Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah sebuah kelainan dalam laju aliran darah dimana terjadi
peningkatan tekanan arteri. Little dan Fallace menyebutkan bawa tinggi tekanan darah
yang termasuk ke dalam hipertensi adalah ketika angka sistol/diastol melebihi angka
140/90 mmHg.1 Individu yang mengalami kondisi ini memiliki risiko terkena penyakit
kardiovaskular lebih besar dibandingkan individu normal. Hipertensi ini sendiri bisa
terjadi akibat dua keadaan, yaitu terjadi sendiri tanpa etiologi yang jelas (hipertensi
primer) dan terjadi akibat keadaan/kelainan lain (hipertensi sekunder). Menurut data
WHO 2015, sekitar 1,13 miliyar orang di dunia mengalami hipertensi. Sedangkan di
Indonesia sendiri, berdasarkan data Riskesdes 2013, prevalensi hipertensi mencapai
25,8% dimana Bangka Belitung memegang angka tertinggi, yaitu 30% dan Papua
memegang angka terendah yaitu 16,8%.1,2

Pada perawat pasien dengan penyakit sisitemik hipertensi, umumnya digunakan


obat-obatan antihipertensi. WHO 2015 menyebutkan bahwa dari 1,13 miliyar penderita
hipertensi, hanya 36,8% diantaranya yang meminum obat-obatan hipertensi.2 Obat-
obatan hipertensi dalam hal ini adalah golongan Diuretic, Beta Blocker, CABB
(Combined Alpha and Beta Blockers), Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor,
Angiotensin Receptor Blocker, CCB (Calcium Channel Blocker), 1-Adrenergic
Blocker, Central 2-Adrenergic Agonist and Other Centrally Acting Drug, Direct
Vasodilator, dimana kebanyakan obat-obatan ini memiliki manifestasi pada rongga
mulut.1

Laporan ini akan dibahas beberapa manifestasi oral dari efek samping obat-obatan
antihipertensi, seperti pembesaran gingival (gingival enlargement), mulut kering (dry
mouth/xerostomia), dan reaksi lichenoid (lichenoid drug reaction) serta
penatalaksanaan kasus tersebut dalam segi ilmu kedokteran gigi.

1
1.2 Batasan Topik Pembelajaran
1.1 Komplikasi Oral Hipertensi
1.1.1 Definisi
1.1.2 Etiologi
1.1.3 Jenis-jenis Komplikasi Oral
- Drug induce Gingiva Enlargement
- Lichenoid Drug Reaction
- Xerotomia
1.1.4 Prosedur Diagnosis
- Anamnesis Spesifik
- Pemeriksaan Klinis dan Penunjang
1.1.5 Diagnosis Kasus
1.1.6 Perawatan
- Pertimbangan perawatan kedokteran gigi
1.1.7 Rujukan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Komplikasi Oral Hipertensi

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi peningkatan abnormal pada tekanan arteri dan dapat
berakibat fatal apabila tidak dilukakan perawatan yang tepat. Orang yang mengidap
hypertensi mungkin tidak menampilkan gejala klinis akan tetapi secara kelamaan akan
mengalami kerusakan organ target, termasuk ginjal, jantung otak dan mata. Tekanan
dara sistolik 140mmHg dan diastolik 90mmHg pada orang dewasa dinyatakan sebagai
hypertensi. Berikut klasifikasi tekanan darah untuk dewasa dan anak-anak.1

Sekitar 90% pasien tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi untuk
penyakit ini. Yang disebut sebagai primary (essensial) hipertensi. Hypertensi sekunder
disebabkan oleh gaya hidup (obesitas, asupan alkohol, sodium diet yang berlebih dan
aktivitas berlebih).1

Gambar 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa

2.2 Etiologi

Sekitar 90% etiologi pasien hipertensi tidak dapat di identifikasi penyebab


hipertensi dan 10% pasien biasa nya disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Berikut
etiologi serta komplikasi karena obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Komplikasi oral

3
merupakan efek yang didimbulkan dari penggunaan obat antihipertensi. Seperti
berikut:1,3

Obat Efek pada oral


Dieuretik Dry mouth, lichenoid
Thiazide Diuretics: Chlorothiazide (Diuril), reactions
chlorthalidone (generic), hydrochlorothiazide
(HCTZ) (HydroDIURIL, Microzide), polythiazide
(Renese), indapamide (Lozol), metolazone (Mykrox),
metolazone (Zaroxolyn)

Beta Blockers (BBS) Taste changes, lichenoid


Propranolol (Inderal), timolol (Blocadren), nadolol reactions
(Corgard), pindolol (Visken), penbutolol (Levatol),
carteolol (Cartrol)
Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors Angioedema of lips, face,
Benazepril (Lotensin), captopril (Capoten), enalapril tongue;
(Vasotec), fosinopril (Monopril), lisinopril (Prinivil; taste changes; oral burning
Zestril), moexipril (Univasc), perindopril (Aceon),
quinapril (Accupril), ramipril (Altace)
Angiotensin Receptor Blockers (ARBS) Angioedema of the lips,
Candesartan (Atacand), eprosartan (Teveten), face,
irbesartan (Cozaar), olmesartan (Benicar), telmisartan tongue
(Micardis), valsartan (Diovan)
Calcium Channel Blockers (CCBS) Gingival overgrowth
Diltiazem (Cardizem), verapamil (Calan), amlodipine
(Norvasc), felodipine (Plendil), isradipine
(DynaCirc), nicardipine (Cardene), nifedipine
(Procardia), nisoldipine (Sular)

4
α1-Adrenergic Blockers Dry mouth, taste changes
Doxazosin (Catapres), prazosin (Minipress),
terazosin (Hytrin)
Direct Vasodilators Lupus-like oral and skin
Hydralazine (Apresoline), minoxidil (Loniten) lesions,
lymphadenopathy

2.3 Jenis Jenis Komplikasi Oral


2.3.1 Gingiva Hyperplasia

Patogenesis Drug-Induced Gingival Enlargement

Fuji et al melaporkan bahwa fibroblast pada gingiva 6 pasien yang mengalami


gingival enlargement sebagai hasil konsumsi nifedipine, juga memiliki reaksi yang
sama dengan konsumsi phenytoin. Proliferasi dan sintesis kolagen sel pada orang yang
mengonsumsi obat-obatan ini lebih tinggi daripada yang tidak. Bagaimanapun, Hasel
mengungkapkan bahwa ada beberapa strain sel gingiva manusia yang merespon akan
penggunaan obat-obatan ini.4

Akumulasi obat diluar batas tingkatan tertentu adalah penting bagi terjadinya dan
menetapnya pembesaran gingiva secara makroskopik. Dasar dari hasil penelitian,
dianggap bahwa mekanisme pathogenesis drug-induced gingival overgrowth
mencakup beberapa factor seperti hormone dan atau growth faktor.4

5
Gambar 2.2 Patogenesis drug induce enlargement

Gambaran Klinis Drug-Induced Gingival Enlargement

Pembesaran dimulai painless, beadlike enlargement pada papilla interdental


kemudian meluas pada margin gingiva bagian facial dan lingual. Apabila kondisi
berprogres, pembesaran pada papilla dan marginal menyatu, massive tissue fold ini
akan menutupi sebagian mahkota dan dapat mengganggu oklusi.5

Saat tidak dipengaruhi oleh inflamasi, lesi seperti mulberry, keras, pink pucat, dan
elastis, terdapat kecenderungan berdarah. Pembesaran ini menyulitkan control plak,
menyebabkan secondary inflammation yang mengklomplikasi overgrowth karena obat.
Secondary inflammation menyebabkan peningkatan ukuran lesi dan perubahan warna
menjadi kemerahan, dan meningkatkan kecenderungan perdarahan. Lokasi
pembesaran dapat terjadi diseluruh gingiva, tapi lebih dominan di bagian anterior.
Terjadi pada area yang ada gigi dan lesi hilang pada area gigi yang diekstraksi.
Hyperplasia pada mukosa edentulous dapat terjadi, tapi jarang.5

6
2.3.2 Lichenoid Drug Reaction

Patogenesis Lichenoid Drug Reactions

Kondisi ini dapat disebabkan karena mekanisme imun ataupun nonimun, pada
mekanisme yang terjadi karena reaksi imun, komponen pada obat akan dikenali sebagai
suatu antigen (hapten) oleh tubuh, terjadi mekanisme hiperimun, atau alergi obat.
Reaksi ini akan bergantung pada imunogenitas obat, frekuensi paparan, jalur
administrasi obat (topikal lebih sering menyebabkan LDR dibandingkan dengan jalur
oral), dan reaksi imun bawaan pasien. Mekanisme ini dimediasi oleh IgE, reaksi
sitotoksik (antigen-antibodi), dan sirkulasi antigen.6

Pada reaksi non-imun, obat akan mempengaruhi sel mast sehingga terjadi
pelepasan mediator kimiawi. Hal ini menyebabkan terjadi overdosis, toksisitas, dan
timbulnya efek samping obat.6

Gambar 2.3 Patogenesis lichenoid drug reaction

Gambaran klinis Lichenoid Drug Reactions

Gambaran klinis lichenoid drug reaction menyerupain lichent planus pada


mukosa oral dan kulit. Berbentuk retikular, eritma, atau ulcer. Sering terjadi pada
mukos bukal, gingiva, labial, dan palatum. Gambaran klinis dari lichenoid adalah

7
dengan adanya lesi yang berbatas langsung pada tempat atau lokasi dari agent penyebab
itu sendiri. Adanya variasi dan termasuk dalam erythematous, erosive, vesicular,
lichenoid,dan lesi ulser. Lesi ini biasanya bewarna putih walaupaun kadang terlihat
juga ada yang bewarna kemerahan.1 pemeriksaan penunjang untuk lichenoid ini adalah
dengan melakukan biopsi untuk diagnosis yang akurat dari tipe lesi ini. Penting untuk
biopsi ini dilakukan sejauh mungkin dari gingival pocket untuk menghindari
pendarahan.1

2.3.3 Xerostomia

Selian dengan lichenoid, obat ini juga dikaitkan dengan adanya efek samping
kekeringan mulut atau xerostomia karena pada kasus bapak 65 tahun, bapak tersebut
mengkonsumsi obat diuretics, atau lebih tepatnya adalah thiazide diuretics dimana efek
samping dari obat ini adalah menyebabkan pasien mengalami xerostomia. Gambaran
klinis dari pasien dengan xerostomia adalah terlihat meningkatnya resiko untuk karies
gigi, erosi enamel, dan penyakit periodontal, dan dapat judga dilakukan pemeriksaan
untuk pasien yang xerosotomia adalah salivary gland hypofunction, evaluasi awal juga
harus termasuk evaluasi rinci tentang gejala terkait, riwayat medis masa lalu dan
sekarang, pemeriksaan kepala,leher,dan rongga mulut,penilaian fungsi saliva secara
kuantitatif dari tidak terstimulasi dan stimulasi laju aliran saliva. Beberapa teknik yang
di indikasikan adalah analisis saliva konsituen, salivary imaging, biopsi, dan keperluan
laboratorium klinik.2

Obat thiazide diuretics ini digunakan untuk uncomplicated mild sampai moderate
hypertension dan mempunyai waktu yang lama untuk aksinya. Di bawah ini
merupakan mekanisme aksi dari obat ini. 1,7

8
Pada gambar di atas, obat thiazides akan menghalangi Na+,CL- symport pada awal
bagian dari DCT,selanjutnya DCT akan mempromote Na+, ekskresi H2O dimana
promote ini akan memiliki dua tugas,yaitu menurunkan CO dilanjutkan menurunkan
tekanan darah dan akhirnya menurunkan PVR(Peripheral Vascular Resistance) yang
dimana PVR ini juga diturunkan oleh berkurangnya konsentrasi pada oto halus vascular
pada therapy chronic oleh promote Na+ , ekskresi H2O.7

Gambar 2.4 Patogenesis xerostomia

9
2.4 Prosedur Diagnosis
2.4.1 Anamnesa Spesifik
1. Mengidentifikasi suspek Lichenoid Drug Reaction
a. Apakah pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu? Jika ada, apa saja obat-
obatan yang dikonsumsi? Hal ini ditanyakan untuk menentukan apakah lesi mirip
lichen planus ini merupakan reaksi lichenoid. Karena lesi mirip Lichen Planus
bisa terjadi akibat obat-obatan dan reaksi ini disebut Lichenoid Drug Reaction.3
2. Mengidentifikasi suspek Gingival Enlargement
a. Apakah pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu? Jika ada, apa saja obat-
obatan yang dikonsumsi? Gingival Enlargement bisa disebabkan oleh obat-
obatan. Pada kasus hipertensi, obat-obatan yang dapat menyebabkan gingival
enlargement adalah golongan CCB (Calcium Channel Blockers), yaitu salah
satunya Nifedipine.8
b. [Jika pasien wanita] Apakah pasien sedang dalam masa hamil?
c. Apakah pembengkakan gingival telah terjadi semenjak masa kecil?
d. Apakah pasien merasa kurang vitamin C?
e. Apakah pasien memiliki riwayat Leukimia?
Pertanyaan b-e dilakukan untuk mengeksklusi diagnosis banding. Karena
gingival enlargement bisa terjadi juga akibat kehamilan, atau karena genetic
(disebut Hereditary Gingival Fibromatosis), akibat kekurangan vitamin C,
dan akibat leukemia.1,8
3. Mengidentifikasi suspek Xerostomia
a. Apakah pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu? Jika ada, apa saja obat-
obatan yang dikonsumsi? Sama dengan kedua kasus diatas, xerostomia juga dapat
terjadi akibat penggunaan obat-obatan tertentu. Salah satunya adalah obat-obatan
diuretic golongan thiazide.1
b. Apakah pasien baru melakukan terapi radiasi?
c. Apakah pasien memiliki kebiasaan buruk bernafas dengan mulut?
d. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit?

10
Pertanyaan b-d ditanyakan untuk mengeksklusikan diagnosis banding. Xerostomia bisa
disebabkan oleh banyak hal, tidak hanya akibat obat-obatan. Kebiasaan buruk dan
terapi radiasi (khususnya pada area leher dan kepala) dapat juga menyebabkan
xerostomia. Penyakit-penyakit lain juga dapat menyebabkan xerostomia, yaitu:
Sjögren Syndrome, infeksi virus (CMV, EBV, HCV, dan HIV), diabetes mellitus, dan
diabetes insipidus.8

2.4.2 Pemeriksaan Klinis

Selama pengobatan peningkatan tekanan darah dapat terjadi secara tiba-tiba dan
dapat mengakibatkan stroke atau myocardial infarction sehingga harus melakukan
pengukuran tekanan darah rutin.1

Nadi perifer harus teraba, abdomen harus di aukultasi untuk arteri ginjal bruit yang
mengindikasikan hipertensi renovaskular. Pemeriksaa fisik harus mencakup penilaian
funduscopic dan hanya boleh dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan terlatih dan
berpengalaman. Pemeriksaan tambahan: Penilaian fungsi thyroid dan serum
aldosterone (apabila ditemukan adanya penyakit yang mendasari terjadinya
hipertensi).2

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pedoman dari JNC7 dan 8 penderita hipertensi akan diperiksa tes laboratorium
rutin, termasuk 12-leadelectrocardiography (ECG), urinalysis, glukosa darah,
hematocrit, elektrolit, kreatinin, kalsium, dan lipid profile. Jika terdapat penyebab yang
mendasari hipertensi seperti menilai fungsi tiroid dan serum aldosterone harus
dipertimbangkan. Hasil tes harus didapat sbelum terapi.1

- Lichenoid Drug Reaction

Ditegakkan berdasarkan riwayat, tampilan lesi dan distribusinya, idealnya diperiksa


lebih lanjut dengan biopsi. Papula atau komponen retikuler harus tampak secara
berurutan untuk menegakkan diagnosis klinis yang benar. Komponen pathognomonic
mungkin ada bersama dengan plak, erythematous, bullous, atau lesi ulseratif. Pada

11
pasien dengan gingiva lesi eritematosa, mungkin sulit untuk menemukan striae atau
papula. Biopsi biasanya diperlukan untuk diagnosis yang akurat. Penting bahwa biopsi
diambil sejauh mungkin dari kantong gingiva untuk menghindari radang perubahan
karena penyakit periodontal.5

- Xerostomia

Diagnosis xerostomia dan hipofungsi kelenjar ludah membutuhkan riwayat


medis menyeluruh. Perhatian khusus harus diberikan pada gejala yang dilaporkan,
penggunaan obat, dan riwayat medis sebelumnya. Pasien dengan hipofungsi kelenjar
ludah biasanya mengeluh mulut kering, kesulitan menelan dan / atau berbicara; mereka
hampir tidak mentolerir makanan pedas, asam, dan renyah dan sering melaporkan
perubahan rasa atau kesulitan memakai gigi tiruan.10

Beberapa kuesioner telah diajukan untuk mengidentifikasi pasien dengan


xerostomia dan hiposalivasi. Fox et al mengembangkan kuesioner tentang tingkat
keparahan mulut kering, yang dapat memprediksi hiposalivasi sejati. Jawaban positif
untuk semua pertanyaan dikaitkan dengan laju aliran saliva yang rendah. Beberapa
tahun kemudian, Thomson et al menciptakan sebelas item skala penilaian terangkum
pada tingkat keparahan xerostomia kronis (Inventarisasi Xerostomia). Setiap
tanggapan diberi skor dan dijumlahkan untuk memberikan skor akhir. Van der Putten
dkk mempersingkat Inventarisasi Xerostomia dan mengusulkan Summated
Xerostomia Inventory-Dutch. Hanya lima item yang dimasukkan. Dalam kuesioner
yang dikembangkan oleh Sreebny dan Valdini, pertanyaan "apakah mulut Anda
biasanya terasa kering" ditemukan memiliki sensitivitas 93%, spesifisitas 68%, nilai
prediksi negatif 98% , dan nilai prediksi positif 54% untuk hiposalivasi. Eisbruch et al
mempelajari tingkat xerostomia melalui skala tervalidasi yang terbuat dari tiga kelas.
Akhirnya, Pai dkk mengusulkan skala analog visual delapan item dengan mana pasien
diminta untuk menilai xerostomia mereka.10

Salah satu faktor risiko utama untuk xerostomia dan hiposalivasi adalah
penggunaan obat-obatan tertentu. Selain itu, polifarmasi telah terbukti secara signifikan

12
mempengaruhi aliran air liur pasien. Obat-obatan "Xerogenik" yang terkait dengan
aliran air liur yang tidak distimulasi adalah: psikoleptik, psikoanalisis (terutama
penghambat serotonin reuptake selektif), antidiabetik oral (terutama sulfonilurea),
pernapasan agen, kina, agen antihipertensi (seperti tiazid dan penghambat saluran
kalsium), antispasmodik urin, glukosamin, obat antiinflamasi non-steroid, opioid,
oftalmologis, dan magnesium hidroksida. Dokter harus meninjau riwayat obat dengan
hati-hati agar dapat mengidentifikasi obat-obatan yang dapat mengurangi aliran saliva
pada pasien yang mengeluh xerostomia. Akhirnya, riwayat medis menyeluruh harus
diperoleh untuk mengidentifikasi penyebab xerostomia lain yang diketahui seperti
sindrom Sjögren, pengobatan radiasi daerah kepala dan leher, dan penyakit sistemik
lainnya (terutama hipertensi, asma, diabetes mellitus, penyakit hematologis, penyakit
tiroid).10

Pemeriksaan oral yang cermat sangat penting untuk mengidentifikasi tanda-


tanda klinis patognomonik untuk hiposalivasi. Beberapa tanda bermanfaat telah
dikemukakan oleh Osailan et al:10
1) menempelnya cermin intraoral pada mukosa atau lidah bukal;
2) air liur berbusa;
3) tidak ada ludah yang menggenang di mulut;
4) hilangnya papila pada lidah dorsum;
5) arsitektur gingiva yang diubah / halus;
6) penampilan seperti kaca pada mukosa mulut (terutama langit-langit mulut);
7) lidah lobulated / deep fissured;
8) karies serviks (lebih dari dua gigi); dan / atau
9) debris mukosa pada palatum (kecuali pada gigi palsu) .

Pengukuran laju aliran saliva

Sebagian besar metode untuk mengukur aliran saliva mudah dilakukan dan
membutuhkan sedikit waktu. Laju aliran saliva biasanya diukur setidaknya 5 menit
setelah puasa semalam atau 2 jam setelah makan. Laju aliran saliva keseluruhan yang

13
tidak distimulasi dinilai dengan pasien duduk dalam posisi tegak. Pasien diminta untuk
mengalirkan air liur dari bibir bawah ke dalam wadah bertingkat selama 15 menit
(metode pengeringan). Leal dkk mengusulkan untuk mengumpulkan air liur dengan
gulungan kapas preweighed yang diletakkan di lubang saluran kelenjar ludah utama
dan kemudian ditimbang kembali. mereka setelah waktu pengumpulan. Air liur juga
dapat dikumpulkan dengan menggunakan strip penyerap bertingkat yang ditempatkan
di dasar mulut pada 1, 2, dan 3 menit.10

Metode lain untuk menilai laju aliran saliva keseluruhan yang tidak distimulasi
meliputi: metode meludah dan metode hisap. Laju aliran saliva yang distimulasi diukur
setelah pasien mengunyah basa gusi atau lilin parafin (1-2 g) selama 1 menit. Jika tidak,
produksi air liur dapat distimulasi dengan larutan 2% asam sitrat ditempatkan di sisi
lidah dengan interval 30 detik. Air liur kemudian dikumpulkan ke dalam silinder
berskala selama 5 menit. Aliran saliva (baik terstimulasi maupun tidak distimulasi)
juga dapat diukur secara selektif dari satu kelenjar saliva mayor atau kelenjar saliva
minor. Sekresi kelenjar parotis biasanya dikumpulkan dengan menggunakan alat hisap
dan menempatkan cangkir (Lashley atau Carlson-Crittenden cup) di atas saluran
Stens.10

Laju aliran saliva kelenjar submandibular dapat diukur dengan incannulation


dari saluran Wharton. sistem untuk mengukur laju aliran saliva baik untuk kelenjar
sublingual dan submandibular telah dikembangkan oleh Wolff et al. Aliran saliva
kelenjar liur minor dapat diukur dengan mikropipet dan kertas filter penyerap. Laju
aliran dapat dihitung dalam satuan μL / min / cm2 area mukosa.10

- Gingiva Enlargment

Gingiva enlargement dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan melalui


histopathologic examination. Permukaan atasnya epitel dapat menunjukkan
perpanjangan rete ridges, dengan ekstensi panjang ke dalam stroma yang
mendasarinya. Lamina propria menunjukkan peningkatan jumlah jaringan ikat fibrous,
jaringan yang menunjukkan kepadatan fibroblas yang normal. Pasien dengan inflamasi

14
sekunder, ada peningkatan vaskularisasi dan infiltrat seluler inflamasi kronis yang
paling sering terdiri dari limfosit dan plasma sel.3
.

2.5 Diagnosis Kasus


1) Drug-Induced Gingival Enlargement
Salah satu efek samping dari penggunaan obat-obatan pada jaringan
periodonsium yang paling sering adalah pembesaran gingiva atau juga dikenal
dengan hyperplasia gingiva. Untuk mendiagnosisnya dengan melihat gambaran
klinis yang tampak pada pasien. Adanya pembesaran pada daerah papilla
interdental yang berbentuk seperti mulberry dan kemudian mengalami
perkembangan sampai ke bagian seluruh area gingiva.2,3

Gambar 2.5 Pembesaran gingiva akibat penggunaan penitoin

2) Drug-Induced Lichenoid Reaction


Pemakaian obat-obatan dapat menjadi penyebab terjadinya reaksi lichenoid.
Diagnosis secara klinis, sering terdapat sedikit sekali tanda-tanda untuk
membedakan reaksi lichenoid yang ditimbulkan akibat obat-obatan dengan oral
lichen planus.2

15
Gambar 2.6 Lichenoid reaction akibat penggunaan cholestyramine selama 1
bulan

3) Drug-Induced Xerostomia
Xerostomia atau mulut kering merupakan keadaan rongga mulut yang paling
banyak dikeluhkan. Keadaan ini umumnya berhubungan dengan berkurangnya
aliran saliva, namun ada kalanya jumlah atau aliran saliva normal tetapi seseorang
tetap mengeluh mulutnya kering. Mendiagnosisnya berasal dari keluhan pasien
yang biasanya mengeluhkan sensasi mulut kering. Hal ini berkaitan dengan laju
aliran saliva yang tidak normal sehingga rongga mulut menjadi kering.2

2.6 Perawatan

Antibiotik

Pasien hipertensi tidak ada resiko infeksi sehingga antibiotic tidak dindikasikan.
Hindari penggunaan erythromycin dan clarithromycin dengan calcium channel
blockers karena kombinasi ini dapat meningkatkan hipotesi.1

Analgesik

Hindari penggunaan NSAID jangka panjang lebih dari 2 minggu karena agen ini dapat
menganggu efektivitas beberapa obat antihipertensi.1

16
Anastesi

Dosis anastesi local 1:100.000 atau 1:200.000 epinephrine (1 atau 2 capsul) pada pasien
hipertensi <180/110 mmHg.1

Anxiety

Penderita hipertensi yang sedang cemas atau takut harus menerapakan good stress
manajemen.1

Bleeding

Hipertensi jarang menyebabkan kekhawatiran untuk terjadi perdarahan setelah


prosedur gigi. Tetapi cardiovascular comorbidities atau stroke harus di waspadai.1

Tekanan Darah

Rekomendasi dental manajemen sesuai dengan variasi level tekanan darah. Pasien
dengan tekanan darah <180/110 mmHg dapat menjalani perawatan bedah dan non
bedah dental. Pasien yang lebih dari >180/110 mmHg (uncontrol hipertensi).1

Gambar 2.7 Manajeman dental sesuai klasifikasi ASA9

17
Kapasitas Toleransi Perawatan

Setelah ditentukan bahwa pasien hipertensi dapat dirawat dengan aman. Manajeman
stress pada pasien hipertensi untuk mengurangi pelepasan endogenous catecholamine.1

Perawatan Manifestasi Oral

Drug-induced Gingival Enlargement

Pertimbangan pertama: mengganti obat yang menyebabkan timbulnya lesi

Pertimbangan kedua: melakukan kontrol plak

Pertimbangan ketiga: melakukan periodontal surgery11

 Gingivectomy

 Flap technique

Drug-induced Xerostomia

Terapi penggantian saliva

Rx: sodium carboxymethyl cellulose 0,5% aqueous solution (OTC)

• Digunakan sebagai obat kumur

Penyembuhan dari mulut kering ringan dapat diperoleh dengan:

- meminum air secara rutin sepanjang hari,

- membiarkan es meleleh di mulut,

- membatasi asupan kafein,

- tidak menggunakan obat kumur mengandung alkohol,

- dan melapisi bibir dengan Vaselin

Terapi stimulasi saliva

18
- Mengunyah sugarless gum dan menghisap sugarless mints adalah cara sementara
untuk menstimulasi saliva bagi pasien dengan medication xerostomia. Pasien
harus dicegah mengkonsumsi produk yang mengandung gula.2

Lichenoid Drug Reactions

Menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan reaksi tersebut, atau mengganti


dengan obat alternatif lain dengan potensi efek yang lebih kurang dibandingkan obat
pilihan pertama.2

2.7 Rujukan

Rujukan Pengiriman Spesimen

1. Data rutin pasien (nomor rekam medik, nama, jenis kelamin, usia)

2. Tanggal, bulan, tahun pengambilan spesimen

3. Diagnosis kerja

4. Gambaran klinis yang ditemukan saat itu

5. Tempat pengambilan spesimen

6. Jenis pemeriksaan yang ingin dilakukan

7. Nama dokter pengirim dan bagiannya1

Rujukan ke Ahli Bidang Lain

1. Data rutin pasien (nomor rekam medik, nama, jenis kelamin, usia)

2. Tanggal, bulan, tahun penulisan rujukan

3. Bagian yang dituju

4. Diagnosis kerja

5. Gambaran klinis yang ditemukan saat itu

6. Riwayat singkat penyakit

19
7. Riwayat obat-obatan yang telah diberikan

8. Jenis tindakan yang ingin dilakukan

9. Tanda tangan dokter pengirim

10. Nama dokter pengirim dan bagiannya1

20
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Skenario

Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang bersama istrinya ke klinik RSGM


mengeluhkan mulut terasa kering. Kondisi ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu namun
kekeringan bertambah parah sejak 2 bulan terakhir. Pasien berusaha untuk banyak
minum air minimal 1 liter perhari namun rasa kering tidak berkurang. Selain keluhan
mulut terasa kering, pasien juga mengeluh adanya pembesaran pada bagian sela-sela
gusi bagian depan atas. Benjolan gusi terasa tidak kenyal, warnanya sama dengan gusi
di sekitarnya. Pasien tidak merasakan sakit pada gusi hanya merasa tidak nyaman saja.

Riwayat sistemik menunjukkan bahwa pasien mengkonsumsi obat nifedipine dan


diuretik sejak 1 tahun yang terakhir. Obat ini di berikan oleh dokter bagian penyakit
dalam. Saat ini pasien ingin beberapa sisa giginya di cabut karena ingin dibuatkan gigi
tiruan.

Istri tersebut mengeluh adanya gambaran seperti serat putih halus di bagian pipi
kiri dalam dekat geraham. Pasien tersebut menyadari kondisi ini sejak 2 minggu yang
lalu dan tidak tahu kapan mulai timbul. Selama 1 tahun terakhir pasien meminum obat
penurun tekanan darah yang di berikan oleh dokter penyakit dalam.

Dari skenario di atas dapat kami simpulkan bahwa untuk bapak ini terdiagnosis
suspect gingival enlargment di sebabkan oleh obat-obatan (yaitu obat golongan
calcium channel bolckers yaitu obat nifedipine) dan juga di sebabkan oleh adanya
xerostomia dimana disebabkan oleh obat diuretiknya, karena diketahui bahwa pasien
memiliki penyakit sistemik yaitu hipertensi. Penatalaksanaan yang bisa di berikan
kepada pasien adalah salah satunya dengan merujuk pasien ke dokter spesialis penyakit
dalamnya untuk di minta di kurangi dosis obat atau di ganti dengan obat yang lain,
kontrol plak, dan di berikan obat folic acid oral rinse untuk bagian gingiva

21
enlargmentnya, sedangkan untuk xerostomianya kita bisa berikan saliva stimulates
seperti mengunyah permen karet yang kadar gulanya rendah.

Suspect lichenoid drug reaction pada kasus kedua. Ibu ini diketahui mengkonsumsi
obat penurun tekanan darah yang dapat memperparah kondisi rongga mulut ibu ini.
Penatalaksanaan yang dapat di berikan adalah dengan merujuk pasien ke dokter
spesialis penyakit dalamnya untuk di minta mengganti atau mengurangi dosis obat,
dokter gigi dapat memberikan obat steroid, retinoids, dan juga terapi ultraviolet, tapi
yang paling umum dalam pemberian obat lichenoid adalah topical steroid, baik dalam
bentuk obat kumur maupun gel dan topical steroid ini merupakan pilihan obat primer.
Selain topical steroid, alternatif lainnya juga dapat kita berikan topikal cyclosporine,
facrolimus, dan retinoids yang merupakan second line terapi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Little JW, Falace D, Miller C, Rhodus NL. Dental Management of the


Medically Compromised Patient - E-Book. Elsevier Health Sciences; 2012.
Page: 38-39, 43-44
2. Greenberg MS, Glick M. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment
12th ed. BC Decker Inc. New York. 2015. Page 42, 110, 154
3. Neville BW., et al. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. WB Saunders
Company. Philadelphia. 2015. Page 148-150
4. Nishikawa Seiji, Nagata. Pathogenesis of Drug-Induced Gingival Overgrowth.
A Review of Studies in the Rat Model. Volume 67 no. 5. P. 469.
5. Newman. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Elsevier. 2015. P. 34.
6. Regezi, Joseph A, Sciubba, James J and Jordan, Richard C.K. Oral Parhology:
Clinical Pathologic Correlations 7th Ed. St. Louis, Missouri : Elsevier, 2017.
Page: 49-47
7. Tara V. Shanbarg. Pharmacology for dentistry, 2nd Edition .2014: Reed elsevier
india invate limited. Page: 99
8. Laskaris, G., Scully, C. Periodontal Manifestation of Local and Systemic
Diseases: Color Atlas and Text. Berlin: Springer. 2003. P. 122
9. Scully, Crispian. Oral and Maxillofacial Medicine. 3rd edition. St. Louis:
Elsenvier. 2013. P. 91
10. Cawson RA, Odell EW. Essential of Oral Pathology and Oral Medicine. 9th
ed., Churchill Livingstone, Edinburg. 2017. Page: 336
11. Newman. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Elsevier. 2015. P. 34.
12. Villa A, Connell CL. Diagnosis and management of xerostomia and
hyposalivation. Therapheutics and clinical risk management. 2015; 11; 45-51.

23

Anda mungkin juga menyukai