Docshare - Tips - Laporan Kasus de Quervains Syndrome PDF
Docshare - Tips - Laporan Kasus de Quervains Syndrome PDF
BAB I
PENDAHULUAN
polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada
kedua tendon tersebut. 4,5
De Quervain’s syndrome atau tenosinovitis stenosans ini merupakan
tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga
ditemukan penebalan tendon. 5
Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal
pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan
tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus (APL)
dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB). Pasien dengan kondisi yang
seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral dari pergelangan
tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah
bagian lateral. Kondisi seperti ini mempunyai respon yang baik terhadap
penanganan non bedah. 3
I.2. Rumusan Masalah
BAB II
STATUS PENDERITA
Nama : Ny.R
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :Kepanjen
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 20 Oktober 2014
Tanggal Periksa: 20 Oktober 2014
No Registrasi : 360285
II.2. Anamnesa
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 24 x /menit, regular
Suhu : 37,0oC
Berat Badan : 60 kg
2. Status Lokalis (Ektremitas)
Regio Radialis Sinistra
Look
Nodul (+) ukuran ±1,5x1 cm, Defotmitas (-), luka (-), posisi jari-jari
yang tidak normal (-)
Feel
Pulsasi arteri radialis teraba (+), nyeri tekan setempat (+), nodul
ukuran ±1,5x1 cm mobile (+), krepitasi (-), nyeri menjalar (-),
penonjolan tulang (-), Sensibilitas (+) nervus radialis, ulnaris dan
medianus dalam batas normal, Allen test (+) normal.
Move
Gerakan aktif dan pasif digiti I terhambat (+), gerakan rotasi digiti I
terhambat (+), nyeri bila digerakkan (adduksi) (+). Kelumpuhan
daerah brachioradialis (-), ekstensor wrist dan digitorum (+), fleksi
wrist dan digitorum (+), finkelstein test (+), tinnel sign (-)
II.4. Resume
MRS dan semakin lama semakin memberat. selain itu pasien juga mengeluh
adanya benjolan di lokasi yang nyeri tersebut. Riwayat kebiasaan pasien adalah
ibu rumah tangga biasa dengan pekerjaan rumah sehari-hari.
1. Planning Diagnosis
RO Wrist AP-Lateral
Darah Lengkap
2. Planning Terapi
Non Operatif
o Farmakoterapi
Injeksi Antibiotik profilaksis (Cefoperazone)
Analgetik (Ketorolac, Asam Mefenamat, Ibuprofen)
o Non Farmakoterapi
MRS
KIE
Operatif
o Rencana Tendon Release dengan Local Anasthesi
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Tendon adalah penghubung antara tulang dan otot. Tendon ada yang dibungkus
dengan pembungkus tendon (tendon sheath), ada pula yang tidak dan langsung
melekat pada tulang. 8,9
Gambar 1. Tendon dari otot abduktor polisis longus dan otot ekstensor polisis
brevis18
seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s syndrome
menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang
sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1. Menariknya,
banyak wanita yang menderita de Quervain’s syndrome selama kehamilannya atau
selama periode postpartum. 3
III.3. Etiologi
Trauma minor yang berulang-ulang umumnya memberikan kontribusi
terhadap perkembangan penyakit de Quervain’s syndrome. Aktivitas-aktivitas
yang mungkin menyebabkan trauma ulangan pada pergelangan tangan termasuk
faktor pekerjaan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga
yang menggunakan raket. 3
III.4. Patofisiologi
Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk
pembungkus tendon yang menutupi tendon otot abduktor polisis longus dan
tendon otot ekstensor polisis brevis pada tepi lateral. Inflamasi pada daerah ini
umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan tangan dan ibu jarinya untuk
kegiatan-kegiatan yang repetitif. Karena itu, de Quervain’s syndrome dapat terjadi
sebagai hasil dari mikrotrauma kumulatif (repetitif). 3,7
Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada
jari-jari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath. Tendon
sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas
cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan
otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi
sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak
sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan
tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon
sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal
ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut
akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini
merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan
nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada
penderita penyakit ini. 1,3,11,15
Pembungkus fibrosa dari tendon abduktor polisis longus dan ekstensor
polisis brevis menebal dan melewati puncak dari prosesus stiloideus radius. 4,6,7
III.5. Diagnosis
Kelainan ini sering ditemukan pada wanita umur pertengahan. Gejala yang
timbul berupa nyeri bila menggunakan tangan dan menggerakkan kedua otot
tersebut yaitu bila menggerakkan ibu jari, khususnya tendon otot abduktor polisis
longus dan otot ekstensor polisis brevis. Perlu ditanyakan juga kepada pasien
riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya
nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak
menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin menghebat.
Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka karena hal
11
tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya
pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti
pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula deformitas dan kesulitan
menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini belum disertai edema
yang tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema
terutama pada sisi radial dari polluks. 3,10,11,12,13,14,15
Gambar 11. Kompartemen dorsal pertama pergelangan tangan pada daerah tepi
lateral dari snuffbox.3
III.7. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif dan
intervensi bedah. Pada terapi konservatif kasus-kasus dini, sebaiknya penderita
menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Hal ini dapat
membantu penderita dengan mengistirahatkan (immobilisasi) kompartemen dorsal
pertama pada ibu jari (polluks) agar edema lebih lanjut dapat dicegah. Idealnya,
15
immobilisasi ini dilakukan sekitar 4-6 minggu. Kompres dingin pada daerah
edema dapat membantu menurunkan edema (cryotherapy). Jika gejala terus
berlanjut dapat diberikan obat-obat anti inflamasi baik oral maupun injeksi.
Beberapa obat oral dan injeksi yang diberikan sebagai berikut :3,10,11
1.Nonsteroid anti-inflammatory drug misalnya ibuprofen yang merupakan drug
of choice untuk pasien dengan nyeri sedang. Bekerja sebagai penghambat
reaksi inflamasi dan nyeri dengan jalan menghambat sintesa prostaglandin.
Dosis dewasa 200-800 mg, sedang dosis untuk anak-anak usia 6-12 tahun 4-
10 mg/kgBB/hari. Untuk anak > 12 tahun sama dengan dewasa. Adapun
kontra indikasi pemberian obat ini adalah adanya riwayat hipersensitif, ulkus
peptikum, perdarahan gastrointestinal atau perforasi, insufisiensi ginjal, atau
resiko tinggi terjadinya perdarahan. Interaksi obat dengan aspirindapat
meningkatkan efek samping dari obat ini, kombinasi dengan probenesiddapat
meningkatkan konsentrasi obat di dalam darah. Pada pasien-pasien dengan
hipertensi, dapat diberikan kombinasi antara obat ini dengan obat anti
hipertensi seperti captopril, beta blocker, furosemid,dan thiazid. Obat ini tidak
aman diberikan untuk wanita hamil terutama kehamilan pada trimester ketiga
(berpotensi untuk menyebabkan menutupnya duktus arteriosus).
2.Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena dapat mensupresi
migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan
permeabilitas kapiler. Pada orang dewasa dapat diberikan dosis 20-40 mg
metilprednisolon atau dapat juga diberikan hidrokortison yang dicampur
dengan sedikit obat anestesi lokal misalnya lidokain. Campuran obat ini
disuntikkan pada tendon sheath dari kompartemen dorsal pertama yang
terkena. Harus diperhatikan agar jangan sampai menyuntikkan campuran obat
ini langsung pada tendonnya karena dapat menyebabkan kelemahan pada
tendon dan potensial untuk terjadinya ruptur. Penyuntikan campuran obat ini
juga hendaknya dicegah jangan sampai terlalu superfisial dari jaringan
subkutan karena dapat menyebabkan depigmentasi pada kulit. Untuk pasien-
pasien yang menderita diabetes melitus sebaiknya dilakukan pengontrolan
glukosa darah karena pemberian kortikosteroid lokal dapat menyebabkan
peningkatan glukosa darah sementara.
16
Pada tahap awal diberikan analgetik atau injeksi lokal kortikosteroid serta
mengistirahatkan pergelangan tangan, tetapi kadang-kadang penyembuhan hanya
bersifat sementara. Operasi dilakukan pada penderita yang resisten atau untuk
meredakan nyeri secara permanen dengan membuka bagian sarung tendon yang
sempit. 4,5
Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi
terutama pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan pada tendon
sheath. Prosedur operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 3,10,14,18
Digunakan anestesi lokal dan turniket. Setelah kulit disterilkan, gunakan
turniket dan infiltrasi kulit pada daerah kompartemen dorsal pertama dengan
menggunakan anestesi lokal secukupnya. Lalu dibuat insisi pada kulit yang mulai
dari dorsal ke volar dalam arah transversal-oblik, sejajar dengan lipatan-lipatan
kulit melewati daerah yang lunak dari kompartemen dorsal pertama. Insisi
longitudinal dianjurkan untuk membuat area yang lebih panjang di mana skar
kulit mungkin saja melekat pada nervus kutaneus dan tendon. Tindakan diseksi
tajam hanya sampai pada lapisan dermis dan tidak sampai ke lapisan lemak
subkutaneus, menjauhi cabang-cabang nervus radialis superfisialis. Setelah
menarik tepi kulit, gunakan diseksi tumpul pada lemak subkutaneus. Kemudian
cari dan lindungi cabang-cabang sensoris dari nervus radialis superfisialis,
biasanya terletak di bagian dalam dari vena-vena superfisialis. Kenali tendon
proksimal sampai penyempitan ligamen dorsal dan tendon sheath, kemudian buka
kompartemen dorsal pertama pada sisi dorsoulnar. Dengan ibu jari yang abduksi
dan pergelangan tangan yang fleksi, angkat tendon otot abduktor polisis longus
dan otot ekstensor polisis brevis dari tempatnya. Jika tendon otot-otot tersebut
sulit untuk dibebaskan, carilah additional “aberrant” tendons dan kompartemen-
kompartemen yang terpisah. Kemudian tutup insisi kulit dan menggunakan
balutan dengan tekanan yang rendah.
17
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Pasien perempuan, 54 tahun, datang ke poli ortopedi RSUD Kanjuruhan
Kepanjen dengan keluhan nyeri pada pergelangan tangan kiri pada daerah dekat
ibu jari. Nyeri terutama saat menggunakan tangan dan menggerakkan ibu jari
sejak 2 bulan sebelum MRS. Nyeri dirasakan tiba-tiba sejak 2 bulan sebelum
MRS dan semakin lama semakin memberat. selain itu pasien juga mengeluh
adanya benjolan di lokasi yang nyeri tersebut. Riwayat kebiasaan pasien adalah
ibu rumah tangga biasa dengan pekerjaan rumah sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA