Dokumen - Tips Mini Project 55c9c705358aa
Dokumen - Tips Mini Project 55c9c705358aa
Disusun Oleh :
dr. Anggrainy Treeseptiani Obiraga
dr. Annanda Juadihar Pasha
dr. Maria Yovita Saraswati Pele Alu
dr. Ogie Verianto
Pembimbing :
dr. Maria Christina Noi Sedu
1
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
2
Penimbangan Balita) .................................................................
BAB III. METODE ....................................................................................
3.1 Kerangka Konsep ......................................................................
3.2 Alur Metode Kegiatan ...............................................................
3.3 Jenis dan Metode Penelitian ......................................................
3.4 Rancangan Penelitian ................................................................
3
DAFTAR TABEL
Di Posyandu .........................................................................
Tabel 4.2.5 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai
Kegiatan Posyandu ...............................................................
Tabel 4.2.6 Distribusi Pengetahuan Responden Berapa Kali
Balita Harus Dibawa Ke Posyandu ......................................
Tabel 4.2.7 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Jenis
Imunisasi yang Didapat di Posyandu ...................................
Tabel 4.2.8 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai
Manfaat Imunisasi ................................................................
Tabel 4.2.9 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai
Kepanjangan KMS ...............................................................
Tabel 4.2.10 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai
Kegunaan KMS ....................................................................
Tabel 4.3.1 Distribusi Sikap Responden Setujukah Ibu Bahwa Untuk
Memantau Tumbuh Kembang, Anak Harus Dibawa
Ke Posyandu Setiap Bulan ...................................................
Tabel 4.3.2 Distribusi Sikap Setujukah Ibu Bila Imunisasi Dasar Sudah
Lengkap Anak Tidak Perlu Dibawa ke Posyandu ................
4
Tabel 4.3.3 Distribusi Sikap Responden Mengenai Jarak Rumah yang
Jauh Menjadi Penyulit Ibu ke Posyandu ..............................
Tabel 4.2.4 Distribusi Sikap Responden Bahwa Hari dan Jam Kerja
Menjadi Penyulit Ibu ke Posyandu.......................................
Tabel 4.2.5 Distribusi Sikap Responden Bahwa Ibu Datang
ke Posyandu Atas Kemauan Sendiri ....................................
5
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat pemerintah
dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit kemajuan yang
akan dicapai. Pengalaman dan penelitian –penelitian yang telah dilakukan terhadap peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan membuktikan bahwa peran serta masyarakat
sangat menentukan keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan
itu sendiri.1
Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Posyandu
merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dengan
dukungan teknis petugas Puskesmas. Kegiatan Posyandu meliputi 5 program pelayanan
kesehatan dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Imunisasi, Keluarga Berencana (KB),
Perbaikan Gizi dan Penanggulangan Diare. 1
Balita gizi buruk dapat diketahui dengan cepat bila secara rutin di timbang berat
badannya ke posyandu. Apabila dua kali berturut berat badan tidak naik, maka orang tua dan
kader serta petugas kesehatan sudah harus mencurigai keadaan kesehatannya. Yang menjadi
permasalahan adalah masih banyaknya anak balita yang tidak datang ke posyandu secara
6
rutin (D/S) untuk menimbang berat badannya. Frekuensi kunjungan balita ke posyandu
semakin berkurang sesuai dengan semakin meningkatnya umur anak.1
Adanya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 berdampak terhadap
berkurangnya kegiatan di Posyandu. Jumlah kunjungan balita di Posyandu yang
semula mencapai 60–70 % menurun menjadi 30–40 %, akibat menurunnya partisipasi
masyarakat untuk membawa balitanya ke Posyandu. Soekirman (2000) menyatakan bahwa
salah satu penyebab terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak berfungsinya
lembaga–lembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan aktivitas Posyandu
tersebut berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil terabaikan. Namun meskipun
demikian dari hasil penelitian Satoto dkk (2002) menunjukkan bahwa sekitar 35% desa di
Indonesia masih melaksanakan Posyandu sampai sekarang dan sebagian masyarakat miskin
masih menggunakan Posyandu sebagai tempat pelayanan kesehatan. Hal ini membuktikan
bahwa posyandu masih mempunyai peran penting sebagai forum kegiatan masyarakat.
Seperti dikemukakan diatas bahwa operasional posyandu tidak lepas dari adanya kader
posyandu yang telah banyak membantu pelaksanaan kegiatan posyandu di 5 (lima) meja yang
ada telah ditetapkan.1
Data dari UPTD Puskesmas Kota tahun 2016, cakupan penimbangan balita yaitu balita
yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 67,6%, untuk cakupan bayi yang
mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) sudah cukup baik, yaitu pada
bayi cakupannya mencapai 83,71 %. Perlu diketahui bahwa Target penimbangan balita
adalah 100% (Permenkes RI 2016).
Berdasarkan data yang didapat pada UPTD Puskesmas Kota, penimbangan balita (D/S)
belum memenuhi target, selisihnya masih 32,4%. Pada tahun 2016 beberapa Posyandu justru
mengalami penurunan dibawah presentasi rata-rata kunjungan D/S, diantaranya posyandu di
Kelurahan Bajawa (50,34%), Kelurahan Trikora (61,98%), Kelurahan Susu (65,55%), dan
Kelurahan Lebijaga (64,73%). Oleh karena itu, kami sebagai dokter internship ingin
mengetahui lebih lanjut mengenai cakupan rendahnya penimbangan balita di 4 Posyandu
tersebut sehingga dapat diketahui penyebabnya dan menemukan solusi untuk mengatasi
masalah yang ada.
7
1.2. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam Mini Project ini adalah “Gambaran
Rendahnya Cakupan Penimbangan Bayi dan Balita di Posyandu Wilayah Kerja UPTD
Puskemas Kota tahun 2016”.
1.3. Tujuan
3. Memperbaiki sikap dan perilaku ibu yang memiliki bayi dan balita agar secara
rutin dapat membawa anaknya ke Posyandu.
4. Menciptakan generasi penerus yang sehat dan cerdas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Ibu
1. Menambah wawasan dan pengetahuan.
2. Meningkatkan kesadaran Ibu untuk secara rutin membawa anaknya ke
Posyandu.
1.4.2 Manfaat bagi bayi dan balita
1. Tumbuh kembang dan kecukupan gizi dapat terpantau dengan baik.
2. Mendapatkan imunisasi secara gratis, agar dapat terhindar dari berbagai
penyakit menular.
1.4.3 Manfaat bagi Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan sebagai koordinator yang membawahi sarana-sarana kesehatan
yang ada di lingkungan kerjanya dapat mengetahui dan berperan serta aktif dalam
memberikan ide-ide baru untuk menyukseskan program ini demi terwujudnya
kesehatan masyarakat yang optimal.
8
1.4.4 Manfaat bagi Puskesmas
1. Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan posyandu balita, dan partisipasi
masyarakat terhadap kunjungan ke posyandu.
2. Sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan dimasa mendatang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang seorang anak.
Karena pada masa ini terjadi perkembangan kemampuan berbahasa, berkreatifitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelektual, yang menjadi landasan untuk perkembangan anak
2
2.1.1 Definisi
Anak balita adalah yang berusia 0 tahun sampai dengan 5 tahun kurang dari 1
hari. Banyak hal yang mempengaruhi kesehatan anak balita, antara lain adanya
keterkaitan status gizi dan keadaan fisik lingkungan. Anak balita yang kekurangan gizi
sangat rentan terhadap berbagai paparan infeksi, karena pada tubuh anak yang
kekurangan gizi terdapat penghancuran jaringan untuk memenuhi kebutuhan energi
tubuh, sehingga homeostatis dalam tubuh terganggu dan akhirnya daya tahan tubuh
balita menurun, hal ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Adapun keadaan
fisik lingkungan juga mempengaruhi kesehatan balita, keadaan fisik lingkungan
meliputi sarana sanitasi (tempat pembuangan sampah), ketersediaan air bersih, cuaca,
ketersediaan rumah sehat.
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti
pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.
10
2. Garis Pertumbuhan
Anak sehat tumbuh mengikuti pola garis pertumbuhan normal, bertambah
umur akan bertambah berat mengikuti grafik pertumbuhan dalam kartu menuju
sehat (KMS).
3. Perkembangan anak sehat
Anak sehat mempunyai perkembangan kecerdasan, ketangkasan, dan
Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil
penimbangan dua bulan berturut-turut: “Naik” (N) atau “Tidak Naik” (T) dengan cara
yang telah ditetapkan dalam buku Panduan Penggunaan KMS bagi Petugas Kesehatan.4
Selain informasi N dan T, dari kegiatan penimbangan dicatat pula jumlah anak
yang datang ke Posyandu dan ditimbang (D), jumlah anak yang tidak ditimbang bulan
lalu (O), jumlah anak yang baru pertama kali ditimbang (B), dan banyaknya anak yang
berat badannya di bawah garis merah (BGM). Catatan lain yang ada di Posyandu
11
adalah jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerja Posyandu (S), dan jumlah balita
yang memiliki KMS pada bulan yang bersangkutan (K).4
Data yang tersedia di Posyandu dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan
fungsinya, yaitu:4
1. Kelompok data yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita,
baik untuk:
KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa
kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan
lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk
pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN. SKDN adalah data untuk memantau
pertumbuhan balita, SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:
12
Jumlah balita (S) yang ada di wilayah kelurahan
Jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (K)
Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan
Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan
Jumlah anak balita Bawah Garis Merah (BGM)
Rumus
Jumlah balita yang datang ditimbang (D)
Presentase K/S
= —————————————————— x100%
13
Jumlah balita yang yang
naik berat badannya (N)
2.2. Posyandu
2.2.1 Pengertian
14
2.2.2 Sistem Informasi di Posyandu (Sistem Lima Meja)
1. Meja I
Petunjuk ini memudahkan ibu dan Balita saat datang, sehingga antrian tidak
terlalu panjang atau menumpuk di satu meja.
2. Meja II
3. Meja III
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA atau KMS setelah ibu dan
Balita mendaftar dan ditimbang di meja III. Pencatatan dengan mengisikan berat
badan Balita ke dalam skala yang di sesuaikan dengan umur Balita. Di atas meja
terdapat tulisan yang menunjukan pelayanan yang di berikan.
4. Meja IV
Berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan,
pelayanan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), oralit, vitamin A, tablet zat
besi dilakukan di meja IV
5. Meja V
Pemberian imunisasi dan pelayanan kesehatan kepada Balita yang datang
ke Posyandu dilayani di meja V, dilakukan oleh bidan desa atau petugas
kesehatan lainnya. Imunisasi yang diberikan di posyandu adalah imunisasi dasar,
Kecuali itu ada sebagian posyandu yang memberikan PMT kepada bayi dan anak
balita secara swadaya, PMT ini diberikan setelah meja V (lima). Disamping itu ada pula
Posyandu yang melakukan penyuluhan kelompok sebelum meja I (satu) ataupun setelah
meja V (lima). Dalam penyelenggaraan posyandu ini sangatlah jelas bahwa yang
mempunyai peranan besar adalah kader, dalam hal ini tentunya kader yang aktif dalam
setiap kegiatan Posyandu.
15
Hal-hal yang boleh dilakukan kader dalam deteksi dini tumbuh kembang anak /
balita antara lain :
Adapun 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya dan tidak boleh dilakukan kader, antara lain :
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
16
2.2.4 Program Kerja Posyandu
1. KIA
2. KB
3. lmunisasi
4. Gizi
5. Penggulangan Diare
BKKBN).
3. Kelembagaan masyarakat.
4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi, balita, anak balita, ibu)
Merupakan tingkat kemantapan pengertian dan motivasi orang tua balita untuk
menimbang balitanya setiap bulan. Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah
Balita yang ditimbang (D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai
KMS (K) dikalikan 100.
17
3. Hasil Penimbangan (N/D).
Merupakan indikator keadaan gizi balita pada suatu waktu (bulan) di wilayah
tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah balita yang naik berat
badannya (N) dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan ini (D).
Indikator ini di dapat dengaan cara membagi jumlah balita yang naik berat
badannya (N) dengan jumlah seluruh balita (S) dikalikan 100.
2.2.7 Penimbangan
Persiapan Penimbangan
1. Menggantung dacin pada tempat yang kokoh.
2. Mengatur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang.
3. Memeriksa ketepatan dacin, dengan menggeser bandul geser tepat pada angka nol,
jika jarum penunjuk tegak lurus, berarti tidak perlu diseimbangkan lagi. Jika jarum
belum tegak lurus, maka dapat diseimbangkan dengan penambahan batu kecil dalam
plastik yang digantung di ujung batang dacin atau pemberat lain yang sesuai.
18
Pelaksanaan Penimbangan
1. Memastikan bandul geser berada tepat pada angka nol, agar batang dacin tidak
mengenai penimbang maupun orang lain.
2. Menanyakan hasil pengukuran berat badan sebelumnya, sebagai patokan agar
penimbangan dapat berlangsung lebih cepat.
3. Memasukkan balita kedalam kantung timbang.
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk bayi dan balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai
perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun.
Kartu menuju sehat adalah suatu kartu yang berisikan rekomendasi tentang standar
pertumbuhan, prototipe grafik pertumbuhan dan petunjuk cara penggunaan grafik pada
pelayanan kesehatan.
Manfaat KMS:
1. Catatan/ informasi pada KMS merupakan ‘alat pemantau’ keadaan balita yang
bisa dijadikan acuan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarganya.
19
2. Sebagai acuan penyuluhan, catatan KMS juga dijadikan bahan acuan untuk
memberikan rujukan, baik ke meja 5 maupun ke Puskesmas.
3. Rujukan ini diberikan apabila pada KMS terdapat catatan berikut ini:
a. Berat badan balita berada di bawah garis merah (BGM) pada KMS.
b. Berat badan balita 2 kali (2 bulan) berturut-turut tidak naik.
PENGISIAN KMS-BALITA
A. Penimbangan pertama
Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran
Langkah kedua : Mengisi kolom identitas
Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir
Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS
Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan, dan lain-lain
Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi
Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian vitamin A dosis tinggi
Lakukan langkah keempat dan kelima. Jika bulan lalu anak ditimbang,
hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Jika
anak tidak ditimbang pada bulan lalu, maka titik berat badan bulan ini tidak dapat
dihubungkan dengan titik berat badan sebelumnya.
Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan
bersangkutan. Apabila anak mendapat imunisasi, lakukan langkah keenam. Apabila
anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (yaitu Februari dan Agustus), anak akan
diberi kapsul vitamin A, kemudian lakukan langkah ketujuh. Apabila umur bayi masih
dibawah 5 bulan, lakukan langkah kedelapan.3
Tabel 1 menunjukkan berat badan standar untuk balita menurut kelompok umur,
sementara Gambar 1 dibawahnya menunjukkan contoh grafik KMS balita, dengan jalur
pertumbuhan yang baik dan pertumbuhan yang memburuk.
20
Tabel 1. Berat Badan Standar untuk Balita
Sumber: http://arali2008.wordpress.com/2009/03/16/bagaimanakah-pola-pertumbuhan-
berat-badan-ideal-balita-anda/
5
Berikut adalah tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan grafik KMS balita:
21
Diberikan pujian serta nasehat agar ibu meneruskan cara pemberian makanan
kepada anaknya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi agar anak dapat terus
tumbuh dan diupayakan berat badannya naik lagi pada bulan yang berikutnya.
Timbangan tidak naik 1 kali: ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian
memberikan nasehat makanannya, dan memotivasi agar berat badan anak naik bulan
berikutnya.
Timbangan tidak naik 2 kali: ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian
memberikan nasehat makanannya. Bila anak terlihat sakit segera dikirim ke Puskesmas
atau fasilitas kesehatan lainnya.
Timbangan tidak naik 3 kali: anak dirujuk ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain.
III. Bila garis pertumbuhan berada dibawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk
ke Puskesmas atau rumah sakit.
Menurut Blum dalam The Force Field and Well Being Paradigma menjelaskan
tentang empat faktor lapangan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
yaitu:10
1. Faktor lingkungan
Termasuk di dalamnya adalah faktor fisik, sosial, ekonomi, pendidikan, biologi.
2. Faktor perilaku
Termasuk didalamnya adalah tingkah laku dan kebiasaan.
22
Oleh sebab itu, Leavel & Clark merumuskan Kedokteran Pencegahan dalam five
level of prevention yang meliputi Pencegahan primer, sekunder, dan tersier yang
mengandung arti bagaimana seseorang tidak menjadi sakit. Promosi kesehatan yang
merupakan bagian pencegahan primer ditujukan kepada orang yang sehat yang belum
sakit sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit. Salah satu usaha promosi kesehatan
adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan.10
Pada pencegahan sekunder dimana salah satu isinya adalah diagnosis awal dan
terapi yang adekuat, diharapkan setiap kasus yang ditemukan dapat segera didiagnosis
dan diberikan terapi yang adekuat agar orang yang sakit tidak menjadi semakin parah.
Dalam hal ini petugas kesehatan diharapkan mempunyai pengetahuan yang cukup
terhadap semua perlakuan yang harus diberikan pada setiap kasus yang ada sehingga
terapi dapat diberikan dengan tepat.10
Pada penelitian ini, dikarenakan terbatasnya waktu dan dana maka kami
mengambil 8 faktor dari uraian diatas, yaitu:
1. Tingkat Pendidikan
yang belum cukup, yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita
untuk aktif pada kunjungan ke Posyandu, serta tidak ada waktu ibu untuk mencari
informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja merupakan
faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan ibu datang ke posyandu. Hal ini dapat
menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu
akan berkurang.
23
3. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah hasil perolehan usaha. Jadi yang dimaksud pendapatan
dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga
lainnya. Pendapatan keluarga oleh suami dan istri rata-rata dalam satu bulan
merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga
dan ikut serta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa adanya pengetahuan maka
para ibu balita akan sulit dalam menanamkan kebiasaan kunjungan ke Posyandu.
Pengetahuan tentang Posyandu akan berdampak pada sikap terhadap manfaat
yang ada dan akan terlihat dari praktek dalam ketidakaktifan ibu balita terhadap
masalah kesehatan balitanya.
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam
masalah ketidakaktifan ibu balita karena kurang percaya dirinya para kader
kesehatan menerapkan ilmunya serta kurang mampu dalam menerapkan
informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat pengetahuan seseorang banyak mempengaruhi perilaku individu,
dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu tentang manfaat
Posyandu, maka akan semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan serta
dalam program Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu yang rendah akan
menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran ibu yang akan membawa balita untuk
berkunjung ke Posyandu.
24
5. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Komponen pokok sikap, Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3
komponen pokok, yaitu:
6. Perilaku
25
balita kurang sebesar 26,1%. Berdasarkan hasil uji statistik dari penelitian
tersebut, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku ibu
dengan status gizi balita. Artinya status gizi balita sangat mempengaruhi oleh
tindakan ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi balita
7. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita
(primipara = 1, multipara = 2-5, grandemultipara = lebih dari 5). Jumlah balita
dalam suatu keluarga mempengaruhi perhatian seorang ibu kepada balitanya,
dimana semakin banyak anak dalam keluarga akan menambah kesibukan ibu dan
pada akhirnya tidak punya waktu untuk keluarga dan akan gagal membawa
balitanya ke Posyandu.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Indikator Kegiatan
KMS
Pengetahuan, sikap,
perilaku
Evaluasi kegiatan
Pengolahan Data dan Pembuatan
Pembuatan laporan mini project
Laporan 27
3.3. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang memiliki balita terhadap pelaksanaan
Posyandu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kota Bajawa. Metode penelitian yang
digunakan adalah survei dengan bantuan kuesioner.
3.4. Rancangan Penelitian
Total ibu yang memiliki balita hadir sebanyak 99 orang (06 Maret 2017) dan 27
orang (07 Maret 2017). Total ibu yang hadir sebanyak 126 orang.
3.6. Waktu dan Tempat Kegiatan
Hari/Tanggal :
1. Senin, 06 Maret 2017
Posyandu Anggrek II – Kelurahan Lebijaga
Posyandu Anyelir I – Kelurahan Bajawa
Posyandu Sedap Malam I, II, III – Kelurahan Trikora
2. Selasa, 07 Maret 2017
Posyandu Kamboja II – Kelurahan Susu
Waktu : 09.00 WITA – selesai
Tempat :
1. Posyandu Anggrek II – Kelurahan Lebijaga
2. Posyandu Anyelir I – Kelurahan Bajawa
3. Posyandu Sedap Malam I, II, III – Kelurahan Trikora
4. Posyandu Kamboja II – Kelurahan Susu
28
3.7. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan mini proyek ini berupa penyuluhan. Kegiatan ini dilakukan oleh Dokter
Internship dan didampingi oleh kader posyandu, pelaksana posyandu dari UPTD
Puskesmas Kota. Kegiatan ini diadakan di Kantor Kelurahan dan di gedung Posyandu.
Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 25-30 orang ibu yang memiliki balita. Kegiatan
ini terdiri dari: pembukaan, pembagian serta pengisian kuesioner, penyampaian materi
3.8. Pelaksanaan
No. Acara Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan 5 menit 1. Memperkenalkan diri 1. Menyambut salam
2. Menjelaskan tujuan dari dan
penyuluhan mendengarkan
3. Melakukan kontrak waktu 2. Mendengarkan
4. Menyebutkan materi 3. Mendengarkan
penyuluhan yang akan 4. Mendengarkan
diberikan
kembang.
3. Melakukan tanya jawab
kepada peserta penyuluhan
3. Penutup 5 menit 1. Menyatakan kegiatan telah 1. Mendengarkan
selesai 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan terima kasih
3. Mengucapkan salam
29
3.9. Teknik Pengumpulan Data
3.9.1. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner
pada ibu yang memiliki balita yang datang kekegiatan posyandu yang diadakan di
wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa. Kuesioner dengan jumlah 16 pertanyaan terdiri
dari 7 pertanyaan tentang identitas, 10 pertanyaan tentang pengetahuan, 5 pertanyaan
30
Pengetahuan
Hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu. Pada penelitian ini pengetahuan didasarkan oleh jumlah dan akan
ditentukan kriteria cukup dan buruk (Soekidjo, 2010).
Sikap
Reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek, dimana manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Soekidjo,
2010).
Perilaku
Setelah seseorang mengetahui dan bersiap terhadap objek tersebut, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya adalah melaksanakan atau mempraktikan apa yang ia ketahui atau
disikapinya (Soekidjo, 2010).
31
Adalah sikap responden terhadap Posyandu yang dinilai melalui jawaban
responden atas pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sikap. Dalam
kuesioner jumlah pertanyaan adalah 6, yang mewakili tingkat sikap adalah 5
pertanyaan. Nilai tertinggi untuk masing-masing pertanyaan adalah 20 dan nilai
terendah adalah 10. Total nilai adalah 100.
Setelah nilai-nilai dari tiap-tiap soal dijumlahkan, maka responden dikelompokan
menjadi kategori:
Sikap baik, jika nilai yang diperoleh 70 – 100
Sikap buruk, jika nilai yang diperoleh 50 – 60
3.11.4. Perilaku
Adalah perilaku responden terhadap Posyandu yang dinilai melalui penilaian
Jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku
dalam kuesioner yang berjumlah 2 pertanyaan. Nilai tertinggi masing-masing
pertanyaan adalah 50 dan nilai terendah adalah 0, maka total nilai 100. Setelah nilai
dari tiap-tiap soal dijumlahkan maka responden dikelompokan menjadi 2 kategori:
Perilaku cukup, jika nilai yang diperoleh 100
Perilaku kurang, jika nilai yang diperoleh 50
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Peneliti telah melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang
memiliki balita terhadap Program Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bajawa. Jumlah
< 20 5 4,85 %
40
20 – 95 92,23 %
> 40 3 2,92 %
Persentase terbesar responden yang ikut serta dalam penelitian ini adalah kelompok usia 20-40
tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kota, dan presentasi terendah kelompok usia > 40 tahun.
Petani 20 19,42 %
PNS 13 12,62 %
Wiraswasta 10 9,71 %
Swasta 7 6,8 %
Lain-lain 2 1,94 %
Total 103 100%
Hampir seluruh responden di kedua kelurahan adalah ibu rumah tangga, yaitu sebesar 49,51%.
Beberapa orang responden memiliki pekerjaan sebagai petani (19,42%) dan Pegawai Negeri Sipil
(12,61%).
33
Tabel 4.1.3 Distribusi Pe ndidikan Responden
Tidak Sekolah /
1 0,97 %
Tidak tamat SD
SD 24 23,33 %
SMP 12 11,65 %
SMA 43 41,75 %
Akademi /
23 22,33 %
Sarjana
Persentase terbesar wanita usia subur yang ikut dalam penelitian ini memiliki pendidikan
setingkat dengan SMA, yaitu sebanyak 41,75%. Pendidikan terendah responden di 4 Posyandu
tersebut adalah tidak tamat SD (0,97%).
≤1 89 86,4 %
>1 14 13,6 %
1-2 73 70,87 %
>2 30 29,13 %
Sebanyak 70,87% responden memiliki 1-2 anak, sedangkan sisanya (29,13%) memiliki anak
lebih dari 2.
34
4.2 Pengetahuan Responden
Sebanyak 94,17% responden mengetahui tentang apa yang dimaksudkan dengan Posyandu,
sedangkan masih terdapat 5,83% responden yang tidak mengetahui tentang apa kepanjangan
Posyandu.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita (Kemenkes RI, 2012).
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi (Permendagri nomor 19 tahun 2011).
35
Tabel 4.2.3 Distribusi Pengetahuan Responden
Mengenai Sasaran Posyandu
Tabel 4.2.6 Distribusi Pengetahuan Responden Berapa Kali Balita Harus Dibawa
Ke Posyandu
Sebagian besar responden menjawab bahwa anak dibawa ke Posyandu 1 kali setiap bulannya.
(Buku Saku Posyandu, Depkes RI-2012)
36
Tabel 4.2.7 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Jenis Imunisasi yang Didapat di
Posyandu
Mayoritas responden dapat menjawab dengan benar mengenai jenis Imunisasi yang didapat di
Posyandu yakni Hepatitis B, BCG, Polio, DPT, dan Campak. (Buku Saku Posyandu, Depkes RI-2012)
Hampir seluruh responden mengetahui manfaat dari Imunisasi yakni untuk meningkatkan
37
4.3 Sikap Responden
Tabel 4.3.1 Distribusi Sikap Responden Setujukah Ibu Bahwa Untuk Memantau
Tumbuh Kembang, Anak Harus Dibawa Ke Posyandu Setiap Bulan
Setuju 99 96,1 %
Sebagian besar responden (96,1%) setuju bahwa untuk dapat memantau tumbuh kembangnya,
maka anak harus dibawa ke Posyandu setiap bulan.
Tabel 4.3.2 Distribusi Sikap Setujukah Ibu Bila Imunisasi Dasar Sudah Lengkap
Anak Tidak Perlu Dibawa ke P osyandu
Setuju 66 64,08 %
Sebagian besar responden (64,08%) setuju bahwa jika imunisasi sudah lengkap maka anak
tidak perlu dibawa ke Posyandu.
Tabel 4.3.3 Distribusi Sikap Responden Mengenai Jarak Rumah yang Jauh
Menjadi Penyulit Ibu ke Posyandu
Setuju 95 92,23 %
Sebagian besar responden (92,23%) tidak keberatan membawa anak ke Posyandu setiap
Tabel 4.2.4 Distribusi Sikap Responden Bahwa Hari dan Jam Kerja Menjadi
Penyulit Ibu ke Posyandu
Setuju 45 43,69 %
38
43,69% responden merasa kesulitan membawa anaknya ke Posyandu pada hari dan jam kerja,
namun sebagian besar responden (56,31%) tidak keberatan dengan hal tersebut.
Tabel 4.2.5 Distribusi Sikap Responden Bahwa Ibu Datang ke Posyandu Atas
Kemauan Sendiri
Setuju 94 91,26 %
Tabel 4.2.6 Distribusi Sikap Responden Mengenai Buku KMS Tidak P erlu
Dibawa ke Posyandu Setiap Kali Kunjungan
Setuju 5 4,85 %
Mayoritas responden menyadari pentingnya KMS dan mengerti bahwa KMS harus dibawa
setiap kali kunjungan ke Posyandu.
Ya 97 94,17 %
Tidak 6 5,83 %
Ya 97 94,17 %
Tidak 6 5,83 %
39
Sebagian besar responden (94,17%) rutin melakukan kunjungan ke Posyandu hingga anak
berusia 5 tahun.
40
BAB V
PEMBAHASAN
posyandu.Menurut Depkes RI, 2006, perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu
merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Hasil Riskesdas tahun 2007
menunjukkan secara nasional cakupan penimbangan balita (anak yang pernah ditimbang di
posyandu sekurang-kurangnya satu kali selama sebulan terakhir) di posyandu sebesar 74,5%.
Frekuensi kunjungan balita ke posyandu semakin berkurang dengan meningkatnya umur
anak. Sebagai gambaran proporsi anak umur 6-11 bulan yang ditimbang di posyandu 91,3%,
pada anak usia 12-23 bulan turun menjadi 83,6% dan pada usia 24-35 bulan turun menjadi
73,3%.
Menurut data yang didapat dari UPTD Puskesmas Kota Bajawa, cakupan
penimbangan balita (D/S) di wilayah ini belum memenuhi target yaitu masih sekitar
67,6%,oleh karena itu kami sebagai dokter internship ingin mengetahui penyebab dari
rendahnya persentase tersebut.
Kunjungan ibu balita ke Posyandu erat kaitannya dengan perilaku kesehatan, yang
berkaitan dengan tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
balitanya. Menurut Lawrence Green, ada tiga faktor yang memberi kontribusi seseorang
melakukan tindakan atau perilaku yaitu faktor predisposisi, misalnya pengetahuan ibu,
pekerjaan ibu, pendidikan dan jumlah balita dalam keluarga. Faktor pendukung misalnya
jarak posyandu, waktu penyelenggaraan posyandu, ketersediaan sumber daya, keterjangkauan
sumber daya. Faktor penguat misalnya keluarga, kelompok, tokoh masyarakat.
41
sangat berpengaruh. Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri
maupun keluarga.
Tingkat pendidikan formal akan berpengaruh terhadap cara berpikir seseorang
terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat
kesadaran kesehatan terhadap diri sendiri dan keluarganya. Mayoritas ibu yang tinggal di
lingkup kerja Posyandu Anggrek II, Anyelir I, Kamboja II, dan Sedap Malam memiliki
pendidikan terakhir pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni sebesar 41,75%,
sehingga hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata ibu di 4 Posyandu tersebut memiliki
tingkat pengetahuan yang baik. Akan tetapi masih banyak pula ibu-ibu yang tidak mengerti
tentang Prinsip Dasar Posyandu itu sendiri, hal ini dibuktikan dari hasil kuesioner bahwa
sebanyak 65 orang ibu (63,1%) salah dalam menjawab pertanyaan tujuan diadakannya
Program Posyandu. Selain itu sebanyak 48,5% ibu juga masih tidak mengetahui jenis
pelayanan yang ada di Posyandu, terbukti dengan hasil kuesioner 50 orang ibu salah dalam
menjawab pertanyaan mengenai jenis pelayanan apa saja yang didapat di Posyandu.
Faktor bekerja tampak berpengaruh pada ketidakaktifan ibu datang ke posyandu,
karena mereka mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang
berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita untuk aktif pada kunjungan ke Posyandu,
serta tidak ada waktu ibu untuk mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.
Kondisi kerja merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan ibu datang ke posyandu.
Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke Posyandu
akan berkurang. Sebagai contoh, pada wilayah kerja UPTD Puskesmas Kota khususnya di
wilayahPosyandu Anggrek II, Anyelir I, Kamboja II, dan Sedap Malam, sebagian besar ibu
yaitu 49,51% memang tidak bekerja (IRT) akan tetapi sebanyak 19,42% ibu memiliki
pekerjaan sebagai petani dan 12,62% bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hal ini
juga dapat dibuktikan melalui hasil penelitian dari kuesioner bahwa sebanyak 45 orang
(43,69%) ibu mengalami kesulitan membawa anak ke Posyandu pada hari dan jam kerja.
Selain faktor predisposisi , terdapat pula faktor pendukung antara lain jarak posyandu,
keterjangkauan sumber daya. Sebanyak 14 orang (13,6%) ibu memiliki jarak tempat tinggal
≥1km dari Posyandu. Jarak Posyandu yang jauh memungkinkan ibu malas datang untuk
menimbang bayi/balitanya hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa 95 orang (92%)
ibu mengalami kesulitan membawa anaknya ke Posyandu dikarenakan jarak rumah yang
jauh.
Faktor predisposisi yang tidak kalah penting untuk menentukan jumlah kunjungan ibu
yang memiliki balita ke Posyandu adalah jumlah balita dalam keluarga dan usia anak.
42
Sebagai contoh pada wilayah Posyandu Anggrek II, Anyelir I, Kamboja II, dan Sedap Malam
sebanyak 70,87% ibu-ibu memiliki 1-2 orang balita dalam keluarga, sisanya 29,13% ibu-ibu
memiliki lebih dari 2 orang balita sehingga sebagian besar ibu tidak memiliki kesulitan
melakukan kunjungan ke Posyandu setiap bulannya. Faktor lainnya yakni usia balita.
Berbicara mengenai usia baslita kami mengkhususkan pembahasannya tentang kelengkapan
status imunisasi. Jika ibu rutin melakukan kunjungan ke Posyandu maka semakin besar usia
balita semakin lengkap imunisasi yang didapat. Akan tetapi banyak ibu-ibu yang masih
menganggap bahwa Posyandu hanyalah tempat untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, dan
mengabaikan fungsi lain Posyandu sebagai tempat deteksi awal kegagalan tumbuh kembang
balita. Mayoritas ibu-ibu hanya rutin melakukan kunjungan hingga anak berusia 9 bulan saat
imunisasi dasar lengkap atau sampai usia 36 bulan saat imunisasi ulangan lengkap. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian bahwa sebanyak 66 orang (64,08%) ibu setuju dengan
pernyataan bahwa jika imunisasi dasar telah lengkap anak tidak perlu dibawa lagi ke
Posyandu.
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Target cakupan penimbangan bayi dan balita di puskesmas menurut Permenkes 2016
adalah sebesar 100%. sementara data yang didapat dari UPTD Puskesmas Kota Bajawa
sebanyak 48,5% responden tidak mengetahui jenis pelayanan yang ada di posyandu.
Faktor pekerjaan juga menjadi hambatan, di mana 43.69% responden mengaku kesulitan
membawa anak ke Posyandu pada hari dan jam kerja. Jarak rumah yang jauh menjadi
penyebab 92% responden mengalami kesulitan membawa anak ke Posyandu. Selain itu,
sebanyak 64,08% responden setuju dengan pernyataan bahwa jika imunisasi dasar telah
lengkap anak tidak perlu lagi dibawa ke Posyandu, sehingga menurunkan cakupan
penimbangan balita di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa.
5.2 Saran
Posyandu memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kesehatan, salah satunya
dengan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita. Kunjungan ibu yang memiliki bayi
dan balita untuk ditimbang di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kota Bajawa belum
memenuhi target cakupan. Maka dari itu diperlukan keterlibatan dari pihak tenaga
kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan kunjungan ibu.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengadaan penyuluhan
mengenai Program Posyandu pada tiap-tiap kelurahan dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan ibu dan mengubah sikap dan perilaku terhadap Program Posyandu ke arah
yang lebih baik. Peran serta masyarakat dalam wujud kader kesehatan diharapkan dapat
44
menjangkau semua ibu yang memiliki balita di kelurahan masing-masing, memberikan
informasi dan motivasi untuk rutin datang ke posyandu. Sarana penyampaian yang
lainnya juga dapat berupa poster yang dapat ditempel di posyandu atau puskesmas, di
mana para ibu bisa membacanya kapan saja dan tetap menambah pengetahuan meski
tidak sempat atau belum mendapatkan penyuluhan.
Penambahan posyandu agar menjangkau ibu yang jarak rumahnya jauh? Jadwal
posyandu lebih fleksibel (agak siang/sore) supaya ibu yang bekerja bisa membawa
anaknya ke posyandu?
45
DAFTAR PUSTAKA
46