Anda di halaman 1dari 44

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing
belajar dalam setting kelas atau lainnya.

 Menurut Agus Suprijono (2010:46) Model pembelajaran ialah pola yang


digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
maupun tutorial.
 Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan


informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

B. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa diantaranya adalah:

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model Pembelajaran Kooperatif (Coorperative learning) menurut Sofan


Amri & Iif Khoiru Ahmadi, (2010:67) merupakan model pengajaran dimana
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan
membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Beberapa Tipe dari Model Pembelajaran kooperatif ini diantaranya yaitu :

 Role Playing

Dalam buku Pembelajaran Kontekstual (Komalasari : 2010) Model


Pembelajaran Role Playing adalah suatu tipe Model pembelajaran
Pelayanan (Sercvice Learning). Model pembelajaran ini adalah suatu
model penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan
imajinasi dan penghayatan murid. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan murid dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benada mati.

 Problem Based Intruction (PBI)

Problem-based instruction adalah model pembelajaran yang


berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan
siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam
pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-
topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,
mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan
menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi
mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi
dalam pemecahan masalah.

 Mind Mapping (Peta pikiran)

Mind mapping (peta pikiran) merupakan cara mencatat yang


menye- nangkan, cara mudah untuk menyerap dan mengeluarkan
informasi dan ide baru dalam otak (Buzan, 2007: 4). Mind mapping
menggunakan warna, simbol, kata, garis lengkung dan gambar yang
sesuai dengan cara kerja otak. Sugiarto (2004: 75) menyatakan bahwa,
“mind mapping (peta pikiran) adalah teknik meringkas bahan yang
perlu dipelajari, dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam
bentuk peta atau grafik sehingga lebih mudah memahaminya•.

Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi


membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum.
Caranya, mengga- bungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan
mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%. Peta
pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang
terdapat di dalam diri seseorang.

 Change of pairs (Tukar pasangan)

Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran


dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana siswa akan bertukar
pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke
pasangan semula/pertamanya.

 Group Investigation

Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model


pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan
aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang
akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat
melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.
Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama
sampai tahap akhir pembelajaran.

 Group to arround (keliling kelompok)

Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya adalah


variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi.

 Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing


artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat
diartikan melempar bola salju. Menurut Saminanto, metode
pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran
gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk
lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju
yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok.

Sedangkan menurut Kisworo metode pembelajaran snowball


throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan
pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat
tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan
yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa
lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.

 Numbered Heads Together

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang


lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah,
dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe


pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan
para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

 Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa


dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian
seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian
diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi timnya.

Model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada


pembentukan kelompok. Kelompok yang dibentuk nantinya akan
berdiskusi untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Oleh karena itu
model pembelajaran STAD dapat membuat siswa untuk saling
membantu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

 Team Game Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah


salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar
dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran,
kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis
yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model
pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan
siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat
permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
 Jigsaw

Model Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model


belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73),
bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model
belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama salaing ketergantungan positif dan bertanggung
jawab secara mandiri.

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak


kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah
imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).

2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) merupakan salah satu


model pengajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah (Sofan Amri & Iif
Khoiru Ahmadi, 2010:39).

Di samping itu, model pembelajaran langsung ini pada dasarnya bisa dan
sangat cocok diterapkan apabila mendapati situasi yang memungkinkan di
antaranya seperti berikut ini :

 Saat guru ingin mencoba mengenalkan bidang pembelajaran baru.


 Saat guru ingin mencoba mengajari keterampilan kepada siswa ataupun
mengajari prosedur yang mempunyai struktur jelas.
 Saat para siswa mendapati kesulitan yang bisa diatasi dengan sebuah
penjelasan terstruktur.
 Saat guru ingin menyampaikan teknik tertentu sebelum para peserta
didik melakukan kegiatan praktek.
 Saat guru menginginkan para siswa tertarik akan suatu topik.
Model Pembelajaran Terpadu

Model Pembelajaran Terpadu menurut Sugianto (2009:124) pada


hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan.
Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.

Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula , ada 10


macam model pembelajaran terpadu, seperti :

 The connected model (model terhubung)


 The webbed model (model jaring laba-laba)
 The integrated model ( model integrasi)
 The nested model (model tersarang)
 The fragmented model ( model fragmen)
 The sequenced model ( model terurut)
 The shared model ( model terbagi)
 The threaded model (model pasang benang)
 The immersed model (model terbenam)
 The networked model (model jaringan)
Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL)

Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL) menurut Sugianto


(2009:151) dirancang untuk membantu mencapai tujuan-tujuan seperti
meningkatkan keterampilan intelektual dan investigative, memahami peran
orang dewasa, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri.

Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-


CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model
pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca
dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa


bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling
mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas
(task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang
lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini
mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

Model Missouri Mathematics Project ( MMP ) merupakan suatu program


yang di desain untuk membantu guru dalam hal efektivitas penggunaan latihan
– latihan agar siswa mencapai peningkatan yang luar biasa. Latihan – latihan
yang dimaksud yaitu lembar tugas proyek, dimana pada saat kegiatan belajar
mengajar guru memberikan tugas proyek kepada siswa agar siswa dapat
mengerjakan soal – soal tersebut dengan tujuan untuk membantu siswa agar
lebih mudah memahami materi yang dijelaskan oleh Guru.

Langkah-Langkah Penerapan Model-Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


o Langkah-Langkah

1. Menyampaikan tujuan (Akademik dan sosial) dan memotivasi siswa


serta aturan main
2. Menyajikan informasi: demonstrasi
3. Organisasikan siswa dalam kelompok kooperatif
4. Bimbing melakukan kegiatan/berkooperatif
5. Kuis/evaluasi
6. Penghargaan

Langkah-Langkah dari berbagai Tipe model Pembelajaran Kooperatif

a. Role Playing
o Langkah-Langkah

1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan


2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari
atau beberapa hari sebelum KBM (kegiatan belajar mengajar)
guna mempersiapkan peran yang terdapat dalam skenario
tersebut.
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau
sesuai dengan kebutuhan.
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
dalam materi tersebut.
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
skenario yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing
sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang
diperagakan.
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan
kertas sebagai lembar kerja untuk membahas skenario tersebut.
Misalnya menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan
kelebihan dari peran tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan
kesimpulannya.
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum atau menjgevalusi
seluruh kegiatan.
10. Evaluasi/ refleksi.
11. Penutup
b. Problem Based Intruction (PBI)
o Langkah-Langkah

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik


yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan
b. Mind Mapping (Peta pikiran)
o Langkah-Langkah

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai
alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban
hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan
sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau
guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
b. Change of pairs (Tukar pasangan)
o Langkah-Langkah
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru
bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri
pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan
dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan
yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban
mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
b. Group Investigation
o Langkah-Langkah

1. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan


sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan)
2. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaiman
mempelajari, siapa melakukan apa, apa tujuannya)
3. Investigation (saling tukar informasi dan ide, berdiskusi,
klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data,
membuat inferensi)
4. Organizing (anggota kelompok menulis laporan, merencanakan
presentasi laporan, penentuan penyaji, moderator, dan notulis)
5. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain
mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan)
6. Evaluating (masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap
laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa
dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan
pada pencapaian pemahaman.
b. Group to arround (keliling kelompok)
 Langkah-Langkah
2. Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5
siswa
3. Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
4. Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab
pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam
dalam kurun waktu yang disepakati.
Snowball Throwing
 Langkah-Langkah
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas
kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama + 15 menit.
6. Setelah siswa dapat satu bola diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Evaluasi.
8. Penutup.
Numbered Heads Together
 Langkah-Langkah
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk
nomor yang lain
6. Kesimpulan
Student Teams Achievement Divisions (STAD)
 Langkah-Langkah
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan
Team Game Tournament (TGT)
 Langkah-Langkah
1. Penyajian Kelas (Class Presentations)

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam


penyajian kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas
(class presentations). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan
kepada kelompok. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan
pengajaran langsung atau dengan ceramah yang dipimpin oleh
guru.

2. Belajar dalam Kelompok (Teams)

Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan


kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik dari ulangan harian
sebelumnya, jenis kelamin, etnikdanras. Kelompok biasanya
terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game
atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian kelas,
kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk
mempelajari lembar kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan
peserta didik adalah mendiskusikan masalah-masalah,
membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki
kesalahan-kesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok
melakukan kesalahan.

3. Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang


relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan
belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau
permainan ini dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3
orang peserta didik yang mewakili tim atau kelompoknya masing-
masing. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta
didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.
Skor ini yang nantinya dikumpulkan peserta didik untuk
turnamen atau lomba mingguan.

4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)

Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau


permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan
pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan
presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja
peserta didik (LKPD). Turnamen atau lomba pertama guru
membagi peserta didik ke dalam beberapa meja turnamen atau
lomba. Tiga peserta didik tertinggi prestasinya dikelompokkan
pada meja I, tiga peserta didik selanjutnya pada meja II dan
seterusnya.

5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian


mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau
kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata
skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau
kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50
atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan
“Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat
menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah
mereka buat.

Jigsaw
 Langkah-Langkah
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
o Langkah-Langkah

1. Menyampaikan orientasi pelajaran dan tujuan pembelajaran kepada


siswa.Jadi pada tahap ini para pengajar menyampaikan beberapa hal
yang harus dipelajari dan juga kinerja peserta didik yang diharapkan.
2. Melakukan review pengetahuan serta keterampilan pra-syarat. Di sini
guru akan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui keterampilan dan
pengetahuan yang sudah dikuasai siswa.
3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam tahap ini pengajar akan
menyampaikan materi dan informasi serta memberikan berbagai contoh
dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan. Jadi bimbingan ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk menilai tingkat
pemahaman peserta didik dan mencoba untuk mengoreksi kesalahan
konsep yang ada.
5. Memberi kesempatan untuk siswa agar terus berlatih. Di sini guru
memberi kesempatan untuk siswa agar terus melatih keterampilannya
maupun menggunakan informasi yang baru secara kelompok atau
individu.
6. Menilai kinerja masing-masing siswa dan memberinya umpan balik.
Dalam tahap ini seorang guru akan memberikan review terhadap segala
hal yang sudah dilakukan siswa, kemudian guru akan memberi umpan
balik atas respon siswa dengan benar.
7. Memberikan latihan mandiri. Jadi guru juga bisa memberikan tugas
secara mandiri untuk para siswa guna meningkatkan pemahaman atas
materi yang telah disampaikan.
2. Model Pembelajaran Terpadu
o Langkah-Langkah

1. Menentukan sebuah tema yang sesuai


2. Libatkan semua siswa di kelas agar mendiskusikan kemungkinan tema
yang akan diangkat dalam pembelajaran
3. Menentukan fokus pembelajaran
4. Memberikan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang beraneka macam
yang berkaitan dengan tema yang akan jadi fokus pembelajaran
5. Mengembangkan strategi-strategi untuk menggunakan sumber daya
yang tersedia.
6. Membentuk suasana belajar yang rileks tapi tetap serius.
7. Membagi informasi-informasi yang dimiliki pada tema yang akan
dipelajari
8. Mengajak siswa mencermati dan menentukan tujuan-tujuan
pembelajaran personal (afektif)
9. Mendorong demokrasi dalam belajar, kreatif, penemuan, dan kooperatif.
10. Mendorong siswa untuk berbagi pengalaman dan informasi
11. Melibatkan berbagai narasumber yang mungkin dapat membantu
seperti pustakawan, para profesional, orang tua siswa, hingga relawan
12. Membantu dan mengajak siswa menyajikan hasil kerja dan hasil belajar
mereka
13. Memberi penekanan pada teknik-teknik reflektif dan tanggung jawab
untuk evaluasi mandiri.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
o Langkah-Langkah

1. Orientasi siswa kepada masalah otentik


2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual/kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
2. Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
o Langkah-Langkah

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.


2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar
kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup
2. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)
o Langkah-Langkah

1. Review

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah meninjau ulang


pelajaran lalu terutama yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari pada pembelajaran tersebut, membahas soal pada PR yang
dianggap sulit oleh siswa serta membangkitkan motivasi siswa.

2. Pengembangan

Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan berupa penyajian ide baru dan
perluasan, diskusi, serta demonstrasi dengan contoh konkret. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui diskusi kelas. Pengembangan akan lebih baik
jika dikombinasikan dengan control latihan untuk menyakinkan bahwa
siswa mengikuti penyajian materi ini.
3. Latihan terkontrol

Pada langkah ini siswa berkelompok merespon soal dengan diawasi oleh
guru. Pengawasan ini berguna untuk mencegah terjadinya miskonsepsi
pada pembelajaran.Guru harus memasukkan rician khusus tanggung
jawab kelompok dan ganjaran individual berdasarkan pencapaian
materi yang dipelajari.

4. Seat work/kerja mandiri

Pada langkah ini siswa secara individu atau kelompok belajar merespon
soal untuk latihan atau perluasan konsep yang telah dipelajari pada
langkah pengembangan.

5. Penugasan/Pekerjaan Rumah (PR)

PR tidak perlu diberikan kecuali guru yakin siswa akan berlatih


menggunakan prosedur yang benar.Tugas PR harus memuat beberapa
soal review.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk memudahkan
pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan
pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif
melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut
Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan
ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu”.

Pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (studentcenteredapproach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teachercenteredapproach).

1.2 Macam-macam Pendekatan

Erman Suherman (2003) mengemukakan empat jenis pendekatan yakni:

1. Pendekatan Konstruktivisme.
Dalam pendekatan ini, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam
diri mereka. Mereka akan berbagi strategi dan penyelesaian, debat dengan siswa lainnya,
berpikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan masalah;
2. Pendekatan Pemecahan Masalah.
Ketika proses pembelajaran di kelas berlangsung, guru terlebih dahulu mnghadapkan siswa
pada sebuah masalah, dan menugaskan siswa untuk mencari solusi yang bisa digunakan
untuk memecahkan masalah tersebut, hingga akhirnya siswa memperoleh pengetahuan
sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut;
3. Pendekatan Open-Ended.
Pada pendekatan ini sebenarnya hampir mirip dengan pendekatan pemecahan masalah,
hanya saja dalam pendekatan ini siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang sifatnya
terbuka, dalam artian memungkinkan adanya banyak alternatif jawaban. Sehingga dari
jawaban-jawaban tersebut, siswa diarahkan untuk memahami konsep atau pengetahuan yang
harus dimiliki; dan
4. Pendekatan Realistik.
Dalam hal ini siswa diberikan permasalahan yang bersifat realistik, yang berarti
permasalahan-permasalahan yang bisa dipecahkan oleh siswa berdasarkan daya nalarnya
sendiri.
Aswan Zain, etal (2006) memberikan contoh pendekatan yang dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Pendekatan Individual:

Pendekatan yang dilakukan oleh guru dengan memahami karakter atau watak dari setiap siswa.
Karakter siswa dalam sebuah kelas tentu berbeda-beda. Agar benar-benar memahami karakter
siswa ini, guru harus melakukan pendekatan secara individu. Dengan pendekatan ini, guru akan
lebih mudah memahami karakter siswa, disamping juga persoalan kesulitan belajar siswa lebih
mudah dipecahkan, meskipun terkadang pendekatan kelompok diperlukan.

2. Pendekatan Kelompok:

Pendekatan kelompok ini suatu waktu bisa dipergunakan dan perlu digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap sosial siswa. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa.

3. Pendekatan Bervariasi:

Dalam belajar, siswa memiliki motivasi yang berbeda-beda, termasuk juga permasalahan yang
dihadapi siswa bervariasi. Guna mengatasi hal ini, pendekatan yang digunakan lebih tepat dengan
pendekatan bervariasi. Hal ini berdasarkan konsep bahwa permasalahan yang ihadapi oleh setiap
siswa dalam belajar bermacam-macam, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap
kasus tersebut.

4. Pendekatan Edukatif:

setiap tindakan, sikap, perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan, dengan tujuan
untuk mendidik siswa agar menghargai normahukum, susila, sosial, dan agama. Pendekatan ini juga
bertujuan untuk membina watak siswa.

Berdasarkan pemerolehan bahan pembelajaran, secara garis besar pendekatan pembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses.

1. Pendekatan konsep

Lebih banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru berupa bahan atau isi pelajaran, dan lebih
bersifat kognitif.

2. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses menekankan pentingnya kebermaknaan belajar untuk mencapai


hasil yang memadai. Selain itu, pendekatan keterampilan proses juga menekankan pentingkan
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran dan menekankan pada hasil belajar secara
tuntas.
STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Maksudnya, pada dasarnya strategi masih bersifat konseptual mengenai keputusan
yang akan diambil dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu
garis-garis besar untuk bertidak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dalam dunia
pendidikan, strategi dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi mengenai rangkain kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau tindakan (rangkaian kegiatan) yang di dalamnya termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas
dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Akan tetapi sebelumnya, perlu
dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang bisa diukur keberhasilannya.

Strategi pembelajaran dibedakan atas 7 jenis yaitu :

1. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE),


2. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI).
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM).
4. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB),
5. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).
6. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan
7. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA)

A. Strategi pembelajaran ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang


berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan
yang sangat penting atau dominan.

Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam
menggunakan strategi ini, yaitu:

1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Ekspositori

1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan.
2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan
(kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi
(melalui pelaksanaan demonstrasi).
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui
metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran.
Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang
spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.

2. Kelemahan Strategi Ekspositori


Disamping memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara
lain:

1. Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2. Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
4. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan
berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan
mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5. Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu,
komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas
pada apa yang diberikan guru.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi pembelajaran yang
dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain, baik tidaknya suatu
strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran Ekspositori

2. Strategi pembelajaran inquiry

Pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab
antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik, yang
berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa
memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan kelemahan dari
strategi pembelajaran inquiry, yaitu:

1. Keunggulan / Kelebihan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena strategi
ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

1. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada


pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Inquiry)

Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di


antaranya yaitu:

1. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan
siswa dalam beljar.
3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan
kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran
siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;

 Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas


pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah
data dan akhirnya menyimpulkannya.

 Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi


pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.

 Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara


ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Dari penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran, yaitu:

1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya
dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai
dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing
siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan
sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan
atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

2. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya:

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

4. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir


Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri
konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan
pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang
bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran
yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan
berbahasa secara verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman
sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan
hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan
sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan
anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

5. Strategi Pembelajaran kooperatif


Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada
empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam
kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya
tujuan yang harus dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

6. Contextual Teaching Learning (CTL)

Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni,
konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning
komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
2. Landasan Filosofi

Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-
fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan .
Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad
20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.

Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran
kontekstual.

 Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)


 Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
 Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (1)
hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan
atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
 Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
 Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut

3. Inquiry ( menemukan )
Inquiry adalah merupakan suatu teknik yang digunakan guru untuk dapat merangsang siswa untuk
lebih aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah tentang pengetahuan yang sedang
dipelajari.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis Contoxtual Teaching
Learning CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu
merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Siklus Inqiry antara lain :

 Observasi
 Bertanya
 Mengajukan dugaan
 Pengumpulan data
 Penyimpulan

Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu:


a) Merumuskan masalah.
Contoh : bagaimanakah silsilah raja-raja bani Abbasiah
b) Mengamati atau melakukan observasi
Contoh : membaca buku atau sumber lain untuk mendapat informasi pendukung
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., table, dan lainnya.
Contoh : siswa membuat bagan silsilah raja-raja bani Abbasiah.
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang
lain.
Contoh : karya siswa didiskusikan bersama-sama
4. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
METODE PEMBELAJARAN

Macam-macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode


pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak
menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa
metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar.
Menurut Nana Sudjana(dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 –
86), terdapat bermacam-macam metode dalam pembelajaran, yaitu Metode ceramah,
Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok,
Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing),
Metode problem solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill),
Metode karyawisata (Field-trip), Metode survai masyarakat, dan Metode simulasi.
Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan beberapa jenis metode pembelajaran sebagai
berikut:

Metode ceramah

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak
senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
dengan alat dan media, serta
memperhatikan batas-batas
kemungkinan penggunaannya.
Menurut Ibrahim, (2003: 106)
metode ceramah adalah suatu
cara mengajar yang
digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau
informasi atau uraian tentang
suatu pokok persoalan serta
masalah secara lisan

Metode Pembelajaran Ceramah


Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila
menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga
bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain,
misalnya metode tanya jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap
dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai
selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan
bisa-bisa siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.

a. Kelebihan metode ceramah

1) Guru lebih menguasai kelas.

2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

b. Kelemahan metode ceramah

1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih biasa menerima.

3) Membosankan bila selalu digunakan dan terlalu lama.

4) Sukar menyimpulkan siswa mengerti dan tertarik padaceramahnya.

Metode tanya jawab

Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya


komunikasi langsung yang bersifat ywo way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya
guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antara guru dengan siswa.
Metode Pembelajaran Tanya Jawab

Metode tanya jawab dapat juga diartikan sebagai metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab
pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa
menjawab atau siswa bertanya guru menjawab.

a. Kelebihan metode tanya jawab

1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

2) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya
ingatan.

3) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan


mengemukakan pendapat.

b. Kelemahan metode tanya jawab

1) Siswa merasa takut bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang.

2) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.

3) Sering membuang banyak waktu.

4) Kurangnya waktu untuk memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa.

Metode diskusi
Metode diskusi adalah bertukar informasi, berpendapat, dan unsur-unsur
pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang
dibahas.

Metode Pembelajaran Diskusi

Dengan demikian, Metode Diskusi adalah metode pembelajaran berbentuk tukar


menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh
karena itu diskusi bukanlah debat, karena debat adalah perang mulut orang beradu
argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan
pahamnya sendiri. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan
sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.

a. Kelebihan metode diskusi

1) Merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa dan
terobosan baru dalam pemecahan masalah.

2) Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.

3) Memperluas wawasan.

4) Membina untuk terbiasa musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.

b. Kelemahan metode diskusi

1) Membutuhkan waktu yang panjang.

2) Tidak dapat dipakai untuk kelompok yang besar.

3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.


4) Dikuasai orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

Metode demonstrasi

Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat


efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode
mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

Metode Pembelajaran Demontrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang cukup efektif sebab


membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses
atau peristiwa tertentu.

a. Kelebihan metode demonstrasi

1) Menghindari verbalisme.

2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.

3) Proses pengajaran lebih menarik.

4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan


kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.

b. Kelemahan metode demonstrasi

1) Memerlukan keterampilan guru secara khusus.

2) Kurangnya fasilitas.

3) Membutuhkan waktu yang lama.


Metode Eksperimen

Metode Eksperimen, metode ini bukan sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan satu metode berfikir, sebab dalam Eksperimen dapat menggunakan
metode lainnya dimulai dari menarik data sampai menarik kesimpulan.

Metode Pembelajaran Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan


percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari
(Djamarah, 2002: 95).

Metode demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat


efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode
mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

a. Kelebihan metode eksperimen

1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan


percobaan.

2) Membina siswa membuat terobosan baru.

3) Hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat


manusia.
b. Kelemahan metode eksperimen

1) Cenderung sesuai bidang sains dan teknologi.

2) Kesulitan dalam fasilitas.

3) Menuntut ketelitian, kesabaran, dan ketabahan.

4) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.

Metode latihan (drill)

Metode latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong siswa untuk
melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang
lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

a. Kelebihan metode latihan

1) Untuk memperoleh kecakapan motoris.

2) Untuk memperoleh kecakapan mental

3) Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat.

4) Pembentukan kebiasaan serta menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

5) Pemanfaatan kebiasaan yang tidak membutuhkan konsentrasi.

6) Pembentukan kebiasaaan yang lebih otomatis.


Metode Pembelajaran Drill atau latihana

b. Kelemahan metode latihan.

1) Menghambat bakat dan inisiatif siswa.

2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

3) Monoton, mudah membosankan.

4) Membentuk kebiasaan yang kaku.

5) Dapat menimbulkan verbalisme.

Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

a. Kelebihan metode resitasi

1) Merangsang siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar baik individual maupun


kelompok.

2) Dapat mengembangkan kemandirian.

3) Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

4) Mengembangkan kreatifitas siswa.


b. Kelemahan metode resitasi

1) Sulit dikontrol.

2) Khusus tugas kelompok yang aktif siswa tertentu.

3) Sulit memberikan tugas yang sesuai perbedaan individu.

4) Menimbulkan kebosanan.

Metode Karyawisata

Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas.


Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak
memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang
jauh disebut study tour.

Metode Pembelajaran Karyawisata

Melalui metode ini siswa-siswa diajak mengunjungi tempat-tempat tertentu di luar


sekolah. Tempat-tempat yang akan dikunjungi dan hal-hal yang perlu diamati telah
direncanakan terlebih dahulu, dan setelah kegiatan siswa diminta membuat
laporan.

a. Kelebihan metode karyawisata

1) Memiliki prinsip pengajaran modern dengan memanfaatkan lingkungan nyata.


2) Membuat relevansi antara apa yang dipelajari dengan kebutuhan di masyarakat.

3) Merangsang kreatifitas siswa.

4) Bahan pelajaran lebih luas dan aktual.

b. Kelemahan metode karyawisata

1) Kurangnya fasilitas.

2) Perlu perencanaan yang matang.

3) Perlu koordinasi agar tidak tumpah tindih waktu.

4) Mengabaikan unsur studi.

5) Kesulitan mengatur siswa yang banyak.

Metode Sistem Regu (Team Teaching)

Metode sistem regu (team teaching), merupakan metode mengajar dua orang guru
atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi
beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa
guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu
sesuai dengan keahlian yang kita butuhkan.

Metode Sosiodrama

Metode yang digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah-


masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam pelaksanaannya siswa diberikan
peran tertentu dan melaksanakan peran tersebut serta mendiskusikannya di kelas.
(Ibrahim, 2003: 107).
Metode Pembelajaran Sosiodrama

a. Kelebihan metode sosiodrama

1) Melatih siswa untuk melatih, memahami dan mengingat isi bahan yang akan
didramakan.

2) Melatih siswa berinisiatif dan berkreatif.

3) Memupuk bakat.

4) Menumbuhkan dan membina kerjasama.

5) Mendapat kebiasaan untuk membagi tanggung jawab.

6) Membina tata bahasa siswa.

b. Kelemahan metode sosiodrama

1) Kurang kreatif bagi anak yang tidak ikut dalam drama.

2) Banyak memakan waktu.

3) Memerlukan tempat yang luas.

4) Mengganggu kelas lain karena gaduh.

Metode Simulasi

Metode simulasi, simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau
berbuat seolah-olah. Kata simulasition artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura.
Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksud sebagai cara untuk
menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui proses tingkah laku imitasi atau
bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam
keadaan yang sebenarnya.
Metode Pembelajaran Simulasi

a.Kelebihan Metode Simulasi

Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode


mengajar, diantaranya adalah :

1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi
dunia kerja.

2. Simulasi dapat mengembangkan krwativitas siswa, karena melalui simulasi siswa


diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.

3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi


berbagai situasi sosial yang problematis.

5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

b. Kelemahan Metode Simulasi

Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya:

1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan.

2. Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga
tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa dalam
melakukan simulasi.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran

Dalam melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan


pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih
terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus
dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam
menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus selalu
mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan pengajarannya dengan situasi yang
dihadapi. Metode-metode yang digunakan haruslah bervariasi untuk menghindari
kejenuhan pada siswa. Namun metode yang bervariasi ini tidak akan
menguntungkan bila tidak sesuai dengan situasinya. Baik tidaknya suatu metode
pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode


pembelajaran, antara lain:

a. Siswa atau peserta didik

Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang


pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang
pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk
berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang
kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan
kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya

Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak dengan latar
belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam.
Demikian juga dengan jenis kelamin serta postur tubuh. Pendek kata dari aspek
fisik selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik. Sedangkan dari
segi intelektual pun sama ada perbedaan yang ditunjukkan dari cepat dan
lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Aspek psikologis juga ada perbedaan yaitu adanya
anak didik yang pendiam, terbuka, dan lain-lain. Perbedaan dari aspek yang
disebutkan di atas mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana
sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam
waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan secara operasional.

b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak


dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga
belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku,
dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat
dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya
akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap
dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.

Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar. Hal ini dapat mempengaruhi penyeleksian metode yang harus
digunakan. Metode yang dipilih guru harus sesuai dengan taraf kemampuan yang
hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Jadi metode harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran.

c. Faktor materi pembelajaran

Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda.


Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-
langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran
dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode pembelajaran
yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan
suatu materi pembelajaran.

d. Situasi belajar mengajar

Situasi belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya sama. Maka guru
harus memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan. Di
waktu lain, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan
maka guru menciptakan lingkungan belajar secara berkelompok. Jadi situasi yang
diciptakan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

e. Fasilitas belajar mengajar


Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan
pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas
pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala.
Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar
yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi
guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan
pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan
komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik,
menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode


mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak di sekolah.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode
mengajar.

f. Faktor alokasi waktu pembelajaran.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan


ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu
yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada
waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara
sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi,
mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan
pembuka dan penutup.

g. Guru.

Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya


penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan
menentukan metode. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang
memadai. Tetapi ada juga yang tepatmemilihnya namun dalam pelaksanaannya
menemui kendala disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan
atas metode yang digunakan.

Kriteria Pemilihan Metode Pembelajaran


Kriteria pemilihan metode pembelajaran yaitu :

1. Sifat (karakter) guru.

2. Tingkat perkembangan intelektual dan sosial anak.

3. Fasilitas sekolah yang tersedia.

4. Tingkat Kemampuan Guru.

5. Sifat dan tujuan materi pelajaran.

6. Waktu pembelajaran.

7. Suasana kelas.

8. Konteks domain tujuan pembelajaran.

Sedangkan menurut Slameto (2003: 98) kriteria pemilihan metode pembelajaran


adalah:

a. Tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa
setelah proses belajar mengajar.

b. Materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran yang berupa
fakta yang memerlukan metode yang berbeda dari metode yang dipakai untuk
mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur atau kaidah.

c. Besar kelas (jumlah kelas), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam
kelas yang bersangkutan. Kelas dengan 5-10 orang siswa memerlukan metode
pengajaran yang berbeda dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa.

d. Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa menangkap dan mengembangkan


bahan pengajaran yang diajarkan. Hal ini banyak tergantung pada tingkat
kematangan siswa baik mental, fisik dan intelektualnya.

e. Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode


pengajaran yang optimal.
f. Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan
untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.

g. Waktu yang tersedia, jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk
menyajikan bahan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk materi yang banyak
akan disajikan dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda
dengan bahan penyajian yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian yang relatif
cukup banyak.

Ahmadi (1997: 53) mengemukakan syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam


penggunaan metode mengajar adalah:

1. Metode mengajar harus dapat membangkitkan motif, minat atau gairah belajar
siswa.

2. Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian


siswa.

3. Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk


mewujudkan hasil karya.

4. Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).

5. Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan
cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

6. Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat verbalitas dan
menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan.

7. Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikap-
sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.

Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan


belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan
yang harus dilakukan adalah melakukan penentuan dan pemilihan metode. Suatu
metode yang digunakan oleh guru untuk mengajar harus benar-benar dikuasai.
Sehingga pada saat penggunaannya dapat menciptakan suasana interaksi edukatif.

Untuk menghindari kejenuhan dan berhentinya minat siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan maka hendaknya guru menggunakan metode yang bervariasi.
Bahkan metode yang digunakan dapat menumbuhkan keinginan siswa untuk
belajar secara mandiri dengan menggunakan teknik tersendiri. Di dalam kelas guru
menyampaikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran itu akan kurang memberikan
dorongan kepada siswa untuk belajar lebih lanjut bila penyampaiannya
menggunakan strategi yang kurang tepat. Metode-metode yang dipilih
dipergunakan berdasarkan manfaatnya, jadi seorang guru dikatakan kompeten
bila ia memiliki khazanah cara penyampaian yang kaya dan memiliki kriteria
yang akan digunakan untuk memilih cara-cara dalam menyajikan pengalaman
belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar juga dibutuhkan alat bantu yang
digunakan untuk menghilangkan verbalitas. Sehingga siswa lebih cepat menyerap
materi yang telah disampaikan.

Metode pembelajaran yang diterapkan guru hendaknya dapat mewujudkan hasil


karya siswa. Siswa dituntun untuk dapat berfikir kritis dan kreatif dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-idenya.
Pemilihan metode yang kurang tepat dengan sifat bahan dan tujuan pembelajaran
menyebabkan kelas kurang bergairah dan kondisi siswa kurang kreatif. Sehingga
dengan penerapan metode yang tepat dengan berbagai macam indikator tersebut
dapat meningkatkan minat siswa pada bahan pelajaran yang disampaikan dan
minat yang besar pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan
diraihnya.
TEKNIK PEMBELAJARAN
Perbandingkan metode dan teknik adalah sebagai berikut.

Tteknik pembelajaran dapat dibagi atas dua bagian, yaitu teknik umum dan teknik khusus.

1. Teknik Umum (Teknik Umum Mengajar)

Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Teknik umum di
antaranya sebagai berikut.

a. teknik ceramah

b. teknik tanya jawab

c. teknik diskusi

d. teknik ramu pendapat

e. teknik pemberian tugas

f. teknik latihan

g. teknik inkuiri
h. teknik demonstrasi

i. teknik simulasi.

Nama-nama teknik umum ini sama seperti nama-nama metode umum, namun wujudnya tentu
berbeda. Misalnya ceramah. Sebagai metode, ceramah mencakup pemilihan, penyusunan, dan
penyajian bahan. Bahkan, metode ceramah juga mencakup bagaimana menyajikan bahan, dan
biasanya teknik ceramah itu hanya salah satu teknik yang dipakai dalam suatu pertemuan atau
kegiatan belajar mengajar.

b. Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang Studi Tertentu)

Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran
bidang studi tertentu. Teknik khusus pengajaran bahasa mempunyai ragam dan jumlah yang sangat
banyak. Hal ini karena teknik mengacu kepada penyajian materi dalam lingkup yang keci!. Sebagai
contoh, teknik pengajaran keterampilan berbahasa terdiri atas teknik pembelajaran membaca, teknik
pembelajaran menulis, teknik pembelajaran berbicara, teknik pembelajaran menyimak, teknik
pembelajaran tata bahasa, dan teknik pembelajaran kosa kata. Pembelajaran membaca terbagi pula
atas teknik pembelajaran membaca permulaan dan teknik pembelajaran membaca lanjut. Masing-
masing terdiri pula atas banyak macam. Begitulah, teknik khusus itu banyak sekali macamnya
karena teknik khusus itu berhubungan dengan rincian bahan pembelajaran.

Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, misalnya guru bahasa Indonesia, hanya menggunakan satu
metode, katakanlah metode khusus pembelajaran bahasa (yang ditunjang sejum!ah pendekatan dan
prinsip), tetapi menggunakan sejumlah teknik, baik umum maupun khusus. Teknik ini setiap saat
divariasikan.

Anda mungkin juga menyukai