Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Q.S. FATHIR [35] AYAT 32

Disusun untuk menyelesaikan salah satu tugas mata pelajaran Qur’an – Hadits

Disusun Oleh:
 Ai Rohimah
 Euis Kartini
 Rina Nurhasanah
 Wisnu Gustira

MA AL-HIKMAH TALEGONG
Jalan Raya Pangalengan – Cisewu, Talegong – Garut Kode Pos 44167

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Tafsir Q.S. Al-Fathir 32”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Quran-Hadits .
Makalah ini di buat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini .
Oleh sebab itu saya mengundang pembaca untuk memberi saran serta kritik yang dapat
membangun saya agar dalam kesempatan berikutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Garut, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan dan Manfaat .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2


2.1 Ayat dan Mufrodat ............................................................................................. 2
2.2 Asbabun Nuzul ................................................................................................... 2
2.3 Munasabah Ayat ................................................................................................. 3
2.4 Tafsir .................................................................................................................. 4
2.5 Isi Kandungan .................................................................................................... 8
2.6 Keterkaitan Ayat dengan Makna Pendidikan ..................................................... 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 10
A. Saran .................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk
kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih
kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan
mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai
kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami
arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya. Hal tersebut sudah
dijelaskan didalam tafsir Al-Qur’an surat Al-Fathir ayat 32 yang memberikan penjelasan
kepada kita bahwa Al-Qur’an merupakan suatu karunia yang besar yang hanya diturunkan
untuk kita umat Nabi Muhammad SAW akan tetapi masoh banyak orang yang menyia-
nyiakan hal tersebut , banyak orang yang tidak mau menggunakan Al-Qur’an sebagai
pedoman hidupnya. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini kelompok kami akan membahas
tafsir surat Al-Fathir ayat 32 ini sebagai tambahan pengetahuan bagi teman-teman sekalian.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mufrodhat dari surat Al-Fathir ayat 32?
2. Bagaimana Asbabun Nuzul dari surat Al-Fathir ayat 32 ?
3. Bagaimana munasabah surat Al-Fathir ayat 32 dengan ayat sebelum atau sesudahnya?
4. Bagaimana Tafsir tekstual surat Al-Fathir ayat 32 ?
5. Bagaimana tafsir kontekstual surat Al-Fathir ayat 32 ?
6. Bagaimana makna pendidikan dari surat Al-fathir ayat 32 ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Memahami mufrodhat dari surat Al-Fathir ayat 32
2. Memahami Asbabun Nuzul dari surat Al-Fathir ayat 32
3. Memahami munasabah surat Al-Fathir ayat 32 dengan ayat sebelum atau sesudahnya
4. Memahami Tafsir tekstual surat Al-Fathir ayat 32
5. Memahami tafsir kontekstual surat Al-Fathir ayat 32
6. Memahami makna pendidikan dari surat Al-fathir ayat 32 ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ayat dan Mufrodhat


  
  
   
  
 
   
   

Artinya : kemudian kami wariskan kitab itu kepada orang-orang yang kami pilih diantara
hamba-hamba kami lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan
diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. Al-fathir
: 32)
Kemudian ‫ثم‬
Kami wariskan ‫اورثنا‬
Kitab (Al-qur’an) ‫الكتاب‬
Orang-orang yang kami ‫اصطفين‬
pilih
Hamba-hamba kami ‫عبادنا‬
Dzolim ‫ظالم‬
Diri sendiri ‫لّنفسه‬
Pertengahan ‫مقتصد‬
Lebih cepat ‫سابق‬
Kebaikan ‫بالخيرات‬
Dengan izin Allah ‫بِاذن هللا‬
Karunia ‫الفضل‬
Yang besar .‫الكبير‬

2.2 Asbabun Nuzul

2
Menjelaskan bahwa ummat muhammad telah dipilih oleh Allah untuk mewarisi
kitab suci Al quran. namun pada ayat yang 32 justru Allah melontarkan kritik terhadap
kondisi mereka dilapangan.

Umat muhammad yang bakal masuk surga dibagi menhajdi 3 golongan :


1. golongan masuk surga tanpa diproses hisab, karena masa hidupnya selalu kompetitif
dalam berbakti dan berbuat kebajikan.
2. golongan masuk surga yang melalui proses hisab yang mudah dan cepat, karena pada
masa hidupnya cukup kompetitif, tetapi masih suka meninggalkan yang sunah.
3. golongan masuk surga susulan. karena pada masa hidupnya tidak berjiwa kompetitif
dalam berbakti dan berbuat kebajikan, di samping banyak melakukan
kesalahan Penggolong Umat muhammad

2.3 Munasabah Ayat


Keterkaitan surat Al fathir ayat 32 dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 31
Pada ayat 32 terdapat kata-kata kitab, yang di maksud dengan kata kitab disini adalah
wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad yang mana hal itu menjadi
mukjizat beliau. Hal itu telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya yang mana Al-Qur’an adalah
suatu kitab yang menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya yang diturunkan kepada nabi-nabi
sebelumnya seperti kitab Zabur yang turun kepada nabi Daud , kitab Taurat kepada nabi
Musa, kitab Injil kepada nabi Isa. Dan kitab ini menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Pada ayat 31 telah di jelaskan bahwasanya Al-
Qur’an adalah sesuatu yang benar dan tidak ada kebohongan di dalamnya.
Keterkaitan surat Al fathir ayat 32 dengan ayat setelahnya yaitu ayat 33
Pada ayat 32 dijelaskan beberapa orang-orang yang menerima kitab dan mereka itu
dibedakan menjadi 3 golongan. Golongan pertama adalah golongan yang menzalimi diri
sendiri. Mereka adalah golongan yang ketika di dunia itu lebih banyak melakukan kesalahan
dari pada kebaikan. Golongan yang kedua ialah pertengahan yaitu orang yang kebeikan dan
keburukannya seimbang. Golongan yang tiga aalah orang yang lebih dahulu mendapatkan
kebaikan. Golongan ini adalah orang yang kebeikannya lebih banyak daripada keburukanya.
Dan pada akhirnya mereka itu akan masuk surga semua. Gambaran surga di sini dijelaskan
pada ayat 33 yang mana surga yang dimaksud adalah surga ‘Adn. Yang mana surga ‘Adn
digambarkan orang orang didalamnya menggunakan gelang-gelang yang terbuat emas dan

3
mutiara serta pakaian mereka terbuat dari sutera. Maksud dari ayat itu adalah banyak
kenikmatan kanikmatan yang akan mereka terima di sana.

2.4 Tafsir
2.4.1 Tekstual
Tafsir Al-misbah
Menurut tafsir Al-misbah, ayat ini menguraikan tentang mereka yang diwariskan
kepadanya pesan kitab suci itu. Ayat diatas menyatakan: kemudian setelah Kami wahyukan
kepadamu_wahai Nabi Muhammad pesan-pesan Kami yang kemudian terkumpul dalam satu
kitab, Kami wariskan kitab itu kepadaorang-orang yang sungguh-sungguh telah Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang mengaiaya dirinya sendiri, karena
kurang atau tidak memberi perhatian yang cukup terhadap pesan kitab suci itu dan di antara
mereka ada yang pertengahan yakni bersikap moderat,walau tidak mengabaikannya sama
sekali tetapi tidak juga berada pada puncak yang diharapkan dan di antara mereka adapula
yang berlomba lalu bersegera mendahului orang lain dalam berbuat kebajikan.Itu terlaksana
dengan izin Allah.Itulah dia bukan selainnya yakni kesegeraan melakukan kebaikan atau
pewarisan kitab suci merupakan karunia yang amat besar.
Pakar tafsir al-Qurthubi menilai ayat di atas sulit.Karena disatu sisi dinyatakan bahwa
Allah melakukan pilihan,dan disisi lain,dinyatakan pula bahwa ada diantara mereka yang
menganiaya dirinya sendiri.Tidak mungkin rasanya ada yang di pilih-Nya itu yang
menganiaya diri sendiri apalagi termasuk kelompok yang masuk neraka.
Ada sekitar 40 pendapat menyangkut perincian ayat ini.Intinya adalah ada yang
berpendapat bahwa ayat ini berbicara menyangkut ketiga kelompok manusia seperti yang
dibicarakan dalam Qs.Al waqiah[56]:7 yaitu Ashhab almaimanah,Ashhab al masy amah dan
Assabiqun.Dua anatara mereka masuk ke surga dan satu ke neraka.
Tetapi jika kata zhalimun li nafsihi dipersamakan dengan Ashhab al masy amah,maka
apakah ada di antara yang dipilih Allah itu yang masuk ke neraka.Padahal kata istafa berarti
mengambil dari sesuatu.Ia lebih istimewa daripada kata ihktara yang berarti memilih yang
baik karena istafa adalah memilih yang terbaik dari hasil pilihan yang baik itu.Selanjutnya
kata ‘ibadihi biasanya digunakan alquran bermakna hamba-hamba Allah yang taat atau yang
telah menyadari dosa-dosanya,berbeda dengan kata ‘abid yang digunakannya menunjuk
hamba-hamba Allah yang bergelimang dalam dosa serta enggan dalam bertobat.Selanjutnya
4
penggalan awal ayat mengesankan bahwa mereka adalah pilihan Allah,maka lanjutan ayat
mengesankan bahwa mereka adalah penghuni surga yang di hiasi dengan aneka hiasan.Itu
antara lain alasan yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang peringkat penghuni
surga.
Bagi yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang kelompok yang durhaka yang
bakal menghuni neraka,maka mereka tidak mempertimbangkan penghuni alquran terhadap
kata ‘ibad.Mereka memahaminya dalam arti hamba-hamba Allah,baik yang taat maupun yang
durhaka.Dari hamba-hamba Allah itulah yang Maha Kuasa memilih dua kelompok yakni
yang muqtashit dan yang sabiq bilkhoirot.Sedang yang tidak dipilih adalah yang dzolim.
Yang dimaksud dengan kata Al kitab pada ayat ini adalah Alquran.Demikian pendapat
mayoritas ulama’.Kitab itu di wariskan langsung oleh Allah kepada siapa yang
dipilihNya.Albiqhoi,mengajak pembaca untuk membandingkan ayat ini kami wariskan
dengan warisan kitab suci pada umat yang lain.Hal itu oleh Qs,al A’Raf 7:169 dilukiskan
dengan kata mawaritsu/mereka mewarisi.Anda dapat memperoleh pesan tentang perbedaan
umat yang lalu dan umat nabi muhammad saw.Dari perbedaan redaksi itu.Demikian al
biqhoi.Maksudnya umat yang lalu mewarisi al kitab melalui upaya mereka,sedang umat nabi
muhammad yang mewariskannya adalah Allah swt.Secara langsung.Tentu saja yang secara
langsung dari Allah keadaannya lebih mantab daripada upaya manusia.
Kata auratsna terambil dari kata waritsa yang berarti mewarisi yakni berpindah.Sesuatu
yang tadinya merupakan milik seseorang,lalu ia mati,maka bila milik tersebut berpindah
kepada orang lain,maka berpindah itu dinamai pewarisan.Makna kata ini berkembang
sehingga di gunakan juga dalam arti perolehan sesuatu tanpa upaya dari yang
memperolehnya.
Kata ‘ibadhina seperti dikemukakan di atas bermakna hamba-hamba Allah.Ada beberapa
pendapat tentang maknanya jika ia dipahami sesuai makna penggunaan alquran terhadap kata
tersebut yakni hamba-hamba Allah yang taat atau yang telah menyadari dosa-dosanya.Ada
yang menyatakan bahwa mereka adalah para nabi,atau kelompok bani israil yang disinggung
oleh firmanNya dalam Qs al Imron3:33 :sesungguhnya Allah telah memilih
adam,nuh,keluarga ibrahim dan keluarga imran atas seluruh alam.Ada lagi yang berpendapat
bahwa mereka adalah umat nabi muhammad saw.Atau anak cucu beliau dari keturunan
Fatimah ra.Karena mereka termasuk juga dalam keluarga nabi ibrahim as.Pendapat terakhir
inilah yang dipilih oleh thabatthabai’.
Ibn Asy’ur memahami penggalan ayat ini dalam arti Allah menjadikan mereka yang
dipilihNya itu menerima alkitab dari sisi Allah,atau kami perintahkan kaum muslimin
5
mewarisi alkitab yakni menerimanya dari Rasul saw.Al biqhoi memahami pewarisan kitab
suci itu dalam arti Allah mengambil dari kitab suci-suci yang lalu dan menyerahkannya
kepada umat nabi muhammad saw.sesuai dengan apa yang ridlaiNya untuk mereka.Pewarisan
tersebut tegasnya tidak harus dalam bentuk mewariskan semua isi dan kandungannya,tetapi
sebagian misalnya hanya al fatihah.Ini sudah cukup untuk dinamai telah mewarisi.Begitu
pendapat al biqhoi.
Banyak ulama memahami kata dzolimun li nafsihi dalam arti yang melakukan dosa dari
kaum muslimin,walaupun bukan berarti mereka itu terjerumus dalam dosa yang tidak di
ampuni oleh Allah swt.Sekian banyak ayat yang berbicara tentang hamba-hamba yang
menilai didinya dzolim.Adam as dan istri beliau misalnya berucap demikian (baca Qs al
A’raf 7:23).Sekian banyak juga ayat yang berbicara tentang orang-orang yang mendzalimi
dirinya lalu bertaubat sehingga di ampuni Allah (baca misalnya Qs an Nisa’ 4:110).Sekian
banyak juga riwayat yang mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kendati seseorang
yang dipilih itu dinamai oleh ayat ini dzalim li nafsihi,tetapi itu tidaklah berarti ia akan
terjerumus dalam neraka.Imam at tirmidzi melalui sahabat nabi saw.Abu said al khudri
meriwayatkan bahwa suatu ketika nabi saw.membaca ayat ini lalu bersabda:Mereka semua
dalam satu kedudukan dan semua didalam surga tetapi riwayat ini dinilai lemah.Riwayat lain
menguraikan bahwa umat ra membacanya lalu berkata:yang dzalim di antara kita di ampuni
Allah.Sahabat –sahabat nabi saw.Yang lain seperti usman bin affan,ibnu abu ad darda’,ibnu
mas’ud,uqbah ibnu amr.serta istri nabi saw.Aisyah ra.Kesemuanya berpendapat bahwa yang
dzalim li nafsihi juga merupakan penghuni surga.
Kata muqtashit terambil dari kata al qoshit yakni pertengahan.Almuqtashit adalah
seseorang yang bersungguh-sungguh menempuh jalan pertengahan/moderat.Kata sabiq
terambil dari kata as sabqu yakni berlomba.Kata sabiq adalah seseorang yang mencapai batas
yang dituju mendahului selainnya.
Kata al khoirot adalah kata bentuk kata dari khoir yakni kebajikan.Kata ini
mengisyaratkan bahwa ketiga kelompok yang disebut disini,kesemuanya mendambakan al
khoirot,hanya saja yang muqtashit dalam kebajikan itu ada yang dzalim li nafsihi atau
menganiaya dirinya dalam hal kebajikan,sehingga tidak melaksanakannya dengan
bersungguh sungguh atau baik.
Ulama banyak membahas perurutan penyebutan ketiga kelompok di atas.Semua sepakat
menyatakn bahwa di dahulukannya penyebutan sesuatu tidak berarti keutamaannya dibanding
dengan yang disebut sesudahnya(baca misalnya Qs al hasyr 59:20).Dimana penghuni neraka
disebut sebelum penghuni surga.Didahulukannya kata dzalim boleh jadi karena kelompok
6
inilah yang terbanyak.Atau untuk mendorongnya meraih lebih banyak lagi harapan,karen
yang bersangkutan tidak dapat mengandalkan sesuatu selain rahmat Allah,berbeda dengan al
muqtashit yang berserah diri kepada Allah dengan harapan amalnya dapat diterima dan
berbeda juga dengan yang banyak ketaatannya sebagai mana halnya yang sabiq bil
khoirot.Ja’far as shadiq berpendapat bahwa di dahulukannya penyebutan addzalim sebagai
isyarat bahwa dia tidak dapat mendekat kepada Allah kecuali berkat rahmat Allah dan
anugerahNya dan bahwa ke dzaliman yang mereka perbuat tidak berpengaruh pada
pemilihanNya selama ada inayah dan pertolongan Allah,setelah itu baru di sebut yang
muqtashit karena mereka berada di antara takut dan harapan,dan di akhiri dengan sabiq agar
jangan ada seseorangpun yang merasa aman dari ketetapan Allah.Betapapun semua akan
masuk ke surga berkat kalimat al ikhlas la ilaha illa allah muhammadur rasulullah.Demikian
dikutip oleh alkurtubi.Bisa jadi juga kata sabiq ditempatkan terakhir agar penyebutan mereka
dengan uraian masuk ke surga,guna mengisyaratkan bahwa mereka lah yang terdekat ke
surga sedang yang dzalim adalah penghuni surga yang terjauh darinya.Atau katakanlah
mereka berada ditengah surga sedang yang dzalim berada dipinggirannya.

2.4.2 Tafsir Kontekstual


  
  
   
  
 
   
   

Artinya : kemudian kami wariskan kitab itu kepada orang-orang yang kami pilih diantara
hamba-hamba kami lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan
diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Pada dasarnya semua manusia diberikan anugerah berupa potensi/pengetahuan oleh


Allah , akan tetapi tidak semua orang mempergunakannya dengan baik, ada yang menyia-
nyiakan pengetahuan itu sehingga kadangkala mereka merasa hidupnya tidak terarah, ada
juga yang kadang menyadari adanya pengetahuan adapula yang terkadang mengabaian, dan
yang terakhir mereka yang menyadari adana petunjuk / pengetahuan sehingga mereka dengan
segera memanfatkannya dengan baik. Dan beruntunglah mereka yang menyegerakan
7
kebaikan dalam hidupnya. Karena tidak semua orang dianugerahi pemikiraan seperti itu.
Adapun tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur’an itu akan dijelaskan
secara rinci :
1. Zalimun linafsihi ( mereka yang mendzalimi diri sendiri )
Golongan pertama (zalimun linafshihi) adalah orang-orang yang lebih banyak berbuat
kesalahan daripada kebaikannya. Mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk
daripada perbuatan baik. Mereka lebih sering meninggalkan perintah Allah daripada
menjalankan perintah Nya. Orang yang termasuk golongan ini menolak Al Qur’an dan
memilih jalan hidup yang lain. Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai
pedoman dalam menjalani kehidupan.
2. Muqtasid ( mereka yang pertengahan )
Golongan kedua (muqtasid) adalah terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sama
dengan keburukan yang di lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini
menjalankan perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya.Mereka mau menerima
Al Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, tetapi mereka masih banyak
melakukan kesalahan.
3. Sabiqun bilkhairat ( mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan )
Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat) terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat
banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk golongan ini adalah
orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya.
Mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah
mengerjakan apa yang di larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini
selalu menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah. Mereka
meninggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya dan menghindari yang subhat. Allah
SWT telah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya bagi golongan ini. Orang-
orang yang termasuk golongan ketiga ini merupakan golongan yang mendapat karunia
yang terbesar,selain itu juga mereka termasuk orang-orang yang beruntung karena
menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan menjalankan apa yang di
perintahkannya.Mereka melakukan perbuatannya dengan ikhlas karena Allah.Kelak
Allah akan membalas segala perbuatannya.

2.5 Isi Kandungan


 Allah mewariskan Al-Qur’an kepada manusia sebagai sumber informasi bagi
kehidupan
8
 Allah juga menganugerahkan manusia potensi/pengetahuan agar mampu mempelajari
seluk beluk Al-Qur’an
 Jadilah orang yang mensegerakan hal-hal yang baik seperti berlomba-lombalah dalam
mencari ilmu dan mengamalkan ilmu yang telah didapatkan tersebut.
 Jangan menjadi orang yang dholimun linafsih

Menurut Tafsir Jalalain.


Allah menurunkan Al-Qur’an kepada nabi muhammad melalui malaikat jibril dan dari
nabi muhammad hendaknya disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman untuk
berlangsungnya kehidupan, akan tetapi ada sebagian orang yang sembrono dalam
mengamalkan Al-Qur’an ada pula yang setengah-setengah dalam mengamalkannya akan
tetapi adapula yang beberapa orang yang yang selain mengamalkan Al-Qur’an mereka
juga mempelajarinya, mengajarkanna dan membimbing orang lain untuk mengamalkannya
. dan turunnya Al-Qur’an ini merupakan suatu karunia dari Allah yang seharusnya
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia.

2.6 Keterkaitan Ayat dengan Makna Pendidikan.


1. Hendaklah kita menjadi insan yang cermat yang selalu berusaha meninggalkan hal
yang dilarang agama.
2. Selalu mawas diri dari perbuatan yang dilarang agama.
3. Hendaklah menjadi insan yang berusaha mendahului melakukan amal kebaikan.
4. Menjadi seorang pendidik yang mewarisi suatu ilmu dengan baik pada peserta
didiknya.
5. Senantiasa berusaha dengan jalan mengamalkan ajaran yang ada dalam Al-Qur'an.
6. Berakhlak mulia dengan ilmu dan akal yang sesuai dengan ketentuan syariat.
7. Banyak beramal saleh dan menghindari hal-hal yang tidak berguna terlebih maksiat.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari tafsir QS. Al-Fathir ayat 32 adalah sebagai berikut :
1. Dari tafsir ayat tersebut kelompok kami menemukan tema yaitu “tingkatan-tingkatan
orang yang menerima Al-Qur’an”
2. Sedangkan pada asbabun nuzulnya, masih belum diketahui secara pasti sebab-sebab
turunnya ayat ini, Allah pada firmannya hanya menyebutkan tingkatan-tingkatan orang
yang yang telah dipilih untuk mendapatkan karunianya yakni berupa Al-Qur’an
3. Munasabah
Hal itu telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya yang mana Al-qu’an adalah suatu kitab
yang menyempurnakan kitab kitab sebelumnya yang diturunkan kepada nabi-nabi
sebelumnya seperti kitab Zabur yang turun kepada nabi Daud , kitab Taurat kepada nabi
Musa , kitab Injil kepada nabi Isa. Dan kitab ini menjadi pedoman bagi seluruh umat
manusia dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Pada ayat 31 telah di jelaskan
bahwasanya Al-qur’an adalah sesuatu yang benar dan tidak ada kebohongan di dalamnya
4. Tafsir tekstualnya
Ada sekitar 40 pendapat menyangkut perincian ayat ini.Intinya adalah ada yang
berpendapat bahwa ayat ini berbicara menyangkut ketiga kelompok manusia seperti yang
dibicarakan dalam Qs.Al waqiah[56]:7 yaitu Ashhab almaimanah,Ashhab al masy amah
dan Assabiqun.Dua anatara mereka masuk ke surga dan satu ke neraka.
5. Tafsir kontekstual
Pada dasarnya semua manusia diberikan anugerah berupa potensi/pengetahuan oleh
Allah , akan tetapi tidak semua orang mempergunakannya dengan baik, ada yang
menyia-nyiakan pengetahuan itu sehingga kadangkala mereka merasa hidupnya tidak
terarah, ada juga yang kadang menyadari adanya pengetahuan adapula yang terkadang
mengabaian, dan yang terakhir mereka yang menyadari adana petunjuk / pengetahuan
sehingga mereka dengan segera memanfatkannya dengan baik. Dan beruntunglah mereka
yang menyegerakan kebaikan dalam hidupnya. Karena tidak semua orang dianugerahi
pemikiraan seperti itu
6. Sedangkan pada relevansi ayat dengan makna pendidikan yakni
 Hendaklah kita menjadi insan yang cermat yang selalu berusaha meninggalkan hal
yang dilarang agama.
10
 Selalu mawas diri dari perbuatan yang dilarang agama.
 Hendaklah menjadi insan yang berusaha mendahului melakukan amal kebaikan.
 Menjadi seorang pendidik yang mewarisi suatu ilmu dengan baik pada peserta
didiknya.
 Senantiasa berusaha dengan jalan mengamalkan ajaran yang ada dalam Al-Qur'an.
 Berakhlak mulia dengan ilmu dan akal yang sesuai dengan ketentuan syariat.
 Banyak beramal saleh dan menghindari hal-hal yang tidak berguna terlebih maksiat.

3.2 Saran
Setelah kita memahami dari bahasan tentang pokok dan isi kandungan Q.S. Al-
Fathir ayat 32, maka kami menyarankan untuk menerapkannya dalam kehidupan kita.
Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya. Amin

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/19766187/Makalah_PAI_QS_Faathir_32
https://risalahmuslim.id/quran/faathir/35-32/
http://megasholihah33.blogspot.com/2015/07/pengertian-dari-surat-al-fathir-ayat-32.html
https://firstapurnamasari12.wordpress.com/2015/11/10/terjemahan-dan-isi-kandungan-quran-
surat-fathir-ayat-32/
http://dedi-smk.blogspot.com/2012/12/kandungan-surah-fatir-32-perilaku-yang.html
http://maximusrama90.blogspot.com/2014/08/isi-kandungan-surat-fatir-ayat-32-33.html
http://hadieven.blogspot.com/2012/05/isi-kandungan-al-quran-surah-fatir-ayat.html
http://islamkabar.blogspot.com/2015/05/penjelasan-al-quran-surat-al-fatir-ayat-32.html

Al- Maraghy Mustafa , 1980 , Tafsir Al- Maraghy . Semarang : CV. Toha Putra
Imam Jalaluddin Al-Mahalli , 2003 , Tafsir Jalalain . jakarta : Sinar baru Algensindo
Malik Abdul, 1988, Tafsir Al-Azhar . Jakarta : Pustaka Panjimas
Shihab M Quraish, 2002, Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati
Universitas Islam Indonesia, 2004, Tafsir dan Al-Qur’an. Jogjakarta : PT Dhana Bakti Wakaf
http://hbis.wordpress.com/2008/12/16/petunjuk-al-qur’an-tentang-kompetisi-dalam-
kebaikan/ diakses pada tanggal 25-11-2014 jam 15.45

12

Anda mungkin juga menyukai