Analog meglitinid, repaglinid dan nateglinid bukan sulfonilurea, tetapi mekanisme


kerjanya mirip. Obat ini diabsorpsi baik pada pemberian oral, sebaiknya diminum
30-60 menit sebelum makan, dimetabolisme dihati dan eksresinya melalui urin.
Efek samping : hipoglikemia dapat terjadi, tetapi lebih ringan dibanding
hipoglikemia akibat sulfonilurea. Repaglinid pernah dilaporkan menyebabkan
hipoglikemia berat pada pasien yang juga menggunakan geemfibrozil (suatu obat
hipolipdemia). Peningkatan berat badan dapat terjadi tetapi lebih ringan dibanding
sulfonilurea. Obat ini harus diberikan dengan sangat hati-hati pada pendertita
gangguan hati.

4) Biguanid, mekanisme kerjanya lain dibanding dengan sulfonilurea. Biguanid tidak


bekerja melalui perangsangan insulin, tetapi langsung pada target organ. Obat ini
tidak menurunkan glukosa pada orang normal, tetapi berpotensiasi dengan insulin.
Pada penderita diabetes gemuk penggunaan biguanid dapat menurnkan BB, tetapi
tidak pada orang normal. Penderita DM yang gagal menggunakan sulfonilurea,
masih dapat diberi biguanid. Dosis awal 2 x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan
(maintenance dose) 3 x 500 mg, dosis maksimal 2.5 gram. Obat diminum pada
waktu makan, pasien DM yang tidak memberikan respon dengan sulfonylurea
dapat diatasi dengan melformin, atau dapat pula diberikan sebagai terapi kombinasi
dengan insulin atau sulfonylurea.

24
Efek samping : Hampir 20 % pasien dengan metformin mengalami mual, muntah,
diare serta kecap logam (metalic taste), tetapi dengan menurunkan dosis keluhan-
keluhan tersebut segera hilang. Pada beberapa pasien yang mutlak bergantung pada
insulin eksogen, kadang-kadang biguanid menimbulkan ketosis yang tidak disertai
dengan hiperglikemia (starvation ketosis). Hal ini harus dibedakan dengan ketosis
karena defisiensi insulin.
Indikasi : sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan
digunakan pada terapi diabetes dewasa.
5) Metformin, merupakan sediaan biguanid yang banyak digunakan.
Efek samping, mual, muntah, diare, dan rasa kecap logam. Pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal dan sistem kardiovaskuler, biguanid meningkatkan kadar
asam laktat darah, sehingga mengganggu keseimbangan elektrolit.indikasi biguanid
untuk terapi diabetes pada orang dewasa, biguanid tidak dapat menggantikan
insulin.
6) Golongan glitazon, merupakan insulin sensitizer, dalam kelompok ini termasuk
troglitazon, pioglitazon dan rosiglitazon. Pioglitazon dapat digunakan sebagai
monoterapi, atau dalam kombinasi dengan obat-obat hipoglikemik lain serta juga
insulin. Pioglitazon dan rosiglitazon diabsorbsi baik pada pemberian oral,
metabolisme dihati dan eksresinya melalui urin. Obat ini tidak dianjurkan untuk
diberikan pada ibu menyusui.
Efek samping : obat ini bersifat hepatotosik, pernah dilaporkan menyebabkan
kematian, jadi sangat dianjurkan pemeriksaan enzim hati/fungsi hati sebelum
pemberian obat ini dan dilakukan pemeriksaan fungsi hati rutin setiap 2 bulan.
Efek samping lainnya adalah sakit kepala dan anemia. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral dapat menjadi hamil karena obat ini dapat menurunkan kadar
plasma estrogen yang terdapat dalam kontrasepsi oral.
7) Akarbose, penghambat – glukosidase, termasuk dalam golongan ini akarbose

dan migitol, diberikan oral untuk penderita diabetes tipe 2.


Mekanisme kerja : obat ini menghambat enzim yang memecah karbohidrat
menjadi glukosa, yang terdapat di intestin. Bila digunakan sebagai monoterapi obat
ini tidak menimbulkan efek hipoglikemik, tetapi bila dikombinasi dengan
sulfonilurea atau insulin, hipoglikemik dapat terjadi. Akarbose absorpsinya buruk,
dimetabolisme terutama oleh kuman disaluran cerna dan dieksresi sebagian melalui
urin. Miglitol absorpsinya lebih baik tetapi tidak memperlihatkan efek sistemik dan
eksresinya dalam bentuk utuh urin.

25
Efek samping : terutama kentut, diare dan kejang perut. Pasien dengan gangguan
saluran cerna, ulkus dikolon, obstruksi saluran cerna jangan menggunakan obat ini.
Obat ini jangan diberi bersama metformin karena akan menurunkan kadar
metformin.
H. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid, Analog-Sintetik Dan Antagonisnya
ADRENOKORTIKOTROPIN (ACTH)
1. MEKANISME KERJA
Setelah ACTH bereaksi dengan reseptor hormon yang spesifik di
membran sel korteks adrenal terjadi perangsangan sintesis
adrenokortikosteroid pada jaringan target tersebut melalui peningkatan
aktivitas adenil-siklase sehingga terjadi peningakatan sintesis siklik-AMP.
Tempat kerja siklik-AMP pada steroidogenesis ialah pada proses pemecahan
rantai cabang kolesterol dengan oksidasi, proses ini menghasilkan
pregnenolon.
Pengaruh ekstra-adrenal ACTH antara lain dapat dilihat pada warna
kulit kodok yang diisolasi,. Hormon ini dapat menyebabkan warna kulit
tersebut menjadi hitam. Hal ini mungkin disebabkan karena pada hewan
gugus asam amino ke-1 sampai ke-13 identik dengan gugus asam amino yang
terdapat pada α-MSH (melanocyte-stimula-ting hormon). Pada manusia
hiperpigmentasi akibat ACTH dapat terjadi pada penyakit Addison karena
adanya aktivitas α-MSH intrinsik pada ACTH.
2. FARMAKOKINETIK
ACTH tidak efektif bila diberikan per oral karena akan dirusak oleh
enzim proteolitik dalam saluran cerna. Pada pemberian IM, ACTH diabsorpsi
dengan baik. Setelah pemberian IV, ACTH cepat menghilang dari sirkulasi;
pada manusia masa paruhnya kira-kira 15 menit. ACTH yang ditemukan
dalam urin tidak mempunyai aktivitas biologis yang berarti. Ini menunjukan
bahwa hormon tersebut mengalami inaktivasi di jaringan.
Besarnya efek ACTH pada korteks adrenal tergantung dari cara
pemberiannya. Pemberian infus ACTH 20 unit terus menerus selama waktu
yang bervariasi dari 30 detik sampai 48 jam, menyebabkan sekresi
adrenokortikosteroid yang linier sesuai dengan waktu infus. Bila ACTH
diberikan secara IV cepat, sebagian besar hormon ini tidak akan bekerja pada
korteks adrenal.
Saat ini ada ACTH sintetik yang lebih terpilih untuk pemakaian klinik
yaitu kosintropin.
3. INDIKASI

26
ACTH banyak digunakan untuk membedakan antara insufisiensi
adrenal primer dan sekunder. Pada insufisiensi primer kelenjar adrenal
mengalami gangguan, sehingga pemberian ACTH tidak akan menyebabkan
peninggian kadar kortisol dalam darah. Sebaliknya, pada insufisiensi
sekunder gangguan terletak di kelenjar hipofisis, sehingga pemberian ACTH
akan menyebabkan peninggian kadar kortisol darah.
Dahulu ACTH sering digunakan untuk mengobati insufisiensi adrenal
dan penyakit nonendokrin lain yang memerlukan glukokortikoid, tetapi
hasilnya kurang dapat dipercaya dan kurang menyenangkan bila
dibandingkan dengan pemakaian kortikosteroid. Pemberian ACTH juga akan
merangsang sekresi mineralokortikoid sehingga dapat menyebabkan retensi
air dan elektrolit. Berbeda dengan pemberian glukokortikoid, penggunaan
ACTH menyebabkan jaringan memperoleh bukan hanya glukokortikoid,
tetapi juga mineralokortikoid dan androgen. Karena alasan tersebut di atas,
ACTH jarang digunakan untuk pengobatan yang bertujuan mendapatkan efek
glukokortikoid.
ACTH sekarang ini masih digunakan antra lain untuk mengatasi :
neuritis optika, miastenia, gravis, dan sklerosis multipel.
4. EFEK SAMPING
ACTH dapat menyebabkan timbulnya berbagai gejala akibat
peningkatan sekresi hormon korteks adrenal. Selain itu hormon ini dapat pula
menyebabkan reaksi hipersensitivitas, mulai dari yang ringan sampai syok
dan kematian. Reaksi terhadap kosintropin lebih jarang terjadi. Peningkatan
sekresi mineralokortikoid dan androgen menyebabkan lebih sering terjadi
alkalosis hipokalemik (akibat retensi Na) dan akne bila dibandingkan dengan
pemberian kortisol sintetik.

5. SEDIAAN DAN POSOLOGI


Kortikotropin USP, larutan steril untuk pemakaian IM atau IV. Sediaan ini
berasal dari hipofisis mamalia.
Kortikotropin repositoria, merupakan larutan ACTH murni dalam gelatin
untuk suntikan IM atau SK, dengan dosis 40 unit, diberikan sekali sehari
Kortikotropin seng hidroksida USP, suspensi untuk pemberian IM.
Diberikan sekali sehari dengan dosis 40 unit.
Kosintropin, peptida sintetik yang dapat diberikan IM atau IV, dosis 0,25 mg
ekuivalen dengan 25 unit.
ADRENOKORTIKOSTEROID DAN ANALOG SINTETIKNYA

27
1. MEKANISME KERJA
Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang
tranksripsi dan sintesis protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoid
dan fibroblas hormon steroid menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid,
hal ini menimbulkan efek katabolik.
2. FAAL DAN FARMAKODINAMIK
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak;
dan mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskuler, ginjal, otot lurik, sistem
saraf dan organ lain. Korteks adrenal berfungsi homeostatik, artinya penting bagi
organisme untuk mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan
lingkungan. Hewan tanpa korteks adrenal hanya dapat hidup apabila diberikan
makanan yang cukup dan teratur, NaCl dalam jumlah cukup banyak dan
temperatur sekitarnya dipertahankan dalam batas-batas tertentu. Fungsi
kortikosteroid penting untuk kelangsungan hiduo organisme.
Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis, makin
besar dosis terapi makin besar efek yang didapat. Tetapi disamping itu juga ada
keterkaitan kerja kortikosteroid dengan hormon-hormon lain. Peran
kortikoteroid dalam kerjasama ini disebut permissive effects yaitu kortikoteroid
diperlukan supaya terjadi suatu efek hormon lain, diduga mekanismenya adalah
melalui pengaruh steroid terhadap pembentukan protein yang mengubah respons
jaringan terhadap hormon lain.
Suatu dosis kortikosteroid dapat memberikan efek fisiologik atau
farmakologik, tergantung keadaan sekitar dan aktivitas individu. Misalnya,
hewan tanpa kelenjar adrenal yang berada dalam keadaan optimal hanya
membutuhkan kortikosteroid dosis kecil untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Tetapi bila keadaan sekitarnya tidak optimal, maka dibutuhkan dosis obat yang
lebih tinggi untuk mempertahankan hidupnya. Bila dosis obat yang relatif tinggi
ini diberikan berulang kali pada hewan yang sama dalam keadaan optimal, akan
terjadi hiperkortisisme, yaitu gejala kelebihan kortikosteroid. Diduga, adanya
variasi aktivitas sekresi kortokosteroid pada orang normal menunjukan adanya
variasi kebutuhan organisme akan hormon tersebut.
3. INDIKASI
Terapi substitusi Pemberian kortikosteroid disini bertujuan memperbaiki
kekurangan akibat insufisiensi sekresi korteks adrenal. Insufisiensi adrenal
kronik. Kelainan akibat operasi atau lesi korteks adrenal ini dapat dengan
pemberian 20 – 30 mg/hari dalam dosis berbagi (20 mg pada pagi hari dan 10

28
mg pada sore hari). Banyak pasien memerlukan juga mineralokortikoid
fluorokortison asetat dengan dosis 0,1 – 0,2 mg/hari.
Hiperplasia adrenal kongenital Hampir 90% pasien dengan kelainan
mengalami penurunan aktivitas enzim 21-hidroksi-lase, sehingga pembentukan
21-hidroksisteroid akan terhambat. Semua pasien hiperplasia adrenal kongenital
membutuhkan terapi substitusi kortisol, dan bila perlu juga dapat diberikan
kortikosteroid yang meretensi Na+.
Insufisiensi adrenal sekunder akibat insufisiensi adenohipofisis Terapi
substitusi dengan kortisol, pagi hari 20 mg dan sore 10 mg, disesuai kan dengan
siklus diurnal sekresi adrenal. Sesudah insufisiensi adrenal terkendali, dapat
ditambahkan tiroid. Sebab bila langsung diberikan tiroid tanpa kortisol mungkin
terjadi insufisiensi adrenal akut.
Terapi non-endokrin Dasar pemakaian kortikosteroid disini adalah efek
antinflamasinya dan kemampuannya menekan reaksi imun. Pada keadaan yang
perlu penanganan reaksi radang atau reaksi imun untuk mencegah kerusakan
jaringan yang parah dan menimbulkan kecacatan, penggunaan kortikosteroid
mungkin berbahaya sehingga perlu disertai dengan penanganan tepat bagi
penyebabnya.
Fungsi paru pada fetus Penyempurnaan fungsi paru fetus dipengaruhi oleh
sekresi kortisol pada fetus. Pemberian kortikosteroid dosis tinggi kepada ibu
hamil akan membantu pematangan fungsi paru pada fetus yang akan dilahirkan
prematur sehingga resiko terjadinya respiratori distress syndrom, perdarahan
intraventrikular dan kematian berkurang.
Atitis Kortikosteroid hanya diberikan pada pasien artitis reumatoid yang
sifatnya progesif, dengan pembekakan dan nyeri sendi yang hebat sehingga
pasien tidak dapat bekerja meskipun telah diberikan istirahat, terapi fisik dan
obat golongan anti-inflamasi non-streoid. Kortikosteroid sering perlu didampingi
oleh obat imunosupresan misalnya metrotreksat atau siklofosfamid yang dalam
jangka panjang lebih bermanfaat daripada steroid saja karena efek samping yang
berat, steroid hanya dipakai sementara dan dilanjutkan dengan metotreksat saja

atau obat baru lain yang menghambat TNF- .


Penyakit mata Kortikosteroid dapat mengatasi gejala inflamasi mata bagian
luar maupun pada segmen anterior. Obat dapat diberikan pada kantung
konjungtiva yang akan mencapai kadar terapi dalam kadar cairan mata,
sedangkan pada gangguan bagian mata posterior lebih baik diberikan sistemik.

29
Pada konjungtivitis karena bakteri, virus atau fungus, obat ini dapat
menimbulkan masking effect sehingga infeksi dapat terus menjalar kedalam dan
menimbulkan kebutaan. Obat ini tidak boleh digunakan pada herpes simpleks
mata (dentritis keratitis), karena dapat memperburuk keadaan menimbulkan
kekeruhan kornea yang menetap.
Penyakit kulit Bermacam-macam kelainan kulit dapat diobati dengan sediaan
steroid topikal. Harus diperhatikan ialah kadar kandungan steroidnya. Pada
penyakit akut dan berat serta pada eksakserbasi penyakit kulit kronik,
kortikosteroid diberikan secara sistemik.
Penyakit hepar Uji klinis menunjukan bahwa glukokortikoid dapat
memperpanjang masa hidup pasien nekrosis hepar subakut dan hepatitis kronik
aktiv. Hepatitis alkoholik dan sirosis non-alkoholik pada wanita. Pada hepatitis
kronik aktif, dapat diberikan prednison 60-100 mg/hari. Dosis diturunkan
bertahap bila ada perbaikan peyakit. Pada hepatitis autoimun 80% pasien
menunjukkan remisi secara histologis.bila diberi prednison 40-60 mg sehari
yang diturunkan dengan bertahap sampai dosis pemeliharaan 7,5-10 mg sehari
bila kadar serum transaminase menurun.
Edema serebral. Glukokortikoid sangat efektif untuk mencegah atau mengobati
edema serebral karena parasit atau tumor otak, terutama pada kasus metastasis.

4. EFEK SAMPING
Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba bahkan
menimbulkan insufisiensi adrenal akit dengan gejala demam, milgia, artralgia,
dan malaise.
Komplikasi yang timbul akibat pengobatan ialah gangguan cairan dan elektrolit,
hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama tuberkulosis,
pasien tukak peptiknungkin dapat mengalami pendarahan atau perforasi,
osteoporosis, miopati yang karakteristiknya, pesikosis,fabitus pasien cushing.
Glikosuria dapat diatasi dengan diet dan pemberian insulin atau hipoglikemik
oral .
Tukak peptik ialah komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada pengobatan
dengan kotikosteroid. Sebab itu bila ada kecurigaan dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan radiologik terhadap saluran cerna bagian atas sebelum obat
diberikan. Pemberian dosis besar sebaiknya dilakukan pada waktu lambung
berisi, dan di antara waktu makan diberikan antasid bila perlu.
Miopati biasanya terjadi pada otot proksimal lengan dan tungkai bahu dan
pelvis, pada pengobatan dengan dosis besar. Miopati merupakan komplikasi

30
yang berat, obat harus segera dihentikan. Gejala ini hilangnya lambat dan otot
mungkin tidak dapat kembali normal dengan sempurna.
Psikosis merupakan komplikasi berbahaya dan sering terjadi. Meskipun
demikian pada penyakit yang sangat berbahaya obat ini dpat diteruskan,
sedangkan pada keadaan yang ringan dosis obat harus segera dikurangi.
Gangguan psikiatrik ini dapat timbul dalam berbagai bentuk, antara lain
nervositas, insomnia, perubahaan mood dan jiwa serta timbulnya tipe psikopati
manik-depresif atau skizofrenik. Gangguan jiwa akibat penggunaan hormon ini
dapat hilang segera atau dalam beberapa bulan setelah obat dihentikan. Selain
gangguan jiwa juga mungkin terjadi serangan konvulasi, terutama pada anak-
anak.
Osteoporosis dan fraktur vertebra karena kompresi juga merupakan komplikasi
hebat yang sering terjadi pada semua umur. Vertebra pasien dengan terapi
glukokortikoid untuk beberapa bulan, harus diperiksa secara radiologik. Bila
terdapat gejala osteoporosis pengobatan harus dihentikan. Hal ini perlu
diperhatikan pada wanita dengan mati haid yang sedang mendapat pengobatan
kortikosteroid.
Hiperkoagulabilitas darah dengan kejadian tromboemboli telah ditemukan
terutama pada pasien yang mempunyai penyakit yang memudahkan terjadinya
trombosis intravaskular. Pengobatan kortikosteroid dosis besar pada pasien ini,
harus disertai pemberian antikoagulan sebagai terapi profilaksis.

2.2 Kontrasepsi
Obat
A. Cerazette
Kontra Indikasi : Riwayat penyakit hati berat, tumor yang tergantung
progesterone, pendarahan yang tidak diagnosis.

Efek Samping : Kanker payudara, Kanker hati, tromboeboli, sakit kepala,


berat badan meningkat, nyeri payudara, mual, muntah.

B. Cyclogeston

Indikasi : Kontrasepsi ini untuk jangka waktu 1 bulan.

Kontra indikasi : Kehamilan atau ada dugaan hami, kanker payudara,


kanker sel genital, penyakit pembuluh darah otak, penyakit hati akut,
hipersensitif,

31
Efek samping : Mual, sakit kepala, nyeri dada, peningkatan berat badan,
amenore.

Dosis : Hanya digunakan untuk pemakaian injeksi secara intramuscular, satu


vial diberikan dalam setiap 30 hari kurang lebih 3 hari.

C. Cyclogynon
Indikasi : untuk mencegah kehamilan
Kontra indikasi : pasien dengan riwayat atau mengalami gangguan
tomboflebitis atau tromboembolik, Penyakit arteri serebrovaskular atau
coroner, kanker endometrium, gangguan abnormal genetal yang tidak
diketahui penyebabnya, kanker hati, diabetes melistus berat dengan gangguan
vaskuler, gangguan metabolism lipid.
Perhatian : Hentikan pendarahan jika terjadi tromboembolik, merokok,
hipertensi, hiperlidema, diabetes, DM.
Efek samping : Tromboflebitis, pendarahan serebral, hipertensi, penyakit
kantung empedu, penyakit hati, tumor ganas, perubahan haid, amenore, mual,
muntah, keram perut, dst
Dosis : Sehari 1 tablet mulai hari pertama haid, selama 21 hari tanpa terputus.
D. Depo Geston
Indikasi : Sebagai kontrasepsi bila metode lain seperti pil/oral.
Kontra Indikasi : Pendarahan di vagina atau kelainan patologis yang tidak
diketahui penyebabnya, kehamilan.
Efek Samping : Trimboembolik, emboli paru, payudara lembek, perubahan
sekresi pada leher Rahim, wajah bulan, perubahan berat badan, perubahan
warna kulit di tempat suntikan.
Dosis : 1 vial 150mg setiap 3 bulan.
E. Microlut
Indikasi : Kontrasepsi
Kontra Indikasi : Penyakit kardiovaskuler, DM dengan komlikasi vaskuler,
penyakit hati, herpes pada kehamilan, tumor hati jinak atau ganas, kanker
payudara
Perhatian : gangguan sirkulasi, tumor, riwayat DM gestasi, kehamilan
ektopik.
Efek Samping : Gangguan penglihatan, imun, reproduksi, psikiatri,
payudara, kulit, jaringan subkutan, perubahan berat badan.
Dosis : Sehari 1 tablet.
F. Mirena
Kontra Indikasi : infeksi genital, pendarahan abnormal uterus, penyakit hati
akut, tumor hati, tromboemboli.

32
Efek Samping : Berat badan meningkat, mood depresi, cemas, sakit kepala,
sakit perut, nyeri abdominal bagian bawah, mual, jerawat, nyeri punggung.
Dosis : kontrasepsi : masukkan 1 unit kedalam rongga uterus selama haid
dalam masa 7 hari atau segera setelah aborsi atau 6 minggu setelah
melahirkan.
G. Norplant
Indikasi : Kontrasepsi untuk 5 tahun
Kontra Indikasi : diketahui terjadi kehamilan, penyakit hati akut, tumor hati
jinak atau ganas, pendarahan genital yang tidak diketahui jenisnya, kanker
payudara atau kanker lainnya yang dipengaruhi hormon.
Efek Samping : pendarahan spotting, amenore, menoragia, metroragia,
dermatitis, jerawat, rambut rontok, infeksi, gatal atau nyeri pada tempat
implant, sakit kepala, gelisah, mual, pusing perubahan nafsu makan.
Dosis : 6 implan dimasukkan secara subdermal
H. Ovostat
Indikasi : Kontrasepsi oral
Dosis : Sehari 1 tablet, mulai hari pertama haid, tablet diambil dari bungkus
sesuai dengan harinya.
I. Pilkab
Kontra Indikasi : Gangguan fungsi hati parah, penyakit kuning atau rasa
gatal terus-menerus selama kehamilan sebelumnya, sindrom dubin jhonson,
kanker payudara, endometrium, diabetes parah disertai perubahan vaskuler,
gangguan metabolism lemak.
Dosis : Sehari 1 tablet mulai hari pertama haid.
J. Pilkab-Fe
Indikasi : Kehamilan
Kontra Indikasi : sama seperti Pilkab
Dosis : Sehari 1 tablet mulai hari pertama haid.
K. PIL KB
Indikasi : Kontrasepsi oral
Kontra Indikasi : Kehamilan, gangguan fungsi hati yang hebat, penyakit
kuning atau rasa gatal terus-menerus selama kehamilan sebelumnya, anemia,
sindrom dubin jhonson, kanker payudara, diabetes disertai perubahan
vascular, gangguan metabolism lemak, otosklerosis yang memburuk selama
kehamilan.
Dosis : Sehari 1 tablet mulai hari pertama haid.
L. Planibu
Indikasi : kontrasepsi
Kontra Indikasi : Pendarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya,
diketahui atau diduga kanker payudara, tromboflebitis aktiff atau riwayat
tromboemboli atau penyakit serebrovaskular gangguan fungsi hati.

33
Perhatian : Pemeriksaan payudara dan panggul perlu dilakukan sebelum
terapi, pemeriksaan mata harus dilakukan jika terjadi daya penglihatan akut,
kroptosis, diplopia, atau migran, epilepsy, asma, penyakit dan ginjal.
Diriwayat depresii mental, diabetes mellitus, amernore sekunder, atau
pendarahan uterus, menyusui.
Efek Samping : Haid tidak teratur, perubahan berat badan, sakit kepala, nyeri
atau rasa tidak enak pada abdomen, pusing, nyeri punggung bawah, vaginitis,
nyeri panggul atau payudara, kram tungkai, depresi, mual, insomnia, edema,
ruam kulit, kemerahan, dan sensasi hangat pada wajah, arthralgia, gangguan
gastroinstestinal, Infeksi saluran kemih, kista vaginal, emboli paru,
pendarahan rectum, payudara melunak.
Dosis : 150mg 3x perbulan secara intramuscular dalam.
M. Planak
Indikasi : Kontrasepsi oral
Kontra Indikasi : Hamil, gangguan fungsi hati berat, gatal persistan atau
uterus pada kehamilan sebelumnya, sindrom dubin jhonson dan rotor, sedang
atau sebelumnya mengalami tumor hati atau proses tromboemboli pada arteri
dan vena, anemia sel sabit, kanker payudara atau endometrium, diabetes
melistus, gangguan metabolism lemak, herpes pada riwayat kehamilan
Perhatian : Diabetes melistus, hipertensi, varises, korea minor, riwayat
flebitis
Efek Samping : Sakit kepala, rasa tidak nyaman pada lambung, mual,
ketegangan pada payudara, perubahan berat badan, dan libido, depresi,
klosma, toleransi buruk terhadap lensa kontak\
Dosis : sehari 1 tablet selama 28 hari mulai dari bagian warna biru pada hari
pertama siklus menstruasi.
N. Planotab
Indikasi : Kontrasepsi oral
Kontra indikasi : Tromboemboli, hipertensi berat, gangguan fungsi hati,
anemia hemolitik kronik, pendarahan intalis yang belom diketahui
penyebabnya dan amenore, kanker payudara atau neoplasia yang tergantung
pada estrogen.
Perhatian : resiko kehamilan dapat terjadi apabila terlupa makan pil terutama
pada awal siklus, pasien pengguna kontrasepsi oral harus melakukan
pemeriksaan tekanan darah, perabaan hati, urin, gula darah
Efek Samping : Mual, pendarahan antar haid, sakit kepala ringan, edema,
perubahan berat badan, Eksaserbasi jerawat, amonore, gangguan metabolism

34
karbohidra, lemak, dan lipo protein serta gangguan siklus sirkulasi darah atau
payudara lunak.
Dosis : sehari 1 tablet mulai bagian hijau pada hari pertama menstruasi

2.3 Obat Gangguan Cerna


A. Obat- Obat Saluran Cerna
Fungsi saluran cerna diatur oleh berbagai senyawa endogen, yang
mengkontrol kontradiksi dan relaksasi saluran cerna, sekresi berbagai enzim, sekresi
cairan dan elektrolit. Hormon dan neurotransmiter dapat memperbaiki gangguan
saluran cerna, termaksuk ulkus peptik, refluks esofagitis ( gastroesophageal refluks
disease – GERD ), diare, konstipasi dan emesis.
Penyebab tukak peptik tidak diketahui dengan jelas, tetapi ada tiga penyebab
utama yaitu: infeksi kuman garam negatif helicobacter pylori, meningkatnya sekresi
HCL dan menurunnya daya tahan mukos a terhadap asam lambung. Pengobtan untuk
keadaan diatas dapat: (1) memberantas infeksi Helibacter pylori,(2) menurunkan
sekresi asam atau menetralkan asam, atau (3) memberi obat yang memproteksi akibat
kerusakan asam.
Antasida ini dibagi menjadi 2 golongan:
1. Antasida sistemik
Antasida Sistemik, misalnya natrium karbonat, natrium sitrat yang terlarut dalam air,
sehingga dapat diabsorbsi oelh saliran cerna, bila diabsorbi terlalu banyak akan
menggangu keseimbanagan eletrolit. Penggunaan jobat ini dalam jangka lama dapat
menginduksi timbulnya alkalosis, dan terkadang dapat membuat lambung alkalis.
Antasida ini efeknya sebentar sehingga penggunaan sebagai antasida sekarang sudah
ditinggalakan.
2. Antasida Nonesitemik
a) CaCO3- Kalsium karbonat
Kegunaan CaCo3 sebagai antasida menurun karena timbulnya rebound
phenomenone(menurunnya keasaman lambung selama penggunaan obat), efek
langsung kalsium pada antrum yang merangsang pengelepasan gastrin dan
pada sel parietal dan mengekresi asam pada malam hari meningkat.
b) Mg-oksida dan Mg-hidroksida,
Obat ini biasnya dikenal sebagai susu magnesia. Obat ini sedikit
terabsorsi akan diekresi melalui ginjal. Hati hati dengan penggunaan jangka
panjang karena akan menimbulkan efek toksik.
Garam magnesium ini bila diberikan dalam dosis besar akan
menimbulkan diare, bila kuat akan menyebabkan kehilangan elektrolit. Karena
mempunyai efek pencahar tersebut obat ini sering dikombinasi dengan Al

35
hidroksida. Kemamouan mesetrilisasi ini campuran ini kurang dibanding
senyawaan Mg hidroksida tunggal.
c) Al-hidroksida, Al-fosfat dan Mg-triksilit.
Kedua obat ini efektif dalam penurunan kadar asam tetapi tidak
meningktakan PH cairan lambung, bersifat amfoter, relatif tidak larut sehingga
absorbsinya sedikit sekali.

B. Jenis-Jenis Obat Gangguan Cerna


1. Pantoprazol Sulkafat
Sulkafat bekerja sebagai barrier(sawar) terhadap HCL dan pepsin, terutama
efektif terhadap tukak duodenum dan tidak boleh diberi bersama antagonis H2
dan antasid.
Efek samping, sulkafarat dapat menimbulakan konnstipasi dan mual, karena
senyawa Al, hati – hati bila digunakan pada pasien gagal ginjal dan ibu hamil.
Indikasi, sulkafrat digunakan (1) pada tukak lambung dan deoudenum dengan
efek yang kira-kira sama dengan antagomis H2 dan (2) sebagai polfilaksis, dapat
menurunkan angka kekambuhan dan fenomena yang jelas
Doisis. Sulakafat oabt-onat diberikan ,menrukan menggangu absorsi terkasilin.
Sebaikan obat-obat ini diberikan selama 2 jam dan norfloksasin.

2. Omeprazol dan Iosonprazol ,


Obat ini dapat mengurangi kerusakan lambung akibat penggunaan obat
antiinflamansi steroid (AINS). Obat ini dapat diindikasikan pada pasien dengan
sindrom Zolilinger-Ellison, refluks esofagitis dan saluran cerna terhadap
anatagonis H2.
Efek samping, berupa sakit kepal, gangguan asam yang menurun. Pada
pemberian oral absorbsinya cepat dan bervariasi. Biovalibilitasnya tergantung
dosis dan PH lambung, Metabolisme dihati dan dieksresi melalui Urin.
Intereraksi, dengan enzim P-450, sehingga dapat menurunkan, metabolisme
fenitoin, diazepam, R-isomer warfarin.
Dosis: 20mg/hari, pada sindrom Zollinger-Ellison 60-70 mg/hari
3. Obat-obat antimuskarinik
Golongan ini bekerja memnghambat perangsang kolinergik, bekerja secara
kompetitif dan selektif, yang termasuk golongan ini;
a) Atropin dan ekstrak belladonna

36
Propantelin dan metantelin memoperlihatkan efek hambatan yang lebih besar
dari atropin, dan juga dapat digunakan dengan tukak peptik.
b) Pirenzepin dan telenzepin
Merupakan anti koligernik yang relatif baru. Berbeda dengan antikoligernik
yang kelasik(atropin), pirenzepin yang memperlihatakan efek antikoligernik
yang selektif terhadap fungsi sekresi asam lambung. Pirenzepin kerjanya lebih
anatgonis dibandingkan dengan H2. Kerjanya mirip dengan atropin yaitu
menurunkan asma lambug terhadap respon rangsangan vagal, pengeluaran
histamin dan gastrin.
Pirenzepin dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan antagonis H2
pada pasien diamana dengan pemberian anatagonis H2 saja tidak memberikan
respon yang baik. Pada tukak duodeni pirenzepin diberikan dengan dosis 2x50
mg sehari. Pada penggunaan selama 4 minggu dicapai dengan angka
penyembuhan 80%, sedangkan oada tukak lambung diberikan dengan dosis
yang sama selama 4-6 minggu.
Efek samping, pada penggunaan obat antikoligerik antara lain, takikardia,
mulut kering, penglihatan kabur, sukar melihat dekat dan fotophobia, gangguan
saluran cerna dan menurunnya transit esofagus.
Kontraindikasi, penderita gastro-esofagus refluks, glaukoma, retensi, urin,
peyakit obstruksi saluran cerna, ileus paralik, aritma dan miestania gravis.
c) Antagonis histamin-2
Antagonis hista,in-2 menghambat kerjanya histamin pada semua reseptor H2,
tetapi penggunaan utamanya adalah untuk menghambat sekresi asm lambung,
terutama efektif terhadap sekresi asam pada malam hari. Bila obat ini breikatan
dengan reseptor H2, kadar AMP-siklik menurun, dan juga sekresi asm lambung.
Obat yang termasuk antagonis H-2 adalah simetidin, ranitidine, famotidin
dan nizatidin.
Mekanisme kerja, antagonis H3 menghambat resptor histamin 2, dengan akibta
menurunya sekresi lambung.
Efek samping, terutama akibat semitedin anatar lain : (1) mengmabat P-450,
memperlamabat metabolisme beberpa obat: warfarin, diazepam, fenitoin, ,
kuidinin, karmabazepin, teofilin dan imipra,inim. Semetedin juga mempunyai
efek antiandrogen yang dpat menimbulkan galaktore, ginekosmatia, dan
menurunkan jumlah sperma.
d) Misoprostol
Misoprodtol dapat mencegah iritasi saluran cerna dan tukak peptik pada pasien
dan menggunakan aspirin dan AINS lain jangka lama pada pasien tukak peptik

37
akibat penggunaan AINS, misoprostol dapat mencegah kambuhnya tukak
lambung ataupun tukak duodenui: sedangkan antagonis H2 hanya mencegah
kambuhnya tukak duodenui tetapi tidak tukak lambung.
Misoprostol sama efektifnya dengan simetidin pada pengobatan jangka pendek
tukak duodenui. Anatagonis H2 dan sukralfat lebih disukai pada pengobatan
tukak peptik yang tidak berhubungan dengan penggunaan AINS.
Efek samping, biasanya ringan antara lain muntah, mengantuk, dan sakit kepala
serta diare. Misoprostol dikontraindikasikan pada wanita hamil.
Dosis: untuk pencegahan pada pasien dengan resiko tinggi, dewasa 4x200 mg
sehari atau 2x400 mg sehari.
C. Efek Samping Obat Gangguan Cerna
a. Antasida Doen
Efek samping obat ini dpat mengakibatkan konstipasi, diare, mual dan
muntah.
b. Omeprazole dan Lansoprazole
Efek samping obat ini berupa sakit kepala, gangguan saluran cerna dan
menyebabkan kuman berkembang biak akibat sekresi asam yang menurun.
Pada pemberian oral, absorpsinya cepat dan bervariasi.
c. Sindroma susu alkali, hanya akan timbul pada pengguna antasida sistemik dan
caCO3 yang disertai dengan gejala: sakit kepala, iritabel, lemah, mual dan
muntan, yang di disertai juga dengan adanya hiperkalsemia, alkosis ringan,
klasifikasi dan bentuknya batu ginjal yang dapat berkaibat gagal ginjal kronis,
hal ini mungkin disebabkan oleh konstituen susu yang meningkatkan absorbsi
kalsium di urin, serta dapat menimbulkan presipitasi dan timbulnya gejala batu
ginjal.
d. Timbulnya batu ginjal, osteomalasia dan osteoporosis. Jika digunakan dalam
jangka lama dan banyak akan menimbulkan deplisi fosfat yang disertai
hiperkalsiura.
e. Neurotoksisksik, Al yang terabsorpsi akan disimpan didalam otak yang bila
terkumulasi daalm jumlah banyak akan menyebabkan sindroma ensefalopati
yang biasanya terjadi pada penderita gagal ginjalkronik dan penderita penyakit
alzheimer.
f. Efek terhadap usus halus, (1) antasida yang mengandung garam magnesium
akan menimbulakan diare, (2) yang mengandung garam Al akan menimbulkan
konstipasi atau obstruksi terutama pada orang tua, (3) pasien yang sedang
mengalami rendah garam harus hati- hati karena semua antasida mengandung
atrium.

38
39
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh.
Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut
demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan
tanpa melewati saluran khusus. Kelenjar endokrin diantaranya : hormon
Adenohipofisis, Hormon Paratiroid, Hormon Tiroid Dan Antitiroid, Estrogen dan
Progestin, Androgen, Antiandrogen, Insulin, Adrenokortikotropin,
adrenokortikosteroid, Analog-Sintetik Dan Antagonisnya,
Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim.
Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk
mendapatkan anak apabila diinginkan.
Fungsi saluran cerna diatur oleh berbagai senyawa endogen, yang mengontrol
kontraksi dan relaksasi saluran cerna, sekresi berbagai enzim, sekresi cairan dan
elektrolit. Hormon dan neurontransmiter dapat memperbaiki gangguan saluran cerna,
trmasuk ulkus peptik, refluks esofagitis, diare, konstipasi dan emesis

3.2 Saran
 Setiap orang seharusnya makan – makanan yang bergizi sehingga tubuh dapat
bekerja dengan baik dan kebutuhan tubuh terpenuhi.
 Semoga makalah ini bermamfaat dalam proses perkuliahan

40
DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009.


Kumpulan Kuliah Farmakologi, ed.2. Jakarta: EGC

41

Anda mungkin juga menyukai