Anda di halaman 1dari 1

Apeiron

Merupakan prinsip terakhir yang tidak dapat diamati oleh panca indera dimana
dapat memberikan pengertian mengenai kejadian-kejadian dalam alam semesta.
Prinsip ini merupakan buah pemikiran dari seorang filsuf Yunani yang terkenal
yaitu Anaximandros, yang menurutnya, prinsip terakhir itu ialah to apeiron:” yang
tak terbatas”(peras=batas). Apeiron itu bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan dan
meliputi segalanya.(Bertens,1999:36)

Dengan anggapan unsur api, air, udara dan bumi saling berbenturan dan membentuk
senyawa, Anaximandros mulai berpikir lebih dalam lagi mengenai faktor lain yaitu
Apeiron sebagai unsur lain yang berupa hal-hal yang saling bertentangan, yaitu
“Dari Apeiron, keluar bermula Yang Panas dan
Yang Dingin. Yang panas membalut yang dingin ,
sehingga yang dingin itu terkandung didalamnya.
Sebab itu yang dingin menjadi bumi. Dan dari yang
dingin itu timbul pula yang cair dan yang beku
sebagai dua belah yang bertentangan. Api yang
memalut yang bulat tadi pecah pula, dan pecahan-
pecahannya itu berputar-putar seperti jalan roda.
Karena perputarannya itu timbullah di antaranya berbagai lubang. Pecahan-pecahan
api itu terpisah-pisah, dan menjadi matahari, bulan dan bintang. Bumi ini bermula
dibalut oleh uap yang basah. Karena ia berputar, yang basah tadi menjadi kering
berangsur-angsur. Akibatnya tinggallah sisa uap yang basah itu sebagai laut pada
bumi”(Moh.Hatta, 1980). Dari prinsip di atas, kemudian munculah elemen-elemen
yang ada di alam semesta, tapi semua itu masih dikendalikan oleh gerak abadi,
sehingga muncul siklus menurut kejadian, yang semuanya taat pada tatanan waktu.

Referensi

Bertens,K.1999.Sejarah Filsafat Yunani.Yogyakarta:KANISIUS

Moh. Hatta,1980. Alam Pikiran Yunani. Jakarta:Tintamas

Anda mungkin juga menyukai