Anda di halaman 1dari 105

BIOLOGI DASAR & PERKEMBANGAN

DALAM KEBIDANAN

Penyusun
Rika Sri Wahyuni, S.ST., M.Biomed.
Berliana Irianti, S.SiT., M.Keb.

Periset Data
Anggi Pratiwi
KATA PENGANTAR

Yogyakarta, Juli 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PERAN ILMU BIOLOGI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
A. Konsep Dasar Biologi dalam Struktur Tubuh Manusia
B. Struktur dan Fungsi Sel
C. Sistem Reproduksi Sel
D. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
E. Metabolisme dan Suhu Tubuh Manusia

BAB II GENETIKA
A. Pengertian Genetika
B. Penyusun Bentuk Dasar DNA
C. Hukum Mendel I
D. Hukum Mendel II

BAB III SISTEM REPRODUKSI MANUSIA


A. Organ-Organ yang Berperan dalam Reproduksi
B. Organ Reproduksi Wanita
C. Organ Reproduksi Pria
D. Hormon-Hormon Reproduksi
E. Siklus Menstruasi

BAB IV SISTEM REPRODUKSI MANUSIA


A. Organ-Organ yang Berperan dalam Reproduksi
B. Organ Reproduksi Wanita
C. Organ Reproduksi Pria
D. Hormon-Hormon Reproduksi

BAB V MIKROBIOLOGI DASAR


A. Sejarah Mikrobiologi
B. Toksonomi Nomenklatur
C. Morfologi dan Struktur Flora Normal
D. Hubungan Kuman Dengan Hospes dan Lingkungan
E. Pengelolaan Specimen
F. Pertumbuhan Pembiakan dan Metabolisme
G. Jamur Yang Memengaruhi Kesehatan Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB VI KONSEP DASAR SISTEM IMUNOLOGI


A. Dasar-Dasar Imunologi
B. Penyakit Infeksi karena Imunologi pada Ibu dan Anak
C. Prinsip-Prinsip Vaksin dan Hypersensitive

BAB VII DASAR-DASAR VIROLOGI


A. Klasifikasi dan Morfologi, Reproduksi, Hubungan Virus dengan Sel
B. Virus yang Memengaruhi Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui

BAB VIII FISIKA KESEHATAN


A. Penerapan Ultrasonik dalam Kebidanan
B. Gelombang Elektriomagnetik dalam Bidang Kesehatan
C. Perpindahan (Transfer) Panas
D. Biomekanika dalam Praktik Kebidanan

BAB IX PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA


A. Darah
B. Urine

DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB I
PERAN ILMU BIOLOGI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

A. KONSEP DASAR BIOLOGI DALAM STRUKTUR TUBUH MANUSIA


Perkembangan ilmu biologi dimulai sejak manusia mengalami berbagai permasalahan
untuk bertahan hidup. Manusia memiliki rasa ingin tahu (kuriositas) untuk menyelesaikan
setiap permasalah tersebut. Sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lain selain
manusia. Dengan sifat tersebut, manusia terdorong untuk mengenal diri, lingkungan, dan
alam lingkungan tempat tinggalnya. Biologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam
(sains) berupaya mempelajari materi dan energi yang berhubungan dengan makhluk hidup
dan proses-proses kehidupan. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui aktivitas non-
ilmiah dan ilmiah. Dalam pengembangan Biologi, suatu pengetahuan dapat dikatakan
ilmiah apabila memenuhi empat syarat yakni objektif, metodik, sistematik, dan berlaku
umum, sebagaimana penjelasan berikut (Muhiddin Palennari, et.al, 2016).
1. Objektif, artinya pengetahuan sesuai dengan objeknya dan kesesuaian tersebut dapat
dibuktikan dengan pengindraan atas dasar empiris (pengalaman).
2. Metodik, artinya pengetahuan diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang
teratur dan terkontrol.
3. Sistematis, artinya pengetahuan ilmiah tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan, sehingga
keseluruhannya menjadi satu kesatuan yang utuh.
4. Universal, artinya pengetahuan ilmiah tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh
seorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi oleh semua orang dengan cara
eksperimentasi sehingga memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Tubuh manusia dapat diibaratkan seperti sebuah bangunan yang terbuat dari batu bata.
Bangunan tersebut tersusun oleh banyak batu yang tertata secara sistematis sehingga
menghasilkan sebuah bentuk tertentu. Sebagaimana bangunan tersebut, tubuh manusia
juga tersusun oleh begitu banyak struktur kecil yang disebut dengan sel.
Definisi sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup yang mampu memenuhi ciri-ciri
kehidupan secara mandiri. Sel terdiri atas kumpulan struktur senyawa kimia, di mana
senyawa kimia tersebut merupakan ikatan antar atom. Atom tersebut terdiri atas proton,
elektron, dan neutron. Ikatan dari ketiga atom itu yang nantinya membentuk senyawa
kimia yang saling bereaksi untuk memenuhi ciri-ciri kehidupan, sehingga dapat dikatakan
sebagai sebuah sel. Sementara itu, ciri-ciri kehidupan yang dimaksud adalah bernafas,
makan, bertumbuh, berkembang, dan mempertahankan diri. Setiap sel juga terdiri atas
senyawa lemak, protein, mitokondria, dan organel lainnya yang saling terintegrasi.
1. Organisasi Kehidupan
Makhluk hidup merupakan sebuah organisasi yang sangat rumit jika dibandingkan
dengan organisasi yang terdapat dalam makhluk tak hidup. Jika dilihat dengan
mikroskop, akan tampak bahwa masing-masing bagian kecil dari tubuh makhluk hidup
terdiri atas sel-sel. Satuan-satuan sel tersebut tersusun menjadi jaringan yang
membentuk organ seperti jantung, lambung, dan lain sebagainya. Beberapa organ
seperti lambung dan usus dapat bekerja sama membentuk suatu sistem.. Demikianlah
pola organisasi kehidupan akan dimulai dari tingkatan paling rendah ke tingkatanyang
paling tinggi secara berurutan sebagaimana berikut.
Atom  Molekul  Sel  Jaringan  Organ  Sistem Organ  Individu
(Organisme)  Populasi  Komunitas  Ekosistem  Biosfer.
2. Metabolisme
Metabolisme merupakan semua proses kimiawi yang terjadi pada tubuh makhluk
hidup. Metabolisme berasal dari bahasa Yunani yaitu metabole yang artinya berubah.
Perubahan ini dapat terjadi melalui dua macam proses. Pertama, anabolisme atau
pembentukan, sebagaimana terjadi pada peristiwa fotosintesis yang membentuk bahan
organik dari bahan anorganik dengan menggunakan energi sinarmatahari. Kedua,
proses katabolisme atau penghancuran, sebagaimana terjadi pada proses respirasidi
dalam sel yang mengurai sari makanan menjadi lebih sederhana dan menghasilkan
energi untuk setiap aktivitas makhluk hidup.
3. Evolusi
Ketika makhluk hidup memperbanyak diri, maka polanya akan diduplikasi dengan
kecermatan yang luar biasa, sehingga akan muncul ciri-ciri khusus dari generasi
kegenerasi dalam satu garis keluarga. Perubahan evolusioner dimungkinkan terjadi
pada sebuah garis keturunan. Dalam perubahan itu,terdapat suatu proses adaptasi yang
memungkinkan keturunannya hidup pada lingkungan yang lebih efisien dibandingkan
dengan generasi sebelumnya. Evolusi tidak hanya melibatkan perubahan di dalam garis
tunggal keturunan, tetapi juga melibatkan proliferasi macam-macam organisme
sebagaimana kelompok tunggal organisme menghasilkan dua atau lebih keturunan yang
khas. Jumlah makhluk hidup pada setiap jenis organisme yang hidup di muka bumi
sekarang jauh lebih besar daripada satu triliun tahun pertama semenjak adanya
kehidupan di muka bumi.
4. Sistem Anatomi Tubuh Manusia
Anantomi manusia merupakan sebuah studi yang mempelajari struktur tubuh
manusia. Anatomi manusia membahas secara mendalam setiap bagian dari tubuh
manusia, mulai dari molekul ke tulang, yang kemudian berintegrasi membentuk suatu
kesatuan fungsional. Tubuh manusia terdiri dari beberapa susunan organ, yang
membentuk suatu sistem organ, seperti sistem kerangka, sistem otot, sistem peredaran
darah, sistem pernapasan, sistem indra,sistem pencernaan, sistem imun, sistem
reproduksi, sistem saraf, dan sistem endokrin. Pada setiap sistem tersebut terdapat
beberapa organ tubuh, contohnya pada sistem kerangka terdapat bebarapa organ tubuh
antara lain tulang kepala, tulang kerangka dada, tulang wajah, dan lain-lain.
a. Sistem Kerangka
Kerangka tubuh manusia terdiri atas susunan berbagai macam tulang yang saling
berhubungan. Kerangka tubuh manusia terdiri dari: tulang kepala sebanyak 8 buah,
tulang kerangka dada sebanyak 25 buah, tulang wajah sebanyak 14 buah, tulang
belakang dan pinggul sebanyak 26 buah, tulang telinga dalam sebanyak 6 buah,
tulang lengan sebanyak 64 buah, tulang lidah sebanyak 1 buah, dan tulang kaki
sebanyak 62 buah. Fungsi dari sistem rangka adalah untuk menahan seluruh bagian
tubuh agar tetap tegak, untuk melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,
jantung,dan paru-paru, sebagai tempat melekatnya otot-otot, untuk menggerakkan
tubuh dengan perantara kinerja otot, sebagai tempat pembuatan sel-sel darah
terutama sel darah merah, serta berguna untuk memberikan bentuk pada setiap
bangunan tubuh.
Gambar 1.1 Sistem Rangka
Sumber: http://globalmedicalco.com
b. Sistem Otot
Sistem otot berfungsi untuk menggerakkan tubuh. Sistem otot pada manusia
terdiri dari sekitar 600 otot. Adapun otot punggung sejati sebagai salah satu sistem
otot yang paling urgen terdiri dari dua buah jurai yang sangat rumit susunannya, dan
terletak pada bagian belakang kanan dan kiri tulang belakang, serta mengisi ruang
antara taju duri dan taju lintang. Otot-otot punggung sejati tertutup penuh oleh otot-
otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk dalam kategori otot-otot anggota
gerak atas dan bawah. Kedua jurai otot pada tulang punggung dinamakan penegak
batang badan dan mempunyai fungsi yang sangat penting untuk menggerakkan
tulang belakang.
c. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah atau yang biasa disebut dengan sirkulasi berfungsi untuk
memompa darah keseluruh tubuh. Sistem peredaran darah pada manusia adalah
jantung, yaitu sebuah organ yang berbentuk runjung dan letaknya terbalik. Ujung
runjung dari jantung mengarah ke bawah, ke depan, dan ke kiri. Basis jantung
mengarah ke atas, ke belakang, dan sedikit ke kanan. Pada basis jantung inilah
terhimpun aorta, batang nadi paru-paru, batang pembuluh balik atas dan bawah.
Bagian dalam jantung terdiri atas 4 ruang, yakni serambi kiri, bilik kiri, serambi
kanan, dan bilik kanan. Serambi kiri dan bilik kiri saling berhubungan satu sama
lain, demikian juga serambi kanan dan bilik kanan. Sementara itu, bagian kiri dan
kanan jantung dipisahkan oleh sekat rongga jantung.
Gambar 1.2 Sistem Peredaran Darah Pada Jantung
Sumber: https://emedicine.medscape.com
d. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan merupakan anatomi tubuh manusia yang berfungsi untuk
bernapas. Organ tubuh yang digunakan dalam sistem anatomi ini adalah paru-paru,
yakni sebuah organ yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa
atau biasa disebut alveoli). Gelembung-gelembung hawa tersebut terdiri dari sel-sel
epiteldan endotel. Banyaknya gelembung hawa pada paru-paru kurang lebih
sejumlah 700.000.000 buah (pada paru-paru kanan dan kiri). Paru-paru terletak pada
rongga dada bagian tengah, sedangkan pada rongga dada bagian depan terletak
jantung. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kanan dan kiri. Paru-paru
kanan terbagi atas tiga belah paru (lobus) dan paru-paru kiri terdiri dari dua belah
paru, yaitu belah atas dan belah bawah. Pada sistem pernapasan, manusia menghirup
oksigen serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air dengan mengoptimalkan
fungsi paru-paru sebagaimana tampak pada gambar berikut.

Gambar 1.3 Sistem Pernapasan


Sumber: https://www.dictio.id
e. Sistem Indra
Sistem indra pada manusia berfungsi sebagai penerima rangsangan dari
lingkungan sekitar. Manusia memiliki 5 sistem indra yang disebut dengan panca
indra. Panca indra terdiri dari indra penglihatan yang berupa mata, indra
pendengaran yang berupa telinga, indra penciuman yang berupa hidung, indra
peraba yang berupa kulit, dan indra pengecap yang berupa lidah. Pada setiap bagian
panca indra tersebut terdapat fungsi yang berbeda-beda, sebagaimana tampak pada
gambar berikut.

Gambar 1.4 Sistem Indra


Sumber: http://www.pendidikanmu.com/
f. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada tubuh manusia berfungsi untuk menerima makanan,
mencerna makanan, memproses hasil pencernaan makanan, menyerap zat gizi yang
terdapat pada makanan menuju ke setiap aliran darah, dan membuang ampas atau
sisa makanan yang tersisa atau tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia. Sistem
pencernaan secara berurutan dimulai dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,
lambung, usus kecil, usus besar, rektum, dan berakhir di anus.

Gambar 1.5 Sistem Pencernaan


Sumber: (Campbell, 2003)
g. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi merupakan suatu rangkaian dan interaksi organ dalam yang
berfungi untuk melakukan perkembangbiakan. Sistem reproduksi pada perempuan
berpusat pada ovarium yang fungsinya adalah untuk menghasilkan ovum dan
hormon. Alat reproduksi perempuan terdiri dari rahim, indung telur, dan liang
senggama. Indung telur merupakan kelenjar kelamin yang menghasilkan sel-sel
telur. Sementara itu, alat reproduksi pada laki-laki berupa testis yang berfungsi
sebagai penghasil sperma dan hormon testosteron.

Gambar 1.6 Sistem Reproduksi


Sumber: http://materikimia.com
h. Sistem Imun
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk mempertahankan tubuh
dari serangan benda dari luar yang menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, dan
parasit. Sistem imun terdapat di seluruh tubuh terutama pada bagian limpa, di
antaranya tampak sebagaimana gambar berikut.
Gambar 1.7 Sistem Imun Alami Tubuh
Sumber: https://study.com/
i. Sistem Saraf
Sistem saraf berfungsi untuk mengumpulkan, mengirimkan, dan memproses
informasi yang terdapat di dalam otak dan saraf. Sistem saraf pada manusia tersusun
oleh sistem saraf pusat dan dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang. Sementara itu, sistem saraf tepi terdiri darisistem saraf
otonom dan somatis. Sistem saraf bertugas untuk menyampaikan rangsangan dari
reseptor sehingga dapat direspons oleh tubuh manusia.

Gambar 1.8 Sistem Saraf Manusia


Sumber: https://www.neuropsychotherapist.com

j. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi terdiri dari organ ginjal dan struktur yang saling berhubungan
antara sistem produksi dan ekskresi urine. Organ-organ ekskresi di dalam tubuh
manusia terdiri dari ginjal, hati, kulit, dan paru-paru. Ginjal berfungsi sebagai alat
untuk mengeluarkan urine, hati berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan zat warna
empedu atau urea, kulit berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan keringat,
sedangkan paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan uap air dan karbon dioksida.

Gambar 1.9 Sistem Ekskresi


Sumber: https://www.webmd.com/
k. Sistem Limfatik
Sistem limfatik merupakan sebuah struktur yang terlibat dalam kegiatan transfer
antar jaringan limfa dan aliran darah. Limfatik di dalam tubuh manusia berfungsi
untuk mengalirkan cairan limfa ke seluruh tubuh manusia. Sistem limfatik terdiri
dari pembuluh limfa dan organ limfoid.

Gambar 1.10 Sistem Limfatik


Sumber: http://askep.club
l. Sistem Endokrin
Sistem endokrin merupakan suatu sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon dan tersirkulasi di dalam tubuh melalui aliran darah
untuk memengaruhi organ-organ lain. Adapun hormon merupakan bahan kimia
pembawa pesan yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar endokrin tersebut.
Kelenjar endokrin terdiri dari kelenjartiroid, kelenjar himofise, hipotalamus,
paratiroid, pineal, dan adrenal.
Gambar 1.l1 Sistem Endokrin
Sumber: https://www.britannica.com/
B. STRUKTUR DAN FUNGSI SEL
Sel-sel yang membangun tubuh suatu mahluk hidup, berasal dari sel-sel yang telah
mengalami pembelahan sebelumnya, dimulai dari satu sel menjadi dua sel, dan seterusnya,
yang kemudian mengalami diferensiasi hingga menghasilkan jutaan jenis sel dengan
struktur dan fungsi yang sangat beragam. Pada tubuh manusia, terdapat sekitar 200 jenis
sel yang telah terspesialisasi untuk menjalankan berbagai fungsi yang sangat kompleks
dalam mendukung proses kehidupan.
1. Konsep dan Teori Sel
Struktur fungsional terkecil dari makhluk hidup (organisme) adalah sel. Sel
merupakan suatu bangunan berupa ruangan yang ukurannya sangat kecil (mikron).
Ilmuwan yang pertama kali mengusung tentang konsep sel adalah Robert Hook dari
Inggris pada tahun 1665. Awalnya, Robert Hook melakukan penelitian dengan
mengamati irisan gabus botol dengan menggunakan mikroskop sederhana, hingga
kemudian melihat struktur serupa rumah lebah yang selanjutnya diberi nama “cell”.
Kata tersebut berasal dari bahasa latin cellula yang artinya bilik kecil (Raven, P.H.,
Johnson, 1986).
Robert juga menyatakan bahwa pada setiap bagian yang terlihat di dalam sel dibatasi
oleh dinding, yang merupakan dinding-dinding sel yang sudah mati. Sejak saat itu,
muncullah ilmu yang secara khusus mempelajari sel yaitu sitologi. Pengetahuan tentang
struktur dan fungsi sel terus berkembang hingga kini, seiring dengan berkembangnya
teknik dan peralatan analisis yang digunakan, baik secara in vitro maupun secara in
vivo.
Pada periode selanjutnya, ilmuan mengamati berbagai tipe sel tumbuhan dan hewan
serta organisme bersel tunggal. Pada tahun 1830-an kemudian ditemukan bahwa semua
makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan tersusun atas berbagai jenis sel yang
selanjutnya dikenal dengan teori sel. Bentuk dan ukuran setiap sel tersebut sangat
bervariasi. Sel-sel prokariotik mempunyai bentuk yang sederhana, misalnya pada
bakteri berbentuk bulat, batang, atau spiral. Sel-sel eukariotik bentuknya cenderung
lebih bervariasi, misalnya sel pada tumbuhan ada yang berbentuk peluru, kubus,
prisma, dan serabut.
Bentuk sel biasanya disesuaikan dengan fungsinya, misalnya sel epidermis
bentuknya cenderung pipih dan tersusun rapat karena berfungsi untuk melindungi sel
atau jaringan yang berada di bagian dalam. Sel saraf memiliki juluran sitoplasma yang
cenderung panjang berupa dendrit dan akson yang berfungsi untuk menghantar impuls
pada jarak yang jauh, dan berbagai bentuk sel lain yang sesuai dengan fungsinya di
dalam tubuh manusia.
2. Bagian Dalam Sel dan Fungsinya
Secara umum, sel tersusun atas membran plasma, inti dan sitoplasma, dan organella
seluler. Bagian-bagian tersebut berfungsi secara terpadu untuk mempertahankan
kehidupan sel di dalam tubuh manusia. Bagian-bagian sel tersebut berupa (Nurcahyo,
2005):

Gambar 1.12 Ilustrasi Skematik Struktur Sel


Sumber:
a. Membran sel, yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan yang terdapat di
sekelilingnya, bersifat semipermiabel dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring,
dan pengatur masuk dan keluarnya zat-zat dari dalam menuju luar sel. Membran sel
merupakan selaput yang sangat istimewa. Sesuai dengan teori mosaik; membran sel
tersusun atas lipid bilayer, dan terdiri dari protein integral, dan saluran-saluran yang
pada bagian baratnya berperan sebagai pintu gerbang seluler.
b. Nukleus atau inti sel, yaitu bangunan berbentuk bulat yang terletak ditengah seldan
mengandung materi genetik DNA dan RNA. Fungsinya adalah mengatur kegiatan
sel secara keseluruhan, yakni meliputi; sintesis protein, pengaturan masuknya zat-zat
yang dibutuhkan oleh sel, dan pembelahan sel (reproduksi dan pewarisan
keturunan).
c. Sitoplasma atau cairan sel, yaitu sebuah substansi cair yang mengisi ruang di dalam
sel. Fungsinya adalah sebagai tempat larutnya zat-zat yang diperlukan untuk
berbagai aktivitas seluler.
d. Organel Sel, yaitu berupa benda-benda solid yang berada dalam sitoplasma. Organel
sel memiliki sifat hidup atau dengan kata lain dapat menjalankan fungsi-fungsi dari
kehidupan sel yang bersangkutan.

Gambar: 1.13 Oganel Sel


Sumber: http://bit.ly/organelsel

Organel sel terdiri dari beberapa komponen yang memiliki fungsi masing-masing,
yaitu:
1) Retikulum Endoplasma, yaitu organel sel yang memiliki bentuk berupa lipatan-
lipatan terdiri dari ruang-ruang serta tabung-tabung membran yang saling
berhubungan satu sama lain juga berada menyebar di seluruh sitoplasma.
Retikulum Endoplasma memiliki bentuk yang berbeda-beda, secara umum
terdapat tiga jenis jika dibedakan dari bentuknya yaitu sisterna, tubuler, juga
veskuler. Sisterna merupakan RE yang berbentuk seperti ruangan gepeng yang
terkadang memiliki susunan yang berlapis juga saling berhubungan. Jenis yang
kedua adalah tubuler yaitu RE yang memiliki ruangan dengan bentuk tabung atau
saluran. Jenis yang ketiga adalah veskuler yaitu RE dengan ruangan yang
memiliki bentuk seperti gelembung yang lepas antara satu dengan lainnya.
Gambar 1.14 Retikulum Endoplasma
Sumber: http://bit.ly/retikulumendoplasma

2) Mitokondria, yaitu bangunan lonjong yang di dalamnya terdapat banyak lipatan.


Berfungsi sebagai tempat berlangsungnya pernapasan sel, yaitu proses
pemecahan glukosa oleh oksigen (O2) menjadi energi, serta perubahan air dan
karbon dioksida (CO2). Energi tersebut nantinya digunakan untuk aktivitas sel di
dalam tubuh.

Gambar: 1.15 Mitokondria


Sumber: http://bit.ly/imageofmitokondria
3) Ribosoma yaitu bangunan bulat kecil-kecil yang berfungsi untuk menyusun dan
membentuk protein.

Gambar: 1.16 Ribosoma


Sumber: http://bit.ly/imageofribosom

4) Badan golgi, berfungsi untuk mengekspor protein dari dalam keluar sel.

Gambar 1.17 Badan Golgi


Sumber: http://bit.ly/imageofbadangolgi

5) Lisosom, merupakan tempat digesti seluler, termasuk penghancuran benda-benda


asing, seperti bakteri, virus, dan lain sebagainya.
Gambar 1.18 Lisosom
Sumber: http://bit.ly/lisosom

6) Vakuola adalah organel yang berfungsi sebagai alat transportasi dan sebagi alat
pengaman sitoplasma. Vakuola berbentuk kantong-kantong dengan membran
yang besar dalam sel. Sel tersebut berisi cairan dari bahan-bahan tertentu serta
dikelilingi oleh membran tunggal. Vakuola memiliki fungsi lain selain dari
fungsi utamanya yaitu untuk memelihara membran plasma pada proses sekresi
dan ekskresi. Vesikel biasa disebut sebagai vakuola yang memiliki ukuran
yang kecil. Vakuola yang terdapat dalam sel tumbuhan memiliki ukuran yang
besar serta terbungkus tonoplas yang merupakan membran tunggal yang
berfungsi untuk mengatur pertukaran materi antara sitoplasma dan cairan yang
ada didalamnya. Vakuola yang ada pada sel tumbuhan memiliki fungsi utama
untuk menyimpan zat makanan, zat sisa metabolisme yang berbahaya dan juga
untuk menjaga tekanan turgor pada sel. Sedangkan vakuola yang terdapat
dalam sel hewan memiliki ukuran yang kecil bahkan terkadang tidak
ditemukan.

Gambar 1.19 Vakuola


Sumber: http://bit.ly/vakuola

3. Mekanisme Perpindahan Zat Melalui Membran Sel


Mekanisme perpindahan (pengangkutan) zat-zat dari luar sel (ekstrasel) ke dalam sel
(intrasel) dilakukan melalui membran sel. Zat-zat yang didapat dari pernapasan dan
aktivitas makan dan minum, akan diangkut melalui sirkulasi darah yang kemudian
dipindahkan ke cairan interseluler (ruang antarsel) melalui kapiler. Selanjutnya zat-zat
tersebut akan berpindah menuju sitoplasma melalui membran sel. Beberapa mekanisme
perpindahan zat melalui membran sel tersebut dikualifikasikan sebagaimana berikut.
a. Difusi, yakni pergerakan molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah berdasarkan gradien konsentrasi atau gradien elektrik. Sebagai contoh, air
gula (dengan zat warna) yang dituangkan ke dalam segelasair, maka zat warna pada
air gula tersebut akan merata ke seluruh air dalam gelas. Perpindahan molekul gula
ke seluruh cairan itu disebut difusi. Kecepatan perpindahan zat akan bergantung
pada tekanan difusi (konsentrasi larutan gula). Dalam kaitannya dengan membran
sel, membran sel memiliki pori-pori yang dapat dilalui zat-zat secara difusi. Hal itu
menyebabkan partikel zat yang ada dapat menembus langsung membran sel dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, misalnya air, oksigen, zat-zat yang larut,
dan lemak (hormon steroid).
b. Osmosis, yakni perpindahan molekul air melalui membran semipermiabel sehingga
tercapai sebuah keseimbangan. Membran sel merupakan jenis membran
semipermiabel yang terdapat pada tubuh. Semipermiabel artinya dapat dilewati oleh
molekul tertentu tetapi tidak dapat dilewati oleh molekul lainnya, atau dengan kata
lain bersifat selektif (pilih-pilih) terhadap molekul yang akan melewatinya.
Demikian halnya dengan membran sel yang hanya dapat dilewati oleh molekul air,
tetapi tidak dapat dilewati molekul protein. Oleh karena itu, air dapat bebas
berpindah dari konsentrasi tinggi ke rendah, tetapi molekul protein tidak. Hal ini
mengakibatkan keseimbangan hanya akan tercapai untuk molekul air saja.
c. Difusi fasilitasi, yakni perpindahan zat dari suatu tempat ke tempat lain yang
difasilitasi (dibantu) oleh molekul lain. Sebagai contoh perpindahan molekul glukosa
atau asam amino melalui membran sel mukosa usus atau sel-sel tubuh lainnya, di
mana terdapat perpindahan glukosa atau asam amino dari luar ke dalam sel dengan
difasilitasi oleh hormon insulin.
d. Transpor aktif, yakni perpindahan suatu zat dari satu tempat ke tempat lain dengan
memerlukan energi (ATP) untuk mengangkut zat tersebut melewati suatu membran.
Sebagai contoh, aktivitas perpindahan ion natrium dari luar sel ke dalam sel (pompa
ion natrium dan kalium).
4. Morfologi dan Fungsi Sel
Sel pada makhluk hidup multiseluler memiliki aneka macam bentuk dan fungsi.
Morfologi selnya sangat beraneka macam tergantung pada fungsinya, sebagaimana
berikut (Nurcahyo, 2005).
a. Bentuk dan fungsi sel, terdiri dari:
1) Sel epitel, yakni sel yang berfungsi untuk melindungi lapisan luar tubuh. Bentuk
dari sel epitel adalah pipih, kubus, kolumner, dan transisional. Sel epitel yang
terdapat dalam sel kelenjar merupakan sel yang berguna untuk menghasilkan
cairan,sedangkan sel epithel pada sel sekretoris berfungsi menghasilkan dan
mensekresikan cairan (eksokrin) dan hormon (endokrin).
2) Sel saraf, yakni sel yang berbentuk memanjang karena berfungsi untuk
menjalarkan impuls (aruslistrik) di dalam tubuh.
3) Sel darah merah, yakni sel yang berbentuk pipih bikonkaf dan mengandung
protein hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan.
b. Jaringan, terdiri dari:
1) Jaringan ikat longgar, yakni jenis jaringan yang berbentuk ikat padat, teratur, dan
mengikat lemak serta darah, yakni berupa eritrosit (sel darah merah), leukosit
agranuler (limfosit dan monosit), leukosit granuler (neutrofil, eosinofil, dan
basofil), serta trombosit.
2) Jaringan penghubung (konektif) yang berupa tulang rawan (kartilago hialin,
elastik), serta jaringan tulang (tulang keras).
3) Jaringan otot yang terdiri dari otot polos, serat lintang atau skelet, dan otot
jantung.
4) Jaringan saraf yang terdiri dari sistem saraf pusat, medulla spinalis, dan
cerebellum (Baret, J.M, et.al, 1986).
5. Zat-Zat yang Diperlukan dan Dihasilkan Oleh Sel
Beberapa di antara zat-zat yang diperlukan oleh sel di dalam tubuh manusia adalah
sebagai berikut (Ganong W. , 1995).
a. Oksigen, yang digunakan oleh sel untuk melakukan pembakaran dan menghasilkan
energi serta panas di dalam tubuh.
b. Makanan, dalam bentuk sari-sari makanan seperti glukosa, asam lemak, dan asam
amino yang digunakan untuk membentuk energi, dinding sel, dan sintesis protein.
c. Vitamin, yang dapat membantu meningkatkan jumlah regenerasi dalam proses
produksi sel di dalam tubuh.
d. Mineral, yang digunakan sebagai katalisator proses enzimatis.
e. Air, yang digunakan untuk pelarut dan media proses kimiawi dalam sel.
Adapun beberapa di antara jenis zat-zat yang dihasilkan oleh sel di dalam tubuh
manusia adalah sebagai berikut.
a. Karbon dioksida,yang dihasilkan oleh sel melalui proses pembakaran di dalam
tubuh.
b. Protein, merupakan hasil dari proses sintesis sel di ribosoma.

C. SISTEM REPRODUKSI SEL


Berdasarkan strukturnya,ada dua jenis sel yang dimiliki oleh organisme uniseluler
maupun organisme multiseluler, yakni jenis sel yang memiliki membran inti dan jenis
sel yang tidak memiliki membran inti. Kedua jenis sel tersebut dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu sel prokariot dan sel eukariot. Selain berdasarkan strukturnya,
pengelompokan sel juga dapat dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, seperti
keadaan kromosom, cara mendapatkan energi dari lingkungan sekitarnya, aktivitas
biokimianya, kedudukannya, dan lain sebagainya. Pengelompokkan sel jika
berdasarkan keadaan kromosomnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sel somatis dan sel
germinal. Sel somatis merupakan sel yang memiliki fungsi sebagai penyusun tubuh dan
bersifat diploid. Jenis yang kedua yaitu sel germinal merupakan sel kelamin yang
memiliki peran dan fungsi dalam proses reproduksi serta bersifat haploid.

Gambar 1.20 Struktur Sel Prokariot dan Eukariot


Sumber: https://www.cliffsnotes.com/

Semua organisme eukariotik yang berkembang biak secara seksual selalu bergantung
pada kemampuan reproduksi sel. Hal ini dikarenakan zigot yang terbentuk pada proses
reproduksi berasal dari sel telur yang dibuahi oleh sel sperma. Zigot yang bersel
tunggal harus mengalami pembelahan atau reproduksi untuk mencapai ukuran tertentu
yang tepat sesuai dengan standar reproduksi.
Pembelahan sel dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pembelahan sel secara langsung
dan pembelahan sel secara tidak langsung. Pembelahan sel secara langsung adalah jika
proses pembelahannya tidak didahului dengan pembentukan gelondong pembelahan
dan penampakan kromosom. Adapun pembelahan sel secara tidak langsung adalah jika
proses pembelahannya didahului dengan keberadaan pembentukan gelondong
pembelahan dan juga penampakan kromosom. Pembelahan sel secara langsung disebut
amitosis, sedangkan pembelahan secara tidak langsung meliputi pembelahan mitosis
dan pembelahan meiosis.
Contoh pembelahan amitosis terjadi pada bakteri, protozoa, dan ganggang bersel
satu. Proses pembelahan amitosis tidak melalui tahapan-tahapan pembelahan. Satu sel
induk akan membelah secara langsung menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi
delapan, dan seterusnya hingga sel tersebut bertambah banyak. Proses pembelahan
langsung didahului oleh pembelahan inti sel menjadi dua, diikuti oleh pembelahan
sitoplasma, dan akhirnya sel terbagi menjadi dua sel anak.
Adapun pada proses pembelahan meiosis dan mitosis, setiap sel indukan yang
mempunyai sifat diploid (biasa disebut 2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan,
yang masing-masing tetap mempunyai sifat diploid. Jumlah yang dimiliki oleh
kromosom sel anakan sama dengan jumlah kromosom yang dimiliki oleh sel
indukannya. Misalnya, apabila pada sel indukan terkandung sejumlah 46 kromosom,
maka pada sel anakannya juga akan terkandung jumlah yang sama.
1. Siklus Sel
Siklus sel merupakan sebuah peristiwa pertumbuhan sel berdasarkan tahapan
tertentu yang dilalui secara berurutan, dan setelah melalui semua tahapan maka
siklus pertumbuhan akan kembali pada tahapan semula. Siklus sel dapat dibagi
menjadi dua tahapan, yaitu tahapan interfase dan tahapan mitotik (fase pembelahan).
Sel akan selalu melakukan aktivitas memperbanyak diri baik dalam konteks tumbuh
maupun reproduksi. Pada konteks reproduksi, aktivitas pembelahan sel bertujuan
agar reproduksi dan embriogenesis terus berkelanjutan, di mana terjadi pembelahan
meiosis yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin) yang bersifat haploid (h).
Sehingga apabila terjadi pembuahan antara sel kelamin jantan (sperma) dan sel
kelamin betina (ovum), maka akan dihasilkan satu sel zigot yang bersifat diploid
(2h). Namun, pembuahan ini tidak dapat terjadi apabila sel gamet bersifat diploid.
Selanjutnya zigot yang telah terbentuk akan membelah diri menjadi ribuan
sampai miliaran sel secara mitosis. Setelah dewasa, individu akan kembali
menghasilkan sel gamet yang lain. Siklus ini akan berlangsung terus-menerus dan
berulang (siklik) dan biasa disebut dengan poliferasi. Proses poliferasi yang terjadi
pada sel prokariota, akan melalui suatu proses yang disebut pembelahan biner.
Sementara itu, proses poliferasi yang terjadi pada sel eukariota akan mengakibatkan
terbaginya siklus sel menjadi dua fase fungsional yaitu interfase dan mitosis.
2. Interfase
Tahapan interfase sering disebut sebagai tahap istirahat dalam siklus pertumbuhan
sel. Hal ini sebenarnya kurang tepat, karena pada tahap ini sel tetap dalam keadaan
aktif melakukan metabolisme, termasuk mempersiapkan diri sebelum terjadi
pembelahan. Pada tahap ini, di dalam sel terdapat sebuah membran yang
membungkus inti sel. Kromosom pada tahapan ini tidak akan terlihat karena
kromosom akan berbentuk sebagai seutas molekul DNA yang halus dan tidak
menggulung sehingga tidak dapat dilihat di bawah mikroskop cahaya. Tahapan
interfase dapat dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut.
1) Fase G1, yakni fase di mana sel yang merupakan hasil pembelahan memasuki
tahap pertumbuhan sel baru dan terus-menerus melakukan pembelahan organel.
2) Fase S, yakni fase terjadinya proses replikasi DNA sebagai materi genetik yang
akan diturunkan di dalam sebuah sel.
3) Fase G2, yakni fase di mana adanya proses persiapan untuk pembelahan sel dan
pertumbuhan sel semakin membesar. Fase ini juga disebut sebagai fase mitotik.
Pada fase inilah baik proses mitosis maupun meiosis akan mengalami proses
pembelahan sel.

Gambar 1.21 Tahapan Interfase


Sumber: https://dosenbiologi.com/
3. Pembelahan Mitosis
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan sel yang dapat terjadi apabila sel anak
mempunyai jumlah kromosom sama dengan jumlah kromosom induknya. Fase-fase
pembelahan mitosis adalah profase, metafase, anafase, dan telofase. Dalam sekali
proses pembelahan, akan terjadi tahapan interfase di mana struktur kromosom sel tidak
akan nampak, sebagaimana uraian proses pembelahan mitosis berikut ini (Anwar,
2016).
a. Interfase
Pada fase ini, sel belum melakukan kegiatan pembelahan tetapi sel sudah siap
untuk membelah. Selama fase interfase, selakan tampak keruh disertai dengan
kemunculan benang-benang kromatin halus secara perlahan. Akan tetapi, beberapa
ahli justru menganggap fase interfase bukan merupakan salah satu fase dalam tahap
mitosis sehingga sering disebut dengan fase istirahat.
b. Profase
Fase ini merupakan fase terlama dan memerlukan energi paling banyak, sehingga
selama terjadinya fase interfase, sel akan mengoptimalkan diri untuk membentuk
gelondong-gelondong pembelahan. Pada tahap profase, selaput inti dan membran
inti akan melebur sehingga sel tidak terlihat memiliki membran inti. Benang
kromatin juga akan mengalami pemendekan dan penebalan untuk membentuk
kromosom, di mana setiap kromosom melakukan duplikasi menjadi kromatid. Pada
sel manusia dan sel hewan, sentriol akan berpisah kemudian menuju ke kutub yang
berlawanan sehingga terbentuklah benang spindel.
c. Metafase
Pada fase ini, membran inti sudah menghilang dan kromosom-kromosom
berkumpul pada bidang ekuator, yaitu bidang tengah dari sebuah sel, sehingga
kromosom terlihat sangat jelas. Sentromer dari seluruh kromosom kemudian
membuat sebuah formasi sebaris. Kromatid akan menggantung pada benang-benang
spindel melalui sentromer tersebut. Pada tahap metafase, mulai terlihat adanya dua
kromatid hasil penggandaan pada profase yang sedang mengalami pembagian
menjadi dua.
d. Anafase
Pada fase ini, sentromer akan membelah dan kedua kromatid dari setiap
kromosom akan berpisah. Selanjutnya kromatid akan bergerak menuju kutub sel
melalui benang-benang spindel. Karena benang spindel cenderung melekat pada
sentromer, maka sentromer akan bergerak terlebih dahulu pada pergerakan
kromosom ke kutub sel. Tiap kromatid hasil pembelahan mempunyai sifat yang
sama dengan induknya sehingga setiap kromatid yang dihasilkan merupakan sebuah
kromosom baru.
e. Telofase
Pada fase ini, masing-masing kromosom yang telah berada di daerah kutub
semakin lama akan menipis, dan selanjutnya berubah menjadi benang-benang
kromatin yang sangat tipis. Serabut gelondong akan lenyap, sedangkan membran inti
dan inti mulai terbentuk kembali. Kemudian terjadi peristiwa pembagian inti
(kariokinesis) dan terbelahnya sitoplasma menjadi dua bagian (sitokinesis), di mana
masing-masing bagian mengandung satu nukleus yang memiliki 2n kromosom
(diploid) sehingga terbentuklah 2 sel anak yang mempunyai jumlah kromosom sama
dengan induknya.

Gambar 1.22 Fase-Fase Pembelahan Mitosis


Sumber: (Anwar, 2016)
4. Pembelahan Meiosis
Pembelahan meiosis merupakan pembelahan sel yang dapat menghasilkan sel anak
dengan jumlah kromosom hanya setengah dari jumlah kromosom sel induknya. Meiosis
terjadi pada alat reproduksi, yaitu pada gametosit (sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina). Pembelahan kromosom dapat berlangsung dua kali berturut-turut tanpa
diselingi interfase. Pembelahan ini terdiri dari dua tahapan yaitu meiosis I dan meiosis
II sebagaimana uraian berikut (Reece, 2002).
a. Meiosis I
Tahap ini terjadi dalam beberapa fase di mana benang-benang kromatin akan
mengalami proses pemendekan dan penebalan sehingga bisa membentuk sebuah
kromosom. Pada setiap bagian dari kromosom terdiri dua bagian kromatid yang
nantinya akan bergabung dengan homolognya sendiri. Proses tersebut dinamakan
proses sinapsis di mana setiap pasangan dari kromosom yang memiliki sifat
homolog akan tampak memiliki empat buah kromatid (biasa disebut tetrad). Pada
proses pembentukan sebuah tetrad, dapat terjadi proses pertukaran antarbagian
kromatid yang biasa dinamakan proses pindah silang atau crossing over.
Selanjutnya, bagian inti akan melakukan proses menghilang dan mengalami
pembentukan benang-benang spindle yang nantinya akan membawa bagian tetrad
menuju bagian bidang pembelahan atau bidang ekuator. Tahap crossing over ini akan
terjadi dalam beberapa fase, yakni sebagai berikut (Reece, 2002).
1) Profase I
Pada profase I terjadi beberapa tahapan, yakni sebagai berikut.
a) Leptoten, merupakan tahap pertama profase I, di mana kromatin akan
membentuk benang halus leptonema (kromosom) sehingga kromosom tampak
seperti sebuah massa yang tidak teratur.
b) Zigoten, merupakan proses penebalan yang berjalan terus-menerus dan proses
di mana kromosom mulai berpasangan dengan homolognya.
c) Pakiten merupakan proses di mana kromosom yang homolog akan
menghasilkan 4 kromatid yang disebut tetrad. Pasangan 2 kromosom yang
homolog disebut bivalen, sedangkan pasangan 3 atau 4 kromosom yang
homolog disebut trivalen atau tetravalen.
d) Diploten, merupakan proses di mana kromatid pada kromosom yang homolog
dapat saling melilit dan bertukar ruas satu sama lain, atau biasa disebut pindah
silang. Dua kromatid yang disatukan oleh satu sentromer disebut kromatid
bersaudara. Kontak antarkromatid bersaudara itu disebut kiasma.
e) Diakinesis, merupakan tahap akhir proses profase I, di mana membran inti
akan larut.
2) Metafase I
Tahapan ini merupakan proses di mana pasangan kromosom homolog mulai
mengatur diri dan saling berhadapan di daerah ekuator. Setengah dari pasangan
kromosom homolog akan mengarah ke satu kutub dan setengah pasangan
kromosom homolog lainnya akan mengarah pada kutub yang lain.
3) Anafase I
Tahapan ini merupakan proses di mana kromosom homolog akan berpisah dan
cenderung menuju pada kutub yang berlawanan. Pada proses ini, kromatid belum
berpisah karena sentromer masih jadi satu untuk satu kromosom saja.
4) Telofase I
Tahapan ini merupakan proses di mana kromosom yang masih terdiri dari dua
kromatid berada di kutub. Selanjutnya akan terbentuk membran nukleus yang
kemudian diikuti oleh proses sitokinesis. Akhir telofase I akan membentuk dua
buah sel anak, di mana setiap sel anak akan mengandung n kromosom yang
menjadikan terbentuknya dua sel anak yang haploid pada akhir meiosis I.
Gambar 1.23 Skema Meiosis I
Sumber: (Reece, 2002)
b. Meiosis II
Pada tahap ini, meiosis II akan melewati beberapa fase yaitu sebagai berikut.
1) Profase II
Profase II merupakan tahapan di mana benang-benang kromatin kembali
mengalami penebalan dan berproses menjadi kromosom yang nantinya terdiri
dari 2 kromatid dan tidak akan mengalami duplikasi. Pada tahapan ini, nukleus
dan dinding inti juga akan melebur dan sepasang sentriol akan bergerak menuju
arah kutub yang berlawanan, untuk selanjutnya mulai terbentuk benang-benang
spindle.
2) Metafase II
Pada tahapan ini, kromosom yang telah membelah diri menjadi dua kromatid
akan memposisikan diri berjajar pada bidang pembelahan dan selanjutnya
sentromer akan menempatkan diri di tengah sel.
3) Anafase II
Pada tahapan ini, kondisi sentromer akan membelah menjadi dua, di mana
masing-masing kromatid akan berpisah dan bergerak ke arah kutub yang
berlawanan. Kromatid yang terpisah-pisah tersebut merupakan bentuk kromosom
baru.

4) Telofase II
Pada tahap ini, kromatid telah sampai di kutub dan berubah menjadi benang
kromatin, kemudian terbentuklah kembali membran inti dan anak inti sehingga
terjadi proses sitokinesis yang nantinya membentuk 4 sel anakan yang memiliki
kromosom setengah dari induknya.
Gambar 1.24 Skema Meiosis II
Sumber: (Reece, 2002)
Proses-proses pembelahan sel secara meiosis tersebut mempunyai arti yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup. Pembelahan sel secara meiosis dapat menjaga
dan memelihara jumlah kromosom yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Dengan
adanya proses pindah silang (crossing over), maka dimungkinkan terjadinya proses
pertukaran gen yang nantinya akan menimbulkan berbagai macam variasi genetik di
antara spesies-spesies makhluk hidup di muka bumi.
Perbandingan antara pembelahan mitosis dan meiosis dapat diamati pada tabel
berikut ini.
Pembanding Mitosis Meiosis
Terjadi saat interfase sebelum Terjadi saat interfase sebelum
Replikasi
mitosis dimulai meiosis l dimulai
Dua kali, masing-masing
Jumlah Satu kali mencakup profase,
mencakup profase, metafase,
pembelahan metafase, anafase, dan telofase
anafase, dan telofase
Terjadi saat profase l bersama
pindah silang antarkromatid
Sinapsis dan nonsaudara, kiasmata yang
kromosom Tidak terjadi dihasilkan akan menjaga
homolog pasangan kromosom tetap
bersama sebagai akibat dari
kohesi kromatid saudara
Empat, masing-masing haploid
Jumlah sel anakan Dua, masing-masing diploid (n), mengandung separuh jumlah
dan komposisi (2n) dan identik secara genetik kromosom sel induk, berbeda
genetik dengan sel induk secara genetik dari sel induk dan
dari satu sama lain
Memungkinkan pendewasaan
multiseluler akan bertumbuh- Menghasilkan gamet,
kembang dari zigot, selanjutnya mengurangi jumlah kromosom
Peran dalam tubuh menghasilkan sel-sel untuk menjadi separuh dan
pertumbuhan, perbaikan serta menyebabkan variabilitas genetik
reproduksi asekual (hanya pada di antara gamet
beberapa spesies)

Tabel 1.1 Perbandingan Mitosis dan Meiosis


Sumber: (Reece, 2002)
5. Gametogenesis
Gametogenesis merupakan suatu peristiwa pembentukan gamet (sel kelamin).
Gametogenesis dibedakan menjadi dua, yaitu spermatogenesis (pembentukan sel
kelamin jantan) dan oogenesis (pembentukan sel kelamin betina). Gametogenesis
merupakan awal mula dari perkembangbiakan individu secara seksual baik pada
manusia, hewan, maupun tumbuhan.
a. Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan peristiwa di mana gamet jantan atau sperma
dibentuk dalam kelenjar yang disebut testis. Testis berfungsi membentuk sperma dan
androgen (hormon jantan). Adapun sperma akan dibentuk di dalam epitelium nutfah
(seminiferus tubules) yang terdapat pada testis. Jaringan epitelium nutfah tersebut
disusun oleh lapisan-lapisan sel yang memproduksi sperma secara tersusun
berdasarkan urutan perkembangan spermatogenesis, mulai dari spermatogonium
pada lapisan dasar hingga perkembangan sperma pada lumen tubuh.
Spermatogonium tidak dapat langsung bermeiosis membentuk gamet, tetapi
melakukan mitosis terlebih dahulu untuk memperbanyak spermatogonium, baru
kemudian membelah secara meiosis.
Hasil pembelahan meiosis spermatogonium adalah spermatosit primer, yang
sempat mengalami meiosis I sehingga menjadi dua spermatosit sekunder. Masing-
masing spermatosit sekunder tersebut mengalami meiosis II, menjadi 4 spermatid
yang sama besarnya dengan disertai jumlah kromosom haploid. Selanjutnya, sel
spermatid akan berkembang menjadi sperma atau spermatozoa. Dalam proses
perkembangan ini, spermatid akan kehilangan hampir seluruh sitoplasmanya.
Namun, sperma memperoleh organ berupa ekor yang berfungsi untuk bergerak
dalam proses pembuahan sperma yang mengandung mitokondria dengan kesediaan
ATP sebagai sumber energi untuk dapat bertahan hingga beberapa minggu atau
bulan (pada manusia akan berlangsung selama 74 hari).
Gambar 1.25 Peristiwa Spermatogenesis
Sumber: (Anwar, 2016)
b. Oogenesis
Oogenesis merupakan peristiwa pembentukan gamet betina yang berlangsung di
dalam ovarium organ kelamin betina. Gamet betina atau ovum akan dibentuk di
dalam satu paket sel yang disebut folikel yang terletak di dalam ovarium. Folikel
disusun oleh satu sel yang dapat bermeiosis dan disebut dengan oogonium (sel induk
ovum) yang mempunyai kromosom diploid. Oogonium dikelilingi oleh satu lapis sel
folikel yang akan melindungi dan memberi nutrisi sel telur yang telah dewasa.
Oogonium (2n) akan bermitosis dan berkembang menjadi sel yang siap
bermeiosis, atau disebut dengan oosit primer. Oosit primer ini nantinya akan
mengalami pembelahan meiosis I menjadi oosit sekunder dan badan kutub primer,
dan kemudian pada akhir tahap meiosis II, dari oosit sekunder akan dihasilkan satu
sel oosit dan satu badan kutub sekunder. Sementara itu, dari badan kutub primer
akan menghasilkan 2 badan kutub sekunder. Jadi, oosit primer akan mengalami
pembelahan meiosis dan akan menghasilkan 1 ootid (sel telur) serta 3 badan kutub.
Dalam pembelahan meiosis I (oosit primer menjadi oosit sekunder) inilah terjadi
perbedaan pembagian sitoplasma sehingga menghasilkan satu sel besar yang disebut
oosit sekunder dan satu sel kecil yang disebut badan kutub primer. Begitu pula pada
saat meiosis II di mana oosit sekunder berubah menjadi ootid, oosit sekunder yang
mengandung hampir semua sitoplasma dan kuning telur akan membelah secara tidak
sama dan membentuk sebuah ootid besar serta sebuah badan kutub sekunder yang
berukuran kecil. Pada saat bersamaan, badan kutub primer tersebut akan membelah
menjadi 2 badan kutub sekunder. Selanjutnya, ootid akan mengalami pertumbuhan
dan perkembangan menjadi sel telur yang masak, sedangkan 3 badan kutub sekunder
akan hancur. Telur merupakan sel yang paling besar karena telur merupakan sumber
persediaan makanan, ribosom, RNA, dan komponen sitoplasma lainnya yang
berguna untuk membantu perkembangan embrio di dalam tubuh.
Gambar 1.26 Peristiwa Spermatogenesis dan Oogenesis
Sumber: (William S. Klug, et. al, 2009)
D. KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Definisi Cairan Tubuh
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu
exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan
cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi kurang lebih
60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh, terlarut zat-zat
makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang, dan
menjalankan fungsinya. Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh
makhluk yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan larutan
yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting,
yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan urine sesuai kebutuhan untuk mengompensasi asupan dan kehilangan abnormal
dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa
dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah
paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer)
kimia dalam cairan tubuh.
2. Komposisi Cairan Tubuh
Cairan dalam tubuh manusia pada hakikatnya berfungsi sebagai pelarut zat-zat
yang berada di dalam tubuh, sehingga banyak mengandung zat yang diperlukan oleh
sel. Selain itu, cairan tubuh juga memiliki fungsi sebagai pemberi suasana pada sel,
seperti pembawa kehangatan (suhu), peyebab kekentalan (viskositas) serta keasaman
(pH) yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan
luar tubuh. Persentase komposisi cairan tubuh manusia memiliki variasi yang
berbeda pada setiap individu, bergantung pada beberapa hal seperti jenis kelamin,
umur, serta kondisi lemak tubuh. Pada bayi baru lahir, persentase cairan tubuhnya
sebesar 75%. Pada wanita dewasa (20-40 tahun), persentase cairan tubuhnya sebesar
50%; sedangkan pada pria dewasa (20-40 tahun), persentase cairan tubuhnya sebesar
60% dari total berat badan. Sementara itu, pada lansia, persentase cairan tubunya
memiliki jumlah sebesar 45-50%.
Cairan tubuh tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu cairan
intaselular (CIS) dan cairan ekstraselular (CES). CIS merupakan cairan yang
terdapat dalam sel di seluruh tubuh manusia yang berfungsi sebagai media penting
dalam proses kimia yang terjadi dalam tubuh. Jumlah dari CIS adalah 2/3 dari total
jumlah cairan tubuh atau sekitar 40% dari berat badan.
CES merupakan cairan yang berada di luar sel dan meliputi cairan intravaskular,
cairan interstisial, serta cairan transeluler. Cairan interstisial berada di dalam ruang
antarsel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, cairan rongga serosa, serta dalam
sendi. Jumlah dari CES sekitar 30% dari total cairan tubuh. Perbedaan komposisi
cairan tubuh pada dua kompartemen tersebut terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel akan memisahkan cairan intrasel dengan cairan
intersisial, sedangkan dinding kapiler akan memisahkan cairan intersisial dengan
plasma. Sehingga dalam keadaan tubuh yang normal, akan terjadi keseimbangan
susunan juga volume cairan serta elektrolit antarkompartmen. Apabila terjadi
perubahan konsentrasi atau tekanan pada salah satu kompartenmen, maka tubuh
manusia akan melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES untuk
tetap mempertahankan keseimbangan antara kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH agar tetap normal.
Beberapa ahli lain menyatakan juga komposisi terbesar dari tubuh manusia
merupakan cairan yaitu sejumlah 60%. Komposisi lain yang terdapat dalam tubuh
selain cairan yaitu berupa protein dan substansi terkait lainnya (glikogen) sejumlah
18%, mineral 7%, dan lemak sebesar 15% (Ganong W. , 1995). Dengan demikian
maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar tubuh manusia berupa cairan.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki berat badan 50 kg, maka akan memiliki
cairan tubuh total yang normal sekitar 30 Liter yang terdiri dari 20 Liter CIS, dan 10
Liter CES. 10 Liter CES tersebut juga terbagi lagi menjadi 7,5 Liter cairan jaringan
dan 2,5 Liter cairan plasma sebagaimana tampak pada skema 2.1 berikut ini.

Gambar 1.27 Skema Distribusi Cairan Tubuh


Sumber: (Ganong W. , 1995)

Dalam kondisi tubuh yang normal dan sehat, volume dan komponen kimia dari
cairan tubuh akan berada dalam kondisi serta batas yang nyaman. Dalam kondisi
tersebut, jumlah pemasukan cairan akan sesuai dengan jumlah cairan yang hilang.
Sementara dalam kondisi tubuh yang sakit, akan terjadi gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi
tubuh, tubuh akan melepaskan cairan melalui proses penguapan ekspirasi penguapan
kulit, ginjal (urine), juga ekskresi pada proses metabolisme. Adapun upaya
pemenuhan kebutuhan air bagi seseorang yang sehat dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Kebutuhan Air dalam 24 Jam


Kebutuhan Air
Usia Ml/kg Berat Badan
dalam 24 Jam
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30

Sumber: (Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, 2008)


3. Masalah Umum Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
a. Masalah Umum Kebutuhan Cairan
Masalah pada kebutuhan cairan bisa terjadi jika mekanisme kompensasi tubuh
tidak mampu mempertahankan proses homeostatis. Masalah keseimbangan cairan
biasanya berupa defisit volume cairan atau sebaliknya. Permasalahan umum yang
terkait kebutuhan cairan tubuh adalah sebagai berikut.
1) Defisit volume cairan ditandai dengan adanya defisiensi cairan dan juga elektrolit
di kompartemen ekstrasel. Kondisi juga dikenal dengan istilah hypovolemia yaitu
kondisi pada saat terjadi perubahan pada tekanan osmotik sehingga cairan
interstisial menjadi kosong dan cairan dari kompartemen intrasel masuk ke ruang
interstisial dan mengganggu kehidupan sel. Secara umum, kondisi defisit volume
cairan (dehidrasi) dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Dehidrasi isotonik terjadi apabila jumlah antara cairan dan elektrolit yang
hilang dari tubuh sebanding.
b. Dehidrasi hipertonik terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih banyak
dibanding jumlah elektrolit yang hilang.
c. Dehidrasi hipotonik terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektrolit yang hilang.
2) Volume cairan berlebih ditandai dengan kelebihan cairan dan natrium dalam
kompartemen ekstrasel. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah hypervolemia
yang pada umumnya disebabkan oleh adanya gangguan pada fungsi ginjal. Hal
yang sering muncul jika terjadi kondisi ini adalah adanya peningkatan volume
darah dan juga terjadi edema. Edema dapat terjadi akibat adanya peningkatan
tekanan hidrostatik disertai penurunan tekanan osmotik. Edema akan sering
muncul di bagian mata, jari, serta pada pergelangan kaki. Jenis
edema pitting merupakan edema yang muncul di daerah perifer yang ditandai
dengan terbentuknya cekungan yang tidak langsung hilang jika area tersebut
ditekan. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan cairan ke jaringan melalui titik
tekan. Sebaliknya ada jenis edema non-pitting, yaitu pada saat kondisi cairan di
dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari. Hal ini
terjadi karena edema non-pitting merupakan kondisi infeksi dan trauma yang
menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan jaringan.
Kelebihan cairan vaskular akan meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan
cairan pada permukaan interstisial.
b. Masalah Umum Kebutuhan Elektrolit
Permasalahan umum terkait kebutuhan elektrolit meliputi:
1) Hiponatremia, merupakan keadaan pada saat tubuh kekurangan kadar natrium
dalam cairan di kompartemen ekstrasel sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan tekanan osmotik. Perubahan osmotik ini mengakibatkan pindahnya
cairan dari kompartemen ekstrasel ke intrasel sehingga sel membengkak. Kondisi
tersebut bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti penyakit ginjal, penyakit
Addison, atau bisa juga karena kehilangan natrium melalui pencernaan. Penyebab
lain bisa juga berkaitan dengan kelebihan cairan adalah sindrom ketidaktepatan
hormon antidiuretik (syndrome of inappropriate antidiuretic hormon). Saat
adanya peningkatan asupan cairan, hiperaldosteronisme, ketoasidosis diabetes,
oliguria, dan polidipsia psikogenik juga dapat menyebabkan hiponatremia. Tanda
dari hiponatremia yaitu mengalami cemas, terjadi hipotensi postural, postural
dizziness, mual, muntah, diare, takikardi, kejang bahkan koma. Temuan
laboratorium untuk kondisi ini yaitu kadar natrium serum <136 mEq/l serta berat
jenis urine <1,010.
2) Hipernatremia, merupakan keadaan pada saat tubuh mengalami kelebihan kadar
natrium dalam cairan di kompartemen ekstrasel sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik ekstrasel. Peningkatan tekanan osmotik inilah yang
mengakibatkan berpindahnya cairan dari kompartemen intrasel kemudian keluar
dari sel. Hipernatremia dapat terjadi karena asupan natrium yang berlebihan,
adanya kerusakan sensasi haus, disfagia, diare, kehilangan cairan berlebih dari
paru-paru, serta poliuria karena diabetes insipidus. Tanda yang terjadi jika
mengalami kondisi ini yaitu kulit kering, mukosa bibir kering, pireksia, agitasi,
kejang, oliguria, atau anuria. Temuan laboratorium untuk kondisi ini yaitu kadar
natrium serum >144 Meq/l serta berat jenis urine >11,30..
3) Hipokalemia, merupakan keadaan pada saat tubuh kekurangan kadar kalium
dalam cairan di kompartemen ekstrasel sehingga menyebabkan pindahnya kalium
keluar sel. Akibat dari kondisi ini yaitu ion hidrogen dan kalium akan tertahan
dalam sel sehingga menyebabkan gangguan atau perubahan pH pada plasma.
Tanda adanya defisiensi kalium pertama kali akan terlihat pada otot, distensi usus,
penurunan bising usus, serta denyut nadi yang tidak teratur. Pada pemeriksaan
laboratorium dalam hipokalemia akan ditemukan nilai kalium serum dalam tubuh
<3,0 mEq/l..
4) Hiperkalemia, merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah
tinggi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis
metabolik. Hiperkalemia biasanya ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas
sistem pencernaan, dan lain sebagainya.
5) Hipokalsemia, merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.
Hipokalsemia biasanya ditandai dengan adanya kram otot dan karam perut,
kejang, bingung, dan lain sebagainya.
6) Hiperkalsemia, merupakan suatu keadaan di mana terdapat kelebihan kadar
kalsium dalam darah. Hal ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan.
Hiperkalsemia ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu
ginjal, dan disertai dengan kondisi kadar kalsium serta plasma lebih dari 4,3
mEq/L.
7) Hipomagnesia, merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam darah.
Hipomagnesia ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan
tangan, serta kondisi kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8) Hipermagnesia, merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah. Hal
ini ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan, dan disertai dengan
kondisi kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
9) Keseimbangan asam basa, merupakan kondisi di mana konsentrasi ion hidrogen
yang dihasilkan dan dikeluarkan seimbang. Untuk dapat beraktivitas, tubuh
memerlukan keseimbangan asam basa. Keseimbangan asam basa itu dapat diukur
dengan pH (derajat keasaman). Dalam keadaan normal, nilai pH cairan tubuh
adalah sejumlah 7,35-7,45. Keseimbangan tersebut dapat dipertahankan melalui
proses metabolisme dengan sistem buffer pada seluruh cairan tubuh dan melalui
pernapasan dengan sistem regulasi (pengaturan di ginjal). Tiga macam sistem
larutan buffer cairan tubuh adalah larutan bikarbonat, larutan buffer fosfat, dan
larutan buffer protein.

E. METABOLISME DAN SUHU TUBUH MANUSIA


1. Peranan Metabolisme Pada Suhu Tubuh Manusia
Metabolisme merupakan proses perubahan kimiawi yang terjadi di dalam tubuh
guna melaksanakan fungsi vitalnya. Di dalam proses metabolisme terdapat beberapa
bahan yang berperan di dalamnya di antaranya oksigen, karbohidrat, protein, lemak,
dan air. Hasil dari proses metabolisme tersebut antara lain CO2, H20, dan juga
energi. Metabolisme sangat berperan dalam mempertahankan suhu tubuh. Panas
tubuh ini dihasilkan oleh aktivitas metabolik dalam otot, tulang, dan hati. Panas
berlebihan biasanya disebabkan oleh kombinasi suhu luar, kegiatan fisik, dan
keringat. Sementara kehilangan panas disebabkan oleh aktivitas kulit yakni meliputi
penguapan air dari paru-paru dan organ ekskresi (Ganong W. F., 2008).
2. Proses Metabolisme dan Suhu Tubuh
Dalam tubuh manusia ada dua jenis proses metabolisme, yang pertama adalah
proses katabolisme yang meliputi reaksi kimia dalam memecahkan kompleks
molekul menjadi molekul yang berukuran lebih kecil. Reaksi kimia tersbeut akan
disertai dengan proses pelepasan energi. Proses metabolisme yang kedua adalah
anabolisme yang meliputi reaksi kimia dalam membentuk kompleks molekul lain
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan pertahanan kehidupan. Reaksi kimia
dalam anabolisme disintesis dari zat lebih simpel yang disertai penggunaan energi.
Proses katabolisme dan anabolisme akan berlangsung dalam sel tubuh secara
bersamaan dan berkelanjutan. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam metabolisme
adalah oksigen, karbohidrat, protein, lemak, dan air. Dalam proses metabolisme, ada
beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan metabolisme, yakni sebagai berikut.
a. Ukuran tubuh; orang yang gemuk proses metabolismenya akan cenderung lebih
tinggi.
b. Umur; individu berusia remaja dan dewasa akan mengalami peningkatan
metabolisme tubuh dan kemudian akan menurun setelah usia lanjut.
c. Jenis kelamin; laki-laki normalnya akan melakukan proses metabolisme lebih
besar dibandingkan wanita.
d. Kondisi iklim, kondisi iklim yang berubah-ubah dapat memengaruhi kondisi
metabolisme seseorang.
e. Jenis pekerjaan; seorang pekerja berat kemungkinan memiliki kecepatan
metabolisme lebih tinggi.
3. Cara Mempertahankan Suhu Tubuh
Suhu tubuh yang normal adalah sekitar 36,89ºC dan naik turunnya hanya berkisar
antara 36,11ºC sampai 37,22ºC. Perbedaan hariannya kira-kira sekitar 1º, dengan
tingkat terendah akan dicapai pada pagi hari dan tingkat tertinggi antara pukul 5
hingga pukul 7 petang. Suhu normal ini dapat dipertahankan dengan adanya
keberimbangan yang tepat antara panas yang dihasilkan dan panas yang hilang.
Kondisi ini dikendalikan oleh pusat pengaturan panas di dalam hipotalamus yang
sangat peka terhadap suhu dari darah yang melaluinya dan yang bekerja sebagai
termostat. Panas tubuh dihasilkan oleh aktivitas metabolik yang berlangsung di
dalam otot tulang dan hati. Glikogen yang tersimpan dalam hati akan diubah
menjadi glukosa. Glukosa tersebut yang nantinya dapat digunakan serta
dioksidasikan untuk menghasilkan panas.
Untuk mempertahankan produksi panas yang normal, diperlukan sejumlah bahan
bakar yang tepat. Aktivitas metabolik (kecepatan oksidasi) harus disesuaikan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan yang timbul; misalnya pada saat kerja aktif atau
dalam keadaan istirahat, pemasukan makanan pada waktu makan dan jangka waktu
antara waktu makan, reaksi pada emosi seseorang, suhu luar, pakaian yang
dikenakan, dan sebagainya. Kondisi panas yang berlebihan biasanya disebabkan
oleh kombinasi antara suhu luar, kegiatan fisik, dan keringat yang tidak sesuai.
Kehilangan suhu panas biasanya justru disebabkan oleh aktivitas fungsi kulit yang
secara langsung berinteraksi dengan kondisi di luar tubuh manusia.
4. Kondisi Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan keadaan seimbang antara produksi panas tubuh dan
hilangnya panas dari tubuh yang diukur dengan satuan derajat. Suhu tubuh memiliki
beberapa kondisi sebagai berikut.
a. Hipotermi, bila suhu tubuh dalam kondisi kurang dari 36ºC.
b. Normal, bila suhu tubuh dalam kondisi kisaran antara 36-37,5ºC.
c. Febris atau Pireksia, bila suhu tubuh berada dalam kondisi antara 37,5-40ºC.
d. Hipertermi, bila suhu tubuh dalam kondisi lebih dari 40ºC.
Tubuh manusia memiliki komponen yang standar yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan energi dan keseimbangan suhu tubuh agar tetap berada pada kisaran
37,0 ± 2ºC. Komponen tersebut di antaranya adalah adanya hipotalamus, asupan
makanan, kelenjar keringat, pembuluh darah kulit, serta otot rangka. Proses
penggunaan energi oleh tubuh akan menghasilkan panas yang sangat penting dalam
pengaturan suhu tubuh. Manusia hidup di wilayah dengan suhu yang berbeda. Oleh
karena itu, mereka harus terus-menerus mengatur panas internal untuk
mempertahankan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi kimia sel akan bergantung
pada suhu tubuh. Dalam hal ini, kondisi panas yang berlebihan dapat merusak
protein sel.
5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Suhu Tubuh
Ada beberapa faktor utama yang dapat memengaruhi suhu tubuh secara
signifikan, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Kecepatan Metabolisme Basal
Kecepatan metabolisme basal pada tiap individu tentu berbeda-beda.
Kecepatan metabolisme basal akan memberi dampak pada jumlah panas yang
diproduksi oleh tubuh sehingga menjadi berbeda-beda pula.
b. Rangsangan Saraf Simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi bertambah 100 kali lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf
simpatis juga dapat mencegah lemak cokelat yang tertimbun dalam jaringan yang
akan digunakan untuk proses metabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak
cokelat berupa produksi panas. Kondisi rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi
keadaan stress pada individu sehingga menyebabkan meningkatnya proses
produksi epineprin dan norepineprin. Saat produksiepineprin dan norepineprin
dalam tubuh meningkat, maka metabolisme akan meningkat.
c. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkatdengan adanya peningkatan hormon pertumbuhan.
d. Hormon Tiroid
Fungsi dari hormon tiroid atau tiroksin adalah untuk meningkatkan aktivitas
pada hampir seluruh reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Adanya peningkatan
kadar tiroksin akan memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% di atas
kondisi normal.
e. Hormon Kelamin
Hormon kelamin yang ada pada pria dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal hingga 10-15% dari kecepatan normal. Adanya peningkatan
metabolisme basal tersebut dapat meningkatkan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dibanding pada pria. Hal tersebut dikarenakan
adanya proses pengeluaran hormon progesterone pada masa ovulasi yang dapat
meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6ºC di atas suhu basal.
f. Demam (Peradangan)
Proses peradangan dan demam pada tubuh menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% dari kondisi normal untuk tiap peningkatan suhu
10ºC.
g. Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme hingga
20-30%. Penyebab terjadinya malnutrisi adalah tidak adanya zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme di dalam sel. Dengan demikian,
orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh
(hipotermia). Manusia yang memiliki lapisan lemak yang tebal biasanya tidak
mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik.
Lemak akan menyalurkan panas dengan kecepatan sampai dengan sepertiga
kecepatan jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Selain dapat merangsang peningkatan laju metabolisme, aktivitas juga dapat
mengakibatkan gesekan antarkomponen otot atau organ yang menghasilkan
energi termal. Aktivitas dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 38,3-40,0ºC.
i. Gangguan Organ
Kerusakan yang terjadi pada organ tubuh seperti trauma pada hipotalamus,
dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.
Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi akan merangsang
peningkatan suhu tubuh.
j. Kondisi Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran kondisi dengan lingkungan yaitu pada
saat panas tubuh hilang atau berkurang akibat kondisi lingkungan yang lebih
dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat memengaruhi suhu tubuh
manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan sebagian besar terjadi
melalui kulit karena yang merupakan radiator panas yang efektif untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh.
BAB II
GENETIKA

A. PENGERTIAN GENETIKA
Genetika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari keturunan, yang membahas
keilmuan secara mendalam terkait proses terjadinya keturunan dengan mempelajari
berbagai problematika manusia seperti kondisi kesehatan, kondisi kecacatan yang diderita
baik jasmani maupun mental, pewarisan ciri-ciri tertentu, serta kondisi kelainan bawaan
ataupun kondisi kelainan rekayasa. Adapun eksistensi rekayasa genetika atau yang biasa
disebut dengan pencangkokan gen (DNA rekombinan) merupakan kemajuan yang
dianggap paling mutakhir abad ini di dunia medis. Rekayasa genetika merupakan sebuah
strategi terkini untuk memindahkan bagian kecil dari informasi genetik (AND) dari satu
organisme ke organisme yang lain.
Bermula pada tahun 1980, terdapat seorang pasien wanita penderita diabetes berusia 37
tahun yang merupakan pasien pertama yang disuntik dengan menggunakan insulin. Insulin
yang disuntikkan sengaja dibuat menyerupai insulin pasien tersebut dengan bahan
pembuatan berupa bakteri. Melalui rekayasa genetika, para peneliti berhasil membuat
bakteri tersebut membentuk insulin yang mirip dengan insulin manusia. Dengan hasil
penelitian tersebut, insulin yang mulanya berasal dari sapi dan babi diganti dengan teknik
pembuatan melalui bakteri sehingga menghabiskan biaya produksi lebih murah dan
memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan insulin dari binatang.
Dalam sebuah kehidupan, kemampuan organisme untuk mereproduksi jenisnya
merupakan ciri paling nyata yang membedakan antara makhluk hidup dengan makhluk tak
hidup. Proses perpindahan sifat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan
dengan penurunan sifat yang dikenal dengan istilah hereditas. Adapun mekanisme
hereditas dan variasi tersebut rupanya mulai menjadi perhatian di dunia medis pada abad
ke-20, ketika ilmu genetika sudah mulai berkembang dan diminati oleh para ilmuwan.
Keilmuan genetika ini juga mencakup keilmuan terkait hereditas dan variasi dalam proses
perkembangbiakan.
1. Gen, DNA, dan Kromosom
Dalam realita kehidupan, terkadang seseorang mengatakan bahwa si A mempunyai
bintik hitam yang sama dengan ayahnya atau ibunya. Padahal secara keilmuan, orang
tua tidak pernah benar-benar menurunkan bintik hitam, bentuk mata, jenis rambut, dan
sifat-sifat kemiripan lain kepada anak-anaknya dalam arti harfiah. Lalu, apa sebenarnya
yang diwariskan orang tua kepada anaknya sehingga menjadi begitu mirip? Orangtua
akan melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam bentuk unit-unit
herediter yang dinamakan sebuah gen. Puluhan ribu gen yang diwarisi dari orang tua
inilah yang kemudian menjadi penyusun genom kita. Kedekatan genetik seorang anak
dengan orangtuanya yang kemudian dapat menjelaskan logika sederhana dari kemiripan
setiap anggota keluarga.
Definisi gen telah berevolusi sejalan dengan sejarah genetika yang berlangsung.
Pada konsep Mendelian, suatu gen dapat digambarkan sebagai sebuah unit penurunan
sifat yang mempunyai ciri-ciri tersendiri sehingga dapat memengaruhi karakter
fenotipik. Adapun Morgan dan koleganya justru cenderung menempatkan gen-gen
semacam itu pada lokus-lokus tertentu di dalam kromosom sehingga beberapa ahli
genetik menggunakan lokus sebagai nama lain untuk gen. Selanjutnya, para ahli lain
cenderung akan melihat suatu gen sebagai daerah urutan nukleotida yang spesifik di
sepanjang molekul DNA. Sehingga akhirnya, para ahli justru menggunakan definisi
fungsional dari gen sebagai urutan DNA yang mengkode rantai polipeptida tertentu.
Walaupun demikian, definisi satu gen–satu polipeptida harus diperbaharui dan
diterapkan secara selektif karena sebagian besar gen eukariotik terdiri dari segmen,
bukan terdiri dari pengkode (intron), sehingga sebagian besar gen ini tidak memiliki
segmen-segmenpasangannya di dalam polipetida.
Para ahli biologi molekuler juga sering memasukkan promoter dan daerah regulator
DNA lain di dalam ruang lingkup suatu gen. Urutan DNA tersebut tidak ditranskripsi
tetapi dianggap sebagai bagian dari sebuah gen fungsional. Definisi molekuler pada
sebuah gen juga harus cukup luas agar dapat mencakup DNA yang ditranskripsi
menjadi rRNA, tRNA, dan RNA-lainnya yang tidak ditranslasi. Gen-gen tersebut tidak
mempunyai produk polipeptida sehingga dapat disimpulkan sebuah definisi lain tentang
gen, yakni suatu daerah DNA yang produk akhirnya bisa berupa suatu polipeptida atau
bisa juga berupa suatu molekul RNA (Campbell, N.A., et.al., 1999). Akan tetapi,
sebagian besar gen tetap berguna untuk mempertahankan ide dari satu gen satu
polipeptida.
Dalam kajian genetika molekuler, terjadi pengkajian bagaimana proses sebuah gen
diekspresikan melalui transkripsi menjadi RNA. RNA tersebut selanjutnya mengalami
translasi menjadi polipeptida yang membentuk sebuah protein yang spesifik dalam
struktur dan fungsinya. Pada akhirnya, protein tersebut akan menghasilkan fenotipe
organisme yang diamati.

Gambar 2.1 Gen yang Berkaitan dengan Bagian Spesifik dari DNA
Sumber: (Campbell, N.A., et.al., 1999)

DNA/ADN (Deoxyribonucleid Acid atau Asam deoksiribosa nukleat) adalah


molekul yang saat ini paling terkenal karena molekul ini merupakan substansi
penurunan sifat. DNA adalah polimer heliks ganda yang terdiri dari nukleotida. Pada
setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen yaitu satu basa nitrogen, satu gula pentosa
yang disebut deoksiribosa, serta satu gugus fosfat sebagaimana tampak pada gambar
2.2. Basa nitrogennya bisa berupa adenin (A), timin (T), guanin (G), atau sitosin (S).
Adenin dan guanin merupakan purin yaitu basa nitrogen dengan dua cincin organik.
Sebaliknya, sitosin dan timin merupakan anggota dari famili basa nitrogen yang dikenal
juga sebagai pirimidin yang mempunyai satu cincin tunggal.
Model DNA pertama yang ditemukan oleh Watson dan Crick (1953) berupa struktur
double helix. Gen terdiri dari bahan kimia yang memiliki struktur sangat rumit, yang
dikenal dengan DNA (Deroxyribonukleic Acid). DNA akan memberikan arah pada
proses pembentukan zat kimia lainnya, yaitu protein. Salah satu dari protein ini
merupakan jenis protein struktural yang terdapat di dalam darah, otot, jaringan tubuh,
alat tubuh, dan struktur badan lainnya. Bentuk kedua dari protein ini berupa enzim yang
bertugas mengendalikan reaksi kimia fisika di dalam tubuh yakni terkait pengadaan dan
penyiapan tenaga, peleburan makanan, dan waktu yang diperlukan untuk
perkembangan.
Gen merupakan ciri dan fungsi yang terletak pada tempat tertentu yang dinamakan
loci (locus) pada kromosom tertentu pula. Ketika sperma dan ovum bergabung, zigot
akan menerima satu gen dari masing-masing lokus kromosom melalui masing-masing
orangtua. Apabila gen-gen yang diterima oleh zigot pada lokus tertentu mempunyai
perintah yang saling berlawanan, maka salah satunya akan menguasai sepenuhnya atau
hanya sebagian.

Gambar 2.2 Struktur Double Heliks DNA dan Komponen Penyusunnya


Sumber: (Alberts, B., et.al., 1989)
Berdasarkan berbagai percobaaan yang telah dilakukan, disimpulkan pula bahwa
DNA merupakan materi genetik sel dikarenakan sebelum mengalami proses mitosis, sel
eukariotik dengan tepat akan menggandakan kandungan DNA-nya, dan selama mitosis,
DNA akan terdistribusi ke dua sel anaknya dengan kondisi yang sama persis. Selain itu,
kromosom diploid juga mempunyai DNA dua kali lebih banyak daripada kromosom
haploid yang ditemukan di dalam gamet-gamet pada jenis organisme yang sama.
Bukti lainnya adalah penelitian Erwin Chargaff, pada tahun 1947 yangmenghasilkan
laporan bahwa komposisi DNA akan cenderung berbeda-beda antara satu spesies
dengan spesies lainnya. Dalam jenis spesies apapun yang dipilih, banyaknya keempat
basa nitrogen tidaklah sama tetapi hadir dalam jumlah rasio yang khas. Chargaff juga
menemukan adanya keteraturan yang agak ganjil di dalam rasio dari basa-basa
nukelotida. Dalam DNA setiap spesies yang dipelajarinya, jumlah adenin kurang lebih
sama dengan jumlah timin, dan jumlah guanin kurang lebih sama dengan sitosin.
Contohnya, pada DNA dari manusia keempat, basa nitrogen hadir dalam persentase:
A=30,9% dan T= 29,4%; G=19,9% dan C=19,8%. Kesamaan A=T dan G=C tersebut
kemudian dikenal sebagai aturan Chargaff.
Sel manusia diperkirakan memiliki 50.000 sampai 100.000 gen yakni sekitar 20 kali
lebih banyak daripada bakteri pada umumnya. Terlebih lagi, genom-genom manusia
dan eukariota lainnya juga memiliki begitu banyak DNA yang tidak bertugas
memprogram sintesis RNA atau protein. Keseluruhan masa DNA harus direplikasi
secara tepat dalam setiap tahapan siklus sel. Pengelolaan DNA dalam jumlah
yangbegitu banyak memerlukan pengaturan yang tepat baik pada prokariota maupun
eukariotanya.
DNA berikatan dengan protein, dan pada sel eukariotik kompleks, protein DNA-nya
disebut dengan kromatin. Selama interfase, kromatin biasanya akanmembentang sangat
panjang di dalam nukleus sehingga tampak seperti benang. Ketika sel pada stadium
interfase diwarnai, maka kromatin akan cenderung terlihat seperti suatu massa yang
berwarna dan tampak hablur. Namun ketika sel bersiap-siap untuk melakukan mitosis,
kromatinnya justru akan menggulung dan melipat (memadat) sehingga membentuk
sejumlah kromosom yang sifatnya tebal dan pendek dan dapat terlihat jika
menggunakan mikroskop cahaya.
Adapun protein histon merupan jenis protein yang bertanggung jawab untuk tahap
pertama pengemasan DNA di dalam kromatin eukariotik. Massa histon dan DNA kira-
kira sebanding dalam pengemasan tersebut. Histon memiliki asam-asam amino
bermuatan positif (lisin dan arginin) dalam jumlah besar, dan asam-asam ini terikat kuat
pada DNA yang bermuatan negatif (dari gugus fosfat). Kompleks DNA histon
merupakan bentuk pokok dari kromatin. Dalam hal ini, ada lima tipe histon, yakni
H2A, H2B, H3, H4, dan H1.
Bentuk dari kromatin yang tidak melipat memiliki penampilan seperti manik-manik
yang sedang menempel pada tali. Kemudian setiap manik dan DNA yang
mendampinginya akan membentuk nukleosom, sebagai sebuah unit dasar dari
pengemasan DNA. Manik nukleosom terdiri dari gulungan DNA yang mengelilingi
sebuah inti protein dan tersusun dari dua molekul. Tiap molekul tersebut merupakan
hasil susunan dari empat tipe histon yang berbeda (H2A, H2B, H3, dan H4).
Molekul histon yang kelima (H1), akan menempel pada DNA di dekat manik ketika
kromatinnya mengalami pengemasan tahap selanjutnya. Tali manik-manik tersebut
akan tampak tetap terjaga utuh selama siklus sel berlangsung. Histon-histon tersebut
kemudian akan meninggalkan DNA untuk sementara pada saat terjadi replikasi DNA,
dan tinggal bersama DNA selama proses transkripsi berlangsung. Para ahli telah
mempelajari bahwa nukleosom merupakan sebuah gambaran struktur yang sangat
dinamis sehingga dengan kemampuan berganti-ganti bentuk dan posisi, nukleosom
memungkinkan untuk melakukan polimerase pensintesis sehingga RNA bergerak di
sepanjang DNA.
Selanjutnya dalam proses tersebut tali manik-manik dikemas, dengan bantuan histon
H1, tali manik-manik tersebut akan menggulung atau melipat sehingga membentuk
benang yang tebalnya sekitar 30 nm, dan dikenal sebagai benang kromatin 30 nm. Pada
saatnya nanti, serat sepanjang 30 nm tersebutakan membentuk lingkaran yang disebut
dengan domain yang melipat, yang menempel pada suatu tangga kromosom yang
terbuat dari protein nonhiston. Di dalam kromosom mitotik, domain-melipat inilah
yang kemudian akan menggulung dan melipat serta melanjutkan proses pengkompakan
pada seluruh kromatin untuk menghasilkan kromosom metafase yang unik sebagaimana
yang sering terlihat di bawah mikroskop cahaya. Langkah-langkah pembuatan ini
tampak sangat spesifik dan presisi, karena gen tertentu pada akhirnya akan terletak pada
tempat yang sama di dalam kromosom metafase.
Gambar 2.3 Tingkatan Pengemasan Kromatin
Sumber: (Alberts, B., et.al., 1989)
Istilah kromosom dipopulerkan oleh Waldeyer pada tahun 1888, yang berasal dari
kata chroma, artinya warna dan soma. Jadi, kromosom merupakan benda-benda halus
yang berbentuk lurus seperti batang atau bengkok dan mengandung zat yang mudah
untuk mengikat zat warna di dalam nukleus. Kromosom tersebut berfungsi untuk
membawa sifat individu dan membawa informasi genetik dikarenakan terdapatnya gen
di dalam kromosom. Bagian-bagian kromosom terdiri dari empat bagian, yakni:
a. Kromomer, merupakan sebuah struktur yang berbentuk manik-manik dan
merupakan bagian akumulasi materi kromatin.
b. Sentromer, merupakan sebuah daerah lekukan (kontriksi) yang berada disekitar
daerah pertengahan kromosom, yang merupakan tempat di mana dapat dijumpai
juga kinetokor.
c. Kinetokor, merupakan daerah tempat melekatnya benang-benang spindel serta
tempat melekatnya lengan kromosom.
d. Telomer, merupakan daerah terujung dari kromosom yang berfungsi menjaga
stabilitas bagian ujung kromosom agar DNA tidak terurai. Adapun bagian dari
kromosom yang berbentuk bulatan dan terletak di ujung lengan kromatid disebut
dengan satelit.
Gambar 2.4 Kromosom
Sumber: (Freeman, 2004)
Jika didasarkan pada letak sentromer dan lengan, maka bentuk kromosom dapat
dibedakan menjadi empat macam; (1) bentuk telosentrik, yaitu jika letak sentromer
tepat berada di ujung, (2) bentuk akrosentrik, yaitu jika letak sentromer mendekati
ujung, (3) bentuk submetasentrik, yaitu jika letak sentromer agak jauh dari ujung
kromosom dan biasanya membentuk huruf l atau j, serta (4) bentuk metasentrik, yaitu
jika letak sentromer berada tepat di tengah sehingga panjang masing-masing lengan
akan sama.

Gambar 2.5 Bentuk-Bentuk Kromosom Berdasarkan Letak Sentromer


Sumber: (Freeman, 2004)
2. Mekanisme Transmisi Faktor Keturunan
Organisme pada orang dewasa terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel tubuh dan sel
kelamin. Setiap sel tersebut nantinya akan mengalami pembelahan dengan jenis
pembelahan yang berbeda pula. Sel kelamin melakukan pembelahan secara meiosis
sehingga hasil dari proses pembelahannyaberupa sel yang intinya hanya mengandung
sejumlah 23 kromosom. Oleh karena itu, setiap sel sperma dan sel telur hanya berisi
separuh jumlah orangtua, sehingga menjadi sebuah penjelasan logis mengapa orangtua
dan anak tidak selalu memiliki sifat-sifat yang sama.

Gambar 2.6 Skematik Pembagian Kromosom Melalui Mitosis dan Meiosis


Sumber: https://biologydictionary.net

B. PENYUSUN BENTUK DASAR DNA


Sebuah sandi genetik sangat ditentukan oleh urutan basa yang terdapat pada DNA (atau
pada mRNA sebagai hasil transkripsinya) dengan menggunakan urutan asam amino pada
suatu protein. Semua bentuk RNA seluler tersebut akan disintesis oleh berbagai
polimerase RNA yang menerima perintah dari DNA acuan. Proses transkripsi ini
selanjutnya diikuti oleh translasi, yaitu suatu sintesis protein yang disesuaikan dengan
perintah mRNA acuan. Jadi, arus informasi genetik pada sel yang normal adalah sebagai
berikut.

DNA, asam deoksiribonukleat, atau yang biasa disebut deoxyribonucleic acid dalam
bahasa Inggris, merupakan sejenis asam nukleat yang tergolong dalam biomolekul utama
penyusun berat kering pada setiap organisme. Atau dengan kata lain, DNA adalah
‘perpustakaan’ yang menyimpan segala jenis informasi makhluk hidup. Di dalam sebuah
sel, DNA pada umumnya terletak di dalam inti sel. Peranan utama DNA di dalam sebuah
sel adalah sebagai materi genetik, artinya DNA akan menyimpan cetak biru bagi segala
aktivitas yang terjadi dan dilakukan oleh sel. DNA mengandung berbagai perintah yang
memberitahu sel bagaimana harus bertindak. DNA juga menentukan bagaimana sifat
organisme akan diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
1. Struktur dan Fungsi DNA
DNA merupakan makromolekul yang berbentuk benang sangat panjang dan
terbentuk melalui sejumlah besar deoksiribonukleotida, yang masing-masingnya terdiri
dari satu basa, satu gula, dan satu gugus fosfat. Jika diibaratkan sebagai tubuh, DNA
merupakan otak yang mengatur segala aktivitas di dalam tubuh tersebut.
DNA mempunyai peran penting dalam hal pewarisan sifat karena peranannya
sebagai senyawa kimia yang bertugas membawa materi genetik dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Sebagai senyawa polinukleotida, DNA berperan membawa sifat-
sifat keturunan yang khas pada sebuah kromosom. DNA juga mempunyai peran penting
dalam hal hereditas di mana semua paket informasi genetik akan dibagikan pada
generasi selanjutnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa DNA merupakan unsur
pembuat gen dan selanjutnya gen tersebut akan membuat kromosom.
Dalam tubuh manusia, terdapat 23 pasang kromosom dari total 46 kromosom. 22
pasang inilah yang disebut sebagai autosom dan terlihat samabaik pada laki-laki
maupun perempuan. Adapun pasangan ke 23 disebut kromosom seks dan kondisinya
cenderung berbeda antara pria dan wanita. Wanita memiliki dua salinan dari kromosom
X atau XX, sedangkan pria memiliki satu X dan satu kromosom Y.
Setiap orang tua memiliki sel reproduksi, yakni sel sperma pada ayah dan ovum atau
sel telur pada ibu. Sel sperma dan sel telur tersebut mengandung setengah dari jumlah
kromosom, yakni masing-masing sejumlah 23. Ketika sperma membuahi sel telur, akan
timbul sebuah sel yang memiliki set lengkap sehingga seorang anak akan mewarisi
setengah gen dari masing-masing orang tuanya.
DNA pertama kali ditemukan oleh F. Miescher pada tahun 1869 melalui sel
spermatozoa dan sel eritrosit burung, yang selanjutnya dinamakan nuklein. Penemuan
lain juga dilakukan oleh Fischer pada tahun 1880 mengenai adanya zat pirimidin (yang
berupa sitosin dan timin) serta dua purin (adenin dan guanin). Penemuan tersebut
dilengkapi pula dengan penemuan Levine pada tahun 1910 tentang gula 5 karbon
ribosa, gula deoksiribosa, dan asam fosfat di dalam inti.
Gambar 2.7 Mekanisme Kerja DNA
Sumber: (Freeman, 2004)
2. Struktur Double Helix DNA
Walaupun DNA dipelajari secara mendalam pada tahun-tahun berikutnya, tapi
peranan biologiknya sebagai pembawa informasi genetik tetap masih tidak jelas hingga
akhir tahun 1940-an. Pada tahun itu, Averi dan kawan-kawannya berhasil menunjukkan
bahwa DNA yang dimurnikan dapat memindahkan khasiat keturunan dari suatu turunan
bakteri ke yang lain.
Pada tahun 1953, sebuah penelitian kristalografik dengan menggunakan sinar-X
dilakukan oleh James Watson dan Francis Crick. Penelitian tersebut mengungkapkan
keberadaan struktur tiga dimensi DNA berikut kesimpulan replikasinya. Pencapaian
tersebut menjadi sangat berarti dalam sejarah biologi karena membuka jalan baru
tentang pemahaman mengenai fungsi gen pada tingkat molekul. Watson dan Crick juga
melakukan analisis gambaran difraksi sinar-X serat-serat DNA yang dibuat oleh
Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins dengan menetapkan satu model struktural yang
pada dasarnya sudah terbukti kebenarannya. Ciri-ciri penting dari model DNA yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah:
a. Terdapat dua rantai heliks polinukleotida yang melingkar mengelilingi satu sumbu.
Kedua rantai tersebut memiliki arah yang berlawanan.
Gambar 2.8 Konfigurasi Menyeluruh dari Heliks Rangkap DNA
Sumber: (Styer, 2002)
b. Basa purin dan pirimidin terdapat di bagian dalam heliks, sedangkan unit-unit fosfat
dan deoksiribosa terdapat pada bagian luar. Bidang-bidang basa tersebut akan
cenderung tegak lurus terhadap sumbu heliks, sedangkan bidang-bidang gula
posisinya hampir tegak lurus terhadap bidang basa.
c. Diameter heliks ialah sekitar 20 A, adapun jarak antara basa yang saling
bersebelahan ialah 3,4 A pada poros heliks dengan sudut rotasi sebesar 36°. Oleh
karena itu, putaran heliks akan berulang setelah 10 residu pada setiap rantai, yaitu
pada interval 3,4 A.
d. Kedua rantai akan saling berhubungan melalui ikatan hidrogen antara pasangan-
pasangan basa yang ada. Adenin selalu berpasangan dengan timin dan guanin selalu
berpasangan dengan sitosin.
e. Urutan basa pada sepanjang rantai polinukleotida tidak akan dibatasi dengan cara
apapun. Sementara itu, urutan yang tepat pada basa-basa tersebut akan mengandung
sejumlah informasi genetik tertentu.
Gambar 2.9a Ikatan Hidrogen Antara Dua Basa
Sumber: (Styer, 2002)

Gambar 2.9b Ikatan Hidrogen Antara Dua Basa


Sumber: (Styer, 2002)
Aspek paling penting pada DNA heliks ganda berupa pasangan basa yang sangat
spesifik. Watson dan Crick juga menyimpulkan bahwa adenin harus berpasangan
dengan timin, dan guanin dengan sitosis, dikarenakan adanya faktor-faktor sterik dan
ikatan hidrogen. Pembatasan sterik ini juga disebabkan oleh adanya sifat heliks tulang
punggung gula fosfat yang teratur pada setiap rantai polinukleotida. lkatan-ikatan
glikosidik antara gula dan basa yang berpasangan tersebut akan berjarak sekitar 10,8 A.
Pasangan basa purin pirimidin sangat sesuai berada di dalam ruangan tersebut (yang
tidak cukup ditempati oleh dua purin). Ada ruangan yang sesuai untuk ditempati dua
pirimidin, tetapi keduanya akan terpisah demikian jauh untuk dapat memberikan ikatan
hidrogen. Oleh karena itu, anggota pasangan basa dalam suatu heliks DNA harus selalu
berupa purin dan lainnya berupa pirimidin, yang disebabkan oleh faktor-faktor sterik.
Pasangan basa ini cenderung dibatasi oleh kebutuhan pengikatan hidrogen di mana
atom-atom hidrogen dalam basa purin dan pirimidin sudah mempunyai posisi tertentu
sejak awal.
Gambar 2.10 Model Molekul DNA Heliks Ganda
Sumber: (Styer, 2002)
3. Interaksi DNAdan Protein
Menginjak tahun 1958, Arthur Kornberg dan rekan-rekannya berupaya mengisolasi
suatu enzim dari E. Coli yang mengkatalisis sintesis DNA. Selanjutnya enzim tersebut
dinamakan DNA polymerase yang saat ini dikenal dengan nama DNA polimerase 1
karena pada periode berikutnya ditemukan DNA polimerase yang lain. Pada replikasi
DNA tersebut terjadi interaksi yang rumit dan terkoordinasi oleh lebih dari 20 macam
protein. Jadi, DNA polimerase merupakan enzim yang diarahkan oleh cetakan
(template-directed enzyme). Selanjutnya, enzim mendapat petunjuk dari cetakan
tersebut untuk mensintesis suatu produk dengan urutan basa yang komplementer
terhadap urutan basa pada cetakan yang ada. DNA polimerase I memang merupakan
enzim yang diarahkan oleh cetakan pertama yang ditemukan. Sifat mencolok lain yang
dimiliki oleh DNA polimerase I adalah bahwa enzim tersebut dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalam DNA dengan cara mengeluarkan nukleotida
yang salah. Sifat-sifat DNA polimerase I ini ikut menyebabkan adanya ketepatan
replikasi DNA yang sangat tinggi, di mana kesalahan rata-ratanya cenderung kurang
dari 10-8 per pasangan basa.
4. Metode Penentuan Struktur DNA
Metode penentuan struktur DNA dapat dilakukan dengan menggunakan kristalografi
sinar-X sebagaimana terjadi pada saat penentuan struktur protein. Pada tahun 1984,
Kary Mullis menemukan sebuah metode untuk memperbanyak urutan-urutan DNA
yang lebih spesifik. Metode ini disebut reaksi rantai polimerase (PCR, Polymerase
Chain Reaction), di mana suatu dupleks DNA akan mengandung daerah ABCDE.
Jutaan salinan dari C (sasaran) akan mudah diperoleh dengan menggunakan PCR, jika
urutan B dan D (urutan-urutan pengapit) telah diketahui. PCR tersebut dilaksanakan
dengan menambahkan 3 komponen ke dalam larutan yang mengandung urutan sasaran
(1) sepasang pemula b dan d', (2) keempat deoksiribonukleosida trifosfat (dNTP), dan
(3) suatu polimerase DNA yang tahan panas. Satu siklus PCR terdiri dari tiga tahap
sebagaimana tampak pada gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.11 Reaksi Rantai Polimerase (PCR)


Sumber: (Styer, 2002)
5. Penggunaan Teknologi DNA dalam Ilmu Forensik
Ilmu forensik cenderung akan melibatkan penggunaan prosedur ilmiah untuk
pengumpulan bukti yang berkaitan dengan masalah hukum. Sel-sel yang dimiliki setiap
organisme mengandung asam deoksiribonukleat (DNA), dan masing-masing DNA
tersebut merupakan sesuatu yang sangat unik. Ilmuwan forensik telah berupaya
mengumpulkan dan menganalisis DNA untuk membantu menentukan organisme
manusia serta jenis makhluk hidup lain yang hadir di tempat kejadian kejahatan atau
bencana. DNA juga dapat digunakan untuk mencapai sejumlah tujuan khusus dalam
penyelidikan forensik, sebagaimana uraian berikut (Freeman, 2004).
a. Mengidentifikasi Individu
Karena urutan DNA pada setiap orang merupakan sesuatu yang unik dan dapat
dicocokkan sebagaimana sidik jari, maka menurut Oak Ridge National Laboratory
dalam pemerintahan AS, ilmuwan forensik diharuskan untuk menggunakan bukti
DNA dalam mengidentifikasi seseorang pada kasus pidana dan paternitas.
b. Mengidentifikasi Spesies Hewan
Ada ranah hukum tertentu yang secara khusus mengatur konservasi dan
perburuan spesies yang terancam punah. Jika seseorang diduga menangkap dan
mengangkut spesies yang terancam punah secara ilegal, maka seorang ilmuwan
forensik dapat menggunakan analisis DNA untuk mengkonfirmasi atau
menyingkirkan apakah spesimen hewan tersebut benar-benar milik spesies yang
dilindungi.

C. HUKUM MENDEL I
Hukum hereditas yang membahas mengenai pemisahan dan pilihan bebas merupakan
hukum yang dirumuskan oleh ilmuwan bernama Gregor J. Mendel pada tahun 1865.
Hingga saat ini, hukum hereditas tersebut dikenal dengan istilah Hukum Mendel
(Corebima, 2013). Mendel merupakan seorang pemuka agama yang telah mendedikasikan
dirinya serta memberikan sumbangsih yang sangat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
genetika. Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika karena hasil penelitiannya mengenai
pola pewarisan sifat pada kacang ercis telah menjadi batu loncatan yang sangat signifikan
dalam perkembangan ilmu genetika yang ada saat itu. Hasil eksperimen Mendel dengan
menggunakan kacang ercis yaitu penemuan pola-pola hereditas dari induk ke
keturunannya yang pada akhirnya menghasilkan hukum (aturan) yang kemudian menjadi
acuan dalam kombinasi genetik pada reproduksi seksual. Dasar penggunaan kacang ercis
sebagai sampel penelitian Mendel adalah masa hidup yang relatif pendek serta adanya
beragam karakter yang terdapat pada spesies tanaman tersebut.
1. Percobaan Mendel
G. J. Mendel pada awalnya membuat sebuah percobaan dengan menyilangkan
tanaman ercis yang berasal dari biji yang memiliki sifat warna kuning dan yang
memiliki sifat warna hijau. Kedua biji tanaman ercis yang menjadi objek percobaan
tersebut merupakan galur murni, yang didapat dari individu yang memiliki sifat asli dan
murni. Sifat galur murni juga bisa didapatkan dengan cara mengawinkan individu yang
memiliki sifat sama yang dinginkan secara berkali-kali. Tanaman galur murni yang
digunakan dalam percobaan disebut dengan P1 atau disebut juga dengan istilah parental
(induk) pertama. Keturunan yang didapatkan dari hasil kegiatan persilangan tanaman
disebut F1 atau filial (generasi) pertama. Semua F1 yang terdapat dalam persilangan
tersebut termasuk tanaman ercis yang berasal dari biji kuning.
Untuk mengetahui generasi selanjutnya, Mendel kemudian menanam F1 dari ercis
yang berasal dari biji kuning. Tanaman tersebut kemudian tumbuh hingga dapat
melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan keturunan yang disebut F2.
Hasilnya, terdapat tanaman dengan biji yang memiliki sifat warna hijau yang muncul
kembali pada generasi F2. Dari 8.023 biji F2 yang telah dihasilkan, Mendel
menemukan sebanyak 6.022 biji memiliki sifat warna kuning dan sebanyak 2.001 biji
lainnya memiliki sifat warna hijau. Jika dilihat dari kegiatan percobaan tersebut,
Mendel menemukan perbandingan biji dengan sifat warna kuning dan sifat warna hijau
sebesar 3:1. Mendel mencatat dua hal penting, yaitu sifat warna biji hijau menghilang
pada generasi F1, tetapi muncul kembali pada generasi F2. Ketika sifat warna biji hijau
muncul kembali, sifatnya sama dengan biji P1.
Mendel kemudian berpendapat bahwa pembentukan biji hijau pada tanaman
generasi F1 sebenarnya masih dimungkinkan ada, tetapi tidak terlihat. Mendel juga
berpendapat bahwa setiap tumbuhan yang termasuk ke dalam P1 dapat memberikan
informasi bagi proses pembentukan warna biji kuning dan biji hijau, meskipun pada
akhirnya kedua biji tersebut hanya menghasilkan biji kuning. Ketika terdapat dua
macam alternatif sifat bagi suatu ciri, maka sifat yang terlihat adalah sifat yang
dominan, sedangkan sifat yang tidak terlihat dan kalah adalah sifat yang resesif. Pada
kasus penelitian ini, sifat biji kuning merupakan sifat yang dominan terhadap sifat biji
hijau. Pada semua ciri tanaman ercis yang telah Mendel amati selama penelitiannya, ia
menemukan fakta bahwa selalu terdapat satu sifat yang dominan terhadap sifat yang
lainnya. Selain hal itu, perbandingan keturunan yang terjadi pada generasi F2 selalu
dalam angka 3:1 untuk sifat yang dominan terhadap sifat yang resesif.
Mendel menarik kesimpulan bahwa angka perbandingan 3:1 pada generasi yang
termasuk ke dalam F2 dapat terjadi jika setiap individu hanya memiliki dua unit
hereditas untuk setiap ciri yang dipengaruhi. Setiap unit hereditas tersebut didapat dari
setiap induk jantan dan induk betina.
Kini unit hereditas yang diungkapkan Mendel disebut dengan istilah gen. Pengertian
dari gen yaitu faktor pewarisan sifat yang mengatur ciri khusus suatu individu, seperti
penampakan, perilaku, serta fisiologis. Pada penelitian yang dilakukan Mendel, gen
berfungsi dan berperan dalam mengatur warna biji (hijau atau kuning). Setiap bentuk
alternatif dari sebuah gen disebut dengan alel. Misalnya pada gen yang mengatur warna
biji, terdapat gen untuk warna biji hijau dengan alel gen untuk warna biji kuning
sehingga pada akhirnya gen akan selalu memiliki pasangan.
Dalam suatu individu, alel didapatkan dari setiap induk serta memiliki sifat yang
dominan atau bisa jadi resesif. Gen yang dominan biasanya dilambangkan dengan huruf
kapital (besar), sedangkan gen yang resesif dilambangkan dengan huruf kecil yang
sama. Sebagai contoh, jika huruf Y dilambangkan untuk alel gen dengan warna biji
kuning maka huruf y dilambangkan untuk alel gen dengan warna biji hijau.
Berdasarkan hal tersebut, tanaman galur murni dengan sifat biji berwarna kuning
memiliki pasangan alel YY, sedangkan untuk galur murni biji hijau adalah yy.
Pasangan alel ini kemudian disebut dengan homozigot, yaitu alel yang memiliki
pasangan yang sama.
Pada generasi yang termasuk ke dalam F1, pasangan alel didapatkan dari kedua
induk galur murni sehingga semua generasi F1 tersebut memiliki pasangan alel Yy.
Pasangan ini disebut dengan heterozigot, yaitu alel yang memiliki pasangan yang
berbeda. Pasangan alel-alel tersebut merupakan genotipe, yang merupakan tipe gen
pada sel atau suatu individu tertentu. Genotipe tidak akan tampak jelas pada individu,
tetapi akan mempengaruhi penampakan sel-sel atau individu. Penampakan genotipe
inilah yang kemudian disebut dengan fenotipe.
2. Perumusan Hukum Mendel 1
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Mendel, disebutkan bahwa pada
generasi yang termasuk F1, mereka memiliki genotipe Yy yang berarti mengandung
alel untuk sifat biji warna kuning dan juga warna hijau. Akan tetapi, sebenarnya
fenotipe yang terdapat dalam generasi F1 tersebut adalah biji warna kuning. Hal itu
merupakan ekspresi dari alel gen yang memiliki sifat dominan. Hasil percobaan yang
dilakukan oleh Mendel terhadap sifat dominan dan resesif yang diwariskan, kemudian
menghasilkan Hukum Mendel I atau disebut juga dengan hukum segregasi.
Berdasarkan hukum segregasi ini, setiap individu yang membawa dua unit hereditas
(gen sealel) yang mempengaruhi suatu ciri tertentu, maka pada saat terjadi
pembentukan sel gamet, dua alel tersebut akan bersegregasi (berpisah) satu sama lain.
Pada pembentukan sel gamet atau disebut dengan istilah gametogenesis, akan terjadi
proses pengurangan atau reduksi dari jumlah kromosom sel anak yang terbentuk. Hal
ini memiliki tujuan untuk menjaga jumlah kromosom pada sel anak yang terbentuk saat
proses fertilisasi. Kromosom akan berpisah dengan homolog atau pasangannya yang
mengandung gen dan alel. Dengan demikian, pada saat pembentukan gamet akan
terbentuk kromosom tunggal. Setiap alel kemudian tergabung dalam gamet. Alel akan
bergabung kembali dengan pasangan alel yang sama atau berbeda melalui proses
fertilisasi. Individu diploid hasil dari fertilisasi tersebut akan memiliki dua alel untuk
setiap ciri. Terdapat satu alel yang berasal dari setiap induknya. Pembentukan pasangan
alel dapat terjadi secara acak. Terdapat suatu metode untuk mengetahui bagaimana
kemungkinan pasangan alel pada individu baru yang disebut dengan diagram Punnett.

Gambar 2.12 Diagram Punnet


Sumber: https://en.wikipedia.org/
Diagram ini merupakan diagram yang memperlihatkan kemungkinan alel gamet dari
pasangan yang termasuk ke dalam homozigot dan atau heterozigot, serta kemungkinan
pasangan alel pada suatu individu yang baru. Pada generasi yang termasuk ke dalam
F2, terdapat biji fenotipe warna kuning dengan genotipe homozigot maupun
heterozigot. Mendel telah melakukan test cross yaitu dengan mengawinkan tanaman
dengan genotipe yang belum diketahui dengan tanaman yang memiliki genotipe
homozigot yang resesif (biji hijau galur murni) untuk dapat mengetahui genotipe yang
berbeda pada semua biji yang berwarna kuning Jika semua keturunan tetap berwarna
kuning, berarti biji berwarna kuning yang termasuk ke dalam F2 merupakan homozigot.
Akan tetapi, jika test cross yang dilakukan mengandung biji berwarna kuning dan juga
warna hijau, berarti biji berwarna kuning yang termasuk ke dalam F2 merupakan
heterozigot.

D. HUKUM MENDEL II
1. Perumusan Hukum Mendel II
Semua makhluk hidup pada umumnya memiliki pasangan alel untuk ratusan hingga
ribuan ciri khas di dalam selnya. Pada percoban sebelumnya, Mendel telah berhasil
menyilangkan tanaman ercis dengan satu ciri. Mendel kemudian kembali melakukan
sebuah percobaan dengan tujuan untuk mempelajari bagaimana dua ciri yaitu bentuk
dan warna biji dapat berinteraksi dalam pewarisan sifat. Setelah mengetahui sifat
bentuk biji, yaitu sifat biji yang bulat dominan terhadap biji yang kisut, Mendel
menyilangkan galur murni biji yang bulat berwarna kuning (BBKK) dengan galur
murni biji yang kisut berwarna hijau (bbkk). Persilangan dengan dua ciri yang berbeda
ini disebut dengan persilangan dihibrid. Pada percobaan sebelumnya, Mendel telah
melakukan persilangan tanaman ercis dengan satu ciri yang juga bisa disebut dengan
proses persilangan monohybrid.
Persilangan dihibrid yang dilakukan antara galur murni biji bulat kuning dan biji
kisut hijau menghasilkan generasi F1 semua biji bulat kuning. Pada persilangan
antargenerasi F1, didapatkan hasil berupa generasi F2 yang memiliki variasi beragam,
termasuk dua fenotipe baru yang belum terlihat pada kedua induknya. Tampaknya, alel
dari gen untuk warna dan bentuk biji memisah secara bebas pada proses pembentukan
gamet yang terjadi di generasi F2, sehingga kemudian didapatkan hasil berupa empat
jenis polen dan sel telur dengan kombinasi gen yang berbeda. Setiap gamet tersebut
dapat memiliki kombinasi berupa gen BK, bk, bK, atau Bk. Rekombinasi atau
penyusunan ulang gen-gen yang terjadi melalui proses fertilisasi telah menghasilkan
sebanyak 16 kombinasi alel. Dari sebanyak 16 kombinasi, dihasilkan 9 macam genotipe
dan 4 macam fenotipe dengan angka perbandingan 9:3:3:1.
Dari hasil penelitian tersebut, Mendel kemudian menyimpulkan hasilnya yang saat
ini dikenal dengan Hukum Mendel II atau Hukum Asortasi. Menurut hukum ini, setiap
gen atau sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun
demikian, gen untuk satu sifat tidak dapat berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang
bukan termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang memiliki
letak berjauhan. Jika kedua gen itu berdekatan, maka hukum ini tidak akan berlaku.
Selain itu, Hukum Mendel II ini juga tidak berlaku untuk persilangan yang monohibrid.

Gambar: 2.13 Bagan Persilangan Dihibrid


Sumber: http://bit.ly/dihibrid

2. Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Dalam keadaan dan kondisi normal, persilangan monohibrid akan menghasilkan
perbandingan individu keturunan dengan angka 3:1, sesuai dengan hasil percobaan
yang telah dilakukan oleh Mendel, sedangkan untuk persilangan dihibrid akan
menghasilkan perbandingan individu keturunan 9:3:3:1. Ternyata dalam praktiknya,
persilangan Mendel terkadang menghasilkan angka perbandingan individu yang tidak
tepat. Sebagai contoh, pada persilangan dihibrid, angka perbandingan yang dapat
dihasilkan bisa merupakan variasi dari perbandingan 9:3:3:1 yaitu 12:3:3:1 atau 9:7,
bisa juga angka perbandingannya adalah 15:1. Meskipun terjadi demikian, angka-angka
perbandingan yang dihasilkan tersebut tetap akan mengikuti aturan dari Hukum
Mendel. Oleh karena itu, hasil perbandingan yang memiliki kemungkinan variasi angka
yang berbeda tersebut yang akhirnya dikatakan sebagai penyimpangan semu dari
Hukum Mendel. Penyimpangan tersebut dapat terjadi karena adanya beberapa gen yang
saling memengaruhi dalam proses menghasilkan fenotip. Meskipun demikian,
perbandingan fenotip tersebut masih mengikuti prinsip-prinsip dari Hukum Mendel.
Penyimpangan semu dari Hukum Mendel tersebut meliputi beberapa hal berikut.
a. Interaksi Beberapa Pasang Gen
Penelitian yang membahas tentang adanya interaksi gen ditemukan oleh ilmuwan
yang bernama William Bateson (1861-1926) dan R. C. Punnet. Interaksi gen ini
merupakan sifat yang tidak dapat hanya ditentukan oleh satu gen tunggal pada
autosom tetapi juga ditentukan oleh alel-alel dari gen berbeda yang dapat
berinteraksi atau saling memengaruhi dalam memunculkan sifat fenotip. Sebagai
contoh, kita dapat menjumpai empat macam bentuk pial atau jengger yang dimiliki
oleh ayam, ada jengger yang berbentuk sepeti ercis atau biji (pea), jengger dengan
belah atau tunggal (single), jengger yang berbentuk mawar (rose) atau gerigi serta
ada juga jengger yang berbentuk sumpel (walnut).
Gambar 2.13 Empat Macam Pial Ayam yang Berbeda
(A) Single, (B) Rose, (C) Pea, (D) Walnut
Sumber: https://www.researchgate.net
b. Kriptomeri
Kriptomeri berasal dari bahasa Yunani‘kriptos’yang memiliki arti tersembunyi,
sehingga kriptomeri dapat dijelaskan sebagai gen dominan yang seolah-olah
tersembunyi jika gen tersebut berdiri sendiri dan akan tampak pengaruhnya jika
bersama-sama dengan gen lainnya yang dominan. Peristiwa kriptomeri ditemukan
pertama kali oleh Correns pada tahun 1912. Penelitian yang dilakukannya adalah
menyilangkan bunga Linaria Marocanna yang berwarna merah (Aabb) dengan
bunga Linaria Marocanna yang berwarna putih (aaBB). Keturunan F1 dari
persilangan tersebut adalah bunga yang berwarna ungu (AaBb) yang jelas berbeda
dengan warna dari bunga kedua induknya. Rasio fenotip F2-nya adalah 9 ungu: 3
merah: 4 putih. Warna ungu, merah, dan putih pada bunga Linaria Marocanna
ditentukan oleh sebuah pigmen yang bernama hemosianin yang terdapat dalam
plasma sel dan juga ditentukan oleh sifat keasaman plasma sel. Pigmen hemosianin
akan menampilkan warna merah dalam plasma atau air sel yang memiliki sifat asam
kemudian menampilkan warna ungu dalam plasma sel atau air sel yang bersifat basa.
Warna pada bunga Linaria maroccana ditentukan oleh ekspresi dari gen-gen berikut
ini:
1) Gen A, adalah gen yang menentukan adanya bahan dasar pigmen antosianin.
2) Gen a, adalah gen yang menentukan tidak adanya bahan dasar pigmen antosianin.
3) Gen B, adalah gen yang menentukan suasana basa pada plasma sel.
4) Gen b, adalah gen yang menentukan suasana asam pada plasma sel.
c. Polimeri
Penyimpangan semu lainnya dari Hukum Mendel disebut dengan Polimeri atau
karakter kuantitatif adalah persilangan heterozigot yang memiliki banyak sifat
berbeda yang berdiri sendiri, tetapi memengaruhi bagian yang sama dari suatu
organisme. Peristiwa polimeri ditemukan oleh dua orang ilmuwan yaitu Lars
Frederik Nelson dan Ehle. Percobaan yang mereka lakukan yaitu menyilangkan
gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih. Persilangan yang dilakukan
menghasilkan keturunan heterozigot berwarna merah yang lebih muda jika
dibandingkan dengan induknya yang homozigot (merah).
Oleh karena itu, biji yang berwarna merah bersifat dominan tidak sempurna
terhadapbiji gandum yang berwarna putih. Setelah generasi yang termasuk ke dalam
F1 disilangkan dengan sesama, maka pada generasi F2 diperoleh perbandingan
fenotip 3 merah: 1 putih. Pada manusia, peristiwa polimeri dapat terjadi pada
pewarisan warna kulit. Warna kulit disebabkan oleh zat warna kulit (pigmen).
Apabila seorang pria yang memiliki kulit warna putih menikah dengan wanita yang
memiliki kulit berwarna hitam (negro), maka keturunan F1 akan mempunyai kulit
mulad atau kita kenal dengan warna kulit coklat sawo matang. Derajat kehitaman
kulit itu bergantung pada banyaknya faktor pigmen dalam tubuh manusia.
d. Epistatis-Hipostatis
Epistasis merupakan istilah untuk keadaan gen yang menutupi aktivitas gen lain
yang tidak satu alel. Sementara itu, gen yang tertutupi gen lain yang tidak sealel
tersebut dinamakan hipostasis. Epistasis dapat dibedakan menjadi epistasis dominan,
epistasis resesif, dan epistasis dominan resesif.
1) Epistasis Dominan
Epistasis dominan dijelaskan sebagai kondisi gen dominan yang menutupi
pengaruh gen lain yang tidak satu alel. Sebagai contoh yang terdapat pada warna
umbi lapis bawah merah. Gen A akan membuat umbi bawang tersebut berwarna
merah, sedangkan gen B akan membuat umbi bawang tersebut berwarna kuning.
Genotip AAbb menjadikan umbi bawang tersebut berwarna merah, sedangkan
Genotip aaBB menjadikan umbi bawang tersebut berwarna kuning. Genotip
AABB akan menyebabkan umbi bawang tersebut berwarna merah, hal ini
diakibatkan oleh gen A yang menutupi pengaruh dari gen B sehingga yang
muncul adalah warna merah. Dari kejadian tersebut bisa dikatakan bahwa Gen A
epistasis terhadap gen B, sedangkan gen B hipostasis terhadap gen A. Persilangan
bawang berumbi warna merah AAbb dengan bawang berumbi warna kuning
aaBB menghasilkan perbandingan fenotip F2 berwarna merah : kuning : putih
dengan angka perbandingan 12 : 3 : 1.
2) Epistasis Resesif
Epistasis resesif dijelaskan sebagai kondisi gen resesif yang menutupi
pengaruh dari gen dominan dan resesif lain yang tidak satu alel. Gen resesif ini
dapat menutupi pengaruh dari gen lain apabila gen resesif tersebut hadir dalam
keadaan homozigot. Contoh dari peristiwa epistasis resesif misalnya adalah warna
yang ada pada bulu anjing yang dipengaruhi oleh 2 macam gen. Gen B yang
menyebabkan munculnya warna hitam pada bulu, sedangkan gen b menyebabkan
munculnya warna coklat pada bulu. Sementara itu, gen E yang akan memicu
keluarnya warna, dan gen e yang akan menghambat keluarnya warna. Apabila
pada anjing tersebut terdapat genotip dengan gen e homozigot (ee) maka warna
hitam dan coklat tidak akan muncul pada bulu karena semua sifat tersebut
tertutup, sehingga pada akhirnya yang muncul adalah warna emas pada bulu
anjing tersebut. Dari contoh peristiwa tersebut bisa dijelaskan bahwa gen ee
epistasis terhadap gen B dan juga gen b. Peristiwa persilangan anjing yang
berbulu emas dengan anjing yang berbulu hitam akan menghasilkan
perbandingan fenotip F2 berwarna hitam : emas : coklat dengan angka
perbandingan 9 : 4 : 3.
3) Epistasis Dominan-Resesif
Epistasis dominan-resesif dijelaskan sebagai peristiwa gen dominan yang akan
menutupi pengaruh dari gen lain, serta adanya gen resesif homozigot yang dapat
menutupi pengaruh dari gen dominan tadi. Sebagai contoh, misalnya pada warna
mata lalat. Gen P akan menyebabkan mata lalat tersebut berwarna merah,
sedangkan gen p akan menyebabkan mata lalat berwarna ungu. Gen S merupakan
gen yang pemicu munculnya warna pada mata lalat, sedangkan gen s merupakan
gen penghambat munculnya warna pada mata lalat. Adanya gen P akan menutupi
pengaruh dari gen S dan gen s. Namun sebaliknya dengan adanya gen s dalam
keadaan homozigot (ss) akan menutupi pengaruh dari gen P dan gen p. Dari
contoh peristiwa tersebut, bisa dikatakan bahwa gen P epistasis terhadap gen S
dan juga gen s, tetapipasangan gen ss epistasis terhadap P dan gen p. Angka
perbandingan fenotip F2 yang didapat pada persilangan lalat bermata merah
(PPss) dengan lalat bermata ungu (ppSS) adalah 13 : 3.
e. Gen-Gen Komplementer
Penyimpangan hukum Mendel yang dikenal dengan istilah gen komplementer
dijelaskan sebagai interaksi antara gen-gen dominan yang berbeda, sehingga saling
melengkapi dalam memunculkan sifat tertentu. Misalnya saja, gen B dan gen T yang
menyebabkan seseorang memiliki sifat yang normal, tidak bisu dan tidak tuli.
Apabila gen dominan B muncul sendiri dan tidak disertai dengan kemunculan gen T,
maka akan memunculkan sifat bisu dan tuli. Demikian juga apabila gen dominan T
muncul sendiri dan tidak disertai gen B, maka juga akan memunculkan sifat bisu
tuli. Dengan demikian, jika hanya terdapat gen T tanpa adanya gen B, atau jika
hanya terdapat gen B tanpa adanya gen T maka akan tetap memunculkan sifat bisu
tuli. Angka perbandingan fenotip F2 yang dihasilkan untuk perbandingan normal:tuli
adalah 9:7.
f. Gen Dominan Rangkap
Gen dominan rangkap atau ganda adalah beberapa gen yang memengaruhi sifat
yang sama pada suatu organisme. Sebagai contoh, gen A dan B yang sama-sama
dapat memengaruhi tumbuhan Bursa sp untuk menghasilkan bunga berbentuk
segitiga. Gen A atau gen B yang muncul secara terpisah dapat menghasilkan bunga
dengan bentuk segitiga. Begitu pula apabila keduanya muncul secara bersamaan.
Persilangan antara bunga segitiga (AABB) dan bunga oval (aabb) akan
menghasilkan perbandingan fenotip F2 bunga segitiga:bunga oval yaitu 15:1.
g. Atavisme
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang dikenal dengan istilah Atavisme
merupakan suatu sifat yang muncul kembali setelah sifat tersebut hilang pada
keturunan sebelumnya. Kasus atavisme ini terjadi pada jengger ayam. Ayam yang
memiliki jengger rose disilangkan dengan ayam yang memiliki jengger pea akan
menghasilkan keturunan ayam dengan jengger walnut. Ketika ayam dengan jengger
walnut hasil persilangan tersebut dikawinkan dengan sesamanya maka akan
memunculkan kembali sifat rose dan pea. Sifat rose dan pea yang sempat hilang
pada F1 dan akhirnya muncul kembali di F2 inilah yang disebut dengan atavisme.
3. Pewarisan Sifat Menurut Mendel Pada Manusia
Minoritas sifat pada manusia dikendalikan oleh gen tunggal yang memiliki dua alel.
Gen-gen tersebut memiliki pola warisan berbeda yang tergantung pada apakah mereka
dikendalikan oleh gen autosomal atau pautan-X. Sebagai contoh, buta warna merah-
hijau adalah sifat umum yang diturunkan pada manusia, sekitar 1 dari 10 orang dapat
memiliki beberapa bentuk buta warna, tetapi sangat sedikit perempuan yang memiliki
kelainan itu. Kejadian tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan mengenai hal apa
yang menyebabkannya.
Karakteristik yang dikodekan dalam bentuk DNA disebut dengan sifat genetik.
Berbagai jenis sifat manusia yang ada diwarisi dengan cara yang berbeda-beda. Ada
beberapa ciri atau sifat manusia yang memiliki pola pewarisan sederhana seperti yang
ditemukan oleh Mendel. Namun, ada ciri-ciri manusia lainnya yang memiliki pola
pewarisan yang lebih kompleks. Pewarisan sifat menurut Mendel mengacu pada
pewarisan sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal yang memiliki dua alel, salah satu
alel tersebut mungkin dominan dari alel yang lain. Tidak banyak sifat manusia yang
dikendalikan oleh gen tunggal dengan dua alel, tetapi hal tersebut merupakan titik awal
untuk memahami faktor keturunan manusia.
4. Manfaat Ilmu Pewarisan Sifat Mendel
Dalam kehidupan modern dengan canggihnya teknologi seperti saat ini, teknologi
kemudian banyak dimanfaatkan agar kehidupan sehari-hari manusia menjadi lebih
mudah dan nyaman. Ilmu pewarisan sifat yang ditemukan oleh G. J. Mendel dengan
hukumnya yang dikenal sebagai Hukum Mendel I dan II banyak dimanfaatkan
khususnya dalam usaha mengembangbiakkan hewan atau tumbuhan yang memiliki
sifat-sifat unggul.
Sifat unggul dari hewan atau tumbuhan dapat kita peroleh melaui proses persilangan
di antara hewan atau tumbuhan yang ingin kita dapatkan bibit unggulnya. Sebagai
contoh, dalam bidang pertanian, para ilmuwan telah berhasil melakukan persilangan
dari berbagai jenis padi hingga akhirnya ditemukan bibit padi yang memiliki sifat
unggul dengan daya hasil yang tinggi, umur yang pendek, dan rasa yang enak. Selain
itu, ditemukan juga bibit kelapa hibrida dan jagung hibrida yang memiliki daya hasil
tinggi. Dalam bidang peternakan, melalui hasil persilangan dapat ditemukan bibit
hewan ternak yang unggul seperti ayam, sapi, dan kuda. Dalam bidang kedokteran,
manfaat dari pewarisan sifat Mendel akhirnya dapat ditemukan cara untuk mencegah
agar keturunan seseorang tidak memiliki penyakit atau cacat bawaan.
Teknik yang biasa dipakai untuk menghasilkan hal-hal seperti di atas didasari oleh
prinsip-prinsip Hukum Mendel yaitu rekayasa genetika. Rekayasa genetika bisa
dijelaskan sebagai suatu teknik untuk mengubah gen makhluk hidup agar memiliki sifat
unggul. Rekayasa genetika juga dapat digunakan untuk menghilangkan sifat jelek pada
induk sehingga tidak diturunkan kepada keturunannya. Persilangan yang dilakukan
terhadap tumbuhan atau hewan ini sangat bermanfaat untuk memilih sifat-sifat baik dan
menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa
manfaat persilangan adalah menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat baik serta dapat
menghasilkan bibit unggul baik pada tumbuhan maupun hewan. Sebagai contoh,
misalnya varietas tanaman jenis unggul hasil persilangan seperti PB5, PB8, IR22, IR24;
juga pada ternak, contohnya sapi Santa Gertrudis, hasil persilangan sapi Brahman
dengan Sapi Shorthorn yang menghasilkan keturunan yang unggul.
BAB III
SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Salah satu ciri makhluk hidup khususnya manusia adalah mampu berkembang biak.
Manusia berkembang biak dengan tujuan untuk melestarikan keturunannya. Untuk dapat
berkembang biak, manusia memerlukan alat reproduksi. Alat reproduksi bisa dijelaskan
sebagai alat yang digunakan untuk proses reproduksi manusia. Alat reproduksi manusia
terdiri dari beberapa bagian yang tergabung dalam satu sistem reproduksi.
Sistem reproduksi merupakan rangkaian dan interaksi dari organ dan zat dalam organisme
yang digunakan untuk berkembang biak. Tanpa adanya alat reproduksi, tidak akan dapat
terjadi penerusan generasi dalam sebuah keluarga. Melalui sistem reproduksi, blueprint
genetik yang kompleks pada setiap spesies dapat dipertahankan di dunia ini. Sistem
reproduksi memang tidak berkontribusi secara langsung pada homeostasis dan tidak berperan
langsung secara fungsional sebagaimana sistem kardiovaskular dalam mempertahankan
hidup.
Kemampuan reproduksi sangat bergantung pada hubungan antara hipotalamus, hipofisis
bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar termasuk
perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosidan kondisi sosiokultural masyarakat.
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Gonad terdiri dari
sepasang testes pada pria dansepasang ovarium pada wanita. Gonad yang sudah dewasa atau
matur berfungsi untuk menghasilkan gamet dan menghasilkan hormon seks. Hormon seks
yang dihasilkan adalah testosteron pada pria dan estrogen dan progesteron pada wanita.
Setelah gamet diproduksi oleh gonad, gamet tersebut akan melalui saluran reproduksi (sistem
duktus). Pada wanita, juga terdapat payudara yang termasuk organ pelengkap dalam sistem
reproduksi. Bagian eksternal sistem reproduksi biasa disebut genitalia eksternal. Adapun
karakteristik seksual sekunder tidak akan secara langsung masuk dalam sistem reproduksi,
tetapi merupakan karakteristik eksternal yang membedakan antara pria dan wanita,
sebagaimana konfigurasi tubuh dan distribusi rambut.

A. ORGAN-ORGAN YANG BERPERAN DALAM REPRODUKSI


Alat reproduksi manusia terbagi menjadi alat reproduksi dalam dan alat reproduksi luar.
Pada wanita, alat reproduksi bagian luar terdiri dari vagina, labia mayora, labia minora,
mons pubis, dan klitoris; sedangkan alat reproduksi bagian dalam terdiri dari ovarium,
tuba falopi atau oviduk, dan uterus ataurahim. Kemudian pada pria, alat reproduksi bagian
luar terdiri dari penis dan skrotum; sedangkan alat reproduksi bagian dalam terdiri dari
testis, epididimis, kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan vas deferens.

B. ORGAN REPRODUKSI WANITA


Wanita memiliki banyak perbedaan karakteristik fisik dari pria karena peran pentingnya
dalam reproduksi. Terdapat dua fungsi dari sistem reproduksi yang ada pada wanita yaitu
untuk memungkinkan terjadinya pembuahan dari pertemuan sperma dan sel telur, serta
untuk melindungi organ dalam kewanitaan dari patogen penyebab infeksi. Organ
reproduksi yang ada pada wanita harus dalam kondisi kesehatan yang baik agar bisa
mendapatkan keturunan. Apabila di dalam salah satu organ reproduksi wanita terdapat
suatu penyakit atau sedang dalam kondisi yang tidak normal, maka kemungkinan besar
akan terjadi gangguan-gangguan dalam proses mendapatkan keturunan.
Secara umum, alat reproduksi yang ada pada wanita terdiri atas dua bagian, yaitu alat
reproduksi bagian luar (genitalia eksternal) dan bagian dalam (genitalia internal).
a. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar
Organ reproduksi wanita yang berada di bagian luar terdiri dari tujuh bagian, yaitu
mons venerin (tundun), labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum (serambi),
himen (selaput dara), serta perineum (kerampang).
Gambar 3.1 Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam
Sumber: https://www.tanyadok.com
a. Mons Veneris
Mons veneris merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi wanita bagian
luar yang berbentuk sedikit menonjol serta terlihat jelas dari luar. Bagian ini
memiliki fungsi untuk menutupi tulang kemaluan (simfisis pubis). Penyusun dari
bagian mons veneris merupakan jaringan lemak dengan sedikit jaringan ikat. Mons
veneris juga dikenal sebagai gunung venus. Ketika seorang wanita mengalami
pubertas dan beranjak dewasa, maka daerah ini akan tertutupi oleh rambut-rambut
kemaluan. Rambut kemaluan yang menutupinya akan membentuk pola seperti
bentuk segitiga yang terbalik.
b. Labia Mayora
Karena berbentukseperti bibir, bagian ini disebut labia yang artinya bibir. Bagian
luar dari labia mayora ini tersusun atas jaringan lemak dan kelenjar keringat. Ketika
wanita sudah mengalami pubertas dan memasuki usia dewasa, biasanya bagian ini
tertutup oleh rambut kemaluan yang berasal dari bagian mons veneris. Rambut
kemaluan tersebut tidak berada pada labia mayora bagian dalam yang merupakan
selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak), tetapi berada banyak di ujung-
ujung saraf sehingga menyebabkan wanita menjadi sensitif saat melakukan
hubungan seksual. Pada umumnya, labia mayora yang ada pada wanita dewasa
memiliki panjang berkisar 7-8cm dengan lebar antara 2–3cm dan tebal antara 1-
1,5cm, sedangkan pada anak-anak kedua bagian labia mayora berada sangat
berdekatan.
c. Labia Minora
Bagian ini memiliki bentuk yang mirip dengan labia mayora, tetapi labia minora
memiliki ukuran yang lebih kecil dan berada di dalam labia mayora atau terlihat
seperti lipatan serta tidak memilikirambut kemaluan. Bagian yang menjadi penyusun
dari labia minora berupa jaringan lemak yang memiliki banyak pembuluh darah
sehingga dapat menambah gairah pada saat melakukan hubungan seksual. Labia
minora ini berada mengelilingi sekitar lubang kemaluan atau orifisium vagina. Labia
minora memiliki fungsi yang mirip dengan kulit skrotum pada alat reproduksi pria.
d. Klitoris
Klitoris merupakan bagian penting dari alat reproduksi luar pada wanita yang
mempunyai sifat erektil. Bagian ujung klitoris mengandung banyak pembuluh darah
dan serat saraf sensoris sehingga membuatnya sangat sensitif apabila terkena
rangsangan. Rangsangan yang dialami klitoris ini biasa terjadi pada saat wanita
melakukan hubungan seksual. Klitoris merupakan bagian erektil yang mirip seperti
penis yang merupakan bagian dari alat reproduksi pria.
e. Vestibulum (Serambi)
Vestibulum merupakan bagian yang berbetuk rongga yang menjadi pembatas
antara sisi kanan dan kiri labia minora. Pada vestibulum terdapat enam buah lubang,
yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, dua buah muara kelenjar
bartholini, serta dua buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini
merupakan kelenjar yang berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid yang
berbentuk seperti lendir pada lubang saluran bartholini dan skene yang bertujuan
untuk memudahkan masuknya penis saat wanita melakukan hubungan seksual.
Kelenjar bartholini juga berfungsi untuk menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorrhoeae maupun bakteri-bakteri patogen lainnya.
f. Himen (Selaput Dara)
Himen atau yang biasa kita kenal dengan istilah selaput dara merupakan rongga
pembatas antara sisi kanan dan kiri labia minora. Himen terdiri atas jaringan ikat
kolagen dan juga elastis. Selaput dara ini merupakan lapisan tipis sehingga memiliki
sifat yang sangat mudah robek. Hal inilah yang oleh sebagian orang digunakan
sebagai aspek penilaian terhadap keperawanan seorang wanita. Pada keadaan dan
kondisi yang normal, himen pada wanita mempunyai lubang di tengahnya dengan
bentuk cukup besar yang berfungsi sebagai jalan keluarnya cairan atau darah pada
saat wanita mengalami menstruasi. Himen atau selaput dara wanita biasanya akan
robek serta mengeluarkan darah pada saat pertama kali melakukan hubungan
seksual. Sementara pada wanita yang telah melahirkan akan terdapat sisa-sisa himen
yang disebut sebagai carancula hymenalis. Setiap wanita memiliki bentuk himen
yang berbeda, ada yang memiliki bentuk seperti bulan sabit, ada yang kaku dan ada
juga yang lunak. Selain bentuknya, ukuran lubangnya juga berbeda, ada yang hanya
seujung jari, ada juga yang dapat dilalui satu jari.
g. Perineum (Kerampang)
Perineum merupakan bagian dari alat reproduksi wanita bagian luar yang berupa
area kulit antara vulva (liang vagina) dengan anus (dubur) dengan panjang sekitar
4cm. Perineum dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani, juga oleh otot-otot
muskulus coccygeus. Perineum merupakan bagian yang dapat robek pada saat
melahirkan atau secara sengaja digunting untuk melebarkan jalan keluar bayi.

b. Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam


Alat reprodusi wanita bagian dalam terdiri atas vagina, uterus (rahim), tuba fallopi
(oviduk), serta ovarium (indung telur) seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam


Sumber: (Syaifuddin, 2006)
a. Vagina
Vagina merupakan salah satu bagian penting dari organ reproduksi wanita bagian
dalam yang berbentuk otot selaput yang berfungsi untuk menghubungkan rahim
dengan organ bagian luar. Jaringan muskulus dari vagina merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, sehingga otot vagina dapat
dikendalikan. Vagina berada di antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian
depan dari vagina sekitar 9cm sedangkan untuk bagian dinding belakangnya sekitar
11cm.
Dinding vagina memiliki bentuk berlapis-lapis yang lapisan terluarnya berupa
selaput lendir. Dalam bagian vagina, bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina
disebut dengan portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat bagian
yaitu forniks anterior, forniks dekstra, forniks posterior, serta forniks sinistra. Sel
dinding vagina merupakan bagian yang memiliki banyak kandungan glikogen yang
dapat menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Dengan nilai keasaman tersebut,
vagina mampu memberikan proteksi terhadap infeksi. Vagina memiliki tiga fungsi
utama yaitu sebagai sarana dalam melakukan hubungan seksual, sebagai jalan untuk
bayi pada saat proses melahirkan, serta sebagai tempat mengalirnya lendir atau darah
pada saat wanita mengalami menstruasi.

b. Uterus (Rahim)
Uterus atau rahim merupakan organ reproduksi wanita bagian dalam berupa
jaringan otot yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rektum.
Dinding belakang, depan, serta bagian atas dari uterus merupakan bagian yang
tertutup oleh peritonium, sedangkan bagian bawah dari uterus merupakan bagian
yang berhubungan dengan kandung kemih. Uterus mempunyai bentuk seperti buah
pir tapi pipih dan mempunyai berat sekitar 30 gram. Uterus mempunyai ruang
dengan bentuk segitiga yang bagian atasnya lebih besar dari bagian bawahnya
dengan fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Otot-
otot yang ada pada uterus ini memiliki sifat elastis yang berfungsi untuk
menyesuaikan serta untuk menjaga janin pada saat berlangsungnya proses kehamilan
selama 9 bulan.
Agar posisi uterus tetap terjaga dengan baik, uterus disangga oleh ligamentum,
jaringan ikat, serta parametirum. Ukuran dan berat uterus berbeda-beda tergantung
dari usia dan paritas wanita. Anak-anak memiliki uterus dengan ukuran sekitar 2-
3cm; nullipara memiliki ukuran sekitar 6-8cm; sedangkan multipara memiliki
ukuran sekitar 8-9cm. Pada wanita yang sedang hamil, uterus dapat memiliki berat
lebih dari 80 gram.
Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
1) Perimetrium
Perimetrium merupakan lapisan terluar uterus. Lapisan ini juga sering disebut
lapisan serosa. Perimetrium adalah membran berlapis ganda yang kemudian akan
berlanjut ke abdomen dan disebut sebagai peritoneum. Perimetrium memiliki
fungsi sebagai pelindung uterus.
2) Myometrium
Myometrium adalah lapisan otot yang tersusuan atas kumpulan otot polos.
Bagian dalam dari lapisan ini lebih banyak disusun oleh otot yang berbentuk
sirkuler (melingkar), sedangkan bagian luarnya berbentuk longitudinal. Di antara
kedua lapisan tersebut terdapat lapisan lagi yang disebut oblik yang merupakan
lapisan paling kuat dan mengandung banyak pembuluh darah. Myometrium
merupakan lapisan dari dinding uterus yang paling tebal dibandingkan dengan
lapisan lainnya. Fungsi dari lapisan myometrium juga sangat penting terutama
pada masa pertumbuhan dan perkembangan janin selama proses kehamilan.

3) Endometrium
Endometrium merupakan bagian dari dinding uterus yang berupa lapisan
selaput lendir yang disusun oleh jaringan epitel, kelenjar, dan banyak pembuluh
darah. Epitel yang menjadi penyusunnya adalah epitel selapis silindris. Sebanyak
dua pertiga bagian atas dari uterus dalam dilapisi oleh epitel silindris dengan
selaput lendir, sedangkan sepertiga bawah dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
yang menyatu dengan epitel vagina. Endometrium merupakan bagian lapisan dari
dinding uterus yang memegang peran dan fungsi penting selama wanita
mengalami proses menstruasi. Lapisan endometrium inilah yang nantinya akan
mengalami peluruhan bersamaan dengan sel ovum matang yang tidak dibuahi
oleh sperma saat masa menstruasi.

Adapun uterus terdiri dari tiga bagian yaitu korpus uteri yang merupakan bagian
dengan bentuk seperti segitiga pada bagian atasnya; bagian serviks uteri dengan
bentuk seperti silinder; dan fundus uteri yang merupakan bagian pada korpus yang
letaknya di atas kedua pangkal tuba fallopi. Uterus atau rahim adalah jalan lahir
yang sangat penting dalam proses persalinan. Otot rahim akan mampu mendorong
janin untuk keluar sedangkan otot uterus mampu menutupi darah yang keluar akibat
proses persalinan tersebut. Hal ini dapat mencegah terjadinya pendarahan setelah
proses persalinan selesai. Rahim akan kembali pada bentuk normal dalam waktu
sekitar enam minggu setelah proses melahirkan.
c. Tuba Fallopi (Oviduk)
Tuba fallopi atau oviduk merupakan organ bagian dalam wanita yang
menghubungkan uterus dengan indung telur. Karena tuba fallopi memiliki bentuk
seperti saluran, makatuba fallopi sering juga disebut saluran telur. Tuba fallopi
berjumlah dua buah dan masing masingnya memilikipanjang sekitar 8-20cm dengan
diameter sekitar 3-8mm.
Tuba fallopi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum
yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa dan ovum, dan
sebagai tempat terjadinya pembuahan atau fertilisasi. Selain itu tuba fallopi juga
berfungsi sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi sebelum nantinya masuk
ke bagian dalam dari uterus atau rahim.

d. Ovarium (Indung Telur)


Ovarium merupakan kelenjar reproduksi utama pada wanita yang memiliki
bentuk oval seperti buah kenari dengan panjang sekitar 2,5-4cm. Ovarium terdiri
dari dua bagian yang terletak di sebelah kanan dan kiri uterus serta berada di bawah
tuba uterina dan terikat oleh ligamentum latum uterus pada bagian belakangnya.
Ovarium memiliki fungsi untuk menghasilkan ovum atau sel telur. Selain itu,
ovarium juga berfungsi sebagai penghasil hormon seks utama yaitu estrogen dan
progesteron yang berperan penting dalam proses menstruasi. Pada wanita yang
sudah dewasa, dalam setiap bulan ada sebuah folikel yang berkembang dan sebuah
ovum yang dilepaskan oleh ovarium kiri dan kanan secara bergantian. Proses
pelepasan itu terjadi sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi.
Ovarium yang ada pada wanita yang sudah pubertas memiliki jumlah sel terlur
sekitar 300.000. Namun, banyak dari sel telur ini yang mengalami kegagalan,
kerusakan, bahkan juga mati, sehingga sel telur sehat yang tersisa hanya berjumlah
sekitar 300-400 saja. Apabila benih telur pada wanita telah habis, maka seorang
wanita dinyatakan telah memasuki masa menopause.

C. ORGAN REPRODUKSI PRIA


Organ reproduksi pria memiliki fungsi untuk menghasilkan sel sperma dan
menyalurkannya ke dalam liang vagina wanita sehingga dapat terjadi pembuahan di dalam
rahim wanita. Keberhasilan fungsi reproduksi tidak hanya tergantung pada kesehatan
organ reproduksi wanita, tetapi juga bergantung pada alat reproduksi pria. Agar proses
reproduksi dapat berjalan dengan baik, maka keadaan fungsi dan struktur alat kelamin dari
pria juga harus dalam keadaan normal. Secara umum, alat reproduksi yang ada pada pria
terbagi menjadi dua yaitu organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Gambar 3.3 Organ Reproduksi Pria
Sumber: https://brainly.co.id

1. Organ Reproduksi Pria Bagian Luar


a. Penis
Penis merupakan salah satu organ penting dari sistem reproduksi pria yang
berbentuk silinder yang di dalamnya terdapat saluran kencing. Penis mempunyai dua
fungsi utama yaitu sebagai saluran keluarnya air seni pada sistem urinari, sebagai
tempat keluarnya cairan semen atau biasa disebut dengan sperma, serta alat untuk
kopulasi. Walaupun penis memiliki dua fungsi tersebut, sperma dan air seni tidak
akan keluar bersamaan. Pada saat terjadinya ejakulasi (pengeluaran sperma), otot-
otot yang ada pada kandung kemih akan mengerut untuk mencegah sperma masuk,
sehingga urine yang berada di dalam kandung kemih tidak akan ikut keluar bersama
sperma.
Penis merupakan organ reproduksi pria yang memiliki sifat erektil yang tersusun
atas tiga tabung erektil yaitu terdiri atas sepasang corpora cavernosa dan sebuah
corpora spongiosa yang ketiganya akan berakhir pada gland penis. Di sekeliling
tabung tersebut diliputi oleh jaringan ikat dan sejumlah otot polos. Ketiga tabung
inilah yang akanberperan dalam proses ereksi dan ejakulasi pada pria. Permukaan
penis dilapisi oleh kulit yang tipis dan halus dengan bagian ujung melipat yang
disebut dengan preputium. Bagian inilah yang dipotong saat dilakukan khitan pada
penis. Selain itu, pada kulit penis juga terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak,
serta folikel rambut.
Di dalam penis terdapat bagian yang disebut dengan korpus kavernosum atau
badan rongga, yaitu dua korpus kavernosum penis di sisi uretra dan satu korpus
kavernosum penis di bawah uretra. Apabila terjadi rangsangan, maka rongga ini
akan terisi darah, sehingga dapat menyebabkan ukuran penis membesar dan
memanjang serta membuat mengeras dan menegang atau yang biasa dikenal sebagai
proses ereksi. Setelah penis mengalami ereksi, maka akan dengan mudah memasuki
liang vagina. Proses inilah yang disebut dengan hubungan seksual penetratif. Setelah
penis mendapakan rangsangan yang cukup lama melalui penetrasi tadi, maka akan
terjadi ejakulasi yaitu proses dimasukkannya cairan sperma ke dalam liang vagina
wanita. Setelah ejakulasi selesai, ukuran penis akan kembali seperti semula karena
kadar darah balik yang tadi dihambat di dalam penis kembali mengalir.
b. Skrotum
Skrotum adalah bagian berupa kantung yang menjadi pembungkus luar dari testis.
Kantung ini terdiri dari lapisan-lapisan seperti subkutan, otot polos, serta lapisan
kulit. Kulit pada skrotum memiliki lipatan-lipatan yang menjadikan skrotum mampu
mengendur menjauhi tubuh secara otomatis pada saat cuaca panas, serta dapat
mengerut mendekati tubuh pada saat suhu rendah (dingin). Fungsi dari mengendur
dan mengerut ini yaitu untuk mempertahankan suhu dari testis agar tetap stabil
sehingga spermatogenesis dapat tetap terjadi.
2. Organ Reproduksi Pria Bagian Dalam
a. Testis
Dalam sistem reproduksi pria, organ yang memiliki fungsi sebagai penghasil
sperma adalah testis. Testis merupakan bagian berupa kelenjar eksokrin sekaligus
endokrin. Fungsi dari kelenjar eksokrin yaitu untuk memproduksi sel-sel dari alat
kelamin pria, sedangkan fungsi dari kelenjar endokrin adalah untuk memproduksi
hormon. Testis dibungkus oleh kapsula testikularis yang terdiri dari selapis mesotel,
sel-sel otot polos, dan jala-jala kapiler yang terbenam pada jaringan ikat. Kapsula
testikularis inilah yang akan menimbulkan terjadinya kerutan secara berkala. Hal ini
yang berguna untuk mempertahankan tekanan di dalam testis, untuk mengatur
keluar-masuknya cairan ke dalam kapiler-kapiler, serta untuk mendorong
pengeluaran sperma. Proses pembentukan sperma terjadi di dalam tubulus
seminiferous yaitu berupa saluran panjang yang berlekuk-lekuk dan terletak di
dalam testis. Pada bagian epitel tubulus terdapat dua jenis sel yang berbeda, yaitu:
1) Sel yang pertama disebut dengan sel spermatogenik adalah sel yang termasuk
cikal bakal dari sel spermatozoa. Sel benih ini pada awalnya berkromosom
diploid, kemudian sel tersebut memerlukan waktu selama 64 hari untuk
mengalami proses diferensiasi dan juga proses spermatogenesis sampai akhirnya
memiliki kromosom haploid. Sel spermatogonium ini terdiri dari sekitar 4-8 lapis
sel.
2) Sel yang kedua disebut dengan sel sertoli yang jumlahnya tidak sebanyak sel
spermatogenik. Sel ini terletak di antara sel-sel spermatogonium dan memiliki
peran sebagai sel penyokong dan berfungsi untuk memberi makan sel-sel
spermatogenik lainnya, serta untuk menghilangkan sisa sitoplasma spermatid
yang merupakan bahan residu. Dua sel sertoli yang berada berdekatan bersama-
sama dengan jaringan peritubuler akan membentuk sawar darah (blood testis
barrier). Testis juga diisi oleh sel-sel interstitial yang berada di antara tubulus
seminiferus. Sel interstitial atau sel Leydig tersebut terdiri atas jaringan ikat
kendor, serta diisi oleh sel-sel fibroblast, mast sel, makrofag, pembuluh darah,
limfe, sel mesenchyme, dan saraf. Fungsi dari sel interstitial adalah untuk
menghasilkan hormon testosteron.
b. Sistem Saluran Genital (Saluran Kelamin)
Saluran kelamin merupakan bagian organ reproduksi pria yang berfungsi untuk
menyalurkan cairan sperma dari testis ke luar tubuh melalui penis. Saluran kelamin
pada organ reproduksi pria terdiri dari epididimisi, vas deferens, saluran ejekulasi,
dan uretra.
1) Epididimisi adalah saluran dengan bentuk yang berkelok-kelok dalam bagian
skrotum yang keluar dari testis. Terdapat dua buah atau sepasang epididimis yang
berada pada testis kiri dan kanan. Epididimis memiliki fungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara cairan sperma. Sementara itu, sperma yang sudah
matang akan disalurkan menuju bagian vas deferens.
2) Vas deferens merupakan bagian saluran yang mengarah ke atas serta merupakan
lanjutan dari bagian epididimis. Pada pertemuan uretra dan vas deferens terdapat
sebuah kelenjar prostat dan sebuah kelenjar vesikula seminalis atau biasa juga
disebut dengan kantong sperma.
3) Saluran ejakulasi adalah bagian saluran yang merupakan penghubung antara
vesikula seminalis dengan uretra. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan cairan
sperma menuju uretra.
4) Uretra merupakan bagian terakhir yang berfungsi sebagai saluran kelamin dari
vesikula seminalis dan juga sebagai saluran urine dari kandung kemih.

c. Kelenjar Genital (Kelenjar Kelamin)


1) Vesikula seminalis adalah bagian berupa tonjolan dari duktus deferens yang
masih berbentuk saluran dan letaknya berada di belakang prostat. Saluran ini
memiliki ukuran panjang sekitar 5-10cm. Kelenjar dalam saluran ini dapat
menghasilkan sekret yang mengandung fruktosa, asam askorbat, protein globulin,
serta prostaglandin yang dapat memberi pengaruh saat proses fertilisasi di dalam
saluran reproduksi wanita. Sekret yang dihasilkan oleh vesikula seminalis
mempunyai ukuran pH sekitar 7,3 sehingga termasuk ke dalam golongan basa.
Cairan ini memiliki sifat kental dan kemudian bergabung menjadi bagian dari
cairan semen yang keluar bersamaan dengan sperma saat proses ejakulasi. Meski
kelenjar ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran kelenjar prostat, tetapi
vesikula seminalis ini menyumbang sebanyak 60% dari total volume cairan
semen.
2) Kelenjar prostat merupakan kelenjar terbesar pada sistem reproduksi pria jika
dibandingkan dengan kelenjar lainnya. Kelenjar prostat terletak di bawah bagian
vesika urinaria. Sekret yang dihasilkan oleh kelenjar prostat memiliki sifat yang
encer dan berwarna putih seperti warna susu. Pada cairan ini terdapat banyak
enzim acid-phosphatase, asam sitrat, dan juga fosfolipid. Jumlah cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat mencapai 30% dari total volume cairan semen.
3) Kelenjar bulbo-urethralis dikenal juga sebagai kelenjar cowpery. Kelenjar ini
memiliki ukuran sebesar kacang hijau dan berjumlah sepasang. Kelenjar bulbo-
urethralis berada di belakang uretra pars membranacea. Cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar cowpery bersifat kental seperti lendir serta nampak jernih.

D. HORMON-HORMON REPRODUKSI
Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang memiliki
efek tertentu pada aktivitas organ-organ lain yang ada dalam tubuh manusia. Hormon seks
adalah zat kimia yang dikeluarkan langsung oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin ke
dalam aliran darah manusia. Sebagian dari hormon-hormon tersebut bertanggung jawab
dalam menentukan jenis kelamin dari janin dan juga bertanggung jawab terhadap
perkembangan organ seks yang normal. Hormon ini juga memulai proses pubertas dan
kemudian berperan dalam pengaturan perilaku seksual.
Hormon-hormon seks yang utama pada manusia secara umum dapat dibedakan menjadi
dua yaitu hormon estrogen dan androgen. Kedua kelas hormon ini dimiliki oleh pria
maupun wanita, tetapi dalam kadar dan jumlah yang berbeda. Sebagian besar pria dalam
kondisi normal memproduksi sejumlah 6-8mg hormon testosteron (sebuah androgen)
setiap harinya, sedangkan wanita hanya memproduksi 0,5mg. Hormon estrogen juga
terdapat pada pria dan wanita, tetapi pada wanita kadar dan jumlah yang dihasilkan setiap
harinya lebih besar dibandingkan pria.
1. Estrogen
Estrogen merupakan hormon seks yang diproduksi oleh indung telur dan berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan organ seks pada anak perempuan seperti pada
payudara dan rambut kelamin. Hormon ini juga dikenal sebagai karakteristik seks
sekunder yang juga memiliki fungsi untuk mengatur siklus menstruasi pada wanita
yang sudah memasuki usia dewasa. Pada sebagian besar wanita, hormon indung telur
tidak memiliki peran yang penting dalam hal gairah seks.
Estrogen merupakan sebuah regulator intraovarium yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan folikel. Hormon ini bekerja sama dengan hormon lain yaitu
FSH dan LH merangsang pembentukan reseptor LH (feedback positif) yang
menyebabkan terjadinya regresi korpus luteum dan penurunan kadar hormon
progesteron. Estrogen berperan penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan
elastisitasnya, serta berperan juga dalam proses produksi cairan yang melicinkan
vagina. Hormon-hormon ini juga memiliki fungsi untuk membantu menjaga tekstur dan
fungsi payudara wanita.
2. Progesteron
Hormon prolaktin (PRL) biasa disebut dengan lactogenic hormone (LTH). Hormon
ini berperan penting dalam memelihara korpus luteum, menginisiasi luteinisasi sel
granulosa, memelihara proses sintesis progesteron oleh sel luteal, serta untuk
merangsang pertumbuhan kelenjar mama. Hormon prolaktin bekerja sama dengan LH
dapat meningkatkan jumlah reseptor LH dan produksi progesteron. PRL ini menekan
atau menghambat produksi dari estrogen dengan cara menghambat aktivitas dari
aromatase oleh FSH di SG dan LH yang kemudian menginduksi produksi androgen.
PRL berperan untuk meningkatkan hormon progesteron dan menghambat hormon
estrogen.
a. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon FSH memiliki reseptor spesifik pada sel granulosa folikel ovarium dan
sel sertoli testis yang disekresikan oleh pituitaria anterior. FSH merupakan hormon
yang termasuk glikoprotein. FSH berperan penting dan dominan dalam merangsang
pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, merangsang produksi estrogen,
serta untuk merangsang proses spermatogenesis.
b. Luteinizing Hormone (LH)
LH merupakan hormon yang memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan final folikel, proses ovulasi, proses perubahan sel granulosa menjadi
korpus luteum, merangsang sekresi progesterone, serta untuk merangsang produksi
androgen.

E. SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi adalah perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita, khususnya pada
bagian organ reproduksi. Proses menstruasi terjadi ketika lapisan dinding rahim
(endometrium) yang menebal mengalami peluruhan yang disebabkan karena tidak adanya
pembuahan pada sel telur. Siklus menstruasi yang terjadi pada tiap wanita berbeda-beda.
Sebagian wanita mengalami siklus antara 23-35 hari, tetapi rata-rata siklus menstruasi
yang dialami wanita adalah 28 hari.

Gambar 3.4 Siklus Menstruasi pada Wanita


Sumber: https://duniabidan.com

1. Hormon yang Memengaruhi Fase-Fase dalam Siklus Menstruasi


Pada dasarnya, siklus menstruasi dibagi menjadi beberapa fase yang diatur oleh lima
hormon di dalam tubuh. Hormon yang dimaksud antara lain:
a. Estrogen. Hormon yang diproduksi pada ovarium ini sangat berperan pada proses
ovulasi dalam siklus reproduksi wanita. Hormon ini juga berperan dalam
pembentukan kembali lapisan rahim setelah periode menstruasi.
b. Progesteron. Hormon ini bekerja sama dengan hormon estrogen untuk menjaga
siklus reproduksi dan proses kehamilan. Sama halnya dengan estrogen, hormon ini
juga diproduksi di ovarium dan berperan dalam penebalan dinding rahim pada masa
mesntruasi.
c. Hormon pelepas gonadotropin (Gonadotrophin-releasing hormone/GnRh). Hormon
ini diproduksi oleh otak yang memiliki fungsi untuk membantu memberikan
rangsangan pada tubuh dalam proses menghasilkan hormon perangsang folikel dan
hormon pelutein.
d. Hormon pelutein (Luteinizing hormone/LH) merupakan hormon yang berperan
dalam merangsang ovarium dalam menghasilkan sel telur dan proses ovulasi
e. Hormon perangsang folikel (Follicle stimulating hormone/FSH) merupakan hormon
yang berfungsi untuk membantu pematangan sel telur di dalam ovarium hingga siap
untuk dilepaskan. Hormon ini diproduksi di dalam kelenjar pituitari pada otak
bagian bawah.
2. Fase-Fase dalam Siklus Menstruasi
a. Fase Menstruasi
Pada fase ini, terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen sehingga
menyebabkan pembuluh darah pada endometrium menegang dan membuat suplai
oksigen menurun. Karena tidak terjadi kehamilan, maka sel-sel yang berada pada
dinding rahim mengalami peluruhan, kemudian pecahnya pembuluh darah dalam
endometrium menyebabkan darah dan sel-sel tersebut keluar melalui vagina.
Menstruasi berlangsung sekitar 5-7 hari di setiap siklusnya. Pada kondisi normal,
wanita akan mengeluarkan darah sejumlah 10-80ml setiap harinya dengan warna
merah terang atau ada juga yang berwarna kecoklatan tanpa disertai gumpalan.
b. Fase Folikular
Pada fase ini, kelenjar pituitari (hipofisia) akan melepaskan hormon FSH.
Pelepasan hormon itu dapat merangsang folikel dalam ovarium untuk matang dan
membuat endometrium mengalami proses penyembuhan. Waktu yang dibutuhkan
oleh sel telur untuk mencapai proses kematangan adalah sekitar 13 hari (waktu ini
dihitung dari hari pertama menstruasi). Fase ini dipengaruhi oleh hormon estrogen
yang dihasilkan oleh folikel untuk mempertebal lapisan endometrium, membentuk
pembuluh darah, serta membentuk kelenjar. Hormon estrogen dan testosteron ini
mulai meningkat selama fase kedua ini. Fungsi hormon testosteron pada siklus
reproduksi wanita yaitu untuk merangsang libido, memberikan dorongan energi,
juga dapat berfungsi untuk meningkatkan mood dan kinerja otak. Sementara itu,
hormon estrogen akan membuat wanita merasa lebih terbuka dan menekan nafsu
makannya.
c. Fase Fertil
Pada fase ini terjadi peningkatan hormon estrogen yang secara otomatis juga
meningkatkan hormon LH, sehingga folikel akan memproduksi progesteron.
Hormon LH berperan untuk mematangkan folikel dan merangsang terjadinya proses
ovulasi yaitu pelepasan ovum dari ovarium. Ovum yang sudah matang tersebut
kemudian akan dilepaskan dari ovarium ke saluran tuba (tuba fallopi) dan akan
mampu bertahan sekitar 12-24 jam. Pasa fase inilah seorang wanita berada pada
masa fertil atau biasa disebut dengan masa subur sehingga ovum siap untuk dibuahi.
d. Fase Ovulasi
Pada saat fase ovulasi terjadi, folikel degraff akan pecah kemudian berubah
menjadi korpus rubrum yang mengandung jumlah darah yang banyak. Hormon LH
yang menjadi penyebab korpun rubrum berubah menjadi korpus luteum kemudian
menghasilkan hormon progesteron yang berperan dalam mempersiapkan
endometrium untuk menerima embrio. Pada fase ini, endometrium akan menjadi
lebih tebal dan lembut serta dilengkapi dengan banyak pembuluh darah. Jika tidak
terjadi proses kehamilan, maka korpus luteum akan berdegenerasi menjadi korpus
albikans dan akan membuat hormon progesteron juga estrogen semakin menurun
bahkan bisa hilang.
e. Fase Luteal
Fase ini merupakan fase terakhir pada siklus menstruasi. Pada fase ini, terbentuk
korpus luteum pada ovarium yang merupakan bekas folikel setelah ditinggal sel
telur. Korpus luteum akan menghasilkan hormon progesteron, yang menyebabkan
rahim mempertahankan endometrium yang akan habis pada akhir siklus menstruasi.
Hal inilah yang menyebabkan dimulainya kembali fase siklus menstruasi berikutnya
pada seorang wanita.

BAB IV
PROSES KONSEPSI

A. PRAKONSEPSI
Prakonsepsi merupakan waktu atau periode sebelum terjadinya pertemuan sel sperma
dengan ovum atau proses pembuahan. Selama periode prakonsepsi berlangsung, pasangan
suami istri yang bertujuan untuk memiliki anak melalui proses kehamilan normal
dianjurkan untuk menjalani asuhan prakonsepsi. Tujuan asuhan prakonsepsi adalah untuk
memastikan bahwa seorang wanita dan pasangannya berada dalam status kesehatan fisik
dan emosional yang optimal saat proses kehamilan berlangsung.
Meskipun bagi beberapa pasangan kehamilan dapat terjadi tanpa direncanakan, tetapi
pasangan-pasangan yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh berbagai
manfaat dari asuhan prakonsepsi yang dijalani. Asuhan ini memungkinkan untuk
mengidentifikasi lebih dini mengenai penyakit medis, mengkaji kesiapan psikologis,
keuangan, serta mengenai pencapaian tujuan hidup.
1. Konseling Spesifik Prakonsepsi
Konseling dimulai dengan membahas hal-hal mengenai kesiapan dari sisi psikologis
seorang wanita maupun pasangannya dalam rencana mengasuh dan membesarkan anak.
Pembahasan ini berkisar mengenai beberapa topik seperti bagaiaman kesiapan sarana
tempat tinggal untuk anak-anak, bagaimana rencana pola asuh yang akan diterapkan,
kemapanan ekonomi, kestabilan emosi dari wanita maupun pasangannya, serta harapan
menjadi orang tua.
2. Menghentikan Kontrasepsi
Apabila seorang wanita telah menggunakan metode kontrasespsi hormonal yang
memiliki pengaruh jangka panjang seperti suntikan atau implan, maka dia harus
memahami bahwa dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengembalikan keteraturan
proses ovulasi. Pada saat siklus menstruasi belum kembali teratur karena efek
kontrasepsi hormonal tersebut masih ada, maka wanita dapat menggunakan metode
kontrasepsi barrier seperti menggunakan kondom bagi pasangannya hingga tanggal
kehamilan bisa diperkirakan dengan tepat. Tidak akan ada efek yang membahayakan
bagi janin bila kehamilan terjadi setelah seluruh metode kontrasepsi dihentikan.

3. Nutrisi
Memberi dan mempertahankan asupan nutrisi yang baik sebelum wanita mengalami
kehamilan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Persiapan untuk
menjaga agar pertumbuhan bayi dalam kandungan tetap sehat dan mencegah berat lahir
rendah dapat dilakukan dengan mencapai berat badan yang ideal. Selain menjaga berat
badan, yang perlu diperhatikan adalah menerapkan dan mengembangkan kebiasaan diet
nutrisi seimbang.
4. Skrining Genetik
Salah satu asuhan prakonsepsi yang juga sangat penting adalah konseling genetik.
Dalam konseling genetik, para calon orang tua diberi wawasan bahwa setiap bayi dari
pasangan wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu penyakit
genetik. Apabila faktor risiko telah diidentifikasi sejak awal, maka jika terdapat suatu
penyakit bisa langsung dirujuk ke konselor genetik untuk penanganan lebih lanjut
sebelum proses kehamilan itu terjadi.
5. Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja
Terjadinya paparan terhadap zat-zat teratogen baik dari dalam rumah, lingkungan
sekitar, maupun dari tempat bekerja merupakan salah satu masalah besar dalam masa
prakonsepsi. Seorang wanita dapat mengalami paparan zat-zat kimia, mengalami
perubahan suhu lingkungan yang ekstrem, kandungan logam berat dalam makanan,
terkena paparan radiasi, adanya agen infeksi, dan berbagai faktor stres lain yang ada di
sekitarnya. Semua hal itu bisa berdampak negatif bagi perkembangan janin serta dapat
mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital.
6. Masalah Prakonsepsi pada Pria
Proses kehamilan tidak hanya melibatkan wanita, tetapi juga melibatkan peranan
pria. Pria yang memiliki riwayat gangguan genetik secara pribadi ataupun keluarga,
akan berisiko lebih tinggi untuk menularkan penyakit kepada anaknya. Beberapa
kebiasaan pria yang tidak baik seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
dapat meningkatkan risiko berat bayi lahir rendah. Selain dari faktor kebiasaan, ada
faktor lain seperti usia. Pria yang berusia tua saat terjadi proses kehamilan pada
pasangannya akan memiliki risiko lebih besar untuk mendapatkan anak down syndrome
dan juga anomali kromosom lain yang terkait dengan usia dari pria.
Produksi maupun pergerakan dari sperma dapat menurun disebabkan oleh kebiasaan
buruk seperti merokok, konsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, serta penyalahgunaan
konsumsi beberapa preparat farmasi sehingga menurunkan fertilitas. Pria juga sering
kali mengemban tanggung jawab stabilitas keluarga dan merasakan hal tersebut cukup
membuat mereka tertekan ketika akan memiliki seorang anak. Pria sangat
membutuhkan diskusi secara terbuka terutama dengan pasangannya mengenai hal ini
serta mengenai perubahan yang ada dalam hubungan mereka. Selain itu, diperlukan
diskusi mengenai tuntutan selama proses kehamilan berlangsung agar terindentifikasi
hal-hal yang dibutuhkan sebelum prakonsepsi.

B. KONSEPSI: FERTILISASI, IMPLANTASI, DAN PLASENTASI


1. Fertilisasi
Konsepsi atau yang biasa disebut dengan istilah fertilisasi atau pembuahan
merupakan peristiwa bertemunya sel telur dan sperma. Peristiwa konsepsi ini terjadi di
ampula tuba. Pada hari ke-11 hingga hari ke-14, terjadi proses ovulasi dari siklus
menstruasi normal seorang wanita. Ovulasi adalah peristiwa pada saat sel telur matang
sehingga sudah siap untuk dibuahi.
Pada saat terjadi coitus, 3-5cc cairan semen yang ditumpahkan ke dalam forniks
posterior terdapat spermatozoon yang berjumlah sekitar 200-500 juta. Sperma yang
bergerak dari serviks terus melintasi uterus hingga menuju tuba fallopi. Apabila tidak
terjadi proses pembuahan, maka sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi),
kemudian meluruh dan keluar melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika
terjadi proses pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan
mengalami proses pembelahan kemudian tumbuh menjadi bakal janin (embrio).
Spermatozoa bergerak sangat cepat dari vagina ke dalam rahim, kemudian masuk ke
dalam tuba. Gerakan ini dipengaruhi oleh peranan kontraksi dari miometrium dan
dinding tuba yang juga terjadi pada saat senggama. Ovum yang telah dikeluarkan oleh
ovarium, kemudian akan ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung
proksimalnya dan kemudian dibawa ke dalam tuba fallopi. Ovum yang telah dikelilingi
oleh perivitelina akan diselubungi oleh bahan opak yang memiliki tebal sekitar 5-10
μm, yang disebut dengan zona pelusida.
Sekali ovum dikeluarkan, maka folikel akan mengempis dan berubah menjadi
kuning, kemudian membentuk korpus luteum. Dalam kondisi seperti itu, ovum sudah
siap dibuahi apabila sperma mampu mencapainya. Dari jumlah sperma yang berkisar
60-100 juta yang diejakulasikan ke dalam vagina pada saat proses ovulasi, beberapa
juta sperma akan berhasil menerobos saluran heliks di dalam mucus serviks dan
kemudian mencapai rongga uterus. Dari beberapa juta sperma tersebut, hanya beberapa
ratus sperma yang dapat melewati pintu masuk tuba fallopi yang sempit dan dapat
bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae tuba fallopi. Hal ini
disebabkan karena dalam waktu beberapa jam, protein plasma dan likoprotein yang ada
dalam cairan semen akan diluruhkan. Reaksi inilah yang disebut dengan reaksi
kapasitasi. Setelah terjadi reaksi kapasitasi, sperma akan mengalami reaksi akrosom,
yaitu reaksi yang terjadi setelah sperma berada dekat dengan oosit.
Sel sperma yang telah mengalami proses kapasitasi ini akan terpengaruh oleh
beberapa zat dari korona radiata ovum, sehingga isi akrosom yang berasal dari daerah
kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat
inilah hialuronidase dilepaskan. Hialuronidase adalah enzim yang dapat melarutkan
korona radiata, yaitu lapisan sel yang mengelilingi sel telur setelah ovulasi. Pelepasan
hialuronidase ini membantu sperma melewati zona pelusida dan dapat mencapai ovum.
Pada akhirnya, hanya ada satu sperma yang mempunyai kemampuan untuk
membuahi ovum. Hal itu karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang
tinggi di dalam nukleusnya, dan kaput sperma tersebut lebih mudah menembus karena
diduga dapat melepaskan zat hialuronidase. Sekali saja sebuah spermatozoa menyentuh
zona pelusida, maka akan terjadi perlekatan yang kuat dan proses penembusan yang
sangat cepat. Setelah itu terjadi, maka akan terjadi reaksi khusus di zona pelusida yang
memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya.
Dengan demikian, sangat jarang terjadi penembusan zona pelusida oleh lebih dari satu
sperma.
2. Implantasi
Proses implantasi atau bisa juga disebut nidasi adalah proses masuknya atau
tertanamnya hasil dari proses konsepsi ke dalam endometrium. Pada periode akhir
minggu pertama, yaitu hari ke-5 sampai dengan hari ke-7, zigot akan mencapai cavum
uteri. Pada saat itu, uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir yang terjadi akibat
pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga pada lapisan
endometrium, dinding rahim akan menjadi kaya pembuluh darah dan akan ada banyak
muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak yang terjadi antara
zigot stadium blastokista dengan dinding rahim dalam keadaan tersebut kemudian akan
mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblast zigot tersebut akan
menempel dan mengadakan proses infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus.
Peristiwa itulah yang disebut dengan proses implantasi.
Setelah proses implantasi terjadi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam
endometrium akan terus berkembang dan membentuk jaringan bersama dengan sistem
pembuluh darah maternal untuk berubah menjadi plasenta. Plasenta tersebut kemudian
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan
tumbuh menjadi janin.
3. Plasentasi
Plasentasi merupakan proses pembentukan struktur dan jenis dari plasenta. Setelah
terjadi proses nidasi embrio ke dalam endometrium, maka proses plasentasi dimulai.
Pada wanita dalam kondisi normal, proses plasentasi akan berlangsung sekitar 12-18
minggu setelah terjadi proses fertilisasi. Selama dua minggu pertama, perkembangan
hasil proses konsepsi, trofoblas invasit akan melakukan penetrasi ke pembuluh darah di
endometrium. Setelah hal itu terjadi, maka akan terbentuk sinus intertrofoblastik berupa
ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang telah
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus-menerus sampai kemudian timbul
ruangan-ruangan interviler di mana saat itu vili korialis seolah-olah terapung-apung di
antara ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu pasca proses fertilisasi, sirkulasi pada darah janin dini dapat
diidentifikasi dan kemudian dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi pada darah
janin ini akan berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korialis.
Ruang intervili yang ada telah dipenuhi oleh darah maternal yang dipasok dari arteri
spiralis dan kemudian dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis inilah yang akan
bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yang disebut dengan plasenta. Lapisan
desidua yang meliputi hasil proses konsepsi ke arah kavum uteri disebut dengan
desidua kapsularis, sedangkan lapisan desidua yang terletak di antara hasil konsepsi dan
dinding uterus disebut dengan desidua basalis. Pada lapisan desidua basalis itulah
plasenta kemudian akan dibentuk. Lapisan desidua yang meliputi dinding uterus di
bagian lain adalah desidua parietalis.
Hasil proses konsepsi akan diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan dengan
vili korialis dan berpangkal pada korion. Korion ini dibentuk oleh sel-sel fibroblas
mesodermal yang tumbuh di sekitar embrio dan melapisi trofoblas bagian dalam.
Korion inilah yang kemudian disebut dengan korion frondosum. Sementara itu, korion
yang berhubungan dengan desidua kapsularis akan kurang mendapat makanan karena
hasil dari konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat laun akan
menghilang. Korion yang akan menghilang inilah yang disebut dengan korion laeva.
Darah yang dimiliki oleh ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah
janin dan juga lapisan korion. Plasenta tersebut dinamakan plasenta jenis hemokorial.
Maka dari itu, tidak akan ada percampuran darah antara darah janin dan darah ibu.
Selain itu, ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas. Sel-sel
ini akhirnya akan membentuk lapisan fibrinoid yang disebut dengan lapisan nitabuch.
Saat proses melahirkan terjadi, plasenta akan terlepas dari endometrium pada lapisan
nitabuch ini.

C. PROSES TERJADINYA KEHAMILAN


1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin yang dimulai
sejak proses konsepsi dan berakhir pada permulaan persalinan (Manuaba, 1998). Pada
umumnya, dalam kondisi yang normal, janin akan tumbuh di dalam rahim. Proses
kehamilan normal yang dialami oleh seorang wanita sekitar 40 minggu atau selama 9
bulan. Jangka waktu tersebut mulai dihitung sejak awal periode menstruasi yang
terakhir dialami hingga terjadinya proses melaahirkan.
Proses terjadinya kehamilan cukup rumit untuk dijelaskan secara rinci kepada orang
yang awam terhadap dunia medis. Dalam dunia medis, proses terjadinya kehamilan
dimulai dari proses pembuahan yang kemungkinan terjadi dalam rentang waktu satu
minggu setelah calon ibu selesai menstruasi atau 14 hari sebelum siklus menstruasi
berikutnya. Periode dalam rentang waktu inilah yang disebut dengan masa subur
seorang wanita. Dalam waktu 7 sampai 10 hari berikutnya, sel telur yang sudah dibuahi
akan tertanam atau menempel pada dinding rahim. Masa inilah yang merupakan masa
kritis, apakah kehamilan tersebut akan terjadi atau tidak.
Proses kehamilan akan terjadi apabila terdapat lima aspek berikut ini.
a. Ovum, yaitu suatu sel yang memiliki ukuran dengan diameter sekitar 0,1mm. Ovum
terdiri dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus serta dilingkari oleh
zona pellusida oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa, yaitu sel yang berbentuk seperti kecebong. Spermatozoa terdiri dari
kepala berbentuk lonjong dan agak gepeng yang berisi inti, memiliki leher yang
menghubungkan antara kepala dengan bagian tengah, juga memiliki ekor yang dapat
bergerak sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.
c. Konsepsi, yaitu suatu peristiwa terjadinya penyatuan antara sel sperma dan ovum di
dalam tuba fallopi.
d. Nidasi, yaitu proses masuknya atau tertanamnya hasil proses konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi, yaitu alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk pertukaran
zat dari ibu ke janin atau sebaliknya (Mochtar, 1998).
2. Mengenal Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda-tanda terjadinya proses kehamilan biasanya mirip dengan tanda-tanda proses
menstruasi. Hal ini mengakibatkan seorang calon ibu maupun pasangannya mengalami
kebingungan dan keraguan dalam mengenali dan membedakan tanda-tanda kehamilan.
Banyak wanita menilai bahwa tanda kehamilan hanya bisa dilihat dari keterlambatan
datangnya menstruasi. Keterlambatan menstruasi sebenarnya bukan hanya disebabkan
oleh kehamilan saja, banyak hal yang menyebabkannya seperti pola makan, stres,
kelelahan, serta adanya gangguan hormonal.
Tanda-tanda kehamilan bersifat sangat pribadi dan unik, tidak semua wanita akan
mengalami hal yang sama. Untuk lebih memastikan secara akurat, tentu saja harus
dilakukan serangkaian tes kehamilan, baik menggunakan test pack maupun tes darah di
laboratorium. Agar lebih jelas, ada beberapa tanda kehamilan yang terjadi secara umum
yaitu sebagai berikut.
a. Payudara Membesar
Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi hormon estrogen dan
progesteron. Selain ukurannya menjadi lebih besar, payudara juga akan terasa
semakin lembut sehingga menimbulkan sensitivitas yang lebih tinggi dan akan
menyebabkan rasa nyeri atau sakit saat tersentuh. Puting susu akan membesar dan
warnanya akan semakin gelap. Pembuluh vena yang ada di payudara juga akan
terlihat lebih jelas karena adanya penegangan pada payudara. Selain yang bersifat
fisik, payudara akan mengalami aktivitas hormon HPL (human placental lactogen)
yaitu hormon yang diproduksi oleh tubuh untuk mempersiapkan ASI.
b. Bercak Darah Diikuti Dengan Kram Perut
Bercak darah akan muncul sebelum datangnya menstruasi pada periode
berikutnya, biasanya muncul antara 8 hingga 10 hari setelah terjadinya proses
ovulasi. Munculnya bercak darah ini disebabkan oleh proses implantasi yang
merupakan proses menempelnya embrio pada dinding rahim. Terkadang kemunculan
bercak darah ini dianggap sebagai menstruasi sehingga sebagian wanita jarang
menyadari bahwa ini adalah tanda kehamilan. Keluarnya bercak darah ini kadang
disertai dengan adanya kram perut. Kram perut yang terjadi pada proses kehamilan
akan terjadi secara berkala dan akan berlanjut hingga kehamilan berada di usia
trimester kedua sampai letak uterus posisinya berada di tengah dan disangga oleh
panggul.
c. Mual dan Muntah
Sebagian besar perempuan yang mengalami kehamilan akan mempunyai tanda-
tanda berupa mual dan terkadang disertai dengan muntah. Hal tersebut disebabkan
karena terjadinya peningkatan hormon yang secara tiba-tiba dalam aliran darah.
Hormon yang mengalami peningkatan tersebut adalah HCG (human chorionic
gonadotrophin), yang juga terjadi pada saluran air kencing. Oleh karena itu, test
pack kehamilan bisa dilakukan menggunakan media air seni untuk mengukur
terjadinya peningkatan kadar hormon HCG.
Efek dari peningkatan hormon HCG dapat berupa efek pedih pada lapisan perut
serta menimbulkan rasa mual. Rasa mual tersebut biasanya akan hilang pada saat
kehamilan memasuki usia trimester kedua. Mual dan muntah ini biasanya terjadi
pada pagi hari sehingga dikenal dengan istilah morning sickness.
d. Sering Buang Air Kecil
Tanda-tanda kehamilan seperti ini disebabkan oleh janin dalam rahim yang
menekan kandung kemih serta diakibatkan juga oleh peningkatan sirkulasi darah.
Pada saat terjadi proses kehamilan, kandung kemih akan lebih cepat dipenuhi oleh
urine sehingga keinginan untuk buang air kecil meningkat. Karena hal tersebut,
seorang calon ibu harus memastikan agar terhindar dari dehidrasi dengan lebih
meningkatkan asupan cairan.
e. Pusing dan Sakit Kepala
Gangguan berupa pusing dan sakit kepala ini bisa diakibatkan oleh faktor fisik
ataupun faktor emosional dari calon ibu. Faktor fisik yang memengaruhi seperti rasa
lelah, mual, lapar, serta rendahnya tekanan darah. Sementara itu, faktor emosional
yang mungkin menjadi penyebab berupa perasaan tegang, khawatir mengenai
kehamilan, atau bisa juga karena perasaan depresi. Selain itu, peningkatan pasokan
darah ke seluruh tubuh juga bisa menyebabkan pusing saat seorang calon ibu
berubah posisi.
f. Rasa Lelah dan Mengantuk yang Berlebihan
Selain karena perubahan hormonal, rasa lelah dan mengantuk yang berlebihan
dapat juga disebabkan oleh bertambahnya kinerja dari organ-organ vital seperti
ginjal, jantung, dan paru-paru pada saat proses kehamilan. Organ-organ vital yang
ada pada ibu juga bekerja untuk perkembangan dan pertumbuhan janin yang sedang
dikandung.
g. Susah Buang Air Besar
Gejala ini dikenal juga dengan istilah sembelit yang terjadi akibat adanya
peningkatan hormon progesteron. Selain mengendurkan otot-otot rahim, hormon ini
juga berdampak pada proses mengendurnya otot dinding usus sehingga
menyebabkan susah buang air besar.
h. Sering Meludah
Tanda kehamilan ini terjadi karena adanya pengaruh dari perubahan hormon
estrogen yang biasanya terjadi pada kehamilan di trimester pertama. Kondisi ini
biasanya menghilang saat kehamilan memasuki usia trimester kedua.
i. Naiknya Temperatur Basal Tubuh
Jika terjadi proses kehamilan atau ovulasi, maka suhu basal tubuh seorang wanita
akan meningkat. Kondisi ini akan terus terjadi selama proses kehamilan berlangsung
dan tidak akan kembali ke kondisi semula sebelum terjadinya ovulasi.

D. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HASIL KONSEPSI


Pertumbuhan dan perkembangan pada hasil konsepsi digolongkan menjadi dua fase
yang berbeda yaitu fase embrionik dan fase janin. Fase embriogenik merupakan proses
terjadinya pembentukan dan perkembangan pada embrio. Proses ini adalah tahapan
perkembangan yang dialami oleh sel setelah mengalami proses pembuahan atau fertilisasi.
Embriogenesis meliputi proses pembelahan sel dan proses pengaturan di tingkat sel. Sel
yang ada pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Embrio manusia
memerlukan waktu sekitar 280 hari untuk mencapai keadaan maturasi (pematangan).
Sementara itu, untuk fase janin akan berlangsung sejak usia kehamilan memasuki awal
bulan ketiga hingga proses kelahiran bayi. Masa ini akan ditandai dengan penyempurnaan
organ yang sudah terbentuk pada masa embrio serta terjadinya pertumbuhan tubuh janin
yang cepat.
1. Masa Embriogenik
a. Kehamilan Minggu ke-3
Pada masa ini, pada janin mulai terbentuk bagian otak, korda spinalis, dan juga
jantung. Selain itu, traktus gastrointestinal juga sudah mulai dibentuk.
b. Kehamilan Minggu ke-4 dan ke-5
Pada masa ini, pada janin mulai terbentuk bagian traktus gastrointestinal, struktur
mata, serta telinga. Bagian vertebra dan tulang mulai terbentuk. Organ jantung terus
berkembang dan berdenyut pada ritme yang sudah mulai teratur. Selain itu, darah
pada embrio sudah mulai mengalir melalui pembuluh-pembuluh utama.
c. Kehamilan Minggu ke-6
Bagian lengan dan kaki sudah tumbuh semakin panjang. Area telapak dapat
dibedakan tetapi jari masih berselaput. Bagian otak terus mangalami proses
pembentukan dan paru-paru baru mulai terbentuk.
d. Kehamilan Minggu ke-7
Pada masa ini, puting susu dan folikel rambut pada embrio sudah mulai
terbentuk. Bagian siku dan mata kaki sudah mulai terlihat, serta organ-organ vital
lainnya sudah terbentuk.
e. Kehamilan Minggu ke-8
Pada masa ini, kelopak mata pada embrio mulai berkembang dan bentuk akhir
bagian telinga sudah terlihat. Penampang pada wajah janin terus berkembang. Selain
itu, rotasi pada usus sudah terjadi.
2. Masa Janin
a. Kehamilan Minggu ke-9 Sampai ke-12
Pada masa ini, kelopak mata pada janin tetap menutup sampai usia kehamilan
memasuki minggu ke-28. Namun, bagian wajah sudah mulai terbentuk sempurna.
Lengan sudah berbentuk panjang dan ramping, organ genital sudah berdiferensiasi,
sel darah merah sudah diproduksi di hati. Sementara itu, panjang kepala sudah
setengah panjang tubuh. Jari pada janin sudah terlihat menggenggam dan tunas gigi
sudah terbentuk.
b. Kehamilan Minggu ke-13 Sampai ke-16
Pada masa kehamilan ini, kulit janin transparan dan lanugo sudah terbentuk di
daerah kepala. Mekonium pada janin sudah terdapat di daerah gastrointestinal.
Selain itu, janin sudah dapat membuat gerakan, hati dan pankreas sudah mampu
memproduksi sekret.
c. Kehamilan Minggu ke-17 Sampai ke-19
Pada usia ini, janin sudah dapat mendengar dan membuat gerakan.

d. Kehamilan Minggu ke-20


Pada masa ini, lanugo sudah menutupi seluruh tubuh, bulu mata dan alis sudah
terlihat. Bagian kuku terlihat di jari-jari dan denyut jantung janin dapat didengar
melalui stetoskop.
e. Kehamilan Minggu ke-21 Sampai ke-23
Pada masa ini, sumsum tulang pada janin sudah dapat memproduksi sel darah
merah. Saluran pernapasan bawah pada janin sudah berkembang tetapi belum
memproduksi surfaktan. Janin sudah bisa menyimpan lemak di jaringan.
f. Kehamilan Minggu ke-24
Bagian-bagian mata pada janin sudah terbentuk, bulu mata dan alis janin sudah
terbentuk dengan sempurna. Selain itu, sidik jari dan kantung udara di paru juga
sudah terbentuk.
g. Kehamilan Minggu ke-25 Sampai ke-28
Pada masa ini, otak janin akan berkembang dengan cepat, sistem saraf juga
berkembang untuk mengontrol beberapa fungsi tubuh. Kelopak mata mulai
membuka dan menutup. Untuk sistem pernapasannya, walaupun belum terbentuk
secara sempurna, tetapi sudah memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
h. Kehamilan Minggu ke-29 Sampai ke-36
Pada masa ini, peningkatan jumlah lemak di tubuh janin terjadi. Ritmik gerak dari
pernapasan sudah mulai teratur, tetapi paru-paru belum terbentuk sempurna. Tulang
sudah terbentuk dengan lengkap, tetapi masih sangat lunak. Tubuh janin juga sudah
mulai menyimpan fosfor, besi, dan kalsium.
i. Kehamilan Minggu ke-36
Pada masa kehamilan ini, lanugo sudah mulai menghilang, jumlah lemak
meningkat, dan kuku sudah mencapai ujung jari.
j. Minggu ke-37 Sampai ke-40
Lanugo pada janin sudah tidak terlihat lagi kecuali di lengan atas dan siku,
sedangkan kuku sudah tumbuh melebihi ujung jari. Sudah tumbuh tunas kecil pada
payudara baik laki-laki maupun perempuan. Rambut di kepala sudah terasa lebih
kasar dan tebal dibandingkan sebelumnya.

BAB V
MIKROBIOLOGI DASAR

A. SEJARAH MIKROBIOLOGI
Mikrobiologi merupakan sebuah cabang dari ilmu biologi yang fokus mempelajari
mikroorganisme yaitu organisme hidup yang ukurannya tidak dapat dilihat dengan mata
biasa. Sejarah ilmu mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan saat ini
menjadi bidang ilmu yang sangat penting dalam biologi setelah seorang ilmuwan bernama
Louis Pasteur dapat menjelaskan tentang proses fermentasi anggur dan berhasil membuat
serum rabies.
Keberadaan makhluk yang termasuk mikroorganisme baru diketahui dengan nyata
setelah adanya penemuan lensa pada tahun 1963 sebagai alat pembesar untuk melihat
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena ukurannya yang terlalu
kecil. Lensa tersebut ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Antonie van
Leeuwenhoek (1632-1723). Lensa-lensa yang berhasil dibuat Leewenhoek saat itu mampu
dipakai untuk melihat benda yang sangat kecil dengan pembesaran hingga 400 kali.
Penemuan lensa oleh Leeuwenhoek tersebut adalah awal yang penting dalam
perkembangan ilmu mikrobiologi. Para ilmuwan pada masa itu mengakui bahwa
organisme yang sangat kecil terbentuk dari air karena adanya teori generatio spontanae.
Teori itu menganggap bahwa organisme berasal dari benda-benda mati, sehingga
mikroorganisme yang tertangkap lensa dari Leewenhoek dianggap terbentuk dari air.
Ilmuwan Louis Pasteur secara tegas dan terang-terangan menentang teori generatio
spontanae kemudian melakukan berbagai percobaan untuk mendokumentasikan fakta
bahwa mikroorganisme hanya dapat timbul dan berasal dari mikroorganisme lain
(biogenesis). Louis Pasteur melakukan suatu percobaan untuk mendukung hipotesis yang
dimilikinya dengan merebus kaldu daging kemudian menyimpannya dalam sebuah botol
yang mempunyai tutup dengan lubang berupa pipa yang bentuknya melengkung. Tutup
botol yang berupa pipa berbentuk lengkungan ini dikenal dengan pipa leher angsa. Kaldu
tersebut kemudian direbus hingga benar-benar bebas dari kehidupan. Hasil dari
pengamatannya dapat menunjukkan bahwa kaldu daging tersebut tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme walaupun sudah disimpan dalam waktu lama dan tetap terkena udara dari
luar lewat pipa leher angsa tersebut. Oleh karena itu, Louis Pasteur dapat menyimpulkan
bahwa mikroorganisme tidak timbul secara tiba-tiba dari kaldu daging. Louis Pasteur juga
merupakan orang pertama yang menggunakan istilah aerob dan anaerob. Proses aerob
merupakan proses yang memerlukan oksigen bebas, sedangkan proses anaerob tidak
memerlukan oksigen bebas.
1. Pengertian Mikrobiologi
Kata mikrobiologi diambil dari bahasa Yunani, yaitu ‘micros’ yang berarti kecil,
‘bios’ yang berarti hidup, dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Maka definisi dari
mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang fokus mempelajari organisme yang
berukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Organisme
yang menjadi fokus untuk dipelajari dalam mikrobiologi yaitu mikroorganisme yang
meliputi bakteri, fungi, alga mikroskopik, arachea, protozoa, dan virus. Virus termasuk
dalam objek kajian meskipun sebenarnya virus tidak sepenuhnya bisa dianggap sebagai
makhluk hidup. Ada beberapa cabang ilmu mikrobiologi yang pembagiannya
didasarkan pada kelompok mikroba yang secara khusus dipelajari, seperti bakteriologi,
virologi, dan mikologi.
2. Perkembangan Mikrobiologi
a. Penemuan Mikroskop
Seorang ilmuwan bernama Robert Hooke pada tahun 1664 telah berhasil
menggambarkan struktur dari kapang dengan menggunakan mikroskop temuannya.
Namun, ilmuwan lain yaitu Antonie van Leeuwenhoek dianggap sebagai orang
pertama yang dapat melihat mikroorganisme secara detail pada tahun 1682. Dengan
menggunakan mikroskop temuannya yang memiliki lensa pembesaran hingga 400
kali, Leeuwenhoek telah mengamati air hujan, air laut, air dalam vas, serta
mengamati kotoran gigi. Leeuwenhoek menyebutkan bahwa makhluk yang
dilihatnya merupakan animalcule (hewan kecil), kemudian ia melaporkannya ke
Royal Society of London pada tahun 1684.
b. Jatuhnya Teori Generatio Spontanea (Abiogenesis)
Laporan mengenai mikroorganisme yang diberikan oleh Leeuwenhoek
menimbulkan perdebatan di antara para ilmuwan mengenai asal-usul
mikroorganisme yang dilihat dalam penelitiannya. Sebagian orang percaya bahwa
mikroba yang dilihat oleh Leeuwenhoek merupakan hasil perubahan yang terjadi
pada makanan. Proses munculnya makhluk hidup yang berasal dari makhluk tak
hidup disebut abiogenesis. Konsep itulah yang mendukung teori generatio spontanea
bahwa makhluk hidup muncul secara spontan dari makhluk tak hidup. Teori
generatio spontanea tersebut dibantah oleh ilmuwan yang bernama Francesco Redi
melalui penelitiannya pada tahun 1668.
Redi menggunakan daging yang disimpan dalam tiga wadah dengan cara
menutup yang berbeda yaitu tanpa tutup, tertutup rapat, dan yang ditutup tidak rapat.
Kemunculan larva lalat pada daging yang berada dalam wadah yang tidak tertutup
membuktikan bahwa larva tersebut berasal dari telur yang telah diletakkan oleh lalat,
bukan hasil dari generatio spontanea. Lalat tidak dapat meletakkan telur pada wadah
yang tertutup rapat, sehingga larva tidak ditemukan. Proses munculnya makhluk
hidup dari makhluk hidup lainnya seperti pada percobaan Redi disebut biogenesis.
Namun demikian, telur lalat hanya dapat dilihat menggunakan alat bantu seperti
mikroskop.

Gambar 5.1 Percobaan Francesco Redi


Sumber: http://www.biomagz.com/
Pada 1745, seorang ilmuwan bernama John Needham melakukan percobaan
untuk membuktikan kebenaran teori generatio spontanea. Percobaan yang Needham
lakukan adalah merebus air kaldu untuk membunuh makhluk hidup kemudian
membiarkannya dalam keadaan terbuka. Setelah beberapa waktu, pada permukaan
air kaldu ditemukan mikroorganisme. Menurut Needham, keberadaan
mikroorganisme pada permukaan air kaldu yang sudah direbus tersebut merupakan
bukti bahwa makhluk hidup muncul secara begitu saja dari benda mati, dalam
penelitian ini yaitu dari air kaldu yang sudah direbus.
Ilmuwan lain bernama Lazzaro Spallanzani pada tahun 1769 melakukan
percobaan dengan merebus air kaldu, memasukkannya ke dalam wadah kemudian
menutupnya. Setelah beberapa waktu, ternyata dalam air kaldu tersebut tidak
ditemukan mikroorganisme. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa konsep
abiogenesis merupakan konsep yang keliru. Walaupun sudah ada penelitian yang
membuktikan kekeliruan teori abiogeneis, Needham tetap dengan pendapatnya
bahwa udara merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan proses
kemunculan makhluk hidup secara spontan. Menurut Needham, tidak adanya
mikroorganisme pada percobaan Spallanzani disebabkan karena tidak ada udara
yang masuk akibat wadah ditutup. Jika tutup labu tersebut dibuka, Needham
meyakini bahwa setelah beberapa waktu akan ditemukan mikroorganisme di
permukaan air kaldu.
Perdebatan mengenai asal-usul munculnya makhluk hidup berhenti setelah
ilmuwan bernama Louis Pasteur (1822-1895) berhasil membuktikan konsep
biogenesis melalui percobaan yang dilakukannya dengan menggunakan botol leher
angsa. Setelah keberhasilan percobaan tersebut, orang-orang mengakui bahwa semua
kehidupan berasal dari telur dan semua telur berasal dari kehidupan atau dikenal
dengan istilah omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo.

Gambar 5.2 Percobaan Leher Angsa oleh Louis Pasteur


Sumber: https://www.myrightspot.com/
c. Pembusukan Disebabkan Oleh Mikroorganisme (Germ Theory Of
Fermentation)
Salah satu alasan Louis Pasteur melakukan penelitian untuk membuktikan
kekeliruan generatio spontanea didasarkan pada keyakinan bahwa produk fermentasi
buah anggur (minuman beralkohol) adalah hasil kerja dari mikroorganisme, bukan
sebaliknya. Sari buah anggur digunakan oleh mikroorganisme untuk melakukan
sejumlah proses metabolisme. Proses metabolisme tersebut akan menghasilkan
senyawa yang memberikan rasa dan aroma baru pada sari buah anggur sehingga
menjadi minuman anggur (wine). Proses yang dilakukan oleh mikroorganisme
disebut dengan proses fermentasi. Penelitian yang dilakukan oleh Louis Pasteur
selanjutnya berkembang pada peranan mikroorganisme dalam bidang kedokteran
yaitu dengan dikembangkannya vaksin untuk penyakit antraks, kolera, dan rabies.
Penemuan inilah yang memberikan dasar bagi pemahaman teori yang muncul saat
ini bahwa ada beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme
tertentu.
d. Penyakit Disebabkan Oleh Bibit Penyakit (Germ Theory Of Desease)
Teori yang menyebutkan bahwa mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit
tertentu dirumuskan setelah adanya beberapa penelitian yang dilakukan oleh Robert
Koch (1843-1910). Koch telah mempelajari bahwa penyakit antraks dan penyakit
pada hewan yang dapat menular pada manusia disebabkan oleh bakteri Bacillus
anthracis. Koch juga menemukan bahwa bakteri Bacillus anthracis terdapat pada
darah hewan yang menunjukkan gejala penyakit antraks. Kemudian dilakukan uji
coba menggunakan darah hewan yang menderita antraks, dengan diinjeksikan ke
tubuh hewan lain yang sehat. Ternyata hasilnya hewan tersebut juga menderita
antraks. Koch juga berhasil mengembangbiakkan bakteri Bacillus anthracis di luar
tubuh hewan dengan menggunakan cairan nutrisi. Dari berbagai hasil penelitian
yang telah dilakukannya, Robert Koch kemudian merumuskan postulat Koch untuk
membuktikan bahwa mikroorganisme tertentu bisa menjadi penyebab penyakit
tertentu.

B. TAKSONOMI NOMENKLATUR
Setiap organisme ditelaah dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya
dengan ilmu taksonomi. Hal itu dilakukan agar manusia mampu memahami setiap
kelompok organisme yang ada di lingkungan sekitarnya. Istilah klasifikasi, tata nama, dan
identifikasi adalah tiga hal yang memilki makna berbeda, tetapi dalam taksonomi
ketiganya memiliki keterkaitan. Klasifikasi merupakan proses penyusunan organisme ke
dalam kelompok taksonomik yang didasarkan pada kemiripan atau hubungannya.
Klasifikasi organisme prokariotik seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang
didapatkan melalui penelitian seperti observasi. Hal itu dikarenakan sifat-sifat biokimia,
fisiologi, genetik, dan morfologi sering kali sesuai untuk deskripsi yang akurat dari takson.
Nomenklatur atau dikenal juga dengan istilah tatanama merupakan proses penamaan
suatu organisme melalui aturan internasional berdasarkan ciri khas dari organisme
tersebut. Identifikasi tersebut merujuk pada penggunaan praktis skema klasifikasi yaitu
untuk mengisolasi dan membedakan organisme yang diinginkan dari organisme yang tidak
diinginkan; untuk membuktikan keaslian atau sifat-sifat khusus dari suatu biakan atau
dalam situasi klinik; serta untuk mengisolasi dan mengidentifikasi suatu organisme
penyebab suatu penyakit tertentu.
1. Klasifikasi Mikroorganisme
Taksonomi merupakan ilmu yang membahas mengenai klasifikasi atau penataan
sistematik organisme ke dalam suatu kelompok atau kategori yang disebut dengan
taksa. Taksa berasal dari kata takson yang memiliki arti tunggal. Kegiatan dari proses
pengklasifikasian, penamaan, dan pengidentifikasian disebut dengan istilah sistematika
mikroba. Proses sistematika mikroba tersebut terdiri atas:
a. Taksonomi, yaitu proses penataan yang teratur dari unit-unit ke dalam sebuah
kelompok satuan yang lebih besar.
b. Nomenklatur, yaitu proses penamaan satuan-satuan yang dicirikan dan dibatasi oleh
klasifikasi.
c. Identifikasi, yaitu proses penggunaan kriteria yang telah ditetapkan untuk melakukan
proses klasifikasi. Nomenklatur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme dengan cara membanding-bandingkan ciri dan karakteristik yang
ada pada satuan yang belum pernah diketahui dengan satuan-satuan yang sudah
dikenal sebelumnya.

Sistem klasifikasi adalah proses pengelompokkan suatu organisme dengan


sedemikian rupa, sehingga dapat mencerminkan semua kesamaan maupun
perbedaannya. Sebelum tahun 1700, para ahli biologi telah memisahkan dunia menjadi
dua, yaitu dunia animalia dan plantae. Pada sekitar tahun 1750, seorang ilmuwan
bernama Carolus Linnaeus yang merupakan seorang naturalis dari Swedia kemudian
membagi lagi dua dunia tersebut menjadi pengelompokan yang dikenal dengan
nomenklatur sistem biner (dua bagian).
2. Konsep Mengenai Spesies
Spesies merupakan satuan atau kelompok dasar yang terdapat dalam semua sistem
klasifikasi organisme, termasuk di dalamnya mikroorganisme. Spesies didefinisikan
sebagai suatu kelompok individu yang berkerabat dekat, yang dapat dibedakan dari
individu-individu kelompok lain yang serupa. Anggota yang ada dalam satu spesies
dapat dipertangkarkan (interbreeding) dengan anggota-anggota lainnya dalam
kelompok tersebut.
3. Kategori Taksonomi (Taksa)
Sistem klasifikasi dalam ilmu biologi didasarkan pada sisten hierarki taksonomi atau
penataan kelompok dengan urutan sebagai berikut.
a. Spesies merupakan sekelompok organisme yang berkerabat dekat yang setiap
anggotanya memiliki persamaan sifat, terutama ciri-ciri besarnya.
b. Genus merupakan sekelompok spesies yang serupa.
c. Famili merupakan sekelompok genus yang serupa.
d. Ordo merupakan sekelompok famili yang serupa.
e. Kelas merupakan sekelompok ordo yang serupa.
f. Filum atau divisi merupakan sekelompok kelas yang berkerabat.
g. Dunia merupakan seluruh organisme di dalam hierarki ini.
4. Penamaan Mikroorganisme-Nomenklatur Sistem Biner
Segala bentuk kehidupan mikroorganisme selalu diberi nama dengan menggunakan
prinsip nomenklatur sistem biner. Tujuan utama dari pemberian nama adalah untuk
memberi cara pengacuan dari suatu mikroorganisme, tetapi bukan untuk memeriksanya.
Setiap organisme ditandai dengan sebuah nama genus dan epitet spesies yang berasal
dari bahasa latin atau sengaja dilatinkan. Nama genus harus selalu ditulis dengan huruf
besar dan epitet spesies selalu ditulis dengan huruf kecil. Kedua komponen tersebut
disebut dengan nama ilmiah dan selalu dicetak miring, misalnya Neisseria
gonorrhoeae, yaitu merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit gonorea.
5. Kode (Sandi) Nomenklatur
Pada awal tahun 1900, para ahli botani dan zoologi telah membuat suatu peraturan
yang dapat diterima secara internasional dalam hal penamaan organisme dan aturan
tersebut diikuti oleh para biologiwan dari semua negara. Tujuan dari aturan tersebut
adalah untuk memperoleh penamaan yang konsisten dan seragam bagi organisme.
Sandi internasional yang digunakan untuk nomenklatur zoologi untuk pertama kalinya
diterbitkan pada tahun 1901, sedangkan sandi internasional yang digunakan untuk
nomenklatur botani untuk pertama kalinya diterbitkan pada tahun 1906. Pada 1947,
gabungan internasional perhimpunan mikrobiologi menggunakan sandi internasional
untuk bakteri dan virus yang saat ini dikenal dengan Kode Internasional Nomenklatur
Bakteri.
6. Prinsip Nomenklatur
Beberapa prinsip umum yang menjadi dasar sandi-sandi dalam ilmu zoologi, botani,
dan bakteriologi adalah sebagai berikut.
a. Setiap jenis dari organisme yang nyata disebut sebagai spesies.
b. Setiap spesies ditandai dengan kombinasi biner latin untuk memberinya label yang
seragam dan dapat dipahami secara internasional.
c. Nomenklatur organisme diatur oleh sebuah organisasi pengawas bertaraf
internasional yang sesuai yaitu The Internasional Association of Microbiological
Societies.
d. Hukum prioritas harus menjamin penggunaan nama sah tertua yang ada bagi suatu
organisme. Nama yang pertama kali diberikan kepada suatu mikroorganisme, maka
itu adalah nama yang benar dengan tetap mengikuti prosedur yang semestinya.
e. Penunjukkan dalam kategori diperlukan untuk membuat klasifikasi organisme.
f. Kriteria harus ditetapkan agar dapat dilakukan pembentukan dan publikasi nama-
nama yang baru.
7. Perkembangan Mutakhir dalam Taksonomi Mikrobe
Ada dua perkembangan baru yang telah muncul untuk digunakan dalam taksonomi
mikroba dengan berbagai cara yang akan membuat keputusan-keputusan yang lebih
objektif. Kedua perkembangan dari taksonomi tersebut adalah:
a. Tasonomi Numeris
Taksonomi numeris sering juga disebut sebagai taksonomi komputer. Taksonomi
numeris ini mensyaratkan tersedianya sejumlah besar informasi lengkap tentang
mikroorganisme yang bersangkutan dengan sebanyak mungkin informasi mengenai
ciri-ciri yang tidak berkaitan yang mungkin diperoleh. Setiap ciri akan diberi bobot
yang sama dalam proses membentuk taksa. Taksonomi numeris mempunyai dua
keuntungan, yaitu dapat dibuat secara objektif dan hasil penemuan tersebut dapat
diulang-ulang.
b. Taksonomi Genetik
Bahan genetik dari bakteri adalah DNA. Derajat kekerabatan atau kesamaan DNA
yang terdapat pada berbagai mikroorganisme dapat ditentukan dengan percobaan
hibridisasi. Dalam teknik ini, utasan tunggal DNA pada mikroorganisme
dipertemukan dengan utasan tunggal DNA pada mikroorganisme lain. Derajat
kembali utasan-utasan tunggal ini akan mencerminkan derajat kesamaannya.
8. Pengubahan Konsepsi Taksonomi
Contoh yang dapat menggambarkan sifat dari beberapa perubahan yang terjadi
dalam penataan taksonomi salah satunya adalah Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology edisi ke 8 tahun 1974. Buku tersebut merupakan sumber informasi yang
secara umum diterima dalam ilmu taksonomi bakteri. Beberapa ahli dalam
mikrobiologi yang bekerja pada bidang taksonomi ada yang disebut sebagai
“pemecah”, yaitu mereka yang telah menetapkan spesies-spesies baru berdasarkan dari
perbedaan-perbedaan kecil saja yang ada di antara kelompok berkerabat. Sementara itu,
ahli mikrobiologi lain yang tidak mementingkan perbedaan-perbedaan kecil dan cukup
hanya mendirikan spesies-spesies yang baru dinamakan sebagai “pemersatu”.
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., et.al. (1989). Molecular Biology of The Cell 2nd Ed. New York: Garland Publ.
Inc.
Anggita Raresputi, et. al. (2007). Sistem Muskuloskeletal. pp. 17-21.
Anwar, R. (2016, April 29). Reproduksi Sel dan Variasi Pada Makhluk Hidup. pp. 1-16.
Baret, J.M, et.al. (1986). Biology. New Jersey: Prentice Hall.
Byers, S. N. (2008). Basics of Human Osteology and Odontology. Boston: Tylor and Francis
Group.
Campbell, N. A. (2003). Biology: Concepts and Connections, 4th Edition. New York:
Pearson.
Campbell, N.A., et.al. (1999). Biology 5th Ed. San Francisco: Benjamin Cummings .
Campbell, Neil A., et.al. (2006). Biology: Concepts and Connections. San Francisco: Pearson
Education.
Corebima, A. (2013). Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Freeman. (2004). The Science of Biology, 4th Edition. United States: Sinauer Associates.
Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
Ganong, W. (1995). Review of Medical Physiology. 4th ed. . San Fransisco: Prentice Hall
International Inc.
Gerard J. Tortora, Bryan H. Derrickson. (2011). Principles of Anatomy and Physiology. UK:
John Wiley & Sons.
Kuntarti. (2005). Pelatihan Perawat Ginjal Intensif. Jakarta: RSUPN Dr.
Ciptomangunkusumo.
Moore KL., Agur AMR. (2002). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Mubarok, C. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Muhiddin Palennari, et.al. (2016). BIOLOGI DASAR Bagian Pertama. Makasar: Alauddin
University Press.
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Nugraha, Z. S. (2008). Genetika Dasar 2008-2009. Jakarta: Blok Biomedis Kedokteran UII.
Nurcahyo, H. (2005, Maret 7). STRUKTUR DAN FUNGSI SEL. p. 1.
Pearce, C. Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Raven, P.H., Johnson. (1986). Biology. Philadelphia: Times Mirror/Mosby College
Publishing.
Reece, C. (2002). BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.
Snell, R. S. (2012). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh Sugarto L.
Jakarta: EGC.
Styer, L. (2002). Biokimia. Jakarta: EGC.
Th. Endang Puwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani. (2015). Materi Pokok Biologi Dasar dan
Perkembangan Dalam Kebidanan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
William S. Klug, et. al. (2009). Concepts of Genetics. Chicago: Pearson.
www.edubio.info. (2015, Agustus 18). Macam Sistem Organ dan Fungsinya.
PROFIL PENYUSUN

105

Anda mungkin juga menyukai