Pil Kontrasepsi
Pil Kontrasepsi
A. DEFINISI
Pil KB adalah suatu steroid sintetik yang mirip dengan estrogen dan progestin
yang merupakan hormon seks alamiah pada wanita (Morgan & Hamilton 2009). Pil
KB merupakan cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil/tablet di dalam strip
yang berisi gabungan hormon estrogen dan hormon progesteron atau yang hanya
terdiri dari hormon progesteron saja (BKKBN, 2009).
1
b. Pil KB Kimia Farma
c. Pil KB Ovostat ( PT Organon )
C. CARA KERJA
1. Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur.
2. Mengendalikan lendir mulut rahim sehingga sel mani/sperma tidak dapat amasuk
ke dalam rahim.
3. Menipiskan lapisan endometriun.
D. KONTRA INDIKASI
Kontraindikasi absolut dan relatif pemakaian kontrasepsi hormonal
2
Otosklerosis
Obesitas berat
Gangguan hati Penyakit hati akut (contoh, Profiria
hepatitis)
Tumor hati dan kerusakan
hati berat Batu empedu familial
Penyakit kandung empedu
akut
Enzimopati hati:
- Sindrom Dubin-Johnson
- Sindrom Rotor
Riwayat ikterus saat hamil
E. EFEK SAMPING
1. Efek Ekstragenital Kontrasepsi Oral
Pada beberapa kasus, efek ekstragenital disebabkan oleh estrogen dan pada
kasus lain disebabkan oleh progestin. Beberapa efek sangat menonjol pada suatu
sediaan dibandingkan sediaan yang lain.
2. Efek pada SSP
Efek kontrasepsi oral pada SSP manusia belum banyak diketahui. Berbagai
efek estrogen dan progesteron pada binatang pernah dicatat. Estrogen cenderung
menurunkan nilai ambang eksitibilitas pada otak, sedangkan progesteron cenderung
3
meningkatkannya. Efek termogenik dari progesteron dan beberapa progestin sintetik
diduga juga terjadi di SSP.
3. Efek pada Fungsi Endokkrin
Efek terhadap sistem endokrin belum diketahui dengan baik. Telah diketahui
adanya inhibisi pada sekresi gonadotropin dari hipofisis. Estrogen diketahui
mengubah struktur dan fungsi adrenal. Pada manusia telah dicatat beberapa
perubahan. Estrogen meningkatkan konsentrasi alfa globulin dalam plasma yang
mengikat hidrokortison (ikatan protein-kortisol). Hal ini tidak menyebabkan
perubahan kronis pada sekresi kortisol, tetapi konsentrasinya dalam plasma mungkin
lebih dari 2 kali konsentrasi pada individu yang tidak diobati. ACTH juga telah
diamati memberikan respons terhadap pemberian metirapon, dilemahkan oleh
estrogen dan kontrasepsi oral. Sediaan yang mengandung estrogen menyebabkan
perubahan pada sitem angiotensin aldos-teron. Aktivitas plasma renin diketahui
meningkat dan terdapat peningkatan sekreksi aldosteron. Pada penelitian
pendahuluan, ternyata peningkatan aktivitas renin plasma disebabkan terutama oleh
peningkatan kadar substrat renin vane beredar karena kadar renin munekin menurun.
Hubungan antara enin yang beredar karena kadar renin mungkin menurun.
Hubungan antara perubahan ini dan hipertensi yang terjadi pada pasien yang
mengonsumsi pil tidak jelas. Thyroxin-binding globulin meningkat sehingga kadar
plasma PBI dan BEI meningkat seperti pada wanita hamil. Karena lebih banyak
tiroksin yang terikat, red cell T3 uptake juga menurun. Namun, secara klinis tidak
ada penurunan/perubahan fungsi tiroid dan ambilan tiroid dari iodium radioaktif
tidak berubah. Tingkat kadar tiroksin pada pasien-pasien ini juga normal.
4. Efek Hematologis
Fenomena tromboembolik yang serius terjadi pada wanita yang minum pil
KB. Suatu gambaran yang jelas mengenai hal ini belum ada. Pil oral tidak selalu
mengubah waktu perdarahan atau waktu pembekuan darah. Perubahan yang diamati
berupa perubahan yang sama seperti yangf terjadi pada wanita hamil, dan terjadi
peningkatan pada faktor VII, VIII, IX, dan X. Sejumlah besar derivat kumarin
diperlukan untuk menurunan waktu protrombin pada pasien yang minum pil KB.
Aktivitas pembekuan darah yang bergantung pada vitamin K meningkat secara in
vitro hanya setelah disimpan dalam tabung plastik selama 16 jam. Di samping
perubahan pada faktor pembekuan darah, juga terjadi perubahan protein serum.
Selain itu, juga terjadi peningkatan alfa-globulin yang memengaruhi konsentrasi
4
hormon atau isi serum lain yang erikat dengan protein. Sementara itu, juga terjadi
peningkatan kadar Fe serum dan kapasitas total ikatan Fe sama seperti yang terjadi
pada pasien hepatitis.
Perubahan dalam komponen darah (termasuk trombosit) yang bermakna
tidak pernah dilaporkan. Namun, pada beberapa pasien dilaporkan adanya anemia
karena defisiensi asam folat.
5. Efek pada hati
Hati berperan penting dalam inaktivasi dan konversi pil KB menjadi
konjugasi yang larut dalam air. Hormon-hormon dalam pil KB mempunyai efek
yang mencolok pada hati. Beberapa efeknya bersifat merusak dan akan dibicarakan
pada efek samping. Efek pada protein serum adalah sebagai akibat efek estrogen
pada sintesis berbagai alfa globulin dan fibrinogen. Haptoglobin serum yang juga
berasal dari hati, ditekan oleh estrogen.
Beberapa efek terhadap metabolisme karbohidrat dan lipid mungkin dipe-
ngaruhi oleh perubahan dalam metabolisme di dalam hati. Perubahan pen ngaruhi
oleh perubahan dalam metabolisme di dalam hati. Perubahan penting dalam ekskresi
dan metabolisme obat juga dijumpai di dalam hati. Estrogen dalam jumlah yang
dijumpai pada wanita hamil atau yang digunakan dalam pil KB menghambat
bersihan dari BSP dan mengurangi aliran empedu. Perubahan ini disebabkan oleh
kerusakan pada sistem transpor substansi kolesfilik dari sel-sel hati ke empedu.
Beberapa efek estrogen dan progestin mungkin secara tidak langsung disebabkan
oleh metabolit hormon dan bukan oleh hormon itu sendiri.
6. Efek Kardiovaskular
Peningkatan tekanan darah terjadi pada sejumlah kecil penderita. Hal ini
mungkin berhubungan dengan meningkatnya aktivitas renin plasma sebagai akibat
obat kontrasepsi oral. Tekanan darah berangsur kembali normal setelah pengobatan
dihentikan. Meskipun besarnya perubahan tekanan darah pada sebagian pasien
sedikit, pada penderita lain dapat pula menonjol. Oleh karena itu, tekanan darah
harus diperhatikan pada pasien yang minum pil KB. Peningkatan tekanan darah
pernah dilaporkan pada wanita pascamenopause yang diobati dengan estrogen
tunggal. Meskipun jarang dijumpai, pernah dilaporkan terjadinya penyempitan vena.
3. Perubahan psikologis biasanya bersifat sementara dan tidak bisa diramalkan untuk
setiap sediaan. Pada umumnya, pasien-pasien merasa tenang karena mereka
terlepas dari kecemasan akan kehamilan. Beberapa pasien merasakan gejala yang
dirasakan pada masa pramenstrual, yakni mudah terangsang (iritable) dan depresi
sepanjang siklus.
4. Sakit kepala, biasanya ringan dan bersifat sementara. Migrain menjadi lebih buruk,
dan pernah dilaporkan adanya peningkatan cerebrovascular accident (CVA). Bila
hal ini terjadi atau bila migrain terjadi selama masa terapi dengan pil KB,
penggunaan pil KB harus dihentikan.
5. Libido meningkat atau menurun pada beberapa pasien, tetapi kebanyakan tidak
berubah. Perubahan yang sama juga dijumpai pada terapi dengan plasebo.
6. Withdraxval bleeding kadang-kadang tidak terjadi, sering pada preparat
kombinasi, yang dapat dikelirukan dengan kehamilan. Bila hal ini terjadi dan
mengganggu pasien, dianjurkan untuk mengganti sediaan sekuensial atau
mengubah cara KB dengan metode lain.
6
Efek samping berikut memerlukan penghentian penggunaan pil KB:
1. Breok through bleeding lebih sering terjadi pada sediaan sekuensial. Perdarahan
yang hebat kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengganti sediaan kombinasi,
terutama yang mengandung androgen mirip-progestin.
2. Bertambahnya berat badan, lebih sering terjadi pada sediaan kombinasi
mengandung progestin androgen. Hal ini dapat dikontrol dengan beralih ke
sediaan sekuensial atau dengan diet.
3. Bertambahnya pigementasi kulit, lebih menonjol pada wanita yang berkulit gelap.
Biasanya cenderung meningkat bersamaan dengan waktu. Insidennya 5% pada
akjiir tahun pertama dan sekitar 40% pada akhir tahun ke-8. Diduga diperhebat
oleh adanya defisiensi vitamin B. Pigmentasi biasanya tidak menetap dan hilang
setelah penghentian pengobatan, tapi pada beberapa kasus hilangnya pigmentasi
sangat lambat.
4. Jerawat, dapat menjadi banyak akibat pemakaian sediaan yang mengandung
androgen mirip-progestin, sedangkan sediaan yang mengandung estrogen dalam
jumlah besar sering menimbulkan penyembuhan jerawat.
5. Hirsutisme, dapat diperhebat oleh derivat 19-nortestosteron. Oleh karena itu,
sediaan ini diganti dengan kombinasi yang mengandung non-andro-genik
progestin atau sediaan sekuensial.
6. Dilatasi ureter seperti pada masa kehamilan pernah dilaporkan, tetapi tidak ada
peningkatan infeksi traktus urinarius.
7. Infeksi vagina lebih sering terjadi dan lebih sulit diobati pada wanita yang minum
pil KB.
8. Amenore akibat penghentian terapi. Setelah penghentian pil KB, 95% pasien
dengan anamnesa menstruasi yang normal akan kembali mengalami menstruasi
seperti semula, dan hanya sedikit saja yang menstruasinya akan normal setelah
periode beberapa bulan. Namun, beberapa pasien tetap mengalami amenore untuk
beberapa tahun. Kebanyakan pasien tersebut mengalami galaktore. Pasien yang
biasaViya mengalami menstruasi tidak teratur sebelum makan pil KB, terutama
lebih banyak mengalami amenore yang berkepanjangan setelah pil KB-nya
dihentikan.
7
1. Ikterus
Banyak kasus ikterus dilaporkan pada pasien yang minum pil KB. Dalam hal
ini ada pengaruh genetik. Ikterus yang disebabkan oleh pil KB, mirip dengan yang
disebabkan oleh steroid yang mengalami substitusi 17 alkil. Hal ini sering
dijumpai pada 3 siklus pertama, terutama pada wanita dengan anamnesa ikterus
kolestatik dalam masa kehamilannya. Biopsi hepar menunjukkan adanya
sumbatan empedu sepanjang kanalikuli dan kadang nunjukkan adanya sumbatan
empedu sepanjang kanalikuli dan kadang-kadang terdapat nekrosis fokal.
Serum alkalin fosfatase dan SGPT meningkat. Retensi BSP, peningkatan
Thymol turbidity dijumpai pada beberapa pasien yang menunjukkan kerusakan
struktur hati. Ikterus dan gatal-gatal lenyap dalam 1-8 minggu setelah pil KB
dihentikan.
2. Kelainan Vaskular
Kelainan yang paling serius yang dijumpai berhubungan dengan penggunaan
pil KB ialah tromboflebitis, emboli paru dan serebrovaskular trombosis. Insiden
Iromboemboli 5-10 kali lipat pada ibu-ibu yang minum pil KB. Penyebab
tromboflebitis ini belum diketahui.
Ibu-ibu dengan golongan darah O mempunyai kemungkinan untuk men-
derita efek samping vaskular ini lebih kecil dibandingkan ibu dengan golongan
darah A, B, dan AB.
3. Depresi
Dalam derajat tertentu, depresi dapat terjadi pada 6% ibu dan mungkin
memerlukan penghentian penggunaan pil KB.
4. Peningkatan Tekanan Darah
Beberapa pasien menunjukkan peningkatan tekanan darah selama
mendapat pil KB. Selain efek-efek samping tersebut di atas, efek samping lain
yang penyebabnya masih belum jelas juga telah dilaporkan—dalam hal ini
termasuk alopesia, eritema multiform, eritema nodosum, dan kelainan kulit
lainnya.
F. Waktu Penggunaan
Pil mulai diminum pada hari kelima haid, seterusnya berturut- turut setiap
hari satu pil. Khusus untuk pil-pil dengan kemasan khusus dimulai pada hari pertama
haid sesuai dengan petunujk pada kemasannya. Digunakan terutama bagi wanita PUS
8
yang ingin menunda kehamilan, atau yang ingin menjarangkan kehamilan sesudah
selesai masa menyusui dan tidak mempunyai kontra indikasi medis.
H. Contoh pil KB
9
Referensi
Morgan, G & Hamilton, C. 2009. Obtetri dan ginekologi. Jakarta: EGC.
Rabe, T. 2003. Buku saku ilmu kandungan. Jakarta: Hipokrates.
Staff pengajar departemen farmakologi FK Universitas Sriwijaya. 2008.
Kumpulan kuliah farmakologi. Jakarta: EGC.
http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/pil.htm diakses pada tanggal 19
Maret 2013.
10