Sejarah Filsafat Hukum
Sejarah Filsafat Hukum
Sejarah Filsafat Hukum
Perbedaan antara sokrates dengan plato adalah dimana Sokrates mengusahakan adanya difinisi
tentang hal yang bersifat umum guna menetukan hakekat atau esensi segala sesuatu, karena tidak
puas dengan mengetahui, hanya tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan sutu persatu,
sedangkan Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan mengemukakan, bahwa
hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi memiliki kenyataan, yang
lepas daripada sesuatu yang berada secara kongkrit yang disebut “Idea”, dimana Idea itu nyata
ada, didalam dunia idea (hanya satu yang bersifat kekal).
Pada akhirnya Plato menekankan kepada kebenaran yang diluar dunia ini, hal itu tidak berarti
bahwa ia bermaksud melarikan diri dari dunia. Dunia yang kongrit ini dianggap penting, hanya
saja hal yang sempurna tidak dapat dicapai didalam dunia ini. Namun kita harus berusaha hidup
sesempurna mungkin, yang tampak dalam ajarannya tentang Negara yang adalah puncak filsafat
Plato.
Menurut Plato, golongan didalam Negara yang idea harus terdiri dari 3 bagian yaitu : a.Golongan
yang tertinggi terdiri dari para yang memerintah (orang bijak/filsuf), b.Golongan pembantu yaitu
para prajurit yang bertujuan menjamin keamanan, c. Golongan terendah yaitu rakyat biasa, para
petani dan tukang serta para pedagang yang menanggung hidup ekonomi Negara
Aristoteles
Dilahirkan di Stagerira Yunani utara anak seorang dokterpribadi raja Makedonia dan pada umur
kira-kira 18 tahun dikirim ke Athena untuk belajar kepada Plato. Dan setelah Plato meninggal
Aristoteles mendirikan sekolah di Assos( Asia Kecil) pada tahun 342 SM kembali ke Makedonia
untuk menjadi pendidik Aleksander agung. Ketika Aleksandra meninggal pada tahun 322 SM,
Aristoteles dituduh sebagai mendurhaka dan lari ke Khalkes sampai meninggal. Karyanya
banyak sekali akan tetapi sulit menyusun secara sistematis, ada yang membagi-bagikannya, ada
yang membagi atas 8 bagian yang mengenai Logika, Filsafat alam, psikologis, biologi,
metafisika, etika, politik dan ekonomi, dan akhirnya retorika dan poetika.
Bukan saja pengertian-pengertian, akan tetapi pertimbangan-pertimbangan dapat digabungkan-
gabungkan, sehingga menghasilkan penyimpulan. Penyimpulan adalah suatu penalaran
dengannya dari dua pertimbangan dilahirkan pertimbangan yang ketiga, yang baru yang berbeda
dengan kedua pertimbangan yang mendahuluinya. Umpamanya manusia adalah fana, gayus
adalah manusia, jadi gayus adalahfana.
Cara menyimpulkan ini disebut syllogisme (uraian penutup), suatu syllogisme terdiri dari tiga
bagian yaitu suatu dalil umum, yang disebut mayor (manusia adalah fana), suatu dalil khusus,
yang disebut minor (Gayus adalah manusia) dan kesimpulannya (Gayus adalah fana), syllogisme
mewujudkan puncak logika Aristoteles.
Para filsuf Elea (Parmenides, Zero) berpendapat bahwa gerak dan perubahan adalah hayalan.
Dimana Aristoteles menentang dimana “Yang Ada” secara terwujud “yang ada” secara mutlak
atau menjadi “ yang ada” secar terwujud, jikalau melalui sesuatu. Seperti dengan Plato,
Aristoteles mengajarkan dua macam pengenalan yaitu pengenalan inderawi dan pengenalan
rasional. Dan menurut Aristoteles, pengenalan inderawi memberikan pengetahuan tentang
bentuk benda tanpa materinya.
Sedangkan pengenalan rasional adalah pengenalan yang ada pada manusia tidak terbatas
aktivitasnya, yang dapat mengetahui hakekat sesuatu, jenis sesuatu yang bersifat umum.
Yunani kuno boleh disebut sebagai sumber kancah pemikiran – pemikiran tentang hukum
sampai kepada akar – akar filsafatnya, sehingga masalah – masalah utama dalam teori hukum
sekarang ini bisa dikaitkan kebelakang kepada bangsa tersebut. Masalah – masalah utama yang
sekarang dibicarakan dalam teori – teori hukum telah mendapatkan perumusannya pada masa
itu,. Dibandingkan dengan Yunani kuno, maka Romawi tidak banyak memberikan pemikiran
teori ini. Bangsa itu lebih banyak menyumbangkan pemikirannya di bidang konsep – konsep
serta teknik – teknik yang berhubungan dengan hukum positif.
c. Masa Stoa
Masa ini di tandai dengan adanya mazhab Stoa, yaitu suatu mazhab yang mempunyai
kebiasaan memberi pelajaran di lorong – lorong tonggak (Stoa). Pemikir utamanya yang juga
bertindak sebagai pemimpin mazhab adalah filosof Zeno (350-264 SM). Dengan mengambil
sebagian ajaran Aristoteles, yaitu akal manusia itu merupakan bagian dari rasio alam,
dikembangkan suatu pemikiran hukum alam yang bersumber dari akal ketuhanan ( logos dimana
manusia dimungkinkan hidup menyesuaikan diri padanya).
Hukum alam ini merupakan dasar segala hukum positif. Pandangan Stoa kemudian sangat
berpengaruh kepada para filosof Romawi seperti Seneca, Marcus Aurelius, dan juga Marcus
Tillus Cicero.
D. ROMAWI
Pada masa ini (abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M) perkembangan filsafat hukum tidak
segemilang pada masa Yunani kuno. Para ahli filsafat Romawi lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah bagaimana hendak mempertahankan ketertiban di seluruh kawasan kekaisaran
yang sangat luas itu. Mereka di tuntut untuk lebih banyak menyumbangkan konsep – konsep dan
teknik – teknik yang berkaitan dengan hukum positif.
Pada masa ini lahirlah undang – undang Lembaran Duabelas (Lex Duodecim Tabularum)
sebagai undang – undang tertua yang lahir pada permulaan masa republik di masa Romawi,
undang – undang Lembaran Duabelas ini mengakui persamaan hak di antara hak di antara semua
kelas rakyat Romawi dan menghapuskan perbedaan di depan hukum antara si kaya dan si
miskin. Di jelaskan dalam Lembaran itu asas – asas peradilan, hukum pidana, hak sipil, masalah
kepemilikan dan hukum keluarga.
Para ahli hukum mengambil bagian penting dalam usaha pengakuan bagi persamaan hak –
hak antara kelompok – kelompok penduduk kekaisaran, terutama dalam hal penulisan buku.
Diantaranya, Paniniyanus, Ulpianus, Gaius, Paulus, dan Modistinus. Judistianus memerintahkan
agar sumber – sumber hukum tersebut dibukukan dalam enam buku, kemudian dihimpun dengan
nama “Kompilasi Hukum Sipil” (Corpus Juris Civilis). Sebagian besar hukum Eropa modern
dipengaruhi dan didasarkan pada hukum Romawi tersebut.
Neo – Platois lahir di Alexandria sebagai tempat pertemuan antara filsafat Yunani kuno dan
agama kristen. Para ahli filsafat menganggap Santo Aurelius Augustinus (354-430 M) yang
menjembatani filsafat Yunani kuno dan alam pikiran kristen.
Tokoh lainnya yang juga terkenal St. Thomas Aquinas/ St. Thomas Van Aquino merupakan
filosof terbesar dari aliran Skolastik di abad pertengahan. Ia merumuskan hukum sebagai
“peraturan yang berasal dari akal unttuk kebaikan umum yang dibuat oleh seseorang yang
mempunyai kewajiban untuk menjaga masyarakatnya dan mengundangkannya”.
St. Thomas Aquinas/ St. Thomas Van Aquino membedakan empat macam hukum,
yaitu Lex aeterna, lex naturalis, lex divina, dan lex humana. Lex aeternaadalah rencana
pemerintahan sebagaimana dibuat oleh raja, akal keilahian yang menuntun semua gerakan dan
tindakan dalam alam semesta. Akan tetapi tidak ada manusia yang mampu untuk menangkapnya
dalam keseluruhan. Manusia hanya bisa menangkapnya sebagian melalui alam pikiran yang
dianugerahkan Tuhan kepadanya, bagian yang bisa ditangkap tersebut dinamakan lex naturalis.
Lex naturalis ini memberikan pengarahan kepada kegiatan manusia melaui petunujuk – petunjuk
umum. Lex aeterna yang mengandung asas – asas yang abstrak itu dilengkapi dengan petunjuk –
petunjuk khusus yang berasal dari Tuhan tentang manusia harus menjalani hidupnya. Fungsi ini
dijalankan oleh lex divina yaitu yang tercantum dalam kitab – kitab suci dan tercantum dalam
perjanjian – perjanjian baru dan lama. Yang terakhir adalah lex humana , sejak akal merupakan
sumber utama dalam hukum, diisyaratkan hukum itu harus menyesuaikan kepada dalil – dalil
dari akal.
DAFTAR PUSTAKA