Proposal Eva
Proposal Eva
UNTUK KEPERLUAN
SEKRETARIAT
1
Mahasiswa/i
Gambaran Tingkat Depresi Mahasiswa yang Tinggal dengan Orangtua dan Tinggal Sendiri pada
Mahasiswa Angkatan 2016 Fakultas Kedokteran Ukrida
Depresi Mahasiswa
Oang tua
Sebagai akibat modernisasi dan perkembangan dunia pada masa ini, masalah yang dihadapi
masyarakat semakin beragam. Diantaranya adalah masalah lingkungan sosial dan tuntutan lingkungan.
Seiring harapan untuk meningkatkan pencapaian diri, ketidaksanggupan pribadi untuk memenuhi tuntutan
tersebut dapat menimbulkan stres dalam diri seseorang. Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap
kebutuhan tubuh yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan
dampak secara total pada individu seperti dampak: fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual.
Stress yang tidak kunjung redah dapat memicu terjadinya depresi. 1
1. Pathmanatan V.V, Husada M.S, 2013. Overview of stress level among the students in Medical
Faculty of North Sumatra Universitas. E-journal FK USU Vol. 1 No. 1
Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke-empat penyakit didunia. Sekitar 20% wanita
dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupan pernah mengalami depresi.
Depresi bukanlah gangguan yang homogen, tetapi merupakan fenomena yang kompleks.
Bentuknya sangat bervariasi sehingga kita mengenal depresi dengan gejala yang ringan, sedang, berat,
dengan atau tanpa gejala psikotik. Penyebab depresi, secara pasti belum diketahui. Faktor-faktor yang
diduga berperan dalam terjadinya depresi yaitu peristiwa-peristiwa kehidupan yang bersifat stresor
(problem keuangan, pekerjaan, akademik, jauh dari orang tua, dll), faktor kepribadian, genetik dan
biologik lain seperti gangguan hormon, keseimbangan neurotransmiter biogenik amin dan imunologik.
Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritbilitas. Pasien mengalami distorsi
kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri
turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri
dari hubungan sosial.
2. Qonitatin N, Widyawati S, Asih Y.G. pengaruh kataris dalam menulis ekspresif sebagai
interverensi depresi ringan pada mahasiswa. Jurnal psikolog undip. Vol. 9. No. 1, April 2011
3. Safitri Y, Hidayati E. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi remaja SMK 10
November Semarang. Vol 1. No. 1, Mei 2013 ; 11-17
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan
mental emosional di Indonesia seperti ansietas dan depresi sebesar 6% dari populasi umum sedangkan
di Yogyakarta prevalensinya mencapai 8,1%. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional
tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara
Timur.
4. Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI. Jakarta ; 2013
5. Amelia M A F. Perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri pada mahasiswa Program Ilmu Keperawatan. Periode April 2016 [skripsi]
Yogyakarta. Pendidikan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMY. Yogyakarta
2016.
Berdasarkan penelitian yang sebelumnya di lakukan ( Kumalatus Sadea, dkk 2015) dari
distribusi frekuensi yang ada, mahasiswa yang tinggal dikos memiliki jumlah terbanyak yang
termasuk klasifikasi depresi sebanyak 67 responden (77,9%), yang tidak mengalami depresi (normal)
8 responden (9,3%), 7 responden (8,1%) mengalami depresi ringan, 4 responden (4,7%) mengalami
depresi berat. Sedangkan yang tinggal dengan orang tua yang termasuk klasifikasi depresi, 1
responden (7,1%) mengalami depresi ringan, 1 responden (7,1%) mengalami depresi sedang, 1
responden (7,1%) mengalami depresi berat.
6. Sadea K, Pratiti B. Perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal di pondokan (kos) dan yang
tinggal dengan orangtua pada mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta. Periode September 2015 [skripsi]
Yogyakarta : Pendidikan Kedokteran UMY. Yogyakarta 2015
Menurut ( Amelia , 2016) dari 117 mahasiwa yang menjadi responden sebanyak 54, yang
termasuk kategori tidak depresi paling banyak yaitu mahasiswa yang tinggal dengan orang tua
sebanyak 20 responden (74,1%), sedangkan depresi ringan 13 responden (48,1%) dan depresi sedang
9 responden (33,3%), paling banyak pada mahasiswa yang tinggal sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, dkk (2016) pada mahasiswa Kedokteran peneliti
menemukan 75 dari 216 subjek (34,7%) mengalami gejala depresi.
7. Pratiwi PS, Lesmana CBJ. Hubungan antara cemas dan depresi mahasiswa Kedokteran
Universitas Udayana dengan keinginan dan harapan dari karir Kedokteran. Vol 5(5) : E-jurnal
Medika: Mei 2016
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
perbandingan tingkat depsresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri.
Alasan dilakukan penelitian di Fakultas Kedokteran UKRIDA angkatan 2016 karena belum ada yang
melakukan penelitian tersebut di kampus UKRIDA.
Hipotesis:
- Terdapat perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri pada mahasiswa angkatan 2016 yang merupakan tingkat pertama di Fakultas
Kedokteran UKRIDA pada tahun 2017
10 Tujuan Penelitian Uraikan tujuan khusus dan makna penelitian harus diuraikan dengan jelas.
Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya depresi pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua
dan tinggal sendiri, serta untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal
dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Kedokteran UKRIDA
Tujuan Khusus:
Mengetahui tingkat depresi mahasiswa dari segi jenis kelamin, asal daerah, pengalaman tinggal
sebelumnya dan jumlah uang bulanan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua pada mahasiswa
angkatan 2016 Fakultas Kedokteran UKRIDA
Mengetahui tingkat depresi mahasiswa dari segi jenis kelamin, asal daerah, pengalaman tinggal
sebelumnya dan jumlah uang bulanan mahasiswa yang tinggal sendiri pada mahasiswa angkatan
2016 Fakultas Kedokteran UKRIDA
Mengetahui perbandingan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal
sendiri / kos pada mahasiswa angkatan 2016 Fakulras Kedokteran UKRIDA
Manfaat Penelitian :
Manfaat bagi peneliti :
- Mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari dan didapat pada saat kuliah untuk merumuskan
dan memecahkan suatu masalah yang ada.
- Menjadi pengalaman baru dalam melakukan penelitian tentang perbandingan tingkat depresi
antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa angkatan
2016 Fakultas Kedokteran UKRIDA.
6
11 Tinjauan Pustaka
1. Mahasiswa
Mahasiswa adalah sebutan yang diberikan kepada individu yang sedang menuntut ilmu
diperguruan tinggi. Mahasiswa adalah individu yang berada pada masa usia perkembangan
dewasa awal, yang merupakan periode penuh dengan tantangan, penghargaan, dan krisis.
8. Paususeke LJ, Bidjuni H, Lolong JJS. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Stres pada Mahasiswa dalam Penyususnan Skripsi di Fakultas Kedikteran Program Studi Ilmu
Keperwatan UNSART Manado. Ejurnal Keperawatan. Vol. 3, No.2, Mei 2015.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tugas dan tanggungjawab
yang perlu dilaksanakan oleh seorang mahasiswa. Hal itulah yang membuat mahasiswa merasa
sangat tertekan dan menyebabkan mudah depresi.
9. Hidayah DN. Persepsi Mahasiswa Tentang Harapan Orang Tua Terhadap Pendidikan dan
Ketakutan Akan Kegagalan. Educational Psychology Journal Tahun 2012,
Metode belajar-mengajar yang diterapkan adalah Belajar Mandiri Terarah (Seven Jumps -
Problem based Learning), Kuliah Pakar, Latihan Keterampilan Medik (Skill laboratory Practice),
Beberapa aspek dari proses pendidikan ini memiliki konsekuensi negatif terhadap
kesehatan mahasiswa. Studi menyebutkan mahasiswa kedokteran mengalami insiden yang lebih
tinggi pada personal distress, yang berimplikasi kepada performa akademik, kompetensi,
profesionalitas dan kesehatan. Tujuan pendidikan kedokteran salah satunya adalah mendidik
lulusan yang turut mempromosikan kesehatan, namun beberapa studi menemukan bahwa
kesehatan mental mahasiswa memburuk selama proses pendidikan.
11. Dyrbye, L., Thomas, M. and Shanafelt, T. 2005. Medical Student Distress: Causes, Consequences,
and Proposed Solutions. Mayo Clin Proc, 80(12), pp.1614-1615.
Keputusan untuk berkarir di bidang kedokteran bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain faktor
eksternal, faktor personal seperti pengaruh orangtua, pendapatan yang menarik dan prestise, faktor
seperti keinginan untuk menolong orang lain, ketertarikan mendasar pada kedokteran atau
keinginan untuk menjadi terampil dalam bidang kedokteran juga menjadi dasar seseorang memilih
untuk berkarir di kedokteran.
12. Sulistiani W, Mustami’ah D, Christyanti D. Hubungan antara Penyesuaian Diri terhadap Tuntutan
Akademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hang
Tuah Surabaya. Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah. Vol 12. No 03. Desember 2010
Mahasiswa kedokteran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mahasiswa yang menempuh
program sarjana dan mahasiswa yang menempuh profesi kedokteran. Untuk menempuh jenjang
profesi,mahasiswa harus menyelesaikan program sarjana terlebih dahulu. Dengan demikian,
mahasiswa dituntut belajar.
1.2 Defenisi Belajar
Belajar merupakan
Menurut Muhibbin Syah (1995), faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi 3 macam:
1) Faktor internal
a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan torus (tegangan otot) yang menandai tingkat
hubungan organ-organ tubuh dan sendisendinya dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas belajar.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
belajar. Namun faktor-faktor yang esensial adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat,
minat, dan motivasi.
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan sosial
8
Menurut Amelia (2012), tingkat depresi mahasiswa yang tinggal sendiri lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua. Peneliti berpendapat bahwa hal
ini dapat disebabkan karena adanya dukungan dari keluarga seperti dukungan dari orang tua yang
dapat berupa kasih sayang, motivasi, perhatian, pendampingan, bantuan dan lain-lain, sehingga
mahasiswa yang tinggal dengan orang tua tidak merasa tertekan ataupun mengalami gejala
depresi. Dan bagi mahasiswa yang depresi mungkin disebabkan karena mahasiswa merasa
kesulitan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan hal yang baru di perkuliahan, seperti
proses pembelajaran, perkuliahan, lingkungan maupun teman baru walaupun sudah mendapat
dukungan dari keluarga.
Amelia M A F. Perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri pada mahasiswa Program Ilmu Keperawatan. Periode April 2016 [skripsi]
Yogyakarta. Pendidikan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMY. Yogyakarta
2016.
2. Depresi
2.1 Defenisi Depresi
Depresi merupakan gangguan afek dan emosi. Afek ialah “nada” perasaan, menyenangkan
atau tidak (seperti kebanggaan, kekecewaan, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan
biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologis. Sedangkan emosi
merupakan manifestasi afek keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya
berlangsung relatif tidak lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan). Afek
dan emosi dengan aspek-aspek yang lain seorang manusia (umpama proses berpikir, psikomotor,
persepsi, ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi dari manusia itu pada
suatu waktu.
Depresi merupakan bentuk interaksi dengan lingkungan yang dinilai individu sebagai
sesuatu yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimiliki, serta mengancam
kesejahteraan. Sistem pendidikan yang diterapkan di Fakultas Kedokteran yaitu KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), dimana mahasiswa dituntut untuk berperan lebih aktif. Tidak sedikit dari
mahasiswa kedokteran yang mengeluh kurang istirahat karena menghabiskan waktu untuk
mengerjakan tugas-tugas kuliah. Selain menempuh mata kuliah yang dianggap cukup sulit dan
membutuhkan konsentrasi tinggi. Banyak hal yang dapat memicu terjadinya depresi pada
mahasiswa Kedokteran seperti jadwal kalender akademik yang tidak bersifat paten, SPP yang
relative mahal, mengikuti kegiatan lainnya seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa), jarak dari fakultas yang relative jauh, dan tidak sedikit mahasiswa
Kedokteran yang berasal dari luar Pulau, sehingga memungkinkan mahasiswa untuk kos/kontrak
dan berjauhan dengan orang tua.
10
Sadea K, Pratiti B. Perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal di pondokan (kos) dan yang
tinggal dengan orangtua pada mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta. Periode September 2015 [skripsi]
Yogyakarta : Pendidikan Kedokteran UMY. Yogyakarta 2015
16. Maulida A. Gambaran tingkat depresi pada mahasiswa program sarjana yang melakukan
konseling di badan konseling mahasiswa Universitas Indonesia. Periode April – Mei 2012
[skripsi]
Depok. Fakultas Ilmu Keperawatan. Depok 2012
11
12
17. Maslim R. Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2011
Menurut Kaplain & Sadock’s 2009 penggolongan depresi menurut gejalanya adalah sebagai
berikut:
a. Depresi neurotik
Depresi neurotik biasanya terjadi setelah mengalami peristiwa yang menyedihkan
tetapi yang jauh lebih berat daripada biasanya. Penderitanya seringkali dipenuhi trauma
emosional yang mendahului penyakit misalnya kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan,
milik berharga, atau seorang kekasih. Orang yang menderita depresi neurotik bisa merasa
gelisah, cemas dan sekaligus merasa depresi. Mereka menderita hipokondria atau
ketakutan yang abnormal seperti agrofobia tetapi mereka tidak menderita delusi atau
halusinasi.
b. Depresi psikotik
Secara tegas istilah “psikotik” harus dipakai untuk penyakit depresi berat yang
mencerminkan penyakit yang parah dan merupakan indikator prognostik yang buruk.
c. Psikosis depresi manik
Depresi manik biasanya merupakan penyakit yang kambuh kembali disertai gangguan
suasana hati yang berat. Orang yang mengalami gangguan ini menunjukkan gabungan
depresi dan rasa cemas tetapi kadang-kadang hal ini dapat diganti dengan perasaan
gembira, gairah, dan aktivitas secara berlebihan gambaran ini disebut “mania”.
18. Sadock BJ. and Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Lippincott Williams & Wilkins. 2009 pp: 1047-1049
1. Lima atau lebih gejala berikut selama periode 2 minggu dan mengalami perubahan dari
fungsi sebelumnya, minimal satu dari berikut: (1) mood depresi (2) kehilangan minat atau
kesenangan.
a. Mood depresi hampir tiap hari.
b. Kehilangan minat dan kesenangan pada semua atau hampir semua pada aktivitas
harian.
c. Kehilangan berat badan bila tidak mau makan atau kenaikan berat badan (perubahan
berat badan lebih dari 5% setiap bulan), atau kehilangan nafsu makan hampir setiap
hari.
d. Insomnia dan hiperinsomnia hampir setiap hari.
e. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari.
f. Fatigue atau hampir kehilangan energi setiap hari.
13
19. Sadock, B.J. and Sadock, V. A. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences / Clinical Psychiatry. Ed. 10. Lippincott Williams & Wilkins. Penerjemah: Kusuma, W.
pp: 528-529
3. Stressor Psikososial
Stress merupakan kondisi fisik yang tidak menyenangkan di mana manusia melihat adanya
tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan seseorang untuk
memenuhi tuntutan tersebut. Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan yang mengakibatkan
terjadinya respon stress. Stressor dapat berasal dari kondisi fisik, psikologis maupun sosial.
Stressor dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
Stressor mayor, berupa major live events yang meliputi peristiwa kematian orang yang
disayangi, pertama kali masuk sekolah, dan perpisahan.
Stressor minor, berawal dari stimulus tentang masalah kehidupan sehari-hari, misalnya ketidak
seimbangan emosional terhadap hal-hal tertentu.
20. Nasir A. Muhith A. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salema Medika.
2011
14
Masalah perkawinan
Berupa pertengkaran karena perbedaan pendapat, perceraian, ketidaksetiaan/selingkuh, dan
kematian pasangan hidup.
Masalah keuangan
Kondisi sosial-ekonomi yang kurang baik dapat memicu terjadinya depresi. Misalnya:
pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, mempunyai hutang yang tidak sedikit, serta
kebangkrutan.
Masalah hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hokum dapat menimbulkan terjadinya stress,
misalnya: tuntutan hukum, pengadilan penjara.
Masalah perkembangan
Masalah perkembangan fisik dan mental seseorang sangat berpengaruh misalnya:
perubahan dari masa remaja, dewasa, menopause dan usia lanjut. Kondisi disetiap fase tersebut
pada beberapa orang dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.
Masalah penyakit fisik
Adanya penyakit fisik yang kronis atau cidera yang mengakibatkan ketidakmampuan dapat
menyebabkan stress dan depresi pada seseorang. Contohnya: penyakit jantung, stroke, kecelakaan
yang menyebabkan gagal fungsi organ misalnya lumpuh.
Masalah keluarga
Adanya masalah dalam keluarga dapat menyebabkan stress, cemas bahkan depresi.
Misalnya: anak yang orang tuanya cerai, kekerasan dalam rumah tangga, konflik dengan saudara,
anak yang kurang perhatian dari orang tuanya, dan sebagainya.
4. Penanganan Depresi
Seseorang yang mengalami depresi harus mendapatkan penanganan yang tepat karena bila
berlanjut dapat memicu perilaku bunuh diri. Salah satu penanganan depresi ialah konseling.
Konseling merupakan bantuan dalam penyelesaian masalah, bersifat terbuka dengan bertemu
muka dan muka yang diberikan oleh tenaga professional. Konseling dilakukan dengan pendekatan
konsep holistik yang mencangkup enam kesejahteraan, yaitu kesejahteraan akademik, emosional,
sosial, fisik, spiritual dan okupasional. Salah satu pendekatan pada konseling adalah pendekatan
tingkah laku kognitif. Pendekatan konseling yang bersifat kognitif memfokuskan pada proses
mental dan pengaruhnya pada kesehatan mental dan tingkah laku. Pendekatan ini menggunakan
15
21. Wanda D, Mustikasari, Murtiwi, dkk. Buku pedoman bimbingan dan konseling Mahasiswa.
Depok: FIK UI; 2008.
Menurut (Nevid et al, 2003) dalam Budiyoko (2010) ada beberapa pendekatan kontemporer untuk
mengatasi depresi, antara lain:
a. Pendekatan Psikodinamika
Psikoanalisis tradisional bertujuan membantu orang yang depresi untuk memahami
perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting dalam hidup
mereka yang telah hilang atau yang terancam akan hilang. Model psikoterapi untuk depresi
yang lebih baru telah muncul dari aliran interpersonal atas terapi psikodinamika,
contohnya adalah psikoterapi interpersonal (interpersonal psychoteraphy/ IPT). IPT adalah
suatu bentuk singkat dari terapi (biasanya tidak lebih dari 9-12 bulan) yang berfokus pada
hubungan interpersonal klien di saat ini. Perintis IPT percaya bahwa depresi terjadi dalam
suatu konteks interpersonal dan bahwa isi hubungan perlu untuk ditekankan dalam
penanganan.
b. Pendekatan Behavioral
Pendekatan penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi dipelajari
dan dapat dihilangkan (unlearned). Terapis perilaku bertujuan untuk secara langsung
memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap kemungkinan
penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini. Terapi perilaku telah terbukti
menghasilkan keuntungan yang cukup berarti dalam menangani depresi untuk orang
dewasa dan juga remaja.
c. Pendekatan Kognitif
Berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari dan
mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapis menggunakan suatu
kombinasi dari teknik-teknik behavioral dan kognitif untuk menbantu klien
mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran yang disfungsional serta mengembangkan
perilaku yang lebih adaptif.
d. Pendekatan Biologis
Pendekatan-pendekatan biologis yang paling umum untuk menangani gangguan
mood melibatkan penggunaan obat-obatan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif untuk
depresi serta litium karbonat untuk gangguan bipolar. Obat-obatan yang digunakan untuk
menangani depresi mencakup beberapa kelas dari antidepresan: tricyclic antidepressants
(TCAs), monoamine oxidase (MAO) inhibitors, dan selective serotonin-reuptake
inhibitors (SSRIs).
22. Budiyoko I. Perbedaan tingkat depresi antara murid putra SMA kelas X Islamic Boarding School
(IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di Pondok Pesantren. Periode
November 2010 [skripi]
Surakarta . Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah. Surakarta 2010.
5. Dukungan Orangtua/Keluarga
5.1 Pengertian Orangtua/Keluarga
Pengertian orangtua menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah terdiri dari ayah dan
ibu kandung.
16
Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informasi dan
dukungan jaringan.
a. Adapun dukungan orangtua secara emosional (emotional support) meliputi empati,
kepedulian, serta perhatian orangtua terhadap anaknya menimbulkan rasa aman,
tentram, nyaman dan merasa dicintai dalam keadaan tertekan.
b. Dukungan penghargaan (esteem support), peran orangtua yaitu dapat menghargai
kemampuan serta kualitas diri yang dimiliki anak. Dukungan penghargaan dapat
membantu anak dalam mebangun harga diri dan kompetensinya.
c. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support), dukungan ini berguna
untuk melihat sejauh mana orangtua memberikan materi, fasilitas pendidikan dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan biaya pendidikan dan biaya kebutuhan sehari-
hari seorang anak.
d. Dukungan informasi (informational support), yaitu sejauh mana orangtua memberikan
informasi, nasehat, saran dan arahan atau umpan balik mengenai apa yang dilakukan
oleh anak.
e. Dukungan jaringan (network support), menghasilkan perasaan sebagai anggota dalam
suatu kelompok yang saling berbagi minat dan kegiatan sosial.
23. Marlia R, Dewi FI, Suyasa PT. Persepsi terhadap dukungan orangtua dan pembuatan keputusan
karir remaja. Jurnal Provite. Vol 1 (1). Desember 2004.
Fakultas Psikologi Universitas Taruma Negara Jakarta.
17
Bagi pasien gangguan jiwa keluarga merupakan sistem pendukung sosial yang paling utama,
karena dapat memberikan dukungan, pengertian, perhatian, komunikasi yang baik, kepedulian dan
selalu berusaha meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang sakit. Dukungan keluarga sangat
penting bagi penurunan depresi pada mahasiswa, karena keluarga dapat meningkatkan harga diri dan
kepercayaan diri serta menghilangkan perasaan negatif yang di rasakan mahasiswa.
Amelia M A F. Perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri pada mahasiswa Program Ilmu Keperawatan. Periode April 2016 [skripsi]
Yogyakarta. Pendidikan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMY. Yogyakarta 2016
Kerangka teori
Mahasiswa
Mahasiswa kedokteran
Defenisi belajar
Depresi
Pengertian depresi Diagnosis
depresi
Faktor penyebab
depresi Penanganan
depresi
Gejala depresi
Stressor
Tingkat depresi psikososial
Orangtua Pengertian
orangtua/keluarga
Peran orangtua
18
Kerangka konsep
Mahasiswa FK Ukrida
angkatan 2016 yang tinggal Tidak depresi
dengan orang tua
Tingkat depresi:
1. Tidak depresi
2. Depresi ringan
3. Depresi sedang
4. Depresi berat
19
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional,
dimana pengumpulan data untuk variabel dilakukan secara bersamaan melalui instrument kuisioner.
1. Mahasiswa angkatan 2016 di Fakultas Kedokteran Ukrida yang masih aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran
2. Mahasiswa yang tinggal dengan orang tua
3. Mahasiswa yang tinggal sendiri
4. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden
6.4 Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampling. Teknik sampling yang digunakan yaitu
random sampling, karena peneliti telah mendapatkan daftar nama mahasiswa angkatan 2106. Masing-
masing subjek atau unit memiliki peluang yang sama dan independen untuk terpilih ke dalam sampel.
Besar atau banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus :
20
Berdasarkan tabel di bawah, variabel yang digunakan untuk perhitungan sampling jumlah
pengalaman tinggal sebelumnya. Variabel tersebut digunakan karena menghasilkan sampling dengan
jumlah terbesar. Berikut adalah perhitungannya:
1,962. 0,704. (1-0,704)
n = + 10% = 88 orang
0, 12
Banyaknya sampel minimal yang diperlukan adalah 88 orang. Sampel diambil dari populasi yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 44 orang mahasiswa tinggal bersama orang tua dan 44
orang mahasiswa tinggal sendiri (kos).
21
2. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) merupakan instrumen dari Dr. Aaron T. Beck
yang diterbitkan pada tahun 1961 dan dimodifikasi pada tahun 1996. Instrumen ini paling
banyak digunakan untuk mengukur tingkat keparahan depresi dan dirancang untuk individu
yang berusia 13 tahun atau lebih (Beck, 2006).
Instrumen BDI II terdiri dari 21 item pernyataan yang akan mengidentifikasi tingkat
keparahan depresi. Item pernyataan modifikasi tersebut meliputi: perasaan sedih, perasaan
pesimis, perasaan gagal, kehilangan kesenangan, perasaan bersalah, perasaan dihukum, membenci
22
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data kuesioner. Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan proses sebagai
berikut:
1. Dilakukan random sampling untuk memperoleh sampling tiap kelompok sebanyak 44
orang/responden.
2. Memberitahukan kepada responden waktu dan tempat akan dilakukan penelitian. Bagi
responden yang bersedia untuk dilakukan penelitian, setelah akhir perkuliahan selesai
dimohon untuk ke ruangan yang telah ditentukan peneliti. Tidak ada paksaan dalam
mengikuti penelitian ini.
4. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh
pengisian kuesioner yang telah dibagikan. Responden yang memenuhi syarat dan
menyatakan bersedia diberi lembar kuesioner kemudian ditunggu beberapa saat,
setelah selesai dikumpulkan kembali kepada peneliti. Kemudian diteliti kembali
apakah kuesioner telah terisi dengan baik.
5. Dan terakhir, hasil kesioner kemudian dikumpulkan dan peneliti akan melakukan uji
statistik.
23
1. Jenis kelamin
2. Asal daerah
3. Pengalaman tinggal
sebelumnya
4. Jumlah uang bulanan
5. Tinggal bersama orang
tua/tidak
24
26
27
Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahn etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.
Permasalahan etik termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality),
(c) Informed consent, dan sebagainya.
28
1. Pathmanatan V.V, Husada M.S, 2013. Overview of stress level among the students in Medical
Faculty of North Sumatra Universitas. E-journal FK USU Vol. 1 No. 1
2. Safitri Y, Hidayati E. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat depresi remaja SMK 10
November
3. Qonitatin N, Widyawati S, Asih Y.G. pengaruh kataris dalam menulis ekspresif sebagai
interverensi depresi ringan pada mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol. 9. No.
1, April 2011
4. Cynthia T, Zulkaidah A, 2009. Kecenderungan depresi pada mahasiswa dan pebedaan berdasarkan
jenis kelamin. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Vol 3. A67.
5. Rezki E, Murtani H, Ilyas M. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi terhadap pasien
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gowa. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5. No. 1. 2014.
6. Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI. Jakarta ; 2013
7. Amelia M A F. Perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri pada mahasiswa Program Ilmu Keperawatan. Periode April 2016 [skripsi]
Yogyakarta. Pendidikan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMY. Yogyakarta
2016.
8. Sadea K, Pratiti B. Perbedaan tingkat depresi mahasiswa yang tinggal di pondokan (kos) dan yang
tinggal dengan orangtua pada mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah. Yogyakarta. Periode September 2015 [skripsi]
Yogyakarta: Pendidikan Kedokteran UMY. Yogyakarta 2015
9. Pratiwi PS, Lesmana CBJ. Hubungan antara cemas dan depresi mahasiswa Kedokteran
Universitas Udayana dengan keinginan dan harapan dari karir Kedokteran. Vol 5(5) : E-jurnal
Medika: Mei 2016
10. Paususeke LJ, Bidjuni H, Lolong JJS. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Stres pada Mahasiswa dalam Penyususnan Skripsi di Fakultas Kedikteran Program Studi Ilmu
Keperwatan UNSART Manado. Ejurnal Keperawatan. Vol. 3, No.2, Mei 2015.
11. Hidayah DN. Persepsi Mahasiswa Tentang Harapan Orang Tua Terhadap Pendidikan dan
Ketakutan Akan Kegagalan. Educational Psychology Journal Tahun 2012,
12. Web ukrida
13. Dyrbye L, Thomas M, Shanafelt T. Medical Student Distress: Causes, Consequences, and
Proposed Solutions. Mayo Clin Proc 2005; 80(12), pp.1614-1615.
14. Susilowati GT, Hasanat UN. Pengaruh Terapi Menulis Pengalaman Emosional Terhadap
Penurunan Depresi pada Mahasiswa Tahun Pertama. Jurnal Psikologi. Vol. 38(1), Juni 2011
15. Anggraini DI. Hubungan Depresi dengan Status Gizi. Jurnal Medula. Vol. 2 (2); Februari 2014.
16. Atkinson R. L. Pengantar psikologi. Jakarta: Airlangga; h 43-45.
17. Cunningham S, Gunn T, Alladin A, Cawthorpe D. Anxiety, Depression, and Hopelessness in
Adolescents: A Structural Equation Model 2008; 17(3): 137-144.
18. Schoevers RA, Beekman ATF, W Van Tilburg , Deeg DJH, Jonker C, Geerlings, MI, Penninx
BWJH. Association of Depression and Gender with Mortality in Old Age. The British Journal of
Psychiatry 2000; 177: 336-342.
29
30