Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

BAHAN: ISONIAZIDUM (INH)

Disusun Oleh :

1. Nadia Putri Lestari 16330097


2. Widiya Septina Veronika 16330099
3. Rizal Aditya 16330101
4. Fajriyatur Rizqi Ramadanti 16330102
5. Mellyanah 16330103
6. Fitri Handayani 16330104

Kelas: Praktikum Teknologi Sediaan Solid (C)


Dosen: Yayah Siti Juriah., S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktek Teknologi Solid
dengan bahan aktif Isoniazid (INH) dengan baik meskipun ada kekurangan
didalamnya.

Kami berterimakasih kepada semua dosen pembimbing yang telah


memeberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan laporan praktek Teknologi
Solid ini. Kami menyadari bahwa laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Kami berharap laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun semua
yang membacanya. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Jakarta, 28 Januari 2019

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

Cover

Kata pengantar .............................................................................................. i

Daftar isi ........................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah.................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II Tinjauan pustaka ........................................................................... 4

2.1 Tablet....................................................................................................... 4

2.1.1 Pengertian tablet ................................................................................ 4

2.1.2 Ukuran tablet ..................................................................................... 4

2.1.3 Jenis sediaan tablet ............................................................................ 5

2.1.2.1 berdasarkan komponen................................................................ 5

2.1.2.2 Berdasarkan prinsip pembuatan tablet ........................................ 6

2.1.2.3 Berdasarkan tujuan penggunaan ................................................. 7

2.2 Isoniazidum ............................................................................................. 10

2.2.1 Isoniazid ............................................................................................ 10

2.2.2 Mekanisme kerja isoniazid................................................................ 11

2.2.3 Metabolisme kerja isoniazid ............................................................. 11

2.3 Tuberculosis ............................................................................................ 12

2.3.1 Definisi .............................................................................................. 12

2.3.2 Klasifikasi ......................................................................................... 12

2.3.3 Diagnosis ........................................................................................... 14

ii | P a g e
BAB III Metoda ........................................................................................... 15

3.1 Preformulasi/Monografi Zat Aktif .......................................................... 15

3.2 Preformulasi /Monografi Eksipien .......................................................... 16

3.3 Rasionalisasi Formula ............................................................................. 19

3.4 Formulasi ................................................................................................ 21

3.5 Perhitungan Formula/Bahan.................................................................... 21

3.6 Cara Kerja (Pembuatan Granul dan Tablet) ............................................ 22

3.7 Evaluasi (Bahan aktif,Granul dan tablet) ................................................ 22

3.7.1 Evaluasi Bahan Aktif ........................................................................ 23

3.7.2 Evaluasi Granul ................................................................................. 26

3.7.3 Evaluasi Tablet .................................................................................. 30

BAB IV Hasil dan Pembahasan ................................................................. 36

4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif (Isoniazid) ....................... 36

4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul .................................................. 38

4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet................................................... 40

BAB V Penutup ........................................................................................... 43

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 43

5.2 Saran ........................................................................................................ 44

Daftar Pustaka ............................................................................................. 45

Lampiran ..................................................................................................... 46

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung.Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat
lain yang cocok (Depkes RI, 1979).
Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara
fisik stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif
dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan,
homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus mengalir dengan lancar agar
dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas sediaan dan harus dapat
terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang kuat, kompak, dan stabil
selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi banyak dipilih dengan
tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa tablet
(Lachman,Leon.1994)
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah
yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986).Tablet
hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik.
Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi
persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan
yang sangat penting dalam proses pembuatannya.
Isoniazid, derivate asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatik
paling kuat terhadap M. Tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap
kuman yang berada intraselular dalam makrofag maupun di luar sel
(ekstraselular). Obat ini praktis tidak aktif terhadap bakteri lain.
Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang
diperlukan untuk membangun dinding bakteri (Tjay dan Rahardja, 2002).

1|Page
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat INH
adalah suatu antituberkulosis yang bekerja bakterisid terhadap bakteri intra
seluler serta ekstraseluler dengan mengganggu biosintesa asam mikolat
dari sel bakteri pada rute pemberian peroral. Isoniazid dapat diberikan
tunggal atau dikombinasikan dengan rifampisin (Depkes RI, 1995).
Isoniazid, derivate asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatik
paling kuat terhadap M. Tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap kuman
yang berada intraselular dalam makrofag maupun di luar sel
(ekstraselular). Obat ini praktis tidak aktif terhadap bakteri lain.
Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid,
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri (Tjay dan Rahardja,
2002).
Isoniazid langsung diserap dalam saluran cerna. Pemberian dosis
oral sebesar 300 mg (5 mg/kg untuk anak- anak) menghasilkan konsentrasi
plasma puncak 3 – 5 µg/ml dalam 1 – 2 jam (Shargel, 1988).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja syarat dan sifat granul?
2. Apa saja pengantar formulasi tablet?
3. Bagaimana upaya untuk mencapai tablet yang memenuhi syarat?
4. Apa saja komponen tablet ?
5. Apa saja contoh formulasi tablet ?
6. Bagaimana desain dan pengempaan tablet yang baik ?
7. Apa saja permasalahan yang muncul dalam proses pembuatan tablet
INH?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa memahami syarat dan sifat granul
2. Agar Mahasiswa memahami pengantar formulasi tablet

2|Page
3. Agar Mahasiswa memahami cara untuk membuat tablet yang memenuhi
syarat.
4. Agar Mahasiswa memahami komponen- komponen tablet.
5. Agar Mahasiswa memahami formulasi tablet.
6. Agar Mahasiswa memahami cara membuat desain dan pengempaan
tablet yang baik
7. Agar Mahasiswa mengetahui Solusi dari masalah yang terjadi pada
proses pembuatan tablet INH.

3|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet
2.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi.Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal
2406).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang
digunakan untuk obat hewan besar (Depkes RI, 1995).
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar,
segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal
orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan
karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan
warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain. (Depkes RI, 2009).
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang
terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.

2.1.2 Ukuran Tablet


a. Menurut R. Voigt :
Garis tengah pada umumnya 15-17 mm
Bobot tablet pada umumnya 0,1-1 g
b. Menurut Lachman :
Tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inci
Berat tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg
Diameternya ¼-7/6 inci
c. Menurut DOM Martin: 1/8-1 1/5 inci

4|Page
d. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet

2.1.3 Jenis Sediaan Tablet


2.1.2.1 Berdasarkan komponen
Tablet tersusun atas beberapa komponen seperti zat aktif dan zat eksipien
atau tambahan. Yang termasuk zat tambahan adalah bahan pengisi, bahan
pengikat, bahan penghancur, bahan pengembang, bahan pelican, glidan,
bahan penyalut, ajuvan seperti pewarna dan pengaroma.
1. Bahan pengisi (diluent atau filler)
Bahan pengisi ditambahkan dengan tujuan untuk memperbesar
volume dan berat tablet. Bahan pengisi yang umum digunakan adalah
laktosa, pati, dekstrosa, dikalsium fosfat dan mikrokristal selulosa
(Avicel). Bahan pengisi dipilih yang dapat meningkatkan fluiditas dan
kompresibilitas yang baik.

2. Bahan pengikat (binder)


Bahan pengikat membantu perlekatan partikel dalam formulasi,
memungkin granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tablet
nya. Bahan pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan
dan daya tahan tablet. Oleh karena itu bahan pengikat menjamin
penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat.
Bahan pengikat umum nya yang digunakan adalah gom akasia, gelatin,
sukrosa, PVP (povidone), metil selulosa, karboksimetil selulosa dan
pasta pati terhidrolisa

3. Bahan penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecah nya
atau hancur nya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan.
Bahan penghancur akan menarik air dalam tablet, mengembang dan
menyebabkan tablet nya pecah menjadi bagian-bagian kecil sehingga

5|Page
memungkinkan larut nya obat dari obat dan tercapai nya bioavibilitas
yang diharapkan. Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan
kentang, turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin
penukar ion dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang
dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau
menghancurkan tablet setelah masuk dalam saluran pencernaan

4. Bahan pelican
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara
dinding die dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung.
Banyak bahan dapat dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa
penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik perlu
dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang terjadi masalah.
Hal ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi
yang terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping
karena banyak bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin
biasanya digunakan dalam jumlah kecil antara 0,5- 1% tetapi mungkin
kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%.
Contoh umum bahan pelicin antara lain petrolatum cair, talk,
magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat,
likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan
setelah terbentuk granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika
terletak di luar granul.

2.1.2.2 Berdasarkan Prinsip Pembuatan Tablet


a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk atau granul menggunakan pons atau cetakan baja.

b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
6|Page
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan.

2.1.2.3 Berdasarkan Tujuan Penggunannya


a. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
1) Tablet konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal
yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan
bahan eksipien seperti :
- Pengisi (member bentuk) : laktosa
- Pengikat (member adhesivitas atau kelekatan saat bertemu
saluran cerna): amylum, gelatin, tragakan
- Disintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

2) Tablet Kempa Multi atau Kempa Ganda


Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari siklus
kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau
lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya
dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan).

3) Tablet Lepas Lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet
tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang
kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat
aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu.

4) Tablet Lepas Tunda


Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang
tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam
usus halus yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-
waktu tertentu.

7|Page
5) Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan
gula baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat
aktif terhadap lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa
dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.

6) Tablet salut Film


Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak
dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat dalam
saluran cerna.penyalutan tidak perlu berkali-kali.

7) Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2.Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru
diminum.

8) Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah sebelum ditelan.

b. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut


1) Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan diantara gusi
dan pipi.Biasanya keras dan berisi hormone.Bekerja sistemik,
tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama
(secara perlahan).

2) Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan dibawah lidah,
berisi nitrogliserin.Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh
darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut

8|Page
agar dapat segera memberi efek terapi.Diabsorbsi oleh selaput
lendir dibawah lidah.

3) Tablet Hisap atau Lozenges


Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan
bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan
lokal pada selaput lender mulut.

4) Dental Cones (Kerucut Gigi)


Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk
ditempatkan dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi.
Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri
ditempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa
anti bakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk
mengurangi pendarahan dengan melepaskan suatu astringen atau
koagulan.

c. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh


1) Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara
rectal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

2) Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan
dalam vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat
aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan
untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk
penggunaan steroid dalam pengobatan sistemik.

9|Page
d. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin
tablet harus steril.Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB,
mencegah kehamilan).

e. Tablet Cetak Untuk Penggunaan Lain


1) Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk
penggunaan tertentu. Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil
umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif
terukur yang tepat untuk peracikan obat. Digunakan sebagai tablet
sublingual atau dilepaskan diatas lidah atau ditelan dengan air
minum.

2) Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau
melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat
sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut
steril

3) Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker untuk meracik suatu bentuk
sediaan padat atau cair.Dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam
air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk
mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

2.2 Isoniazidum
2.2.1 Isoniazid
Isoniazid adalah salah satu obat pilihan untuk obat lini pertama
tuberkulosis.Fungsinya adalah untuk menghambat produksi dari asam
mikolat, komponen dinding sel penting pada bakteri.Asam mikolat ini
menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap kerusakan kimia dan

10 | P a g e
dehidrasi, sehingga mencegah aktifitas efektif dari antibiotik
hidrofobik.Selain itu, asam mikolat membuat bakteri mampu tumbuh
didalam makrofag, bersembunyi dari sistem imun host. Oleh karena itu
sangat penting memilih asam mikolat sebagai target obat.

2.2.2 Mekanisme Kerja Isoniazid


Mekanisme kerja utama dari isoniazid adalah dengan berfokus
pada pembentukan berbagai senyawa reaktif yaitu reactive oxygen species
(ROS). Setelah isoniazid beredar dalam aliran darah, isoniazid akan
berdifusi secara pasif masuk ke dalam tubuh bakteri, yang mana bentuk
tidak aktif dari isoniazid akan diaktifkan oleh MnCl2 dan enzim katalase-
peroksidase. Enzim ini juga berfungsi untuk melawan kadar pH rendah
ketika terjadi proses oksidatf yang mengubah radikal bebas oksigen
menjadi H2O2 di dalam fagosom. Proses ini juga mengubah isoniazid
menjadi bentuk aktifnya, dimana bentuk aktifnya ini akan berikatan
dengan NADH di sisi aktif protein InhA. Kompleks ini akan mengahmbat
elongasi dari rantai terakhir asam lemak dan karenanya pembentukan asam
mikolatdan dinding sel pun terhambat, sehingga juga menyebabkan
deoksiribonucleotidaacid (DNA) bakteri rusak, dan kemudian bakteri
tersebut akan mati.
Kerja dari isoniazid sangat penting di minggu pertama pengobatan
terutama pada bakteri yang cepat membelah.Pada bakteri yang lambat
tumbuh, obat ini bekerja sebagai bakterisidal.

2.2.3 Metabolisme Kerja Isoniazid


Isoniazid diabsorbsi di traktus gastrointestinal, setelah diminum
oral.Konsentrasi plasma tertinggi dicapai 1-2 jam setelah konsumsi. Jika
dikonsumsi bersama makanan, maka bioavailabilitasnya akan berkurang.
Sebagian besar beredar di dalam cairan, termasuk serebrospinal, kulit,
sputum, paru, saliva, dan otot. Metabolisme utamanya adalah mengalami
asetilasi di hepar, melewati beberapa proses dan diubah menjadi zat aktif

11 | P a g e
oleh enzim mikrosomal hepatik. Metabolit aktif ini dapat menyebabkan
hepatotoksisitas.
Isoniazid diekskresikan dalam bentuk utuh dan metabolit melalui
ginjal, dan juga lewat air susu ibu. Selain itu sebagian kecil diekskresi
melalui saliva, sputum, dan feses.Waktu paruh isoniazid bervariasi dari 1-
4 jam pada orang normal, dan memanjang pada gagal ginjal atau gagal
hati.( Oliviera I, 2016 )

2.3 Tuberculosis
2.3.1 Definisi
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru.Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan.Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.

2.3.2 Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi Tb paruyaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


a. Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru adalah adalah tuberculosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru),
dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

12 | P a g e
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,
yaitu pada Tb Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif
➢ Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
➢ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
➢ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman Tb positif.
➢ 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negative


➢ Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
negatif.
➢ Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
➢ Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
➢ Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk
diberikan pengobatan

3. Klasifikasi berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat


pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:
a. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4
minggu).

13 | P a g e
b. Kasus Kambuh ( Relaps )
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.

c. Kasus Setelah Putus Berobat


Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.

d. Kasus setelah gagal (failure)


Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.

e. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.

2.3.3 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala
klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik.Pada program
tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosisutama. Pemeriksaan lain seperti
radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja.Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TBparu, sehingga sering terjadi overdiagnosis. ( Wahyuningsih E, 2014 )

14 | P a g e
BAB III

METODA

3.1 Preformulasi/Monografi Zat Aktif


Nama Bahan Aktif : Isoniazidum (INH)
(FI V, hal 518)

No. Parameter Data


1. Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih atau tidak
berwarna
2. Kelarutan Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol (95%), sukar larut dalam kloroform dan
dalam eter
3. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus
cahaya
4. Dosis Dewasa: 300 mg/hari
- Anak:10 mg/kg BB perhari

5. Stabilitas - Terhidrolisis pada ph antara 6 sampai


7,5
- Susut pengeringan tidak lebih dari 1%,
dilakukan pada suhu 105° selama 4 jam
- Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,2%
6. Inkomptabilitas Isoniazid tidak cocok dengan Chloral, aldehid,
yodium, hipoklorit dan garam ferric. Isoniazid
juga tidak cocok dengan pembuat proses
oksidasi. Isoniazid boleh bereaksi dengan gula
dan ketones. Isoniazid dapat bereaksi sebagai
cuka lemah atau suatu dasar lemah, isoniazid
dapat terdekomposisi oleh reaksi redoks.
7. OTT
8. Indikasi Antituberkolosa

15 | P a g e
3.2 Preformulasi/Monografi Eksipien
Nama Bahan Tambahan : Amylum

No. Parameter Data


1. Nama Kimia Strach [9005-25-8]
2. Berat molekul 300-1000 tergantung jenis amylum
3. BJ 1,478 gram/cm3
4. Kadar
5. Pemerian Amylum tidak berbau,tidak berasa,warna putih
sampai putih tua,serbuk halus
6. Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol 96% dan
dalam air dingin, pati mengembang seketika
dalam air sekitar 5-10% pada 37oC.Pati
menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas
suhu gelatinasi
8. Stabilitas Pati kering stabil jika dilindungi dari
kelembapan tinggi. Pati dianggap sebagai
bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi
penyimpanan dibawah normal. Larutan
amilum atau pada amilum tidak stabil dan
mudh dimetabolisme oleh mikroorganisme.
Karena itu untuk granulasi basah harus selalu
dibuat baru.
9. Penyimpanan Dalam tempat sejuk dan kering
10. Inkomptabilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi
kuat. Berwarna senyawa inklusi terbentuk
dengan iodium
11. Kegunaan Desintegran 3-25%
Pengikat, 3-20%

16 | P a g e
Nama Bahan Tambahan : Magnesium Stearat

No. Parameter Data

1. Nama Kimia Octadecanoic acid magnesium salt

2. Rumus Kimia C36H70MgO4

3. Berat Molekul 591,29

4. Kegunaan Lubrikan

5. Pemerian Serbuk halus berwarna putih, bau samar, rasa


khas

6. Stabilitas Mg stearat stabil dan dapat disimpan dalam


wadah tertutup rapat kering

7. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering

8. Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam kuat, basa, garam


besi. Hindari pencampuran dengan bahan yang
teroksidasi kuat. Mg stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang mengandung
aspirin, beberapa vitamin dan garam besi.

9. BJ 1,092 gram/cm2

17 | P a g e
Nama Bahan Tambahan : Talkum

No. Parameter Data


1. Nama Kimia Talk (14807-96-6)
2. Rumus molekul Mg6(S12O5)4(OH)4
3. Pemerian Sangat halus,warna puth sampai putih keabu-
abuan,tidak berbau,berkilat mudah melekat pada
kulit dan bebas dari butiran
4. Kelarutan Tidak larut dalam hamper semua pelarut
5. Kegunaan Glidan (1%-10%)
6. Stabiitas Stabil,dapat disterilisasi dengan pemanasan sampai
160oC tidak kurang dari 1 jam dapat juga disterilkan
dengan gas etilen oxide atau gama radiasi
7. Penyimpanan Tidak harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan tempat kering

Nama Bahan Tambahan : Metil Selulosa

No. Parameter Data


1. Nama Kimia Cellulose methyl eter
2. Rumus molekul C6H7O2(OH)X(OCH3)Y
3. Pemerian Putih, serbuk hablur atau granul, tidak berbau, tidak
berasa
4. Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform,
etanol 95%, eter, larutan garam jenuh, toluen dan air
panas. Larut dalam asam asetat glasial dan dicampur
nya sama dengan volume etanol dan kloroform.
5. Kegunaan Pengikat
6. Stabiitas Stabil, meskipun sedikit higroskopis
7. Penyimpanan Disimpan dalam wadah tertutup baik dan pada
tempat sejuk

18 | P a g e
3.3 Rasionalisasi Formula

Alternatif Pemecahan Masalah


No Rumusan Komponen Proses Pengawasan Keputusan
Masalah Mutu
Metode apa -Granulasi Pencampuran - Granulasi
yang cocok Basah basah,karena
untuk Isoniazid memiliki
pembuatan kompresibilitasnya
tablet yang buruk. zat
Isoniazid? aktif isoniazid ini
merupakan serbuk
hablur yang
mudah larut dalam
air sehingga cocok
untuk metode
granulasi basah
dan zat aktif ini
terurai perlahan-
lahan oleh udara
dan cahaya
Fungsi aqua Pencampuran Uji Aqua destilata
Homogenitas
yang - digunakan sebagai
digunakan zat pengikat dan
dalam pelarut zat aktif.
pembuatan
tablet Isoniazid
?
Pada tempratur - Pengeringan Uji Stabilitas Isoniazid stabil
berapakah zat
pada temperatur
aktif itu stabil
dalam 170-173oC (dalam
pemanasan?
bentuk serbuk).
Bahan - Zat pengisi Pencampuran Uji Bobot tablet yang
tambahan
Homogenitas dibuat 450 mg
apakah yang
digunakan sedangkan bobot
untuk mengisi
INH 300 mg
bobot tablet?
sehingga
ditambahkan zat
pengisi amilum
19 | P a g e
untuk menambah
bobot tablet
Untuk -Pengikat Pencampuran Untuk
memperbaiki
memperbaiki
kompresibilitas
perlu kompresibilitas
penambahan
ditambahkan zat
zat tambahan
apa? pengikat yaitu
Amylum manihot,
3-20%
Zat tambahan - Mg.Stearat Pencampuran Mg stearat
apa yang berfungsi
digunakan menurunkan friksi
sebagai antara serbuk dan
penurun friksi die
antara serbuk
dan die?

20 | P a g e
3.4 Formulasi

Fungsi (Untuk Penimbangan Bahan


Nama Pemakaian
No Farmakologis/ Unit Batch
Bahan Lazim (%)
Farmasetik) 500 mg 300 tablet
1. Isoniazid Bahan Aktif 66,6% Mg G
2. Amylum Penghancur
5% Mg G
3-25%
3. Amylum
Pengisi 22,4% Mg G
3-25%
3. Talk Pelincir 2% Mg G
4. Mg.Stearat Pelicin 1% Mg G
5. Metil
Pengikat 3% Mg G
Selulosa
6. Aquades Pelarut Qs - -

3.5 Perhitungan Formula/Bahan


Perhitungan :
o Bobot keseluruhan tablet  bobot per tablet x jumlah tablet yang
dibuat
Bobot keseluruhan tablet 450mg x 200 = 90.000 mg = 90 g
o Bobot granul = % total bahan - % kadar air
Bobot granul = 138 g

o Fase Dalam
1. Isoniazid 300 mg  300 mg x 200 tab = 60.000 mg =
60 g
2. Metil Selulosa 3%  3/100 x 90 g = 2,7 g
3. Amylum 5/100 x 90 g = 4,5 g

o Fase Luar
1. Talk  2/100 x 90 g = 1,8 g
21 | P a g e
2. Mg stearat  1/100 x 90 g = 0,9 g
3. Amylum  100% - (66,6 % + 3% + 5% + 1% + 2%)
100% - 77,6% = 22,4 %
22,4% x 90 = 20,16 g

3.6 Cara Kerja (Pembuatan Granul dan Tablet)


o Penghalusan Bahan Aktif (Isoniazid)
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang isoniazid sebanyak 90 g
3. Dihaluskan hingga homogen

o Pembuatan Larutan Pengikat


1. Dimasukan sebagian metil selulosa larutkan dengan air (m1)
2. Masukan sebagian amylum kemudian diberikan dengan air
dingin lalu dipanaskan di atas api hingga menjadi massa
transparan
3. Campurkan m1 kedalamnya

o Proses Granulasi
1. Diayak isoniazid, Amylum dengan menggunakan ayakan mesh
18
2. Dituang ketiga bahan tadi ke dalam baskom
3. Diaduk hingga homogen
4. Ditambahkan mucilago amylum sedikit demi sedikit hingga
terbentuk massa yang kompak.
5. Diayak granulasi massa basah dengan ayakan mesh 12
6. Dikeringkan granulat dalam oven dengan suhu 40-60oC

o Pencampuran Akhir
1. Diayak granulat yang telah kering dengan ayakan Mesh 14
2. Ditambahkan kedalam fase luar ( talk, dan Mg Stearat)
3. Dicetak dalam mesin cetak.

22 | P a g e
3.7 Evaluasi (Bahan Aktif,Granul dan Tablet)
3.7.1 Evaluasi Bahan Aktif
I. Uji Bulk Density
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
1. Ditimbang bahan aktif 50 g
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan:
x/a ml = = 0,49 g/ml

II. Uji Tap Density


1. Gelas ukur sebanyak 50 g diketuk sebanyak 300 kali
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 72 ml
3. Hasil Pengamatan:
x/a ml = = 0,694 g/ml

III. Uji Rasio Hausner


Hasil Pengamatan:

Tap density/Bulk Density = = 1,416 (buruk)

IV. Uji Kompresibilitas


Kompresibilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan
serbuk/granuluntuk setiap kompak apabiladiberi tekanan semakin
kecilnilai maka semakin baik Batasan nilai kompresibilitas:

Kompresibilitas (%) Keterangan


5-15 Baik Sekali (butiran mengalir bebas)
12-16 Baik (butiran serbuk yg mengalir
bebas)
18-21 Agak Baik (butiran bubuk)
23-28 Buruk (bubuk sangat cair)
28-35 Buruk (bubuk kohesif cair)

23 | P a g e
35-38 Sangat Buruk (bubuk kohesif cair)
>40 Amat Buruk (bubuk kohesif)
Hasil Pengamatan :

TD-BD/TD x 100%

= = 29,39%

(Buruk, bubuk kohesif cair)

V. Uji Susut Pengeringan dan kadar air


1. Masukkan wadah alumunium foil kedalam alat
2. Tutup alat
3. Tara
4. Buka penutup alat
5. Timbang bahan 5 gram. Catat hasil penimbangan (bobot basah)
6. Tutup kembali alat selama 10 menit pada suhu 105°C
7. Matikan alat. Catat bobot akhir (bobot kering) ulangi sampai
bobot konstan
8. Hasil Pengamatan :

Susut pengeringan =
= 12%

Kadar Air =
= = 13,63%

VI. Uji Sifat Alir


1. Ditimbang parasetamol sebanyak 50 mg
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
4. Hasil pengamatan:
Tan α = 2.h/d = = 0,901

α = 42,01°

24 | P a g e
VII. VII. Distribusi Ukuran Partikel
Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20
1. Timbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), berikode mesh
dan hasil penimbangan
2. Timbang 100gram
3. Masukan serbuk ke dalam mesh 12
4. Jalankan alat
5. Masukan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh wadah
6. Timbang serbuk yang bersisa pada masing-masing mesh (bobot
serbuk misal : x mesh)
7. Hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (misal y
gram)
Hasil Pengamatan 1:
Berat Wadah awal
Mesh 12 = A
Mesh 14 = B
Mesh 16 = C
Mesh 18 = D
Mesh 20 = E

Berat Wadah Akhir


Mesh 12 = 0,48 g
Mesh 14 = 0,97g
Mesh 16 = 1,63 g
Mesh 18 = 1,33 g
Mesh 20 = 1,41 g
Sisa = 91,9 g

Perhitungan: % mesh = a/f x 100%


% mesh 12 = 0,48 g/100 g x 100% = 0,52 %
% mesh 14 = 0,97 g/100 g x 100% = 1,05 %
% mesh 16 = 1,63 g/100 g x 100% = 1,77 %

25 | P a g e
% mesh 18 = 1,33 g/100 g x 100% = 1,44 %
% mesh 20 = 1,41 g/100 g x 100% = 1,53 %
% Sisa = 91,9 g/100 g x 100% = 91,9 %

Grafik :

Series 1
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
mesh 12 mesh 14 mesh 16 mesh 18 mesh 20
Series 1

3.7.2 Evaluasi Granul


I. Uji Bulk Density
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
1. Ditimbang bahan aktif 21,56 g
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur100 ml
3. Hasil Pengamatan:
x/a ml = = 0,525 g/ml

II. Uji Tap Density


1. Gelas ukur sebanyak 21,56 g diketuk sebanyak 300 kali
2. Dilihat volume dalam gelas ukur = 100 ml
3. Hasil Pengamatan:
x/a ml = = 0,567 g/ml

26 | P a g e
III. Uji Rasio Hausner
Hasil Pengamatan :

Tap density/Bulk Density =


(sangat baik)

IV. Uji Kompresibilitas


Hasil Pengamatan :
TD-BD/TD x 100%

= = 7,407 % (Excellent)

V. Uji Susut Pengeringan dan kadar air


1. Masukkan wadah alumunium foil kedalam alat
2. Tutup alat
3. Tara
4. Buka penutup alat
5. Timbang bahan 4,992 gram. Catat hasil penimbangan
(bobot basah)
6. Tutup kembali alat selama 10 menit pada suhu 105°C
7. Matikan alat. Catat bobot akhir (bobot kering) ulangi
sampai bobot konstan
8. Hasil Pengamatan :

Susut Pengeringan =

= = 11,86 %

Kadar air =

27 | P a g e
VI. Uji Sifat Alir
1. Ditimbang isoniazid sebanyak 21,56 g
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
4. Hasil pengamatan:
Tan α = 2h/diameter = = 0,304

α = 16,9 ° (sangat mudah mengalir)

VII.Distribusi Ukuran Partikel


Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20
1. Timbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), berikode
mesh dan hasil penimbangan
2. Timbang 21,56 gram
3. Masukan serbuk ke dalam mesh 12
4. Jalankan alat
5. Masukan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh
wadah
6. Timbang serbuk yang bersisa pada masing-masing mesh
(bobot serbuk misal : x mesh)
7. Hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (misal y
gram)
Hasil Pengamatan 1:
Berat Wadah awal
Mesh 12 = A
Mesh 14 = B
Mesh 16 = C
Mesh 18 = D
Mesh 20 = E

Berat Wadah Akhir


Mesh 12 = 0,08 g

28 | P a g e
Mesh 14 = 1,48 g
Mesh 16 = 3.18 g
Mesh 18 = 2,14 g
Mesh 20 = 2,68 g
Sisa = 11,45 g

Perhitungan: % mesh = a/f x 100%


% mesh 12 = 0,698 %
% mesh 14 = 12,923 %
% mesh 16 = 27,685 %
% mesh 18 = 18,689 %
% mesh 20 = 23,406 %
% Sisa = 53,11 %

Chart Title
30

25

20
Persentasi %

15 Series 1
Column1
10
Column2

0
12 14 16 18 20
Mesh

29 | P a g e
3.7.3 Evaluasi Tablet
I. Uji Organoleptis
Kesimpulan :
Rasa : Pahit
Bau : tidak berbau
Warna : Putih
Bentuk Tablet : Bulat

Penyimpangan bobot
Bobot rata-rata tablet rata-rata dalam %
A B
< 25mg 15 30
26 - 150 mg 10 20
151 - 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

II. Uji Keseragaman Bobot


Alat : Neraca Analitik
Tablet yang diuji : 20 tablet
Persyaratan :
- Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet
yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu
tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata
lebih dari harga dalam kolom “B”.
- Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada
satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari
bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun
kolom “B”.

% Penyimpangan : Berat Tablet - berat rata-rata x 100%

Berat rata-rata

30 | P a g e
Tablet Berat Tablet (mg) Selisih % Penyimpangan
1 840 16 1,90 %
2 810 14 1,72 %
3 840 16 1,90 %
4 820 4 0,48 %
o T
5 820 4 0,48 %
a
b6 820 4 0,48 %
l7 840 16 1,90 %
e
8 810 14 1,72 %
t
9 820 4 0,48 %
m
10 820 4 0,48 %
e
11 820 4 0,48 %
m
12
i 810 14 1,72 %
l
13 840 4 0,48 %
i
14 810 16 1,90 %
k
15
i 810 16 1,90 %
16 820 4 0,48 %
b
17
o 820 14 1,72 %

18 830 16 1,90 %
T
19 810 4 0,48 %
o
20
t 820 4 0,48 %
Rata-
a 821,5

rata
r
∑rata-rata 0,8215 g= 821,5 mg

o Penyimpangan A: 5% = 5% x 821,5 mg = 41,075 mg


o Batas bobot : 821,5 mg – 41,075 mg = 780,42 mg dan 821,5 mg +
41,075 mg = 862,57 mg
o Kisaran bobot : 780,42 mg – 862,57 mg

o Penyimpangan B: 10% = 10% x 821,5 mg = 82,15 mg

31 | P a g e
o Batas bobot : 821,5 mg – 82,15 mg = 739,35 mg dan 821,5 mg +
82,15 mg = 903,65 mg
o Kisaran bobot : 739,35 mg – 903,65 mg
Kesimpulan : memenuhi persyaratan, karena penyimpangan yang
diperoleh tidak ada satupun tablet yang melebihi 5% atau 10% yang
telah ditetapkan.

III. Uji KekerasanAlat : Hardness tester


Tablet yang diuji : 20 tablet
Persyaratan : 4-10 kg/cm2

Tablet Kekerasan (kg/cm2)


1 2,1
2 2,2
3 2,2
4 2,3
5 2,2
6 2,3
7 2,2
8 3
9 2,1
10 2
11 3
12 2,2
13 2,1
14 2,3
15 2,2
16 2,2
17 2,3
18 2,2
19 2,1
20 2
Rata-rata 2,26

32 | P a g e
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan, karena kurang nya tekanan pada pencetakaan tablet
atau daya pengikat dalam yaitu Methyl Selulosa kurang.

IV. Uji Kerapuhan


Alat : Friabilator
Cara Kerja: Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet,
dibersihkan terlebih dulu dari debu dan ditimbang dengan
seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke
dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4
menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah
selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan
timbang dengan seksama. Kemudian dihitung %kehilangan
bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Persyaratan : Tablet
dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1%

Tablet Kerapuhan
1 0,84
2 0,81
3 0,84
4 0,82
5 0,82
6 0,82
7 0,84
8 0,81
9 0,82
10 0,82
11 0,82
12 0,81
13 0,84
14 0,81
15 0,81
16 0,82
17 0,82
18 0,83
19 0,81
20 0,82
33 | P a g e
Bobot total : 16,43 g
Bobot setelah di uji kerapuhan : 16,16 g
Rumus :

Kesimpulan : Hasil rata-rata yang diperoleh setelah melakukan


evaluasi adalah 1,64%. Pada evaluasi ini, tablet tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.

V. Uji Keragaman Ukuran


Alat : jangka sorong
Tablet yang diuji : 10 Tablet
Persyaratan :Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 4/3 kali tebalnya tablet.

Tablet Tebal Diameter (cm)


(cm)
1 0,5 0,9
2 0,5 0,9
3 0,5 0,9
4 0,5 0,9
5 0,5 0,9
6 0,5 0,9
7 0,5 0,9
8 0,5 0,9
9 0,5 0,9
10 0,5 0,9
Rata-rata 0,5 0,9

Kesimpulan : rata-rata dari tablet yang diuji dari 10 table,


yaitu memiliki tebal 0,5 cm dan diameternya adalah 0,9 cm.

34 | P a g e
VI. Uji Waktu Hancur
Alat : disintegration tester
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet)
dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-
turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37°
C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur
dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan: waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium
asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.
Tablet Waktu Hancur (menit)
1 15
2 14,5
3 14
4 13,5
5 14
6 14,5
Rata-rata 14,25

Kesimpulan : rata-rata yang diperoleh dari uji waktu


hancur yaitu, 14 menit 15 detik, yang artinya tablet telah
memenuhi syarat karena tidak ada tablet yang waktu hancur
nya melebihi 15 menit untuk tablet tak bersalut.

35 | P a g e
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif (Isoniazid)


Untuk menghasilkan granul yang dapat dipakai untuk membuat
sediaan tablet Isoniazid yang optimal, maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi perancangan dan formulasi. Faktor-faktor
tersebut diantaranya :
1. Uji Bulk Density (Kerapatan Jenis)
Pada uji ini untuk mengetahui bobot jenis serbuk. Dengan cara
memasukkan serbuk zat aktif sebanyak 50gram kedalam gelas ukur.
Kemudian di hitung dan didapat hasil bobot jenis serbuk Isoniazid adalah
0,49 gram/ml.

2. Uji Tap Density (Berat Jenis Mampat)


Pada uji ini untuk mengetahui kerapatan yang di peroleh dari
serbuk. Dengan cara mengetuk-ngetuk an serbuk 50gr yang ada dalam
gelas ukur. Sehingga didapatkan hasil Tap Density 0,694 gr/ml

3. Uji Rasio Hausner


Pada uji ini untuk mengetahui rasio antara densitas bulk setelah
dipadatkan terhadap densitasnya tanpa pemadatan. Dan didapatkan hasil
1,416 ml menunjukkan rasio hausnernya buruk dengan range 1,35-1,45.

4. Uji Kompresibilitas
Kompresibilitas untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat
dikempa, untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat
penabletan. Persen kompresibilitas yang didapat 29,39% menandakan sifat
alirannya adalah Poor (Fluid Cohesive Powders)

36 | P a g e
5. Sifat Aliran/ Sudut Henti
Sudut henti untuk mengetahui sifat alir serbuk pada waktu
mengalami proses penabletan. Dengan cara memasukan kedalam flow rate
tester dan mengukur tinggi dan diameter serbuk. Didapat hasil 42,01
menandakan sifat alir serbuk yang di peroleh yaitu mudah mengalir.

6. Susut Pengeringan Dan Kadar Lembab


Susut pengeringan untuk memberikan batas maksimal / rentang
tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan, dengan
menggunakan alat Moisture Content Balance. Sehingga didapat hasil susut
pengeringan 12% dan kadar lembab 13,63%. Hasil kadar air zat aktif
terlalu tinggi tidak sesuai dengan yang tertera pada Farmakope III yaitu
susut pengeringan tidak lebih dari 1%.

7. Distribusi Ukuran Partikel


Pada uji ini untuk mengukur partikel zat dengan metode mikroskopi
dan pengayakan/sieving analyzer. Hasil perhitungan mesh yang didapat
yaitu :
- Mesh 12 : 0,52%
- Mesh 14 : 1,05%
- Mesh 16 : 1,77%
- Mesh 18 : 1,44%
- Mesh 20 : 1,53%

Ukuran partikel dari setiap mesh memiliki perbedaan menggambarkan


bahwa distribusi ukuran partikel dari zat isoniazid kurang baik sehingga
perlu diberi zat tambahan.

Dari evaluasi serbuk yang dilakukan, dapat diketahui bahwa serbuk


isoniazid memiliki rasio hausner, kompresibilitas yang buruk, dan susut
pengeringan yang tinggi. Untuk memperbaiki kompresibilitas dan susut
pengeringan maka di perlukan zat pengikat dan menggunakan metode
granulasi basah.

37 | P a g e
4.2 Hasil dan Pembahasan Evalusai Granul
Pada percobaan pembuatan tablet dengan metode granulasi
basah, dilakukan evaluasi terhadap granul. Evaluasi granul dilakukan
setelah terbentuk granul dari hasil pemecahan slugging, yang meliputi
pengujian Bulk Density, Tap Density, Rasio Hausner, kompresibilitas, susut
pengeringan (LOD), sifat alir, distribusi ukuran partikel.
1. Uji Bulk Density
Bulk Density adalah massa partikel yang menempati suatu unit
volume tertentu. Bulk Density merupakan parameter penting untuk
proses pengembangan dan pembuatan sediaan padat. Sekarang
digunakan dalam menentukan jumlah granul yang masuk kedalam
ruang kompresi. Dengan cara memasukan hasil granulasi sebanyak
21,56 g kedalam gelas ukur. Kemudian di hitung dan di dapat hasil
bobot jenis granul adalah 0,525 g/ml.

2. Tap Density
Tap Density adalah massa partikel yang menempati suatu unit
volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode waktu tertentu.
Nilai tap density umumnya lebih tinggi untuk partikel yang bentuknya
teratur (bola), dibandingkan dengan partikel berbentuk tidak teratur
seperti jarum. Dengan cara mengetuk-ngetukan serbuk sebanyak 21,56
g yang ada dalam gelas ukur 100 ml. Sehingga di dapatkan hasil Tap
Density 0,567 g/ml.

3. Uji Rasio Hausner


Rasio Hausner adalah untuk mengetahui rasio antara densitas bulk
setelah di padatkan terhadap densitasnya tanpa pemadatan. Dan
didapatkan hasil 0,924 menunjukan rasio hausnernya sangat baik.

4. Uji Kompresibilitas
Kompresibilitas untuk mengetahui perilaku granul pada saat
dikempa, untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat

38 | P a g e
pentabletan. Semakin kecil nilai persen kompresibilitas, semakin baik
di kompresi. Dan didapatkan hasil 7,407% menunjukan excellent (baik
sekali) yang berarti granul mampu tetap kompak apabila diberikan
tekanan.

5. Uji Susut Pengeringan dan Kadar air


Susut Pengeringan merupakan nilai yang menujukan besarnya
presentasi kehilangan bobot karena pemanasan 105ᵒC selama 1 jam.
Sedangkan kadar air adalah presentase jumlah air terhadap jumlah
granul kering. Granul yang baik mempunyai kadar air 2-5%. Dan
didapatkan hasil kadar air granul sebesar 11,8% yang berarti buruk
karena melebihi batas maksimal kadar air yang telah di tetapkan.
Gangguan yang akan timbul jika kadar air terlalu tinggi adalah ikatan
antar partikel yang menyebabkan aliran granul kurang baik,
kekompakan granul menjadi terlalu tinggi, adanya kemungkinan
bereperannya katalisator dalam reaksi kimia ( penguraian, oksidasi dan
rduksi).

6. Uji sifat alir


Uji sifat alir untuk mengetahui sifat alir granul pada waktu
mengalami proses pentabletan. Dengan cara memasukan kedalam flow
rate tester dan mengukur tinggi dan diameter serbuk. Didapat hasil
16,9ᵒ yang berarti granul tersebut mudah mengalir.

7. Distribusi Ukuran Partikel


Uji ini untuk mengukur partikel granul dengan metode mikroskopi
dan pengayakan/sieving analyzer. Hasil perhitungan mesh yang
didapat yaitu :
- Mesh 12 : 0,698%
- Mesh 14 : 12,923%
- Mesh 16 : 27,685%
- Mesh 18 : 18,689%

39 | P a g e
- Mesh 20 : 23,406%
- Sisa : 53,11%
Ukuran partikel dari setiap mesh memiliki perbedaan
menggambarkan bahwa distribusi ukuran partikel dari granul kurang
baik sehingga perlu diberi zat tambahan lainnya. Dari evaluasi granul
yang dilakukan, dapat diketahui bahwa granul tersebut memiliki susut
pengeringan yang tinggi.

4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet


Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi tablet Isoniazidum dengan
metode granulasi basah. Pengujian evaluasi meliputi keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan, waktu hancur dan disolusi, kekerasan tablet dan
keseragaman tablet.

1. Keseragaman Bobot dan Kandungan


Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tablet memenuhi syarat
jika tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-
rata yang ditetapkan pada kolom “ A “ dan tidak boleh ada satu tablet
pun yang bobot nya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan
pada kolom “ B “.
Bobot Rata – Rata Penyimpangan Bobot Rata – Rata Dalam %
Tablet A B
<25 mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

Bobot rata – rata yang diperoleh setelah melakukan praktikum


adalah 821, 5 mg, berarti penyimpangan yang digunakan pada kolom A
adalah 5% dan pada kolom B adalah 10%. Dan dari hasil persen
penyimpangan yang diperoleh tidak ada satu tablet pun yang melebihi

40 | P a g e
5% atau 10% yang telah di tetapkan. Berarti tablet telah memenuhi
syarat sesuai yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.

2. Waktu Hancur dan Disolusi


Hasil yang diperoleh setelah melakukan pengujian waktu hancur
tablet tidak bersalut dengan menggunakan alat Disintegration tester,
dengan menggunakan suhu 37°C selama 20 menit adalah 15 menit, 15
menit 45 detik, 14 menit, 13 menit 30 detik, 14 menit dan 14 menit 30
detik dan rata-rata seluruh nya adalah 14 menit 15 detik. Menurut
Farmakope Indonesia edisi III dan Farmakope Indonesia edisi IV,
waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet bersalut gula dan bersalut selaput. Hal ini berarti tablet telah
memenuhi syarat karena tidak ada tablet yang waktu hancur nya
melebihi 15 menit untuk tablet tak bersalut.

3. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet dimaksud kan untuk mengetahui kekerasan nya,
agar tablet tidak terlalu rapuh dan tidak terlalu keras. Kekerasan tablet
ini erat hubungan nya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu
hancur tablet. Menurut persyaratan, agar tablet memenuhi syarat harus
4-10kg/cm3. Dan hasil yang diperoleh setelah melakukan evaluasi
adalah 2,26kg/cm3. Tablet tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan,
hal ini dapat disebabkan karena kurang nya tekanan pada pencetakaan
tablet atau daya pengikat dalam hal ini Methyl Selulosa kurang. Karena
pada saat penambahan Methyl Selulosa disaat pembuatan granul tidak
sesuai ditakutkan granul menjadi lengket sehingga susah dalam
pengayakan nya.

4. Keregasan Tablet
Keregasan Tablet (Friability) adalah persen bobot yang hilang
setelah tablet diguncang di alat Friability Tester. Menurut Farmakope

41 | P a g e
Indonesia, keregasan tablet yang baik adalah tidak lebih dari 1%. Uji
keregasan tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Keregasan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi yang masih terdapat dalam tablet. Hasil rata-
rata yang diperoleh setelah melakukan evaluasi adalah 1,64%. Hal ini
disebabkan karena tablet Isoniazidum bukan merupakan tablet bersalut
sehingga presentasi bobot tablet yang hilang cukup banyak. Pada
evaluasi ini, tablet tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

42 | P a g e
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada laporan ini, sesuai dengan praktikum yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan aktif yang digunakan
yaitu Isoniazid (INH) dimana akan dibuat sediaan berupa tablet.
Komponen umum sediaannya yaitu amilum sebagai penghancur dan
pengisi, talkum sebagai pelincir, Mg Stearat sebgai pelicin, dan metil
selulosa sebagai pengikat. Pada pembuatan tablet dilakukan secara
granulasi basah dan dilakukan beberapa evaluasi, yaitu evaluasi
serbuk zat aktif sendiri, evaluasi granul dan evaluasi tablet.
Pada evaluasi serbuk dilakukan beberapa pengujian, yaitu uji
Bulk Density dengan hasil 0,49 gram/ml, uji Tap Density yang
hasilnya 0,694 gr/ml, uji rasio housner hasilnya 1,416 ml
menunjukkan rasio hausnernya buruk, uji kompresibilitas hasilnya
29,39% artinya sifat alirannya Poor (Fluid Cohesive Powders), uji
sifat alir dengan hasil 42,01° menandakan sifat alir serbuk mudah
mengalir, uji susut pengeringan dan kadar lembab dengan hasil susut
pengeringan 12% dan kadar air 13,63% yang tinggi tidak sesuai
dengan literatur (Farmakope III) dan uji distribusi partikel dengan
hasil distirbusi pada zat aktif ini tidak sesuai dengan literatur.
Pada evaluasi granul juga dilakukan beberapa pengamatan,
yaitu uji bulk density yang dihasilkan 0,525 g/ml, uji tap density
dengan hasil 0,567 g/ml, uji rasio hausner hasilnya hasil 0,924
(sangat baik), uji kompresibilitas dengan hasil 7,407% menunjukan
excellent, dan uji susut pengeringan dan kadar air didapatkan hasil
kadar air granul sebesar 11,8% yang berarti buruk.
Yang ketiga dilakukan evaluasi tablet, bobot tablet rata-rata
yang diperoleh setelah melakukan praktikum adalah 821, 5 mg, pada
bobot tersebut diperoleh penyimpangan tablet yang sesuai dengan

43 | P a g e
literatur, uji waktu hancur dan disolusi diperoleh hasil rata-rata 14
menit 15 detik hasil ini sesuai dengan literatur, yaitu <15 menit, uji
kekerasan tablet yang hasilnya adalah 2,26kg/cm3 (tidak memenui
persyaratan).

5.2 Saran
Demikianlah laporan yang dapat kami sajikan. Apabila terdapat kesalahan
dari kami baik dari segi penulisan maupun penyampaian, kami selaku
penyusun laporan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
1. Diharapkan dalam proses pembuatan tablet, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah kebersihan laboratorium dan meja kerja, serta
kesiapan alat-alat yang digunakan untuk praktikum tersebut.
2. Sebaiknya dalam praktikum, mahasiswa/i mengutamakan ketelitian agar
mengurangi kesalahan dalam pembuatan tablet yang akan dibuat.
3. Diharapkan alat praktikum memadai dan bahan yang digunakan sudah
sesuai, sehingga dapat menunjang praktium teknologi sediaan solid dalam
pembuatan tablet.
4. Diharapkan kedepannya praktikan dapat memilih dengan tepat metode
yang dilakukan sesuai dengan sifat bahan aktif, serta pemilihan zat
tambahan agar hasil tabletnya memiliki sifat yang baik pada saat evaluasi
tablet. Tablet yang kompak, tidak rapuh, dan bagus secara fisik serta sesuai
secara kimia.

44 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Anief,Moh. 2012. Farmasetika. Yogyakarta. UGM Press

Ansel. 2013. Bentuk Sediaann Farmasetis dan Sistem Penghantar Obat. Jakarta:

EGC

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM : Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Dirjen POM : Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pelayanan Informasi Obat. Dirjen POM : Jakarta.

Kurniawan, dkk. 2009. Teknologi Sediaan Farmas. Yogyakarta. Graha Ilmu

Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2. University

Indonesia Press : Jakarta.

Lachman, L H A Lieberman dan J L Kanig. 1986. Teori dan Praktek Farmasi

Industri Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Solid, ISTN. 2011 : Jakarta

Tjay, Rahardja, dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta

Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. EGC : Jakarta.

45 | P a g e
LAMPIRAN

Zat Aktif Pengikat Lubrikan

Glidan Pengikat Setelah Uji Kekerasan

Proses Oven Desintegration Tester Friability

46 | P a g e
Hardness tester Ayakan Drying

Granul Kering Proses pencetakan Tablet jadi

47 | P a g e
48 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai