TINJAUAN KASUS
Pada bab ini kelompok akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien By.
Ny.R dengan atresia ani fistula rektovagina yang di rawat diruang seruni RSAB Harapan
Kita Jakarta.
Adapun data yang kelompok kumpulkan dari hasil pengkajian yang di lakukan dari
tanggal 12 November 2008 sampai 14 November 2008 adalah sebagai berikut :
A. Pengkajian
1. Data dasar
a. Identitas klien
Klien bernama By.Ny.R jenis kelamin perempuan, usia 2 ½ jam, agama Islam,
By. beralamat Jl.dewi sartika RT03/03 no.21 cimanggis-ciputat. By masuk
RSAB Harapan Kita Jakarta pada tanggal 12 November 2008 dengan diagnosa
medis ”Atresia Ani”.
b. Riwayat keperawatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama saat masuk rumah sakit : By masuk rumah sakit pada
tanggal 12 November 2008 pada pukul 02.45 WIB. By datang dengan
masalah tidak ada anus sejak lahir dan by di rujuk dari RSIA Buah Hati
untuk di lakukan tindakan medis.
3. Data penunjang
Hasil laboratorium tanggal 12 November 2008
- HB = 17, 1 g/dl (P=12-16, L= 13,5 – 18)
- Ht = 53 % (P= 38-47, L= 40-54)
- Trombosit = 285.000 / ui (150.000-400.000)
- APTT =41,0 detik (25,3 – 35,5)
- PT =12,2 detik (11-14)
- Leukosit =10.000 / ui (4500-11000)
- N.segmen =60,6 (56%)
- Limfosit =35,1 (34%)
- Monosit =4,3 (4%)
4. Penatalaksanaan
Bactesin 250 mg/12 jam pada jam 03.00 dengan 15.00 WIB
Mikasin 25 mg/12 jam pada jam 08.00 dengan 20.00 WIB
5. Resume kasus
By. rujukan dari rumah sakit ibu anak Buah Hati dengan diagnosa Atresia Ani,
berat badan 3350 gram, apgar score 9/10, hamil aterm, anak ke dua, sejak lahir
tidak terdapat anus, nadi 156 x/menit, suhu 37,2°c, pernapasan 60 x/menit,
mendapat IVFD D10 % + 4 cc cagluconad.
6. Data fokus
DATA PRE OPERASI
Data subjektif : -
Data objektif :
Bayi tidak ada lubang anus,f eses bewarna hijau (meconium) keluar dari vagina,
konsistensi feses lembek lengket, bayi di dalam inkubator, dengan suhu inkubator
30°c, dan suhu tubuh 36.6°c, TTV:nadi 130 x/menit, pernapasan 44 x/menit,
tekanan darah 75/38 mmhg, bayi puasa pada jam 00.00 suhu inkubator 30c, suhu
tubuh 36,7°c, pada pukul 06.00 suhu inkubator 32°c, suhu tubuh 37,7°c. klien
mendapat terapi bactesi 250 mg/12 jam dan mikasin 25 mg/12 jam.
7. Analisa data
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa pre operasi :
1. Gangguan pola eliminasi b.d tidak adanya lubang anus
2. Resiko tinggi perubahan suhu (hipotermi/hipertermi) b.d suhu lingkungan
Data objektif : bayi di rawat di dalam incubator,suhu tubuh 36,4c suhu incubator
30c,pada jam 00.00 suhu tubuh 36,4c, suhu incubator 30c,pada jam 06.00 suhu tubuh
37,7c,suhu incubator 32c.
2. Resiko tinggi intregitas kulit sekitar stoma b.d iritasi kimia sekunder
terhadap pengeluaran feses di tandai dengan :
Data subjektif : -
Data objektif : area kolostomi berwarna pink kemerahan,stoma warna merah
segar,kolostomi/stoma terdapat feses dan lembab,suhu tubuh 36,6°C dan suhu
inkubator 33°C.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko intregitas kulit
tidak terjadi.
Kriteria hasil : kulit sekitar kolostomi tidak iritasi,dan tidak ada kemerahan.
Intervensi : melakukan perawatan stoma,mengganti kolostomi setiap
bab,membersihkan atau meneringkan sekitar stoma sebelum memasang kolostomi
yang baru dan vaselin untuk melindugi kulit dari feses,mengobservasi infeksi
sekitar kulit/stoma.
Evaluasi :
Subjektif :-
Objektif : stoma berwarna merah segar,meconium berwarna hijau lenngket,tidak
ada tanda-tanda infeksi,sekitar stoma bersih.
Analisa : masalah teratasi
Planning :tindakan di hentikan
Data objektif : orang tua bayi tampak cemas,oranng tua bayi tampak bertanya-
tanya denngan perawat ruangan tentang keadaan anaknya,orang tua bayi melihat
perawat ruangan mengganti kolostomi,oranng tua bayi melihat penggantian
kolostomi dari persiapan sampai selesai,orang tua klien tampak ingin tahu cara
perawatan kolostomi.
A. Pengkajian
Data pada pengkajian pre operasi Atresia Ani menurut teori dapat ditemukan
adanya data tidak ada lubang anus di ketahui dengan memasukan termometer ke
dalaam anus,perut kembung,tampak lemah,rewel,perut tegang teraba peristaltik
usus,tidaak ada meconium,muntah warna hijau,kulit kering,sedangkan pada kasus
kelompok hanya menemukan bayi tidak ada lubang anus,feses berwarna
hijau(meconium),konsistensi feses lembek lengket.
Sedangkan pada pengkajian post operasi menurut teori di dapat data ada luka
operasi,gelisah,rewel,feses keluar tanpa di sadari,pasien tampak lemah,orang tua
tampak cemas,orang tua menanyakan masalah keperawatan anakuntuk
selamanya,orang tua menanyakan informasi kondisi mengenai perawatan
anaknya,terpasang infus,terpasang pipa lambung,posisi tidur tendenburg.Sedangkan
di kasus di temukan datapasien terlihat post op kolostomi,area kolostomi berwarna
pink kemerahan,feses berwarna hijau,konsistensi feses lembek,tidak terdapat lubang
anus,stoma warna merah segar,kolostomi atau stomanya terdapat feses dan
lembab,orang tua bayi tampak cemas,orang tua bayi melihat perawat ruangan
mengganti kolostomi,orangtua bayi melihat tindakan penggantian kolostomi dari
persiapanssampai selesai,orangtua tampak ingiun tahu cara perawatan
kolostomi,orang tua mengatakan kepada perawat ruangan bagaimana keadaan
anaknya,orang tua nenanyakan bagaimana cara perawatan kolostomi.
Selama menggali data kelompokn mendapatkan faktor pendukung yaitu
kemudaha dari perawat ruangan,faktor penghambat yaitu orang tua jarang datang ke
rumah sakit,bayi terdapat dalam inkubator.
B. Diagnosa keperawatan
Pada tahap perumusan masalah secara teori terdapat diagnosa pre operasi ada 4
yaitu gangguan eliminasi;konstipasi ulvi berhubungan dengan penyumbatandi
daerah anus,resiko perubahan cairan dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubunmgan dengan keluarnya cairan lambung,perubaha rasa nyaman
berhubungan dengan perut kembung,kecemasan orang tua berhubungan ddengan
kondisi anak dan rencana operasi. Sedangkan pada kasus ada 2 yaitu gangguan pola
eliminasi berhubungan dengan tidak adanya anus,resiko tinggo perubahan
suhu(hipotermi/hipertermi)berhubungan dengan suhu lingkungan.
Sedangkan perumusan masalah post operasi ada 5 yaitu nyeri berhubungan
dengan adanya luka pembedahan,kerusakan intergitas berhubungan dengan tindakan
pembedahan,perubahan pola eliminasi;inkontinesia alvi berhubungan dengan
tindakan pembedahan kolostomi,resiko terjadi infeksi berhubungan dengan adanya
luka operasi,kurang pengetahuan orang tua berhubunga dengan kurang informasi
tentang perawatankolostomi di rumah dan kebutuhan perawatan lanjutan.Pada kasus
di temukan diagnosa seperti perubahan pola eliminasi;inkontenensia alvi
berhubungan dengan tindakan pembedahan kolostomi,resiko tinggi intregiras kuit
sekitsr stoma berhubungan dengan iritasi sekunder terhadap pengeluaran
feses,kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan kolostomi berhubungan
dengan perawatan di rumah.
Diagnosa keperawatan secara teoritis yang tidak muncul di kasus pre operasi
adalah perubahan rasa nyaman berhubungan dengan perut kembung,kecemasan
oran tua berhubungan dengan kondisi anak dan rencana operasi resiko perubahan
cairan dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah dan
keluarnya cairan lambung.Hal inni di karenakan By,Ny.R tidak munng tua bayi
tidak datang kermah sakit jadi kelompok tidak dapat mengumpulkan data.
Diagnosa keperawatan secara teoritis yang tidak muncul di kasus post operasi
adalah nyeri berhubungan dengan luka operasi,kerusakan intregitas berhubungan
dengan tindakan pembedahan,resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya
luka operasi.
Dalam pendokumentasian diagnosa keperawatan ini kelompok mendapatkan
faktor pendukung yaitu terdapatnya data-data dn tersdianya buku sumber untuk
menegaskan diagnosa tersebut.Faktor penghambatnya yaitu dalam menentukan
etiologi masalah yang harus diatasi cara mengatasinya adalah penulis harus lebih
cermat menganalisa kasus.
C. Intervensi
Adapun intervensi yang di rencanakan untuk diagnosa keperawatan pre
operasi:gangguan pola eliminasi berhubungan dengan tidak adanya anus kelompok
merencanakan tindakan sebagai berikut : observasi konsistensi feses,kolaborasi
dengan dokter bedah,kolaborasi dengan radiologi,atur posisi
terlentang,mempersiapkan untuk operasi,kolaborasi dalam pemberian obat.
Sedangkan diagnosa resiko tinggi perubahan suhu (hipotermi/hipertermi)
berhubungan dengan suhu lingkungan kelompok merencanakan tindakan observasi
vital sign,atur suhu dalam inkubator,pertahankan suhu lingkungan yang normal.
Sedangkan intervensi yang di rencanakan untuk diagnosa post operasi adalah
perubahan pola eliminasi;inkontenesia ulvi berhubungan dengan tindakan
pembedahan kolostomi sebagai berikut : observasi frekuensi konsistensi feses,catat
frekuensi dan konsitensinya.pada diagnosa resiko tinggi intregitas kulit sekitar
stoma berhubungan dengan iritasi kimia sekunder terhadap pengeluaran feses
kelompok merencanakan tindakan lakukan perawatan stoma,ganti kolostomi setiap
bab,bersihkan dan keringkan kulit sekitar stoma sebelum memasang kolostomi yang
baru dan gunakan vaselin untuk melindungi kulit dari feses.Diagnosa selanjutnya
kurang pengetahuan orangtua tentang perawatan kolostomi berhubungan dengan
perawatan di rumah dan kelompok merencanakan tindakan yaitu ikut sertakan orang
tuaselama perawat melakukan perawatan kolostomi,jelaskan semua langkah
prosedur perawatan kolostomi,supervisi orang tua sewaktu melakukan perawatan
kkolostomi.
D. Implementasi
Kelompok melakukan implementasi selama 3 hari dengan intervensi dari setiap
diagnosa keperawatan hampir semua dapat di aplikasikan dalam kasus.
Faktor pendukung selama kelompok melakukan implementasi yaitu dapat
bekerjasama dengan perawat ruangan dalam melakukan implementasi.
Faktor penghambat yaitu kemudian dalam melakukan implementasi adalah
kolaborasi dengan dokter bedah karena yang melakukan kolaborasi dengan dokter
bedah adalah perawat jadikelompok hanya mendengar dan membaca dari status
pasien tentang hasil kolaborasi.
E. Evaluasi
Setelah di lakukan implementasi selama 3 hari di dapat perubahan keadaan
pasien pre operasi adalah gangguan pola eliminasi berhubungan denga tidak adanya
anus tujuan belum teratasi karena bayi akan di persiapkan untuk operasi.Untuk
masalah resiko tinggi perubahan suhu (hipotermi/hipertermi)berhubungan dengan
suhu lingkungan tujuan teratasi dan kelompok menghentikan rencana tindakan
keperawatan.
Sedangkan perubahan keadaan pasien post operasi adalah perubahan pola
eliminasi ;inkontenesia ulvi berhubungan dengan tindakan pembedahan kolostomi
tujuan belum tercapai karena bayi belum dapat bab lewat anus,Untuk masalah
resiko tinggi intregitas kulit sekitar stoma berhubungan dengan iritasi kimia
sekunder terhadpbpengeluaran feses tujuan teratasi,Untuk masalah kurang
pengetahuan orang tua tentang perawatan kolostomi tujuan belum tercapai karena
orang tua bayi belum bisa cara perawatan kolostomi secara mandiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini kelompok akan menyimpulkan asuhan keperawatan pada By.Ny.R
dengan atresia ani yang sudah di bahas pada bab IV yaitu mulai dari pengkajian
sampai evaluasi pada tanggal 12 november sampai 14 november 2008.
1. Pengkajian
Selama pengkajian di dapatkan data yaitu bayi baru lahir 2½ jam tanpa
anus,dengan berat badab 3350 gram ,APGAR score 9/10,nadi 156
x/menit,pernapasan 60 x/menit,suhu 37,2 °c.
2. Diagnosa keperawatan
Kelompok menemukan 2 diagnosa keperawatan pre operasi yang muncul pada
kasus atresia ani pada By.Ny.R yaitu gangguan pola eliminasi b.d tidak adanya
lubang anus,resiko tinggi perubahan suhu(hipotermi/hipertermi)b.d suhu
lingkungan.Kelompok juga menemukan 3 diagnosa keperawatan post
operasi,yaituperubahan pola eliminasi ; inkontinensia ulvi b.d tindakan
pembedahan kkolostomi,resiko tinggi intregitas kulit sekitar stoma b.d iritasi
kimia sekunder terhadap pengeluaran feses,kurang pengetahuan orang tua.
3. Intervensi
Intervensi yang kelompok rencanakan pada asuhan keperawatan pre operasi
pada diagnosa gangguan pola eliminasi berhubungan dengan tidak adanya
lubang anus adalah observasi konsistensi dan frekuensi meconium yang
keluar,kolaborasi denga dokter bedah untuk roktgen,kolaborasi dengan
radiologi,lakukanpersiapan untuk opersi koreksi anus/kolostomi dengan
mempuasakan pasien,kolaborasi dengan pemberian obat.pada diagnosa
keperawtam resiko tinggi perubahan suhu(hipotermi/hipertermi) berhubungan
dengan suhu lingkungan adalah observasi ttv,atur suhu dalam
inkubator,observasi keadaan umum.Intervensi pada asuhan keperawatan post
operasi pada diagnosa perubahan pola eliminasi ;inkontensia ulvi berhubungan
dengan tindakan pembedahan kolostomi adalah observasi frekuensi dan
konsistensi bab,catat frekuensi dan konsistensibab.Pada diagnosa resiko tinggi
intregitas kulit sekitar stoma berhubungan dengan iritasi kimia sekunder
terhadap pengeluaran feses adalah lakukan perawatan stoma,ganti kolostomi
setiap bab,bersihkan sekitar kolostomi sebelum memasang kolostomi yang baru
dan menggunakan vaaselin untuk melindungi feses,observasi tanda-tanda
infeksi pada kulit sekitar stoma.Pada diagnosa kurang pengetahuan orang tua
tentang perawatan kolostomi adalah ikut sertakan orang tua dalam perawatan
kolostomi,jelaskan semua prosedur perawatan kolostomi,supervisi orang tua
dalam melakukan kolostomi.
4. Implementasi
Implementasi yang kelompok lakukan pada asuhan keperawatan pre operasi
pada diasgnosa gangguan pola eliminasi berhubungan dengan tidak adanya
lubang anus adalah mengobservasi konsistensi dan frekuensi meconium yang
keluar, melakukan kolaborasi dengan dokter bedah untuk rongten, melakukan
kolaborasi dengan radiologi, melakukan persiapan operasi dengan cara
mempuasakan pasien, melakukan kolaborasi pemberian obat Bactesin 200
mg/12 jam. Pada diagnosa risiko tinggi perubahan suhu (hipotermi/hipertermi)
berhubungan dengan suhu lingkungan adalah mengobservasi tanda-tanda vital;
nadi 130 x/menit, suhu tubuh 36 °C,suhu inkubator 32 °C, mengatur suhu dalam
inkubator 32 °C, mengobservasi keadaan umum. Implementasi pada asuhan
keperawatan post operasi pada diagnosa perubahan pola eliminasi; inkontinensia
alvi berhubungan dengan tindakan pembedahan kolostomy adalah
mengobservasi frekuensi dan konsistensi BAB, mencatat frekuensi dan
konsistensi BAB. Pada diagnosa resiko tinggi integritas kulit sekitar stoma
berhubungan dengan iritasi kimia sekunder terhadap pengeluaran feces adalah
melakukan perawatan stoma, mengganti kolostomi setiap BAB,
membersihkan / mengeringkan kulit sekitar stoma sebelumm memasang
kolostomi yang baru dan gunakan vaselin untuk melindungi kulit dari feces,
mengobservasi tanda-tanda infeksi pada kulit sekitar stoma. Pada diagnosa
kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan kolostomi adalah mengikut
sertakan orang tua selama melakukan perawatan kolostomi, menjelaskan semua
langkah prosedur perawatan kolostomi, melakukan supervisi orang tua sewaktu
melakukan perawatan kolostomi.
5. Evaluasi
Evaluasi yang kelompok dapatkan pada asuhan keperwatan pre operasi pada
diagnosa gangguan pola eliminasi berhubungan tidak adanya lubang anus belum
tercapai, resiko tinggi perubahan suhu (hipotermi/hipertermi) berhubunagan
dengan pengaturan suhu belum tercapai. Pada asuhan keperwatan post operasi
dengan diagnosa perubahan pola eliminasi; inkontinensia alvi berhubungan
tindakan pembedahan; kolostomi belum tercapai, resiko tinggi integritas kulit
sekitar stoma berhubungan dengan iritasi kimia sekunder terhadap pengeluaran
feces belum tercapai, kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan
kolostomi belum tercapai.
B. Saran
1. Keluarga
Orang tua lebih memperhatikan kondisi anak dan dapat melakukan perawatan
kolostomi mandiri di rumah.
2. Perawat
Dalam melakukan asuhan keperwatan perawat harus mendemonstrasikann
secara lengkap mulai dari pengkajian sampai evaluasi, sehingga akan dapat
memberikan gambaran lebih jelas tentang perkembangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA