LANDASAN TEORI
1
Corder. 1988. Teknik Manajemen Perawatan. Jakarta : PT. Erlangga
10
diinginkan seperti terjadinya kerusakan yang terlalu cepat dimana
kerusakan tersebut bisa saja dikarenakan keausan akibat pengoperasian yang
salah. Karena maintenance adalah kegiatan pendukung bagi kegiatan komersil,
maka seperti kegiatan lainnya, maintenance harus efektif, efisien dan berbiaya
rendah. Dengan adanya kegiatan maintenance ini, maka mesin/peralatan produksi
dapat digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama
jangka waktu tertentu yang telah direncanakan tercapai.
Beberapa tujuan dari maintenance antara lain2:
a. Memperpanjang usia kegunaan asset ( yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja, bangunan, dan isinya ).
b. Menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (
atau jasa ) dan mendapatkan laba investasi ( return of investment )
maksimum yang mungkin.
c. Menjamin ketersediaan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam kegiatan darurat setiap waktu, misalnya : unit cadangan, unit
pemadam kebakaran dan penyelamatan, dan sebagainya.
d. Menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
2
Corder.1988.Teknik Manajemen Perawatan. Jakarta: PT. Erlangga
3
Clifton.1974.Principle of Planned Maintenance. London : Edward Arnold Publishing
11
Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi yang dapat memberi data
yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun data yang penting dalam
kegiatan maintenance antara lain laporan permintaan pemeliharaan dan perbaikan
( PPM ), laporan pemeriksaan, dan lain-lain. Keuntungan dilakukannya planned
maintenance antara lain :
a. Pengurangan pemeliharaan darurat, ini tidak diragukan lagi merupakan
alasan utama untuk merencanakan pekerjaan pemeliharaan.
b. Pengurangan waktu nganggur, hal ini tidaklah sama dengan pengurangan
waktu reparasi pemeliharaan darurat. Waktu yang digunakan untuk
pembelian suku cadang, baik dibeli dari dari luar atau dibuat lokal,
mengakibatkan waktu nganggur meskipun pekerjaan darurat tersebut
misalnya hanya memasang bagian mesin yang tidak lama.
c. Menaikkan ketersediaaan (availability) untuk produksi, hal ini erat
hubungannya dengan pengurangan waktu nganggur pada mesin atau
pelayanan.
d. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi.
e. Pengurangan penggantian suku cadang.
f. Meningkatkan efisiensi mesin/peralatan.
12
jadwal pemeliharaan dan perawatan yang sangat cermat dan rencana
produksi yang lebih tepat. Secara umum tujuan dari preventive maintenance
adalah:
1) Meminimumkan downtime serta meningkatkan efektivitas mesin/peralatan
dan menjaga agar mesin dapat berfungsi tanpa ada gangguan.
2) Meningkatkan efisiensi dan umur ekonomis mesin/peralatan.
Kegiatan preventive maintenance dapat digolongkan menjadi dua kategori :
1) Routine Preventive Maintenance
Routine preventive maintenance adalah semua aktivitas yang berkaitan
dengan pembersihan dan aktivitas rutin yang dilakukan oleh operator
mesin. Dengan adanya keterlibatan operator mesin terhadap kegiatan ini
dapat mengurangi keterlibatan personel pemeliharan dalam mengerjakan
tugas harian ini.
2) Major Preventive Maintenance
Aktivitas major preventive maintenance dilakukan sepenuhnya oleh
personel pemeliharaan karena aktivitas yang dilakukan lebih
membutuhkan banyak waktu, membutuhkan kemampuan membetulkan
mesin dibandingkan dengan aktivitas rutin dan biasanya menyebabkan
mesin dimatikan sesuai dengan jadwal pemeliharaan.
c. Predictive maintenance
Predictive maintenance adalah tidakan-tindakan maintenance yang
dilakukan pada tanggal yang ditetapkan berdasarkan prediksi hasil analisa dan
evaluasi data operasi yang diambil untuk melakukan predictive maintenance itu
dapat berupa data getaran, temperatur, vibrasi, flow rate, dan lain-lainnya.
Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan data dari
operator di lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen
13
maintenance untuk dilakuakan tindakan tepat sehingga tidak akan merugikan
perusahaan
4
Nakajima, S.1998. Intoduction to Productive Maintenance. Cambrige:MA, Producticity Press
INNC.
14
TPM mengorganisasi seluruh karyawan dari top manajemen sampai
karyawan di lini produksi, menjadi bagian dari sistem pemeliharaan peralatan
untuk bersama-sama menyangga fasilitas produksi yang canggih. Dua tujuan
utama dari TPM adalah zero breakdown dan zero defect. Jika breakdown dan
defect (cacat) dapat dihilangkan maka dengan sendirinya laju operasi mesin
produksi akan meningkat, biaya berkurang, inventory minimal, dan produktivitas
pekerja akan meningkat. Program perbaikan pada TPM terfokus pada beberapa
poin seperti tabel berikut ini:
15
Adapun manfaat yang diharapkan dari penerapan TPM yang secara
sistematik dalam kerangka kerja jangka panjang dari suatu perusahaan adalah
sebagai berikut :
16
karena pengukuran ini tidak memperhatikan karakteristik utama dari
proses yaitu : kapasitas, efisiensi dan efektivitas.
Menggunakan mesin/peralatan seefisien mungkin artinya adalah
memaksimalkan fungsi dari kinerja mesin/peralatan produksi dengan tepat guna
dan berdaya guna. Untuk dapt meningkatkan produktivitas mesin/peralatan yang
digunakan maka perlu dilakukan analisis produktivitas dan efisiensi
mesin/peralatan pada six big losses. Adapun enam kerugian besar (six big losses)
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kegagalan peralatan ; dikarenakan breakdown
2. Setup dan adjustment ; contonya pergantian dies pada injection moulding,
penggantian mata bor, dll
3. Idling dan minor stoppages ; contohnya karena pengoperasian sensor
yang tida normal, ada penghalang yang menghalangi aliran produk, dll
4. Kecepatan berkurang ; disebabkan adanya penyimpangan antara
kecepatan pada disain dan kecepatan mesin sebenarnya.
5. Cacat proses ; misalnya karena adanya scrap, atau adanya perbaikan
kualitas.
6. Reduced yield ; waktu yang diperlukan dari sejak mesin dihidupkan
sampai dengan pengoperasian stabil.
Pada dunia industry salah satu caru untuk menghitung produktivitas dari
suatu peralatan / mesin produksi adalah dengan menggunakan metode overall
equipment effectiveness ( OEE ).
17
Formula matematis dari overall equipment effectiveness (OEE)
dirumuskan sebagai berikut :
OEE = Availability x Performance efficiency x Rate of quality product x 100%
Kondisi operasi mesin/peralatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan
jika hanya didasari oleh perhitungan satu faktor saja, misalnya performance
efficiency saja. Dari enam pada six big losses baru minor stoppages saja yang
dihitung pada performance efficiency mesin/peralatan. Keenam faktor dala six big
losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari
mesin/peralatan dapat dilihat secara akurat.
18
1. Availability
Availability merupakan rasio operation time terdapat waktu loading
timenya. Sehingga dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai dari :
a. Operation time
b. Loading time
c. Downtime losses
Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Operating time adalah waktu dimana mesin itu benar-benar beroperasi. Besarnya
diperoleh dengan menghitung loading time dikurangi equipment downtime.
Operation time = loading time – down time losses
Loading time adalah waktu yang tersedia perhari (atau perbulan) yang diperoleh
dari menghitung total available time per hari (atau perbulan) dikurangi downtime
yang sudah direncanakan ( planned down time )
Planned down time adalah jumlah waktu downtime mesin untuk pemeliharaan
(scheduled maintenance) atau kegiatan manajemen lainnya.
Operation time merupakan hasil pengurangan loading time dengan waktu
downtime mesin (non-operation time), dengan kata lain operation time adalah
waktu operasi tesedia (availability time) setelah waktu downtime mesin keluarkan
dari total availability time yang direncanakan. Downtime mesin adalah waktu
proses yang seharusnya digunakan mesin aka tetapi karena adanya gangguan pada
mesin/peralatan (aquipment failures) mengakibatkan tidak ada output yang
dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan
mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan
adjustment dan lain-lainnya.
19
2. Performance Efficiency
Performance afficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed
rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan
dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia yang melakukan
proses produksi (operation time).
Atau
Net operating time adalah waktu operasi mesin menghasilkan produk tanpa
adanya downtime pada tiap hari ( tiap bulan ).
Net operating time = Operating time – Speed losses
Faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan performance efficiency adalah
ideal cycle time, processed amount, operating time, dan speed losses.
3. Rate of quality product
Rate of quality product adalah rasio jumlah produk yang lebih baik
terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi rate of quality product adalah
hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut :
a. Processed amount (jumlah produk yang diproses)
b. Defect amount (jumlah produk yang cacat)
20
Dengan memasukkan keenam faktor yang terdapat dalam six big losses
dalam perhitungan OEE pada pertama kali umumnya perusahaan hanya
mempunyai tingkat OEE sekitar 50% sampai 60%, dengan kata lain pabrik hanya
menggunakan setengah dari potensi kapasitas efektivitas mesin/peralatan yang
mereka miliki.
Berdasarkan pengalaman perusahaan yang sukses menerapkan TPM dalam
perusahaan mereka nilai OEE yang ideal yang diharapkan adalah :
- Availability ≥ 90%
- Performancy efficiency ≥ 95%
- Rate of quality ≥ 99%
Sehingga nilai OEE ideal yang diharapkan adalah :
21
karena faktor tersebut berada pada urutan terdepan, terbanyak atau pun tertinggi
pada deretan sejumlah faktor yang dianalisa. Melalui dua diagram pareto yang
diperbandingkan, akan dapat dilihat perubahan seluruh/sebagian faktor-faktor
yang sedang diteliti.
2.8 Histogram6
Histogram merupakan diagram yang terdiri atas grafik balok dan
menggambarkan penyebaran / distribusi data – data yang ada.
5
________,1990.Buku Pedoman Astra Total Quality Control. Jakarta: PT. Astra International
6
Ibid
22
Manusia ( man ) Metde (method ) Material
Kualitas
Lingkungan Mesin (mahine)
( environment)
Sebab Akibat
Down Time
2,500
1,920
2,000
1,500
23
2.9 Teknik Sampling
Sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, dengan menggunakan tehnik sampling.
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan dignakan dalam penelitan, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Metode pengambilan sampel dikatakan ideal apabila
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1) Dapat memberikan gambaran yang representatif dapat dipercaya untuk semua
populasi.
2) Dapat menentukan presisi/tingkat ketelitian dari hasil penelitian.
3) Bersifat sederhana sehingga tidak sulit untuk dilaksanakan.
4) Dapat memberikan penjelasan sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal
mungkin.
24
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi
dianggap homogen. Pengambilan sampel dengan cara ini dapat dilakukan
dengan menggunakan bilangan random atau bilangan acak.
b. Proportionate Stratified Random sampling
Teknik dilakukan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional.
d. Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek
yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu
negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang
akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan
daerah populasi yang telah ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu
tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya
menetukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi :
25
a. Sampling sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu
diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap
saja, atau kelipatan dari bilangan tertenti, misalnya kelipatan dari bilangan
lima. Untuk itu maka yang diambil sebagai sampai adalah nomor 1, 5, 10,
15, 20, dan seterusnya sampai 100.
b. Sampling kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
c. Sampling insidental
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan,
maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau
penelitian tentang kondisi politik disuatu daerah, maka sampel sumber
datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan
untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi.
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
26
sampel jenuh adalah semua, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f. Snowball sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
27