Anda di halaman 1dari 11

Nama = Reyhan Saadi

Kelas = 1 KS 2
NIM = 221810557
No. Absen = 28

Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2010

80+
75-79
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
50000 40000 30000 20000 10000 00 10000 20000 30000 40000 50000

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Sensus Penduduk 2010. BPS

Piramida Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2015


80 ke atas
75-79 tahun
70-74 tahun
65-69 tahun
60-64 tahun
55-59 tahun
50-54 tahun
45-49 tahun
40-44 tahun
35-39 tahun
30-34 tahun
25-29 tahun
20-24 tahun
15-19 tahun
10-14 tahun
5-9 tahun
0-4 tahun
50000 40000 30000 20000 10000 00 10000 20000 30000 40000 50000

Laki-Laki Perempuan

Sumber: http://kependudukan.jogjaprov.go.id
Analisis Perkembangan data Piramida penduduk

1. Dasar piramida penduduk dari tahun 2010 ke tahun 2015 menjadi menyempit

Analisis:

Hal ini mungkin dikarenakan kematian bayi yang tinggi terjadi selama tahun
2012-2014. Dimana kematian bayi tahun 2012 yang telah dilaporkan sebanyak
112 bayi , tahun 2013 sebanyak 126 bayi, dan tahun 2014 sebanyak 119 bayi. Hal
ini banyak disebabkan oleh beberapa kasus penyakit diantaranya infeksi usus,
asphyxia, asma, diare, dan kelainan bawaan. Akan tetapi pelayanan kesehatan di
kabupaten bantul semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan lebih banyak-nya
penduduk kelompok umur 5-9 tahun di tahun 2015.

2. Penduduk berusia muda yang berumur 15-29 tahun mengalami penurunan, terlihat
dari grafik piramida penduduk yang menyempit dibandingkan tahun 2010.

Analisis:

a. Didasari fenomena banyak anak muda yang melakukan bunuh diri. Dilaporkan
dari situs berita tribun jogja bahwa angka kasus gantung diri di Kabupaten
Bantul, Yogyakarta tercatat mengalami peningkatan signifikan terutama pada
pemuda umur 20-an. Hal ini tentu saja secara tidak langsung dapat
mengurangi jumlah penduduk pada usia muda.
b. Angka kecelakaan sepanjang tahun 2015 meningkat. Hal ini tentu saja
sebagian besar bersumber dari remaja. Fenomena remaja dibawah umur yang
mengendarai sepeda motor untuk kegiatan sehari-hari menjadi penyebab
utama meningkatnya kecelakaan. Menurut Boedi Hariyanto, menjelaskan pada
tahun 2015 terjadi 1562 kecelakaan, meningkat dibanding tahun 2014
sebanyak 1333 kasus. Ini tentu saja penyebab tidak langsung berkurangnya
penduduk usia muda di tahun 2015.
c. Fenomena klitih dan tawuran yang terjadi sepanjang tahun 2014-2015 juga
menjadi penyebab turunya jumlah penduduk usia muda. Karena dengan
fenomena klitih ini angka kematian remaja semakin meningkat terutama
kalangan pelajar.
3. Jumlah penduduk usia lanjut mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2015.

Analisis :

a. Berdasarkan data yang dilaporkan dari Laporan Kinerja kabupaten bantul tahun
2014. Angka Indeks Pembangunan manusia mengalami peningkatan selama tahun
2011-2014 akhir. Hal ini juga berlaku dengan tingkat harapan hidup yang juga
meningkat seiring meningkatnya IPM. Tentu saja, dengan angka harapan hidup
yang meningkat, lebih banyak orang dewasa dapat bertahan sampai usia lanjut
dibanding tahun-tahun sebelumnya.
b. Adanya misi dari pemerintah bantul untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di
Bantul yaitu :
“Meningkatkan Kualitas Hidup Rakyat Menuju Masyarakat Bantul yang Sehat,
Cerdas, Berakhlak Mulia dan Berkepribadian Indonesia dengan Memperhatikan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi”.
Hal ini tentu saja berdampak langsung pada peningkatan harapan hidup di
kabupaten bantul.
c. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil publikasi BPS tentang Angka Harapan
Hidup. Di mana pada tahun 2014 -2015 akhir, AHH di semua kabupaten/kota se -
Provinsi D.I Yogyakarta mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan AHH menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat relatif
membaik yang memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup manusia.
Kepedulian tinggi dari pemerintah dan seluruh masyarakat sangat dibutuhkan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan . Hal ini tentu saja dapat menjadi
bukti bahwa lebih banyak penduduk yang dapat hidup sampai usia lanjut di tahun
2015
B. Keperluan analisa apa sajakah yang dapat dilakukan dengan adanya piramida
penduduk?
1. Untuk keperluan mengetahui data dan fakta yang sebenarnya dari komposisi
jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu. Misalnya, didapatkan banyak
penduduk yang dapat bertahan hidup hingga lansia. Hal ini menunjukkan fakta
bahwa, angka harapan hidup penduduk di wilayah tersebut meningkat serta
mungkin layanan kesehatan untuk penduduk pada saat itu lebih baik daripada
tahun-tahun sebelumnya.
2. Analisa dalam piramida penduduk dapat digunakan dalam memprediksi
maupun menentukan bagaimana arah kebijakan pembangunan yang dilakukan
pemerintah dalam kehidupan di masyarakat ke depanya. Fungsi ini didapat
karena pada dasarnya pembangunan atau kebijakan pemerintah selalu
bertujuan untuk kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
apapun kebijakanya, tentu saja pemerintah harus memperhatikan bagaimana
komposisi penduduk melalui data jumlah penduduk. Dalam hal ini dapat
dikaitkan dengan data yang disajikan melalui piramida penduduk.
3. Memberikan gambaran secara singkat tentang kondisi kependudukan di suatu
wilayah atau negara.
4. Mengetahui pergerakan pertumbuhan penduduk. Hal ini, akan mempermudah
bagi suatu pemerintah untuk menentukan berapa jumlah kematian ataupun
angka kelahiran dengan mudah.
C. Data Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta dal
Luas Wilayahnya
Tabel 1 :
Kabupaten/ Kota Luas (𝒌𝒎𝟐 ) Jumlah Penduduk (Ribuan Jiwa)
2010 2015
(1) (2) (3) (4)
Kulon Progo 586 389 412
Bantul 507 912 971
Gunung Kidul 1486 675 715
Sleman 575 1093 1166
Yogyakarta 32 389 412
Jumlah 3186 3457 3676

Sumber: Data SP 2010 dan SUPAS 2015, BPS DIY

Perhitungan Kepadatan Penduduk

 Perhitungan kepadatan penduduk dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut,


𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 =
𝐿 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝑘𝑚2 )
a. Kabupaten Kulon Progo
 Tahun 2010
389000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 663,8 ≈ 664
586

 Tahun 2015

412000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 703,071 ≈ 703
586
 Analisis
Kepadatan penduduk di kabupaten kulon progo pada tahun 2010 sebesar 664.
Hal ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 664 penduduk.
Sedangkan untuk tahun 2015 setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 703 penduduk.
b. Kabupaten Bantul
 Tahun 2010

912000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 1798,81 ≈ 1798
507

 Tahun 2015
971000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 1915,18 ≈ 1915
507

 Analisis
Kepadatan penduduk di kabupaten Bantul pada tahun 2010 sebesar 1798. Hal
ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 1798 penduduk. Sedangkan
untuk tahun 2015 setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 1915 penduduk.
c. Kabupaten Gunung Kidul
 Tahun 2010
675000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 454,23 ≈ 454
1486

 Tahun 2015
715000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 481,15 ≈ 481
1486

 Analisis
Kepadatan penduduk di kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2010 sebesar
454. Hal ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 454 penduduk.
Sedangkan untuk tahun 2015 setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 481 penduduk.
d. Kabupaten Sleman
 Tahun 2010
1093000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 1900,86 ≈ 1901
575

 Tahun 2015
1166000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 2027,82 ≈ 2028
575
 Analisis
Kepadatan penduduk di kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebesar 1901. Hal
ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 1901 penduduk.
Sedangkan untuk tahun 2015 setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 2028 penduduk.
e. Kota Yogyakarta
 Tahun 2010
389000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 12156,25 ≈ 12156
32

 Tahun 2015
412000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 12875 ≈ 12875
32

 Analisis
Kepadatan penduduk di kabupaten kota Yogyakarta pada tahun 2010 sebesar
12156. Hal ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 12156
penduduk. Sedangkan untuk tahun 2015 setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 12875
penduduk.
f. Provinsi Yogyakarta
 Tahun 2010
3457000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 1085,059 ≈ 1085
3186

 Tahun 2015
3676000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 = = 1153,79 ≈ 1154
3186

 Analisis
Kepadatan penduduk di kabupaten Gunung Kidul pada tahun 2010 sebesar
1085. Hal ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 1085 penduduk.
Sedangkan, untuk tahun 2015 setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 1154 penduduk.
D. Analisis Hasil perhitungan Kepadatan penduduk D.I.Yogyakarta
1. Melihat dari hasil perhitungan, Pemerintah wilayah kota Yogyakarta sudah
tidak mampu menampung kelebihan penduduk yang diakibatkan peningkatan
aktivitas ekonomi didaerah tersebut. Dampaknya terjadi perkembangan dan
perluasan kawasan pemukiman di kabupaten sebelahnya yaitu Sleman dan
Bantul.

2. Persebaran penduduk DIY sampai saat ini masih terpusat di Kabupaten


Sleman dan Bantul. Kedua kabupaten memiliki distribusi penduduk terbesar
dan cenderung meningkat. Secara proporsi, sebaran penduduk di Kabupaten
Gunungkidul dan Kulon Progo semakin menurun, meskipun dari populasinya
semakin bertambah. Ini terjadi karena laju pertumbuhannya lebih lambat
dibandingkan dengan Sleman dan Bantul.
Bukti Laju pertumbuhan

Tabel 2

Sementara, Kota Yogyakarta menjadi wilayah dengan populasi sudah jenuh,


bahkan cenderung berkurang akibat wilayah administasi yang terbatas untuk
pemukiman.
3. Kepadatan penduduk tertinggi tercatat di Kota Yogyakarta. Setiap 1 km2
wilayah Kota Yogyakarta dihuni 12.156 jiwa penduduk (SP 2010) dan 12875
pada tahun 2015 (SUPAS 2015). Tingginya kepadatan Kota Yogyakarta
terkait dengan luas wilayah kota Yogyakarta yang terbatas dan posisinya
sebagai pusat perekonomian dan pemerintahan kesultanan DIY. Kabupaten
Sleman dan Bantul menjadi daerah yang memiliki peningkatan kepadatan
penduduk tertinggi terlihat dari laju penduduk nya yang tinggi (Lihat Tabel 2).

4. Kepadatan penduduk DIY pada tahun 2010 tercatat sebesar 1.085 jiwa/𝑘𝑚2 . .
Hal ini berarti setiap 𝑘𝑚2 di suatu wilayah dihuni oleh 1085 penduduk.
Kepadatan penduduk ini menempati urutan ketiga secara nasional setelah DKI
Jakarta (14.469 jiwa/𝑘𝑚2 ) dan Jawa Barat (1.217 jiwa/𝑘𝑚2 ). Dibandingkan
dengan tahun 2000, kepadatan penduduk tahun 2010 meningkat sebesar 106
jiwa/𝑘𝑚2 . Hasil SUPAS 2015, kepadatan penduduk meningkat menjadi 1.154
jiwa/𝑘𝑚2 . Hal ini berarti, setiap 𝑘𝑚2 dihuni oleh 1154 penduduk.
Daftar Pustaka

a. Link
 http://www.tribunnews.com/regional/2015/10/29/gantung-diri-di-bantul-
meningkat-signifikan-karena-masalah-ekonomi-hingga-putus-cinta
 http://jogja.tribunnews.com/2016/01/10/jumlah-angka-kecelakaan-di-bantul-
sepanjang-2015-alami-peningkatan
 http://kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&periode=3&j
enisdata=penduduk&berdasarkan=golonganusia&rentang=5&prop=34&kab=0
2&kec=
 https://bantulkab.bps.go.id/
b. Buku dan Katalog
 Moertiningsih Adioetomo,Sri , Bulan Samosir, Omas. 2010. Dasar-Dasar
Demografi. Jakarta: Salemba Empat
 Badan Pusat Statistik (BPS).2015. Bantul Dalam Angka 2015. Yogyakarta
 Badan Pusat Statistik (BPS).2015. Kecamatan Bantul Dalam Angka 2017.
Yogyakarta
 Badan Pusat Statistik (BPS).2015. Kabupaten Bantul Dalam Angka 2018.
Yogyakarta
c. Data
 Badan Pusat Statistik (BPS).2010. Sensus Penduduk 2010. Jakarta
 http://kependudukan.jogjaprov.go.id/olah.php?module=statistik&periode=3&j
enisdata=penduduk&berdasarkan=golonganusia&rentang=5&prop=34&kab=0
2&kec=

Anda mungkin juga menyukai