1. Seorang pasien usia 70 tahun datang ke poliklinik saraf dengan keluhan tangan sebelah
kiri buyutan kurang lebih 2 tahun. Keluarga mengatakan bahwa jalan makin lama makin
pelan dan langkah langkah kecil. Penatalaksanaan yang tepat pada kasus di atas adalah?
A. Pemberian antioksidan
B. Pemberian antikolinergik
C. Pemberian levodopa
D. Pemberian pramipexole
E. Pemberian vitamin E
PEMBAHASAN
Buyutan merupakan istilah umum untuk tremor. Soal diatas mengarahkan kepada kasus Movement
Disorder, spesifiknya Parkinsonisme. Usia 70 merupakan onset berbagai penyakit neurodegenerative,
seperti Parkinson Disease.
Buyutan / Tremor merupakan keluhan utama pasien, sementara langkah-langkah kecil (Festinasi)
merupakan keluhan tambahan. Tremor (Parkinsonism) termasuk dalam Hiperkinesia. Pada sirkuit basal
ganglia, terjadi degenerasi substansia nigra pars compacta. Dopamine mengalami penurunan produksi,
sehingga Ach berlebihan. Sebenarnya antikolinergik juga bisa diguanakan sebagai Tx, namun
pemakaiannya adalah pada <60 tahun, dan antara antikolinergik dan dopaminergic, Tx parkinsonisme
efektif menggunakan dopaminergic, misal Levodopa.
Sumber: Kuliah Movement Disorders, dr Yetti Hambarsari, M.Kes, Sp.S; Katzung, B.G. ed., 2016. Basic
& clinical pharmacology. McGraw-Hill Medical.
PEMBAHSAN:
Parkinson dapat terjadi karena faktor genetic (misfolding α-synuclein) umumnya terjadi <50tahun; dan
karena faktor2 lingkungan yang menyebabkan kematian/degenerasi sel SNc, usia >50 tahun. Pembahas
soal kurang yakin mengenai usia pasien yang masih 7 tahun, kalau 7 tahun berarti misfolding protein;
atau mungkin 70 tahun(?). Semisal >50 tahun, pembahasan akan diuraikan sebagai berikut:
Patofisiologi Parkinson terjadi akibat: (1) Gambar kiri: Ketidakseimbangan antara jalur langsung dan
tidak langsung, (2) Gambar kanan: Ketidakseimbangan antara jalur saraf dopaminergic (D) dan saraf
kholinergik (Ach).
(Kurang lengkap dokumentasi soal). Jadi berdasarkan 2 poin penting patofisiologi diatas dan skema
dibawah, teman-teman bisa memperkiarakan jawaban yang benar apabila disediakan opsi.
Sumber: Kuliah Movement Disorders, dr Yetti Hambarsari, M.Kes, Sp.S; Katzung, B.G. ed., 2016. Basic
& clinical pharmacology. McGraw-Hill Medical.
PEMBAHASAN
Gangguan system ekstrapiramidal akan bermanifestasi pada movement disorder. Jika system pyramidal
mengatur gerakan kasar dan kekuatan otot (strength), yang apabila terjadi gangguan maka disebut motor
disorder. Sistem extrapyramidal berfungsi terutama dalam memperhalus gerakan dan
mensupresi/menekan terjadinya gerakan yang tidak diperlukan. Sehingga jika kita sedang beristirahat
setelah menulis BRK skill lab neuro dengan posisi jari-jari kita menggenggam pulpen, maka tidak akan
terjadi tremor at rest (unnecessary movement, hence it is called as movement disorders).
Movement disroders bermanifestasi menjadi 2 yaitu (1) Hyperkinetic disorder, yang dicirikan dengan
abnormal and involuntary movements; (2) Hypokinetic disorders dicirikan dengan sedikitnya gerakan
(movement poverty).
Gangguan supresi gerak maka akan menimbulkan Hyperkinetic. Dari opsi mari kita kelompokan jenis
gangguannya:
Akathisia adalah perasaan dan gerakan gelisah akibat penggunaan antipsikotik sehingga tampak
dorongan untuk terus bergerak Hyperkinesia
PEMBAHASAN:
MRI lebih diunggulkan dalam pencitraan jaringan lunak (soft tissue). CT-scan baik untuk melihat
kelainan pada tulang.
Untuk kelainan vascular terutama menggunakan CT-scan, namun untuk beberapa kasus MRI lebih
diunggulkan, misal AVM.
Sumber: Kuliah neuroradiology dr. Rachmi F, Sp.Rad; Gunderman, R.B., 2006. Essential radiology.
Clinical presentation, pathophysiology, imaging.
PEMBAHASAN:
Terdapat kelainan pada meninges dan UMN. Untuk neuroradiology terutama menggunakan CT dan
MRI. Indikasi CT scan kepalan tanpa kontras bisa dilihat sebagai berikut.
Sehingga apabila ada infeksi pada meninges dan menggunakan CT, maka harus ada kontrasnya.
Untuk MRI dengan kontras bisa digunakan pada neuroimaging kasus infeksi seperti meningitis.
Pembahasan bisa dilihat dibawah, selengkapnya bisa dilihat pada textbook sumber
Sumber: Kuliah neuroradiology dr. Rachmi F, Sp.Rad; Gunderman, R.B., 2006. Essential radiology.
Clinical presentation, pathophysiology, imaging.
PEMBAHASAN:
Pada gangguan kesadaran terdapat beberapa gejala khas yang dapat menentukan letak lesi.
Pada soal kejang-kejang, tensi 170/100, frekuensi nadi 50x/menit, cheyne stoke, myosis. Maka
patofisiologi gangguan kesadaran tersebut adalah (1) Struktural / terjadi karena pendesakan;
(2) Lesi terdapat di Diencephalon.
PEMBAHASAN:
Sebenarnya, soal ini ada di slide2 terakhir ppt kuliah tumor cerebral. Dan di akhir kuliah juga
sempat dibahas oleh dosen sebagai berikut:
Penyebab keluhan pasien disebabkan oleh massa di otak, sehingga opsi A, D kita exclude. Sebenarnya
gangguan perilaku adalah akibat pendesakan suatu lobus di otak, sehingga opsi B jangan dipilih. Seperti
yang kita tahu, lesi atau gangguan pada lobus frontalis (tepatnya area PFC) akan menyebabkan
gangguan kepribadian.
PEMBAHASAN
Pembahas tidak bisa memastikan letak lesi karena informasi pada soal yang kurang. Namun,
Alhamdulillah soal tersebut mengenai tumor otak lagi dan pada slide kuliah dr. Risono
Sp.S(K), terdapat kemiripan opsi dengan soal latihan pada ppt beliau:
Nyeri kepala merupakan gejala umum pada tumor otak, pada soal “berjalan sempoyongan”
menandakan adanya lesi pada cerebellum. Jadi pada dokumentasi soal, mungkin belum
menuliskan berjalan sempoyongan.
PEMBAHASAN:
Alhamdulillah, mengenai tumor otak soalnya dan ada di slide ppt kuliah beliau.
Namun, disini terdapat 2 opsi yang ternyata benar. Tanda klinis yang sesuai tumor adalah pada lobus Frontalis
dan lobus Temporalis. Namun, ada 1 gelaja yaitu pengeliatan dobel (diplopia). Sehingga perlu diketahui dimana
letak lesi apabila ada diplopia. Pada jurnal dikatakan bahwa diplopia terjadi apabila ada lesi pada batang otak atau
visual pathway-nya. Sehingga, letak lesi lebih mendekati kepada lobus temporalis.
Sumber: Kuliah Tumor Cerebral dr Risono, Sp.S(K); Moodley, A., 2016. Understanding vision and the
brain. Community eye health, 29(96), p.61.
PEMBAHASAN
Kelemahan kedua tungkai menunjukan lesi pada medspin bawah (Lumbal/Sacral). Refleks Babinski (+)
menunjukan lesi UMN, sehingga dugaan lesi pada medspin (saraf pusat) bisa dibenarkan. Sehingga
disini kita perlu mengetahui ciri-ciri lesi tiap level medspin. Seperti yang kita tau dari kuliah dr. Hanis,
Sp.BS dan dr. Rivan, M.Kes Sp.S: “Semakin tinggi segmen medspin yang mengalami lesi, semakin
luas kelemahan ekstrimitas”.
Dari tinjauan kita lebih lanjut, menunjukan saraf2 yang keluar dari segmen Lumbal merupakan saraf
yang menginervasi otot2 besar pada tungkai (misal N. femoralis). Sehingga, letak lesi sesuai kasus diatas
adalah segmen Lumbal.
Sumber: Kuliah medulla spinalis dr. Rivan Danuaji, M.Kes Sp.S; Bryce, T.N., 2009. Spinal cord injury.
Springer Publishing Company.
PEMBAHASAN
Dari soal 2 data sudah cukup menjawab pertanyaan (1) Nyeri punggung bawah (low back pain),
tentu setinggi segmen lumbal; (2) Refleks patologis (-) menunjukan bukan lesi UMN, sehingga
dugaan tumor intrameduler bisa disingkirkan. Sehingga jawaban yang benar adalah D.
Sumber: Kuliah Tumor Medulla Spinalis dr. Risono, Sp.S(K); Mechtler, L.L. and Nandigam, K., 2013.
Spinal cord tumors: new views and future directions. Neurologic clinics, 31(1), pp.241-268.
PEMBAHASAN
Refleks patologis (+) menunjukan bahwa terdapat lesi UMN, sehingga ekstrameduller bisa kita
singkirkan. Tumor intrameduler yang menyebabkan kelemahan tungkai umumnya terjadi pada
segmen Lumbal. Sehingga jawaban yang sesuai adalah D.
Sementara informasi sulit kencing, terjadi karena kompresi pada system saraf otonom setinggi
daerah lumbal.
Sumber: Kuliah Tumor Medulla Spinalis dr. Risono, Sp.S(K); Brust, J., 2011. Current diagnosis &
treatment neurology. McGraw Hill Professional.
PEMBAHASAN
Perlu diperhatikan jaras afferent dan jaras efferent yang melalui medspin, baik jaras tersebut ipsilateral ataupun
kontralateral (menyilang) setinggi segmen.
Tungkai kanan lemah. Seperti yang kita tahu tractus pyramidalis lateral menyilang di medulla oblongata, sehingga
apabila sampai di medspin jaras tersebut adalah ipsilateral, sehingga lesi jaras efferent terletak di sebelah kanan
(ipsilateral) & setinggi segmen lumbal (kelemahan tungkai) (Gambar yang kiri).
Setelah kita tahu bawasannya sebelah kanan yang mengalami lesi, sekarang kita tinjau lebih dalam, apakah di sisi
kanan tersebut terletak di anterior / lateral / posterior. Letak ini bisa kita ketahui dari jaras afferentnya (lihat
keluhan nyeri). Tractus spinotalamikus dengan modalitas sensorik nyeri terletak di daerah lateral, tepatnya
tractus spinotalamikus lateral. Lalu kenapa nyerinya sebelah kiri. Kita ingat bahwa modalitas nyeri, menyilang
kontralateral setinggi segmen. Sehingga terasa nyeri disebelah kiri, namun medspin yang mengalami lesi
disebelah kanan lateal. (Gambar yang kanan)
Sumber: Sure, D.R. and Culicchia, F., 2013. Duus’ Topical Diagnosis in
Neurology: Anatomy, Physiology, Signs, Symptoms.
PEMBAHASAN:
Pusing berputar dan ataxia merupakan gejala system neurologis terutama akibat lesi pada
cerebellum. Sementara, nyeri kepala bisa terjadi akibat kompresi cerebellum terhadap batang
otak.
Sumber: Brust, J., 2011. Current diagnosis & treatment neurology. McGraw Hill Professional.
PEMBAHASAN:
Dalam kuliah dr. Suratno, Sp.S (K) dan tutorial blok neuro sken 1, kita ingat bahwa gangguan
kesadaran terjadi (structural) akibat adanya gangguan pada Formatio Reticularis dan
Ascending Reticular Activating System (ARAS).
Sumber: Kuliah Gangguan Kesadaram dr. Suratno, Sp.S(K); Tortora, G.J. and Derrickson, B., 2013.
Essentials of anatomy and physiology. Wiley.
PEMBAHASAN
Kesadaran menurun dengan suara napas cheynestoke dan struktur badan fleksi (hemiparesis
decorticate) merupakan gangguan kesadaran dengan lesi setinggi Diencephalon bawah. Dan
penurunan kesadaran dalam tingkat koma.
Dokumentasi opsi kurang lengkap, sehingga bisa diperkirakan jawaban Dx: Koma dengan lesi
structural setinggi diencephalon bawah
PEMBAHASAN
Pasien mengalami gangguan kesdaran akibat trauma (brain injury). Dari seluruh informasi soal jawaban
dx bisa kita ketahui dari “midriasis sisi kanan” menandakan bahwa pupil terlihat anisokor. Midriasis
anisokor menandakan terjadi herniasi uncal. Ketidaksamaan bentuk pupil akibat terkompresinya N.III
terutama komponen GVE.
Sumber: Kuliah Gangguan Kesadaram dr. Suratno, Sp.S(K); Giacino, J.T., Fins, J.J., Laureys, S. and
Schiff, N.D., 2014. Disorders of consciousness after acquired brain injury: the state of the science. Nature
Reviews Neurology, 10(2), pp.99-114.
PEMBAHASAN
Masih seperi soal sebelumnya, ini membahas gangguan kesadaran. Posisi mata kebawah (ke
hidung medial) menandakan perdarahan pada thalamus. Pupil kecil reaktif menandakan lesi
pada diencephalon. Namun informasi mengenai posisi mata dan pupil tdk mendukung opsi
soal. Sehingga jawaban yang sesuai adalah opsi A. Disamping itu, herniasi umumnya tidak
diikuti oleh demam.
PEMBAHASAN
Ca paru memiliki potensi metastasis yang tinggi dan tumor otak akibat metastase terutama
akibat ca paru. Sehingga jawaban yang sesuai adalah TIK meninggi akibat metastase.
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan jam-jam pertama berarti penatalaksanaan tetanus fase akut. Berdasarkan slide
kuliah dr. Yetti Hambarsari M.Kes Sp.S, Tx fase akut tetanus sbb:
Opsi A dan B tidak ditemukan penjelasan di slide beliau, opsi C lebih bersifat tindakan
preventif. Opsi D adalah Tx suportif tetanus. Sehingga jawaban yang sesuai adalah opsi E
PEMBAHASAN:
Mirip seperti nomor 21. Namun disini terdapat 2 opsi Tx fase akut yaitu Eradikasi kuman
penyebab dan terapi O2. Menurut pembahas apabila terjadi kejang tetanus, sangat mungkin
otot2 pernapasan juga mengalami tonus, sehingga pasien mengalami depresi pernapasan dan
hypoxia. Sedangkan eradikasi kuman penyebab tidak sepenuhnya salah namun kurang sesuai
apabila dibanding terapi O2 pada penanganan 24 jam pertama. Sehingga, jawaban yang sesuai
adalah opsi C.
PEMBAHASAN
Diazepam adalah antispasme. Metronidazole, penicillin, dan cefriaxon adalah antibiotic.
Terapi netralisasi toksin yang belum terikat adalah dengan antitoksi, diantaranya HTIG atau
ATS.
PEMBAHASAN
Karena soal ini bersifat hafalan. Jawaban yang tepat adalah Grade IV.
PEMBAHASAN
Jawaban yang sesuai adalah opsi A. Spasme otot ditangani dengan pemberian Diazepam,
Backlofen, dan MgSO4
KCl diberika apabila adalah disfungsi renal dan elektrolit, atrofin diberikan apabila terjadi
bradiaritmia, pemberian β-adrenergic dan Ca channel blocker tidak terdapat dalam bahasan
kuliah tetanus.
PEMBAHASAN
Terdapat 2 eksotoksin yang berperan dalam manifestasi klinis penyakit tetanus yaitu tetanolisin
dan tetanospasmin. Untuk kejang otot tetanus disebabkan oleh tetanospasmin, toksin tersebut
(spesifiknya tetanospasmin rantai-L) TIDAK merangsang/mengeksitasi neurotransmitter,
melainkan menghambat neurotransmitter yang bersifat inhibirotik, yaitu γ-amino butyric acid
(GABA) dan Glycin.
PEMBAHASAN
Seperti no.26, Tetanospasmin berperan dalam menghambat neurotransmitter, namun
pernyataan opsi kurang lengkap, yaitu neurotransmitter inhibitor.
PEMBAHASAN
Tx eradikasi bakteri kausatif tentu menggunakan antibiotic. Untuk ceftriaxone tidak terdapat
dalam pembahasan terapi tetanus dalam slide kuliah. Sehingga, jawaban yang sesuai adalah
opsi B.
PEMBAHASAN
Definisi keseimbangan secara detail dijelaskan dalam slide kuliah dr. Suratno Sp.S(K) (Lihat
screenshoot dibawah). Jika bingung, curigai opsi yang terlalu detail (3 baris sendiri) dan masih
bisa diterima oleh logika pernyataannya. Ya benar sekali, karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Maka jawaban yang sesuai adalah opsi B.
PEMBAHASAN
Dari keluhan utama didapatkan pasien menglamai vertigo, dan terdapat beberapa penyakit yang
berhubungan dengan vertigo, yang bisa ketahui dari keluhan tambahannya. Demam biasanya
terjadi pada Labyrintis, gangguan pendengaran terjadi pada penyakit Meniere. Vertigo berat
disertai mual muntah dan tidak ada gangguan pendengaran ditemukan pada Vestibuler neuritis.
PEMBAHASAN
Dari soal kita bisa mengetahui diagnosis terutama mual saat bangun mau duduk. Berkeringat
(-), mutah (-), gangguan pendengaran (-) menyingkirkan beberapa penyakit yang berhubungan
dengan vertigo. Jawaban yang sesuai adalah BPPV.
PEMBAHASAN
Vertigo dengan keluhan rotatory (pusing berputar) dan bisa timbul dengan provokasi posisi
yaitu berbaring kemudian duduk/berdiri khas ditemukan pada Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV).
PEMBAHASAN
Mari kita bahas per opsi. (A) saraf simpatis bisa bersifat inhibitory, misal pada efektor di
lambung dan instestine, stimulasi simpatik menurunkan motilitas usus. (B) Jaringan yang
berperan melindungi tubuh dari bahaya lingkungan luar (Homeostatis) terutama diperankan
oleh system saraf somatic. (C) Opsi ini benar. (D) simpatik maupun simpatetik dari system
ANS merupakan komponen efferent. (E) Salah, simpatik merupkan bagian dari system saraf
otonom.
PEMBAHASAN
Dokumentasi pernyataan soal yang kurang jelas dan urutan opsi yang tidak lengkap, membuat soal ini
sulit dibahas. Namun, proses terjadinya potensial aksi pada axon melalui tahap sbb:
(1) Terjadi stimulasi yang melebihi threshold stimulasi (all or nothing theory) pada axon hillock,
yaitu >70 mV
(2) Channel Na+ terbuka, Na+ masuk ke dalam sel, sel menjadi posotif (depolarisasi)
(3) Channel K+ terbuka, K+ keluar dari sel
(4) Channel Na+ menjadi refraktori, ion Na+ tidak ada yang masuk ke dalam sel lagi
(5) Ion K+ terus meninggalkan sel, sehingga sel menjadi lebih negative (repolarisasi)
(6) Resting membrane potential tercapai
PEMBAHASAN
Transmisi neurotransmitter pada synaptic cleft prosesnya adalah sbb:
2–4–5–1–7–6–3
Sumber: Holz, R.W. and Fisher, S.K., 2012. Synaptic transmission and cellular signaling: an overview. In
Basic Neurochemistry (Eighth Edition) (pp. 235-257).
PEMBAHASAN
Mari kita bahas tiap pernyataan:
(1) Lebih rendah dari nilai stimulasi threshold, maka impuls tidak akan terjadi (All or None Law)
begitu pula excitatory postsynaptic potential (EPSP)
(2) Pernyataan ini benar, apabila melebihi threshold stimulasi, impuls maupun EPSP dapat timbul
(3) Benar, neurotransmitter yang menyebabkan terjadinya hyperpolarisasi pada membrane neuron
postsinaps bersifat inhibitorik, sehingga tidak terjadi impuls
(4) Benar, bisa dianalogikan dengan materi fisiologi blok musculoskeletal
Sehingga, jawaban soal adalah opsi D.
Sumber: Pareti, G., 2007. The" all-or-none"
law in skeletal muscle and nerve fibres.
Archives italiennes de biologie, 145(1), pp.39-
54.
PEMBAHASAN
Neurotransmitter yang terikat pada reseptor membrane post synaptic setelah tidak terpakai akan
dikeluarkan melalui 3 cara: yaitu (2) Difusi keluar membrane, (3) Dipecah oleh enzim, (5)
Diambil kembali oleh presinaptik. Sehingga jawaban soal ini adalah: opsi 2,3,5.
Sumber: Purves, D., Augustine, G.J. and Fitzpatrick, D., 2001. et al., editors. Neuroscience:
Neurotransmitter release and removal. Sunderland (MA).
PEMBAHASAN
Seperti yang kita pahami bersama 44 dan 45 adalah Broca’s Speech Area.
Area 3, 1, 2 adalah area somatosensorik primer
Area 6 adalah area motoric asosiasi/sekunder
Area 22 adalah area Wernicke (Speech comprehension)
Area 4 adalah area motoric primer
PEMBAHASAN
Sumber: Woo, A., Bakri, K. and Moran, S.L., 2015. Management of ulnar nerve injuries. The Journal of
hand surgery, 40(1), pp.173-181.
PEMBAHASN
Sumber: Netter, F.H., 2014. Atlas of Human Anatomy. Elsevier Health Sciences.
PEMBAHASAN
(C) Badan sel saraf postganglion simpatik secara umum terletak di Sympathtic trunk ganglia, sementara
terminal ganglia adalah untuk letak badan sel saraf postganglion parasimpatik
(D) Benar, ini adalah salah satu soal responsi anatomi tahun 2017. Masih ingat kan? Kornu lateral
medulla spinalis segmen thoracolumbal merupakan SBN 1 bagi system saraf simpatik
(E) Salah, neurotransmitter postganglioner untuk saraf simpatik adalah norepinefrin (NE) (secara
umum) dan asetilkolin (Ach) (untuk sel kelenjar keringat)
A. Thalamus
B. Hipothalamus
C. Pons
D. Cortex cerebri
E. Epithalamus
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Sumber: Netter, F.H., 2014. Atlas of Human Anatomy. Elsevier Health Sciences.
A. Corona radiata
B. Fornix
C. Traktus corticospinalis
D. Corpus callosum
E. Traktus sponothalamicus
PEMBAHASAN
Pada SSP, terdapat 3 jenis serabut yaitu serabut proyeksi, serabut commissure, dan serabut
asosiasi. Corpus callosum termasuk serabut commisura di cerebrum.
Sumber: Netter, F.H., 2014. Atlas of Human Anatomy. Elsevier Health Sciences.
A. Stelat
B. Korf
C. Purkinje
D. Golgi
E. Granula
PEMBAHASAN
Preparat yang dimaksud berada pada Stratum Molekulare Cerebelii dan dari soal terdapat ciri
khas yaitu “sel saraf tersebut membentuk suatu anyaman mengelilingi sel berbentuk botol” di
lapisan bawahnya. Sel saraf yang dimaksud adalah Sel Korf / sel keranjang / sel basket.
A. Stratum molekulare
B. Stratum granulosum externum.*
C. Stratum piramidale externum
D. Stratum multiformis (?).**
E. Stratum ganglionare
PEMBAHASAN
Petunjuk atau clue soal ini agak ambigu. *) Semisal “Pada lapisan di sebelah luar dijumpai sel
martinotti, sel piramid kecil, dan sel stelat” (lapisan ke-6) lapisan yang dimaksud: Stratum
lapisan ke-7 (?). **) Apabila menggunakan clue kedua: “Sedangkan pada lapisan bagian dalam
terdapat sel fusiformis” (lapisan ke-5) lapisan yang dimaksud: (lapisan ke-4) Stratum
ganglionare internum (tidak ada di opsi jawaban). Pembahas memohon maaf, bahwa soal ini
tidak bisa dijawab dengan pasti. Wallahu a’lam.
A. Oligodendrosit
B. Neurolemmosit
C. Mikroglia
D. Ependim
E. Astrosit
PEMBAHASAN
Seperti yang kita tahu, neuroglia SPP yang berfungsi melapisi system ventrikel maupun canalis
centralis medspin adalah Sel Ependymal.
A. Endoneurium
B. Perineurium
C. Epineurium
D. Durameter
E. Arachnoid
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Rehabilitasi medik pasien strok ini masuk kedalam fase akut (<2 minggu). Posturing dan
posititioning merupkan Tx utama. Posisinya adalah sebagai berikut (lihat gambar). Oleh
karenanya, sesuaikan dengan opsi yang disediakan (Afwan, dokumentasi kurang lengkap)
Sumber: Kuliah Rehab Medik Stroke Dr. dr. Noer Rachmah, Sp.RM
PEMBAHASAN
Tatalaksana terapi latihan rehab medik pasien stroke fase akut ialah terapi latihan luas gerakan
sendi dan terapi latihan peregangan. Karena pada px tangan dan kaki bisa bergerak namun tidak
kuat angkat, maka latihan gerak sendi aktif dan pasif
Sumber: Kuliah Rehab Medik Stroke Dr. dr. Noer Rachmah, Sp.RM
PEMBAHASAN
Penempatan posisi yang benar penting untuk mencegah kontraktur dan ulkus decubitus. Prinsip
penempatan posisi penderita stroke sebagai berikut: a) Posisi berbaring terlentang b) Posisi
berbaring miring ke sisi yang sehat c) Posisi berbaring miring ke sisi yang sakit d) Posisi duduk
di kursi atau kursi roda.
Sumber: Kuliah Rehab Medik Stroke Dr. dr. Noer Rachmah, Sp.RM; Duncan, P.W., Zorowitz, R., Bates,
B., Choi, J.Y., Glasberg, J.J., Graham, G.D., Katz, R.C., Lamberty, K. and Reker, D., 2005. Management
of adult stroke rehabilitation care. Stroke, 36(9), pp.e100-e143.
A. Kruk
B. Tongkat
C. Tripod cane
D. Walker
PEMBAHASAN
Berdasarkan pemeriksaan kekuatan motoric, maka alat bantu yang sesuai dengan pasien adalah
Walker. Pada kuliah rehab medik pasien stroke alat bantu jalan tidak dibahas. Soal ini dijawab
oleh Mas Hananto Calvaria, kata masnya soal ini levelnya koas, jadi wajar kalo preklinik
kesulitan. Sabar ya gaes. :’)
PEMBAHASAN
Belum diketahui ini masuk fase akut atau subakut, namun pindahan dari IGD kemungkinan
besar masih fase akut (<2minggu). Pada slide kuliah Dr. dr. Noer Rachmah, Sp.RM. tujuan
rehab medik stroke fase akut salah satunya mencegah komplikasi stroke dan tirah baring.
Sumber: Kuliah Rehab Medik Stroke Dr. dr. Noer Rachmah, Sp.RM.
PEMBAHASAN
Kedua lengan dan Nervii cranialis dalam batas normal menandakan diatas segmen thorac tidak
mengalami lesi. Karena kedua tungkai tidak bisa bergerak maka kedua sisi medspin mengalami
lesi (complete transection), karena inervasi motoric ekstrimitas bawah banyak yang keluar dari
columna vertebra setinggi segmen lumbal, maka yang bermasalah lumbal kebawah. Sehingga
medspin pasien mengalami Complete Transection di MS Lumbal bawah.
Sumber: Kuliah medulla spinalis dr Rivan Danuaji M.Kes, Sp.S; Sure, D.R. and Culicchia, F., 2013. Duus’
Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Physiology, Signs, Symptoms.
PEMBAHASAN
Pada kasus diatas pasien jelas akan menglami motoric disorder, karena tractus kortikospinalisnya akan tergantung
akibat stroke di hemisfer dextra. Motoric disorder berdasarkan letaknya dibedakan menjadi 2 yaitu lesi UMN dan
LMN. Karena hemisfer cerebri (SSP) maka jenis motoric disordersnya adalah lesi tipe UMN.
Karena hanya 1 sisi hemisfer cerebri yang terkena (dextra), maka defek motoric juga hanya 1 sisi (hemiparesis)
namun kontralateral (sinistra). Seperti yang kita tau kelemahan/paresis terjadi akbiat adanya gangguan pada
tractus pyramidalis (terutama yang lateral), dan kelemahannya adalah kontralateral karena kita tau tractus tsb
menyilang dibawah medulla oblongata, Decussatio Pyramidalis. Maka temuan px fisik yang paling tepat adalah
Hemiparesis sinistra tipe lesi UMN.
A. Fasikulus Gracilis: berfungsi untuk diskriminasi, posisi sendi, nyeri, dan sensasi
getaran
B. Fasikulis Cunaetus: berfungsi untuk diskriminasi, posisi sendi, temperatur, dan
sensasi getaran
C. Fasikulus Gracilis: berfungsi untuk diskriminasi, posisi sendi, temperatur dan
sensasi getaran
D. Fasikulus Cunaetus: berfungsi untuk diskriminasi, posisi sendi, nyeri dan sensasi
getaran
E. Fasikulus Gracilis: berfungsi untuk diskriminasi, posisi sendi, dan sensasi getaran
PEMBAHASAN
Pernyataan yang tepat adalah opsi E. Modalitas sensorik nyeri dan temperature sepenuhnya
adalah fungsi tractus spinotalamikus lateralis, sehingga opsi A, B, C, D langsung bisa teman-
teman eksklusi.
Sumber: Jenkins, G. and Tortora, G.J., 2011. Anatomy and physiology. Wiley-Blackwell.
PEMBAHASAN
Stroke pada usia yang relative muda sering ditemukan pada pasien dengan riwayat
hyperthyroidism. Dimana jenis strokenya adalah stroke iskemik. Lalu riwayat aritmia,
berdasarkan penelitian Leary dan Caplan (2008) merupakan salah satu etiologi Cardioemboli
stroke.
Sumber: Squizzato, A., Gerdes, V.E.A., Brandjes, D.P.M., Büller, H.R. and Stam, J., 2005. Thyroid
diseases and cerebrovascular disease. Stroke, 36(10), pp.2302-2310.; Leary, M.C. and Caplan, L.R.,
2008. Cardioembolic stroke: An update on etiology, diagnosis and management. Annals of Indian
Academy of Neurology, 11(5), p.52.
A. Arteri vertebrobasiler
B. Arteri karotis interna
C. Arteri khoroidalis anterior
D. Arteri cerebri anterior
E. Arteri cerebri media
PEMBAHASAN
Cerebellum terutama memperoleh vaskularisasi melalui AICA, PICA, dan Arteri Cerebellar
Superior. Sumbatan pada A. vertebrobasiler (system sirkulasi posterior) dapat menyababkan
infark cerebellum. Untuk A.karotis interna akan bercabang menjadi A.cerebri anterior et media
sebagai system sirkulasi anterior di cerebrum.
Sumber: Kuliah neurovascular dr. Subandi Sp.S FINS; Netter, F.H., 2014. Atlas of Human Anatomy.
Elsevier Health Sciences.
A. Kelemahan gerak
B. Adanya hipertensi dan DM
C. Adanya proses mendadak defisit neurologis
D. Usia lansia
E. Bicara pelo pada pasien
PEMBAHASAN
Pernyataan yang terkait DD stroke, bisa diketahui dengan melihat definisi stroke itu sendiri.
Pada slide kuliah neurovascular dr Subandi Sp.S FINS, definisi stroke (lihat gambar dibawah).
Maka jawaban yang sesuai kasus diatas adalah opsi C.
PEMBAHASAN
Sumber: Sure, D.R. and Culicchia, F., 2013. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Physiology,
Signs, Symptoms.
A. Atherosklerosis
B. Cidera kepala
C. Infeksi syaraf pusat
D. Diseksi pembuluh darah otak
E. Tumor otak
PEMBAHASAN
Merokok dan hypertensi merupakan salah dua penyebab terjadinya stroke iskemik, dimana
hyperntension merupakan penyebab utamanya. Sehingga, jenis stroke pada kasus diatas adalah
stroke iskemia.
Seperti yang kita tau stroke iskemik secara etiologi memiliki beberapa subtype yaitu (1)
Cardioembolic stroke, (2) Atherosclerotic stroke, (3) Lacunar Stroke, (4) Cryptogenic Stroke,
(5) Other Causes. Sehingga jawaban yang sesuai adalah opsi A.
Sumber: Musuka, T.D., Wilton, S.B., Traboulsi, M. and Hill, M.D., 2015. Diagnosis and management of
acute ischemic stroke: speed is critical. Canadian Medical Association Journal, 187(12), pp.887-893.
PEMBAHASAN
Sakit kepala primer (headache) satu sisi (unilateral) maka kita bisa menduga Migraine atau
Trigeminal autonomic cephalalgias (TACs). Namun untuk TACs umumnya kualitas nyeri
sangat berat (severe attack) didaerah orbital.
Migraine dibagi menjadi 6 subtipe (Berdasarkan ICHD, Subtipe migraine adalah kode 1.1 –
1.6). Nyeri unilateral tanpa aura merupakan kode 1.1. Migraine without aura (Common
migraine, hemicranias simplex). Sehingga jawaban yang tepat adalah opsi C.
Sumber: Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS, 2013. The
international classification of headache disorders, (beta version). Cephalalgia.
PEMBAHASAN
Nyeri kepala (headache) dengan kualitas berdenyut (pulsating) dan unilateral adalah ciri-ciri
nyeri kepala primer Migraine. Terdapat aura visual (kilatan cahaya) sebelum nyeri kepala. Ini
termasuk kode 1.2. Migraine with aura (Classic or classical migraine, ophthalmic,
hemiparaesthic migraine).
Sumber: Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS, 2013. The
international classification of headache disorders, (beta version). Cephalalgia.
Sumber: Silberstein, S.D., Lipton, R.B. and Dalessio, D.J. eds., 2001. Wolff's headache and other head
pain. Oxford University Press.
PEMBAHASAN
Dari gejala yang disebutkan pada soal, pasien kemungkinan mengalami TACs dengan kode
ICHD3 yaitu 3.1. Cluster Headache (Cilliary neuralgia). Obat yang paling sesuai untuk
mengobati orang dengan nyeri kepala hebat (VAS 8) adalah golongan triptan yang bekerja
secara cepat. Yaitu golongan spray.
Sumber: Tfelt-Hansen, P.C. and Jensen, R.H., 2012. Management of cluster headache. CNS drugs,
26(7), pp.571-580.
PEMBAHASAN
Fungsi SSP normal apabila terdapat keseimbangan anatara neurotransmitter eksitatorik dan
inhibitorik, pada pathogenesis epilepsy terjadi ketidakseimbangan dimana neurotransmitter
inhibitorik mengalami penurunan sehingga neurotransmitter eksitatorik tidak ada yang
menghambat, sehingga neurotransmitter eksitatorik menjadi berlebih. Kondisi ini disebut
sebagai Hyperexcitability.
Neurotransmitter inhibitorik diantaranya GABA, sementara yang eksitatorik seperti Glutamate
dan Aspartate.
PEMBAHASAN
Pada kasus kejang penting untuk diketahui tipe kejang dan hasil px EEG. Dari hasil px EEG didapatkan
adanya spike 3 Hz yang menunjukan ini termasuk bangkitan umum lena (absence). Sehingga
anticonvulsant pada kasus ini harus bisa digunakan dengan indikasi pemakaian bangkitan umum. Dari
semua opsi, indikasi Karbamazepin hanya untuk bangkitan partial dan bangkitan partial yang menjadi
umum sekunder. Sehingga jawaban yang sesuai adalah opsi E.
EEG pasien dengan bangkitan lena, menunjukan brust general aktivitas gelombang spike 3 Hz
(perekaman tengah kotak hijau) yang simetrik bilateral dan bisinkronus.
Sumber: Bromfield, E.B., Cavazos, J.E. and Sirven, J.I., 2006. An introduction to epilepsy; Katzung, B.G.
ed., 2016. Basic & clinical pharmacology. McGraw-Hill Medical. FKUI, D.F., 2012; Farmakologi dan
Terapi edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Sumber: Bromfield, E.B., Cavazos, J.E. and Sirven, J.I., 2006. An introduction to epilepsy; Dengler, R.
and Tacik, P., 2012. Current diagnosis and treatment: neurology.
PEMBAHASAN
Pada kejang parsial atau fokal terutama bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
(secondary generalization) di keadaan posiktal, deficit neurologis fokal seperti hemiparesis
(soal diatas: kelemahan lengan dan tungkai KANAN, hemiparesis) dapat berlangsung selama
30 menit – 36 jam, yang mengindikasikan lesi otak focal. Defisit neurologis pada keadaan
tersebut disebut Todd Paralysis.
Sumber: Bromfield, E.B., Cavazos, J.E. and Sirven, J.I., 2006. An introduction to epilepsy; Dengler, R.
and Tacik, P., 2012. Current diagnosis and treatment: neurology.
PEMBAHASAN
Kejang memiliki banyak etiologi, salah satunya trauma kepala. Untuk diagnosis epilepsy bisa
dilihat pada handout materi epilepsy dr. Diah Kurnia Sp.S(K). Sehingga kasus diatas tidak
memenuhi kriteria diagnosis Epilepsy, karena kejang pada kasus tersebut adalah kejang dengan
provokasi.
Sumber: Kuliah Epilepsy dr. Diah Kurnia Mirawati, Sp.S(K); Shinnar, S., 2010. T Scheffer, I.E., Berkovic,
S., Capovilla, G., Connolly, M.B., French, J., Guilhoto, L., Hirsch, E., Jain, S., Mathern, G.W., Moshé,
S.L. and Nordli, D.R., 2017. ILAE classification of the epilepsies: Position paper of the ILAE Commission
for Classification and Terminology. Epilepsia, 58(4), pp.512-521.
A. Uremia
B. Hipertensi
C. Dislipidemia
D. Intoksikasi obat
E. Diabetes melitus
PEMBAHASAN
Dari keluhan pasien kita bisa mengklasifikasikan tipe nyeri. Kuliah Prof. Dr. dr. Suroto
Sp.S(K) disebutkan bahwa, kulitas nyeri neuropatik adalah ‘shooting’, ‘electric shock-like’,
‘burning’ – sering disertai dg rasa gatal atau tebal. Dalam klinis, kasus kejadian nyeri
neuropatik tungkai bawah pada usia dewasa – lanjut banyak ditemukan pada pasien DM.
Sumber: Kuliah Nyeri Prof. Dr. dr. Suroto Sp.S(K); Bansal, D., Gudala, K., Muthyala, H., Esam, H.P.,
Nayakallu, R. and Bhansali, A., 2014. Prevalence and risk factors of development of peripheral diabetic
neuropathy in type 2 diabetes mellitus in a tertiary care setting. Journal of diabetes investigation, 5(6),
pp.714-721.
PEMBAHASAN
Pasien tersebut kemungkinan besar mengalami Guillain Barre Syndrome (GBS). Merupakan
penyakit neuroimmunologi, ditandai dengan kelemahan kaki menjalar ke proksimal.
Kegawatdaruratan pada pasien GBS adalah apabila terjadi respiratory arrest, akibat
kelumpuhan otot2 pernapasan utama, yaitu diafragma.
Sumber: Kuliah Sistem Saraf Tepi dr. Diah Kurnia Mirawati, Sp.S(K); Brust, J., 2011. Current diagnosis
& treatment neurology. McGraw Hill Professional.
A. Tinel
B. Gower
C. Romberg
D. Brudzinski
E. Wartenberg
PEMBAHASAN
Soal ini sangat erat kaitannya dengan tutorial blok 3 Biologi Molekuler skenario 2 (Kedokteran
2016, Fornix), yaitu Duchenne Muscular Dystrophy, jauh sudah memang itu blok 3 tapi
beginilah kehidupan kita. Sabar. :’)
Seperti yang kita ingat penyakit ini merupakan X-linked disease, sehingga tidak heran pada
soal menyebutkan riwayat keluarga terutama laki-laki. Tanda khas pada pasien Duchenne
Muscular Dystrophy (terutama ditemui pada usia >5th) adalah Gower Sign.
Sumber: Brust, J., 2011. Current diagnosis & treatment neurology. McGraw Hill Professional.
A. Hipoalgesia
B. Hipestesia
C. Anestesia
D. Alodinia
E. Analgesia
PEMBAHASAN
Jawaban bisa ketahui dari slide kuliah Prof Suroto, sbb:
A. Lhermitte
B. Bragard
C. Romberg
D. Chaddock
E. Phalen
PEMBAHASAN
A. CT scan kepala
B. MRI
C. Kadar gula darah
D. Tes romberg
E. EEG
PEMBAHASAN
Kualitas nyeri tebal, panas (burning sensation), selama setengah tahun (kronis), dan analgesic
tidak menolong merupakan ciri khas nyeri Neuropatik. Sesuai dengan keluhan yang sering
ditemui di klinis, maka px tambahan yang penting adalah kadar gula darah (blood glucose
level), baik GDP maupun GDS.
Sumber: Ang, L., Jaiswal, M., Martin, C. and Pop-Busui, R., 2014. Glucose control and diabetic
neuropathy: lessons from recent large clinical trials. Current diabetes reports, 14(9), p.528.
PEMBAHASAN
Demensi merupakan neurodegenerative disease yang banyak jenisnya. Kasus diatas merupakan
ciri khas Demensia Alzheimer. Lalu kenapa baru 3 bulan? Jika kita tinjau secara pathogenesis
deposisi plak senile (Amyloid β-protein) dan neurofibrilarry tangle (Tau-protein) akan
menyebabkan early manifestations AD. Yang ditandai impairment atau penurunan
(degenerasi) fungsi eksekusi, kognitif, maupun motoric (oleh karenanya disebut
neurodegenerative disease) seperti soal diatas. Jika pada onset masih dalam bulan, maka lebih
mendekati ke MCI (beberapa menyebutkan fase awal Alzheimer disease).
Sumber: Zhu, X.C., Tan, L., Wang, H.F., Jiang, T., Cao, L.,
Wang, C., Wang, J., Tan, C.C., Meng, X.F. and Yu, J.T., 2015.
Rate of early onset Alzheimer’s disease: a systematic review
and meta-analysis. Annals of translational medicine, 3(3).
PEMBAHASAN
Dari slide kuliah Neurobehaviour, manifestasi klinis pasien diatas khas ditemukan pada pasien
Dementia Frontotemporal (FTD).
PEMBAHASAN
Meningitis adalah penyakit infeksi bakteri pada system saraf. Jenis bakteri penyebab meningitis ada
banyak. Dan apabila dibarengi keluhan arthritis, kemungkinan besar penyebabnya adalah S. aureus.