Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

KATARAK SENILIS IMATUR

Oleh :

Nanda Shaskia Larasaty, S.Ked

NIM. I4A012107

Pembimbing :

dr. Agus F. Razak, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA


FK UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
November 2017

1
DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan ..................................................................... 1

Bab 2 Laporan Kasus.................................................................... 3

Bab 3 Tinjauan Pustaka................................................................ 15

Bab 4 Pembahasan........................................................................ 19

Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat keduanya.

Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh

berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan proses degenatif. 1,2,3

Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan

progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.

Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan

berwarna putih atau abu-abu. Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti

berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif.1

Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi katarak

kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile yang

terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang berusia

diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis katarak yang

paling sering terjadi.3,4

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu

usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak

insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak insipient

merupakan stadium katarak yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan

visus. Pada katarak imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa

3
sedangkan pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa.

Sementara katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi

lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Lensa

4
Gambar 3.1 Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur biconvex, avaskular, tidak bewarna, dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. lensa

tergantung pada zonula dibelakang iris; zonula menghubungkannya dengan

corpus cilliare. Disebelah anterior lensa terdapat aquos humor, disebelah

posteriornya vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane semipermeabel (sedikit

lebih permeable daripada dinding kapiler) yang melewatkan air dan elekrolit

untuk makanannya.1,2

Lensa terdiri dari kapsul lensa, nucleus dan korteks lensa. Kapsul lensa

merupakan membrane basalis elastic yang dihasilkan epithelium lensa. Pada

bagian anterior dibentuk sel epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa

5
kapsul posterior berlangsung sepanjang kehidupan sehingga ketebalannya

meningkat, sedangkan kapsul posterior relative konstan.

Epitel lensa yaitu pada kapsul anterior berperan dalam mengatur metabolik

aktifitas sel termasuk DNA, RNA, protein dan biosintesa lemak dan untuk

menghasilkan ATP yang berguna untuk menghasilkan energi yang diperlukan

lensa. Nukleus dan korteks lensa terbuat dari lamellar kosentris yang memanjang,

serabut-serabut lamellar terus berproduksi sesuai usia..1,2

Katarak

II.1 Definisi
Kata katarak berasal dari bahasa latin- Cataracta yang berarti air

terjun, karena orang yang menderita katarak mempunyai penglihatan yang

kabur seolah-olah penglihatannya dihalangi air terjun.3 Katarak adalah

kekeruhan atau opasifikasi dari lensa mata atau kapsula lensa yang dapat

menyebabkan gangguan penglihatan.4,5,6 Kekeruhan ini terjadi akibat hidrasi

cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak dapat terjadi pada saat

perkembangan serat atau sesudah serat lensa berhenti dalam

perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.7


Kekeruhan lensa dapat mengenai satu atau kedua mata dan tampak

kekeruhan lensa yang mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil

akan berwarna putih. Walaupun demikian, jika karatak mengenai satu mata

tidak berarti akan menularkan ke mata lain.8


II.2 Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak yakni berdasarkan : 1,2,3
a. Waktu terjadi (katarak didapat dan congenital)
b. Maturitas

6
c. Morfologi.
Klasifikasi katarak menurut waktu terjadinya yaitu : 1,2,3
1. Katarak didapat (acquired cataracts) , yakni > 99% katarak.
a. Katarak senilis ( lebih dari >90% katarak)
b. Katarak dengan penyakit sistemik
c. Katarak sekunder dan komplikata
1. Katarak dengan heterochromia
2. Katarak dengan iridosiklitis kronik
3. Katarak dengan vasculitis retinal
4. Katarak dengan renitis pigmentosa
d. Katarak ikutan (post-operasi katarak)
e. Katarak traumatik
1. Kontusio atau perforasi rosette
2. Radiasi infrared (katarak glassblower)
3. Injury electrical
4. Radiasi ionisasi
f. Katarak toksik
1. Korticosteroid yang menginduksi katarak (lebih sering)
2. Chlorfromazin, miotik agen, busulfan jarang digunakan.
b. Katarak congenital (kurang dari 1 %)
1. Katarak Herediter
a. Autosom-dominan
b. Autosom perifer
c. Sporadic
d. X-linked.3
2. Katarak berkaitan dengan kerusakan embrionik awal (transplacental)
a. Rubella (40-60%)
b. Mumps (10-22%)
c. Hepatitis (16%)
d. Toxoplasmosis (5%).3
II.3 Katarak Senilis
a. Definisi
Katarak senilis adalah katarak primer yang terjadi pada usia lebih

dari 50 tahun.2,8 Namun, jika disertai dengan penyakit lainnya seperti

diabetes mellitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat

derajat kekeruhan yang sama atau berbeda.9


b. Epidemiologi Katarak senilis
Penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak. Katarak

akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan.

Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu

7
berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga

70% pada individu diatas 75 tahun.5


Tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin terhadap penurunan

penglihatan.5
c. Klasifikasi Katarak Senilis
a. Berdasarkan maturitas yakni sebagai berikut :
1. Stadium insipient
2. Stadium imatur
3. Stadium matur
4. Stadium hipermatur
b. Berdasarkan morfologisnya, yakni sebagai berikut :
1. Katarak subcapsular
2. Katarak nuclear
3. Katarak kortikal
4. Christmas tree cataract1,2
d. Etiologi Katarak Senilis
Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi

karena :

1. Proses pada nucleus


Oleh karena serabut- serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu

terdorong kearah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah

menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion

calcium dan sclerosis. Pada nucleus ini kemudian terjadi penimbunan

pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama-

kelamaan nucleus lensa yang pada mulanya bewarna putih, menjadi

kekuning-kuningan.2
2. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah diantara serabut-serabut lensa, yang

berisi air dan penimbunan calcium, sehingga lensa menjadi lebih tebal,

lebih cembung, dan membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung

adanya perubahan refraksi kearah myopia pada katarak kortikal,

8
penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat

pada usia yang bertambah.2


Penyebab lain :4
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga

mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa


- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,

gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.


- Gangguan metabolisme umum
e. Patofisiologi Katarak Senilis

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein

lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat

sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan

konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan

pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula

proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan

agregasi protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi

protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa

sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan.

Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi

progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain

pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin

dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.2

Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya

transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif

9
sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi

dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan

pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi

lensa. Selain itu, proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan

permeabilitas lensa terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga

transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang.

Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti vitamin dan

enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses pembentukan

katarak.5

f. Gejala Klinis

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan

penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien

datang.2

- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan

pasien dengan katarak senilis.


- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas

kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari

hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.


- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan

dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan

dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini

10
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second

sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.

- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran

terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi

langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang

tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.

- Noda, berkabut pada lapangan pandang.

- Ukuran kaca mata sering berubah

Berdasarkan maturitasnya, katarak diklasifikasikan sebagai berikut :


a. Stadium insipient
Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.

Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak

teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat

ganda, dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi

belum menyerang cairan mata kedalam lensa sehingga akan terlihat

bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi

biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan

pasien belum terganggu.9


Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5-5/6. Kekeruhan terutama

terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari

roda), terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relative masih

jernih. Gambaran inilah yang disebut spokes of a wheel, yang nyata

11
bila pupil dilebarkan. Pada stadium lanjut, gambaran baji dapat dilihat

pula pada pupil yang normal.2


b. Stadium imatur
Pada stadium ini lensa yang degenerative mulai menyerap

cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada

stadium ini terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak

intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata

menjadi cembung, sehingga pasien merasa tidak perlu kacamata

sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke

depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau

tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaucoma sekunder.9


Kalau tidak ada kekeruhan dilensa, maka sinar dapat masuk

kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan

dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang

keruh ini, akan dipantulkan sehinnga pada pemeriksaan, terlihat

dipupil, ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya

pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan

iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut iris shadow test

(+).2
c. Stadium Matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini

terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah

dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam keadaan seimbang

dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal

kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata

12
depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, dan uji

bayangan iris negative. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat

hanya tinggal proyeksi sinar positif.9


Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Iris shadow test

membedakan stadium matur dari imatur dengan syarat harus diperiksa

lebih lanjut dengan midriatika.10 Dengan melebarkan pupil akan

tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja.

Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur (iris shadow test

(+)), dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari,

bahkan dapat lebih buruk lagi 1/300 atau satu tak hingga, hanya ada

persepsi cahaya, walaupun lensanya belum keruh seluruhnya. Keadaan

ini disebut stadium vera matur.2


d. Stadium Hipermatur
Dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa

dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam

didalam korteks lensa (kataraks morgagni). Pada stadium ini terjadi

juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks

lensa yang cair keluar dan masuk kedalam bilik mata depan.
Pada stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil

daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik

mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun

seluruh lensa telah keruh sehingga keluar dari kapsul, lalu masuk bilik

mata depan maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata

sehingga disebut glaucoma fakolitik

13
g. Penyulit Katarak 4,7
1. Glaucoma , melalui proses : - Fakotopik
- Fakolitik
- Fakotoksik
2. Dislokasi Lensa
h. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- Preparat iodine
- Protein lensa
- Hormone
- Zat yang berkurang pada kekeruhan lenda missal : vitamin, ATP,

mineral
Pengobatan medikamentosa pada katarak belum memperlihatkan

hasil yang jelas hanya untuk psikologis pasien


2. Bedah katarak 4,8,9
Ada beberapa teknik pada operasi katarak senilis, berikut ini

dapat dilihat keuntungan dan kerugian dari beberapa teknik bedah

katarak tersebut :

Jenis bedah katarak Keuntungan Kerugian


Intra capsular cataract Semua komponen lensa  Insisi lebih besar
 Edema pada macula
extraction (ICCE) diangkat  Komplikasi pada vitreus
 Sulit pada usia <40 tahun
 Endopthalmitis
 Jarang dilakukan

Extra capsular cataract  Insisi kecil  Kekeruhan pada kapsul


 Jarang terjadi komplikasi
extraction (ECCE) posterior
vitreus  Dapat terjadi perlengketan
 Edema pada macula lebih
iris dengan kapsul

14
jarang
 Trauma terhadap

endothelium kornea lebih

sedikit
 Retinal detachment lebih

sedikit
 Lebih mudah dilakukan
Fakoemulsifikasi  Insisi kecil  Memerlukan dilatasi pupil
 Astigmata jarang terjadi
 Perdarahan lebih sedikit yang baik
 Teknik paling cepat  Pelebaran luka jika ada IOL

Small incision cataract  Insisi lebih kecil Komplikasi dislokasi lensa


 Prosedur cepat
surgery (SICS)

i. Indikasi Operasi 1
Indikasi Klinis : bila katarak matur, untuk mencegah penyulit yang

ditimbulkan
Indikasi sosial : bila kekeruhan lensa tidak dapat lagi melakukan pekerjaan

sehari-hari2
j. Kontraindikasi Katarak 6
a. Infeksi sekitar mata dilakukan anel test
b. Tekanan bola mata cukup tinggi
c. Fungsi retina harus baik
d. Keadaan umum harus baik (hioertensi, diabetes mellitus, batuk

kronis)
e. Adanya astigmatisma.
k. Kompikasi bedah katarak

Komplikasi Intra Operatif

15
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau

efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,

incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.1,10

-
Komplikasi dini pasca operatif1,10

 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara

cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil

dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean

syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih

paling sering).

 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus.

 Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang

tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti

penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

anterior kronik dan endoftalmitis.

 Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi.
-
Komplikasi lambat pasca operatif1,10

 Ablasio retina.

 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi

rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler.

 Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah

Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

16
l. Prognosis

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada

bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa

komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi

menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis

pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.1,

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 tahun
Alamat : Jl. A. Yani km 4,5 Banjarmasin
Pekerjaan : Pedagang
Tgl. Pemeriksaan : 22 November 2017

B. Anamnesis

17
1. Keluhan Utama : Penglihatan kabur
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik mata RSUD Ulin dengan keluhan utama

mata kiri semakin kabur. Keluhan dirasa sejak 1 tahun yang lalu,

penurunan penglihatan terjadi secara perlahan, awalnya pasien masih

dapat melihat dengan kedua mata, saat ini terlihat berbayang pada mata

sebelah kiri. Sekarang pasien merasa pada penglihatannya terhalang kabut

putih tebal sulit untuk melihat. Pasien juga mengeluhkan mata silau pada

sebelah kiri. Selain keluhan tersebut, tidak ada keluhan lain seperti merah,

berair, mengeluarkan sekret, maupun rasa mengganjal. Enam bulan yang

lalu pasien mengaku menjalani operasi katarak pada mata sebelah kanan.
3. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat keluhan mata (kabur,nyeri,merah,dll) sebelumnya : (+)
 Riwayat Diabetes Melitus : (+)
 Riwayat hipertensi : (-)
 Riwayat penggunaan kacamata : (-)
 Riwayat trauma pada mata : (-)
 Riwayat penggunaan steroid jangka lama : (-)
 Riwayat alergi makanan dan obat : (-)

4. Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat penyakit serupa : (-)
 Riwayat Hipertensi : (-)
 Riwayat Diabetes Melitus : (-)
 Riwayat alergi : (-)

C. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 4-5-6
Tekanan Darah : 130/80 mmHg.
Nadi : 83x/menit.
Suhu : 36,7oC.
Respirasi Rate : 19x/ menit

D. Status Oftalmologi

18
Pemeriksaan Okuli dextra Okuli sinistra
VISUS 4/60 2/60
PALPEBRA Edema superior (-) Edema superior (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Lagoftalmus (-) Lagoftalmus (-)
Ekropion (-) Ekropion (-)
Entopion (-) Entopion (-)
BULBUS OKULI Gerak mata normal Gerak mata normal
Enoftalmus (-) Enoftalmus (-)
Eksoftalmus (-) Eksoftalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)
KONJUNGTIVA Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Injeksi silier (-) Injeksi silier (-)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Bangunan patologis (-) Bangunan patologis (-)
Secret (-) Secret (-)
SCLERA Warna putih Warna putih keruh
KORNEA Arcus senilis (-) Arcus senilis (-)
Permukaaan licin (+) Permukaaan licin (+)
Edema (-) Edema (-)
COA Dangkal, jernih Dangkal, jernih
IRIS & PUPIL Iris normal, pupil sentral, Iris normal, pupil sentral,

diameter 3mm, reflek cahaya diameter 3mm, reflek cahaya

direk/indirek (+/+) direk/indirek (+/+)


LENSA Jernih Keruh sebagian
FUNDUS MEDIA Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
PAPIL Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi
MAKULA & Sulit dievaluasi Sulit dievaluasi

RETINA
TIO N N
SHADOW TEST positif positif

E. Diagnosis Kerja
OS katarak senilis imatur + DM Tipe II terkontrol

F. Penatalaksanaan
 OS ekstraksi lensa

19
G. Prognosis

Quo Okuli Dextra Okuli Sinistra


Ad Vitam ad bonam ad bonam
Ad cosmetican ad bonam ad bonam
Ad fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad visam Dubia ad bonam Dubia ad bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus Tn.S ditegakkan diagnosis katarak senilis imatur OS dari anamnesis

dan pemeriksaan ophtalmologi. Katarak adalah suatu keadaan patologik pada lensa

mata dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein

lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat

timbul pada berbagai usia tertentu.

20
Dari identitas penderita, penderita berumur 56 tahun datang dengan keluhan

utama pandangan kabur sejak 1 tahun yang lalu, dari keluhan utama kita ketahui

kemungkinan terganggunya media refraksi penderita. Katarak merupakan kekeruhan

pada lensa sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan

yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien

katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis nucleus yang meningkatkan

ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien menjadi semakin

kuat sehingga pasien menjadi lebih jelas melihat dekat dibandingkan melihat jauh.

Berbeda dengan pasien pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga

lebih jelas ketika melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang

lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang

sesuai adalah katarak senilis.

Perjalanan penyakit penderita ditemukan bahwa penurunan tajam penglihatan

secara perlahan dan mata tenang, yang merupakan ciri dari suatu proses katarak.

Katarak dapat terjadi akibat suatu trauma Jika dinilai dari trauma, yang dapat

menyebabkan penderita tidak bisa melihat yakni katarak traumatika. Dari anamnesis

didapatkan riwayat trauma disangkal.

Katarak juga dapat terjadi akibat komplikasi penyakit sistemik seperti penyakit

diabetes melitus, namun pada kasus ini penderita memiliki riwayat penyakit diabetes

mellitus sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Dalam 1 bulan terakhir ini mulai rutin

melakukan pengobatan.

21
Dari anamnesis juga didapatkan informasi bahwa penderita tidak mengeluh

matanya merah dan gatal, mata penderita juga tidak mengeluarkan sekret. Hal ini

dapat menyingkirkan kemungkinan infeksi pada mata seperti keratitis yang dapat

menurunkan tajam penglihatan.

Nyeri pada kedua mata juga disangkal. Ini bisa menyingkirkan kemungkinan

komplikasi atau penyulit seperti glaucoma. Bengkak juga tidak ada, ini juga bisa

menyingkirkan komplikasi seperti edema pada kornea.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat

kekeruhan pada lensa kiri yang jika disinari dengan menggunakan senter pada

kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat

masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya

sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan

dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil, ada daerah yang terang

sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang

gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut

bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi

pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Adanya bayangan iris mengarah

kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan

diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur. Jika dilihat dari stadium katarak

senilis maka diketahui perbedaan pemeriksaan eksternalnya yaitu :

22
Insipient Imatur Matur Hipermatur

Tajam 5/5 dengan Sd 1/60 1/300-1/∞ 1/∞

penglihatan koreksi

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Massif

COA Normal Dangkal Normal Dalam

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka

mata

Besar lensa Normal Lebih besar Normal Kecil

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Penyulit Normal Glaucoma Uveitis


Glaucoma

Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga

pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa

mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat

dilakukan dengan metode Small Incision Cataract Surgery ( SICS ) + IOL atau

Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada

pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan

ataupun kekurangan dari masing-masing teknik tersebut.

Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu

kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien

setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. Dasar-dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit

Mata. Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2017.


2. Vaughan DG, Asbury T, Riodan Eva P. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta :

Widya Medika 2000. 175-183


3. Norman S. Jaffe, Mark S. Jaffe, Gary S. Jaffe. Cataract Surgery and Its

Complications. Edisi keenam. Toronto Philadephia : The C.V. Mosby

Company . 2010.
4. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
5. Kanski Jack J. Clinical Ophtalmology. Edisi 6. Saunders Elsevier. British.

2008
6. Vicente Victor D Ocampo Jr, MD. Senile Cataract. Department of

Ophthalmology, Asian Hospital and Medical Center, Philippines. 2014.

Available in URL http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview


7. Anynomous. Types of senile cataract. Available in URL

http://www.livestrong.com/article/78866-types-senile-cataracts/

24
8. Daniel. Oftalmologi. Suspensi Oftalmik untuk katarak senilis. Majalah

farmacia. Edisi Juni 2011, Halaman : 46. Available in URL

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=816
9. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak

Senilis.
10. Ubeydulla T. MD, Das T. MD, Hans L. PhD, Marashi M. MD, Lapam P. MD,

Asil S. MD, et al. First Rapid Assessment of Avoidance Blindness Survey in

the Maldives: Prevalence and Causes of Blindness and Cataract Surgery. Asia-

Pasific Academy of Ophthalmology, India. 2017.


11. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology,

Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston, Singapore,

International Edition 2004.

25
.

26

Anda mungkin juga menyukai