PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk (Perseroan)berdiri pada tahun 1995. Pabrik ini
pertama berlokasi di Blok W, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang.Untuk memenuhi
permintaan konsumen yang terus meningkat, Perseroan mengembangkan usahanya dengan
mendirikan pabrik di Pasuruan pada tahun 2005.
Besarnya permintaan masyarakat atas produk Sari Roti membuat Perseroan kembali
membangun pabrik ketiga pada tahun 2008 yang juga berlokasi di Kawasan Industri
Jababeka Cikarang. Kemudian disusul dengan pembangunan pabrik di Semarang, Medan
dan Cikarang Barat pada tahun 2011.
Pada tahun 2012, Perseroan membangun 2 pabrik baru yang berlokasi di Palembang
dan Makassar. Perseroan secara resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia dan
menjual kepada publik pada tahun 2010. Pada tahun 2006 Perseroan mendapatkan sertifikat
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yaitu sertifikat jaminan keamanan pangan
sebagai bukti komitmen Perseroan dalam mengedepankan prinsip 3H (Halal, Healthy,
Hygienic) pada setiap produk Sari Roti. Selain itu, seluruh produk Sari Roti telah terdaftar
melalui Badan BPOM Indonesia dan memperoleh sertifikat Halal yang dikeluarkan oleh
Majelis Ulama Indonesia.
Ratio yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar Prusahaan digunakan
untuk melunasi hutang jangka pendek yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Rumus
yang digunakan :
aktiva lancar
Current Ratio ( Rasio Lancar )=
utang lancar
Untuk mengetahui CR menggunakan data keuangan dari tahun 2012 sampai 2016 agar dapat
mengetahui berapa besar kenaikan dan penurunan, maka dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel diatas, untuk CR pada PT Nippon Sari tahun 2012 sampai tahun 2016
menjelaskan bahwa kemampuan Perusahaan dalam melunasi hutang lancar yang akan jatuh
tempo. Pada tahun 2012 sampai tahun 2016 CR menunjukkan angka dibawah 1, maka
Perusahaan dikatakan mengalami kesulitan melunasi utang jangka pendeknya dimana pada
tahun 2012 CR Perusahaan sebesar 140%. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar
45% (0,45) yaitu 185%. Pada tahun 2014 ternyata CR mengalami penurunan sebesar 67%
(0,65) yaitu 118%. Sedangkan pada tahun 2015 hingga tahun 2016 CR mengalami kenaikan
yang lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga menunjukkan kemampuan dalam melunasi
hutangnya yaitu sebesar 226% dan 282%.
Ratio yang digunakan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan
aktiva lancar atau tanpa memperhitungkan persediaan karena persediaan akan membutuhkan
waktu yang lama untuk diuangkan dibanding dengan aset lainnya atau membayar utang
jangka pendeknya dengan menggunakan Aktiva yang lebih likuid.
Untuk mengetahui QR menggunakan data keuangan dari tahun 2012 sampai 2016 agar dapat
mengetahui berapa besar kenaikan dan penurunan, maka dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel diatas, untuk QR pada PT Nippon Sari menunjukkan bahwa rasio
cepat dari likuiditas Perusahaan, dimana pada tahun 2012 sebesar 125% mengalami kenaikan
ke tahun 2013sebesar 47% (0,47). Pada tahun 2014 QR mengalami penurunan sebesar 67%
(0,67) yaitu 105%. Sedangkan untuk tahun 2015 dan tahun 2016 menunjukkan tingkat yang
signifikan yaitu sebesar 214% dan 267% dalam melunasi hutang lancarnya.
3) Cash Ratio
Ratio ini merupakan perbandingan antara kas dan setara kas yang ada di Perusahaan dan total
Hutang Lancar. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan kas dan setara kas
Perusahaan untuk melunasi Hutang Lancar tanpa harus mengubah Aktiva Lancar bukan kas
(Piutang Dagang dan Persediaan menjadi kas.
Untuk mengetahui Cash Ratio menggunakan data keuangan dari tahun 2012 sampai 2016
agar dapat mengetahui berapa besar kenaikan dan penurunan, maka dapat dilihat sebagai
berikut :
Ratio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dari total Aktiva dan posisi modal kerja
(Netto).
aktivalancar−hutanglancar
CWTO=
total aktiva
Untuk mengetahui CWTO menggunakan data keuangan dari tahun 2012 sampai 2016 agar
dapat mengetahui berapa besar kenaikan dan penurunan, maka dapat dilihat sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel diatas, menjelaskan kemampuan modal kerja (Netto) berputar dalam
suatu siklus kas yang terdapat di Perusahaan pada tahun 2012 ke tahun 2016 ialah dana yang
tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata untuk tahun 2012 sebanyak 6 kali selama
setahun. Pada tahun 2013 dan tahun 2014 modal kerja berputar rata-rata sebanyak 11 kali dan
3 kali. Sedangkan untuk tahun 2015 dan tahun 2016 modal kerja rata-rata berputar sebanyak
16 kali dan 21 kali dalam setahun.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis diatas terhadap Laporan Keuangan berdasarkan Rasio Likuiditas,
maka dapat disimpulkan bahwa perhitungan Current Ratio dari tahun 2012 dan 2013
mengalami peningkatan yang disebabkan aktiva lancar yang semakin meningkat dan
menurunnya utang lancer. Tapi pada sat tahun 2014 CR mengalami penurunan sehingga
pada tahun tersebut perusahaan mengalami kesulitanuntuk melunasi hutang-hutangnya, hal
ini disebabkan aktiva lancar mengalami penurunan dan hutang lancar tahun 2014 mengalami
peningkatan sehingga menyebabkan current ratio pada tahun 2014 ini mengalami penurunan.
Sama seperti CR, Quick Ratio pada tahun 2014 mengalami penurunan yang disebabkan
karena aktiva lancar mengalamii penurunan dan utang lancar juga mengalami penurunan
sehingga menyebabkan quick ratio pada tahun 2014 mengalami penurunan. Sedangkan pada
tahun 2012, 2013, 2015, 2016 mengaami kenaikan yang baik. Untuk WCTO mengalami
pperputaran yang fluktuasi, seperti pada tahun 2016 kemampuan modal kerja berputar
sebanyak 21 kali. Artinya semakin banyak perputaran maka kondisi perusahaan semakin baik
untuk melakukan investasi kembali. Namun pada tahun 2014, perputaran yang terjadi hanya 3
kali. Maka dari itu dapat dikatan pada tahun 2014 PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk
(Perseroan) mengalami penurunan dari pada tahun sebelum atau sesudahnya.