Anda di halaman 1dari 17

SISTEM UTILITAS

“BAHAN BAKAR IDO ( INDUSTRIAL DIESEL OIL )”

DISUSUN OLEH:

Dynna Ardila Putri Mulya

(1707165522)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1 NON REGULER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVESTAS RIAU

2019
MINYAK DIESEL
Minyak diesel adalah bahan bakar jenis distilat yang mengandung fraksi-fraksi berat atau merupakan
campuran dari distilat fraksi ringan dan fraksi berat (residual fuel oil) dan berwarna hitam gelap, tetapi
tetap cair pada suhu rendah. Penggunaan minyak diesel ini pada umumnya untuk bahan bakar mesin
diesel dengan putaran sedang atau lambat (300–1.000 RPM) atau dapat juga dipergunakan sebagai bahan
bakar pembakaran langsung dalam dapur-dapur industri. Minyak diesel ini biasanya disebut juga
Industrial Diesel Oil (IDO) atau Marine Diesel Fuel (MDF).

1. Spesifikasi Minyak Diesel

BATASAN

METODE UJI
NO. KARAKTERISTIK SATUAN DIESEL 1 DIESEL 2

MIN MAX MIN MAX ASTM

1 Densitas pada 15 oC kg/m3 - 900 - 920 D 1298/ D 4052

2 Viskositas kinematik pada 40 oC mm2/dt 2,5 11,0 - 24,0 D 445

3 Titik Nyala PMcc o C 60 - 60 - D 93

4 Titik Tuang o C - 18 - 21 D 97

5 Micro Carbon Residue % m/m - 0,50 - 3,00 D 4530

6 Kandungan Abu % m/m - 0,02 - 0,05 D 482

7 Sedimen dengan Ekstraksi % m/m - 0,02 - - D 473

8 Kandungan Air % v/v - 0,25 - 0,30 D 95

9 Angka Setana - 35 - - - D 613

10 Kandungan Sulfur % m/m - 1,5 - 2,0 D 1552/ D 2622

11 Vanadium mg/kg - 100 - 100 AAS

12 Aluminium + Silikon mg/kg - 25 - 25 D 5184/ D AAS

13 Warna No. ASTM 6 - 6 - D 1500


a. Diesel fuel, terbagi atas:

1. Automotive Diesel Oil (ADO)


2. Induestrial Diesel Oil (IDO)
3. Automotive Diesel Oil (ADO)
- Nama Lain :
• High Speed Diesel (HSD)
• Gasoil
• Minyak Solar

- Motor Diesel
Menurut kecepatan putarannya, dikelompokkan menjadi 3 jenis :
• Motor diesel putaran tinggi : > 1000 rpm
• Motor diesel putaran sedang : 300 – 1000 rpm
• Motor diesel putaran rendah : < 300 rpm

- BBM untuk Motor diesel putaran tinggi :


Disebut juga High Speed Diesel ( HSD ) atau Automatic Diesel Oil ( ADO ) atau yang sering dikenal
dengan nama SOLAR. Solar merupakan fraksi gasoil (C14 -C20 ) dihasilkan dari proses pengolahan
minyak (distilasi atmosfir, Hydrocracker) mempunyai trayek titik didih 200 – 375 °C
Mutu bahan bakar solar ditentukan oleh beberapa macam sifat, yaitu :
• Sifat umum
• Sifat penguapan
• Sifat pembakaran
• Sifat mudah alir
• Sifat kebersihan
• Sifat pengkaratan

- Sifat umum
Sifat umum ditentukan dengan pemeriksaan :
• Specific gravity, ASTM D 1298
• API Gravity
Kegunaan specific gravity untuk dapat menghitung massa minyak bila volumenya telah diketahui maupun
untuk mengetahui ada tidaknya kontaminasi sehingga mengubah besarnya specificgravity
API Gravity diperoleh setelah specific gravity diketahui, persamaannya adalah sebagai berikut :

141,5
API Gravity at 60 °F = ────────── - 131,5
SG at 60/60 ° F

- Sifat penguapan
Ditentukan melalui pemeriksaan :
• Distilasi, ASTM D 86
• Flash point, ASTM D 93

- Distilasi, ASTM D 86
Kecepatan penguapan (Volatility) merupakan sifat yang penting dari bahan bakar cair terutama dalam
pembentukan campuran bahan bakar dan udara.
Apabila bahan bakar terlalu mudah menguap → campuran bahan bakar dan udara yang tidak sempurna
karena alasan-alasan sebagai berikut :
• Penguapan yang terlalu cepat dari butir-butir cairan dari bahan bakar akan menyebabkan jet dari injektor
mengandung udara uap hidrokarbon yang sangat tinggi, sehingga phase cairan dari bahan bakar yang
disemprotkan kedalam udara di ruang pembakaran akan sangat berkurang.
• Penguapan yang berlebihan didalam jet akan mengambil panas untuk penguapan dari udara sekelilingnya.
Sebaliknya bila campuran gemuk dengan fraksi-fraksi yang tidak mudah menguap maka campuran akan
memerlukan waktu penyalaan yang terlalu lama .Batasan minimum distilat yang tertampung pada 370 °
C adalah 95 % volume . Pada spec yang lama (1999), batasan minimum distilat yang tertampung pada
300 ° C adalah 40 % volume.

- Flash point, ASTM D 93


Suhu terendah dimana campuran uap minyak dan udara terbakar sesaat pada saat api pencoba
dilewatkan diatasnya pada kondisi pengujian.
Batasan minimal titik nyala (flash point) pada solar adalah : 60 ° C.
• Pengujian titik nyala sangat diperlukan berhubung dengan adanya pertimbangan-pertimbangan dari segi
keamanan terhadap bahaya kebakaran bahan bakar tersebut disimpan, ditransport atau selama dalam
tangki bahan bakar itu sendiri
• Titik nyala tidak berhubungan langsung dengan kinerja motor.

- Sifat pembakaran
Sifat pembakaran ditunjukkan oleh pemeriksaan :
• Angka Setana ( Cetane Number ), ASTM D 613
• Kalkulasi Indeks Setana, ASTM D 4737

- Angka Setana ( Cetane Number )


Kemampuan bahan bakar menyala dengan sendirinya (autoignition) dalam ruang bakar dari motor
diesel .Besarnya angka setana tergantung dari komposisi hidrokarbonnya .
Angka setana yang tinggi menggambarkan autoignition yang cepat dari bahan bakar motor diesel/ minyak
Solar .Batasan minimal Cetane Number solar adalah 48 .
Angka setana diukur dengan menggunakan : Mesin CFR F-5, ASTM D 613 Dengan bahan bakar
Reference campuran Cetane (N.Hexadecane = C16H34), dan Heptamethyl Nonane.

- Calculated Cetane Index


Merupakan parameter bila angka setana tidak diukur .Calculated Cetane Index diperoleh melalui
pembacaan nomograph, ASTM D 4737
Data yang diperlukan untuk perhitungan adalah :
-Boiling point pada distilasi ASTM D 86
-Density
Batasan minimal Cetane Index solar adalah 45

- Sifat mudah mengalir


Sifat mudah mengalir ditunjukkan oleh pemeriksaan :
• Kinematic Viscosity, ASTM D 445
• Titik tuang ( pour point ), ASTM D 97

- Kinematic Viscosity
Waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler karena gaya gravitasi
Viskositas sangat penting bagi bahan bakar minyak baik yang digunakan untuk bahan bakar motor diesel
maupun ketel-ketel uap, karena berpengaruh terhadap sistem pemompaan dan sistem injeksi artinya bahan
bakar harus mudah dipompakan dari tangki ke pompa injector .Selain itu bahan bakar harus mempunyai
sifat pelumasan yang juga tergantung pada viskositas .Untuk menjamin keadaan mekanik dari pompa
injektor dan nozzle dalam keadaan beroperasi atau berjalan..Batasan nilai viscositas pada bahan bakar
solar adalah 2,0 - 5,0 cst
Beberapa standard Viskositas :
• Kinematik diukur dalam centi Stoke
• Redwood I diukur dalam detik
• Saybolt Universal diukur dalam detik
• Engler diukur dalam oE (hasil bagi dari waktu mengalirnya minyak yang dimaksud dengan waktu
mengalirnya air 200 cc, pada suhu 20oC dengan Viscometer Engler).

- Titik tuang ( pour point )


Suhu terendah dimana minyak masih bisa mengalir apabila didinginkan pada kondisi
pengujian. Penentuan titik tuang sangat diperlukan sehubungan dengan adanya perubahan suhu selama
dalam penimbunan dan transportasi .Pada suhu yang dingin saringan bahan bakar dapat tersumbat oleh
kristal-kristal parafin yang sangat tipis yang terpisah dari pase cairan .Pada umumnya minyak Solar
mempunyai titik tuang yang lebih rendah dari suhu minimum dimana motor beroperasi .Batasan
maksimum titik tuang bahan bakar solar adalah 18 °C

- Garis besar pemeriksaan :


Sejumlah contoh dimasukkan kedalam test jar, kemudian dipanaskan sampai suhu 45
°C, atau 9°C diatas perkiraan titik tuang, contoh diamati setiap penurunan 3 °C sampai titik tuang
tercapai.

- Sifat kebersihan
Sifat kebersihan bahan bakar solar ditunjukkan oleh pemeriksanaan :
• Warna, ASTM D 1500
• Kadar air, ASTM D 95 / D 1744
• Sediment, ASTM D 473
• Ash content, ASTM D 482
• Carbon Residue, ASTM D 189 / D4530
• Particulate Contaminant, ASTM D 2276

- Warna, ASTM D 1500


• Warna dan kejernihan adalah suatu kontrol mencegah kemungkinan adanya kontaminasi oleh bahan
bakar yang lebih berat, atau air dan partikel-partikel lain
• Zat warna yang ditambahkan ke dalam minyak Solar dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik
dalam penjualan, mengidentifikasikan berbagai jenis (grade) minyak Batasan maximum warna pada solar
adalah 3.0.

- Kadar air, ASTM D 95


Kadar air dalam bahan bakar solar tidak diharapkan karena akan mempengaruhi sifat pembakarannya.
Batasan maximum kadar air pada solar adalah 0.05 % volume.

- Ringkasan metode Kadar air, ASTM D 95


Sejumlah contoh didistilasi secara reflux bersama dengan pelarut yang tidak bercampur dengan air,
dan tersuling bersama-sama dengan air yang terdapat dalam contoh. Uap yang terjadi diembunkan dan
ditampung dalam penampung yang berskala. Air yang ada akan mengendap dibagian bawah penampung.
Pemeriksaan dihentikan setelah volume airnya konstan.

- Sediment, ASTM D 473


Sediment yang berlebihan pada solar akan mengakibatkan pembuntuan pada nosle .Batasan maximum
sediment pada solar adalah 0.01 % berat.

- Ringkasan metode Sediment,ASTM D 473


Sejumlah contoh diekstraksi dalam thimble dengan menggunakan toluena. Pemeriksaan dihentikan
setelah berat residu dalam thimble konstan. Kandungan air dan sedimen di dalam minyak Solar dapat
mengganggu operasi motor dan menimbulkan korosi .Penentuan kandungan air dan sedimen dapat
digunakan untuk ketetapan perhitungan volume dalam penyaluran minyak Solar.

- Ash content, ASTM D 482


Analisa untuk mengidentifikasi adanya logam pada solar . Kadar abu itu sendiri adalah sisa-sisa minyak
yang ketinggalan setelah semua bagian yang dapat terbakar dalam minyak terbakar habis, bila ash ini
tinggal dalam dinding-dinding dan permukaan ruang bakar mesin dapat menimbulkan kerusakan pada
nozzle, disamping dapat menambah deposit dalam ruang bakar .Batasan maximum kadar abu pada solar
adalah 0.01 % berat.

- Ringkasan metode Ash content, ASTM D 482


Sejumlah contoh dalam mangkuk porselin dibakar sampai menyala hingga tinggal abu dan karbon.
Karbon dihilangkan dengan cara diuapkan pada furnace pada suhu 775 °C, dinginkan dan timbang.
- Conradson Carbon Residue ( CCR )
Ukuran kecenderungan terbentuknya deposit karbon dari bahan bakar .Deposit karbon yang terbentuk
harus dihindari sekecil mungkin karena arang atau karbon tersebut akan tetap membara meskipun mesin
sudah dimatikan dan juga terbentuk deposit secara terus menerus, deposit akan menjadi keras dan akan
mempercepat proses pengausan .Deposit karbon juga dapat menyumbat lubang penyemprotan atau
injektor-injektor dari mesin Diesel..Batasan maximum CCR pada solar adalah 0.1 % berat.
Ringkasan metode Conradson Carbon Residue, ASTM D 189
Contoh diambil dari 10 % bottom residu destilasi, timbang contoh pada mangkuk, kemudian bakar.
Residu yang tertinggal pada mangkuk ditimbang dan dihitung sebagai CCR.

- Sifat pengkaratan
Sifat pengkaratan ditunjukkan oleh pemeriksaan :
• Strong Acid Number, ASTM D 974 / D 664
• Total Acid Number, ASTM D 974 / D 664
• Sulfur content, ASTM D 1552
• Copper Strip Corrosion, ASTM D 130

- Strong Acid Number,ASTM D 974


Analisa yang bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa asam kuat dalam solar.

- Ringkasan methode Strong Acid Number, ASTM D 974


Sejumlah contoh diekstrak dengan air panas, dan hasil ekstraksinya dititrasi dengan KOH dengan
indikator MO ( Metil Orange ) .Bila larutan tidak berwarna pink atau merah, laporkan sebagai NIL.

- Total Acid Number,ASTM D 974


Analisa yang bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa asam kuat maupun lemah dalam solar.Batasan
max. Total Acid Number pada Solar adalah 0,6 mg KOH / ltr.

- Ringkasan methode Total Acid Number, ASTM D 974


Sejumlah contoh ditambah solvent titrasi ( toluene + Iso Propil Alkohol + Air ), kemudian dititrasi dengan
KOH Alkoholat dengan indikator p-Naphtholbenzein. Titik ekivalen ditunjukkan oleh perubahan warna
dari kuning orange menjadi hijau.
Perbedaan antara mesin yang berbahan bakar solar dengan mesin yang berbahan bakar mogas adalah
sebagai berikut :
• Mesin diesel tidak menggunakan nyala api busi, mesin motor bensin menggunakan nyala api busi.
• Pada motor bensin, yang dikompresikan adalah campuran bahan bakar + udara, pada mesin diesel yang
dikompresikan adalah udara tanpa bahan bakar.
Sifat utama bahan bakar Solar adalah :
• Mudah terbakar dengan sendirinya ( Self ignition )
• Mudah pengkabutannya ( Atomizing )

2. Industrial Diesel Oil (IDO)


Nama Lain :
• Iindustrial Diesel Fuel (IDF)
• Minyak Diesel
Motor diesel putaran sedang & rendah
Disebut juga solar hitam atau Industrial Diesel Oil (IDO), yang proses pembakarannya
menggunakan burner. Dipergunakan pada pembakaran pada dapur-dapur Industri, pembangkit
tenaga listrik, ketel uap dan untuk bunker kapal laut.
Karakteristik Industrial Diesel Oil :
• Sifat Umum
• Sifat Pembakaran
• Sifat Pengaliran
• Sifat Korosifitas
• Sifat Kebersihan
• Sifat Keamanan

- Sifat Umum
Sifat umum ditunjukkan oleh pemeriksaan
Spesifik Gravity, ASTM D 1298.
Semakin berat Spesifik Gravity, maka kekentalannya semakin tinggi. Spesifik Gravity dibatasi
min. 0,84 dan max. 0,92
Tujuan pemeriksaan density :
• Untuk perhitungan penjualan
• Mengetahui secara cepat terjadinya kontaminasi
• Perhitungan material balance dalam pengolahan
• Menghitung nilai kalori secara kasar

- Sifat Pembakaran
Untuk mengetahui jumlah panas yang dihasilkan sejumlah bahan bakar. Dari nilai kalorinya
dapat diperkirakan jumlah bahan bakar yang diperlukan.Nilai kalori dipengaruhi oleh jenis
senyawa hidrokarbon.
Pengujian sifat pembakaran dilakukan melalui :
Heat of Combustion ASTM D 240 yaitu menggunakan Bomb Calorimeter, atau
Calculation Heating Value ASTM D 4868, dengan basis density, kadar air, sulfur dan
ashcontent.Ada 2 macam panas pembakaran, yaitu :
▪ Gross Heating Value
Gross panas pembakaran adalah panas yang dihasilkan pada pembakaan sejumlah tertentu bahan
bakar dalam volume tetap dimana semua air dikondensasikan dalam bentuk cair.
▪ Net Heating Value
Net panas pembakaran adalah panas yang dihasilkan pada pembakaran sejumlah berat tertentu
bahan bakar pada tekanan 1 atm semua air dalam bentuk uap.

- Sifat Pengaliran
Untuk mengetahui sifat mengalirnya dilakukan melalui pemeriksaan :
• Viskositas, ASTM D 445
• Pour point, ASTM D 97

- Viskositas
Viskositas sangat menentukan dalam pengkabutan. Apabila viscositas terlalu encer maka
pengkabutan akan sukar terjadi .Viscositas dibatasi min 35 dan max 45 sec Redwood I.
- Pour point
Pemeriksaan pour point, untuk menentukan temperatur terendah IDO dapat disimpan dan
dipompa tanpa terjadi pembekuan pada tanki atau pipa .Pour point dibatasi max. 65 °F

- Sifat Korosifitas
Sifat korosifitas untuk mengetahui kemungkinan dapat menimbulkan kerusakan pada alat, karena
proses pengkaratan dalam penyimpanan dan transportasi. Pemeriksaan korositas dilakukan
melalui :
• Sulfur Content, ASTM D 1552
• Strong Acid Number, ASTM D 974

- Sulfur Content
Sulfur content, untuk mengetahui kandungan sulfur. Semakin tinggi kandungan sulfur, maka
semakin besar pula kecenderungan terbentuknya SO2 dan SO3 .Kandungan sulfur dibatasi max.
1,5 % wt.

- Strong Acid Number


Pemeriksaan Strong Acid Number, untuk menentukan asam kuat .Strong Acid Number dibatasi
max. Nil, karena adanya asam kuat sangat berperan dalam aktifitas korosi.

- Sifat Kebersihan
Kandungan kotoran selain dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan juga dapat
menimbulkan kebuntuan pada burner sehingga akan menganggu proses pembakaran.
Sifat kebersihan dilakukan dengan pengujian :
• Kadar air, ASTM D 95
• Residue Carbon Conradson, ASTM D 189
• Kadar endapan, ASTM D 473
- Kadar air
Dapat menyebabkan menurunnya kualitas pembakaran dan mempercepat proses pengkaratan,
karena selalu diikuti garam-garam yang dengan proses hidrolisa menyebabkan
pengkaratan.Kandungan air dibatasi max. 0,25 % vol.

- Residue Carbon Conradson


Uji CCR dilakukan untuk memperkirakan kecenderungan terbentuknya deposit selama proses
pembakaran, yang jika berlebihan akan menyebabkan kebuntuan pada burner .Kandungan CCR
dibatasi max. 1 % wt.

- Kadar endapan
Endapan yang terjadi berupa sejumlah garam yang terlarut dan lumpur asphaltik. Endapan ini
mengakibatkan korosi dan kebuntuan pada burner .Kadar endapan dibatasi max. 0,02 % wt.

- Sifat Keamanan
Pengujian sifat keamanan dilakukan untuk mengetahui kecenderungan timbulnya
kebakaran,sehingga dalam penanganannya tidak akan terjadi kebakaran pada keadaan dan
kondisi tertentu.Sifat keamanan dilakukan dengan pengujian : Flash point, ASTM D 93 dan Titik
nyala ( Flash point ) dibatasi min. 150 °F .
Sumber : SK. Peraturan Dirjen MIGAS No. 002/P/DM/1979, Tanggal 25 Mei 1979

3. Cara Pembuatan
Cara pengolahan minyak bumi hingga menghasilkan Diesel/Solar dengan Cara Destilasi
bertingkat:
Proses diawali dengan pencarian minyak bumi, lalu kalau sudah ketemu minyaknya dan
isinya cukup banyak, dilanjutkan dengan pemompaan. Tentunya prosesnya tak hanya dipompa
saja, setelah itu masih perlu pemisahan dengan air dan kotoran lainnya. Untuk sumur-sumur
yang sudah tua dan hasil minyak sudah menurun, perlu ditambahkan teknologi untuk mengambil
sisa-sisa minyak yang masih terperangkap di batu-batuan. Teknologinya disebut Enhanched Oil
Recovery bisa dengan penambahan uap panas, cairan surfaktan, gas Karbon Dioksida atau bahan
kimia lain. Kemudian minyak bumi diangkut ke pabrik pengolahan minyak bumi (kilang)untuk
dilakukan proses Destilasi Bertingkat.
Gambar 3.1. Minyak Bumi di Dalam Perut Bumi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran
pipa dalam furnace (tanur) sampai pada suhu kurang lebih 350°C. minyak mentah yang usdah
dipanaskan tersebut kemudian masuk ke dalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber
(biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan
tekanan dalam kolom maka dibantu dengan pemanasan dalam steam (uap air panas bertekanan
tinggi)

Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan
selanjutnya akan terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya
lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup
gelembung. Makin keatas, suhu yang terdapat pada kolom fraksinasi tersebut semakin rendah,
sehingga setiap kali komponen pada titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen
yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya
sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen pada suhu kamar berupa gas.
Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum kemudian dicairkan dan disebut LPG
(Liquified Petroleum Gas)

Gambar 3.2. Proses Destilasi bertingkat


Fraksi minyak mentah menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi paraffin, lilin, dan
aspal. Residu ini memiliki rantai karbon lebih dari 20.

Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain sebagai
berikut:

1. Gas
Rentang rantai karbon: C1 Sampai C5
Trayek didih: 0 sampai 50°C

2. Gasolin (Bensin)
Rentang Rantai karbon: C6 sampai C11
Trayek didih: 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah)


Rentang rantai karbon: C12 Sampai C20
Trayek didih: 85 sampai 105°C

4. Solar
Rentang rantai karbon: C21 Sampai C30
Trayek didih: 105 sampai 135°C

5. Minyak Berat
Rentang Rantai karbon: C31 sampai C40
Trayek didih: 135 sampai 300°C

6. Residu
Rentang rantai karbon diatas C40
Trayek didih: diatas 300°C
Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat,sehingga perlu pengolahan lebih lanjut yang meliputi
Cracking, Reforming, polimerisasi, dan Blending

Gambar 3.3. Menara Destilasi

4. Kelebihan Dan Kekurangan Mesin Diesel

Dibandingkan dengan engine bensin pada engine diesel mempunyai keuntungan dan
kerugian sebagai berikut:
Keuntungan :
1. Engine diesel mempunyai efesiensi panas yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa
penggunaan bahan bakarnya lebih ekonomis dari pada engine bensin.
2. Mesin diesel bisa lebih lama dan tidak memerlukan electric igniter. Hal ini berarti bahwa
kemungkinan kesulitan lebih kecil daripada engine bensin.
3. Momen pada engine diesel tidak berubah pada jenjang tingkat kecepatan yang luas. Hal ini
berarti bahwa engine diesel lebih fleksibel dan lebih mudah dioperasikan dari pada engine
bensin(Hal inilah sebabnya engine diesel digunakan pada kendaraan-kendaraan yang besar).

- Kerugian :

1. Tekanan pembakaran maksimum hampir dua engine bensin. Hal ini berarti bahwa suara dan
getaran engine diesel lebih besar.
2. Tekanan pembakarannya yang lebih tinggi, maka engine diesel harus dibuat dari bahan yang
tahan tekanan tinggi dan harus mempunyai struktur yang sangat. Hal ini berarti bahwa untuk
daya kuda yang sama, engine diesel jauh lebih berat dari pada engine bensin dan biaya
pembuatannya pun menjadi lebih mahal.
3. Engine diesel memerlukan sistem injeksi bahan bakar yang presisi. Dan ini berarti bahwa
harganya lebih mahal dan memerlukan pemeliharaan yang lebih cermat dibanding dengan engine
bensin.
4. Engine diesel mempunyai perbandingan kompresi yang lebih tinggi dan membutuhkan gaya
yang lebih besar untuk memutarnya. Oleh karena itu engine diesel memerlukan alat pemutar
seperti motor stater dan baterai yang berkapasitas lebih besar.

Tabel Perbandingan Diesel/Solar Dengan Fraksi Minyak Bumi lainnya

Fraksi Jumlah Atom C Titik didih Kegunaan


Gas C1-C5 0 sampai 50°C Sebagai LPG
Gasolin C6-C11 50 sampai 85°C Bahan Bakar motor
Kerosin C12-C20 85 sampai 105°C Bahan Bakar Pesawat dan
kompor
Solar C21-C30 105 sampai 135°C Bahan Bakar Mesin Diesel
Minyak Berat C31-C40 135 sampai 300°C Bahan Bakar Pemanas
Residu C Diatas 40 diatas 300°C Aspal

Anda mungkin juga menyukai