Anda di halaman 1dari 12

ANALISI PENGARUH MEDAN GEOPATOGEN DALAM PERANCANGAN

RUANG
STUDI KASUS RUMAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH

PENYUSUN:

Muhammad Syauqi
16512044

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2019
ANALISI PENGARUH MEDAN GEOPATOGEN DALAM PERANCANGAN
RUANG
STUDI KASUS RUMAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

MUHAMMAD SYAUQI
16512044

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan , Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang Km. 14,5, Yogyakarta, Krawitan, Umbulmartani, Ngemplak, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55584

abstract

Seluruh kehidupan manusia di seluruh dunia dikelilingi dan dipengaruhi oleh energi. Kata
energi terkenal dalam berbagai bahasa. Di Cina disebut qi, di India itu prana, Jepang itu
ki, Tibet itu lung dan kata Yunani adalah pneuma.

Dowsing adalah metode ilmiah kuno untuk mencari dan mendeteksi sumber energi Bumi.
Ribuan tahun yang lalu, para ahli menemukan dowsing menjadi cara terbaik untuk
menggunakan energi positif dan menjaga jauh dari energi negatif. Namun, dowsing
umumnya tidak dikenal di sebagian besar wilayah dunia dan banyak orang melihatnya
sebagai "kekuatan mistik" atau sihir.

Jalur energi terutama berasal dari radiasi sumber air bawah tanah, mineral atau logam di
bawahnya permukaan bumi, dislokasi geografis, garis ley, dll. Ini dikenal sebagai garis
stres geopatik. Itu kata geophatic berasal dari bahasa Yunani. Geo berarti bumi dan
pathos berarti penyakit. Dengan ini menerangkan bahwa garis energi akan memiliki
pengaruh buruk atau negatif pada manusia, terutama ketika orang tidur, kerja. Barang-
barang rumah tangga seperti peralatan elektronik juga bisa rusak jika diletakkan di atas
garis energi.

Dengan mengidentifikasi dan menemukan garis energi di lingkungan hidup kita sebelum
membuat rencana rumah, kantor, atau lingkungan binaan, ruang tidur dan area kerja dapat
diatur. Mebel dan elektronik peralatan di kamar tidur, ruang belajar, ruang tamu dan
kantor bisa jadi terletak jauh dari negatif energi, dengan demikian menciptakan
lingkungan hidup atau dibangun dengan sehat, menurut arsitektur desain dan selaras
dengan alam.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehidupan dalam alam semesta senantiasa dikelilingi oleh energi yang
memiliki pengaruh baik dan buruk. Manusia yang berada di dalamnya dan
merupakan bagian dari alam semesta ini sejak ribuan tahun yang lalu, telah
mengembangkan sarana untuk merasakan atau mendeteksi adanya energi ini
sehingga dapat mengambil keuntungan dari energi positif dan menghindari
energi yang merugikan. Kemampuan merasakan dan mendeteksi energi
sebenarnya dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Pada tahun 1930 seorang
pendeta bernama Abbe Bouly didusun Haderlot, Pas de Calais Perancis Utara,
menggunakan istilah radiesthesia yang merupakan kombinasi dari bahasa
Latin yaitu radius (radiasi) dan bahasa Yunani aisthesis (kepekaan). Oleh
karena itu, radiesthesia adalah pendeteksian atau pencarian radiasi yang
dipancarkan oleh alam semesta di antaranya mineral/logam , tumbuhan,
hewan dan manusia (Nielsen & Polansky, 1996).

Kemampuan ini sebenarnya telah dikembangkan oleh Bangsa Cina kurang


lebih 4000 tahun yang lalu atau 2000 tahun sebelum Masehi. Pada masa itu,
hal tersebut digunakan untuk mencari sumber air di bawah tanah (Dovens,
1948).

Kemampuan tersebut dalam bahasa Inggris disebut dowsing yang artinya,


menurut kamus Oxford Advancad Learner’s Dictionary of Current English,
adalah “searching for underground water or metals by using a Y shaped stick
or rod”. Dowsing merupakan metode untuk menemukan aliran air bawah
tanah atau benda-benda lain, seperti logam dan mineral di dalam tanah.

Dowsing semakin dikenal terutama di negara-negara Inggris, Belanda ,


Amerika, Jerman , India. Hal ini terbukti dengan adanya asosiasi dowser
seperti The American Society of Dowsers, British Society of Dowsers, dsb.
Di Indonesia, meskipun belum dikenal secara luas, di beberapa daerah dikenal
beberapa orang yang memiliki kemampuan dowsing. Di kota Purworejo
dikenal seorang Imam yang bernama Romo Lukman, di kota Pangkal Pinang
Pulau Bangka dikenal Bruder Yanuar Husada. Di kota Bogor ada seorang Ibu
bernama Liliana Indrajaya, yang menggunakan metode Dowsing untuk
pengobatan, yaitu dengan mendeteksi energi yang berpengaruh negatif dalam
rumah tinggal pasien. Ada juga beberapa orang yang berprofesi sebagai
dowser yang menggunakan dowsing untuk menentukan titik pengeboran
sumur, khususnya untuk pabrik-pabrik atau industri. Sumur yang ditentukan
oleh seorang dowser terbukti memiliki debit air lebih besar dan berumur lebih
langgeng. Selain untuk mencari aliran air bawah tanah, dowsing juga dapat
dipergunakan untuk mendeteksi energi yang ada pada rumah tinggal. Energi
,yang salah satunya disebabkan oleh aliran air bawah tanah ini, disebut Medan
Geopatis (Geopathic Stress Line).

Medan ini dapat mempengaruhi kesehatan dan konsentrasi manusia terutama


jika manusia beraktivitas di atas medan energi tersebut dalam waktu lama,
misalnya tidur atau bekerja. Medan tersebut juga berpengaruh negatif
terhadap peralatan elektronik, seperti mempengaruhi kinerja alat elektronik
bahkan dapat memperpendek usia peralatan tersebut.

1.2 PERMASALAHAN
1.Bagaimana medan geopatogen mempengaruhi penghuni serta

1.3 TUJUAN
Mengetahui pengaruh medan geopatogen dalam rumah di gunungkidul

1.4 MANFAAT PENELITIIAN


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan
tentang medan geopatogen dengan berbagai pengaruh serta masalah yang di
timbulkan dari medan tersebut, lebih lanjut , penelitian ini dapat memberikan
manfaat agar dapat di jadikan sebagai salah satu metode dalam mendesain
bangunan dalam menghindari pengaruh tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Medan Geopatis ( Geopathic Stress Line )

1.1. Beberapa Penyebab Medan Geopatis


Daerah daerah yang disebut medan geopatis pada umumnya disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:

a. Aliran air bawah tanah.


Air memiliki sifat bipolar yang mempunyai kutub positif dan negatif selain
mengandung bermacam mineral dalam bentuk ion yang bermuatan listrik.
Pertama, pada saat mengalir molekul-molekul air yang dikelilingi anion dan
kation berputar dan menghasilkan efek putaran seperti pada dinamo. Kedua,
pada saat mengalir, air di bawah tanah menggesek batu ataupun benda-benda
lain di bawah tanah sehingga menimbulkan listrik statis. Berdasarkan
penelitian, medan listrik yang timbul sebesar 20-5-v/m (Frick,1998). Kedua
hal di atas menghasilkan gelombang elektromagnetik yang arahnya lurus ke
atas yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia bila
manusia berada di atas medan tersebut dalam waktu lama ( lihat Gambar 1 )

Gambar 1. Medan Geopatis Akibat Aliran Air Bawah Tanah


(Sumber: Dr.Yes T.Y Lim,1999)

b. Pembentukan bumi, lapisan yang mengandung tumpukan logam


atau mineral.
Inti dalam bumi diperkirakan berdiameter 2.400 km, diselimuti inti luar yang
terdiri dari campuran nikel besi setebal kurang lebih 2.300 km. Inti luar bumi
bergerak dengan kecepatan kira-kira 90 m/hari, mengakibatkan medan
magnet yang kuat sehingga mengelilingi bumi sebagai magnetosfer. Inti luar
bumi dikelilingi mantel, selimut bumi setebal kurang lebih 2.900 km yang
terdiri atas batu-batuan berat yang mengandung ikatan besi dan magnesium
dengan lapisan kerak luar setebal kurang lebih 11 km dan mengandung
batuan ikatan silisium dan alumunium. Sebagian lapisan kerak luar ini berupa
tanah dan sebagian besar berada di bawah air laut. Bumi dikelilingi atmosfer
setebal kira-kira 50 km yang bersama magnetosfer melindungi manusia dari
radiasi kosmis. Inti luar bumi mengalami perubahan kecepatan yang
mengakibatkan pergeseran kutub magnetis bumi yang sejak tahun 1819 telah
bergerak 20 derajat berlawanan dengan arah jarum jam. Menurut penelitian
dalam geologi dan geomorfologi, bumi telah mengalami 126 kali penukaran
kutub. Penukaran kutub ini dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa
minggu sampai dengan beberapa ribu tahun dan bumi mengalami penukaran
kutub magnetis setiap 10.000 – 30.000.000 tahun. Kalau intensitas magnet
bumi tetap berkurang seperti sejak 150 tahun yang lalu, maka pada sekitar
1.500 tahun mendatang terjadi penukaran kutub lagi.(Heinz Frick, 1998:
141). Kerak bumi yang mengandung endapan atau lapisan bijih logam dan
sebagainya agak jarang ditemukan pada lapisan bumi luar dan biasanya
tempat tersebut dibutuhkan oleh industri untuk dieksploitasi. Perlu diketahui
bahwa umumnya lapisan bumi mengandung logam dan mineral dalam jumlah
besar yang dapat menghasilkan pengaruh khusus pada permukaan bumi
bahkan dapat membentuk iklim mikro yang khas. Ada mineral yang dapat
mengeluarkan radiasi seperti uranium, radium, polonium,dll.

Gambar 2. Lapisan inti luar kerak bumi dan radiasi


(Sumber: Heinz Frick, 1999)
c. Jaringan Magnetis, Jaringan Hartmann, atau Jaringan Curry

Jaringan ini merupakan suatu jaringan yang secara sistematis terbagi diatas
bola bumi dan terdiri atas garis- garis lurus. Dr. Hartmann dan Dr. Curry
meneliti hubungan antara penyakit tertentu pada manusia dan tempat
tinggalnya. Jaringan Hartmann berorientasi utara selatan dengan garis yang
memiliki pengaruh selebar 15-25 cm dengan jarak antarjaringan 2 – 3 m,
sedangkan jaringan Curry berorientasi miring terhadap jaringan Hartmann
dengan garis yang memiliki pengaruh selebar 50 cm dengan jarak antar
jaringan 3,5 – 7 m. Semua garis jaringan baik Hartmann maupun Curry
memiliki medan elektromagnetis yeng lebih tinggi daripada tanah di
sebelahnya (Frick,1999)

Gambar 3. Peta jaringan Hartmann dan Curry, serta aliran air bawah tanah.
(Sumber: Heinz Frick, 1999)

Gambar 4. Adalah gambar ruang tidur , patahan geologis dan persilangan


aliran air bawah tanah serta jaringan Hartmann yang mempengaruhi
kesehatan orang yang tidur diatasnya. (Sumber: Heinz Frick, 1999)
2. GUNUNGKIDUL
Sebagai suatu daerah, wilayah Kabupaten Gunung Kidul dikenal sebagai kawasan
yang tandus, dan selalu menderita kekurangan air untuk mencukupi kebutuhan
domestik. Anggapan ini adalah sebagai akibat kondisi geomorfologi sebagian
besar wilayah Kabupaten Gunung Kidul yang dicirikan oleh bukit‐bukit berbatuan
gamping yang dikenal sebagai daerah karst. Apakah yang bisa kita jelaskan dengan
terminologi karst? Ford dan Williams (1992) mendefinisikan istilah karst sebagai
medan dengan karakteristik hidrologi dan bentuklahan yang diakibatkan oleh
kombinasi dari batuan yang mudah larut (soluble rock) dan mempunyai porositas
sekunder yang berkembang baik. Sebagai akibatnya, kawasan karst dicirikan
dengan minimnya sungai permukaan dan berkembangya jalur‐jalur sungai bawah
permukaan (sungai bawah tanah=SBT).

Karst di wilayah Gunung Kidul termasyhur di dunia dengan sebutan karst Gunung
Sewu yang diperkenalkan pertama kali oleh Danes (1910) dan Lehmann (1936).
Karst ini dicirikan dengan berkembangnya kubah karst (kegelkarst), yaitu
bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal.
Kegelkarst oleh Sweeting (1972) dikategorikan sebagai bagian dari tipe karst
tropis. Apakah karst Gunung Sewu di Kabupaten Gunung Kidul miskin air? Dari
hasil inventarisasi oleh MacDonalds and Partners (1984), ternyata terungkap
bahwa terdapat beberapa SBT dengan debit yang besar dan melimpah (Bribin‐1500
lt/dt, Seropan –400 lt/dt, Baron‐8000 lt/dt, Ngobaran‐150 lt/dt), terdapat belasan
sistem SBT dengan debit dibawah 100 lt/dt, dan terdapat pula ratusan mataair
dengan debit yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa sistem SBT dan
keluarannya berupa mataair tentunya mempunyai kantong‐ kantong atau reservoir
air yang mengimbuhnya dalam jumlah simpanan yang besar. Sekitar sepuluh tahun
terakhir ini, banyak opini di kalangan pemerhati kawasan karst Gunung Sewu
BAB III
METODOLOGI

3.1 METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Data yang


dikumpulkan adalah:

a. Data tentang sifat dan aspek yang mempengaruhi medan geopatogen


b. Data pengaruh beberapa medan geopatogen terhadap psikologi dan
fisik manusia.

3.2 METODE PENGUJIAN

Metode pengujian dilakukan dengan penggunaan downser untuk


mencari jalur medan geopatogen untuk menentukan apakah bangunan di
lalui oleh medan tersebut. Kemudian menggunakan literature untuk
mencocokan pengaruh yang di timbulkan di lapangan dengan hasil
penelitian.

1. Variabel-Variabel pada Uji Coba


a. Karakter General Responden
Responden pada ekperimen ini adalah penghuni
rumah yang telah bertahun tahun menghuni bangunan
tersebut. Kemdian menggunakan sesi Tanya jawab dan
kuisioner untuk mengetahui pengaruhnya.
c. Kondisi Ruang Uji Coba
kondisi ruangan yang di gunakan dengan memilih bagian
kamar tidur yang di gunkan terus menerus dengan
pencahayaan serta bukaan yang sama.

2. Langkah-Langkah Pengujian
Pengujian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. menentukan aliran air bawah tanah menggunakan teknik
downser
b. memetakan aliran air dengan denah rumah
c. Mengamati radius persebaran aliran air
d. Mengamati efek yang di timbulkan pada furnitur
e. Mengumpulkan data hasil kuesioner kemudian membandingkan
hasil pengamatan persebaran radius serta hasil pengamatan
perilaku responden dengan jawaban pada kuesioner.
f. Membandingkan hasil pengujian dengan studi literatur.
3.3 METODE PEMBAHASAN

Pembahasan dilakukan dengan memadukan hasil kajian pustaka


dengan data-data yang dikumpulkan dari uji coba untuk mendapatkan:

a. pembuktian bahwa medan geopatogen mempengaruhi psikologi


serta fisik penghuni
b. Pembuktian bahwa medan geopatogen perlu menjadi pertimbangan
dalam mendesain
Daftar pustaka

Glinka, Prof.Yosef. 1996. Hindarkan Rumah dari Ancaman Geopati. Majalah Intisari
edisi Mei 1996, 156-163.

Frick, Heinz., Suskiyatno, FX. Bambang. 1998. Dasar-Dasar Eko Arsitektur Semarang:
Soegijapranata University Press.

Lim, Dr.Yes T.Y. 1999. Feng Shui and Your Health: A Guide to High Vitality, New

South Wales, Australia: Sandstone Publishing.

Linn, Denise. 1999. Feng Shui for The Soul. Australia: Random House Australia(Pty)
Ltd.

Anda mungkin juga menyukai