Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak

belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak

melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga

(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah

lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan

bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan

berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga

merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu

dengan yang lain.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan

yaitu sebagai berikut :

1 Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara, dan

membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga (Mubarak, dkk

2009).

2 Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan kedewasaan

kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas pada keluarga

(Mubarak, dkk 2009).

3 Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-

norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan

meneruskan nilai-nilai budaya (Mubarak, dkk 2009). Fungsi sosialisasi adalah

fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai

sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi (Setiawati, 2008).

4 Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dimana yang akan datang (Mubarak, dkk 2009). Fungsi

ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan (Setiawati, 2008).

Universitas Sumatera Utara


5 Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa serta

mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembanganya (Mubarak, dkk 2009).

2.1.3 Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga dapat melaksanakan perawatan atau

pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu

sebagai berikut :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan.

Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh

anggota keluarganya. Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota

keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau

orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahanya.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan di antara

Universitas Sumatera Utara


anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah

tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan

tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau

teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil

keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di

lingkungan tempat tinggalnya.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga

masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat

dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga

telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan

pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi

anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu yang

lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena

itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota

keluarga.

Universitas Sumatera Utara


5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi

atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah

yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari

segala macam penyakit.

2.1.4 Peran Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu sistem (Mubarak,dkk. 2009).

Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen,

yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam

situasi sosial tertentu (Mubarak,dkk. 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku

spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran

keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu

dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok

dan masyarakat (Setiadi, 2008).

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-

masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman

bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

Universitas Sumatera Utara


sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi

keluarga yaitu peran formal dan peran informal.

1 Peran Formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah

perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran

secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi

peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya

suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah

dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah

tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi,

memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik

(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

2 Peran Informal kelurga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga

keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain :

Universitas Sumatera Utara


a. Pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan

mendorong, memuji, dan menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia

dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran

mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan.

b. Pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat

diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

c. Inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru

atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.

d. Pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat

diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.

e. Pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam

memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota

keluarganya.

f. Perawaatan keluarga adalah peran yang dijalankan terkait merawat

anggota keluarga jika ada yang sakit.

g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan

memonitori kemunikasi dalam keluarga.

h. Poinir keluarga adalah membawa keluarga pindah ke satu wilayah asing

mendapat pengalaman baru.

Universitas Sumatera Utara


i. Sahabat, penghibur, dan koordinator yang berarti mengorganisasi dan

merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat

keakraban dan memerangi kepedihan.

j. Pengikut dan sanksi, kecuali dalam beberapa hal, sanksi lebih pasif. Sanksi

hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.

2.2 Konsep Belajar


2.2.1 . Belajar
Menurut Alimul (2002) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungan maksudnya adalah terjadi perubahan tingkah

laku, memfokuskan pada interaksi individu dengan lingkungan karena dalam

interaksi akan teruji pengalaman belajar dan ada perubahan sikap dan tingkah

laku. Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar,

seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan

semua alat indranya dan ditimbulkan atau dirubah melalui praktek dan

pengalaman ( Soemanto, 2006).

Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan

belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga

tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak

lain adalah hasil dari belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita

pelajari. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar

berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk

perbuatan untuk mencapai suatu perbuatan (Soemanto, 2006). Sedangkan menurut

Slameto (2003) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

Universitas Sumatera Utara


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamanya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar

merupakan suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan

latihan (Hamalik, 1983). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Djamarah, 2008).

2.2.2 Gaya Belajar

Gaya belajar adalah suatu cara untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan

di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi untuk menyerap dan

mengelolah informasi dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih

mudah dengan gaya belajar sendiri ( Deporter, 2000).

Menurut Rita Dunn banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar

seseorang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan

lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan efektif bila cahaya yang

digunakan terang, sedangkan sebagian lagi dengan pencahayaan yang suram ada

yang dapat belajar secara berkelompok, sedang yang lain memerlukan figur

otoriter seperti orang tua, dan yang lain merasa bahwa belajar sendiri yang paling

efektif bagi mereka. Sebagian orang lagi memerlukan musik dan lingkungan

belajar yang rapi dan teratur ( Deporter, 2000).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Soemanto (2006) lingkungan banyak memberikan pengalaman pada

individu. Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi proses

belajar yang bersangkutan, terutama dalam transfer belajar.

Pada pengalaman belajar ada tiga macam gaya belajar dengan menggunakan

modalitas indra yang mempengaruhinya antara lain (Deporter, 2010) :

1 Visual yaitu dalam belajar dengan menggunakan fungsi indra penglihatan,

yang diciptakan maupun diingat dengan menggunakan gambar, warna.

Seseorang yang visual bercirikan teratur, memperhatikan segala sesuatu,

menjaga penampilan, mengingat dengan menggambar, lebih suka membaca

dari pada dibacakan, dan mengingat apa yang dilihat.

2 Auditorial yaitu dalam belajar dengan jenis bunyi-bunyian dan kata-kata

yang diciptakan maupun diingat. Seseorang yang auditorial bercirikan

berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan,

menggerakkan bibir atau bersuara saat membaca.

3 Kinestetik yaitu belajar dengan menggunakan segala jenis gerak dan

sentuhan. Seseorang yang kinestetik bercirikan menyentuh orang dan berdiri

berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan menunjuk tulisan saat

membaca, dan mengingat sambil bejalan dan melihat.

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor internal yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada

diluar individu sebagai berikut:

1. Faktor-faktor internal

Dalam faktor internal terdapat tiga faktor, yaitu: faktor jasmani, faktor

psikologis, faktor kelelahan

a. Faktor jasmani

1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagianya

bebas dari penyakit. Kesehatan berpengaruh terhadap belajar. Proses

belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu, selain itu juga

ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk dan

badanya mudah lelah. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus

mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu

memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,

tidur, makan, olah raga, rekreasi dan ibadah.

Universitas Sumatera Utara


2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang

sempurna mengenai tubuh. Siswa yang cacat akan mengalami gangguan

dalam belajarnya. Jika hal ini terjadi, hendknya anak belajar pada lembaga

pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau

mengurangi pengaruh kecacatanya.

b. Faktor psikologis

Pada faktor psikologis ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain:

1) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan

cepat. Inteligensi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa

tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin

hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap

bahan yang dipelajarinya, jika bahan yang tidak menjadi perhatian akan

timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. Agar anak dapat

Universitas Sumatera Utara


belajar dengan baik usahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian

dengan cara mengusahakan pelajaran itu sebagai hobi atau bakatnya.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

menerus yang disertai rasa senang dan diperoleh rasa kepuasan. Sehingga

minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.

4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar yang baru akan terealisasi menjadi

kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran

sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang

belajar dan pastilah selanjutnya akan lebih giat lagi dalam belajarnya.

5) Motif

Motif erat hubunganya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses

belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat

belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan

perhatian, perencanaan dan melaksakan kegiatan yang berhubungan

dengan belajar. Dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan

yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana

alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

Dengan kata lain anak yang sudah siap belum dapat melaksanakan

kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan untuk memiliki kecakapan

itu tergantung dari kematangan dan belajar.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.

Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan yang berarti kesiapan untuk melaksanakanya.

c. Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah dan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan

untuk menghasilkan sesuatu hilang dan mengerjakan sesuatu dengan

terpaksa dan tidak sesuai bakat, minat dan perhatianya.

Universitas Sumatera Utara


2 Faktor-Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar, dapat

dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu:

a. Faktor keluarga

Anak yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang

tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi keluarga.

1) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap

belajar anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama. Orang tua yang kurang memperhatikaan pendidikan anaknya,

misalnya mereka acuh terhadap belajar anaknya, tidak mengatur waaktu

belajarnya, tidak melengkapi alat belajarnya, tidak mau tau bagaimana

kemajuan anak, kesulitan-kesulitan yang dialami anak dan orang tua yang

terlalu memanjakan anak adalah cara yang mendidik yang tidak baik

sehingga anak tidak berhasil dalam belajarnya.

2) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang penting adalah relasi orang tua dengan

anaknya. Selain itu relasi dengan saudarnya dan anggotaa keluarga yang

lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi ini adalah hubungan

Universitas Sumatera Utara


penuh kasih sayang dan perhatian. Relasi antar anggota keluarga sangat

erat kaitanya dengan cara orang tua mendidik.

3) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan dengan situasi atau kejadian-kejadian yang

sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak

dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan

tentram sehingga menyebabkan anak betah tinggal dirumah, anak juga

dapat belajar dengan baik . Tetapi jika suasana rumah yang terlalu banyak

penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, pertengkaran antar

anggota keluarga dapat menyebabkan anak menjadi tidak betah di rumah.

4) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak

yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya

makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas

belajar seperti ruangan belajar, peralatan menulis. Fasilitas belajar itu

hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak

hidup dalam keluarga yang miskin maka kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu dan anak belajar anak

terganggu. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan

anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi rendah,

justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya

sukses. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai

Universitas Sumatera Utara


kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang

dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatianya

kepada belajar.

5) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu perhatian dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Terkadang

anak merasa tidak bersemangat untuk belajar disinilah orang tua wajib

memberikan pengertian dan mendorongnya, membantu kesulitan yang

dialami anak di sekolah.

6) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap

anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siwa dan siswi, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode

belajar dan tugas rumah (Slameto, 2003).

Universitas Sumatera Utara


c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap

belajar anak. Pengaruh itu terjadi karena anak dalam masyarakat tentang

kegiatan anak dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk

kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto,

2003).

2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif

Menurut Slameto (2003) ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar

untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, anatar lain :

1 Perlunya bimbingan

Dalam belajar ketangkasan dan kecakapan dalam belajar berbeda secara

individual. Walaupun demikian kita dapat membantu dengan memberi

petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien. Sukses hanya

dapat tercapai dengan usaha keras. Di samping memberi petunjuk-petunjuk

tentang cara-cara belajar sekaligus membimbing dan mengawasi mereka

belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam

tiap pelajaran yang diberikan.

2 Kondisi belajar

Belajar yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan yang

diharapkaan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk

Universitas Sumatera Utara


meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal

berikut .

a. Kondisi internal

Yang dimaksud kondisi internal yaitu kondisi yang ada dalam diri sendiri

misalnya kesehatan, keamanan, ketentramannya. Anak dapat belajar dengan

baik jika kebutuhan-kebutuhan internalnya terpenuhi. Menurut Maslow ada

tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi, yaitu

kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan

kebersamaan, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation,

kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti serta kebutuhan estetik.

b. Kondisi eksternal

Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia,

umpamanya kebersihan rumah dengan ruang belajar bersih dan tidak ada

bau-bauan yang menggangu konsentrasi belajar, penerangan yang cukup

terang, cukup sarana yang diperlukan untuk belajar misalnya alat pelajaran

dan buku-buku, sertaa keadan lingkungan fisik yang lain.

2.2.5 Peran Keluarga Dalam Belajar

Keluarga merupakan satu kesatuan (sistem sosial) yang hidup bersama terdiri

dari ayah dan ibu. Keluarga berperan dalam menyediakan situasi belajar yang

nyaman dan tenang sehingga memotivasi anak untuk belajar. Orang tua juga harus

memprhatikan pengalaman-pengalaman anak dan menghargai anak atas segala

Universitas Sumatera Utara


usahanya untuk belajar. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya

dalam mengarahkan cara belajar anak dirumah sehingga orang tua berusaha

memotivasi dan membimbing anak dalam belajar (Hasbullah, 1989). Peran orang

tua dalam pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992, dalam penelitian

Slameto, 2003) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan

dasar seperti pendidikan agama, budi pengerti, sopan santun, estetika, kasih

sayang, rasa aman, dasar-dasar pembentukan peraturan-peraturan, dan

menanamkan kebiasaan. Selain itu peran keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai

dan tingkah laku yang diajarkan di sekolah.

Peran keluarga dalam pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang

pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluarga manusia dilahirkan,

berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam

keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi

pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam

keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti

pendidikan selanjutnya di sekolah. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam

keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak

dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan ke sosial, seperti menjaga

kebersihan rumah, dan menjaga kesehatan. Peranan keluarga terutama dalam

penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta

pembinaan bakat dan kepribadian (Ikhsan, 2005).

Peran pada masing-masing anggota keluarga antara lain peran ayah sebagai

pemimpin yang mencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi

Universitas Sumatera Utara


rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat

kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga (Setiadi, 2008). Peran orang tua terhadap

perkembangan anaknya adalah memberikan anak kesempatan untuk berkembang,

sebagai guru dengan mengajarkan ketangkasan motorik , menanamkan pedoman

hidup bermasyarakat, sebagai tokoh teladan untuk anaknya, dan sebagai pengawas

dengan memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak (Singgih, 2002).

Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga

berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi

semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa

yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011).

Menurut Slameto (2003) peran keluarga terhadap pendidikan anak, antara lain :

1 Penyedia fasilitas belajar yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan

peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan sehari-

hari, buku konsultasi/PR/latihan.

2 Pendidik, dimana keluarga menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar

dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan,

menegur bila anak lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu.

3 Pembimbing, dimana keluarga membantu memecahkan masalah anak dan

pembuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah

apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai

yang diperoleh di sekolah.

Universitas Sumatera Utara


4 Model atau teladan kehidupan, dimana keluarga dapat mengatur waktu

menonton anak dan menyuruh anak belajar sesuai jadwal.

2.3 Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah dimana anak telah memasuki usia bersekolah.

Anak usia sekolah adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun

sampai anak mencapai kematangan seksual. Yaitu sekitar 13 tahun bagi anak

perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki (Hurlock, 1999). Tahap ini dimulai

ketika anak pertama telah berusia 6 tahun daan mulai masuk usia sekolah dasar

dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja (Friedman, 1998).

Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri utama :

memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya,

keadaan fisik yang memungkinkan anak memasuki dunia permain dan pekerjaan

yang membutuhkan keterampilan jasmani, memiliki dorongan mental untuk

memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas (Tohirin, 2005). Pada

usia ini aktivitas anak semakin tinggi dan kemampuan motoriknya semakin kuat.

Anak memiliki rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam melakukan tugas,

sehingga ketika menghadapi kegagalan sering kali timbul reaksi kemarahan.

Perkembangan kognitif, psikososial, moral, dan spiritual mulai menunjukkan

kematangan pada masa ini anak mencoba belajar mengambil bagian dalam

kelompok dan terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca,

berhitung, dan bersosialisasi dengan baik di sekolah (Alimul, 2006). Pada masa

ini anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, di

Universitas Sumatera Utara


samping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-

kegiatan orang tua (Friedman, 1998). Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk

belajar menghadapi pisah dengan anak, atau memberikan anak pergi. Lama

kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah

akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah

tersebut.

Menurut Tohirin (2005) tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah

adalah sebagai berikut:

1 Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh .

2 Membina sikap yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu

yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan

diri.

3 Belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku

di masyarakat.

4 Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan

sebagai wanita (jika ia seorang wanita).

5 Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.

6 Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.

7 Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai dengan keyakinan dan

kebudayaan yang berlaku di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


8 Megembangkan sikap objektif baik positif maupun negatif terhadap kelompok

dan lembaga kemasyarakatan.

9 Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi

dirinya sendiri yang mandiri dan bertanggunng jawab.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai