Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Baik manajer maupun para pengembang sistem dapat menerapkan
pendekatan sistem ketika memecahkan masalah. Namun, pengembangan
sistem sangat tinggi biayanya jika dilihat dari sudut pandang uang maupun
waktu. Sebagai akibatnya, proses ini hendaknya dikelola dengan baik.
Eksekutif perusahaan akan memberikan tingkat pengawasan yang tinggi,
bahkan seringkali para eksekutif tersebut ikut berpartisipasi dalam suatu
steering commite SIM yang mengawasi seluruh proyek yang sedang berjalan
yang pada umumnya masing masing proyek diawasi oleh seorang pimpinan
proyek.
Pada makalah kali ini, kami akan membahas apa saja dan bagaimana
saja cara yang digunakan manajer puncak dalam mengembangkan sistem
informasi untuk membantu para manajer puncak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan sistem?
2. Apa yang dimaksud dengan siklus hidup pengembangan sistem (SDLC)?
3. Apa itu Prototyping?
4. Bagaimanakah pengembangan aplikasi cepat?
5. Bagaimanakah desain ulang proses bisnis?
6. Apa yang dimaksud dengan rekayasa terbalik?
7. Apa saja alat-alat pengembangan sistem?
8. Bagaimanakah Pemodelan Proses?
9. Apa itu Manajemen Proyek?
10. Bagaimanakah estimasi biaya proyek?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui pendekatan sistem sebagai kerangka kerja dasar
pemecahan segala jenis masalah
2. Mahasiswa mengetahui cara menerapkan pendekatan sistem untuk
pemecahan masalah
3. Mahasiswa mengetahui siklus hidup pengembangan sistem
4. Mahasiswa mengenal pendekatan SDLC yang utama
5. Mahasiswa mengenal tentang pengembangan aplikasi cepat
6. Mahasiswa mengetahui desain ulang proses bisnis dan rekayasa terbalik
7. Mahasiswa memahami bagaimana proyek-proyek pengembangan sistem
dikelola dengan cara dari atas ke bawah
8. Mahasiswa mengenal proses-proses dasar pengestimasian biaya

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengusaha
Makalah ini dapat menambah wawasan pengusaha mengenai
pengembangan sistem dalam Sistem Informasi Manajemen. Selain itu,
dapat menggugah untuk dapat terus meningkatkan kualitas Sistem
Informasi dalam usahanya.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai
pengembangan sistem dalam Sistem Informasi Manajemen yang
merupakan salah satu materi dalam mata kuliah di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bagi Pembaca.
Makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai
pengembangan sistem dalam Sistem Informasi Manajemen serta
diharapkan para pembaca dapat menerapkannya dalam bukti nyata.

2
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan berbagai referensi yaitu
buku-buku tentang pengembangan sistem dalam Sistem Informasi Manajemen
dan pengambilan data dari website atau blog-blog yang membahas tentang
pengembangan sistem dalam Sistem Informasi Manajemen.
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu yang
pertama bagian pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Kedua merupakan bagian isi dan pembahasan. Ketiga penutup yang berisi
simpulan dan saran dilengkapi dengan daftar pustaka.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Sistem
Dalam sebuah buku di tahun 1910, Dewey mengindentifikasikan tiga
rangkaian pertimbangan yang terlibat dalam pemecahan sebuah kontroversi secara
memadai yaitu :
1. Mengenali kontroversi
2. Mempertimbangkan klaim-klaim alternative
3. Membentuk satu pertimbangan.
Dewey tidak mempergunakan istilah pendekatan system ,namun dia menyadari
adanya sifat berurutan dari pemecahan masalah – mengidentifikasi suatu masalah
,mempertimbangkan berbagai cara untuk memecahkannya , dan terakhir memilih
solusi yang terlihat paling baik.
Ilmuwan manajemen dan spesialis informasi mencari cara-cara yang efisien
dan efektif untuk memecahkan masalah , dan kerangka kerja yang
direkomendasikan menjadi apa yang dikenal sebagai pendekatan system yang
maknanya adalah serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang
memastikan bahwa suatu masalah telah dipahami, solusi-solusi alternative telah
dipertimbangkan ,dan bahwa solusi yang dipilih telah berhasil.

Urut – Urutan Langkah


Kita menggunakan 10 langkah, yang dikelompokkan menjadi 3 tahapan
yaitu :
1. Upaya Persiapan
Upaya persiapan adalah upaya yang menyiapkan pemecahan masalah dalam
memberikan suatu orientasi system, dan mempunyai 3 langkah persiapan yang
tidak harus dikerjakan secara berurutan. Langkah- Langkahnya adalah sebagai
berikut :
1) Melihat perusahaan sebagai suatu system
2) Mengenal system lingkungan

4
3) Mengidentifikasi subsistem perusahaan

2. Upaya Definisi
Upaya definisi adalah upaya yang terdiri atas pengidentifikasian masalah
untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya. Upaya ini biasanya dirangsang
oleh suatu pemicu masalah yang berarti suatu sinyal yang menandakan bahwa
keadaan berjalan lebih baik atau lebih buruk dari yang telah direncanakan . Sinyal
ini dapat berasal dari dalam perusahaan atau lingkungannya , dan akan mengawali
suatu proses pemecahan masalah .
Pada kebanyakan kasus, pemicunya adalah respons terhadap gejala suatu masalah
dan biasanya lebih jelas daripada akar permasalahan itu sendiri. Setelah masalah
teridentifikasi ,manajer dapat menghubungi seorang analis system untuk
membantunya dalam memahami masalah.upaya definisi terdiri atas 2 langkah.

Langkah – Langkahnya adalah sebagai berikut :


1) Melanjutkan dari tingkat system ke tingkat subsistem
2) Menganalisis bagian-bagian system dalam urut – urutan tertentu, di
dalam bagian system terdapat unsur – unsur yang di analisis secara
berurutan sebagai berikut :
1. Mengevaluasi standar
2. Membandingkan output system dengan standar
3. Mengevaluasi manajemen
4. Mengevaluasi prosesor informasi
5. Mengevaluasi input dan sumber daya input
6. Mengevaluasi proses transformasi
7. Mengevaluasi sumber daya output.

3. Upaya Solusi
Upaya solusi adalah upaya yang melibatkan suatu pertimbangan atas
alternatif –alternatif yang layak , pemilihan alternatif terbaik, dan
implementasinya. Juga jangan lupa untuk menindaklanjuti implementasi untuk

5
memastikan bahwa solusi tersebut efektif. Langkah –Langkah untuk menerapkan
upaya solusi adalah :
1) Mengidentifikasikan solusi-solusi alternatif
2) Mengevaluasi solusi-solusi alternatif
3) Memilih solusi yang terbaik, dan setelah mengevaluasi alternatif-alternatif
seorang manajer akan melakukan pemilihan alternatif sebagai berikut :
a. Menganalisis
b. Pertimbangan
c. Tawar-Menawar
4) Mengimplementasikan solusi
5) Menindaklanjuti dan memastikan keefektifan solusi.

B. System Development Life Cycle (SDLC)


System Development Lyfe Cycle (SDLC) adalah keseluruhan proses
dalam membangun sistem melalui beberapa langkah.
Sistem SDLC Tradisional ini terdapat beberapa tahapan pekerjaan
pengembangan yang perlu dilakukan, Tahapan-tahapan tersebut adalah :
1. Perencanaan
2. Analisis
3. Desain
4. Implementasi
5. Penggunaan
Karena pekerjaan-pekerjaan di atas mengikuti suatu pola yang diatur dan
dilaksanakan dengan cara dari atas ke bawah, SDLC tradisional sering kali
disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach). Aktivitas ini
memiliki aliran satu arah menuju ke penyelesaian proyek. Masalah akan
didefinisikan dalam tahap-tahap perencanaan dan analisis, solusi-solusi
alternatif diidentifikasi dan dievaluasi dalam tahap desain, lalu solusi terbaik
akan diimplementasikan dan digunakan. Selama tahap pengunaan, umpan
balik dikumpulkan untuk melihat seberapa baik sistem mampu memecahkan
masalah yang telah ditentukan.

6
Gambar 1 Mengilustrasikan sifat melingkar dari siklus hidup.

Tahapan dalam SDLC modern menurut Azhar Susanto (2009) terdiri


dari lima (5) tahap :
1. Perencanaan (Planning)
Meliputi pertimbangan dari usulan yang dihasilkan oleh proses
perancangan IT / bisnis. Tahap investigasi meliputi pembelajaran awal dari
solusi sistem informasi yang diusulkan untuk menemukan prioritas dan
kesempatan bisnis sebuah perusahaan yang diidentifikasi dalam proses
perencanaan. (O’Brien & Marakas : 2006 : 402). Sebagai contoh : dalam
suatu perusahaan analisis sistem merencanakan menemukan prioritas dan
kesempatan bisnis dalam perusahaan.
Dari contoh dapat disimpulkan bahwa tahap planning dalam siklus
hidup pengembangan sistem adalah pertimbangan-pertimbangan yang
dilakukan dalam proses perancangan IT. Hal senada dikatakan oleh Mc
Leod & Schell (2008) mengatakan bahwa tahapan planning SDLC adalah
perencanaan proyek dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan kemudian disatukan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahap planning dalam
siklus hidup pengembangan sistem adalah pembelajaran awal untuk

7
menemukan kesempatan bisnis sebuah perusahaan dalam proses
perencanaan.

2. Analisis (Analysis)
Menggambarkan apa yang harus dilakukan sistem untuk menemukan
informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. (O’Brien & Marakas : 2006 :
402). Sebagai contoh contoh misalnya sistem yang ada didalam
perusahaan dianalisis menentukan persyaratan fungsional pengguna.
Dari contoh dapat dikatakan bahwa tahap analisis dalam siklus hidup
pengembangan sistem adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
sistem untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. Hal
senada dikatakan oleh Mc Leod & Schell (2008) mengemukakan bahwa
tahap analisis dalam siklus hidup pengembangan sistem adalah sistem
yang ada dianalisis untuk memehami masalah dan menentukan persyaratan
fungsional dari sistem yang baru.
Analisis adalah pengembang menganalisis persyaratan fungsional
pengguna untuk masing-masing modul sistem dengan menggunakan
berbagai macam teknik pengumpulan informasi dan mendokumentasikan
temuan-temuan dalam bentuk model proses, data dan objek. (Mc Leod &
Schell : 2008 : 206).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tahap analisis dalam
siklus hidup pengembangan sistem adalah suatu proses penilaian, evaluasi
komponen dan hubungan timbal balik yang terkait dengan pengembangan
sistem.

3. Perancangan (Design)
Sistem perancangan menjelaskan bagaimana sistem akan
menyelesaikan tujuan ini. Sistem perancangan terdiri atas aktivitas
perancangan (hardware, software, people, network dan data resources)
yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi kebutuhan

8
fungsional yang dikembangkan dalam proses sistem analisis. (O’Brien &
Marakas : 2006 : 402).
Menurut Whitten dan Bentley (2007, p446), perancangan sistem
adalah spesifikasi konstruksi teknikal,computer-based solution untuk
identifikasi kebutuhan bisnis dalam analisis sistem.
Sebagai contoh misalnya Analisis sistem merancang komponen
dengan sistem-sistem lain untuk setiap modul sistem yang baru. Dari
contoh dapat disimpulkan bahwa tahap perancangan (design dalam siklus
pengembangan sistem adalah serangkaian aktivitas perancangan yang
menghasilkan spesifikasi sistem.

4. Penerapan (Implementation)
Ketika sistem informasi yang baru telah selesai dirancang, maka
harus diterapkan dan dipelihara agar dapat beroperasi dengan baik.
(O’Brien & Marakas : 2006 : 402). Sebagai contoh misalnya dalam sebuah
perusahaan melakukan pengujian sistem, pelatihan user untuk
mengoperasikan sistem baru mengubah sistem lama ke sistem bisnis yang
baru.
Dari contoh dapat dikatakan bahwa tahap penerapan
(implementation) dalam siklus hidup pengembangan sistem adalah suatu
tahap dalam pengembangan sistem informasi atau teknologi informasi
untuk mendukung posisi bisnis dalam perusahaan. Hal senada
dikemukakan oleh Connolly dan Begg (2010) mengemukakan bahwa
Implementasi merupakan realisasi perancangan aplikasi.
Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa penerapan (implementasi) dalam siklus hidup pengembangan
sistem adalah suatu proses penerapan dan pemeliharaan sistem dalam
perusahaan.

5. Pemeliharaan (Maintenance)

9
Sistem pemeliharaan meliputi pengawasan, evaluasi dan modifikasi
sistem operasional bisnis untuk membuat peningkatan sesuai dengan yang
dibutuhkan. (O’Brien & Marakas : 2006 : 402). Sebagai contoh misalnya
dalam suatu perusahaan analis sistem melakukan proses peninjauan
sesudah tahap implementasi untuk memastikan sistem baru yang
diimplementasikan memenuhi tujuan bisnis yang dibangun.
Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa tahap pemeliharaan
(maintenance) dalam siklus hidup pengembangan sistem adalah suatu
proses pengawasan, evaluasi, modifikasi sistem dalam perusahaan agar
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tahap pemeliharaan
(maintenance) dalam siklus hidup pengembangan sistem merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh pengembang sistem untuk memantau sistem,
dalam rangka meningkatkan kualitas sistem. Semua tahapan diatas
tergantung pada kondisi dan kebutuhan dalam suatu organisasi atau
perusahaan, pada kondisi-kondisi tertentu ada tahapan-tahapan yang tidak
perlu dilakukan dan ada tahapan yang harus ditambahkan sesuai dengan
kebutuhan.
Dari pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa
tahapan pengembangan sistem SDLC Waterfall terdiri dari beberapa
tahapan yaitu perencanaan, perancangan, analisis, penerapan dan
pemeliharaan.
Menurut Jogiyanto, HM (1991), dalam bukunya Analisis dan Desain
sistem, perancangan sistem dapat diartikan sebagai berikut :
1. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem
2. Pendefinisisan dari kebutuhan-kebutuhan fungsional
3. Persiapan untuk rancang bangun implementasi
4. Menggambarkan bagaiamna suatu sistem dibentuk
5. Dapat berupa penggambaran perencanaan dan pembuatan sketsa atau
pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan
yang utuh dan berfungsi. Termasuk menyangkut mengkonfigurasi dari
komponen perangkat keras dari suatu sistem.

10
Menurut Jogiyanto (2003) Kelebihan dan Kelemahan SDLC dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Kelebihan SDLC
1. Menyediakan tahapan yang dapat digunakan sebagai pedoman
mengembangkan sistem
2. Memberikan hasil sistem yang lebih baik karena hasil sistem dianalisis dan
dirancang secara keseleruhan sebelum diimplementasikan.
3. Cocok untuk sistem software berskala besar
4. Akan memberikan hasil baik karena sistem dianalisis dan dirancang secara
keseluruhan sebelum diimplementasikan.

Kelemahan SDLC
1. Dibutuhkan biaya yang lebih besar dibanding metode lainnya. (HM,
Jogiyanto, 2003)
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkannya karena sebuah
sistem harus dikembangkan sampai selesai terlebih dahulu. (HM,
Jogiyanto, 2003)
3. Persyaratan sistem harus digambarkan dengan jelas

C. Prototyping
1. Pengertian
Prototyping merupakan salah satu model yang digunakan dalam
mengembangkan sistem informasi. Prototyping merupakan model yang
paling banyak digunakan dalam mengembangkan sistem informasi. Model
prototyping ini efektif bagi pengembangan sistem informasi bagi end user
(pengguna) dan IS specialis. Karena model prototyping memungkinkan
anatara pengembang (IS Specialis) dan enduser (pengguna) melakukan
interaksi selama proses pembuatan sistem. Proses interaksi yang intensif
antara pengguna dan pengembang dalam pembuatan sistem informasi
dengan model ini, karena pengguna hanya memberitahukan keinginan

11
secara umum dari sistem informasi yang dikembangkanya sedangkan
pengembang yang akan menerjemahkan keinginan pengguna dengan
memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan sistem operasi, serta
interface yang menguhubungkan mesin dan manusia. Untuk mengatasi
ketidaksesuaian antara pengguna dan pengembang dibutuhkan kerjasama
yang baik diantara keduanya sehingga pengembang akan mengetahui
benar apa yang benar-benar diinginkan pengguna tanpa mengesampingkan
segi teknis dan pengguna akan mengetahui proses-proses dalam
menyelesaikan sistem informasi yang diinginkan. Kunci keberhasilan
dalam menerapkan model prototyping ini adalah sejak awal telah
mendefinisikan aturan main anatara pengguna dan pengembang bahwa
protoype yang dibangun sesuai dengan kebutuhan. Prototype yang tidak
sesuai akan dihilangkan dan perangkat lunak aktual yang direkayasa
dengan kualitas dan implemantasi yang telah ditentukan.

2. Jenis jenis prototipe


Terdapat dua jenis prototipe: evolusioner dan persyaratan. Prototipe
evolusioner terus- menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh
fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototipe
ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi, satu prototipe evolusioner akan
menjadi sistem aktual. Akan tetapi, prototipe persyaratan dikembangkan
sebagai satu cara untuk mendifinisikan persyaratan-persyaratan fungsional
dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkannya
dengan jelas apa yang mereka inginkan. Pengguna akan mampu
mendefinisikan pemrosesan yang dibutuhkan dari sistem yang baru.
Ketika persyaratan ditentukan, prototipe persyaratan telah mencapai
tujuannya dan proyek lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru.
Oleh karena itu, suatu prototipe persyaratan tidak selain sistem aktual.
a. Pengembangan prototipe evolusioner
Ada 4 langkah dalam pembuatan suatu prototipe evolusioner.
Empat langkah tersebut adalah:

12
1) Mengidentifikasi kebutuhan pengguna.
Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan
ide mengenai apa yang diminta dari sistem.
2) Membuat satu prototipe.
Pengembang menpergunakan satu alat prototyping atau lebih
untuk membuat prototipe. Contoh dari alat-alat protoytping adalah
generator aplikasi terinregrasi dan toolkit prorotyping. Generator
aplikasi terintegrasi adalah sistem peranti lunak siap pakai yang
mampu membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru,
menu, laporan, tampilan, basis data, dan seterusnya. Toolkit
prototpying meliputi sistem manajer basis dara, yang masing-
masing mampu membuat sebagian dari fitur-fitur sistem yang ada.
3) Menentukan apakah prototipe dapat diterima.
Pengembang mendemonstasikan prototipe kepada para
pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang
memuaskan. Jika ya, langkah 4 akan diambil, jika tidak, prototipe
direvisi dengan mengulang kembali langkah 1,2 dan 3 dengan
pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan pengguna.
4) Menggunakan prototipe. Prototipe menjadi sistem produksi.

Pendekatan ini mungkin untuk dilakukan hanya ketika alat-


alat prototyping memungkinkan ptototipe untuk memiliki seluruh
unsur yang penting dari sistem yang baru.

b. Pengembangan prototipe persyaratan.


Tiga langkah pertama sama dengan langkah yang diambil dalam
membuat sebuah prototipe evolusioner. Langkah-langkah berikutnya
sebagai berikut:
4) Membuat kode sistem baru.
5) Menguji sistem baru.
6) Menentukan apakah sistem yang baru dapat diterima.

13
Pengguna memberitahukan kepada pengembang apakah
sistem dapat diterima. Jika ya, langkah 7 akan diambil, jika tidak,
langkah 4 dan 5 diulang kembali.
7) Membuat sistem baru menjadi sistem produksi.
Pendekatan ini ditunjukan hanya untuk memiliki penampilan
dari siatu sistem produksi, namun tidak ketika ia harus memuat
seluruh unsur penting.

3. Daya Tarik Prototyping


Pengguna ataupun pengembang menyukai prototyping karena
alasan-alasan dibawah ini:
a. Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
b. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik daam
menentukan kebutuhan pengguna.
c. Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan
sitem.
d. Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih
sedikit dalam mengembangkan sistem.
e. Implementasi menjadi jauh lebih muda karena pengguna tahu apa yang
diharapkannya.

Keuntungan-keuntungan di atas memungkinkan prototyping


memangkas biaya pengembang dan meningkatkan kepuasan pengguna
atas sistem yang diserahkan.

4. Potensi Kesulitan dari Prototyping


Prototyping bukannya tidak memiliki kesulitan. Kesulitan-kesulitan
tersebut antara lain:
a. Terburu-buru dalam menyerahkan prototipe dapat menyebabkan
diambilnya jalan pintas dalam definisi masalah, evalusi akternatif, dan

14
dejumentasi. Jalan pintas ini akan menciptakan usaha-usaha yang
"cepat dan kotor".
b. Pengguna dapat terlalu gembira dengan prototipe yang diberikan, yang
mengarah pada ekspektasi yang tidak realistis sehubungan dengan
sistem produksi nantinya.
c. Prototipe evolusioner bisa jadi tidak terlalu efesien.
d. Antarmuka komputer-manusia yang diberikan oleh beberapa alat
prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik
desain yang baik.

Baik pengguna maupun pengembang hendaknya mewaspadai potensi


kesulitan-kesulitan di atas ketika mereka memilih untuk melaksanakan
pendekatan prototyping. Namun, jika seimbang, prototyping telah terbukti
nenjadi salah satu metodologi SLDC yang paling berhasil. Sulit untuk
menemukan satu proyek pengembang yang tidak menerapkan sedikit
prototpyping di dalamnya.

D. Pengembangan Aplikasi Cepat


Pengembangan aplikasi cepat atau dikenal dengan istilah RAD (Rapid
Application Development) adalah sebuah metodologi yang memiliki tujuan
yang sama dengan prototyping, yaitu memberikan respon yang cepat atas
kebutuhan pengguna, namun dalam lingkup yang lebih luas. RAD
diperkenalkan oleh konsultan komputer dan penulis James Martin, dan istilah
ini mengacu pada pengembangan suatu siklus hidup yang dimaksudkan untuk
memproduksi sistem dengan cepat tanpa mengorbankan mutunya.
RAD adalah kumpulan strategi, metodologi, dan alat terintegrasi yang
terdapat didlam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi.
Rekayasa Informasi (Information Engineering- IE) adalah nama yang
diberikan Martin kepada seluruh pendekatan pengembangan sistemnya, yang
ia perlukan sebagai suatun aktivitas perusahaan secara menyeluruh. Istilah
perusahaan digunakan untuk menjabarkan keseluruhan perusahaan.

15
Tahapan siklus hidup Martin sedikit berbeda dari yang dipergunakan
untuk SDLC Tradisional, namun melibatkan urut urut pekerjaan yang sama.
Dalam siklus hidup Tradisional perwakilan perwakilan dari departemen sistem
informasi melakukan mayoritas pekerjaan, dengan pengguna hanya mendapat
momentum selama serah terima. Namun, dalam siklus RAD pengguna
memainkan peran penting kecuali dalam tahap konstruksi. Logi yang
mendasari Martin adalah bahwa semakin banyak keterlibatan pengguna,
khususnya selama tahapan awal, maka hal tersebut akan memungkinkan
sistem dikembangkan dengan lebih cepat. Serah terima terjadi lebih cepat
dalam sistem RAD dibandingkan dalam siklus hidup Tradisional.

RAD membutuhkan empat unsur penting yaitu :


1. Manajemen
Manajemen,khususnya manajemen puncak hendaknya menjadi
penguji coba (experimenter) yang suka melakukan hal hal baru atau
pengadaptasi awal (early adapter) yang dengan cepat mempelajari
bagaimana cara menggunakan metodologi metodologi baru.
2. Orang
Daripada hanya memanfaatkan satu tim untuk melakukan seluruh
aktivitas SDLC, RAD menyadari adanya efisiensi yang dapat dicapai
melalui penggunaan tim tim khusus. Anggota dari tim ini adalah para ahli
dalam metodologi dan alat yang dibuthkan untuk melakukan tugas tugas
khusus mereka masing masing. Martin istilah tim SWAT “skilled with
advanced tools” (ahli dengan alat alat canggih).
3. Metodologi
Metodologi dasar RAD adalah sikus hidup RAD
4. Alat alat
Alat utama RAD terdiri atas bahasa bahasa generasi keempat dan
alat alat rekayasa peranti lunak dengan bantuan komputer (computer-aid
software engineering─ CASE) yang memfasilitasi prototyping dan

16
penciptaan kode. Alat alat CASE menggunakan komputer untuk membuat
dokumentasi menjadi peranti lunak dan basis data oprasional.

Dari semua rekayasa informasi, RAD mungkin telah mendapat


dukungan yang terbesar. Meskipun metodologi ini mungkin tidak diterapkan
sama persis seperti yang dibayangkan oleh Martin.

E. Pengembangan Berfase
Satu metodologi pengembangan sistem yang dewasa ini digunakan oleh
banyak perusahaan adalah kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping, dan
RAD dengan mengambil fitur-fitur terbaik dari masing-masing metodologi.
SDLC tradisional menyumbangkn urutan tahapan yang logis, prototyping
menyumbangkan pengumpulan iteratif dari umpan balik para pengguna, dan
RAD menyumbangkan pemikiran bahwa keterlibatan pengguna meliputi
partisipasi di dalam pengembangan. Nama yang kita berikan untuk metodologi
kontemporer ini adalah pengembangan berfase. Pengembangan berfase adalah
suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri atas enam
tahapan, yaitu antara lain:
1. Investigasi Awal
Para pengembang, termasuk pengguna dan juga spesialis informasi,
melakukan analisis usaha dengan tujuan untuk mempelajari tentang
organisasi dengan masalah sistemnya. Mendefinisikan tujuan, hambatan,
resiko, dan ruang lingkup sistem baru. Mengevaluasi proyek maupun
kelayakan sistem.

2. Analisis
Pengembang menganalisis persyaratan fungsional pengguna untuk
masing-masing modul sistem dengan menggunakan berbagai macam
tehnik pengumpulan informasi dan kemudian mendokumentasikan
temuannya dalam bentuk model-model proses, data, dan objek.

17
3. Desain
Pengembang merancang komponen dan antarmuka dengan sistem-
sistem lain untuk setiap modul sistem yang baru dan kemudian
mendokumentasikan desain dengan menggunakan berbagai jenis teknik
pemodelan.
4. Konstruksi Awal
Pengembangan membuat dan menguji peranti lunak dan data untuk
setiap modul sistem dan mendapatkan umpan balik dari pengguna. Untuk
setiap modul yang tidak menerima persetujuan dari pengguna, tahap-tahap
analisis, desain, dan konstruksi awal akan diulang kembali
5. Konstruksi Akhir
Peranti lunak modul diintegrasikan untuk membentuk sistem yang
lengkap, yang diuji bersama-sama dengan datanya. Selain itu, setiap
peranti keras yang dibutuhkan dibeli dan diuji, fasilitas-fasilitas dibuat,
dan para pengguna istilah. Pelatihan meliputi prosedur-prosedur yang
harus diikuti oleh para pengguna dalam menggunakan sistem dan sering
kali prosedur yang harus diikuti dalam pemasangan sistem pada stasiun-
stasiun kerja mereka.
6. Pengujian dan Pemasangan Sistem
Pengembang merancang dan melaksanakan uji sistem yang tidak
hanya mencakup peranti lunak dan data, melainkan juga sumber daya
informasi lainnya peranti keras, fasilitas, personel, dan prosedur.
Komponen-komponen sistem dipasang, dan dilakukan uji penerima
pengguna. Penerimaan oleh pengguna akan menjadi tanda persetujuan
untuk melanjutkan ke tahap serah terima. Setelah sistem digunakan selama
beberapa waktu, mungkin selama beberapa minggu atau beberapa bulan,
suatu tinjauan pascaimplementasi dilakukan untuk memastikan bahwa
sistem telah memenuhi persyaratan fungsionalnya.

18
F. Desain Ulang Proses Bisnis
Teknologi informasi mengenai kemajuan dengan sangat cepat, dan
organisasi perlu mengambil keuntungan dari kemajuan-kemajuan ini. Sistem
meliputi sistem-sistem yang memproses data perusahaan maupun sistem-
sistem yang melakukan fungsi-fungsi dasar, seperti mengebor untuk mencari
minyak dan memproduksi satu bagian manufaktur. Manajemen sering kali
menyimpulkan bahwa pendekatan baru hendaknya dilakukan untuk sistem-
sistem ini, dengan memanfaatkan secara penuh kemajuan di bidang teknologi
komputer modern. Proses pengerjaan ulang sistem disebut dengan istilah
rekayasa ulang (reengineering) atau disebut juga dengan istilah desain ulang
proses bisnis (business process design – BPR ).
BPR memengaruhi operasi TI perusahaan dalam 2 hal, yaitu yang
pertama ialah TI dapat menerapkan BPR untuk mendesain ulang sistem-sistem
informasi yang hidupnya tidak dapat dipertahankan lagi dengan pemeliharaan
biasa. Sistem-sistem seperti ini disebut sistem warisan karena mereka terlalu
berharga untuk dihapuskan namun menghisap sumber-sumber daya yang
dimiliki oleh IS. Kedua, ketika sebuah perusahaan menerapkan BPR pada
operasi-operasi utamanya, usaha ini akan selalu memberikan efek gelombang
yang menyebabkan perancangan ulang sistem informasi
BPR memiliki potensi pengaruh dramatis pada perusahaan dan
operasinya hingga proyek-proyek seperti ini biasanya dicetuskan di tingkat
manajemen strategis. Manajemen strategis meutuskan bahwa BPR layak untuk
dilakukan dan menyetujui proses-proses fisik didesain ulang. Proses-proses
fisik itu meliputi logistik sumber daya fisik yang masuk, operasi-operasi yang
menghasilkan produk atau jasa perusahaan, dan logistik keluar. BPR juga
dapat ditujukan pada aktivitas-aktivitas yang mendukung proses fisik sumber
daya manusia, pembelian, pemasaran, dan semacamnya. Manajemen strategis
juga dapat mengizinkan sistem informasi dirancang ulang guna mengambil
manfaat dari teknologi modern. Sebagai contoh, sistem dapat dirancangg
ulang sehingga menjadi berbasis web.

19
G. Rekayasa Terbalik
Rekayasa terbalik (reverse engineering) berasal dari intelijen bisnis.
Perusahaan sejak dulu mengikuti produk-produk para pesaingnya dengan cara
membeli sampel dan membongkarnya untuk melihat bagaimana produk
tersebut bekerja. Spesifikasi desain produk pesaing diturunkan dari produk-
produk itu sendiri, sehingga membalik pola normal di mana desainlah yang
dibuat terlebih dahulu.
Sebagaimana penggunaannya di dalam komputasi, rekayasa terbalik
adalah proses menganalisis sistem yang sudah ada untuk mengidentifikasi
unsur-unsur dan saling keterhubungan di antara unsur-unsur tersebut sekaligus
untuk membuat dokumentasi pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi daripada
yang telah ada saat ini. Kebutuhan ini timbul ketika perusahaan ingin
mengembangkan kembali sistem yang sudah ada di mana sistem tersebut
hanya sedikit atau tidak memiliki dokumentasi.
Titik awal dalam rekayasa terbalik sebuah sistem adalah kode
komputernya, yang diubah menjadi dokumentasi. Dokumentasi ini kemudian
dapat diubah, ke dalam uraian-uraian yang lebih abstrak, seperti diagram arus
data, kasus-kasus penggunaan, dan diagram relasi entitas. Perubahan ini dapat
dilakukan secara manual atau dengan menggunakan peranti lunak BPR.
Oleh sebab itu, rekayasa terbalik akan mengikuti suatu jalur mundur ke
belakang sepanjang siklus hidup sistem, merekonstruksi desain dan
perencanaan sistem yang dilakukan dalam usaha pengembangan awal.
Hasilnya adalah suatu sistem yang terdokumentasi secara menyeluruh.
Namun, sistem ini masih melakukan hal yang sama persis dengan bagaimana
sebuah sistem tersebut didesain sejak awal. Rekayasa terbalik tidak mengubah
fungsionalitas dari sebuah sistem pekerjaan yang dilakukannya. Tujuan
rekayasa terbalik sebenarnya adalah untuk dapat lebih memahami sebuah
sistem agar dapat melakukan perubahan dengan cara-cara lain, seperti
rekayasa ulang.

20
H. Alat-Alat Pengembangan Sistem
Pendekatan sistem dan berbagai siklus pengembangan sistem adalah
metodologi. Yaitu cara-cara yang direkomendasikan dalam memecahkan
masalah-masalah sistem. Untuk menjalankan metode tersebut dibutuhkan alat-
alat untuk mengembangkan sistem. Alat-alat pemodelan data yaitu diagram
relasi entitas dan diagram kelas. Kedua alat ini telah bertahun-tahun popular
dan banyak digunakan, tetapi masih dilakukan upaya untuk memperbaiki
penggunaannya.
Selama tahun-tahun awal pengembangan sistem komputer, praktis
hampir seluruh perhatian diberikan ke proses-proses yang akan dikerjakan
oleh komputer, sebagai kebalikan dari data yang akan dipergunakan.
Munculnya sistem management basis data di tahun 1970-an menarik perhatian
akan pentingnya basis data. Alat-alat pemodelan data seperti diagram, relasi
entitas dan kelas adalah bukti dari perhatian ini. Kini kita mengembalikan
perhatian pada pemodelan proses-proses yang dilakukan oleh sistem.

I. Pemodelan Proses
Pemodelan proses pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram
alur (flowchart). Diagram ini menghasilkan aliran data melalui sistem dan
program. International Organization for Standardization (ISO) menciptakan
standar untuk bentuk-bentuk flowchart, memastikan penggunaannya di
seluruhn dunia. Akan tetapi popularitasnya berusia pendek, seiring dengan
diciptkanannya alat-alat pemodelan yang lebih sederhana dan lebih efektif.
Standar flowchart ISO menentukan spesifikasi penggunaan lebih dari 20
simbol, dan bahkan penggunaan symbol ini secara tepat bahkan dirasakan sulit
bagi spesialis informasi yang paling ahli sekalipun. Ketika diagram arus data
dengan empat simbolnya muncul pada ahir tahun 1980-an, minat akan
penerapannya pun muncul seketika.
Diagram arus data sangat baik untuk membuat model proses pada
tingkat ringkasan. Akan tetapi, diagram arus data kurang baik dlaam
menangkap detail-detail pemrosesan. Karena alasan ini, diagram arus data

21
biasanya dilengkapi alat-alat lain yang lebih berorientasi pada detail, seperti
menggunakan diagram kasus pengunaan (use case diagram).
1. Diagram Arus Data
Diagram arus data (data flow diagram-DFD) adalah penyajian grafis
dari sebuah sistem yang menggunakan empat bentuk simbol untuk
mengilustrasikan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang
saling tersambung. Simbol-simbol tersebut mencerminkan (1) unsur-unsur
lingkungan dengan mana sistem berinteraksi, (2) proses. (3) arus data, (4)
penyimpanan data.

2. Unsur-unsur Lingkungan
Unsur-unsur lingkungan berada di luar batas sistem. Unsur-unsur ini
memberikan input data kepada sistem dan menerima output data dari
sistem. Dalam DFD, tidak ada perbedaan antara data dan informasi.
Seluruh arus maya dapat dianggap sebagai data.
Istilah terminator seringkali dipergunakan untuk menyatukan unsur-
unsur lingkungan, karena menunjukkan titik-titik dimana sistem berahir.
Suatu terminator digambarkan dala DFD dalam bentuk kotak atau persegi
panjang, yang diberi label dengan nama unsur lingkungan tersebut. Suatu
terminator dapat berupa :
a. Orang, seperti seorang manager, yang menerima laporan dari system
b. Organisasi, seperti departemen lain dalam perusahaan atau perusahaan
lain.
c. System lain yang memiliki antar muka dengan system.

Pekerjaan penting dalam analisis dan desain sistem adalah


pendefinisian sistem. Terminator-lah yang melakukan pekerjaan ini.
Pengembang akan bekerja di dalam dan menciptakan hubungan-
hunbungan dengan lingkungan sistem dalam bentuk arus data.

3. Proses

22
Proses adalah suatu yang mengubah input menjadi output. Proses
dapat digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang
horizontal, atau sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar. Masing-
masing simbol proses diidentifikasikan dengan sebuah label. Teknik
pemberian label yang paling umum adalah dengan menggunakan kata
kerja dan objek, akan tetapi juga bisa dengan menggunakan nama sistem
atau program komputer.

4. Arus Data
Arus data terdiri dari sekumpulan unsur-unsur data yang
berhubungan secara logis (mulai dari unsur data tunggal hingga satu file
lebih) yang bergerak dari satu titik atau proses ke titik atau proses lainnya.
Simbol panah digunakan untuk menggambarkan arus ini dan dapat
digambarkan dengan garis lurus maupun melingkar.
Arus data dapat menyebar ketika data yang sama menuju pada
beberapa lokasi di dalam sistem. Arus data juga dapat meyatu untuk
menunjukkan beberapa arus data yang identik menuju ke satu lokasi.
Terkadang desain sistem meminta adanya arus dua arah. Hal ini dapat
digambarkan dengan satu garis yang memilik dua ujung panah, atau dua
panah.
Arus data harus melibatkan proses, data dapat mengalir antara entitas
eksternal dan proses, antara penyimpanan data dan proses, dan antara dua
proses atau lebih.

5. Penyimpanan Data
Penyimpanan data adalah gudang data. Penyimpanan data dapat
ditunjukkan oleh sekumpulan garis-garis sejajar, sebuah kotak dengan
ujung terbuka, atau bentuk oval.
Proses menggambar DFD hanyalah mengidentifikasi proses-proses
yang terjadi, menghubungkan mereka dengan arus-arus data,

23
mengidentifikasi terminator yang memberikan input dan menerima output,
serta menambahkan penyimpanan data bilamana dibutuhkan.

6. Diagram Arus Data Bertingkat


Yaitu mengidentifikasi proses-proses utama sistem. Proses utama
sistem ini disebut nomor 0 (figure 0 diagram). Tambahan DFD dapat
digunakan untuk menghasilkan dokuentasi dengan tingkat yang lebih
ringkas dan lebih rinci.

Diagram Arus Data Sistem Komisi Penjualan

Pelanggan
Mengirimkan surat

1.
Membuka
Pesanan Penjualan
surat
Pesanan
2. penjualan yg
Memasukan dimasukkan
File formulir
data pesanan
Data pesanan penjualan pesanan
yang telah dimasukkan penjualan
penjualan

3.
Menyortir
pesanan-
pesanan
penjualan
Catatan penjualan
Yang telah disortir

4.
Manajer
Menghitung
penjualan
komisi Laporan
penjualan komisi
penjualan

24
7. Diagram Konteks
Diagram konteks (context diagram) menempatkan sistem dalam
suatu konteks lingkungan. Diagram ini terdiri dari atas satu simbol proses
tunggal yang melambangkan keseluruhan sistem. Diagram ini
menunjukkan arus data yang mengarah dan keluar dari terminator. Ketika
menggambarkan sebuah diagram konteks :
a. Hanya menggunakan satu simbol proses saja
b. Memberikan label pada simbol proses untuk mencerminkan
keseluruhan sistem.
c. Jangan memberikan nomor pada simbol proses tunggal
d. Memasukkan seluruh terminator untuk sistem
e. Menunjukkan seluruh arus data yang terjadi antara terminator dan
sistem.

Mengirimkan surat
Pelanggan

Sistem komisi
penjualan

Laporan komisi penjualan

Manajer
penjualan

Diagram konteks dari sebuah sistem komisi penjualan

8. Diagram Nomor N
Diagram ini mendokumentasikan suatu proses dari sebuah DFD
dengan tingkat detail yang lebih besar. n melambangkan nomor proses
pada tingkat yang lebih tinggi dari sesuatu yang sedang didokumentasikan.

9. Beberapa Banyak Detail yang Harus Ditampilkan

25
Terdapat dua aturan umum yang memandu para pengembang untuk
menentukan berapa banyak tingkat DFD yang akan digunakan, yaitu (1)
Membatasi satu DFD menjadi tidak lebih dari enam hingga delapan
proses, (2) Menggunakan alat lain untuk mendokumentasikan tingkat
detail yang paling rendah , tetapi dengan menggunakan tidak lebih dari
satu halaman.

10. Kasus Penggunaan


Merupakan suatu uraian naratif dalam bentuk kerangka dari dialog
yang terjadi antara sistem primer dengan sekuder. Dalam kebanyakan
kasus, sistem primer adalah program komputer, dan sistem sekunder
adalah orang yang berinteraksi dengan program komputer. Sedangkan
dialog biasanya terdiri atas tindakan-tindakan yang diambil oleh para
partisipan, seperti yang dilakukan oleh seorang operator entri dan sistem
computer.
Terdapat dua format dalam kasus penggunaan. Salah satunya
berbentuk naratif kontinu dengan nomor yang berurutan untuk masing-
masing tindakan. Sedangkan format yang lain disebut dengan format ping-
pong, karena terdiri atas dua naratif dan penomoran yang menunjukkan
bagaimana tugas-tugas terjadi bergantian antara sistem primer dengan
sekunder. Format ping-pong merupakan format yang paling popular.

J. Manajemen Proyek
1. Pengertian Proyek
Proyek adalah suatu rangkaian pekerjaan yang diadakan dalam
selang waktu tertentu & mempunyai tujuan khusus. yang membedakan
proyek dengan pekerjaan lain adalah sifatnya yang khusus dan tidak
bersifat rutin pengadaannya, sehingga pengelolaannya pun memerlukan
ekstra lebih banyak. Semua proyek selalu mengandung resiko relatif besar
berkaitan dengan manajemen yang diterapkan untuk proyek itu.

26
Proyek-proyek pengembangan sistem yang pertama dikelola oleh
manajer unit TI, dengan dibantu oleh manajer dari analisis sistem,
pemrograman, dan operasi. Melalui percobaan, tanggung jawab
manajemen secara bertahap telah mencapai tingkat manajemen yang lebih
tinggi yaitu tingkat strategis dalam kebanyakan kasus. Dewasa ini,
dimungkinkan bagi manajemen siklus hidup untuk mencakup beberapa
tingkat organisasi dan melibatkan manajer-manajer di luar lingkup TI.
Ketika sistem memiliki nilai strategis atau pengaruhnya meliputi
keseluruhan organisasi, direktur, atau komite eksekutif perusahaan dapat
memutuskan untuk mengawasi sendiri proyek pengembangan tersebut.
Banyak perusahaan membentuk suatu komite khusus di bawah tingkat
komite eksekutif yang menerima tanggung jawab untuk mengawasi
seluruh proyek sistem. Ketika tujuan dari dibentuknya sebuah komite
adalah untuk memberikan panduan, arah, dan kendali secara terus-
menerus, maka ia disebut sebagai steering committee (komite pengarah).

2. Tujuan Manajemen Proyek


Tujuan manajemen proyek adalah untuk mewujudkan gagasan atau
ide yang timbul dari naluri manusia baik secara perorangan maupun
organisasi dalam bentuk original (utuh, murni dan nyata) dengan sifat
pengelolaan proyek yang spesifik dalam mewujudkan tujuan. Sifat khas
dari suatu manajemen proyek, antara lain:
a. Mempunyai upaya pendekatan sistematis yang menguntungkan atau
positif
b. Sifat pekerjaan yang khas dan menonjol
c. Siklus kehidupan perkembangan yang spesifik
d. Peran pimpinan proyek lebih dominan

Manajemen proyek dilakukan melalui pendekatan sistematis yaitu


upaya menguraikan atau merinci komponen-komponen obyek untuk
dipelajari dan dievaluasi permasalahan, kelemahan maupun kebutuhan

27
sehingga dicarikan alternatif solusi terbaik yang menguntungkan atau yang
positif, adapun komponen sistem merupakan unsur-unsur yang
membangun terbentuknya sistem berupa aktivitas dan fasilitas, dimana
komponen yang ada saling terkait dan berinteraksi satu sama lain

3. Karakteristik Proyek
Dengan Memahami sifat khas dari pengelolaan proyek seperti yang
diuraikan diatas maka dapat menjadi pelajaran dan modal yang berharga
dalam melibatkan diri pada pengelolaan proyek, sebab pelaksana proyek
diharapkan dapat mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan pada
setiap tindakan manajemen proyek, sehingga keputusan dicapai dengan
hasil maksimum, diterima dan memuaskan semua pihak yang terkait, dan
mampu memberikan perubahan positif pada user baik sebagai pribadi
maupun lingkungan masyarakat yang membutuhkan, hal ini sesuai dengan
karakteristik proyek, yaitu :
a. Mempunyai tujuan spesifik
b. Hasil akhirnya bisa diserahkan dan dimanfaatkan
c. Melibatkan banyak jenis sumber daya
d. Dibatasi oleh suatu nilai tertentu yang jelas (ruang lingkup, waktu,
kualitas dan biaya)

4. Steering Committe (SIM)


Ketika sebuah perusahaan membentuk satu steering committee
dengan tujuan mengarahkan penggunaan sumber daya komputasi
perusahaan, maka nama steering committee SIM akan digunakan. Para
anggota permanen dari steering committee SIM selalu terdiri dari para
eksekutif puncak. Sedangkan anggota sementara terdiri atas manajer-
manajer di tingkat yang lebih rendah dan para konsultan yang ikut
berpartisipasi sepanjang keahlian mereka dibutuhkan. Steering Committee
SIM menjalankan 3 fungsi utama yaitu:

28
a. Menciptakan kebijakan yang memastikan dukungan komputer untuk
mencapai sasaran strartegis perusahaan
b. Melakukan pengendalian fiskal dengan bertindak sebagai yang
berwenang dalam memberikan persetujuan untuk seluruh permintaan
akan pendanaan yang berhubungan dengan komputer.
c. Menyelesaikan perselisihan yang terjadi sehubungan dengan prioritas
penggunaan komputer

5. Kepemimpinan Proyek
Steering committee SIM jarang ikut terlibat langsung dnegan detail
pekerjaan. Tanggung jawab itu jatuh ke tangan tim proyek. Tim proyek
adalah semua orang yang ikut berpartisipasi dalam pengembangan sistem
informasi. Satu tim dapat memiliki anggota hingga 12 orang, yang terdiri
dari atas gabungan beberapa orang pengguna, spesialis informasi, dan
mungkin auditor internal. Auditor akan memastikan bahwa desain sistem
telah memenuhi beberapa persyaratan tertentu dilihat dari segi keakuratan,
pengendealian, keamanan, dan auditabilitas. Aktivitas tim akan diarahkan
oleh seorang ketua tim atau pimpinan proyek yang memberikan arahan di
sepanjang masa proyek. Berbeda dari steering committee SIM, tim proyek
tidaklah bersifat terus-menerus dan biasanya dibubarkan ketika
implementasi telah selesai dilaksanakan.

6. Mekanisme Manajemen Proyek


Dasar dari manajemen proyek adalah rencana proyek, yang dibuat
selama tahap investigasi awal ketika metodologi pengembangan berfase
diikuti. Setelah tujuan proyek, kendala proyek, dan ruang lingkupnya telah
selesai diidentifikasi, kita akan dapat mengklasifikasikan pekerjaan-
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Rencana ini pertama-tama dirancang
dalam bentuk umum dan selanjutnya dibuat lebih spesifik. Satu format
yang populer untuk rencana terinci adalah grafik Gantt. Grafik Gantt
adalah sebuah grafik batang horizontal yang mencantumkan satu grarfik

29
batang untuk setiap pekerjaan yang dilaksanakan. Grafik-grafik batang
tersebutu disusun dalam urut-urutan waktu. Berikut ini merupakan contoh
dari grafik Gantt:

Satu pelengkap bagi grafik Gantt adalah diagram jaringan. Diagram


jaringan atau yang disebut juga diagram CPM (Critical Path Method) atau
PERT (Program Evaluation dan Review Technique), adalah sebuah
gambar yang mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan
menghubungkannya dengan panah-panah dan urutan pengerjaan. Berikut
ini merupakan contoh dari diagram jaringan:

Grafik Gantt dan diagram jaringan adalah contoh dari laporan grafis.
Laporan grafis berbeda dengan laporan naratif. Laporan naratif dibuat oleh
pimpinan proyek, dan memberikan alternatif komunikasi informasi proyek

30
lainnya bagi steering committee SIM. Komite akan melakukan pertemuan
secara berkala, dan pimpinan proyek akan melengkapi laporan-laporan
tertulis mereka dengan laporan lisan yang meninjau kemajuan,
mengidentifikasi tantangan, dan menyebutkan tindakan-tindakan di masa
yang akan datang. Dengan cara ini, komite akan dapat tetap terus
mengikuti perkembangan masing-masing proyek dan mengambil
keputusan yang ditujukan untuk memastikan bahwa proyek dapat
diselesaikan dengan sukses, dan berada dalam batasan waktu dan
anggaran.

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Proyek


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen proyek
dalam pelaksanaannya, berikut merupakan penjelasannya:
a. Pemangku Kepentingan
Pemangku Kepentingan adalah individu atau organisasi yang
secara aktif terlibat di dalam suatu proyek, atau kepentingan seseorang
yang akan terpengaruh baik secara positif ataupun negatif sebagai
akibat dari eksekusi suatu proyek ataupun selesainya suatu proyek.
Tim Manajemen proyek harus mengidentifikasi pemangku
kepentingan untuk mengetahui apa saja kebutuhan dan harapan mereka
terhadap suatu proyek yang apabila dipenuhi dapat berpengaruh
terhadap suksesnya suatu proyek. pemangku kepentingan dari setiap
proyek dapat meliputi:
1) Manajer Proyek, orang yang bertanggung jawab melaksanakan
proyek
2) Pelanggan, orang atau organisasi yang akan menggunakan produk
tersebut
3) Organisasi pelaksana, perusahaan dimana kebanyakan
karyawannya terlibat langsung dalam melaksanakan proyek
tersebut

31
4) Sponsor, orang atau grup di dalam organisasi pelaksana yang
menyediakan kebutuhan dana untuk pelaksanaan proyek

b. Struktur Organisasi
Suatu proyek biasanya merupakan bagian dari suatu organisasi
yang lebih besar. Struktur organisasi dari suatu perusahaan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan suatu proyek, karena tugas dan
tanggung jawab dari anggota proyek dalam struktur organisasi yang
berbeda adalah tidak sama.

c. Keahlian Manajerial
Aspek ini sangat berpengaruh terhadap proyek karena
kelangsungan dari proyek sangat tergantung dari keahlian manajer
proyek untuk menangani aspek finansial, perencanaan, organisasional
dan aspek lainnya secara sinergis dan berkesinambungan. Beberapa
contoh keahlian manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin proyek
adalah:
1) Kepemimpinan
2) Komunikasi
3) Negosiasi
4) Pemecahan Masalah
5) Mempengaruhi Organisasi
6) Pemersatu
7) Pengambil Keputusan

K. Estimasi Biaya Proyek


1. Pengertian Biaya
Biaya dapat didefinisikan sebagai sumber daya yang dikeluarkan
untuk mencapai sasaran tertentu. Biaya dalam lingkup proyek dapat
dikatakan pula sebagai anggaran. Dalam suatu proyek, tentu anggaran
yang dicanangkan selalu memiliki keterbatasan. Dari keterbatasan

32
tersebut, maka sangat perlu anggaran dikelola agar tidak melampaui batas.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasikan biaya dan
pengontrolan terhadap kegiatan proyek tersebut. Dalam manajemen
proyek, yang menjadi perhatian utama adalah biaya sumber daya yang
digunakan untuk menyelesaikan kegiatan dalam jadwal proyek.

2. Rencana Manajemen Biaya


Rencana manajemen biaya yang dimaksud adalah segala hal yang
menjelaskan bagaimana organisasi akan mengelola varian biaya dalam
proyek. Rencana manajemen biaya juga menjelaskan bagaimana merespon
proposal yang lebih tinggi atau lebih rendah dari estimasi definitif.
Rencana manajemen biaya dapat dilakukan dengan menggunakan
tingkatan estimasi biaya yang dibuat sesuai keperluan. Tingkatan estimasi
biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Estimasi Pendahuluan, estimasi ini digunakan untukk menyeleksi
proyek dan dikerjakan 3-5 tahun sebelum waktu proyek selesai.
b. Estimasi untuk Anggaran, estimasi ini digunakan untuk alokasi dana
dalam anggaran perusahaan dan dikerjakan 1-2 tahun sebelum waktu
proyek selesai.
c. Estimasi Definitif, estimasi ini digunakan untuk rincian pembelian dan
merupakan estimasi yang digunakan sebenarnya karena dibuat selama
proyek berlangsung.

Selanjutnya, dalam pengestimasian biaya tentu selalu ada faktor yang


harus diperhatikan. Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam estimasi biaya:
a. Keadaan lingkungan perusahaan (nilai tukar)
b. Kebijakan estimasi biaya (template, file proyek, informasi historis,
pengetahuan tim proyek, dan pengalaman proyek-proyek sebelumnya)
c. Pernyataan cakupan proyek
d. Rencana manajemen proyek (jadwal, SDM, dan resiko)

33
3. Menyusun Pengestimasian Biaya
Mengestimasikan waktu dan uang yang dibutuhkan untuk
mengembangkan sebuah sistem telah lama menjadi satu tugas yang
menantang. Akan tetapi, lambat laun telah diciptakan banyak metode yang
dapat digunakan untuk mengestimasi biaya dan jadwal proyek. Semua
metode ini kurang lebih mengandalkan pada tiga komponen:
a. Informasi mengenai sistem tertentu yang sedangg dibuat dan orang
yang akan melakukan pengembangan
b. Pengalaman historis
c. Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-
alat serta teknik estimasi

Proses dalam pengestimasian biaya terdiri atas sekumpulan input,


alat-alat dan teknik, serta outputnya. Sebuah work breakdown system
(WBS) mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas proyek yang akan
membutuhkan sumber daya. Contoh WBS yaitu grafik Gantt dan diagram
jaringan. Kebutuhan sumber daya mencantumkan sumber daya tertentu
yang akn dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Tarif sumber daya adalah
biaya per unit untuk setiap jenis sumber daya. Estimasi durasi aktivitas
menyebutkan periode pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
aktivitas. Informasi historis terdiri atas file-file dari data proyek masa lalu,
basis data pengestimasian biaya komersial, dan pengetahuan tim proyek.
Beberapa hal diatas merupakan yang biasa ditemukan dalam penginputan
estimasi biaya.
Estimasi analogis menggunakan biaya aktual proyek-proyek serupa
yang telah dilakukan di masa lalu sebagai dasar untuk memproyeksikan
biaya dari proyek yang sedang dipertimbangkan. Teknik ini digunakan
ketika hanya mendapat sedikit informasi lain yang tersedia. Teknik ini
lebih murah daripada teknik-teknik yang lain, tetapi pada umumnya
kurang akurat. Estimasi dari bawah ke atas dimulai dengan detail, seperti

34
aktivitas di dalam grafik Gantt, lalu mengalikannya dengan data biaya,
seperti tarif per jam untuk karyawan, untuk menghasilkan estimasi biaya
proyek. Semakin banyak detail awal, maka akan semakin akurat hasil yang
diperkirakan. Alat-alat terkomputerisasi dapat digunakan secara terpisah
untuk menyederhanakan alat-alat yang baru saja diuraikan Model-model
matematis dapat digunakan untuk menguantifikasi karakteristik proyek
dan membuat simulasi dari berbagai macam skenario. Hasil output teknik
ini akan paling akurat ketika data historisnya akurat, karakteristiknya dapat
dikuantifikasikan dengan mudah, dan model tersebut dapat diatur skalanya
sehingga dapat menangani proyek dalam rentang yang panjang dan lebar.
Dalam output pengestimasian, estimasi biaya dibuat untuk seluruh
sumber daya yang dibebankan ke proyek dan biasanya dinyatakan dalam
unit-unit keuangan yang berlaku, seperti Dolar atau Euro. Estimasi seperti
ini dapat disempurnakan kembali selama proyek berlangsung untuk
mencerminkan tambahan informasi seiring dengan semakin jelasnya
proyek tersebut. Detail-detail pendukung mendokumentasikan bagaimana
estimasi tersebut dihitung dari setiap asumsi-asumsi yang diambil.

4. Komponen Biaya
Biaya yang berhubungan dengan pengembangan sistem informasi
dalam manajemen proyek dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori
utama, yaitu antara lain:
a. Biaya pengadaan (procurement cost)
Biaya pengadaan (procurement cost) merupakan biaya yang
harus dikeluarkan pada tahun-tahun pertama sebelum sistem
dioperasikan, kecuali untuk pengadaan perangkat keras dengan cara
leasing. Biaya pengadaan antara lain dapat terdiri dari:
1) Biaya konsultasi pengadaan perangkat keras.
2) Biaya pembelian atau sewa beli (leasing) perangkat keras.
3) Biaya instalasi perangkat keras.

35
4) Biaya ruangan untuk perangkat keras (perbaikan ruangan,
pemasangan AC).
5) Biaya modal untuk pengadaan perangkat keras.
6) Biaya yang berhubungan dengan manajemen dan staff untuk
pengadaan perangkat keras.

b. Biaya persiapan operasi (start-up cost)


Biaya-biaya persiapan operasi merupakan biaya-baya yang
terjadi di awal-awal tahun sebelum sistem dioperasikan. Biaya yang
berhubungan untuk membuat sistem siap dioperasikan antara lain
seperti :
1) Biaya pembelian perangkat lunak sistem.
2) Biaya instalasi peralatan komunikasi (sambungan telepon, satelit,
frekuensi).
3) Biaya persiapan personil.
4) Biaya reorganisasi.
5) Biaya manajemen dan staff yang dibutuhkan dalam kegiatan
persiapan operasi.

c. Biaya proyek (project related-cost)


Biaya proyek (project related-cost) adalah biaya yang
berhubungan dengan biaya-biaya untuk mengembangkan sistem dan
telah termasuk penerapannya. Biaya proyek antara lain dapat terdiri
dari:
1) Biaya dalam tahap analisis sistem.
 Biaya untuk mengumpulkan data.
 Biaya dokumentasi (kertas, fotocopy,dll).
 Biaya rapat.
 Biaya staff.
 Biaya manajemen yang berhubungan dengan tahap analisis
sistem.

36
2) Biaya dalam tahap disain sistem.
 Biaya dokumentasi.
 Biaya rapat.
 Biaya staff.
 Biaya pembelian perangkat lunak aplikasi.
 Biaya manajemen yang berhubungan dengan tahap disain
sistem.
3) Biaya dalam tahap penerapan sistem.
 Biaya konversi data.
 Biaya latihan personel.
 Biaya manajemen yang berhubungan dengan tahap penerapan
sistem
d. Biaya operasi (on going cost) dan biaya perawatan (maintenance cost)
Biaya operasi (on going cost) dan biaya perawatan (maintenance
cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan
sistem supaya sistem dapat beroperasi, serta biaya yang dikeluarkan
untuk merawat sistem dalam masa operasinya. Berbeda halnya dengan
biaya-biaya lainnya yang biasanya terjadi sebelum operasi sistem
diterapkan, biaya operasi dan perawatan biasanya terjadi secara rutin
selama umur operasi sistem. Biaya operasi dan biaya perawatan antara
lain dapat terdiri dari:
1) Biaya personil (operator, bagian administrasi, pustakawan data,
pengawas data).
2) Biaya overhead (pemakaian telpon, listrik, asuransi, keamanan,
supplies).
3) Biaya perawatan perangkat keras (reparasi, service) dan perangkat
lunak (modifikasi program, penambahan modul program).
4) Biaya perawatan peralatan dan fasilitas.
5) Biaya manajemen yang terlibat dalam operasi sistem.
6) Biaya kontrak untuk konsultan selama operasi sistem.
7) Biaya depresiasi (penyusutan).

37
L. Contoh Kasus

SOLUSI CEPAT UNTUK TI DI FBI?

Pada tanggal 7 Mei 2001, FBI memilih DynCorp untuk menjadi ujung
tombak proyek infrastruktur tiga tahun TI Trilogy-nya yang bernilai $400 juta.
Lalu terjadilah peristiwa 11 September 2001. Tiba-tiba tiga tahun terasa lama,
dibutuhkan suatu tindakan segera, FBI mulai menekan DynCorp untuk
menyelesaikan proyeknya pada akhir tahun 2002.
Pada tanggal 16 Juli 2002, administrasi Presiden Bush mengumumkan
rincian dari Strategi Nasional untuk Keamanan Dalam Negeri (National
Strategy for Homeland Security). Pada hari yang sama, FBI memberikan
informasi kepada panel Kongres bahwa mustahil untuk mempercepat proyek
Trilogy bahkan dengan pennambahan pendanaan sekalipun. Alasannya adalah
FBI memutuskan bahwa lebih penting untuk melakukan proyek dengan benar
daripada melakukannya dengan cepat. Terkadang mengeluarkan lebih banyak
uang mempercepat suatu proyek pengembangan tidak akan memberikan hasil
apapun seberapa pun pentingnya proyek tersebut.

38
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan sistem yang terdiri dari 3 fase upaya yakni persiapan,
definisi, dan solusi bila diterapkan pada pengembangan sistem maka akan
menghasilkan siklus hidup pengembangan sistem (SDLC). Sejumlah
metodologi SDLC telah mengalami evolusi, dengan siklus tradisional,
protoyping, RAD, dan pengembangan berfase yang menarik lebih banyak
perhatian. Setelah sistem dipergunakan dan terdapat kebutuhan untuk
mengembangkannya kembali dengan mempergunakan teknologi modern,
suatu metodologi yang disebut desain ulang proses bisnis akan dapat
dijalankan.
Ketika sistem dikembangkan maka proses, data, dan objek akan dibuat
modelnya. Alat pemodelan proses yang populer adalah pembuatan diagram
arus data, yang mempergunakan simbol-simbol proses dan unsur-unsur
lingkungan yang dihubungkan oleh panah untuk menunjukkan arus data.
Dalam pengembangan sistem, tentu dibutuhkan manajemen proyek dalam hal
itu supaya proyek-proyek berjalan secara semestinya, dan tepat dalam estimasi
biayanya.

B. Saran
Dalam melakukan pengembangan sistem, harus diperhatikan tentang
kebutuhan perusahaan tersebut. Sistem yang diterapkan harus sesuai dengan
kondisi perusahaan yang ada sehingga sistem dapat berjalan maksimal tanpa
gangguan sedikitpun dalam pengaplikasiannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

McLeod, Raymond dan George P. Schell. 2008. Sistem Informasi Manajemen.


Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
O’Brien, James A. dan George M. Marakas. 2014. Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Viyaranti, Gusal. Pendekatan Sistem. Diakses pada tanggal 1 April 2016 pukul
13.00 WIB. https://gussalviyaranti.wordpress.com/2013/11/21/pendekatan-
sistem/
Yulia. System Development Life Cycle. Diakses pada tanggal 1 April 2016 pukul
13.330 WIB. https://yuliagroups.wordpress.com/system-development-life-
cycle-sdlc/
Shift. Mendesain Ulang Proses Bisnis. Diakses pada tanggal 1 April 2016 pukul
14.00 WIB. http://shiftindonesia.com/mendesain-ulang-proses-bisnis-dengan-
konsep-reengineering/
Anshary, Fathul. Pengembangan Sistem. Diakses pada tanggal 1 April 2016 pukul
14.30 WIB. http://fathul-anshary.blogspot.co.id/2012/11/sistem-informasi-
manajemen.html
Said, Faizruel. Konsep Dasar Manajemen Proyek Sistem Informasi. Diakses pada
tanggal 1 April 2016 pukul 15.00 WIB. http://fairuzelsaid.com/konsep-dasar-
manajemen-proyek-sistem-informasi/

40

Anda mungkin juga menyukai