Pengauditan II BAB 21 Kelompok 1
Pengauditan II BAB 21 Kelompok 1
PENYELESAIAN AUDIT
KELOMPOK : 1
Ruang EII1
NAMA : NIM
1. Dwiki Vernanda Krisnayana Putra 1607532022
2. Gede Wahya Dhiyatmika 1607532025
3. I Gede Dika Waisna Putra 1607532030
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
1. MELAKSANAKAN PENGUJIAN TAMBAHAN UNTUK PENYAJIAN DAN
PENGUNGKAPAN
Tujuan yang berhubungan dengan transaksi, tujuan yang berhubungan dengan saldo, dan
tujuan pengujian dan pengungkapan. Akan dibahas tiga tahap pertaman proses audit menjelaskan
bagaimana auditor merancang dan melaksanakan pengujian audit untuk memperoleh bukti yang
kuat untuk mendukung setiap kategori dari tujuan tujuan audit, auditor melakukan pendekatan
untuk memperoleh bukti untuk tujuan audit yang berhubungan penyajian dan pengungkapan,
konsisten dengan bagaimana mereka melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti untuk tujuan
audit yag berkaitan dengan transaksi saldo.
Utang bersyarat adalah kewajiban potensial kepada pihak luar di masa dating yang
jumlahnya belum diketahui yang merupakan akibat dari aktivitas yang terjadi sebelumnya. Utang
bersyarat yang material harus diungkapkan dalam catatan kaki laporan keuangan. Terdapat tiga
kondisi untuk keberadaan utang bersyarat, yaitu :
1. Terdapat potensi pembayaran kepada pihak luar atau pengurangan asset yang diakibatkan
oleh kondisi yang ada.
2. Terdapat ketidakpastian mengenai jumlah pembayaran atau penurunan aset di masa
mendatang.
3. Hasil akhirnya akan ditentukan oleh kejadian atau kejadian – kejadian di masa mendatang.
a. Perkara pengadilan akibat pelanggaran atas hak paten atau pelanggaran yang lainnya
b. Pajak penghasilan yang masih menjadi persoalan
c. Garansi produk
d. Utang wesel yang diskontokan
e. Jaminan atas utang pihak lain
f. Saldo belum digunakan dari letter of credit yang sedang berjalan
Tujuan utama auditor dalam memeriksa utang bersayara adalah menilai perlakuan akuntansi
atas utang bersyarat yang diketahui untuk memastikan apakah manajemen telah menggolongkan
kontingensi dengan tepat dan mengidentifikasi seberapa besar kemungkinan kontingensi yang
belum diidentifikasi oleh manajemen.
Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah terdapat
kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada kenyataannya lebih
sulit menemukan transaski yang tidak tercatat daripada melakukan verifikasi atas informasi yang
tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontijensi mereka akan melakukan evaluasi Materialitas
dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan
oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi :
a. Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis) tentang tercatatnya
kontijensi.
b. Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya atas
penentuan PPh.
c. Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi tuntutan
hukum atau kontijensi lainnya.
d. Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan dari
penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
e. Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
f. Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya
kontijensi.
g. Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi saldo yang terpakai
atau tidak.
Telaah peristiwa kemudian atau kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor
untuk menelaah transaksi dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan
apakah terdapat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada
laporan periode berjalan. Prosedur audit ini disyaratkan di PSA 46 (SA 560). Tanggung jawab
auditor atas telaah kejadian setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada
tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor
merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah kejadian
setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit.
a) Pernyataan kebangkrutan oleh pelanggan atas saldo piutang dagang yang beredar karena
kondisi keuangan pelanggan memburuk.
b) Penetapan proses litigasi pada nilai yang berbeda dengan nilai yang ditetapkan pada
pembukuan.
c) Penghentian aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi pada nilai di bawah nilai buku.
d) Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan.
Saat kejadian setelah tanggal neraca digunakan untuk mengevaluasi jumlah yang
dimasukkan dalam laporan keuangan akhir tahun, auditor harus memisahkan antara kondisi
pada tanggal neraca dan kondisi setelah akhir tahun.Informasi setelah tanggal neraca tidak
boleh dimasukkan dalam laporan jika keadaan yang menyebabkan perubahan nilai terjadi
setelah akhir tahun.
2. Kejadian yang tidak berdampak langsung pada Laporan Keuangan, tetapi memerlukan
pengungkapan.
Kejadian ini memberikan kondisi yang tidak terjadi pada tanggal neraca yang dilaporkan,
tetapi tidak signifikan namun tetap memerlukan pengungkapan meskipun tidak memerlukan
penyesuaian akun. Akun ini biasanya diungkapkan dengan penjelasan tambahan, tetapi
terkadang bisa cukup signifikan sehingga memerlukan pengungkapan pada laporan keuangan
tambahan (supplemental financial statements) yang memasukkan dampak kejadian seolah-olah
kejadian tersebut muncul pada tanggal neraca.
Kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca yang memerlukan pengungkapan,
bukan hanya penyesuaian dalam laporan keuangan, meliputi:
a) Penurunan nilai pasar atas sekuritas milik perusahaan untuk investasi sementara atau akan
dijual kembali
b) Penerbitan obligasi atau sekuritas ekuitas
c) Penurunan nilai pasar atas persediaan sebagai dampak dari tindakan pemerintah yang
membatasi penjualan produk
d) Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
e) Penggabungan usaha atau akuisisi.
b. Pengujian Audit
Prosedur audit untuk menelaah kejadian setelah tanggal neraca terbagi dalam dua kategori
yaitu:
1. Prosedur yang biasanya terintegrasi sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun.
Kategori ini meliputi pengujian pisah batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagiandari
pengujian perincian saldo.Misalnya auditor memeriksa transaksi penjualan danpembelian
setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah pisah batasnya akurat.Auditor juga menguji
tertagihnya piutang dagang dengan menelaah penerimaan kasperiode setelah tanggal neraca
untuk mengevaluasi penilaian cadangan kerugian piutangtidak tertagih.
2. Prosedur yang Dilakukan Khususnya untuk Menemukan Kejadian atau Transaksi yang harus
Diakui sebagai Kejadian setelah Tanggal Neraca.
Kategori pengujian kedua adalah pengujian yang khusus menyediakan informasi untuk
menguji saldo akun tahun berjalan atau penjelasan tambahan sebagai pengujian kelengkapan
untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Pengujian tersebut meliputi:
a) Tanya Jawab dengan Manajemen
Tanya jawab dengan pihak manajemen mengenai kejadian setelah tanggal neraca harus
dilakukan dengan pihak klien yang tepat untuk mendapatkan jawaban yang memadai. Tanya
jawab biasanya bervariasi pada masing-masing klien, tetapi biasanya ditujukan untuk
menemukan kewajiban kontijensi atau komitmen, perubahan signifikan atas atau struktur
modal perusahaan, status bagian-bagian yang belum diketahui dengan pasti pada tanggal
neraca, dan penyesuaian tidak lazim yang dilakukan setelah tanggal neraca.
b) Koresondensi dengan Pengacara.
Auditor berkorespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari pencarian kewajiban
kontijensi. Auditor biasanya meminta pengacara untuk memberikan tanggal dan
mengirimkan surat pada tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan untuk memenuhi
kewajiban auditor atas kejadian setelah tanggal neraca.
c) Telaah atas Laporan Internal yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Dalam menelaah laporan internal, auditor harus menekankan perubahan pada bisnis
perusahaan yang dibandingkan dengan hasilnya untuk periode audit dan perubahan setelah
akhir tahun.Mereka harus berhati-hati atas perubahan besar yang terjadi dalam bisnis atau
lingkunganr dimana klien beroperasi. Auditor harus membahas laporan intern dengan
manajemen untuk menentukan apakah laporan itu dibuat dengan dasar yang sama dengan
laporan periode berjalan dan melakukan tanya jawab mengenai perubahan signifikan atas
hasil operasinya.
d) Telaah atas Pencatatan yang Dibuat setelah Tanggal Neraca.
Auditor harus menelaah jurnal dan buku besar untuk menentukan keberadaan dan sifat dari
transaksi signifikan yang berhubungan dengan tahun berjalan. Jika jurnal tidak selalu
terbarui, maka auditor harus menelaah dokumen yang akan digunakan untuk menyusun
jurnal tersebut.
e) Pemeriksaan Notulensi Pertemuan Dewan Direksi setelah Tanggal Neraca.
Auditor harus memeriksa notulensi pertemuan pemegang saham dan pertemuan direksi atas
kejadian-kejadian setelah tanggal neraca yang memengaruhi pelaporan periode berjalan.
f) Permintaan Surat Representasi
Surat representasi dibuat oleh manajemen klien kepada auditor yang menyatakan adanya
perbedaan hal-hal selama masa audit, termasuk pembahasan mengenai kejadian setelah
tanggal neraca.Surat ini harus dibuat dan mencakup hal-hal lain yang penting.
1. Memperluas seluruh kejadian setelah tanggal neraca ke batas tanggal yang baru.
2. Membatasi telaah kejadian setelah tanggal neraca sehubungan dengan kejadian baru
setelah tanggal neraca.
Auditor mempunyai sedikit tanggung jawab akumulasi akhir yang dapat diterapkan untuk
seluruh siklus lain disamping penelitian atas kewajiban kontijensi dan menelaah peristiwa
kemudian. Pengumpulan bukti akhir dapat dilakukan melalui 5 jenis berikut, diantaranya:
a. Menekankan kepada manajemen bahwa mereka bertanggung jawab atas penilaian laporan
keuangan.
b. Mengingatkan manajemen atas potensi salah saji atau hal yang tidak dimasukkan dalam
laporan keuangan.
c. Mendokumentasikan jawaban dari manajemen atas tanya jawab mengenai berbaagai spek
dalam audit.
d. Mempertimbangkan Informasi yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar
Klien kadang-kadang memasukkan informasi tambahan di luar laporan keuangan dasar yang
dibuat untuk manajemen atau pengguna laporan dari luar.PSA 36 (SA 351) merujuk pada
informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai laporan keuangan dasar dalam
dokumen yang diserahkan oleh auditor. Beberapa jenis informasi tambahan informasi, yaitu:
Biasanya, auditor tidak melakukan audit terperinci yang memadai untuk menyesuaikan opini
atas informasi tambahan, tetapi dalam kondisi tertentu auditor dapat saja mengandalkan bahwa
informasi tersebut disajikan dengan wajar. Standar pelaporan profesi mensyaratkan auditor untuk
membuat pernyataan yang jelas mengenai tingkat tanggung jawab yang diambil atas informasi
tambahan ini. Dua jenis opini yang diperbolehkan: opini positif yang mengindikasikan tingkat
kepastian tinggi atau tidak memberikan pendapat yang mengindikasikan tidak ada kepastian.
Saat auditor menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan keuangan,
materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini terhadap laporan keuangan
dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan tidak seluas saat auditor menerbitkan opini
atas informasi yang diambilnya sendiri, seperti atas laporan akun atau bagian tertentu.
5. MENGEVALUASI AKHIR
Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk telaah untuk
kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir, auditor harus
mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan keseluruhan mengenai laporan
keuangan.
Evaluasi akhir atas kecukupan bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas
seluruh audit untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan
program audit untuk meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan
didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit dipenuhi. Kelima aspek dalam evaluasi hasil,
yaitu:
1) Bukti yang tepat dan memadai.
Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat dan
memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk menentukan apakah
seluruh hal material dari transaksi, akun dan pengungkapan sudah diuji secara memadai,
dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit. Bagian penting dalam telaah adalah
memastikan bahwa seluruh bagian dari program audit dilengkapi dengan akurat dan
didokumentasikandan seluruh tujuan audit terpenuhi.
Jika auditor memutuskan bahwa bukti yang memadai tidak terpenuhi dalam rangka
memutuskan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, maka mereka memiliki dua
pilihan mengakumulasikan bukti tambahan atau menerbitkan opini dengan pengecualian
atau tidak memberikan opini.
2) Bukti pendukung opini auditor.
Bagian penting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar adalah
mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit.Manakala auditor menemukan salah
saji yang material, neraca saldo harus disesuaikan untuk mengkoreksi laporan keuangan.
Auditor dapat mencatat jejak kekeliruan dan menggabungkannya dalam berbagai cara yang
berbeda, tetapi kebanyakan auditor menggunakan skedul audit salah-saji yang tidak
disesuaikan atau ikhtisar salah-saji yang mungkin.
Jika auditor percaya bahwa terdapat kecukupan bahan bukti tetapi tidak menjamin
kesimpulan mengenai penyajian laporan keuangan yang wajar, auditor sekali lagi
mempunyai dua pilihan: laporan harus direvisi hingga auditor puas atau memberikan
pendapat wajar tanpa syarat atau menolak untuk memberikan pendapat harus diterbtikan.
Setelah audit diselesaikan terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan auditor kepada
komite audit dan pihak yang berkaitan dengan tata kelola, diantaranya:
1) Pembahasan Tentang Kecurangan dan Tindakan Ilegal
PSA 32 (SA 316) dan PSA 31 (SA 317) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan
seluruh kecurangan dan tindakan illegal kepada komite audit dan kelompok lain yang
sejenis, meskipun tidak material. Tujuannya adalah untuk membantu komite audit dalam
melakukan tugas pengawasan atas laporan keuangan.
2) Pembahasan Tentang Kurangnya Pengendalian Internal
Auditor harus menyampaikan perihal kurangnya pengendalian internal dan kelemahan
material dalam desain atas pengoperasian pengendalian internal secara tertulis kepada pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola.
3) Pembahasan Hal Lainnya Kepada Komite Audit
PSA 48 (SA 380) mensyaratkan auditor untuk menyampaikan informasi tambahan yang
diperoleh selama audit kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, biasanya
adalah komite audit. Tujuan dari penyampaian ini adalah agar komite audit dan pihak lain
yang bertanggung jawab atas tata kelola mengetahui tentang informasi penting dan relevan
mengenai proses laporan keuangan dan memberikan kesempatan kepada komite audit untuk
membahas hal-hal penting dengan auditor.
4) Surat Manajemen (Management Letter)
Surat manajemen ditujukan untuk menginformasikan kepada klien mengenai
rekomendasi KAP (Kantor Akuntan Publik) guna meningkatkan bisnis klien. Rekomendasi
biasanya berfokus pada efisiensi pengoperasian perusahaan. Kombinasi antara pengalaman
auditor dalam berbagai area bisnis dan melalui pemahaman yang diperoleh dalam melakukan
audit membuat auditor dapat memberikan pengarahan kepada manajemen.
Setelah pengauditan selesai, auditor merasa perlu untuk mengirim surat ditunjukkan kepada
manajemen. Tujuan dari pengiriman surat tersebut adalah untuk member informasi kepada klien
tentang rekomendasi yang diberikan akuntan publik untuk perbaikan suatu bidang tertentu dalam
bisnis klien. Banyak akuntan publik membuat surat ditunjukkan kepada manajemen pada setiap
audit yang dilakukannya untuk menunjukkan kepada manajemen bahwa kantor akuntan publik
memberi manfaat tambahan kepada entitas yang diauditnya diluar jasa audit. Hal ini dimaksudkan
untuk meningkatkan hubungan baik dengan manajemen dan menawarkan jasa – jasa lain yang
dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik, seperti misalnya jasa di bidang perpajakan atau
bantuan manajemen lainnya.
REFERENSI
Jusup, Haryono Al. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.