Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ternak unggas merupakan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
karena produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan mengandung nilai gizi
tinggi. Performans yang baik pada unggas akan tampak apabila faktor genetik dan
lingkungan pemeliharaannya juga baik. Ayam broiler sebagai ayam ras pedaging
pertumbuhannya sangan cepat karena mempunyai kemampuan mengubah
makanan menjadi daging dengan sangat efisien.
Ayam ras pedaging adalah ayam yang memiliki kemampuan genetik untuk
tumbuh dengan cepat dan dipanen dalam waktu yang singkat. Pemberian pakan
ayam ras pedaging sebaiknya selalu tersedia. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan pertumbuhan setinggi-tingginya dengan mengonsumsi pakan
sebanyak-banyaknya.
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Pemeliharaan ayam
broiler harus menggunakan ransum yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
ternak tersebut. Kebutuhan ayam sendiri dapat ditentukan oleh umur ternak dan
fisiologis ternak. Selain itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi performa
ternak.
Ayam broiler menghasilkan produk pangan yang bergizi tinggi dan
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Seperti yang telah disebutkan
diatas, usaha beternak ayam/unggas perlu memperhatikan pakan, breeding,
manajemen dan lingkungan. Keempat hal tersebut diperlukan dalam peningkatan
produksi dan kesemuanya itu saling berinteraksi antar satu dengan lainnya.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Agar mahasiswa bisa mengetahui cara memelihara unggas (ayam broiler).
2. Agar mahasiswa mengetahui komponen apa saja yang digunakan dalam
pemeliharaan ayam broiler.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara beternak/kondisi yang
terjadi di lapangan.
4. Agar mahasiswa bisa membedakan antara teori yang dipelajari dengan
kondisi yang ada di lapangan.
1.3. Manfaat Praktikum
Praktikum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena bisa menambah
wawasan dan pengetahuan tentang cara memelihara ayam broiler dengan baik,
serta mahasiswa bisa mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan secara lansung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler)


Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan
daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North and Bell, 1990).
Menurut Rasyaf (1999) ayam broiler merupakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 –5 minggu. Selanjutnya dijelaskan
bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam
kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan.
Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetis dan keadaan
lingkungan yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan.
Pada umumnya di Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5- 6
minggu dengan berat 1,3–1,6 kg walaupun laju pertumbuhannya belum
maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat sulit dijual. (Rasyaf, 1999).
Ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh, dengan warna
bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki
konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. (Mountney, 1983)

2.2. Manajemen Pemeliharaan


Teknis budidaya atau cara beternak ayam broiler sebenarnya tidaklah sulit,
hampir sama dengan memelihara ayam jenis lain. Dimana kita harus menyediakan
kandang dan peralatannya sedini mungkin sebelum DOC datang.
Pemanas dengan suhu yang cocok adalah hal yang penting, karena
pertumbuhan anak ayam sangat dipengaruhi oleh suhu induk buatan. Terlalu
panas atau terlalu dingin membuat pertumbuhan yang tidak rata. Anak ayam
kedinginan karena lampu kurang cukup memberikan panas, ditandai dengan
bergerombolnya anak ayam di sekitar lampu panas. Anak ayam kepanasan,
nafasnya terengah-engah, sayapnya dibuka. Lampu pemanas memberi kehangatan
yang cukup terlihat dari tersebarnya anak ayam dibawah induk buatan dengan
merata. (Yahya, 1980)
Temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin akan berakibat kurang
baik pada ayam. Temperatur yang terlalu panas akan menyebabkan ayam kurang
makan dan banyak minum. Temperatur yang terlalu dingin menyebabkan ayam
berhimpitan mendekati panas. Hal ini dapat menyebabkan kematian. Selain itu,
karena terlalu dekat dengan pemanas maka dapat menyebabkan terjadinya
dehidrasi sehingga pertumbuhan dapat terganggu. (Anton,1993)

2.3. Kandang Ayam Broiler


Manajemen perkandangan merupakan salah satu factor penting penentu
keberhasilan dalam usaha pemeliharaan ayam broiler. Hal ini dikarenakan
kandang adalah tempat tinggal ayam dalam melakukan semua aktivitas selama
hidupnya (makan, minum dan tumbuh). Kandang yang baik yang sesuai untuk
peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya,
arah kandang menghadap ke barat-timur, dan dipisahkan dari percampuran orang,
predator maupun unggas lain (Martono, 1996).
Temperatur dan kelembaban kandang yang tinggi berpengaruh pada
penampilan ayam. Tingginya kelembaban akan menurunkan efektivitas.
Pengeluaran panas secara evaporasi baik melalui kulit maupun respirasi,
sebaliknya temperature yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya evaporasi.
Pada saat temperatur lingkungan mendekati atau sama dengan temperatur tubuh
ayam maka panas di dalam kandang akan sulit dikeluarkan (Erast,1995).
Adapun ukuran kandang ayam broiler yang ideal adalah 7 ekor / meter
persegi. Peralatan dalam kandang: penghangat kandang saat DOC baru masuk
hingga umur 14 hari, tempat pakan anak dan ayam dewasa, tempat minum, listrik.
Obat-obatan: vitamin, vaksin, sanitaser, dan obat-obatan.
2.4. Pakan dan Air Minum
Hal yang paling penting diperhatikan dalam manajemen ternak ayam
broiler adalah cara pemberian makanan. Modal atau uang keluar paling besar
dalam proses pemeliharaan ayam pedaging ini ada pada biaya pakan. Jika kita
mampu melakukan efisiensi penggunaan pakan bisa dipastikan 80% proses
budidaya yang kita lakukan akan menghasilkan keuntungan.
Ternak akan dapat mencapai tingkat penampilan produksi tertinggi sesuai
dengan potensi genetiknya bila memperoleh zat-zat makanan yang
dibutuhkannya. Zat makanan tersebut diperoleh ternak dengan jalan
mengkonsumsi sejumlah makanan. (Sutardi,1980)
Konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila
diberikan secara ad libitum. (Parakkasi, 1999). Konsumsi diperhitungkan dari
jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana zat makanan yang
dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan
untuk produksi hewan tersebut. (Tillman et al. 1991)
Air merupakan senyawa penting dalam kehidupaan. Dua per tiga bagian
tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan (Parakkasi,
1999). Menurut Scott et al. (1982) , air mempunyai beberapa fungsi yaitu, sebagai
zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam
transformasi zat- zat makanan, penting dalam mengatur suhu tubuh karena air
mempunyais sifat menguap dan specific heat, serta membantu mempertahankan
homeostatis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol
pH, tekanan osmotis dan konsentrasi elektrolit.
Kandungan air dalam tubuh anak ayam berumur satu minggu adalah 85%
pada umur 42 minggu. Kehilangan air tubuh 10% dapat menyebabkan keruskan
yang sangat hebat dan kehilangan air tubuh 29% akan menyebabkan kematian.
(Wahju, 1997). Pada ayam broiler konsumsi air minum erat hubungannya dengan
bobot badan dan konsumsi ransum.
Menurut Ensminger et al (1990) pada umumnya ayam mengkonsumsi air
minum dua kali dari bobot pakan yang dikonsumsi. Konsumsi air minum juga
akan meningkatkan pada saat ayam pada temperatur lingkungan yang tinggi.
Menurut NRC (1994) konsumsi air minum bertambah sekitar 7% setiap
peningkatan suhu 10° C diatas suhu 21° C.

2.5. Vaksinasi
Seperti halnya pemberian pakan, pemberian obat-obatan dan vitamin juga
sangat penting. Secara umum pemberian vitamin dilakukan setiap hari, dan obat-
obatan diberi hingga umur 21 hari. Sedangkan vaksinasi dilakukan sebangak 3
kali, dimana vaksin tetes dilakukan 1 kali dan vaksin minum sebanyak 2 kali.
Vaksinasi ND mutlak harus dilakukan. Vaksinasi pertama kali harus
dilakukan yaitu dengan vaksin in aktif. Kesehatan ayam harus baik pada saat
pemberian vaksin. Dua hari sebelum vaksin ayam perlu di beri vitamin ekstra
seperti vita strong dan vita chik selama 2-5 hari sesudah vaksinasi. Pemberian
antibiotik dan vaksinasi dapat mencegah stess dan efek samping yang merugikan.
(Yahya, 1980)

2.6. Analisis Usaha Ayam Broiler


Untuk mencapai pembangunan pertanian pada umumnya dan sektor
peternakan khususnya, maka sebagai penunjang kebutuhan protein hewani yang
merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia perlu di usahakan produktifitas
yang maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani peternak. Dalam
upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka
pemerintah dan peternak telah berupaya mendayagunakan sebagian besar sumber
komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging (broiler).
Sebagaimana diketahui ayam broiler merupakan ternak penghasil daging
yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan ternak potong lainnya. Hal inilah
yang medorong sehingga banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam
broiler ini. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir
seperti perusahaan pembibitan (Breeding Farm), perusahaan pakan ternak (Feed
Mill), perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan (Saragih, 2000).
Keberlanjutan usaha peternakan ini ditentukan oleh gambaran finansial
usaha, sebab kemampuan suatu usaha peternakan dalam mengembangkan modal
terukur dalam parameter investasi seperti kemampuan usaha mengembangkan
modal awal lebih besar daripada bunga bank, keuntungan usaha pada tahun-tahun
mendatang dan lain sebagainya. Dengan kata lain usaha peternakan tersebut dapat
bertahan jika keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan dimana semuanya itu harus diputuskan layak secara finansial.
(Fatah, 1994).
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 01 Oktober 2015 di
Desa Beber Kec. Batukliang Kab. Lombok Tengah.

3.2. Materi Praktikum


3.2.1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1. Kendaraan (sepeda motor)
2. Lembar kuisioner
3. Alat tulis
4. Kamera

3.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah peternakan ayam broiler
bapak H. Abdul Salam.

3.3. Metode Praktikum


1. Survey lokasi.
2. Meminta izin kepada pemilik/peternak untuk mengadakan praktikum.
3. Melakukan diskusi dengan peternak/pemilik, sambil mengisi lembar kuisioner.
4. Mengambil foto/dokumentasi praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktikum


Berdasarkan lembar kuisioner yang kami susun, kami mendapatkan hasil
praktikum sebagai berikut :
A. Peternak
1. Nama : H.Abdul Salam
2. Umur : 48 thn
3.Pendidikan terakhir : D3
4. Pekerjaan : Peternak
5. Alamat : Beber-Batukliang-Lombok Tengah
6. No Hp : 085 303 700 667
7. Jenis usaha : Kemitraan

B. Kandang
1. Luas kandang : 8x65 m
2. Umur teknis : 15 thn
3. Atap : Asbes dan genteng
4. Dinding : Bambu
5. Alas : Bambu (dilapisi karung dan sekam)
6. Kepadatan kandang : 8 ekor/meter persegi
7. Bentuk kandang : Panggung terbuka
8. Arah kandang : Membujur timur ke barat
9. Type atap : Monitor
10. Peralatan kandang : Tempat Pakan, tempat air minum, sprayer, selang,
tabung gas, sanitaser, broder (pemanas), sapu, ember, cangkul, sekop,
kereta tolak (artco) dan lampu.
C. Ternak
1. Jenis Ternak : Ayam Ras Pedaging (Broiler)
2. Umur : 21 hari
3. Jumlah Ternak : 4000 ekor

D. Pakan
1. Jenis Pakan : S10, S11, S12
2. Bentuk : Butiran halus, Pelet
3. Jumlah : 13.550 Kg
4. Pakan Tambahan : Tidak ada

E. Kesehatan Ternak
1.Vaksinasi : Sudah di vaksinasi di perusahaan (DOC)
2. Antibiotik/Vitamin : Consumix Plus 750 & Widycillin

F. Analisis Ekonomi
1. Modal Awal : 6,8 jt (thn 1998)
2. Biaya :
a. Pakan : Ditanggung Perusahaan
b. Kandang : 2 Jt
c. Kesehatan : Ditanggung Prusahaan
d. Pegawai : Tidak Ada
3. Pendapatan : 11-16 Jt/Periode

G. Lain-Lain
1. Pemberian Pakan : 3x1 (pagi,sore,malam)
2. Jumlah Pemberian : 13.550 Kg/periode (3,38 Kg/ekor), 37 Kg/hari
(9,25 Gr/ekor/hari)
3. Angka Kematian : 1,3 % - 3,2 %
4. Bobot Panen : 1,6 kg – 2,0 Kg
5. Umur Panen : 33-38 hari
4.2. Pembahasan

A. Latar Belakang Peternak


Latar belakang peternak sangatlah penting dalam menjalankan usaha
peternakan, baik itu usaha ternak potong, ternak perah, maupun ternak unggas.
Terutama pengalaman beternak dan tingkat pendidikan peternak. Karena kedua
hal ini yang akan mempengaruhi sistem dan manajemen pemeliharaan yang akan
digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Berdasarkan hasil praktikum yang kami laksanakan, bahwa peternak yang
kami survey telah memenuhi syarat sebagai latar belakang peternak yang baik,
dengan pengalaman beternak ayam ras pedaging (broiler) selama kurang lebih 17
tahun dan pendidikan terakhiknya sampai kejenjang perguruan tinggi.

B. Perkandangan
Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di
lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-
timur, dan dipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain
(Martono, 1996). Adapun ukuran kandang ayam broiler yang ideal adalah 7 ekor /
meter persegi. Peralatan dalam kandang: penghangat kandang saat DOC baru
masuk hingga umur 14 hari, tempat pakan anak dan ayam dewasa, tempat minum,
listrik dan peralatan lain untuk sanitasi kandang.
Dari hasil praktikum yang kami laksanakan, lokasi kandang yang digunakan
pada tempat praktikum sekitar 1 km dari keramaian. Dengan peralatan kandang
yang lengkap dan memadai, serta kepadatan kandangpun tidak jauh beda seperti
yang ada pada teori, yakni sekitar 7-8 m² per ekor.
Lokasi peternakan ayam pedaging sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari
lokasi perumahan, atau dengan kata lain memilih lokasi yang sunyi dan tenang
bagi ternak maupun peternaknya. Hal ini bertujuan agar ternak tidak stres dan
peternak tidak ada gangguan dalam proses pemeliharaan.
Lokasi kandang yang digunakan juga harus dekat dengan sumber air tetapi
tidak becek. Lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang
cukup, terutama pada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk
ternak (ayam), karena kandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%.
Jumlah air yang dikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis
kelamin, berat badan ayam dan cuaca.
Selain hal yang disebutkan di atas, lokasi kandang juga harus bisa ditempuh
oleh kendaraan-kendaraan besar, seperti pick up atau truck. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan dalam proses pemeliharaan, terutama pada proses kedatangan
DOC, pelayanan kesehatan dan pada saat pemanenan.
Kandang ayam yang digunakan dalam praktikum ini berupa kandang
panggung dengan type atap monitor dan alas terbuat dari bilah bambu yang lapisi
dengan karung dan sekam yang sering disebut dengan kandang litter. Kandang
litter ini bertujuan untuk memberi kenyamanan untuk ayam, sehingga lantai
kandang tidak menyebabkan kaki terluka akibat terjepit bilah bambu dan kaki
ayam tidak mengeras.
Kandang dengan tipe litter pengelolaannya lebih mudah dan praktis, hemat
tenaga dan waktu, lantai kandang relatif tahan lama, serta lantai tidak
mengakibatkan telapak kaki ayam terluka dan mengeras. Karena litter merupakan
media yang baik untuk mencakar-cakar debu atau mandi debu yang memberikan
kenyamanan bagi ayam.

C. Analisis Ekonomi
Pada peternakan ayam ras pedaging (broiler) bapak H. Abdul Salam, selaku
narasumber sekaligus pemilik peternakan tempat kami praktikum. Beliau
memperoleh keuntungan yang besar dalam mengelola peternakannya yang
berbentuk kemitraan. Beliau mendapatkan hasil sekitar ±Rp. 16.000.000,00 dalam
satu kali masa panen (dalam satu periode).
Beternak ayam ras pedaging (broiler) dengan sistem usaha kemitraan memang
mempunyai untung yang cukup besar, karena peternak hanya tinggal
menyediakan kandang dan mengelola peternakannya saja. Masalah biaya pakan,
kesehatan maupun sistem pemasaran telah diatur oleh perusahaan yang menjadi
mitranya. Akan tetapi, kelemahan dari sistem kemitraan ini yakni peternak tidak
dapat menentukan harga jual dari ternak yang dihasilkan.
Selain dengan sistem usaha kemitraan, peternakan ayam ras pedaging (broiler)
juga ada sistem dengan pengelolaan sendiri (mandiri). Pada sistem usaha mandiri
ini, semua hal dalam pengelolaan ditanggung oleh peternak itu sendiri. Baik
dalam hal pembuatan kandang, biaya pakan, kesehatan dan biaya pengelolaan
lainnya, serta peternak juga dapat menentukan harga jual dari ternak yang
dihasilkannya.
Usaha dengan sistem mandiri ini semuanya diatur oleh peternak itu sendiri.
Akan tetapi, kelemahan pada sistem ini yakni ketika harga bahan pakan maupun
pakan jadi naik dan ketika harga pasaran ternak yang dihasilkan (daging ayam)
menurun, peternak bisa sangat rentan mengalami kerugian dan biasanya juga
peternak kebingungan dalam menentukan harga dari ternak yang dihasilkannya.
Berbeda dengan sistem usaha kemitraan, yang walaupun harga pakan naik dan
harga pasaran daging ayam menurun, peternak selalu mendapatkan untung karena
semua biaya dan pemasaran telah ditanggung dan diatur oleh perusahaan.

D. Rasio Pemberian Pakan (Feed Convertion Ratio)


Feed convertion ratio (FCR) atau nilai konversi ransum didefinisikan sebagai
nilai satuan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah kilogram (kg) ransum
yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan 1 kg berat badan. Semakin rendah
angka FCR, semakin baik kualitas pakan. Karena pakan yang diberikan menjadi
lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).
Rasio pemberian pakan/Feed convertion ratio pada suatu peternakan dapat
dihitung menggunakan rumus di bawah ini :

Jumlah pakan yang diberikan


FCR = ————————————————–
Bobot panen x jumlah ternak yang keluar

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktikum, maka FCR pada
peternakan ayam ras pedaging (broiler) Bapak H. Abdul Salam adalah :
 Jumlah pakan yang diberikan : 13.550 Kg
 Jumlah ternak yang dipelihara : 4.000 ekor
 Angka kematian : 1,3%
 Ternak yang mati : 52 ekor
 Ternak yang keluar/dipanen : 4.000-52 = 3.948 ekor
 Bobot panen : 1,99 Kg
13.550
FCR = —————–
(1,99 x 3.948)
13.550
= ————
7.856
= 1.72

Hasil dari angka FCR di atas, menerangkan bahwa pakan yang diberikan
pada peternakan ayam ras pedaging (broiler) Bapak H. Abdul Salam cukup
efisien. Karena seperti yang dinyatakan dalam teori, angka FCR untuk ayam ras
pedaging adalah 1,6.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan


pesat pada umur 1 –5 minggu.
2. Persiapan kandang dan peralatan harus dilakukan sebelum DOC datang.
3. Manajemen perkandangan dan pemberian pakan merupakan faktor yang
sangat penting dalam usaha ayam ras pedaging (broiler).
4. Fungsi kandang pada ternak sama dengan fungsi rumah pada manusia.
5. Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan ayam yang bagus perlu
dipersiapkan apa-apa yang diperlukan sehingga kebutuhan akan terjamin.
6. Dalam pemeliharaan ayam broiler pemeliharaan ayam meliputi kegiatan
sebagai berikut :
a. Kegiatan persiapan kandang dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan dan pengaturan pergantian litter.
c. Perlakuan saat DOC datang.
d. Vaksinasi.
e. Pemberian pakan dan air minum.
f. Pemberian vitamin dan obat-obatan.
g. Persiapan pemanenan.
h. Sanitasi kandang.
7. Latar belakang tingkat pendidikan dan pengalaman beternak mempunyai
pengaruh yang cukup besar dalam usaha peternakan, baik dalam usaha
ternak potong, ternak perah, maupun ternak unggas.
8. Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di
lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap
ke barat-timur, dan dipisahkan dari percampuran orang, predator maupun
unggas lain.
9. Sistem pemeliharaan ayam broiler ada dua, sistem kemitraan dan sistem
mandiri.
10. Rasio pemberian pakan dapat menentukan tingkat efisiensi dari pakan
yang diberikan.

5.2. Saran
Pada saat praktikum diharapkan kepada praktikan untuk melakukan
kegiatan dengan baik sehingga proses praktikum berjalan dengan sesuai keinginan
atau lancar.






DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R.1980.Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia Pustaka Utama:


Jakarta
Anonymous.1990.Pedoman Pengendalian Hewan Menular.
Direktorat Jendral Peternakan:Jakarta
Cahyono,bambang.1995.Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging.
Yayasan Pustaka Nusantara:Yogyakarta.
North, M. O. and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Product Manual. 4th
Ed.Van Nostrand Reinhold:New York.
Rasyaf, M.1994.Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging.
Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.
Siregar,A.P, N. Sabrani dan S. Pramu.1982.Teknik Beternak Ayam Pedaging di
Indonesia.Margie Group:Jakarta.
Soeharsono.1997.Respon Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan.
Direktorat Pembinaan Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi. Departemen P
dan K:Jakarta
Tillman, dkk.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.Cetakan Kelima.Gadjah Mada
University Press:Yogyakarta
Williamson, G dan W.J.A. Payne, 1993.Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.
UGM Press:Yogyakarta.
Yahya, Drs.1980.Ayam Sehat Ayam Produktif.I:Bandung

Anda mungkin juga menyukai