Anda di halaman 1dari 5

SPO PELAPORAN PELANGGARAN

(WHISTLEBLOWING SYSTEM)
RSPAD GATOT SOEBROTO

RSPAD GATOT No. Dokumen No. Revisi Halaman


SOEBROTO 1 dari

Petunjuk Tanggal terbit Ditetapkan


Pelaksanaan Kepala RSPAD Gatot Soebroto
(STANDARD
PROSEDUR
OPERASIONAL)
Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad (K) RI
Mayor Jenderal TNI

UMUM 1. Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System) ini merupakan


sistem yang dapat dijadikan media bagi pelapor untuk menyampaikan
informasi mengenai tindakan pelanggaran yang diindikasi terjadi di dalam
RSPAD Gatot Soebroto.
Mekanisme ini dapat menjadi cara yang efektif apabila dilakukan dengan
struktur dan proses yang benar dan jelas, karena para pelapor memerlukan
rasa aman dan jaminan keselamatan untuk berpartisipasi dalam mencegah
kecurangan dan tindak pidana korupsi.
Pelaporan yang diperoleh dari mekanisme pelaporan pelanggaran
(Whistleblowing) ini perlu mendapatkan perhatian dan tindak lanjut,
termasuk juga pengenaan hukuman yang tepat agar dapat memberikan
efek jera bagi pelaku pelanggaran dan juga bagi mereka yang berniat
melakukan hal tersebut.
2. Lingkup pelaporan/penyingkapan yang dapat ditindaklanjuti oleh
Tim meliputi:
a. Penipuan (fraud);
b. Pelanggaran hukum;
c. Pelanggaran peraturan;
d. Pelanggaran kode etik;
e. Pelanggaran benturan kepentingan;
f. Gratifikasi; dan
Hal-hal lain yang dapat dipersamakan dengan tersebut di
atas.
3. Prinsip Pengelolaan
a. Perlindungan Kerahasiaan Informasi
b. Anonim. Kebijakan untuk tidak mengungkap identitas
pelapor dalam penanganan pelaporan pelanggaran.
c. Integritas, Profesional dan Independen.
d. Penanganan pelaporan pelanggaran dengan integritas yang
tinggi, prinsip praduga tidak bersalah, tidak bersifat memihak, dan
tanpa intervensi pihak manapun.
SPO PELAPORAN PELANGGARAN
(WHISTLEBLOWING SYSTEM)
RSPAD GATOT SOEBROTO
RSPAD GATOT
SOEBROTO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari
PENGERTIAN 1. Whistleblow ing System adalah sistem yang mengelola
pelaporan/ penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan
tidak etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri
(independent) yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta insan
Perusahaan dan mitra kerja dalam mengungkap pelanggaran yang terjadi
di lingkungan perusahaan.
2. Whistleblow er adalah Karyawan, customer, vendors, supplier atau
orang lain yang berkepentingan dengan eksistensi organisasi.
3. Pelanggaran adalah perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau
perbuatan lain yang dapat merugikan satuan maupun para pemangku
kepentingan
(stakeholders), yang dilakukan oleh personel kepada Satuan atau lembaga
lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia (confidential).
4. Pelapor adalah pihak internal yaitu personel RSPAD Prajurit maupun
PNS, dan tidak tertutup adanya pelapor berasal dari pihak eksternal
lainnya.
5. Terlapor adalah orang yang dilaporkan/diadukan atas adanya
indikasi/dugaan melakukan pelanggaran hukum dan ketentuan yang
berlaku.

TUJUAN Sebagai dasar atau pedoman dalam menangani Pelaporan Pelanggaran


dari stakeholders untuk menjamin terselenggaranya mekanisme
penyelesaian pelaporan pelanggaran yang efektif.
KEBIJAKAN 1. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System)
tahun 2008 oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).

2. Pedoman Kapuskesad tentang .........


3. Surat Edaran Ka RSPAD Gatot Soebroto ........ Nomor
Penerimaan Pelaporan Pelanggaran
PROSEDUR
Penyampaian pelaporan pelanggaran yang diduga dilakukan oleh
Prajurit, PNS dan Karsuk dilakukan Metode Pelaksanaan Whistle
Blowing System (WBS) melalui beberapa media :
a. Pelaporan secara langsung (Drop Box)
b. E-Mail (wbs@rspad.co.id)
c. Website Whistle Blowing System (www.rspad.co.id)
d. SMS CENTER RSPAD (000000000000)
e. Telepon (3441008 ext 260000000000 )
Setiap Laporan harus didukung dengan bukti-bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan.
SPO PELAPORAN PELANGGARAN
(WHISTLEBLOWING SYSTEM)
RSPAD GATOT SOEBROTO

RSPAD GATOT
SOEBROTO
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 18

PROSEDUR a. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran melakukan penelaahan atas


laporan yang masuk. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran akan
memutuskan perlu tidaknya dilakukan audit khusus/investigasi atas
pelaporan pelanggaran dalam waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
dan dapat diperpanjang paling lama 20 (dua puluh) hari kerja apabila
b. Apabila hasil penelaahan sebagaimana dimaksud pada angka 2.a
menunjukkan bahwa pelaporan tidak benar dan tidak ada bukti, maka
tidak akan diproses lebih lanjut.
c. Apabila hasil penelaahan menunjukkan adanya indikasi pelanggaran
yang disertai bukti-bukti yang cukup, maka pelaporan disampaikan
kepada Direksi/Dewan Komisaris sesuai dengan kewenangan.
d. Terkait pelaporan pelanggaran yang memerlukan pendalaman lebih
lanjut, wajib ditindaklanjuti oleh Direksi/Dewan Komisaris melalui
Satuan Pengawasan Intern/Komite Audit untuk dilakukan audit
khusus/investigasi.
e. Pelaku pelanggaran yang telah terbukti berdasarkan hasil audit
khusus/investigasi, akan diproses sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
f. Apabila audit khusus/investigasi terbukti adanya pelanggaran oleh
Insan Perusahaan, maka dapat ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang
berlaku.
g. Apabila hasil audit khusus/investigasi terbukti adanya pelanggaran oleh
Insan Perusahaan yang mengarah ke tindak pidana, maka dapat
ditindaklanjuti proses hukum yang berlaku kepada lembaga penegak
hukum dengan Direksi sebagai pelapor.
h. Skema Proses Pelaporan Pelanggaran sebagaimana terlampir.
i. Audit Khusus/Investigasi (Pendalaman)
Semua laporan mengenai pelanggaran yang masuk dilakukan
penelaahan, dengan tujuan untuk sedapat mungkin mengumpulkan
bukti awal yang cukup memadai, sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan apakah laporan pelanggaran tersebut benar adanya atau
bahkan sebaliknya ditemukan tidak cukup bukti untuk diteruskan pada
tahap audit khusus/investigasi.

Proses audit khusus/investigasi atas suatu laporan harus dilakukan


dengan tetap memegang azas praduga tidak bersalah dan objektifitas.
Hasil dari proses audit khusus/investigasi berupa laporan hasil audit
SPO PELAPORAN PELANGGARAN
(WHISTLEBLOWING SYSTEM)
RSPAD GATOT SOEBROTO
RSPAD GATOT
SOEBROTO
khusus/investigasi yang disertai beberapa bukti pendukung yang
merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan audit
khusus/investigasi tidak berupa opini atau pendapat tapi berupa
kesimpulan akhir mengenai hasil audit khusus/investigasi yang
digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.
Proses audit khusus/investigasi atas suatu laporan harus dilakukan
dengan tetap memegang azas praduga tidak bersalah dan objektifitas.

Hasil dari proses audit khusus/investigasi berupa laporan hasil audit


khusus/investigasi yang disertai beberapa bukti pendukung yang
merupakan bukti fisik serta bukti non fisik. Hasil laporan audit
khusus/investigasi tidak berupa opini atau pendapat tapi berupa
kesimpulan akhir mengenai hasil audit khusus/investigasi yang
digunakan sebagai dasar putusan pengambilan tindakan.

Audit khusus/investigasi dilakukan oleh Tim Audit khusus internal


berdasarkan instruksi Ka RSPAD Gatot Soebroto /Dewan Pengawas,
dalam hal diperlukan dapat ditunjuk Investigator Independen
(eksternal) berdasarkan persetujuan Ka RSPAD Gatot Soebroto/Dewan
Pengawas. Tim audit khusus/investigasi internal mencakup namun
tidak terbatas pada Satuan Pengawasan Intern (SPI).

1. Seluruh Unit Kerja di Lingkungan Rumah Sakit Kepresidenan


RSPAD Gatot Soebroto
Unit Terkait 2. Tim Pengelola Pelaporan Pelanggaran
3. ..................................
Pokja VI. Program Penguatan Pengawasan

Tugas Pokja V Penguatan Pengawasan adalah :

1. Melaksanakan peningkataan penyelengaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN di


di Lingkungan Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto ;

2. Mengidentifikasi dan merumuskan kebijakan, rencana program dan kegiatan penguatan


pengawasan menjadi Road Map dan Dokumen Usulan, dengan target capaian sebagai berikut :

a. Meningkatnya kepatuhan pengelolaan keuangan BLU di Lingkungan Rumah


Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

b. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM di Lingkungan


Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

c. Meningkatnya opini BPK terhadap pengelolaan BLU di Lingkungan Rumah Sakit


Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

d. Mencegah tingkat penyalahgunaan wewenang di Lingkungan Rumah Sakit


Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

e. Meningkatnya kepatuhan terhadap peraturan per Undang undangan dan


implementasi SOP di Lingkungan Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

f. Penerapan manajemen risiko, dan sistem pengendalian internal

g. Penerapan fungsi kepatuhan, audit internal, dan audit eksternal

3. Menjadi agen perubahan dalam mengimplementasikan program dan kegiatan di unit


kerjanya ; dan

4. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan Rumah Sakit Kepresidenan


RSPAD Gatot Soebroto dalam melaksanakan program dan kegiatan penguatan pengawasan yang
dituangkan dalam Road Map WBBK

Anda mungkin juga menyukai