DALAM KEBIDANAN
Penyusun
Rika Sri Wahyuni, S.ST., M.Biomed.
Berliana Irianti, S.SiT., M.Keb.
Periset Data
Anggi Pratiwi
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PERAN ILMU BIOLOGI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
A. Konsep Dasar Biologi dalam Struktur Tubuh Manusia
B. Struktur dan Fungsi Sel
C. Sistem Reproduksi Sel
D. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
E. Metabolisme dan Suhu Tubuh Manusia
BAB II GENETIKA
A. Pengertian Genetika
B. Penyusun Bentuk Dasar DNA
C. Hukum Mendel I
D. Hukum Mendel II
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB I
PERAN ILMU BIOLOGI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
j. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi terdiri dari organ ginjal dan struktur yang saling berhubungan
antara sistem produksi dan ekskresi urine. Organ-organ ekskresi di dalam tubuh
manusia terdiri dari ginjal, hati, kulit, dan paru-paru. Ginjal berfungsi sebagai alat
untuk mengeluarkan urine, hati berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan zat warna
empedu atau urea, kulit berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan keringat,
sedangkan paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan uap air dan karbon dioksida.
Organel sel terdiri dari beberapa komponen yang memiliki fungsi masing-masing,
yaitu:
1) Retikulum Endoplasma, yaitu organel sel yang memiliki bentuk berupa lipatan-
lipatan terdiri dari ruang-ruang serta tabung-tabung membran yang saling
berhubungan satu sama lain juga berada menyebar di seluruh sitoplasma.
Retikulum Endoplasma memiliki bentuk yang berbeda-beda, secara umum
terdapat tiga jenis jika dibedakan dari bentuknya yaitu sisterna, tubuler, juga
veskuler. Sisterna merupakan RE yang berbentuk seperti ruangan gepeng yang
terkadang memiliki susunan yang berlapis juga saling berhubungan. Jenis yang
kedua adalah tubuler yaitu RE yang memiliki ruangan dengan bentuk tabung atau
saluran. Jenis yang ketiga adalah veskuler yaitu RE dengan ruangan yang
memiliki bentuk seperti gelembung yang lepas antara satu dengan lainnya.
Gambar 1.14 Retikulum Endoplasma
Sumber: http://bit.ly/retikulumendoplasma
4) Badan golgi, berfungsi untuk mengekspor protein dari dalam keluar sel.
6) Vakuola adalah organel yang berfungsi sebagai alat transportasi dan sebagi alat
pengaman sitoplasma. Vakuola berbentuk kantong-kantong dengan membran
yang besar dalam sel. Sel tersebut berisi cairan dari bahan-bahan tertentu serta
dikelilingi oleh membran tunggal. Vakuola memiliki fungsi lain selain dari
fungsi utamanya yaitu untuk memelihara membran plasma pada proses sekresi
dan ekskresi. Vesikel biasa disebut sebagai vakuola yang memiliki ukuran
yang kecil. Vakuola yang terdapat dalam sel tumbuhan memiliki ukuran yang
besar serta terbungkus tonoplas yang merupakan membran tunggal yang
berfungsi untuk mengatur pertukaran materi antara sitoplasma dan cairan yang
ada didalamnya. Vakuola yang ada pada sel tumbuhan memiliki fungsi utama
untuk menyimpan zat makanan, zat sisa metabolisme yang berbahaya dan juga
untuk menjaga tekanan turgor pada sel. Sedangkan vakuola yang terdapat
dalam sel hewan memiliki ukuran yang kecil bahkan terkadang tidak
ditemukan.
Semua organisme eukariotik yang berkembang biak secara seksual selalu bergantung
pada kemampuan reproduksi sel. Hal ini dikarenakan zigot yang terbentuk pada proses
reproduksi berasal dari sel telur yang dibuahi oleh sel sperma. Zigot yang bersel
tunggal harus mengalami pembelahan atau reproduksi untuk mencapai ukuran tertentu
yang tepat sesuai dengan standar reproduksi.
Pembelahan sel dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pembelahan sel secara langsung
dan pembelahan sel secara tidak langsung. Pembelahan sel secara langsung adalah jika
proses pembelahannya tidak didahului dengan pembentukan gelondong pembelahan
dan penampakan kromosom. Adapun pembelahan sel secara tidak langsung adalah jika
proses pembelahannya didahului dengan keberadaan pembentukan gelondong
pembelahan dan juga penampakan kromosom. Pembelahan sel secara langsung disebut
amitosis, sedangkan pembelahan secara tidak langsung meliputi pembelahan mitosis
dan pembelahan meiosis.
Contoh pembelahan amitosis terjadi pada bakteri, protozoa, dan ganggang bersel
satu. Proses pembelahan amitosis tidak melalui tahapan-tahapan pembelahan. Satu sel
induk akan membelah secara langsung menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi
delapan, dan seterusnya hingga sel tersebut bertambah banyak. Proses pembelahan
langsung didahului oleh pembelahan inti sel menjadi dua, diikuti oleh pembelahan
sitoplasma, dan akhirnya sel terbagi menjadi dua sel anak.
Adapun pada proses pembelahan meiosis dan mitosis, setiap sel indukan yang
mempunyai sifat diploid (biasa disebut 2n) akan menghasilkan dua buah sel anakan,
yang masing-masing tetap mempunyai sifat diploid. Jumlah yang dimiliki oleh
kromosom sel anakan sama dengan jumlah kromosom yang dimiliki oleh sel
indukannya. Misalnya, apabila pada sel indukan terkandung sejumlah 46 kromosom,
maka pada sel anakannya juga akan terkandung jumlah yang sama.
1. Siklus Sel
Siklus sel merupakan sebuah peristiwa pertumbuhan sel berdasarkan tahapan
tertentu yang dilalui secara berurutan, dan setelah melalui semua tahapan maka
siklus pertumbuhan akan kembali pada tahapan semula. Siklus sel dapat dibagi
menjadi dua tahapan, yaitu tahapan interfase dan tahapan mitotik (fase pembelahan).
Sel akan selalu melakukan aktivitas memperbanyak diri baik dalam konteks tumbuh
maupun reproduksi. Pada konteks reproduksi, aktivitas pembelahan sel bertujuan
agar reproduksi dan embriogenesis terus berkelanjutan, di mana terjadi pembelahan
meiosis yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin) yang bersifat haploid (h).
Sehingga apabila terjadi pembuahan antara sel kelamin jantan (sperma) dan sel
kelamin betina (ovum), maka akan dihasilkan satu sel zigot yang bersifat diploid
(2h). Namun, pembuahan ini tidak dapat terjadi apabila sel gamet bersifat diploid.
Selanjutnya zigot yang telah terbentuk akan membelah diri menjadi ribuan
sampai miliaran sel secara mitosis. Setelah dewasa, individu akan kembali
menghasilkan sel gamet yang lain. Siklus ini akan berlangsung terus-menerus dan
berulang (siklik) dan biasa disebut dengan poliferasi. Proses poliferasi yang terjadi
pada sel prokariota, akan melalui suatu proses yang disebut pembelahan biner.
Sementara itu, proses poliferasi yang terjadi pada sel eukariota akan mengakibatkan
terbaginya siklus sel menjadi dua fase fungsional yaitu interfase dan mitosis.
2. Interfase
Tahapan interfase sering disebut sebagai tahap istirahat dalam siklus pertumbuhan
sel. Hal ini sebenarnya kurang tepat, karena pada tahap ini sel tetap dalam keadaan
aktif melakukan metabolisme, termasuk mempersiapkan diri sebelum terjadi
pembelahan. Pada tahap ini, di dalam sel terdapat sebuah membran yang
membungkus inti sel. Kromosom pada tahapan ini tidak akan terlihat karena
kromosom akan berbentuk sebagai seutas molekul DNA yang halus dan tidak
menggulung sehingga tidak dapat dilihat di bawah mikroskop cahaya. Tahapan
interfase dapat dibagi menjadi 3 tahap sebagai berikut.
1) Fase G1, yakni fase di mana sel yang merupakan hasil pembelahan memasuki
tahap pertumbuhan sel baru dan terus-menerus melakukan pembelahan organel.
2) Fase S, yakni fase terjadinya proses replikasi DNA sebagai materi genetik yang
akan diturunkan di dalam sebuah sel.
3) Fase G2, yakni fase di mana adanya proses persiapan untuk pembelahan sel dan
pertumbuhan sel semakin membesar. Fase ini juga disebut sebagai fase mitotik.
Pada fase inilah baik proses mitosis maupun meiosis akan mengalami proses
pembelahan sel.
4) Telofase II
Pada tahap ini, kromatid telah sampai di kutub dan berubah menjadi benang
kromatin, kemudian terbentuklah kembali membran inti dan anak inti sehingga
terjadi proses sitokinesis yang nantinya membentuk 4 sel anakan yang memiliki
kromosom setengah dari induknya.
Gambar 1.24 Skema Meiosis II
Sumber: (Reece, 2002)
Proses-proses pembelahan sel secara meiosis tersebut mempunyai arti yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup. Pembelahan sel secara meiosis dapat menjaga
dan memelihara jumlah kromosom yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Dengan
adanya proses pindah silang (crossing over), maka dimungkinkan terjadinya proses
pertukaran gen yang nantinya akan menimbulkan berbagai macam variasi genetik di
antara spesies-spesies makhluk hidup di muka bumi.
Perbandingan antara pembelahan mitosis dan meiosis dapat diamati pada tabel
berikut ini.
Pembanding Mitosis Meiosis
Terjadi saat interfase sebelum Terjadi saat interfase sebelum
Replikasi
mitosis dimulai meiosis l dimulai
Dua kali, masing-masing
Jumlah Satu kali mencakup profase,
mencakup profase, metafase,
pembelahan metafase, anafase, dan telofase
anafase, dan telofase
Terjadi saat profase l bersama
pindah silang antarkromatid
Sinapsis dan nonsaudara, kiasmata yang
kromosom Tidak terjadi dihasilkan akan menjaga
homolog pasangan kromosom tetap
bersama sebagai akibat dari
kohesi kromatid saudara
Empat, masing-masing haploid
Jumlah sel anakan Dua, masing-masing diploid (n), mengandung separuh jumlah
dan komposisi (2n) dan identik secara genetik kromosom sel induk, berbeda
genetik dengan sel induk secara genetik dari sel induk dan
dari satu sama lain
Memungkinkan pendewasaan
multiseluler akan bertumbuh- Menghasilkan gamet,
kembang dari zigot, selanjutnya mengurangi jumlah kromosom
Peran dalam tubuh menghasilkan sel-sel untuk menjadi separuh dan
pertumbuhan, perbaikan serta menyebabkan variabilitas genetik
reproduksi asekual (hanya pada di antara gamet
beberapa spesies)
Dalam kondisi tubuh yang normal dan sehat, volume dan komponen kimia dari
cairan tubuh akan berada dalam kondisi serta batas yang nyaman. Dalam kondisi
tersebut, jumlah pemasukan cairan akan sesuai dengan jumlah cairan yang hilang.
Sementara dalam kondisi tubuh yang sakit, akan terjadi gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi
tubuh, tubuh akan melepaskan cairan melalui proses penguapan ekspirasi penguapan
kulit, ginjal (urine), juga ekskresi pada proses metabolisme. Adapun upaya
pemenuhan kebutuhan air bagi seseorang yang sehat dapat dilihat pada tabel 1.2.
A. PENGERTIAN GENETIKA
Genetika merupakan sebuah ilmu yang mempelajari keturunan, yang membahas
keilmuan secara mendalam terkait proses terjadinya keturunan dengan mempelajari
berbagai problematika manusia seperti kondisi kesehatan, kondisi kecacatan yang diderita
baik jasmani maupun mental, pewarisan ciri-ciri tertentu, serta kondisi kelainan bawaan
ataupun kondisi kelainan rekayasa. Adapun eksistensi rekayasa genetika atau yang biasa
disebut dengan pencangkokan gen (DNA rekombinan) merupakan kemajuan yang
dianggap paling mutakhir abad ini di dunia medis. Rekayasa genetika merupakan sebuah
strategi terkini untuk memindahkan bagian kecil dari informasi genetik (AND) dari satu
organisme ke organisme yang lain.
Bermula pada tahun 1980, terdapat seorang pasien wanita penderita diabetes berusia 37
tahun yang merupakan pasien pertama yang disuntik dengan menggunakan insulin. Insulin
yang disuntikkan sengaja dibuat menyerupai insulin pasien tersebut dengan bahan
pembuatan berupa bakteri. Melalui rekayasa genetika, para peneliti berhasil membuat
bakteri tersebut membentuk insulin yang mirip dengan insulin manusia. Dengan hasil
penelitian tersebut, insulin yang mulanya berasal dari sapi dan babi diganti dengan teknik
pembuatan melalui bakteri sehingga menghabiskan biaya produksi lebih murah dan
memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan insulin dari binatang.
Dalam sebuah kehidupan, kemampuan organisme untuk mereproduksi jenisnya
merupakan ciri paling nyata yang membedakan antara makhluk hidup dengan makhluk tak
hidup. Proses perpindahan sifat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan
dengan penurunan sifat yang dikenal dengan istilah hereditas. Adapun mekanisme
hereditas dan variasi tersebut rupanya mulai menjadi perhatian di dunia medis pada abad
ke-20, ketika ilmu genetika sudah mulai berkembang dan diminati oleh para ilmuwan.
Keilmuan genetika ini juga mencakup keilmuan terkait hereditas dan variasi dalam proses
perkembangbiakan.
1. Gen, DNA, dan Kromosom
Dalam realita kehidupan, terkadang seseorang mengatakan bahwa si A mempunyai
bintik hitam yang sama dengan ayahnya atau ibunya. Padahal secara keilmuan, orang
tua tidak pernah benar-benar menurunkan bintik hitam, bentuk mata, jenis rambut, dan
sifat-sifat kemiripan lain kepada anak-anaknya dalam arti harfiah. Lalu, apa sebenarnya
yang diwariskan orang tua kepada anaknya sehingga menjadi begitu mirip? Orangtua
akan melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam bentuk unit-unit
herediter yang dinamakan sebuah gen. Puluhan ribu gen yang diwarisi dari orang tua
inilah yang kemudian menjadi penyusun genom kita. Kedekatan genetik seorang anak
dengan orangtuanya yang kemudian dapat menjelaskan logika sederhana dari kemiripan
setiap anggota keluarga.
Definisi gen telah berevolusi sejalan dengan sejarah genetika yang berlangsung.
Pada konsep Mendelian, suatu gen dapat digambarkan sebagai sebuah unit penurunan
sifat yang mempunyai ciri-ciri tersendiri sehingga dapat memengaruhi karakter
fenotipik. Adapun Morgan dan koleganya justru cenderung menempatkan gen-gen
semacam itu pada lokus-lokus tertentu di dalam kromosom sehingga beberapa ahli
genetik menggunakan lokus sebagai nama lain untuk gen. Selanjutnya, para ahli lain
cenderung akan melihat suatu gen sebagai daerah urutan nukleotida yang spesifik di
sepanjang molekul DNA. Sehingga akhirnya, para ahli justru menggunakan definisi
fungsional dari gen sebagai urutan DNA yang mengkode rantai polipeptida tertentu.
Walaupun demikian, definisi satu gen–satu polipeptida harus diperbaharui dan
diterapkan secara selektif karena sebagian besar gen eukariotik terdiri dari segmen,
bukan terdiri dari pengkode (intron), sehingga sebagian besar gen ini tidak memiliki
segmen-segmenpasangannya di dalam polipetida.
Para ahli biologi molekuler juga sering memasukkan promoter dan daerah regulator
DNA lain di dalam ruang lingkup suatu gen. Urutan DNA tersebut tidak ditranskripsi
tetapi dianggap sebagai bagian dari sebuah gen fungsional. Definisi molekuler pada
sebuah gen juga harus cukup luas agar dapat mencakup DNA yang ditranskripsi
menjadi rRNA, tRNA, dan RNA-lainnya yang tidak ditranslasi. Gen-gen tersebut tidak
mempunyai produk polipeptida sehingga dapat disimpulkan sebuah definisi lain tentang
gen, yakni suatu daerah DNA yang produk akhirnya bisa berupa suatu polipeptida atau
bisa juga berupa suatu molekul RNA (Campbell, N.A., et.al., 1999). Akan tetapi,
sebagian besar gen tetap berguna untuk mempertahankan ide dari satu gen satu
polipeptida.
Dalam kajian genetika molekuler, terjadi pengkajian bagaimana proses sebuah gen
diekspresikan melalui transkripsi menjadi RNA. RNA tersebut selanjutnya mengalami
translasi menjadi polipeptida yang membentuk sebuah protein yang spesifik dalam
struktur dan fungsinya. Pada akhirnya, protein tersebut akan menghasilkan fenotipe
organisme yang diamati.
Gambar 2.1 Gen yang Berkaitan dengan Bagian Spesifik dari DNA
Sumber: (Campbell, N.A., et.al., 1999)
DNA, asam deoksiribonukleat, atau yang biasa disebut deoxyribonucleic acid dalam
bahasa Inggris, merupakan sejenis asam nukleat yang tergolong dalam biomolekul utama
penyusun berat kering pada setiap organisme. Atau dengan kata lain, DNA adalah
‘perpustakaan’ yang menyimpan segala jenis informasi makhluk hidup. Di dalam sebuah
sel, DNA pada umumnya terletak di dalam inti sel. Peranan utama DNA di dalam sebuah
sel adalah sebagai materi genetik, artinya DNA akan menyimpan cetak biru bagi segala
aktivitas yang terjadi dan dilakukan oleh sel. DNA mengandung berbagai perintah yang
memberitahu sel bagaimana harus bertindak. DNA juga menentukan bagaimana sifat
organisme akan diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
1. Struktur dan Fungsi DNA
DNA merupakan makromolekul yang berbentuk benang sangat panjang dan
terbentuk melalui sejumlah besar deoksiribonukleotida, yang masing-masingnya terdiri
dari satu basa, satu gula, dan satu gugus fosfat. Jika diibaratkan sebagai tubuh, DNA
merupakan otak yang mengatur segala aktivitas di dalam tubuh tersebut.
DNA mempunyai peran penting dalam hal pewarisan sifat karena peranannya
sebagai senyawa kimia yang bertugas membawa materi genetik dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. Sebagai senyawa polinukleotida, DNA berperan membawa sifat-
sifat keturunan yang khas pada sebuah kromosom. DNA juga mempunyai peran penting
dalam hal hereditas di mana semua paket informasi genetik akan dibagikan pada
generasi selanjutnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa DNA merupakan unsur
pembuat gen dan selanjutnya gen tersebut akan membuat kromosom.
Dalam tubuh manusia, terdapat 23 pasang kromosom dari total 46 kromosom. 22
pasang inilah yang disebut sebagai autosom dan terlihat samabaik pada laki-laki
maupun perempuan. Adapun pasangan ke 23 disebut kromosom seks dan kondisinya
cenderung berbeda antara pria dan wanita. Wanita memiliki dua salinan dari kromosom
X atau XX, sedangkan pria memiliki satu X dan satu kromosom Y.
Setiap orang tua memiliki sel reproduksi, yakni sel sperma pada ayah dan ovum atau
sel telur pada ibu. Sel sperma dan sel telur tersebut mengandung setengah dari jumlah
kromosom, yakni masing-masing sejumlah 23. Ketika sperma membuahi sel telur, akan
timbul sebuah sel yang memiliki set lengkap sehingga seorang anak akan mewarisi
setengah gen dari masing-masing orang tuanya.
DNA pertama kali ditemukan oleh F. Miescher pada tahun 1869 melalui sel
spermatozoa dan sel eritrosit burung, yang selanjutnya dinamakan nuklein. Penemuan
lain juga dilakukan oleh Fischer pada tahun 1880 mengenai adanya zat pirimidin (yang
berupa sitosin dan timin) serta dua purin (adenin dan guanin). Penemuan tersebut
dilengkapi pula dengan penemuan Levine pada tahun 1910 tentang gula 5 karbon
ribosa, gula deoksiribosa, dan asam fosfat di dalam inti.
Gambar 2.7 Mekanisme Kerja DNA
Sumber: (Freeman, 2004)
2. Struktur Double Helix DNA
Walaupun DNA dipelajari secara mendalam pada tahun-tahun berikutnya, tapi
peranan biologiknya sebagai pembawa informasi genetik tetap masih tidak jelas hingga
akhir tahun 1940-an. Pada tahun itu, Averi dan kawan-kawannya berhasil menunjukkan
bahwa DNA yang dimurnikan dapat memindahkan khasiat keturunan dari suatu turunan
bakteri ke yang lain.
Pada tahun 1953, sebuah penelitian kristalografik dengan menggunakan sinar-X
dilakukan oleh James Watson dan Francis Crick. Penelitian tersebut mengungkapkan
keberadaan struktur tiga dimensi DNA berikut kesimpulan replikasinya. Pencapaian
tersebut menjadi sangat berarti dalam sejarah biologi karena membuka jalan baru
tentang pemahaman mengenai fungsi gen pada tingkat molekul. Watson dan Crick juga
melakukan analisis gambaran difraksi sinar-X serat-serat DNA yang dibuat oleh
Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins dengan menetapkan satu model struktural yang
pada dasarnya sudah terbukti kebenarannya. Ciri-ciri penting dari model DNA yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah:
a. Terdapat dua rantai heliks polinukleotida yang melingkar mengelilingi satu sumbu.
Kedua rantai tersebut memiliki arah yang berlawanan.
Gambar 2.8 Konfigurasi Menyeluruh dari Heliks Rangkap DNA
Sumber: (Styer, 2002)
b. Basa purin dan pirimidin terdapat di bagian dalam heliks, sedangkan unit-unit fosfat
dan deoksiribosa terdapat pada bagian luar. Bidang-bidang basa tersebut akan
cenderung tegak lurus terhadap sumbu heliks, sedangkan bidang-bidang gula
posisinya hampir tegak lurus terhadap bidang basa.
c. Diameter heliks ialah sekitar 20 A, adapun jarak antara basa yang saling
bersebelahan ialah 3,4 A pada poros heliks dengan sudut rotasi sebesar 36°. Oleh
karena itu, putaran heliks akan berulang setelah 10 residu pada setiap rantai, yaitu
pada interval 3,4 A.
d. Kedua rantai akan saling berhubungan melalui ikatan hidrogen antara pasangan-
pasangan basa yang ada. Adenin selalu berpasangan dengan timin dan guanin selalu
berpasangan dengan sitosin.
e. Urutan basa pada sepanjang rantai polinukleotida tidak akan dibatasi dengan cara
apapun. Sementara itu, urutan yang tepat pada basa-basa tersebut akan mengandung
sejumlah informasi genetik tertentu.
Gambar 2.9a Ikatan Hidrogen Antara Dua Basa
Sumber: (Styer, 2002)
C. HUKUM MENDEL I
Hukum hereditas yang membahas mengenai pemisahan dan pilihan bebas merupakan
hukum yang dirumuskan oleh ilmuwan bernama Gregor J. Mendel pada tahun 1865.
Hingga saat ini, hukum hereditas tersebut dikenal dengan istilah Hukum Mendel
(Corebima, 2013). Mendel merupakan seorang pemuka agama yang telah mendedikasikan
dirinya serta memberikan sumbangsih yang sangat bermanfaat dalam perkembangan ilmu
genetika. Mendel dikenal sebagai Bapak Genetika karena hasil penelitiannya mengenai
pola pewarisan sifat pada kacang ercis telah menjadi batu loncatan yang sangat signifikan
dalam perkembangan ilmu genetika yang ada saat itu. Hasil eksperimen Mendel dengan
menggunakan kacang ercis yaitu penemuan pola-pola hereditas dari induk ke
keturunannya yang pada akhirnya menghasilkan hukum (aturan) yang kemudian menjadi
acuan dalam kombinasi genetik pada reproduksi seksual. Dasar penggunaan kacang ercis
sebagai sampel penelitian Mendel adalah masa hidup yang relatif pendek serta adanya
beragam karakter yang terdapat pada spesies tanaman tersebut.
1. Percobaan Mendel
G. J. Mendel pada awalnya membuat sebuah percobaan dengan menyilangkan
tanaman ercis yang berasal dari biji yang memiliki sifat warna kuning dan yang
memiliki sifat warna hijau. Kedua biji tanaman ercis yang menjadi objek percobaan
tersebut merupakan galur murni, yang didapat dari individu yang memiliki sifat asli dan
murni. Sifat galur murni juga bisa didapatkan dengan cara mengawinkan individu yang
memiliki sifat sama yang dinginkan secara berkali-kali. Tanaman galur murni yang
digunakan dalam percobaan disebut dengan P1 atau disebut juga dengan istilah parental
(induk) pertama. Keturunan yang didapatkan dari hasil kegiatan persilangan tanaman
disebut F1 atau filial (generasi) pertama. Semua F1 yang terdapat dalam persilangan
tersebut termasuk tanaman ercis yang berasal dari biji kuning.
Untuk mengetahui generasi selanjutnya, Mendel kemudian menanam F1 dari ercis
yang berasal dari biji kuning. Tanaman tersebut kemudian tumbuh hingga dapat
melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan keturunan yang disebut F2.
Hasilnya, terdapat tanaman dengan biji yang memiliki sifat warna hijau yang muncul
kembali pada generasi F2. Dari 8.023 biji F2 yang telah dihasilkan, Mendel
menemukan sebanyak 6.022 biji memiliki sifat warna kuning dan sebanyak 2.001 biji
lainnya memiliki sifat warna hijau. Jika dilihat dari kegiatan percobaan tersebut,
Mendel menemukan perbandingan biji dengan sifat warna kuning dan sifat warna hijau
sebesar 3:1. Mendel mencatat dua hal penting, yaitu sifat warna biji hijau menghilang
pada generasi F1, tetapi muncul kembali pada generasi F2. Ketika sifat warna biji hijau
muncul kembali, sifatnya sama dengan biji P1.
Mendel kemudian berpendapat bahwa pembentukan biji hijau pada tanaman
generasi F1 sebenarnya masih dimungkinkan ada, tetapi tidak terlihat. Mendel juga
berpendapat bahwa setiap tumbuhan yang termasuk ke dalam P1 dapat memberikan
informasi bagi proses pembentukan warna biji kuning dan biji hijau, meskipun pada
akhirnya kedua biji tersebut hanya menghasilkan biji kuning. Ketika terdapat dua
macam alternatif sifat bagi suatu ciri, maka sifat yang terlihat adalah sifat yang
dominan, sedangkan sifat yang tidak terlihat dan kalah adalah sifat yang resesif. Pada
kasus penelitian ini, sifat biji kuning merupakan sifat yang dominan terhadap sifat biji
hijau. Pada semua ciri tanaman ercis yang telah Mendel amati selama penelitiannya, ia
menemukan fakta bahwa selalu terdapat satu sifat yang dominan terhadap sifat yang
lainnya. Selain hal itu, perbandingan keturunan yang terjadi pada generasi F2 selalu
dalam angka 3:1 untuk sifat yang dominan terhadap sifat yang resesif.
Mendel menarik kesimpulan bahwa angka perbandingan 3:1 pada generasi yang
termasuk ke dalam F2 dapat terjadi jika setiap individu hanya memiliki dua unit
hereditas untuk setiap ciri yang dipengaruhi. Setiap unit hereditas tersebut didapat dari
setiap induk jantan dan induk betina.
Kini unit hereditas yang diungkapkan Mendel disebut dengan istilah gen. Pengertian
dari gen yaitu faktor pewarisan sifat yang mengatur ciri khusus suatu individu, seperti
penampakan, perilaku, serta fisiologis. Pada penelitian yang dilakukan Mendel, gen
berfungsi dan berperan dalam mengatur warna biji (hijau atau kuning). Setiap bentuk
alternatif dari sebuah gen disebut dengan alel. Misalnya pada gen yang mengatur warna
biji, terdapat gen untuk warna biji hijau dengan alel gen untuk warna biji kuning
sehingga pada akhirnya gen akan selalu memiliki pasangan.
Dalam suatu individu, alel didapatkan dari setiap induk serta memiliki sifat yang
dominan atau bisa jadi resesif. Gen yang dominan biasanya dilambangkan dengan huruf
kapital (besar), sedangkan gen yang resesif dilambangkan dengan huruf kecil yang
sama. Sebagai contoh, jika huruf Y dilambangkan untuk alel gen dengan warna biji
kuning maka huruf y dilambangkan untuk alel gen dengan warna biji hijau.
Berdasarkan hal tersebut, tanaman galur murni dengan sifat biji berwarna kuning
memiliki pasangan alel YY, sedangkan untuk galur murni biji hijau adalah yy.
Pasangan alel ini kemudian disebut dengan homozigot, yaitu alel yang memiliki
pasangan yang sama.
Pada generasi yang termasuk ke dalam F1, pasangan alel didapatkan dari kedua
induk galur murni sehingga semua generasi F1 tersebut memiliki pasangan alel Yy.
Pasangan ini disebut dengan heterozigot, yaitu alel yang memiliki pasangan yang
berbeda. Pasangan alel-alel tersebut merupakan genotipe, yang merupakan tipe gen
pada sel atau suatu individu tertentu. Genotipe tidak akan tampak jelas pada individu,
tetapi akan mempengaruhi penampakan sel-sel atau individu. Penampakan genotipe
inilah yang kemudian disebut dengan fenotipe.
2. Perumusan Hukum Mendel 1
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Mendel, disebutkan bahwa pada
generasi yang termasuk F1, mereka memiliki genotipe Yy yang berarti mengandung
alel untuk sifat biji warna kuning dan juga warna hijau. Akan tetapi, sebenarnya
fenotipe yang terdapat dalam generasi F1 tersebut adalah biji warna kuning. Hal itu
merupakan ekspresi dari alel gen yang memiliki sifat dominan. Hasil percobaan yang
dilakukan oleh Mendel terhadap sifat dominan dan resesif yang diwariskan, kemudian
menghasilkan Hukum Mendel I atau disebut juga dengan hukum segregasi.
Berdasarkan hukum segregasi ini, setiap individu yang membawa dua unit hereditas
(gen sealel) yang mempengaruhi suatu ciri tertentu, maka pada saat terjadi
pembentukan sel gamet, dua alel tersebut akan bersegregasi (berpisah) satu sama lain.
Pada pembentukan sel gamet atau disebut dengan istilah gametogenesis, akan terjadi
proses pengurangan atau reduksi dari jumlah kromosom sel anak yang terbentuk. Hal
ini memiliki tujuan untuk menjaga jumlah kromosom pada sel anak yang terbentuk saat
proses fertilisasi. Kromosom akan berpisah dengan homolog atau pasangannya yang
mengandung gen dan alel. Dengan demikian, pada saat pembentukan gamet akan
terbentuk kromosom tunggal. Setiap alel kemudian tergabung dalam gamet. Alel akan
bergabung kembali dengan pasangan alel yang sama atau berbeda melalui proses
fertilisasi. Individu diploid hasil dari fertilisasi tersebut akan memiliki dua alel untuk
setiap ciri. Terdapat satu alel yang berasal dari setiap induknya. Pembentukan pasangan
alel dapat terjadi secara acak. Terdapat suatu metode untuk mengetahui bagaimana
kemungkinan pasangan alel pada individu baru yang disebut dengan diagram Punnett.
D. HUKUM MENDEL II
1. Perumusan Hukum Mendel II
Semua makhluk hidup pada umumnya memiliki pasangan alel untuk ratusan hingga
ribuan ciri khas di dalam selnya. Pada percoban sebelumnya, Mendel telah berhasil
menyilangkan tanaman ercis dengan satu ciri. Mendel kemudian kembali melakukan
sebuah percobaan dengan tujuan untuk mempelajari bagaimana dua ciri yaitu bentuk
dan warna biji dapat berinteraksi dalam pewarisan sifat. Setelah mengetahui sifat
bentuk biji, yaitu sifat biji yang bulat dominan terhadap biji yang kisut, Mendel
menyilangkan galur murni biji yang bulat berwarna kuning (BBKK) dengan galur
murni biji yang kisut berwarna hijau (bbkk). Persilangan dengan dua ciri yang berbeda
ini disebut dengan persilangan dihibrid. Pada percobaan sebelumnya, Mendel telah
melakukan persilangan tanaman ercis dengan satu ciri yang juga bisa disebut dengan
proses persilangan monohybrid.
Persilangan dihibrid yang dilakukan antara galur murni biji bulat kuning dan biji
kisut hijau menghasilkan generasi F1 semua biji bulat kuning. Pada persilangan
antargenerasi F1, didapatkan hasil berupa generasi F2 yang memiliki variasi beragam,
termasuk dua fenotipe baru yang belum terlihat pada kedua induknya. Tampaknya, alel
dari gen untuk warna dan bentuk biji memisah secara bebas pada proses pembentukan
gamet yang terjadi di generasi F2, sehingga kemudian didapatkan hasil berupa empat
jenis polen dan sel telur dengan kombinasi gen yang berbeda. Setiap gamet tersebut
dapat memiliki kombinasi berupa gen BK, bk, bK, atau Bk. Rekombinasi atau
penyusunan ulang gen-gen yang terjadi melalui proses fertilisasi telah menghasilkan
sebanyak 16 kombinasi alel. Dari sebanyak 16 kombinasi, dihasilkan 9 macam genotipe
dan 4 macam fenotipe dengan angka perbandingan 9:3:3:1.
Dari hasil penelitian tersebut, Mendel kemudian menyimpulkan hasilnya yang saat
ini dikenal dengan Hukum Mendel II atau Hukum Asortasi. Menurut hukum ini, setiap
gen atau sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain. Meskipun
demikian, gen untuk satu sifat tidak dapat berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang
bukan termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini hanya berlaku untuk gen yang memiliki
letak berjauhan. Jika kedua gen itu berdekatan, maka hukum ini tidak akan berlaku.
Selain itu, Hukum Mendel II ini juga tidak berlaku untuk persilangan yang monohibrid.
Salah satu ciri makhluk hidup khususnya manusia adalah mampu berkembang biak.
Manusia berkembang biak dengan tujuan untuk melestarikan keturunannya. Untuk dapat
berkembang biak, manusia memerlukan alat reproduksi. Alat reproduksi bisa dijelaskan
sebagai alat yang digunakan untuk proses reproduksi manusia. Alat reproduksi manusia
terdiri dari beberapa bagian yang tergabung dalam satu sistem reproduksi.
Sistem reproduksi merupakan rangkaian dan interaksi dari organ dan zat dalam organisme
yang digunakan untuk berkembang biak. Tanpa adanya alat reproduksi, tidak akan dapat
terjadi penerusan generasi dalam sebuah keluarga. Melalui sistem reproduksi, blueprint
genetik yang kompleks pada setiap spesies dapat dipertahankan di dunia ini. Sistem
reproduksi memang tidak berkontribusi secara langsung pada homeostasis dan tidak berperan
langsung secara fungsional sebagaimana sistem kardiovaskular dalam mempertahankan
hidup.
Kemampuan reproduksi sangat bergantung pada hubungan antara hipotalamus, hipofisis
bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar termasuk
perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosidan kondisi sosiokultural masyarakat.
Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Gonad terdiri dari
sepasang testes pada pria dansepasang ovarium pada wanita. Gonad yang sudah dewasa atau
matur berfungsi untuk menghasilkan gamet dan menghasilkan hormon seks. Hormon seks
yang dihasilkan adalah testosteron pada pria dan estrogen dan progesteron pada wanita.
Setelah gamet diproduksi oleh gonad, gamet tersebut akan melalui saluran reproduksi (sistem
duktus). Pada wanita, juga terdapat payudara yang termasuk organ pelengkap dalam sistem
reproduksi. Bagian eksternal sistem reproduksi biasa disebut genitalia eksternal. Adapun
karakteristik seksual sekunder tidak akan secara langsung masuk dalam sistem reproduksi,
tetapi merupakan karakteristik eksternal yang membedakan antara pria dan wanita,
sebagaimana konfigurasi tubuh dan distribusi rambut.
b. Uterus (Rahim)
Uterus atau rahim merupakan organ reproduksi wanita bagian dalam berupa
jaringan otot yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rektum.
Dinding belakang, depan, serta bagian atas dari uterus merupakan bagian yang
tertutup oleh peritonium, sedangkan bagian bawah dari uterus merupakan bagian
yang berhubungan dengan kandung kemih. Uterus mempunyai bentuk seperti buah
pir tapi pipih dan mempunyai berat sekitar 30 gram. Uterus mempunyai ruang
dengan bentuk segitiga yang bagian atasnya lebih besar dari bagian bawahnya
dengan fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Otot-
otot yang ada pada uterus ini memiliki sifat elastis yang berfungsi untuk
menyesuaikan serta untuk menjaga janin pada saat berlangsungnya proses kehamilan
selama 9 bulan.
Agar posisi uterus tetap terjaga dengan baik, uterus disangga oleh ligamentum,
jaringan ikat, serta parametirum. Ukuran dan berat uterus berbeda-beda tergantung
dari usia dan paritas wanita. Anak-anak memiliki uterus dengan ukuran sekitar 2-
3cm; nullipara memiliki ukuran sekitar 6-8cm; sedangkan multipara memiliki
ukuran sekitar 8-9cm. Pada wanita yang sedang hamil, uterus dapat memiliki berat
lebih dari 80 gram.
Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
1) Perimetrium
Perimetrium merupakan lapisan terluar uterus. Lapisan ini juga sering disebut
lapisan serosa. Perimetrium adalah membran berlapis ganda yang kemudian akan
berlanjut ke abdomen dan disebut sebagai peritoneum. Perimetrium memiliki
fungsi sebagai pelindung uterus.
2) Myometrium
Myometrium adalah lapisan otot yang tersusuan atas kumpulan otot polos.
Bagian dalam dari lapisan ini lebih banyak disusun oleh otot yang berbentuk
sirkuler (melingkar), sedangkan bagian luarnya berbentuk longitudinal. Di antara
kedua lapisan tersebut terdapat lapisan lagi yang disebut oblik yang merupakan
lapisan paling kuat dan mengandung banyak pembuluh darah. Myometrium
merupakan lapisan dari dinding uterus yang paling tebal dibandingkan dengan
lapisan lainnya. Fungsi dari lapisan myometrium juga sangat penting terutama
pada masa pertumbuhan dan perkembangan janin selama proses kehamilan.
3) Endometrium
Endometrium merupakan bagian dari dinding uterus yang berupa lapisan
selaput lendir yang disusun oleh jaringan epitel, kelenjar, dan banyak pembuluh
darah. Epitel yang menjadi penyusunnya adalah epitel selapis silindris. Sebanyak
dua pertiga bagian atas dari uterus dalam dilapisi oleh epitel silindris dengan
selaput lendir, sedangkan sepertiga bawah dilapisi oleh epitel berlapis gepeng
yang menyatu dengan epitel vagina. Endometrium merupakan bagian lapisan dari
dinding uterus yang memegang peran dan fungsi penting selama wanita
mengalami proses menstruasi. Lapisan endometrium inilah yang nantinya akan
mengalami peluruhan bersamaan dengan sel ovum matang yang tidak dibuahi
oleh sperma saat masa menstruasi.
Adapun uterus terdiri dari tiga bagian yaitu korpus uteri yang merupakan bagian
dengan bentuk seperti segitiga pada bagian atasnya; bagian serviks uteri dengan
bentuk seperti silinder; dan fundus uteri yang merupakan bagian pada korpus yang
letaknya di atas kedua pangkal tuba fallopi. Uterus atau rahim adalah jalan lahir
yang sangat penting dalam proses persalinan. Otot rahim akan mampu mendorong
janin untuk keluar sedangkan otot uterus mampu menutupi darah yang keluar akibat
proses persalinan tersebut. Hal ini dapat mencegah terjadinya pendarahan setelah
proses persalinan selesai. Rahim akan kembali pada bentuk normal dalam waktu
sekitar enam minggu setelah proses melahirkan.
c. Tuba Fallopi (Oviduk)
Tuba fallopi atau oviduk merupakan organ bagian dalam wanita yang
menghubungkan uterus dengan indung telur. Karena tuba fallopi memiliki bentuk
seperti saluran, makatuba fallopi sering juga disebut saluran telur. Tuba fallopi
berjumlah dua buah dan masing masingnya memilikipanjang sekitar 8-20cm dengan
diameter sekitar 3-8mm.
Tuba fallopi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum
yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa dan ovum, dan
sebagai tempat terjadinya pembuahan atau fertilisasi. Selain itu tuba fallopi juga
berfungsi sebagai tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi sebelum nantinya masuk
ke bagian dalam dari uterus atau rahim.
D. HORMON-HORMON REPRODUKSI
Hormon merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang memiliki
efek tertentu pada aktivitas organ-organ lain yang ada dalam tubuh manusia. Hormon seks
adalah zat kimia yang dikeluarkan langsung oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin ke
dalam aliran darah manusia. Sebagian dari hormon-hormon tersebut bertanggung jawab
dalam menentukan jenis kelamin dari janin dan juga bertanggung jawab terhadap
perkembangan organ seks yang normal. Hormon ini juga memulai proses pubertas dan
kemudian berperan dalam pengaturan perilaku seksual.
Hormon-hormon seks yang utama pada manusia secara umum dapat dibedakan menjadi
dua yaitu hormon estrogen dan androgen. Kedua kelas hormon ini dimiliki oleh pria
maupun wanita, tetapi dalam kadar dan jumlah yang berbeda. Sebagian besar pria dalam
kondisi normal memproduksi sejumlah 6-8mg hormon testosteron (sebuah androgen)
setiap harinya, sedangkan wanita hanya memproduksi 0,5mg. Hormon estrogen juga
terdapat pada pria dan wanita, tetapi pada wanita kadar dan jumlah yang dihasilkan setiap
harinya lebih besar dibandingkan pria.
1. Estrogen
Estrogen merupakan hormon seks yang diproduksi oleh indung telur dan berfungsi
untuk merangsang pertumbuhan organ seks pada anak perempuan seperti pada
payudara dan rambut kelamin. Hormon ini juga dikenal sebagai karakteristik seks
sekunder yang juga memiliki fungsi untuk mengatur siklus menstruasi pada wanita
yang sudah memasuki usia dewasa. Pada sebagian besar wanita, hormon indung telur
tidak memiliki peran yang penting dalam hal gairah seks.
Estrogen merupakan sebuah regulator intraovarium yang berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan folikel. Hormon ini bekerja sama dengan hormon lain yaitu
FSH dan LH merangsang pembentukan reseptor LH (feedback positif) yang
menyebabkan terjadinya regresi korpus luteum dan penurunan kadar hormon
progesteron. Estrogen berperan penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan
elastisitasnya, serta berperan juga dalam proses produksi cairan yang melicinkan
vagina. Hormon-hormon ini juga memiliki fungsi untuk membantu menjaga tekstur dan
fungsi payudara wanita.
2. Progesteron
Hormon prolaktin (PRL) biasa disebut dengan lactogenic hormone (LTH). Hormon
ini berperan penting dalam memelihara korpus luteum, menginisiasi luteinisasi sel
granulosa, memelihara proses sintesis progesteron oleh sel luteal, serta untuk
merangsang pertumbuhan kelenjar mama. Hormon prolaktin bekerja sama dengan LH
dapat meningkatkan jumlah reseptor LH dan produksi progesteron. PRL ini menekan
atau menghambat produksi dari estrogen dengan cara menghambat aktivitas dari
aromatase oleh FSH di SG dan LH yang kemudian menginduksi produksi androgen.
PRL berperan untuk meningkatkan hormon progesteron dan menghambat hormon
estrogen.
a. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon FSH memiliki reseptor spesifik pada sel granulosa folikel ovarium dan
sel sertoli testis yang disekresikan oleh pituitaria anterior. FSH merupakan hormon
yang termasuk glikoprotein. FSH berperan penting dan dominan dalam merangsang
pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, merangsang produksi estrogen,
serta untuk merangsang proses spermatogenesis.
b. Luteinizing Hormone (LH)
LH merupakan hormon yang memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan final folikel, proses ovulasi, proses perubahan sel granulosa menjadi
korpus luteum, merangsang sekresi progesterone, serta untuk merangsang produksi
androgen.
E. SIKLUS MENSTRUASI
Siklus menstruasi adalah perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita, khususnya pada
bagian organ reproduksi. Proses menstruasi terjadi ketika lapisan dinding rahim
(endometrium) yang menebal mengalami peluruhan yang disebabkan karena tidak adanya
pembuahan pada sel telur. Siklus menstruasi yang terjadi pada tiap wanita berbeda-beda.
Sebagian wanita mengalami siklus antara 23-35 hari, tetapi rata-rata siklus menstruasi
yang dialami wanita adalah 28 hari.
BAB IV
PROSES KONSEPSI
A. PRAKONSEPSI
Prakonsepsi merupakan waktu atau periode sebelum terjadinya pertemuan sel sperma
dengan ovum atau proses pembuahan. Selama periode prakonsepsi berlangsung, pasangan
suami istri yang bertujuan untuk memiliki anak melalui proses kehamilan normal
dianjurkan untuk menjalani asuhan prakonsepsi. Tujuan asuhan prakonsepsi adalah untuk
memastikan bahwa seorang wanita dan pasangannya berada dalam status kesehatan fisik
dan emosional yang optimal saat proses kehamilan berlangsung.
Meskipun bagi beberapa pasangan kehamilan dapat terjadi tanpa direncanakan, tetapi
pasangan-pasangan yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh berbagai
manfaat dari asuhan prakonsepsi yang dijalani. Asuhan ini memungkinkan untuk
mengidentifikasi lebih dini mengenai penyakit medis, mengkaji kesiapan psikologis,
keuangan, serta mengenai pencapaian tujuan hidup.
1. Konseling Spesifik Prakonsepsi
Konseling dimulai dengan membahas hal-hal mengenai kesiapan dari sisi psikologis
seorang wanita maupun pasangannya dalam rencana mengasuh dan membesarkan anak.
Pembahasan ini berkisar mengenai beberapa topik seperti bagaiaman kesiapan sarana
tempat tinggal untuk anak-anak, bagaimana rencana pola asuh yang akan diterapkan,
kemapanan ekonomi, kestabilan emosi dari wanita maupun pasangannya, serta harapan
menjadi orang tua.
2. Menghentikan Kontrasepsi
Apabila seorang wanita telah menggunakan metode kontrasespsi hormonal yang
memiliki pengaruh jangka panjang seperti suntikan atau implan, maka dia harus
memahami bahwa dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengembalikan keteraturan
proses ovulasi. Pada saat siklus menstruasi belum kembali teratur karena efek
kontrasepsi hormonal tersebut masih ada, maka wanita dapat menggunakan metode
kontrasepsi barrier seperti menggunakan kondom bagi pasangannya hingga tanggal
kehamilan bisa diperkirakan dengan tepat. Tidak akan ada efek yang membahayakan
bagi janin bila kehamilan terjadi setelah seluruh metode kontrasepsi dihentikan.
3. Nutrisi
Memberi dan mempertahankan asupan nutrisi yang baik sebelum wanita mengalami
kehamilan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Persiapan untuk
menjaga agar pertumbuhan bayi dalam kandungan tetap sehat dan mencegah berat lahir
rendah dapat dilakukan dengan mencapai berat badan yang ideal. Selain menjaga berat
badan, yang perlu diperhatikan adalah menerapkan dan mengembangkan kebiasaan diet
nutrisi seimbang.
4. Skrining Genetik
Salah satu asuhan prakonsepsi yang juga sangat penting adalah konseling genetik.
Dalam konseling genetik, para calon orang tua diberi wawasan bahwa setiap bayi dari
pasangan wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu penyakit
genetik. Apabila faktor risiko telah diidentifikasi sejak awal, maka jika terdapat suatu
penyakit bisa langsung dirujuk ke konselor genetik untuk penanganan lebih lanjut
sebelum proses kehamilan itu terjadi.
5. Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja
Terjadinya paparan terhadap zat-zat teratogen baik dari dalam rumah, lingkungan
sekitar, maupun dari tempat bekerja merupakan salah satu masalah besar dalam masa
prakonsepsi. Seorang wanita dapat mengalami paparan zat-zat kimia, mengalami
perubahan suhu lingkungan yang ekstrem, kandungan logam berat dalam makanan,
terkena paparan radiasi, adanya agen infeksi, dan berbagai faktor stres lain yang ada di
sekitarnya. Semua hal itu bisa berdampak negatif bagi perkembangan janin serta dapat
mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital.
6. Masalah Prakonsepsi pada Pria
Proses kehamilan tidak hanya melibatkan wanita, tetapi juga melibatkan peranan
pria. Pria yang memiliki riwayat gangguan genetik secara pribadi ataupun keluarga,
akan berisiko lebih tinggi untuk menularkan penyakit kepada anaknya. Beberapa
kebiasaan pria yang tidak baik seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
dapat meningkatkan risiko berat bayi lahir rendah. Selain dari faktor kebiasaan, ada
faktor lain seperti usia. Pria yang berusia tua saat terjadi proses kehamilan pada
pasangannya akan memiliki risiko lebih besar untuk mendapatkan anak down syndrome
dan juga anomali kromosom lain yang terkait dengan usia dari pria.
Produksi maupun pergerakan dari sperma dapat menurun disebabkan oleh kebiasaan
buruk seperti merokok, konsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, serta penyalahgunaan
konsumsi beberapa preparat farmasi sehingga menurunkan fertilitas. Pria juga sering
kali mengemban tanggung jawab stabilitas keluarga dan merasakan hal tersebut cukup
membuat mereka tertekan ketika akan memiliki seorang anak. Pria sangat
membutuhkan diskusi secara terbuka terutama dengan pasangannya mengenai hal ini
serta mengenai perubahan yang ada dalam hubungan mereka. Selain itu, diperlukan
diskusi mengenai tuntutan selama proses kehamilan berlangsung agar terindentifikasi
hal-hal yang dibutuhkan sebelum prakonsepsi.
BAB V
MIKROBIOLOGI DASAR
A. SEJARAH MIKROBIOLOGI
Mikrobiologi merupakan sebuah cabang dari ilmu biologi yang fokus mempelajari
mikroorganisme yaitu organisme hidup yang ukurannya tidak dapat dilihat dengan mata
biasa. Sejarah ilmu mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan saat ini
menjadi bidang ilmu yang sangat penting dalam biologi setelah seorang ilmuwan bernama
Louis Pasteur dapat menjelaskan tentang proses fermentasi anggur dan berhasil membuat
serum rabies.
Keberadaan makhluk yang termasuk mikroorganisme baru diketahui dengan nyata
setelah adanya penemuan lensa pada tahun 1963 sebagai alat pembesar untuk melihat
mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena ukurannya yang terlalu
kecil. Lensa tersebut ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Antonie van
Leeuwenhoek (1632-1723). Lensa-lensa yang berhasil dibuat Leewenhoek saat itu mampu
dipakai untuk melihat benda yang sangat kecil dengan pembesaran hingga 400 kali.
Penemuan lensa oleh Leeuwenhoek tersebut adalah awal yang penting dalam
perkembangan ilmu mikrobiologi. Para ilmuwan pada masa itu mengakui bahwa
organisme yang sangat kecil terbentuk dari air karena adanya teori generatio spontanae.
Teori itu menganggap bahwa organisme berasal dari benda-benda mati, sehingga
mikroorganisme yang tertangkap lensa dari Leewenhoek dianggap terbentuk dari air.
Ilmuwan Louis Pasteur secara tegas dan terang-terangan menentang teori generatio
spontanae kemudian melakukan berbagai percobaan untuk mendokumentasikan fakta
bahwa mikroorganisme hanya dapat timbul dan berasal dari mikroorganisme lain
(biogenesis). Louis Pasteur melakukan suatu percobaan untuk mendukung hipotesis yang
dimilikinya dengan merebus kaldu daging kemudian menyimpannya dalam sebuah botol
yang mempunyai tutup dengan lubang berupa pipa yang bentuknya melengkung. Tutup
botol yang berupa pipa berbentuk lengkungan ini dikenal dengan pipa leher angsa. Kaldu
tersebut kemudian direbus hingga benar-benar bebas dari kehidupan. Hasil dari
pengamatannya dapat menunjukkan bahwa kaldu daging tersebut tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme walaupun sudah disimpan dalam waktu lama dan tetap terkena udara dari
luar lewat pipa leher angsa tersebut. Oleh karena itu, Louis Pasteur dapat menyimpulkan
bahwa mikroorganisme tidak timbul secara tiba-tiba dari kaldu daging. Louis Pasteur juga
merupakan orang pertama yang menggunakan istilah aerob dan anaerob. Proses aerob
merupakan proses yang memerlukan oksigen bebas, sedangkan proses anaerob tidak
memerlukan oksigen bebas.
1. Pengertian Mikrobiologi
Kata mikrobiologi diambil dari bahasa Yunani, yaitu ‘micros’ yang berarti kecil,
‘bios’ yang berarti hidup, dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Maka definisi dari
mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang fokus mempelajari organisme yang
berukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop. Organisme
yang menjadi fokus untuk dipelajari dalam mikrobiologi yaitu mikroorganisme yang
meliputi bakteri, fungi, alga mikroskopik, arachea, protozoa, dan virus. Virus termasuk
dalam objek kajian meskipun sebenarnya virus tidak sepenuhnya bisa dianggap sebagai
makhluk hidup. Ada beberapa cabang ilmu mikrobiologi yang pembagiannya
didasarkan pada kelompok mikroba yang secara khusus dipelajari, seperti bakteriologi,
virologi, dan mikologi.
2. Perkembangan Mikrobiologi
a. Penemuan Mikroskop
Seorang ilmuwan bernama Robert Hooke pada tahun 1664 telah berhasil
menggambarkan struktur dari kapang dengan menggunakan mikroskop temuannya.
Namun, ilmuwan lain yaitu Antonie van Leeuwenhoek dianggap sebagai orang
pertama yang dapat melihat mikroorganisme secara detail pada tahun 1682. Dengan
menggunakan mikroskop temuannya yang memiliki lensa pembesaran hingga 400
kali, Leeuwenhoek telah mengamati air hujan, air laut, air dalam vas, serta
mengamati kotoran gigi. Leeuwenhoek menyebutkan bahwa makhluk yang
dilihatnya merupakan animalcule (hewan kecil), kemudian ia melaporkannya ke
Royal Society of London pada tahun 1684.
b. Jatuhnya Teori Generatio Spontanea (Abiogenesis)
Laporan mengenai mikroorganisme yang diberikan oleh Leeuwenhoek
menimbulkan perdebatan di antara para ilmuwan mengenai asal-usul
mikroorganisme yang dilihat dalam penelitiannya. Sebagian orang percaya bahwa
mikroba yang dilihat oleh Leeuwenhoek merupakan hasil perubahan yang terjadi
pada makanan. Proses munculnya makhluk hidup yang berasal dari makhluk tak
hidup disebut abiogenesis. Konsep itulah yang mendukung teori generatio spontanea
bahwa makhluk hidup muncul secara spontan dari makhluk tak hidup. Teori
generatio spontanea tersebut dibantah oleh ilmuwan yang bernama Francesco Redi
melalui penelitiannya pada tahun 1668.
Redi menggunakan daging yang disimpan dalam tiga wadah dengan cara
menutup yang berbeda yaitu tanpa tutup, tertutup rapat, dan yang ditutup tidak rapat.
Kemunculan larva lalat pada daging yang berada dalam wadah yang tidak tertutup
membuktikan bahwa larva tersebut berasal dari telur yang telah diletakkan oleh lalat,
bukan hasil dari generatio spontanea. Lalat tidak dapat meletakkan telur pada wadah
yang tertutup rapat, sehingga larva tidak ditemukan. Proses munculnya makhluk
hidup dari makhluk hidup lainnya seperti pada percobaan Redi disebut biogenesis.
Namun demikian, telur lalat hanya dapat dilihat menggunakan alat bantu seperti
mikroskop.
B. TAKSONOMI NOMENKLATUR
Setiap organisme ditelaah dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya
dengan ilmu taksonomi. Hal itu dilakukan agar manusia mampu memahami setiap
kelompok organisme yang ada di lingkungan sekitarnya. Istilah klasifikasi, tata nama, dan
identifikasi adalah tiga hal yang memilki makna berbeda, tetapi dalam taksonomi
ketiganya memiliki keterkaitan. Klasifikasi merupakan proses penyusunan organisme ke
dalam kelompok taksonomik yang didasarkan pada kemiripan atau hubungannya.
Klasifikasi organisme prokariotik seperti bakteri memerlukan pengetahuan yang
didapatkan melalui penelitian seperti observasi. Hal itu dikarenakan sifat-sifat biokimia,
fisiologi, genetik, dan morfologi sering kali sesuai untuk deskripsi yang akurat dari takson.
Nomenklatur atau dikenal juga dengan istilah tatanama merupakan proses penamaan
suatu organisme melalui aturan internasional berdasarkan ciri khas dari organisme
tersebut. Identifikasi tersebut merujuk pada penggunaan praktis skema klasifikasi yaitu
untuk mengisolasi dan membedakan organisme yang diinginkan dari organisme yang tidak
diinginkan; untuk membuktikan keaslian atau sifat-sifat khusus dari suatu biakan atau
dalam situasi klinik; serta untuk mengisolasi dan mengidentifikasi suatu organisme
penyebab suatu penyakit tertentu.
1. Klasifikasi Mikroorganisme
Taksonomi merupakan ilmu yang membahas mengenai klasifikasi atau penataan
sistematik organisme ke dalam suatu kelompok atau kategori yang disebut dengan
taksa. Taksa berasal dari kata takson yang memiliki arti tunggal. Kegiatan dari proses
pengklasifikasian, penamaan, dan pengidentifikasian disebut dengan istilah sistematika
mikroba. Proses sistematika mikroba tersebut terdiri atas:
a. Taksonomi, yaitu proses penataan yang teratur dari unit-unit ke dalam sebuah
kelompok satuan yang lebih besar.
b. Nomenklatur, yaitu proses penamaan satuan-satuan yang dicirikan dan dibatasi oleh
klasifikasi.
c. Identifikasi, yaitu proses penggunaan kriteria yang telah ditetapkan untuk melakukan
proses klasifikasi. Nomenklatur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
mikroorganisme dengan cara membanding-bandingkan ciri dan karakteristik yang
ada pada satuan yang belum pernah diketahui dengan satuan-satuan yang sudah
dikenal sebelumnya.
Alberts, B., et.al. (1989). Molecular Biology of The Cell 2nd Ed. New York: Garland Publ.
Inc.
Anggita Raresputi, et. al. (2007). Sistem Muskuloskeletal. pp. 17-21.
Anwar, R. (2016, April 29). Reproduksi Sel dan Variasi Pada Makhluk Hidup. pp. 1-16.
Baret, J.M, et.al. (1986). Biology. New Jersey: Prentice Hall.
Byers, S. N. (2008). Basics of Human Osteology and Odontology. Boston: Tylor and Francis
Group.
Campbell, N. A. (2003). Biology: Concepts and Connections, 4th Edition. New York:
Pearson.
Campbell, N.A., et.al. (1999). Biology 5th Ed. San Francisco: Benjamin Cummings .
Campbell, Neil A., et.al. (2006). Biology: Concepts and Connections. San Francisco: Pearson
Education.
Corebima, A. (2013). Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.
Freeman. (2004). The Science of Biology, 4th Edition. United States: Sinauer Associates.
Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
Ganong, W. (1995). Review of Medical Physiology. 4th ed. . San Fransisco: Prentice Hall
International Inc.
Gerard J. Tortora, Bryan H. Derrickson. (2011). Principles of Anatomy and Physiology. UK:
John Wiley & Sons.
Kuntarti. (2005). Pelatihan Perawat Ginjal Intensif. Jakarta: RSUPN Dr.
Ciptomangunkusumo.
Moore KL., Agur AMR. (2002). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Mubarok, C. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Muhiddin Palennari, et.al. (2016). BIOLOGI DASAR Bagian Pertama. Makasar: Alauddin
University Press.
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Nugraha, Z. S. (2008). Genetika Dasar 2008-2009. Jakarta: Blok Biomedis Kedokteran UII.
Nurcahyo, H. (2005, Maret 7). STRUKTUR DAN FUNGSI SEL. p. 1.
Pearce, C. Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Raven, P.H., Johnson. (1986). Biology. Philadelphia: Times Mirror/Mosby College
Publishing.
Reece, C. (2002). BIOLOGI. Jakarta: Erlangga.
Snell, R. S. (2012). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh Sugarto L.
Jakarta: EGC.
Styer, L. (2002). Biokimia. Jakarta: EGC.
Th. Endang Puwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani. (2015). Materi Pokok Biologi Dasar dan
Perkembangan Dalam Kebidanan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
William S. Klug, et. al. (2009). Concepts of Genetics. Chicago: Pearson.
www.edubio.info. (2015, Agustus 18). Macam Sistem Organ dan Fungsinya.
PROFIL PENYUSUN
105