Wa0008
Wa0008
Wa0008
PENDAHULUAN
Ilmu konservasi gigi merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang khusus
mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) jaringan keras gigi,
pulpa, periapikal untuk mempertahankan gigi di dalam rongga mulut melalui
restorasi dan perawatan endodontic, baik secara konvensional maupun bedah.
Ilmu ini bertujuan untuk melakukan perawatan gigi serta mempertahankan gigi
selama mungkin di dalam mulut agar estetik dan fungsi kunyah kembali normal.
Perkembangan konservasi gigi diarahkan ketiga bidang kekhususan yaitu,
kariologi, endodontologi, dan teknologi restorasi.
Restorasi
c. Crown
Dilakukan pada gigi yang fraktur, kerusakan yang luas, setelah perawatan
syaraf gigi (endodontic), malformasi, malposisi dan berubah warna.
Seluruh permukaan gig diasah/diperkecil untuk dapat menerima crown.
Kemudian dilakukan pencetakan dan dikirim ke laboratorium, waktu yang
diperlukan 5-7 hari. Pada gigi yang telah dipreparasi dipasang crown
sementara, sambil menunggu crown permanen selesai. Bahan crown bias
berupa porcelain crown,metal crown maupun porcelain fused to metal
Crown and Bridge (C&B) adalah salah satu cara untuk menggantikan gigi
yang hilang. Suatu C&B dapat menggantijkan satu atau lebih gigi baik
secara fungsional maupun estetik. Gigi pada kedua celah gigi yang hilang
di preparasi/diasah untuk dibuatkan mahkota tiruan dan dicetak secara
akuat. Hasil cetakan akan dikirim ke laboratorium gigi. Kemudian C&B
akan dilekatkan pada gigi dengan bahan sementasi
Perawatan endodontic
Indikasi:
Kontra Indikasi
PEMBAHASAN
1. DENTAL UNIT
Berikut adalah gambaran dental unit yang terdiri dari dental chair dan
bagian-bagian lainnya yang saling berhubungan untuk melakukan perawatan
pada pasien.
10 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
tidak berfungsi pada masing – masing dental chair unit. Sehingga operator
atau asisten harus mengambil air kumur di kran air yang terdapat di sekitar
dental chair yang digunakan untuk merawat pasien.
h. Adalah handle atau pegangan yang digunakan untuk mengatur letak dari
lampu penerangan dengan cara mendekatkan atau menjauhkan lampu,
sehingga dapat memberikan penerangan yang tepat pada daerah kerja
rongga mulut pasien.
i. Adalah lampu penerangan yang digunakan untuk memberikan cahaya pada
daerah kerja rongga mulut pasien, sehingga operator dapat melakukan
perawatan dengan mampu melihat jelas melihat ke dalam daerah kerja. di
belakang lampu biasanya terdapat tuas kecil untuk menyalakan ataupun
mematikan lampu penerangan tersebut. Namun terdapat pula dental chair
yang tombol on/off nya terdapat pada panel control, ataupun yang
memiliki sensor gerakan. Sehingga hanya dengan lambaian tangan di
depan lampu dapat mengatur apakah lampu penerangan terlalu terang,
terlalu redup ataupun ingin dimatikan atau dinyalakan.
j. Adalah monitor yang digunakan untuk melihat hasil dari rekaman gambar
rongga mulut pasien. Monitor ini biasanya terhubung dengan kamera yang
terletak pada leher handle dari lampu penerangan. Namun pada RSGM
FKG Universitas Jember tidak terdapat dental chair unit yang dilengkapi
dengan sisitem kamera seperti ini.
k. Adalah viewer yaitu tempat yang digunakan untuk melihat hasil foto
roentgen. Di RSGM FKG Universitas Jember terdapat 2 jenis viewer yaitu
yang ukurannya kecil dan yang ukurannya besar.
l. Adalah meja operator yaitu tempat yang digunakan untuk meletakkan alat-
alat yang akan digunakan untuk melakukan perawatan terhadap pasien
seperti alat dasar, petridisk bersekat, deppen glass, neirbeken, dsb.
m. Adalah handle untuk mnggerakkan meja operator yang berisi alat-alat
kerja dokter gigi, menjauhi atau mendekati operator dan memudahkan
perawatan.
n. Adalah tempat dental instrument atau alat-alat untuk perawatan seperti
handpiece, three ways syringe, dan sebagainya. Untuk handpiece tedapat
dental chair yang memiliki high speed dan low speed, ataupun dental chair
yang memiliki high speed saja. Selain itu, terdapat juga dental chair yang
11 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
memiliki 2 holes dan 4 holes untuk handpiecenya. Namun dapat dipasang
konektor untuk memasukkan pada hole yang tidak sesuai.
o. Adalah tempat meletakkan tangan pasien, agar ketika dilakukan perawatan
pasien dapat duduk nyaman dengan tangan rileks. Bagian ini dapat dibuka
dengan cara menarik ke atas, ke bawah, atau ke samping luar, yang akan
memudahkan pasien ketika akan duduk di dental chair atau akan keluar
dari dental chair, sehingga tidak tersangkut pada dudukan tangan.
p. Adalah handle untuk mnggerakkan meja yang berisi alat-alat kerja dokter
gigi, menjauhi atau mendekati operator, mengangkat, atau menurunkan
posisinya demi memudahkan operator melakukan perawatan.
Posisi Operator :
12 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
1. Berdiri
Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai. Berat badan dibebankan
pada kedua telapak kakiMulut pasien setinggi siku operator
2. Duduk
Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah
membentuk sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas / paha. Punggung
lurus, bahu simetris sama tinggi. Jarak mata ke medan kerja + 6 inci
Pandangan ke medan kerja tidak terhalang. Mulut pasien sama tinggi
dengan siku operator
Posisi PasienDuduk
Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward
tilt). Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas
kursi dan sandaran punggung. Posisi mulut pasien membuat sudut 30°
dengan bidang horisontal. Mulut pasien setinggi siku operator.
Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang. Posisi mulut pasien
membuat sudut 45° dengan bidang horisontal. Mulut pasien setinggi siku
operator.
Pasien tidur telentang pada kursi gigi. Semua tubuh tertopang pada kursi
gigi. Kepala segaris dengan punggung. Otot leher dan kepala berada pada
posisi normal/istirahat. Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi
lutut asisten.
Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator. Kedua kaki bertumpu pada
kursi asisten. Lutut asisten setinggi mulut pasien. Punggung lurus.
13 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Pandangan asisten dan operator ke medan. Pandangan harus jelas tak
terhalang. Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang
dilakukan dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2
tangan asisten. Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep
pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept.
Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka
jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di
belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu
operator’s zone, assistant’s zone,transfer zone dan static zone.
14 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12
Alat-alat yang digunakan pada skill lab oral diagnosa di klinik konservasi
gigi pada umumnya sama dengan yang digunakan di klinik yang lain. Alat-alat
yang digunakan diantaranya : alat dasar, baki, tempat tampon, tempat sampah,
petridish bersekat, alat irigasi, mata bor round, dan jarum miller. Berikut
adalah alat-alat yang digunakan beserta kegunaanya :
1. Kaca mulut no. 3 dan 4
Kaca mulut yaitu sebuah kaca kecil berbentuk bundar dan diberi tangkai
dari logam/non logam. Macam permukaan kaca ada yang datar dan
cembung, serta diameternya bervariasi mulai dari 3 sampai dengan 6.
KEGUNAAN :
Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung oleh mata
Membantu memperluas daerah kerja yaitu dengan menahan pipi, lidah
dan bibir.
Mengetahui adanya debris, karang gigi, lubang gigi.
Melihat kelainan di dalam rongga mulut, lidah, gusi dan palatum.
Melihat hasil preparasi, tumpatan.
15 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
3. Sonde
Alat dari stainless steel/logam dengan bagian ujung runcing. Macam dari
sonde berdasarkan bentuk ujungnya yaitu sonde lurus dan sonde bengkok/
melengkung ½ lingkaran.
KEGUNAAN :
4. Excavator
Alat dari stainlees steel dengan bagian ujungnya menyerupai sendok kecil.
Bentuk ujungnya mempunyai berbagai ukuran, mulai dari nomor 0 sampai
dengan nomor 6.
16 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
KEGUNAAN :
5. Dappen Glass
Gelas kecil yang terbuat dari kaca atau keramik. Pada bagian bawahnya
terdapat cekungan yang membentuk seperti mangkuk. Dappen glass
biasanya digunakan untuk tempat alcohol atau cairan yang lain dalam
jumlah sedikit.
6. Dissposable Syringe
Dispossible syringe ini digunakan sebagai alat irigasi yaitu untuk
mendepositkan larutan irigasi ke dalam kavitas gigi. Larutan atau bahan
irigasi yang digunakan yaitu aquades dan H2O2.
17 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
7. Petridis Bersekat
Untuk menempatkan cotton roll, cotton pellet dan paper point
8. Jarum Miller
Jarum yang digunakan untuk mencari orifis saluran akar
9. Gutta Percha
Gutta percha adalah lateks koagulasi yang berasal dari cairan getah murni
yang dapat mengeras. Gutta percha point memiliki biokompatibilitas yang
baik pada jaringan periradikular serta dapat menginduksi pembentukan
jaringan keras dan merangsang penutupan apeks. Pada pengisian saluran
akar menggunakan gutta percha point memiliki tujuan untuk
mempertahankan gigi selama mungkin di rongga mulut walaupun jaringan
pulpanya tidak mengalami infeksi ataupun non vital yang harus sesuai
dengan anatomi saluran akar gigi dan dapat memeadat dengan baik. Hal
ini disebabkan gutta percha poin bersifat plastis, sehingga dalam
pemanasan dia akan berubah dari padat ke cair. Gutta percha point tersedia
dalam 2 fase yaitu ala dan beta.
18 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
10. Bur : nomor 1 adalah bur hight speed, sedangkan nomor 2 digunakan
untuk low speed bur
Ciri – ciri :
o Bentuk bulat
Kegunaan :
Pemeliharaan :
19 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
o Disimpan pada tempat bur
4. IDENTITAS PASIEN
Gambar :
87654321 12345678
87654321 12345678
5. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Keluhan penderita
20 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Berdasarkan anamnesa yang telah dilakukan, pasien datang ke RSGM
UNEJ untuk memeriksakan gigi 24 yang lubang besar. Pasien tidak
mengeluhkan sakit sejak gigi tersebut berlubang, Tiba-tiba saja pasien
melihat giginya sudah berlubang tanpa adanya rasa sakit sebelumnya. Dulu
pasien pernah mengeluhkan adanya sakit spontan pada gigi yang
berlubang tersebut. Pasien juga pernah ke dokter gigi untuk memeriksakan
rahangnya saat kecelakaan.
21 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
perawatan di bidang konservasi. Bila pasien tidak mengetahui nama bahan
dan obatnya, operator dapat menanyakan cirri-ciri bahan dan obat yang
telah diberikan operator sebelumnya saat perawata terdahulu.
Dalam kasus ini, pasien yang bernama nn. Elissa Arianto pernah
mempunyai riwayat penyakit sistemik yaitu hiperpireksia dan gastritis.
Mengenai alergi terhadan bahan kedokteran gigi dan obat-obatan, nn.
Elissa Arianto tidak mengalami alergi terhadap keduanya.
22 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
6. PERIKSAAN OBYEKTIF
PEMBENGKAKAN EKSTRAORAL
PEMBENGKAKAN INTRAORAL
23 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
yang dikeluhkan, sehingga ditemukan gigi 24 yang mengalami kelainan. Pada
pasien ini tidak ditemukan adanya pembengkakan intra oral dan fistula.
Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan probe. Pertama,
mengisolasi daerah kerja, sebelumnya pasien dipersilahkan untuk berkumur.
Isolasi daerah kerja menggunakan saliva ejector dan memblokir regio yang
diperiksa dengan cotton roll. Kemudian membersihkan kavitas dengan
eskavator sampai bersih, mengirigasi kavitas dengan syringe berisi aquades
steril dan H2O2. Kavitas dapat dikeringkan dengan cotton roll yang dipotong
kecil-kecil. Selanjutnya memasukkan probe ke dalam kavitas dengan
menandai berapa mili meter masuknya probe ke dalam kavitas. Kemudian
disetarakan dengan ketebalan lapisan enamel dan dentin yang terlibat dari
gigi yang diperiksa. Ketebalan enamel rata-rata sekitar 1-2 mm , apabila
probe masuk sedalam 1-2 mm, dapat dikatakan karies tersebut adalah karies
superfisial. Pada karies media , probe dapat masuk sedalam 2-3 mm, serta
pada karies profunda, kedalaman lebih dari 3 mm yang sudah melibatkan
lebih dari ½ dentin. Pada pasien setelah diperiksa menggunakan probe ,
karies yang ada pada gigi 24 termasuk karies profunda.
KARIES PROFUNDA
24 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
(gambar 1). Sedangkan karies profunda perforasi merupakan karies yang
sudah mencapai pulpa atau pulpa sudah terpajang jelas (gambar 2).
Pada kasus pasien diagnosa ini, karies pasien sudah menunjukkan karies
profunda dimana masih tersisa kurang dari setengah dentin diatas atap pulpa.
Hal ini didasarkan pada pemeriksaan obyektif dimana menggunakan jarum
miller tidak dapat masuk dikarenakan adanya sisa dentin diatas pulpa. Miller
dapat masuk ketika pulpa sudah terbuka. Karies profunda pasien ini berawal
dari karies superfisialis dan karies media yang terus bertambah parah
sehingga mencapai karies profunda namun belum perforasi.
PERFORASI : ( + )
25 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Perforasi pada pasien tersebut disebabkan oleh karies yang sudah menjadi
karies profunda peforasi.
Perforasi Iatrogenik
Perforasi akar disebabkan oleh bur dan rimer yang digerakkan mesin tidak
sering terjadi pada waktu preparasi pasak, sedangkan perforasi apeks akar
bengkok yang lebih sering terjadi karena kegagalan dalam mengatasi
pembengkokan saluran pada waktu instrumentasi daluran akar dengan
instrument yang terlalu besar atau terlalu kaku.
26 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
profunda perforasi ini, kavitas pulpa sudah terbuka, dan ini meningkatkan
resiko infeksi periapikal oleh bakteri-bakteri pathogen. Jika terjadi infeksi,
maka bias menyebabkan penyakit periapikal lain, seperti abses periapikal.
PEMERIKSAAN TEKANAN
Saat melakukan pemeriksaan obyektif, yaitu dengan tekanan pada gigi yang
mengalami perforasi tersebut, tidak dirasakan rasa sakit oleh pasien.
27 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Uji ini digunakan untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi
(Grossman, dkk. ,1995:4-19 dan Ghom, 2007:61) dan apikal gigi (Barrat dan
Pool : 2008:551). Terdapat dua metode perkusi yaitu: tes perkusi vertikal dan
tes perkusi horizontal. Jika tes perkusi vertikal positif berarti terdapat
kelainan di daerah periapikal, dan jika tes perkusi horizontal positif berarti
terdapat kelainan di periodonsium.
Tes perkusi menurut beberapa sumber dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ini :
Pukulan cepat dan tidak keras pada gigi, mula-mula memakai jari dengan
intensitas rendah kemudian intensitas ditingkatkan dengan menggunakan
tangkai suatu instrumen, untuk mengetahui apakah gigi terasa sakit (Grosman
dkk.,1995 :6 ; Ghom, 2007:6 ; Barrat dan Pool, 2008:551 )
Gigi tetangga sebaiknya di perkusi lebih dahulu dan kemudian diikuti gigi
yang menjadi keluhan
Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien, reaksi reflek,
bahkan reaksi yang tidak bisa dikatakan (Ghom, 2007:6).
28 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
kemungkinan berada dalam kisaran ringan sampai moderat. Inflamasi
periapikal merupakan kasus yang mungkin terjadi jika nyeri sangat tajam dan
menyebabkan respon penolakan (Walton dan Torabinejad, 1998:79).
Pada praktikum skill lab kami melakukan tes perkusi dengan cara yang sesuai
dengan buku panduan skill lab oral diagnosa, yaitu :
1) Memposisikan pasien sesuai dengan gigi yang diperiksa sehingga operator
bisa mudah melihat obyek dengan jelas.
2) Mengistruksikan kepada pasien bila saat diketuk giginya terasa sakit maka
disuruh untuk mengangkat tangan.
3) Melakukan pengetukan permukaan gigi bisa dari bukal,lingual,mesial atau
distal, dan oklusal dengan menggunakan handle alat.
4) Mengetuk dimulai dari gigi sebelahnya, gigi yang bersangkutan dan
kemudian gigi sebelahnya yang lain.
5) Bila gigi yang dikeluhkan saat diketuk merasa sakit diberi tanda (+), bila
tidak merasa sakit diberi tanda (-)
Dari hasil tes uji perkusi pada gigi pasien kami mendapatkan hasil bahwa
pasien tidak merasakan sakit saat giginya diketuk , jadi pada kartu status
pasien kami berikan tanda (-). Sehingga dapat diketahui bahwa tidak terjadi
keradangan pada jaringan periodontal pasien kami.
TES PALPASI
29 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Tes palpasi ini merupakan tes sederhana yang dilakukan dengan ujung jari
menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan
respon rasa sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yang
penting.
(1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase;
30 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Berdasarkan skill lab yang telah kami lakukan, kami melakukan tes palpasi
sesuai dengan petunjuk buku skill lab oral diagnosa yaitu :
Kami mendapatkan hasil tes palpasi pada pasien kami yaitu negative (-).
Karena tidak terjadi fluktuasi pada daerah disekitar gigi tersebut. Sehingga
dapat diketahui bahwa tidak adanya keradangan juga pada periodonsium
pasien kami.
Tes ini merupakan salah satu tes berdasarkan penglihatan ( visual ) dan
taktil dan merupakan uji klinis yang paling sederhana. Teknik pemeriksaan
visual dan taktil menggunakan mata, jari, eksplorer dan probe periodontal.
Gigi-gigi dan periodontal pasien harus diperiksa dibawah sinar terang dalm
keadaan kering.
31 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Contour, dan Consistency”. Pada jaringanlunak seperti gingiva penyimpangan
warna merah muda sehat dapat dengan mudah dikenal bila terdapat inflamasi.
Suatu perubahan kontur yang timbul dengan pembengkakakn , dan konsistensi
jaringan yang lunak, fluktuan atau seperti bunga karang yang berbeda dengan
jaringa normal, sehat, dan kuat adalah indikasi dari keadaan patologik.
Dengan cara yang sama , gigi harus diperiksa secara visual dengan
menggunakan “Three Cs”. Suatu mahkota yang normal mempunyai
translusensi. Gigi yang berubah warna , opak dan kurang menunjukkan
kehidupan harus dinilai secara hati-hati karena pulpanya mungkin telah
mengalmi keradangan, degenerasi, atau nekrotik.
Menurut beberapa sumber yang kami dapatkan tidak semua gigi yang
berubah warna memerlukan perawatan endodontik , staining yang terjadi
mungkin disebabkan karena restorasi amalgam lama, bahan pengisi saluran
akar, obat sistemik. Namun terjadi perubahan warna gigi yang paling sering
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan pulpa yang sudah
mengalami nekrosis, pulpa gangren, resorpsi internal dan eksternal, dan
terbukanya pulpa karena karies.
Berdasarkan kasus pada pasien kami ini terjadi perubahan warna gigi
kemungkinan disebabkan oleh pulpa yang sudah nekrosis.
MOBILITAS GIGI
Mobilitas gigi adalah salah satu efek kerusakan periodontal yang tidak
diinginkan. Mobilitas adalah pergerakan gigi secara horizontal atau vertikal
pada tempatnya. Seluruh gigi memiliki derajat mobilitas. Peningkatan
mobilitas gigi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, yaitu secara
intrinsik maupun ekstrinsik.
32 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Pemeriksaan mobilitas dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi
yang bersangkutan dengan alat atau ujung jari dengan jari lainnya terletak pada
sisi yang berseberangan dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik
pedoman. Cara lain untuk memeriksa mobilitas adalah menempatkan jari pada
permukaan fasial gigi dengan pasien mengoklusikan gigi-geliginya.
c. Grade 3. Pergeseran labiolingual lebih dari 1 mm, mobilitas gigi ke atas dan
ke bawah (aksial).
Mobilitas gigi dinilai dari sisi statis dan dinamis. Tekanan diberikan ke gigi
dengan menggunakan benda keras menunjukkan pergerakan dengan evaluasi
visual dan taktil. Penyebab mobilitas gigi meliputi dukungan jaringan
periodontal yang inadekuat, inflamasi periodonsium, dan beban oklusi yang
terlalu berat untuk gigi, menghasilkan mobilitas adaptif.
FRAKTUR MAHKOTA
Fraktur adalah hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh
yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan-benturan. Jadi fraktur
akar dan mahkota dengan melibatkan pulpa adalah hilangnya atau lepasnya
fragmen dari mahkota dan menjalar ke akar gigi yang melibatkan
pulpa. Penyebab yang sering menyebabkan terjadinya fraktur adalah terjatuh,
kecelakaan, kontak dalam olahraga, benda asing yang menghantam gigi.
1. Enamel infraction
33 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Enamel infraction merupakan fraktur tidak sempurna berupa
retakan pada email tanpa adanya substansi gigi dan penampakan
mikroskop, tampak seperti garis gelap yang parallel terhadap prisma
email dan berhenti pada dentinoenamel junction. Secara umum, enamel
infraction tidak memerlukan perawatan, tetapi bila terdapat lebih dari
satu garis retakan harus diberi seal unfilled resin dengan teknik etsa asam
untuk menghindari timbulnya stain dari makanan/ minuman
(Andreasen et al.,2003).
Lebih lanjut Ingle dan Bakland (2002) menjelaskan fraktur ini dapat
meliputi sudut incisal-proksimal, incisal edge, fraktur lingual “chisel”-
type digigi anterior, kadang-kadang dapat terjadi pada cusp gigi posterior.
Namun demikian kejadian pada gigi anterior lebih sering terjadi daripada
gigi-gigi yang lain. Grossman, dkk (2005) menambahkan bahwa secara
umum injuri traumatik pada mahkota dapat terjadi pada semua kelompok
umur dengan penyebab yang beragam, diantaranya kecelakaan olahraga,
perkelahian, serta kecelakaan kendaraan.
34 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Penampakan Klinis
Diagnosis
35 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Normal : gingiva berwarna merah muda (coral pink), tepinya setajam pisau
serta berbentuk selop; papilanya ramping sering mempunyai groove karena
adanya sluice-way dan perlekatan gingivanya berstipling serta tidak berdarah
pada saat penyondean.
POLIP
- Pulpa
Pulpa polip adalah suatu kondisi jaringan pulpa vital yang mengalami radang
kronis sebagai respon pertahanan jaringan pulpa terhadap
infeksi bakteri. Respon pertahanan jaringan pulpa membentuk jaringan granul
asi. Kondisi yang memungkinkan pembentukan jaringan granulasi hanya pada
pulpa muda yang terinfeksi dengan kavitas yang besar. Jadi pada awalnya
pulpa polip sebagian besar terjadi karena adanya karies yang telah mengalami
perforasi dan trauma yang terus menerus terhadap permukaan gigi seperti
kasus overhanging restorasi sehingga timbul beban oklusi yang lebih besar
dari normal, dan selanjutnya pulpa akan mengadakan respon terhadap
stimulasi tersebut dengan terjadinya inflamasi secara kontinu.
36 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Gambar Polip Pulpa
- Gingiva
Polip gingiva biasanya terjadi jika ada gigi yang berlubang yang melibatkan
servikal dari gigi tersebut, sehingga gusi disekitarnya membesar, dan masuk
ke lubang gigi, sehingga membentuk polip. Jika Gigi dirawat maka biasanya
polip akan turut serta mengecil dan lama-lama akan hilang.
Untuk mengetahui dengan benar asal jaringan polip dapat ditegakkan dengan
ronsen foto. Pada hasil pemeriksaan kasus, kelompok kami dapatkan Nn.
Elissa Arianto tidak ditemukan adanya polip (-), baik polip pulpa atau polip
gingiva.
Tes vitalitas gigi merupakan suatu bagian dari pemeriksaan objektif yang
dilakukan oleh dokter gigi untuk menentukan apakah gigi yang dikeluhkan
pasien masih vital atau tidak. Jika saat tes vitalitas pasien merasa sakit, maka
bisa disimpulkan bahwa gigi masih vital, sebaliknya jika pasien tidak merasa
sakit pada saat tes vitalitas ini dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa igi
pasien sudah tidak vital lagi. Perlu diketahui bahwa tes vitalitas gigi ini, kami
lakukan pada pasien karena pada gigi yang karies profunda tersebut masih
37 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
terlihat mahkotanya dan masih terdapat ruang pulpa. Pemeriksaan vitalitas
yang kami lakukan meliputi tes termal panas dan dingin dan tes jarum miller
7. DIAGNOSA KLINIK
Nekrosis pulpa
38 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis pulpa yang
terjadi pada pasien ini akibat adanya karies gigi bukan akibat trauma atau
akibat alat kedokteran gigi. Pemeriksaan subjektif pasien pernah
mengalami keluhan spontan dan terasa sakit saat memakan makanan yang
ada durinya ( ikan ). Nekrosis pulpa dibagi menjadi 2 yaitu nekrosis pulpa
totalis dan nekrosis pulpa parsialis. Untuk menentukan diagnosa nekrosis
pulpa totalis atau nekrosis pulpa parsialis dapat dilakukan uji jarum miller.
Pada saat dilakukan tes jarum miller, miller tidak bisa masuk sampai
saluran akar gigi 24. Tidak bisa masuknya jarum miller ke saluran akar
gigi mungkin disebabkan karena terbentuknya dentin tersier atau karena
saluran akarnya buntu. Perlu adanya pemeriksaan radiografi untuk
menetukannya.
8. RENCANA PERAWATAN
39 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
dengan karies yang telah meluas ke arah pulpa, atau gigi yang mengalami
fraktur.
Pada gigi 24 sesuai dengan diagnose awal adalah nekrosis pulpa
parsialis
Teknik :
1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah
saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat
perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva ( kalau ada ).
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa
dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas
dengan bor fisur steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan
ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa
dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah
dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah
terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton
pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan
menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan
kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper
point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian
diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan ,menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng
oksida eugenol atau seng fosfat.
40 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
41 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
5. Kemungkinan terjadinya frakur cups karena kurang jaringan
sehat pendukungnya
6. Lebar ishmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups
TAHAP-TAHAP PREPARASI ONLAY
1. Reduksi permukaan oklusal
2. Bevel pada functional cups
3. Bahu pada functional cups bevel
4. Isthmus pada permukaan oklusal
5. Pembuatan boks proksimal
6. Gingiva bevel
7. Bevel
§ cavo-surface angle
§ bahu pada functional cups bevel
§ lingual/bukal
8. Penyalesaian :
§ Dinding-dinding // atau divergen ke oklusal di
haluskan
§ Tidak ada undercut
§ Line angle dibuat tajam
OKLUSAL PALATAL
BU KAL MESIAL
42 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
DISTAL
DAFTAR PUSTAKA
(2): 137.
Daniel, S.J., dan Harfst, S.A., 2004, Dental Hygiene: Concepts, Cases, and
Crest Oral B.
Conditions using RULA methodology – A Pilot Study, British Dent. J., 203
43 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i
(10): 601.
Hokwerda, O., de Ruijter, R and Saw, S., 2006, Adopting a Healthy Sitting
module.
Ghom, A.G. 2007. Text Book of Oral Medicine. New Delhi :Jaypee Brothers
Publisher.
Grosssman, L.I., dkk. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek Ed:11.Alih Bahasa:
Walton, R.E. dan Torabinejad M. 1998. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:2.
44 | L a p o r a n S k i l l L a b K l i n i k K o n s e r v a s i G i g i