Anda di halaman 1dari 4

Pengertian sejarah Gereja Indonesia

Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang
Sejarah, yaitu: pertama Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau);
kedua Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian
yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah yaitu Ilmu Sejarah/pengetahuan
atau uraian mengenai fakta tersebut).[1]
Kata gereja melalui kata Portugis igreja, berasal dari kata Yunani ekklesia.Selain itu
dalam bahasa Yunani ada satu kata lain yang gereja, yaitu kuriakon(rumah) Tuhan.
Inggris cruch dan Belanda krek berasal ari kata Yunani itu. Ekklesia berarti: mereka yang
dipanggil. Yang pertama dipanggil oleh Kristus ialah para murid, Petrus dan yang lain.
Sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta,
para murid itu menjadi “rasul”, artinya: mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam
dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah gereja Kristen.[2]
Sejarah Gereja Indonesia adalah kisah tentang aktifitas misionaris (misi) dan
respon orang-orang di Nusantara terhadap panggilan Yesus Kristus melalui pemberitaan
Injil oleh para misionaris (Nestorian di Barus, Gereja Katolik dari Eropa, zending dari
Belanda, dan Negara-negara lain), yang bermisi ke Nusantara pada abad ke 7 – 19.

B. Sejarah gereja Indonesia sejak 1930 – kini


1. Gereja-gereja Indonesia pada masa Jepang (1942-1945)
Gereja Kristen pertama kali dibawa Jepang mulai tahun 1549, dengan hasil besar. Tetapi
antara tahun 1614-1636 berlangsung penghambatan yang hampir melenyapkan agama Kristen
dari bumi Jepang. Negara itu menutup diri terhadap pengaruh-pengaruh dari luar dan melarang
para penyebar agama Kristen masuk. Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika memaksa Jepang
meniadakan larangan masuk bagi orang asing. Peristiwa itu kembali membuka pintu bagi para
pekabar penginjil.
Keadaan gereja-gereja di Indonesia pada permulaan masa Jepang, dapat digambarkan
sebagai berikut:
a. Pada umumnya orang Belanda yang menempati kedudukan penting sebagai badan-badan
pemimpin pusat, baik dalam perguruan tinggi teologi maupun dalam gereja.
b. Pelayan-pelayan di Indonesia sudah mulai ada ketua sinode. Bahkan di beberapa daerah mereka
menjabat pendeta resort (kedudukannya sama dengan kedudukan seorang zendeling/pendeta
bangsa Belanda).
c. Di bidang keuangan, gereja-gereja pada umumnya belum berdiri sendiri. Artinya adalah bahwa
gereja tersebut di subsidi oleh pihak zending (gaji para zendeling dan para guru injili), dan dari
pihak pemerintah (gaji guru-guru sekolah, gaji seluruh tenaga GPI). keuangan gereja (zending),
hal ini diurus oleh seorang Eropa.
d. Gereja harus menghadapi sendiri kejadian-kejadian yang menimpanya dan harus menentukan
sendiri kebijakan terhadap tindakan dan tuntutan orang Jepang.
e. Sikap orang Kristen terhadap para pemimpin gereja bangsa Belanda berbeda-beda. Di beberapa
gereja para zendeling masih dipandang selaku bapak maha tahu dan pelindung yang maha kuat
(khususnya yang sudah agak berumur atau yang tinggal di pedesaan).
Sebelum Jepang masuk, orang Eropa, termasuk pelayan para gereja dan zending,
menduga mereka akan dibiarkan akan meneruskan pekerjaannya. Sedangkan Jepang bermaksud
untuk melenyapkan pengaruh Barat dari masyarakat Indonesia.
Selain itu, mereka mengambil beberapa tindakan yang secara langsung/tidak langsung
menyangkut kehidupan intern gereja. Yang berpengaruh secara langsung ialah keputusan
Jepang supaya semua sekolah yang sebelumnya dikelola oleh zending dan misi, diserahkan
kepada pemerintah (1April 1943). Hal itu menunjukkan bahwa sekolah-sekolah itu tidak dapat
diberikan pengajaran agama. Mata pelajaran itu diganti dengan pengajaran “semangat Jepang”.
Di samping itu juga dilarang untuk mengadakan ibadah di gedung sekolah.
Pada permulaan masa Jepang, sebagian besar orang Kristen Indonesia sudah mengalami
kehidupan sebagai gereja mandiri, namun peranan orang Eropa dalam gereja-gereja itu masih
besar sekali. Pada masa perang, tindakan orang Jepang menghadapkan orang Kristen pada
tantangan yang hebat di bidang kerohanian, kepemimpinan, dan keuangan. Di tengah kemelut
itu muncul beberapa tokoh pemimpin yang memahami serta menjawab tantangan
itu. Kebanyakan penghantar jemaat dan orang Kristen lainnya yang meninggal dunia akibat
perbuatan oknum-oknum yang memusuhi agama Kristen. Lebih besar lagi jumlah orang Kristen
dan tenaga zending yang meninggal akibat tindakan Jepang. Selama masa Jepang, organisasi
gereja tidak dapat berjalan dengan lancar, tetapi kehidupan jemaat berlangsung terus dan
kesadaran jemaat bertambah besar.[3]
2. Gereja masa Kemerdekaan RI (1945-1950)
Pada waktu Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Maret 1945 maka
berakhirlah penindasan dan penjajahan Jepang atas Indonesia. Bersmaan dengan itu usaha dan
semangat bangsa Indonesia untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dan tanah
air sudah mencapai taraf kematangannya, yang berpuncak dengan Proklamasi kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun datangnya tentara Sekutu yang menggantikan Jepang,
kemudian disusul dengan kembalinya Belanda untuk menjajah lagi bangsa Indonesia, telah
mengakibatkan bentrok fisik yang berkembang menjadi Perang Kemerdekaan.
Dalam masa pendudukan Jepang gereja-gereja di Indonesia yang telah cukup matang
dipersiapkan di masa pendudukan Jepang sepenuhnya sadar bahwa perjuangan untuk
memperoleh kemerdekaan bangsa itu adalah tanggung jawab dan tugas seluruh rakyat
Indonesia. sehingga orang Kristen sebagai bagian integral dari bangsa ini sepenuhnya ikut pula
bertanggung jawab. Sejak semula, ketika diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia, orang
Kristen sepenuhnya sudah terlibat dalam perjuangan rakyat.[4]

3. Gereja yang bertumbuh/tinggal landas ( 1950-kini)

Alasan perhitungan pertumbuhan Gereja Indonesia oleh para ahli sejarah Gereja dimulai
sejak tahun 1950, karena sejak tahun itu terjadilah beberapa hal berikut ini yang nanti menjadi
ukuran pertumbuhan tersebut. Peristiwa-peristiwa itu, seperti:
1. Pembentukan Dewan gereja-gereja di Indonesia. Dewan gereja-gereja di Indonesia didirikan
pada tanggal 25 Mei 1950, bertepatan dengan perayaan Hari Raya Pentakosta. Anggota DGI
pada waktu itu berjumlah 29 denominasi, dan dalam perkembangan selanjutnya gereja-gereja
aliran Pentakosta pun menjadi anggota DGI atau sekarang PGI.
2. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia. Ada peristiwa yang berdampak pada pertambahan
anggota gereja tetapi ada juga peristiwa-peristiwa yang berdampak pada berkurangnya anggota
gereja.
Selain itu pertumbuhan Gereja sejak Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan masa
kini juga harus dilihat dari perjumpaan gereja Indonesia dengan pergumulan politik, dalam
pergerakan oikumenikal, dan sikap gereja di tengah masyarakat yang menganut agama lain. Ini
penting disinggung karena gereja Indonesia yang bertumbuh adalah Gereja Indonesia yang akan
berinteraksi dengan banyak pergumulan di Indonesia.

1. Diakonia (Pelayanan)
Pada poin ini, kamu diharuskan untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh
Gereja yang tujuan utamanya adalah melayani. Agar kegiatan pelayanan dapat sukses, kamu harus
bekerja sama dengan tim untuk menwujudkannya. Contoh tindakan pelayanan, antara lain:
 Membantu korban bencana alam
 Mengikuti kegiatan amal bagi saudara-saudara kita yang miskin, cacat, terlantar, dan butuh kasih
sayang
 Mencoba hidup bersama orang yang menderita penyakit kusta
Sudahkah kamu melayani sanak saudaramu? Walaupun terlihat kecil, namun hal tersebut sangat berarti
bagi mereka yang membutuhkannya. Ketiga contoh di atas harus kamu landasi dengan menumbuhkan
sikap empati, peduli, dan berhati ikhlas untuk menjalankan kegiatan sosial demi kepentingan seluruh
umat manusia. Matius 20:28 “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

2. Persekutuan (Koinonia)
ersekutuan berarti rela berbagi kepada sesama dalam suatu perkumpulan. Sebagai orang beriman, kita
senantiasa dipanggil untuk ikut dalam sebuah persekutuan untuk mempererat tali persaudaraan. Di
dalam persekutuan inilah kita bisa menampakkan kehadiran Yesus Kristus. Tali persaudaraan antara
kamu dengan umat yang lain bisa terjalin dengan Pengantaraan Kristus dalam Kuasa Roh Kudus-Nya.
Contoh kegiatan yang mencerminkan persekutuan, antara lain:
 Mengikuti kegiatan Pendalaman Iman (PA)
 Bergabung dalam muda mudi Gereja
 Bergabung pada perkumpulan lingkungan, ibu-ibu, bapak-bapak, dan orang lansia
1 Yohanes 1:3 “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu
juga, supaya kamu beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan
dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”

3. Pewartaan (Kerygma)
Mewartakan berarti membawa kabar gembira bagi seluruh umat manusia. Lukas 22:27 “Sebab siapakah
yang lebih besar: yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi
Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”
Berikut peran Gereja dalam pelayanannya sebagai perwataan dalam masyarakat :
 Misalnya, Katekese calon baptis, penerimaan Sakramen Tobat, Sakramen Krisma, Sakramen
Perkawinan, dan kegiatan pendalam iman.
 Dengan melakukan kegiatan pewartaan, kita sudah dapat dikatakan membantu umat Allah untuk
mendalami kebenaran Firman Allah.
 Dengan demikian, umat Allah bisa hidup kekal, tidak mudah goyah, dan tetap setia kepada pengajaran
Tuhan Yesus.
Matius 10:7 “Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.”
Sejarah Gereja adalah sebuah persekutuan yang hadir di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat
secara universal. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Gereja memiliki tugas pewartaan
dan berperan aktif untuk selalu memberikan nilai-nilai positif bagi umatnya. Nilai-nilai positifnya sudah
pasti masih sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Disini, Gereja dituntut untuk
memperlihatkan siapa dan bagaimana karakteristik Tuhan Yesus itu sendiri.

4. Lyturgia (Liturgi)
Dalam hidup menggereja, ibadah adalah sumber dan pusat untuk beroleh iman dalam Yesus Kristus.
Kegiatan Liturgi sering kita lakukan pada Hari Minggu, ketika kita beribadah di gereja. Sebagai umat
Kristiani, kita bisa mendalami iman melalui kegiatan liturgi di gereja. Doa, simbol, lambang, dan
perayaan di gereja merupakan bagian dari liturgi.
Contoh kegiatan liturgi di gereja, antara lain:
 Mengikuti tata ibadat pada Hari Minggu
 Ikut kegiatan paduan suara atau koor di gereja
 Menjadi putra dan putri altar
Dengan adanya persekutuan, kita sebagai umat manusia diharapkan bisa menyatu dengan umat yang
lainnya. Tidak melihat ras, suku, bangsa, dan latar belakangnya. Karena pada intinya, kita ingin bersatu
dengan mereka untuk mewujudnyatakan Kristus Yesus dalam kehidupan.
5. Martyria (Penginjilan)
Sebelum Tuhan meninggalkan dunia, Ia pernah berpesan kepada murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-
Nya dalam memberitakan Injil. Tugas inipun dilakukan oleh para murid. Kita selaku Anak Allah juga
dituntut untuk melakukan hal yang sama, yaitu menjadi Saksi Kristus di tengah-tengah masyarakat. Hal
ini dapat diwujudkan dengan menghayati karya keselamatan Tuhan dalam hidup kita. Cara pelayanan
Gereja sebagai peran didalam masyarakat majemuk:
 Beritakanlah injil kepada seluruh bangsa dan jadilah garam dan terang dunia di tengah-tengah
masyarakat. Berbuat baiklah agar kamu disenangi oleh orang-orang di sekitarmu.
 Mazmur 19:7 “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh,
memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.”
 Yesaya 8:20 “Carilah pengajaran dan kesaksian! Siapa yang tidak berbicara sesuai perkataan itu, maka
baginya tidak terbit fajar.”
Selaku Anak Allah, kita selelu dituntut untuk berbuat baik kepada sesama, sama dengan apa yang
dilakukan Gereja, dan yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus kepada kita. Ulangan 7:9 “Sebab itu
haruslah kau ketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian
dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai
kepada beribu-ribu keturunan.”

6. Perwujudan Iman
Iman adalah hubungan cinta kasih yang terjalin antara manusia dengan Tuhan. Untuk mengungkapkan
iman dan kepercayaan akan Yesus Kristus, kita bisa mewujudkan hal tersebut dalam bentuk
menyelenggarakan kegiatan sosial di Gereja. Disini, Gereja harus bisa menunjukkan dan
mempraktikkan bentuk pelayanan yang dilakukan Yesus selama Ia berada di dunia. Berikut bentuk
perwujudan iman dalam bentuk kesertaannya dalam peran Gereja:
 Tak hanya Gereja saja, kamu sebagai umat Tuhan juga dituntut untuk mewujudkan imanmu sebagai
bukti kalau kamu seorang Kristiani. Perwujudan iman ini bisa berupa penyerahan total kepada Yesus
Sang Juru S’lamat.
 Kamu harus selalu menyerahkan seluruh hidupmu kepada Tuhan, biarlah Ia yang selalu berkuasa atas
dirimu.
 Perwujudan iman juga haruslah disertai dengan hati yang tulus dan penghayatan akan iman kepada
Tuhan. Tanpa kedua hal tersebut, perwujudan iman sama saja kosong. Perwujudan iman harus
dibuktikan dalam tindakan nyata. Karena iman tanpa perbuatan hasilnya nihil.
Galatia 2:16 “Kamu tahu, bahawa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum
Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Yesus Kristus. Sebab itu, kami pun telah percaya kepada
Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan Hukum Taurat. Sebab tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan
Hukum Taurat.”

7. Pengungkapan Iman
Komunikasi adalah salah satu cara untuk mengungkapkan iman akan Kristus Yesus. Pengungkapan
iman bisa dinyatakan dalam bentuk yang khusus dan eksplisit, contohnya dalam pewartaan, pelayanan,
dan perayaan Ekaristi yang setiap kali diadakan di Gereja. Berikut cara peran Gereja dalam
mengungkapkan iman didalam masyarakat:
 Pengungkapan iman adalah bentuk dari penghayatan iman yang bisa kita dapatkan saat kita berada di
lingkungan masyarakat. Iman diungkapkan secara nyata, namun tidak secara kentara alias
memperlihatkan sikap dari iman.
 Rasa kepercayaan Gereja dalam memberitakan kesaksian dan kepastian tentang iman Kristus kepada
semua umat Kristiani dan seluruh masyarakat majemuk lainnya.
 Gereja akan serta aktif kepada masyarakat agar setiap masing-masing masyarakat bisa saling
memberikan rasa pengungkapan iman yang saling percaya dari hatinya untuk Tuhan
Selain itu untuk dari itu Gereja akan membentuk suatu Gereja yang luar biasa dan nyata dalam
pelayanan kasihnya terhadap masyarakat. Selain itu kita sebagai masyarakat juga harus saling tahu apa
peran kita sebagai masyarakat dalam menjalin hubungan dengan Gereja

Anda mungkin juga menyukai