Anda di halaman 1dari 21

makalah AKHLAKUL KARIMAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhlak dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena akhlak sangat
dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi
lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Akhlakul Karimah. Dengan akhlak kehidupan
manusia akan bermutu, dengan akhlak kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan akhlak
kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembahasan kali ini adalah:
a. Apa yang disebut dengan akhlakul karimah?
b. Apa saja akhlakul karimah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW?
c. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya akhlakul karimah?
d. Bagaimana cara menerapakan akhlakul karimah di dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian akhlakul karimah
b. Mampu menerapkan akhlakul karimah sesuai ajaran nabi Muhammad SAW
c. Mengetahui kegunaan akhlakul karimah
d. Mampu memperbaiki kehidupan dengan akhlak yang baik.
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengarui akhlakul karimah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlakul Karimah

Perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
(tabiat) adat kebiasaan.
Karimah artinya mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul karimah ialah budi pekerti atau perangai
yang mulia. Akhlak adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak adalah
bentuk perilaku makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama.
Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist baik yang terpuji
maupun tercela. Semuanya telah tertulis jelas di Qur’an dan Hadist dan semuanya mempunyai
balasan tersendiri. Tinggal manusianya sendiri yang menjalankan dan mempertanggung
jawabkannya nanti di hari akhir. Rasulullah pun berperilaku sesuai Qur’an dan Hadist. Karena
sifatnya itu beliau dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia. Hal ini digambarkan oleh
al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
‫يرا‬ ِ ‫َّللاَ َو ْال َي ْو َم‬
‫اآلخ َر َوذَك ََر ه‬
ً ‫َّللاَ َك ِث‬ َ ‫َّللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ َي ْر ُجو ه‬ ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم ِفي َر‬
‫سو ِل ه‬

“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang
menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada
Allah.”
2.2 Akhlakul Karimah yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW

Akhlakul karimah yang patut kita puji dan tiru antara lain :
1.Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat
dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar
keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
2.Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang
telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian
kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3.kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar
terpenting
4.Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-
nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid,
staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan
antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya.
Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5.kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw.
sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang
dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
6.tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan
warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan
berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
7.visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang
pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
8.menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar
mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau
adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi
manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.

Akhlak Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai beliau karena sesungguhnya siapa
yang mencintai Allah maka Allah lebih mencintainya. Dan apabila orang yang dekat kepada
Allah, Allah selalu memudahkan segala urusannya. Allah Maha Pemberi apa yang dibutuhkan
semua umatNya. Allah tidak pernah merasa rugi apabila Ia memberi kepada umatNya meskipun
umatNya tidak pernah mengingatnya ataupun bersyukur terhadapNya. Allah Maha Pemberi
Maaf bagi umatNya yang mau berubah.
Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa
pun.Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu
memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar
aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa
dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan
peperangan.
Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad diletakkan
di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung sorban dan
bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna karena semua
pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya karena
kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih memiliki
nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa
sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa akan
hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki
akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari padasifat
garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang
sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun
siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong, kalah
pun tak membuatnya menjadi pendengki.
Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan malah
memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan yang telah
diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini, dan
mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan akhlakul karimah sebagai
karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun
di akhirat.
Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak. Baginya,
kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling
memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-
nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara.
Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan
memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki akhlakul karimah.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak

1. Genetik / turunan
Akhlak: jati diri/karakter yang menyertai manusia di manapun ia berada, oleh karenanya
keteladanan orang tua (rumah tangga) sangatlah mempengaruhi terhadap perkembangan akhlak
anak-anaknya. Di sadari atau tidak bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua (ayah, ibu, dan
lainnya) telah menuntun kepada sikap dan perilaku anak-anaknya. Dan ketahuilah bahwa proses
pendidikan lebih banyak dinikmati oleh anak melalui mata, yakni mencapai 83%, dan hanya
11% melalui telinga atau nasehat, sedangkan 6% lainnya melalui keterampilan. Dengan
demikian orang sering mengatakan buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya.
2. Sisi psikologis : Al-nafsiyah / kejiwaan
Secara psikologis bahwa yang turut mempengaruhi pembentkan akhlak adalah berasal dari dalam
diri anak itu sendiri. Hal ini terbentuk oleh faktor pengalaman dan kesadaran anak dalam
kehidupan rumah tangga. Semakin baik kebiasaan rmah tangganya dalam pergaulan keseharian,
maka semakin baik pula akhlak anak-anaknya, sebaliknya semakin rusak akhlak dalam rumah
tangganya, maka semakin banyak kecenderungan memiliki akhlak yang buruk pula.
3. Faktor social / lingkungan : Syariah Ijmaiyah
Faktor lingkungan tidak kalah pentingnya dalam pembentukan akhlak, semakin baik lingkungan
hidup anak, maka semakin baik pula kemungkinan akhlaknya. Pepatah klasik mengatakan
“bahwa dekat pandai besi maka akan kepercikan apinya, dan dekat orang menjual minyak wangi
maka akan keciupan baunya.
4. Nilai Islami yang tertanam dalam dirinya
Gaya hidup seorang manusia / muslim yang dilandaskan dengan al-qur’an dan as-sunnah, akan
terbentuk akhlak yang islami. Karena hal yang demikian itu akan menunjukkan apa yang baik di
mata Allah dan rasulnya, Baik dimata Allah adalah; Takwa dan sabar kepada Allah - mengabdi,
selalu tunduk dan patuh kepada perintah-Nya, Berserah diri dan tawakkal kepada Allah, pandai
bersyukur, Ikhlas dalam semua peristiwa yang terjadi dalam dirinya, serta khouf / takut dan
Radja atau penuh harap.
Sedangkan Akhlak baik untuk Rasullullah : Ikhlas dalam melakukan sesatu yang disunnahkan,
beriman kepada Rasul, selalu mengucapkan shalawat dan salam serta taat dan cinta kepada
Rasul, mempercayai kepada semua berita yang disampaikan Rasul serta menghidupkan
sunnahnya.
.Faktor yang mempengaruhi seseorang berakhlak mulia:
1. Perintah Allah dan Rasulnya
2. Mengikuti sunahnya, karena tujuan diutusnya Rasulullah saw. (QS. Al-Ahzab:21)
3. Sebagai bukti eksistensi keimanan
4. Sebagai kunci dakwah
5. Takut atas ancaman Allah (QS. as-Shaaf:2-3)
6. Sebagai kunci komunikasi untuk mendapatkan kepercayaan
. Faktor-Faktor Yang Membuat Orang Enggan Berakhlak Mulia
1. Tidak ada keinginan mempertebal iman
2. Sudah menjadi kebiasaannya di waktu kecil
3. Tertutupnya hati

2.4 Penerapan Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari

Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia merupakan fondasi yang kokoh demi
terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan hubungan
antar sesama manusia (hablumminannas). Akhlakul karimah tidak lahir begitu saja menjadi
kodrat manusia atau muncul secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses yang panjang
serta memanifestasi seumur hidup melalui pembelajaran atau pendidikan akhlak yang
sistematis bersifat menyeluruh meliputi 4 dimensi kehidupan manusia yaitunya fisik, mental,
emosional dan spiritual.
Akhlakul karimah yang dikontrol oleh nilai-nilai agama Islam dapat membuat seorang
muslim mampu menjalankan tiga hal berikut :
1. Dalam berinteraksi dengan Allah SWT , yaitu dengan akidah dan ibadah yang benar disertai
dengan akhlakul karimah.
2. Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, yaitu dengan bersifat objektif, jujur, dan konsisten
mengikuti manhaj Allah SWT .
3. Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka,
amanah, menunaikan kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Dengan kesuksesan dalam menjalani ketiga hal di atas. Maka, kita akan mendapatkan
ridha dari Allah SWT, ridha dari diri sendiri dan ridha dari sesama manusia. Dan berpengang
teguh pada nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh Islam, maka kita mampu mencapai
kesuksesan dunia dan akhirat. Pada dasarnya nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh
Islam. Jika, diamalkan secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab mampu menjawab
problematika yang sedang diderita umat Islam saat ini. Baik permasalahn sosial, politik maupun
ekonomi.
Sejarah merupakan bukti nyata sebagai mana umat Islam dalam masyarakat Madinah
pada zaman Rasulullah. Ternyata masyarakat yang tidak kenal adab pun ketika itu masih
memiliki nurani dengan memberikan gelar Al-amin yang berarti terpercaya kapada Rasulullah
karena akhlakul karimah yang dimiliki oleh Rasulullah. Ini sebagai bukti bahwa sampai
kapanpun akhlakul kariamh akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat senantiasa akan
hadir. Oleh sebab itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya memiliki
akhlakul karimah atau budi pekerti yang luhur. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi,
kasih sayang dari pada sifat garang, bersimpati dari pada membenci, dan didalam berkompetisi
menang tidak akan menjadikan sombong serta kalah tidak akan mambuatnya menjadi pendengki.
Tapi, yang lebih menarik adalah berani mengakui kesalahan bukan memutar balikkan fakta
sehingga menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Hal ini terjadi karena gengsi mengakui
suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika nabi Muhammad SAW
pernah bersabda
Artinya :“sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak
manusia” (H.R. Ahmad)
Akhlakul karimah akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh
memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam dan siapa saja yang berhasil menjadikan
akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya. Tentu ia akan menjadi orang paling
beruntung, baik didunia maupun di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
Yunus ayat 26
Artinya: “bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (syurga)dan
tambahannya (kenikmatan melihat Allah) dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam da tidak
pula dalam kehinaan, mereka itulah para penghuni syurga dan mereka kekal didalamnya”
Orang yang berakhlak mulia tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan
kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting dari kepentingan diri sendiri
maupun kepentingan golongannya. Batapa sangat dirindukannya jika semua elemen bangsa
memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan toleransi dari pada
konfrontasi, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan bergerak demi
keutuhan agama, bangsa dan Negara. Dan perlu dipahami bahwa kecanggihan teknologi, system
dan regulasi apapun. Tidak akan memberi manfaat yang maksimal jika semua elemen-elemen
bangsa dan negara ini tidak berkarakter akhlakul karimah.
Bagaimana cara menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari?
Memang itu adalah pertanyaan mendasar yang perlu dicermati. Maka, akan timbul tanda
Tanya besar dalam diri kita. Mampukah kita meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam ber-
akhlak karimah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?. Seorang pemikir barat
bernama Marianne Williamson dengan indahnya menyatakan bahwa, “ketakutan kita yang paling
dalam bukanlah bahwa kita ini tidak mampu. Sebaliknya, ketakutan kita yang paling dalam
adalah bahwa kita amat sangat berpotensi untuk mampu.” Mengingat bahwa kita adalah makhluk
Allah SWT yang dilahirkan dengan potensi sangat luar biasa. Maka, masalahnya adalah bukan
bagaimana memasukkan pemikiran-pemikiran baru tentang akhlakul karimah kedalam benak
kita, tetapi bagaimana kita mampu mengeluarkan dan mengoptimalkan pemikiran-pemikiran
lama sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman dalam
surat Ali-imran ayat 115
Artinya : “dan kebajikan apapun yang mereka kerjakkan, tidak ada yang
mengingkarinya, dan Allah maha mengetahui orang-orang yang bertaqwa”
Menurut Abuddin Nata, salah satu penulis masalah-masalah moralitas, akhlak dan
tasawuf. Memberikan 5 hal penting perbuatan akhlak yang perlu menjadi jalan dan perilaku
hidup ditengah gencarnya hal-hal yang melewati batas-batas moralitas saat ini. Sebagai
pengertian akhlakul karimah dalam pembahasan diatas. 5 prinsip ini tentu dapat menjadi acuan
atau icons dalam berperilaku sosial serta bagaimana aktualnya menerapkan akhlakul karimah
dalam kehidupan sehari-hari.
5 prinsip dasar perbuatan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari menurut Abudin Nata
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga
telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini berarti
pada saat melakukannya yang bersangkutan tidak sadar, yang dimaksud disini bahwa perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang sehat akal dan pikirannya. Namun, karena
perbuatan tersebut sudah mendarah daging, pada saat akan mengerjakannya sudah tidak lagi
memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal ini tidak ubahnya seorang yang sudah
mendarah daging dan terdisiplinkan untuk selalu mengerjakan shalat lima waktu. Maka, pada
saat datang panggilan shalat ia sudah merasa tidak berat lagi mengerjakannya, tanpa pikir-pikir
lagi ia sudah dengan mudah dan ringan dapat mengerjakannya.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tumbuh dari dalam diri seseorang yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar perbuatan. Akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan atas dasar kemauan. Pilihan dan kepuasan yang bersangkutan.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main
atau karena bersandiwara. Untuk mengetahui perbuatan yang sesungguhnya dapat dilakukan
melalui cara yang continue dan terus menerus.
5. Perbuatan akhlakul karimah adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata
karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji.
Sehingga 5 prinsip dasar akhlakul karimah dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Supaya terhindar dari kepura-puraan
dan ujub (ingin dipuji). Dengan pemahaman 5 prinsip dasar menurut Abuddin Nata itu kita dapat
mewujudkan akhlakul kharimah yang berlandaskan iman dan Islam sehingga mampu tercipta
suatu komunitas manusia yang berkarakter akhlak yang mulia
Berikut beberapa tips yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari. Tips ini terdiri dari pemahaman inti dan 3 langkah konkrit
Pemahaman inti
penulis akan memberikan sedikit penjelasan mengenai pemahaman inti yaitunya
tanamkanlah dan dedikasikanlah secara sungguh-sungguh dalam pemikiran dasar atau mind set
kita untuk lebih mendahulukan hati nurani dari pada ego. Hati nurani akan memberikan
gambaran sederhana mengenai hal yang baik dan hal yang tidak baik atas apa yang telah dan
yang akan kita perbuat. Serta, dengan bertanya kedalam hati nurani maka ia akan menjawab
konsekuensi apa yang akan kita terima bila kita tidak atau akan melakukannya. Seperti yang
tertulis dalam kutipan sebuah lirik lagu yang dinyanyikan oleh Bryand Adam “looking to you’r
heart, you will see (lihatlah ke dalam hatimu, kamu akan melihat) ” Dan jika seseorang lebih
mementingkan ego dari pada hati nurani, maka ia tidak akan pernah mendengarkan kata hatinya
melainkan memperturutkan hawa nafsunya yang akan menimbulkan mala petaka.
3 langkah konkrit
1. Fahami secara mendasar nilai-nilai akhlakul karimah sebagaiman yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW semasa hidupnya. Dengan akhlakul karimah yang dimilikinya Rasulullah
menjadi agent of change bagi umatnya.
2. Secara sistematik dan sungguh-sungguh menerapkan dan melaksanakan hala-hal yang kita
fahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada
lingkungan yang kecil dan sederhana pula bersifat privat. Setelah itu mulailah sebuah langkah
besar memberikan perubahan. Hal ini hendaknya kita mulai dari saat ini
3. Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai hal-hal yang telah kita ketahui
dan kita fahami tentang akhlakul karimah atau akhlak yang mulia. Dan jadikanlah diri kita
sebagai Agent of change setelah Rasulullah SAW.
Dengan pemahaman dan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat tercipta suatu
kebiasaan yang pada akhirnya bila kita lakukan secara konsisten maka, akan terbentuk karakter
atau integritas akhlakul karimah dalam diri kita.
Selanjutnya, dengan implementasi akhlakul karimah atau akhlak yang mulia maka,
jaminanya adalah kita akan menjadi mukmin sejati dan pribadi yang unggul. Sehingga
mendapatkan kemenangan di Dunia dan Akhirat. Dan orang yang berakhlak mulia akan
mendapat ganjaran kebaikan berupa pahala, terhormat di hadapan Allah, terhormat di hadapan
masyarakat, dan terhormat di hadapan diri sendiri.
Dalam pandangan ilmu pengetahuan akhlakul karimah dapat memberikan kontribusi
yang sangat besar dalam menunjang prestasi dan produktifitas. Memang banyak orang yang
merasa bahwa tidak ada kaitan secara nyata antara prestasi dan produktifitas dengan akhlak.
Jelaslah bahwa ini adalah pandangan yang keliru. Bila kita memahami secara sungguh-sungguh
nilai-nilai akhlakul karimah, maka kita menemukan bahwa nilai-nilai tersebut merupakan nilai-
nilai yang dapat saling bersinergi dalam menumbuh kembangkan potensi manusia yang
bermartabat dengan berlandaskan iman dan taqwa. Maka dari itu, pembentukan pribadi-pribadi
yang berkualitas tidak cukuplah dengan pendidikan dan prestasi yang tinggi. Namun, pendidikan
dan prestasi harus berlandaskan akhlakul karimah atau akhlak yang mulia sehingga pribadi-
pribadi tersebut berkualitas di Dunia dan di Akhirat.
Dalam bingkai pemahaman tentang akhlakul karimah, yang dipersembahkan dalam
sebuah karya sederhana tapi mengandung artian yang sangat konkrit dalam kehidupan yang
nyata. Sehingga lahirlah sebuah fatwa yang menyatakan “maka dari itu, jangan sampai ujar-ujar
ini terjadi pada kita, yaitu : dahulu, ketika tiang-tiang suraunya dari kayu, ihkwannya berhati
emas. Kini, ketika tiang-tiang suraunya terbuat dari emas, ikhwannya berhati kayu”
Orang yang memiliki akhlakul karimah memiliki keteguhan, ketabahan dan prinsip hidup
yang diwujudkan secara manifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara konsisten melakukan
improvement untuk meninggikan dan mengagungkan akhlakul karimah sesuai dengan akhlakul
karimah yang dimiliki oleh rasul. Sehingga kita mampu menjadi agent of change setelah
Rasullah, memberikan cahaya kebaikan yang mampu menghidupkan akhlakul karimah di era
modern yang sudah lama redup dan hampir padam. Orang-orang seperti itulah yang sangat
dirindukan pada saat sekarang ini. Tapi, Sebelum kita menjadi agent of change maka, kita harus
mampu memanage diri kita sendiri untuk ber-akhlakul karimah.
Ber-akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain
Dengan terwujudnya perilaku berdasarkan nilai-nilai akhlakul karimah yang tercermin
pada keangungan dan ketinggian budi pekerti pribadi-pribadi muslim tersebut, manakala hal itu
dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Dan pada akhirnya dapat dipastikan bahwa
pancaran cahaya dari dalam diri pribadi itu akan mampu menyinari sekelilingnya, mampu
menjadi pendorong terciptanya perubahan bagi orang lain dan lingkungannya. Seperti yang telah
penulis jelaskan sebelumnya, bahwa pribadi-pribadi yang ber-akhlakul karimah ibaratkan virus
yang menyebarkan dan menaburkan nilai-nilai kebaikan disekelilingnya. Hal tersebut sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Ali-imran ayat 114
Artinya : “mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang
makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan bersegeralah mengerjakan berbagai
kabaikan, mereka termasuk orang-orang shaleh”
Berikut sepenggal kisah keagungan dan ketinggian akhlak Rasulullah yang sangat
berharga untuk kita renungkan. Betapa konsistensi beliau terhadap nilai-nilai kemuliaan akhlak
bahkan sampai menjelang beliau wafat sekalipun.
Saat itu menjelang wafat, beliau mengumpulkan para sahabat, lalu beliau menyampaikan
fatwa singkat .
“wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah Nabimu. pemberi nasehat dan yang
mengajak kepada Allah dengan seizin-Nya. Bagimu, aku tidak berdaya seperti saudara seayah
dan seibu. Siapa diantara kamu yang pernah kusakiti, bangkitlah dan balaslah aku sebelum
datang pembalasan di hari kiamat nanti .”
Awalnya, tidak ada tanggapan dari para sahabat, hingga ketiga kalinya nabi Muhammad
mengulang perkataannya “ayo, siapa yang pernah kusakiti bangkitlah, balaslah aku….ambil
qisasnyapada diriku”
Pada saat itulah Ukasyah, salah seorang sahabat nabi yang hadir pada saat itu, bangkit
dan berkata “wahai... Rasulullah demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusannya. Jika engaku
tidak menyerukan hal itu hingga tiga kali, tentu tidak ada seorang pun yang mendorong aku
untuk menghadapmu”
“apa keinginanmu ya..Ukasyah?” Tanya nabi
“begini ya baginda, pada saat perang Badar, tiba-tiba saja unta yang ku tunggangi lepas
kendali dan mendahului unta baginda, sehingga aku keluar barisan, aku turun mendekat pada
baginda, saat itu tiba-tiba baginda mengayunkan cambuk ketubuhku. Aku tidak tahu, apakah
baginda sengaja memukulku atau memukul unta”
Rasulullah pun segera mengambil tindakan tegas, balasan ahrus ditunaikan. Beliau
meminta Bilal untuk mengambil cambul ke rumah Fatimah, dengan tergopoh-gopoh Bilal
kembali ke majelis dengan membawa cambuk, lalu diserahkan kepada Ukasyah. Ukasyah pun
siap menuanikan qisas. Abu bakar r.a dan Umar r.a, dua sahabat setia Rasulullah
mengahadangnya, “hai Ukasyah, sekarang kami dihadapanmu, ambillah qisasmu dari kami,
sedikitpun kami tidak rela jika kamu mengambil qisas dari Rasul.” Tatapi Rasulullah
menenangkan mereka dan meminta mereka untuk kembali duduk.
Tidak hanya Abu bakar dan Umar, sahabat yang lain yakninya Ali beserta Hasan dan
Husein juga maju dan meminta hal yang sama kepada Ukasyah. Namun, Rasulullah kembali
menenangkan mereka. Nabi kembali meminta Ukasyah untuk segera melaksanakan qisas
“Ukasyah cambuklah aku, lakukan jika aku benar-benar melakukan kesalahan padamu.”
“ya Rasul, ketika engkau memukulku, saat itu aku tidak memakai baju.” Jelas Ukasyah
Rasulullah pun menurutinya, dibukanya baju beliau. Begitu melihat rasul mengenakan bajunya,
para sahabat menangis bercucuran air mata. Ukasyah sendiri bergetar hatinya meremang bulu
kuduknyadan larut dalam keangungan serta kebesaran jiwa nabi dihadapannya. Saat itulah dia
melakukan keanehan, tidak melakukan qisas tapi justru menumbruk tubuh Rasul dan
merebahkan dirinya bersimpuh dihadapan rasul sambil berteteskan air mata yang terus mengalir
dipipinya.
“subhanaakaallahumma wabihamdika, asyhadu al-laa ilaahailla anta , astaghfiruka
waatuubu ialaik”
“maha suci engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
engkau, saya memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”
(Kisah ini dikutip dari http;//baitulamin.org/flights/akhlak/231-akhlak-manifestasi-
ubudiyah-.html)
Akhlakul kariamah adalah salah satu senjata ampuh Rasulullah dalam menyiarkan agama
Islam. Dengan akhlak Rasul yang sangat mulia mampu meluluhkan hati sekeras baja.
Melapukkkan segala kemungkaran dan kefasikan di muka Bumi. Itulah yang dimaksud dengan
akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain. Ibaratkan sebuah cahaya yang memberikan
sinar terang disekelilingnya.
Ketinggian dan kesempurnaan akhlakul karimah nabi Muhammad SAW sangatlah
memukau, agung dan mampu mempesona tidak saja umat Islam bahkan kaum non Islam
sekalipun. Seorang pemikir barat George Bernard Shaw mengatakan”…saya telah mempelajari
kehidupan nabi Muhammmad yang betul-betul mengagumkan…saya yakin sekali orang seperti
dia jika diserahi memimpin dunia modern, tentu berhasil menyelesaikan segala persoalan dengan
cara yang dapat membawa Dunia kedalam kesejahteraan dan kebahagiaan. Saya berani
meramalkan bahawa akidah yang dibawa Muhammmad akan diterima abaik di Eropa kemudian
hari.”
Posisi akhlak dalam Islam adalah dapat di ibaratkan sebagai fondasi yang melandas
sebuah konstruksi bangunan yang bernama “kesuksesan Dunia Akhirat.” Orang yang memiliki
akhlakul karimah secara normatif mampu menjadi pusat referensi bagi orang lain yang ada
disekelilingnya sehingga mampu bertahan dari segala perubahan yang terjadi dari masa ke masa.
Prinsip universal yang dimiliki oleh seorang yang ber-akhlakul karimah mampu menunjukkan
kesanggupan di satu sisi mampertahankan semangat keislaman dan di sisi lain menyesuaikan
aspek teknisnya dengan perkembangan zaman. Paradigma orang yang ber-akhlakul karimah jauh
lebih baik dari pada orang yang berpendidikan tinggi. karena fundamental dari sebuah
pendidikan adalah akhlakul karimah. Jika orang yang berpendidikan menjadikan akhlakul
karimah sebagai fundamental dalam mengembangkan ilmunya, maka dia adalah sosok agent of
change yang selama ini ditunggu-tunggu untuk memberikan cahaya terang di dunia pendidikan
yang berlandaskan akhlakul karimah di Indonesia.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Berbicara akhlak memang sangat sulit, karena akhlak dipandang sebagai suatu
implementasi nilai-nilai Al-Qur’an. Zakiah Darajat berpendapat jika kita ambil ajaran agama,
maka akhlak adalah sanagt penting, bahkan yang tepenting, dimana kejujuran, kebenaran,
keadilan, dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama. Bagaimana
kita menyikapi akhlak kaum muda kita sekarang ini, itu tergantung siapa yang memandang dan
dari sisi mana dia memandang.
Yang dapat kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak adalah pendidikan
pembentukan akhlak yang baik harus dilakukan dengan kompak dan usaha yang sungguh-
sungguh dari semua aspek kehidupan serta mampu menggunakan seluruh kesempatan, berbagai
sarana termasuk teknologi modern. Disamping itu kita sebagai calon-calon tenaga pendidik,
harus mampu mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran. Jadi tidak hanya transfer
pengetahuan (transfer of knowledge), ketrampilan dan pengalaman yang ditujukan untuk
mencerdaskan akal dan memberikan ketrampilan tetapi juga mampu membentuk kepribadian dan
pola hidup berdasarkan nilai-nilai yang luhur.
3.2 Saran
Sebagai akhir dari makalah ini, maka kita semua barharap bahwa nantinya
semua orang akan mempunyai akhlak yang mulia sehingga tercapai kehidupan yang layak, baik
di dunia dan di akhirat. Dan ingatlah pesan dari Lukmanul Hakim yang telah tertulis dalam Al-
Qur’an sebagai perwujudan akhlak yang mulia.

DAFTAR PUSTAKA

http://mainanalfaqih.blogspot.com/2010/10/sabda-rosulullah-saw-seorang-lelaki.html
http://ansoriok.blogspot.com/2008/03/muhammad-diutus-untuk-menyempurnakan.html
http://burdjani.blogspot.com/2011/01/akhlakul-karimah.html?zx=ad95f2e9730fb872
http://id.shvoong.com/humanities/1784216-ahlak-kepada-tetangga/
http://masbadar.com/2008/06/25/karakteristik-akhlaqul-karimah/
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru
dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain :
1. Perbuatan tersebut dilakukan secara continu atau berkesinambungan.Kalau perbuatan dilakukan
hanya sekali saja maka tidak disebut sebagai akhlak. Contoh, pada orang yang jarang berinfaq,
tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut
tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat
dalam jiwanya.
2. Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan sebab difikirkan atau direncanakan dahulu. Jika
perbuatan itu timbul karena terpaksa atau detelah difikirkan secara matang, maka tidak dapat
disebut akhlak.

B. Tujuan
Diharapkan manusia bisa membiasakan perilaku terpuji, supaya dapat mengendalikan diri
untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT, serta dapat mendorong manusia untuk
menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.

A.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sikap Dan Tingkah Laku Akhlaqul Karimah

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau
penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pertimbangan
Akal dan Syar’i, maka disebut akhlak yang baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah
kemungkaran maka disebut akhlak yang buruk. Jadi akhlakul karimah dapat diartikan sebagai
akhlak yang baik yang daripadanya terdapat unsur dan sifat-sifat kebaikan.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1. Tabi’at atau budi pekerti
2. Kebiasaan atau adat
3. Keperwiraan.

Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru
dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain:
1. Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan. Kalau perbuatan hanya
dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut dengan akhlak. Contoh, pada suatu saat orang
yang jarang berinfak tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu.
Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal
tersebut tidak melekat dalam jiwanya.
2. Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan sebab dipikirkan atau direncanakan terlebih
dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan secara matang, maka
tidak dapat disebut akhlak. Akhlak Nabi Muhammad SAW dapat disebut dengan akhlak Islam.
Karena akhlak tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Qur’an datangnya dari Allah SWT,
maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan perbuatan yang diatur
manusia.
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebaikan bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam adalah murni
baik
2. untuk individu maupun masyarakat.
3. Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang selalu berlaku secara universal.
4. Tetap, artinya kebaikannya tidak mengalami perubahan.
5. Kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan
6. hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sangsi hukum tertentu bagi yang tidak
7. melaksanakan.
4. Pengawasan yang menyeluruh, karena akhlak dari Allah maka pengaruhnya lebih kuat dari
akhlak
8. buatan manusia.

Macam-macam sikap akhlaqul karimah,yaitu :


1) TAWADHU
Tawadhu berarti rendah hati. Kata tawadhu lawan kata takabur. Sikap tawadhu disukai
dalam pergaulan sehingga menimbulkan rasa simpatik dan senang. Sikap takabur tidak disukai
dalam pergaulan. Orang yang rendah hati tidak akan menurunkan martabatnya, justru
mengangkat derajat orang tersebut. Orang yang sombong menginginkan agar dirinya tampak
lebih tinggi dan dihormati orang lain. Namun justru sebaliknya, sikap sombong menghidangkan
rasa simpati dan dijauhi dalam pergaulan.

2) TAAT
Taat adalah sifat atau laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama
perintah yang didasarkan atas perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga
diri, nama baik, serta kredibilitas bagi pelakunya. Baik di hadapan Allah maupun sesama
manusia. Orang memiliki sifat taat tidak akan dipandang nista di hadapan Allah dan juga dalam
pergaulan di masyarakat.
3) QANA’AH
Qana'ah adalah rela menerima apa adanya. Rela menerima apa adanya dalam hal ini,
adalah menerima atas hasil usaha. Jika seseorang sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, namun
hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dengan rela hati ia menerima hasil
tersebut dengan syukur dan lapang dada atau bersabar dan bermanfaat.

4) SABAR
a. pengertian sabar
Sabar artinya tahan terhadap setiap penderitaan atau sesuatu yang tidak disenang
dengansikap ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT Ada juga yang
mengartikan sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi berbagai kesulitan dan bahaya..
Kata sabar memang kedengarannya sangat sederhana, akan tetapi pada prakteknya tidak semua
orang mampu melakukannya, dan sudah tidak menjadi rahasia lagi di lingkungan kita banyak
orang sering kehilangan kesabaran.
b. Macam-macam Sabar
Secara garis besar Sabar itu dikelompokan menjadi dua yaitu :
- Jasmani, seperti menderita kesukaran dalam beramal dan beribadah.
- Rohani, ialah sabar menahan hawa nafsu dan keinginan tabi'at manusiawi dan ajakan hawa
nafsu. Misalnya :
 Sabar menahan syahwat (nafsu) perut dan kemaluan namanya "iffah" (perwira)
 Tahan menerima musibah dan penderitaan, nama istilahnya adalah "sabar" (tabah).
 Sabar menahan diri dari hidup berlebih-lebihan, namanya “Zuhud" (sederhana).
 Sabar menahan diri ketika mendapat kekayaan yaitu Dhabtum nafsi.
 Sabar menerima bagian atau pemberian yang sedikit, dikenal denyan istilah "Qona'ah" (rela
dengan yang telah ada).
 Sabar dalam menghadapi peperangan yaitu : "syaja'ah" (berani).
 Sabar dalam menahan amarah, disebut : "hilmi" (lapang dada).

Sabar pada Kenyataannya dapat Dikelompokan Menjadi tiga macam, yaitu :


1. Sabar atau menahan diri dari segala perbuatan jahat (maksiat) Sabar merupakan dandasan yang
kokoh untuk mewujudkan apa saja yang kita inginkan. Sabar di sini termasuk di dalamnya
menghindarkan diri dari perbuatan maksiat yang dapat menjerumuskan. Karena kita sudah
mengetahui bahwa perbuatan maksiat itu perbuatan yang termasuk pembangkangan yaitu suatu
perbuatan jahat yang menurut hawa nafsu syaithaniyah juga suatu perbuatan yang bisa
menjerumuskan diri sendiri maupun orang lain sehingga mengakibatkan orang lain yang
dirugikan.
2. Sabar dalam Melakukan Ibadah Sabar dalam melaksanakan agama Allah, baik dalam
menjalankan perintah-Nya, maupun menjauhi larangan-Nya. Sabar digini merupakan sikap
menahan diri dari berbagai kesulitan dan rasa berat dalam menjalankan ibadah.
Dalam ibadah tidak hanya dituntut memenuhi syarat dan rukunnya secara lengkap, tapi harus
dilakukan secara khusuk dan penyerahan diri secara total.
3. Sabar Menahan Marah Sabar menahan amarah artinya tidak mudah emosi, berarti mampu dan
sanggup mengendalikan emosi. Sabar menahan marah harus dilatih. Orang yang mampu
menahan amarah adalah termasuk ciri-ciri orang yang bertaqwa. Dan termasuk golongan orang
yang kuat. Contoh Konkret Sabar adalah Seorang Petani yang menunggu panen padi. Sebelum
ia dapat memanen padinya, dengan tekun ia menjaga dan memelihara tanamannya. Sebelum padi
menguning, ia senantiasa dengan teratur mengairi, memberi pupuk, dan menyiangi tanamannya.
Dia juga selalu menghadapi gangguan-gangguan yang menimpa padinya seperti diserang hama,
Semua itu ia hadapi dengan tabah dan rela, walaupun pada akhirnya panennya mengalami
kegagalan.

Hikmah Sabar :
o Manusia akan memperoleh kesuksesan dalam meraih cita-cita.
o Dapat mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.
o Dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT
o Manusia akan selalu teguh menerima cobaan yang manimpanya

1) Istiqomah
Dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah adalah kata “taat asas”, yakni selalu taat
dan setia kepada asas suatu keyakinan oleh sebab itulah orang yang istiqomah dikatakan juga
sebagai orang yang taat asas.

2) Tasammuh
Dalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan dengan tenggang rasa, lapang
dada atau toleransi. Oleh karena itu orang yang bersifat tasammuh berarti memiliki kelapangan
dada, menghormati orang yang berpendapat atau berpendirian lain, tidak mau mengganggu
kebebasan berfikir dan orang berkeyakinan lain.

3) Ikhtiar (Kerja Keras)


Untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia dituntut untuk berjuang baik
secara perorangan (individu) maupun secara kelompok (kolektif). Tuntutan tersebut berdasarkan
fitrah (naluri) kemanusiaan yang tumbuh karena adanya hidayah dari Allah sesuai asas
penciptaan-Nya.

4) Berdoa
Yaitu memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita lakukan ada dalam ridha Allah
SWT dan diqobulkan oleh Allah SWT.

B. Hubungan Antara Islam, Iman dan Ihsan


Adapun kaitan antara ketiga hal tersebut yaitu Iman berkaitan dengan aqidah, Islam
berkaitan dengan syariah, dan Ihsan berkaitan dengan khuluqiyah. Dari ketiga hal diatas maka
dalam perkembangan ilmu keislaman, ilmu terkelompok menjadi aqidah, fikih, dan akhlaq.
Sebuah hadist yang terkenal, ketiga istilah itu memberikan umat ide tentang rukun iman, rukun
islam dan penghayatan terhadap Tuhan yang maha hadir dalam hidup. Setiap pemeluk islam
mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa
ihsan. Dri pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah terkait satu dengan yang lain.
Bahkan tumpang tindih sehingga satu dari ketiga istilah tersebut mengandung makna dua istilah
yang lainnya. Dari pengertian inilah kita mengerti bahwa islam, iman dan ihsan adalah trilogy
ajaran Ilahi.
A. Berakhlak karimah terhadap diri sendiri dan orang lain
1. Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-
hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya
tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi
obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu
kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai
macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan
dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa
diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati
tersebut.diantara penyakit hati tersebut, yaitu :
a. Dengki. Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat
buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak
membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: "Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw. Bersabda, "hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan
kebajikan, seperti api yang melahap minyak." (H.R. Abu Dawud)”
b. Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka
ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang
munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:
“ Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: " tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat." (H.R.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa'i) ”
1. Akhlak terhadap Sesama/ orang lain
Setelah mencermati kondisi realitas social tentunya tidak terlepas berbicara masalah
kehidupan.Masalah dan tujuan hidup adalah mempertahankan hidup untuk kehidupan
selanjutnya dan jalan mempertahankan hidup hanya dengan mengatasi masalah hidup.Kehidupan
sendiri tidak pernah membatasi hak ataupun kemerdekaan seseorang untuk bebas
berekspresi,berkarya.Kehidupan adalah saling berketergantungan antara sesama makhluk dan
dalam kehidupan pula kita tidak terlepas dari aturan-aturan hidup baik bersumber dari norma
kesepakatan ataupun norma-norma agama,karena dengan norma hidup kita akan jauh lebih
mewmahami apa itu akhlak dalam hal ini adalah akhlak antara sesama manusia dan makhluk
lainnya.
Dalam akhlak terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam :
1) Akhlak kepada sesama muslim.
Sebagai umat pengikut Rasullulah tentunya jejak langkah beliau merupakan guru besar
umat Islam yang harus diketahui dan patut ditiru,karena kata rasululah yang di nukilkan dalam
sebuah hadist yang artinya “sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia”.Yang dimaksud akhlak yang mulia adalah akhlak yang terbentuk dari hati manusia yang
mempunyai nilai ibadah setelah menerima rangsangan dari keadaan social.Karena kondisi
realitas social yang membentuk hadirnya karakter seseorang untuk menggapai sebuah
keadaan.Contohnya:ketika kita ingin di hargai oleh orang lain,maka kewajiban kita juga harus
menghargai orang lain,menghormati orang yang lebih tua,menyayangi yang lebih
muda,menyantuni yang fakir karena hal itu merupakan cirri-ciri akhlak yang baik dan
terpuji.Contoh lain yang merupakan akhlak terpuji antar sesame muslim adalah menjaga lisan
dalam perkataan agar tidak membuat orang lain disekitar kita tersinggung bahkan lebih
menyakitkan lagi ketika kita berbicara hanya dengan melalui bisikan halus ditalinga teman
dihadapan teman-teman yang lain,karena itu merupakan etika yang tidak sopan bahkan
diharamkan dalam islam.
2) Akhlak kepada sesama non muslim
Akhlak antara sesama non muslim,inipun diajarkan dalam agama karena siapapun
mereka,mereka adalah makhluk Tuhan yang punya prinsip hidup dengan nilai-nilai
kemanusiaan.Namun sayangnya terkadang kita salah menafsirkan bahkan memvonis siapa serta
keberadaan mereka ini adalah kesalahan yang harus dirubah mumpung ada waktu untuk
perubahan diri.Karena hal ini tidak terlepas dari etika social sebagai makhluk yang hidup
social.Berbicara masalah keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi
kemerdekaan yang tidak bias dicampur adukkan hak asasi kita dengan hak merdeka orang
lain,apalagi masalah keyakinan yang terpenting adalah kita lebih jauh memaknai kehidupan
social karena dalam kehidupan ada namanya etika social.Berbicara masalah etika social adalah
tidak terlepas dari karakter kita dalam pergaulan hidup,berkarya hidup dan lain-lain.Contohnya
bagaimana kita menghargai apa yang menjadi keyakinan mereka,ketika upacara keagamaan
sedang berlangsung ,mereka hidup dalam minoritas sekalipun.Memberi bantuan bila mereka
terkena musibah atau lagi membutuhkan karena hal ini akhlak yang baik dalam kehidupan non
muslim.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau
penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pertimbangan
akan dan syar’i maka disebut akhlak yang baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah
kemungkaran maka disebut akhlak yang buruk.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1. Tabiat atau budi pekerti
2. Kebiasaan atau adat
3. Keperwiraan
Macam-macam akhlak yaitu :
a. Tawadhu (rendah hati)
b. Taat (sifat atau tingkah laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama perintah
yang didasarkan ataa perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga diri, nama
baik, serta kredibilitas bagi pelakunya).
c. Qana’ah (rela menerima apa adanya atas hasil usahanya sendiri)
d. Sabar (menahan diri dalam menanggung suatu menderitaan atau cobaan, baik dalam menemukan
sesuatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan suatu yang tidak diingini atau dalam
bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi.
Setiap pemeluk islam mengetahui dengan pasti bahwa islam tidak absah tanpa iman, dan
iman tidak sempurna tanpa ihsan. Dri pengertian tersebut memiliki arti masing-masing istilah
terkait satu dengan yang lain.

B. SARAN

Dari uraian di atas maka alangkah mulianya kita sebagai umat islam untuk menerapkan
akhlak-akhlak yang mulia dan meninggalkan perbuatan yang tercela yang bertujuan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Erlangga. Aziz, Saefudin dkk. 2007. Pendidikan
Agama Islam. Jakarta : Sekawan

Anda mungkin juga menyukai