Disusun Oleh :
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktek Teknologi Solid
dengan bahan aktif Isoniazid (INH) dengan baik meskipun ada kekurangan
didalamnya.
Kami berharap laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun semua
yang membacanya. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Penyusun
i|Page
DAFTAR ISI
Cover
2.1 Tablet....................................................................................................... 4
ii | P a g e
BAB III Metoda ........................................................................................... 15
Lampiran ..................................................................................................... 46
iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1|Page
Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang sering disingkat INH
adalah suatu antituberkulosis yang bekerja bakterisid terhadap bakteri intra
seluler serta ekstraseluler dengan mengganggu biosintesa asam mikolat
dari sel bakteri pada rute pemberian peroral. Isoniazid dapat diberikan
tunggal atau dikombinasikan dengan rifampisin (Depkes RI, 1995).
Isoniazid, derivate asam isonikotinat ini berkhasiat tuberkulostatik
paling kuat terhadap M. Tuberculosis (dalam fase istirahat) dan bersifat
bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat. Aktif terhadap kuman
yang berada intraselular dalam makrofag maupun di luar sel
(ekstraselular). Obat ini praktis tidak aktif terhadap bakteri lain.
Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid,
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri (Tjay dan Rahardja,
2002).
Isoniazid langsung diserap dalam saluran cerna. Pemberian dosis
oral sebesar 300 mg (5 mg/kg untuk anak- anak) menghasilkan konsentrasi
plasma puncak 3 – 5 µg/ml dalam 1 – 2 jam (Shargel, 1988).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Agar Mahasiswa memahami syarat dan sifat granul
2. Agar Mahasiswa memahami pengantar formulasi tablet
2|Page
3. Agar Mahasiswa memahami cara untuk membuat tablet yang memenuhi
syarat.
4. Agar Mahasiswa memahami komponen- komponen tablet.
5. Agar Mahasiswa memahami formulasi tablet.
6. Agar Mahasiswa memahami cara membuat desain dan pengempaan
tablet yang baik
7. Agar Mahasiswa mengetahui Solusi dari masalah yang terjadi pada
proses pembuatan tablet INH.
3|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet
2.1.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat
dengan atau tanpa bahan pengisi.Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. (USP 26, Hal
2406).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang
digunakan untuk obat hewan besar (Depkes RI, 1995).
Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar,
segitiga, lonjong dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari / mencegah / menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal
orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan
karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan
warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,
membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain. (Depkes RI, 2009).
Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang
terkandung, jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.
4|Page
d. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet
3. Bahan penghancur
Bahan penghancur ditambahkan untuk memudahkan pecah nya
atau hancur nya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan.
Bahan penghancur akan menarik air dalam tablet, mengembang dan
menyebabkan tablet nya pecah menjadi bagian-bagian kecil sehingga
5|Page
memungkinkan larut nya obat dari obat dan tercapai nya bioavibilitas
yang diharapkan. Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan
kentang, turunan amilum seperti karboksimetil selulosa, resin, resin
penukar ion dan bahanbahan lain yang membesar atau mengembang
dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau
menghancurkan tablet setelah masuk dalam saluran pencernaan
4. Bahan pelican
Digunakan untuk mengurangi gaya gesekan yang terjadi diantara
dinding die dan tepi tablet selama proses penabletan berlangsung.
Banyak bahan dapat dikempa dan mempunyai hasil baik tanpa
penambahan bahan pelicin tetapi untuk bahan higroskopik perlu
dilakukan penambahan bahan pelicin karena kadang terjadi masalah.
Hal ini tergantung dari tingkat kekeringan bahan. Proses granulasi
yang terlalu basah akan diperoleh hasil tablet yang terlalu ramping
karena banyak bahan yang lengket dalam mesin. Bahan pelicin
biasanya digunakan dalam jumlah kecil antara 0,5- 1% tetapi mungkin
kurang dari 0,1% dan lebih dari 5%.
Contoh umum bahan pelicin antara lain petrolatum cair, talk,
magnesium stearat dan stearan dan asam stearat, kalsium stearat,
likopodium (untuk tablet yang berwarna). Bahan pelicin ditambahkan
setelah terbentuk granul. Bahan pelicin bekerja paling efektif jika
terletak di luar granul.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada
6|Page
pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak
tergantung pada kekuatan yang diberikan.
7|Page
5) Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan
gula baik berwarna maupun tidak. Tujuannya untuk melindungi zat
aktif terhadap lingkungan udara (O2, kelembaban), menutup rasa
dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
7) Tablet Effervesen
Tablet kempa jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2.Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru
diminum.
8) Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus
dikunyah sebelum ditelan.
2) Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan dibawah lidah,
berisi nitrogliserin.Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh
darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut
8|Page
agar dapat segera memberi efek terapi.Diabsorbsi oleh selaput
lendir dibawah lidah.
2) Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan
dalam vagina yang didalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat
aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan
untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk
penggunaan steroid dalam pengobatan sistemik.
9|Page
d. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet implantasi atau pelet dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin
tablet harus steril.Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB,
mencegah kehamilan).
2) Tablet Hipodermik
Tablet cetak atau kempa yang dibuat dari bahan mudah larut atau
melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat
sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut
steril
3) Tablet Dispending
Tablet yang digunakan oleh apoteker untuk meracik suatu bentuk
sediaan padat atau cair.Dimaksudkan untuk ditambahkan kedalam
air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk
mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.
2.2 Isoniazidum
2.2.1 Isoniazid
Isoniazid adalah salah satu obat pilihan untuk obat lini pertama
tuberkulosis.Fungsinya adalah untuk menghambat produksi dari asam
mikolat, komponen dinding sel penting pada bakteri.Asam mikolat ini
menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap kerusakan kimia dan
10 | P a g e
dehidrasi, sehingga mencegah aktifitas efektif dari antibiotik
hidrofobik.Selain itu, asam mikolat membuat bakteri mampu tumbuh
didalam makrofag, bersembunyi dari sistem imun host. Oleh karena itu
sangat penting memilih asam mikolat sebagai target obat.
11 | P a g e
oleh enzim mikrosomal hepatik. Metabolit aktif ini dapat menyebabkan
hepatotoksisitas.
Isoniazid diekskresikan dalam bentuk utuh dan metabolit melalui
ginjal, dan juga lewat air susu ibu. Selain itu sebagian kecil diekskresi
melalui saliva, sputum, dan feses.Waktu paruh isoniazid bervariasi dari 1-
4 jam pada orang normal, dan memanjang pada gagal ginjal atau gagal
hati.( Oliviera I, 2016 )
2.3 Tuberculosis
2.3.1 Definisi
Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru.Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel
yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru.Tb paru ini bersifat
menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis jaringan.Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
2.3.2 Klasifikasi
12 | P a g e
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis,
yaitu pada Tb Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif
➢ Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif.
➢ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.
➢ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman Tb positif.
➢ 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
13 | P a g e
b. Kasus Kambuh ( Relaps )
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh tetapi
kambuh lagi.
e. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien
dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.
2.3.3 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala
klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik.Pada program
tuberkulosis nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosisutama. Pemeriksaan lain seperti
radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang
diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja.Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TBparu, sehingga sering terjadi overdiagnosis. ( Wahyuningsih E, 2014 )
14 | P a g e
BAB III
METODA
15 | P a g e
3.2 Preformulasi/Monografi Eksipien
Nama Bahan Tambahan : Amylum
16 | P a g e
Nama Bahan Tambahan : Magnesium Stearat
4. Kegunaan Lubrikan
9. BJ 1,092 gram/cm2
17 | P a g e
Nama Bahan Tambahan : Talkum
18 | P a g e
3.3 Rasionalisasi Formula
20 | P a g e
3.4 Formulasi
o Fase Dalam
1. Isoniazid 300 mg 300 mg x 200 tab = 60.000 mg =
60 g
2. Metil Selulosa 3% 3/100 x 90 g = 2,7 g
3. Amylum 5/100 x 90 g = 4,5 g
o Fase Luar
1. Talk 2/100 x 90 g = 1,8 g
21 | P a g e
2. Mg stearat 1/100 x 90 g = 0,9 g
3. Amylum 100% - (66,6 % + 3% + 5% + 1% + 2%)
100% - 77,6% = 22,4 %
22,4% x 90 = 20,16 g
o Proses Granulasi
1. Diayak isoniazid, Amylum dengan menggunakan ayakan mesh
18
2. Dituang ketiga bahan tadi ke dalam baskom
3. Diaduk hingga homogen
4. Ditambahkan mucilago amylum sedikit demi sedikit hingga
terbentuk massa yang kompak.
5. Diayak granulasi massa basah dengan ayakan mesh 12
6. Dikeringkan granulat dalam oven dengan suhu 40-60oC
o Pencampuran Akhir
1. Diayak granulat yang telah kering dengan ayakan Mesh 14
2. Ditambahkan kedalam fase luar ( talk, dan Mg Stearat)
3. Dicetak dalam mesin cetak.
22 | P a g e
3.7 Evaluasi (Bahan Aktif,Granul dan Tablet)
3.7.1 Evaluasi Bahan Aktif
I. Uji Bulk Density
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
1. Ditimbang bahan aktif 50 g
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
3. Hasil Pengamatan:
x/a ml = = 0,49 g/ml
23 | P a g e
35-38 Sangat Buruk (bubuk kohesif cair)
>40 Amat Buruk (bubuk kohesif)
Hasil Pengamatan :
TD-BD/TD x 100%
= = 29,39%
Susut pengeringan =
= 12%
Kadar Air =
= = 13,63%
α = 42,01°
24 | P a g e
VII. VII. Distribusi Ukuran Partikel
Alat yang digunakan adalah ayakan mesh 12,14,16,18,20
1. Timbang wadah atau kotak kertas (5 wadah), berikode mesh
dan hasil penimbangan
2. Timbang 100gram
3. Masukan serbuk ke dalam mesh 12
4. Jalankan alat
5. Masukan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh wadah
6. Timbang serbuk yang bersisa pada masing-masing mesh (bobot
serbuk misal : x mesh)
7. Hitung total serbuk yang tersisa pada seluruh mesh (misal y
gram)
Hasil Pengamatan 1:
Berat Wadah awal
Mesh 12 = A
Mesh 14 = B
Mesh 16 = C
Mesh 18 = D
Mesh 20 = E
25 | P a g e
% mesh 18 = 1,33 g/100 g x 100% = 1,44 %
% mesh 20 = 1,41 g/100 g x 100% = 1,53 %
% Sisa = 91,9 g/100 g x 100% = 91,9 %
Grafik :
Series 1
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
mesh 12 mesh 14 mesh 16 mesh 18 mesh 20
Series 1
26 | P a g e
III. Uji Rasio Hausner
Hasil Pengamatan :
= = 7,407 % (Excellent)
Susut Pengeringan =
= = 11,86 %
Kadar air =
27 | P a g e
VI. Uji Sifat Alir
1. Ditimbang isoniazid sebanyak 21,56 g
2. Dimasukkan kedalam alat Flow Rate Tester
3. Diukur tinggi dan diameter serbuk (berbentuk kerucut)
4. Hasil pengamatan:
Tan α = 2h/diameter = = 0,304
28 | P a g e
Mesh 14 = 1,48 g
Mesh 16 = 3.18 g
Mesh 18 = 2,14 g
Mesh 20 = 2,68 g
Sisa = 11,45 g
Chart Title
30
25
20
Persentasi %
15 Series 1
Column1
10
Column2
0
12 14 16 18 20
Mesh
29 | P a g e
3.7.3 Evaluasi Tablet
I. Uji Organoleptis
Kesimpulan :
Rasa : Pahit
Bau : tidak berbau
Warna : Putih
Bentuk Tablet : Bulat
Penyimpangan bobot
Bobot rata-rata tablet rata-rata dalam %
A B
< 25mg 15 30
26 - 150 mg 10 20
151 - 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
Berat rata-rata
30 | P a g e
Tablet Berat Tablet (mg) Selisih % Penyimpangan
1 840 16 1,90 %
2 810 14 1,72 %
3 840 16 1,90 %
4 820 4 0,48 %
o T
5 820 4 0,48 %
a
b6 820 4 0,48 %
l7 840 16 1,90 %
e
8 810 14 1,72 %
t
9 820 4 0,48 %
m
10 820 4 0,48 %
e
11 820 4 0,48 %
m
12
i 810 14 1,72 %
l
13 840 4 0,48 %
i
14 810 16 1,90 %
k
15
i 810 16 1,90 %
16 820 4 0,48 %
b
17
o 820 14 1,72 %
∑
18 830 16 1,90 %
T
19 810 4 0,48 %
o
20
t 820 4 0,48 %
Rata-
a 821,5
∑
rata
r
∑rata-rata 0,8215 g= 821,5 mg
31 | P a g e
o Batas bobot : 821,5 mg – 82,15 mg = 739,35 mg dan 821,5 mg +
82,15 mg = 903,65 mg
o Kisaran bobot : 739,35 mg – 903,65 mg
Kesimpulan : memenuhi persyaratan, karena penyimpangan yang
diperoleh tidak ada satupun tablet yang melebihi 5% atau 10% yang
telah ditetapkan.
32 | P a g e
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan, karena kurang nya tekanan pada pencetakaan tablet
atau daya pengikat dalam yaitu Methyl Selulosa kurang.
Tablet Kerapuhan
1 0,84
2 0,81
3 0,84
4 0,82
5 0,82
6 0,82
7 0,84
8 0,81
9 0,82
10 0,82
11 0,82
12 0,81
13 0,84
14 0,81
15 0,81
16 0,82
17 0,82
18 0,83
19 0,81
20 0,82
33 | P a g e
Bobot total : 16,43 g
Bobot setelah di uji kerapuhan : 16,16 g
Rumus :
34 | P a g e
VI. Uji Waktu Hancur
Alat : disintegration tester
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet)
dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-
turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37°
C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur
dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan: waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium
asam, dan harus segera hancur dalam medium basa.
Tablet Waktu Hancur (menit)
1 15
2 14,5
3 14
4 13,5
5 14
6 14,5
Rata-rata 14,25
35 | P a g e
BAB IV
4. Uji Kompresibilitas
Kompresibilitas untuk mengetahui perilaku serbuk pada saat
dikempa, untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat
penabletan. Persen kompresibilitas yang didapat 29,39% menandakan sifat
alirannya adalah Poor (Fluid Cohesive Powders)
36 | P a g e
5. Sifat Aliran/ Sudut Henti
Sudut henti untuk mengetahui sifat alir serbuk pada waktu
mengalami proses penabletan. Dengan cara memasukan kedalam flow rate
tester dan mengukur tinggi dan diameter serbuk. Didapat hasil 42,01
menandakan sifat alir serbuk yang di peroleh yaitu mudah mengalir.
37 | P a g e
4.2 Hasil dan Pembahasan Evalusai Granul
Pada percobaan pembuatan tablet dengan metode granulasi
basah, dilakukan evaluasi terhadap granul. Evaluasi granul dilakukan
setelah terbentuk granul dari hasil pemecahan slugging, yang meliputi
pengujian Bulk Density, Tap Density, Rasio Hausner, kompresibilitas, susut
pengeringan (LOD), sifat alir, distribusi ukuran partikel.
1. Uji Bulk Density
Bulk Density adalah massa partikel yang menempati suatu unit
volume tertentu. Bulk Density merupakan parameter penting untuk
proses pengembangan dan pembuatan sediaan padat. Sekarang
digunakan dalam menentukan jumlah granul yang masuk kedalam
ruang kompresi. Dengan cara memasukan hasil granulasi sebanyak
21,56 g kedalam gelas ukur. Kemudian di hitung dan di dapat hasil
bobot jenis granul adalah 0,525 g/ml.
2. Tap Density
Tap Density adalah massa partikel yang menempati suatu unit
volume tertentu setelah adanya hentakan dalam periode waktu tertentu.
Nilai tap density umumnya lebih tinggi untuk partikel yang bentuknya
teratur (bola), dibandingkan dengan partikel berbentuk tidak teratur
seperti jarum. Dengan cara mengetuk-ngetukan serbuk sebanyak 21,56
g yang ada dalam gelas ukur 100 ml. Sehingga di dapatkan hasil Tap
Density 0,567 g/ml.
4. Uji Kompresibilitas
Kompresibilitas untuk mengetahui perilaku granul pada saat
dikempa, untuk mengetahui bentuk siklus tekanan kompresi pada saat
38 | P a g e
pentabletan. Semakin kecil nilai persen kompresibilitas, semakin baik
di kompresi. Dan didapatkan hasil 7,407% menunjukan excellent (baik
sekali) yang berarti granul mampu tetap kompak apabila diberikan
tekanan.
39 | P a g e
- Mesh 20 : 23,406%
- Sisa : 53,11%
Ukuran partikel dari setiap mesh memiliki perbedaan
menggambarkan bahwa distribusi ukuran partikel dari granul kurang
baik sehingga perlu diberi zat tambahan lainnya. Dari evaluasi granul
yang dilakukan, dapat diketahui bahwa granul tersebut memiliki susut
pengeringan yang tinggi.
40 | P a g e
5% atau 10% yang telah di tetapkan. Berarti tablet telah memenuhi
syarat sesuai yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia.
3. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet dimaksud kan untuk mengetahui kekerasan nya,
agar tablet tidak terlalu rapuh dan tidak terlalu keras. Kekerasan tablet
ini erat hubungan nya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu
hancur tablet. Menurut persyaratan, agar tablet memenuhi syarat harus
4-10kg/cm3. Dan hasil yang diperoleh setelah melakukan evaluasi
adalah 2,26kg/cm3. Tablet tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan,
hal ini dapat disebabkan karena kurang nya tekanan pada pencetakaan
tablet atau daya pengikat dalam hal ini Methyl Selulosa kurang. Karena
pada saat penambahan Methyl Selulosa disaat pembuatan granul tidak
sesuai ditakutkan granul menjadi lengket sehingga susah dalam
pengayakan nya.
4. Keregasan Tablet
Keregasan Tablet (Friability) adalah persen bobot yang hilang
setelah tablet diguncang di alat Friability Tester. Menurut Farmakope
41 | P a g e
Indonesia, keregasan tablet yang baik adalah tidak lebih dari 1%. Uji
keregasan tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Keregasan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi yang masih terdapat dalam tablet. Hasil rata-
rata yang diperoleh setelah melakukan evaluasi adalah 1,64%. Hal ini
disebabkan karena tablet Isoniazidum bukan merupakan tablet bersalut
sehingga presentasi bobot tablet yang hilang cukup banyak. Pada
evaluasi ini, tablet tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
42 | P a g e
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada laporan ini, sesuai dengan praktikum yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan aktif yang digunakan
yaitu Isoniazid (INH) dimana akan dibuat sediaan berupa tablet.
Komponen umum sediaannya yaitu amilum sebagai penghancur dan
pengisi, talkum sebagai pelincir, Mg Stearat sebgai pelicin, dan metil
selulosa sebagai pengikat. Pada pembuatan tablet dilakukan secara
granulasi basah dan dilakukan beberapa evaluasi, yaitu evaluasi
serbuk zat aktif sendiri, evaluasi granul dan evaluasi tablet.
Pada evaluasi serbuk dilakukan beberapa pengujian, yaitu uji
Bulk Density dengan hasil 0,49 gram/ml, uji Tap Density yang
hasilnya 0,694 gr/ml, uji rasio housner hasilnya 1,416 ml
menunjukkan rasio hausnernya buruk, uji kompresibilitas hasilnya
29,39% artinya sifat alirannya Poor (Fluid Cohesive Powders), uji
sifat alir dengan hasil 42,01° menandakan sifat alir serbuk mudah
mengalir, uji susut pengeringan dan kadar lembab dengan hasil susut
pengeringan 12% dan kadar air 13,63% yang tinggi tidak sesuai
dengan literatur (Farmakope III) dan uji distribusi partikel dengan
hasil distirbusi pada zat aktif ini tidak sesuai dengan literatur.
Pada evaluasi granul juga dilakukan beberapa pengamatan,
yaitu uji bulk density yang dihasilkan 0,525 g/ml, uji tap density
dengan hasil 0,567 g/ml, uji rasio hausner hasilnya hasil 0,924
(sangat baik), uji kompresibilitas dengan hasil 7,407% menunjukan
excellent, dan uji susut pengeringan dan kadar air didapatkan hasil
kadar air granul sebesar 11,8% yang berarti buruk.
Yang ketiga dilakukan evaluasi tablet, bobot tablet rata-rata
yang diperoleh setelah melakukan praktikum adalah 821, 5 mg, pada
bobot tersebut diperoleh penyimpangan tablet yang sesuai dengan
43 | P a g e
literatur, uji waktu hancur dan disolusi diperoleh hasil rata-rata 14
menit 15 detik hasil ini sesuai dengan literatur, yaitu <15 menit, uji
kekerasan tablet yang hasilnya adalah 2,26kg/cm3 (tidak memenui
persyaratan).
5.2 Saran
Demikianlah laporan yang dapat kami sajikan. Apabila terdapat kesalahan
dari kami baik dari segi penulisan maupun penyampaian, kami selaku
penyusun laporan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
1. Diharapkan dalam proses pembuatan tablet, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah kebersihan laboratorium dan meja kerja, serta
kesiapan alat-alat yang digunakan untuk praktikum tersebut.
2. Sebaiknya dalam praktikum, mahasiswa/i mengutamakan ketelitian agar
mengurangi kesalahan dalam pembuatan tablet yang akan dibuat.
3. Diharapkan alat praktikum memadai dan bahan yang digunakan sudah
sesuai, sehingga dapat menunjang praktium teknologi sediaan solid dalam
pembuatan tablet.
4. Diharapkan kedepannya praktikan dapat memilih dengan tepat metode
yang dilakukan sesuai dengan sifat bahan aktif, serta pemilihan zat
tambahan agar hasil tabletnya memiliki sifat yang baik pada saat evaluasi
tablet. Tablet yang kompak, tidak rapuh, dan bagus secara fisik serta sesuai
secara kimia.
44 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ansel. 2013. Bentuk Sediaann Farmasetis dan Sistem Penghantar Obat. Jakarta:
EGC
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM : Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Dirjen POM : Jakarta.
Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2. University
45 | P a g e
LAMPIRAN
46 | P a g e
Hardness tester Ayakan Drying
47 | P a g e
48 | P a g e