Bab ini membahas tentang khusus laporan praktek kerja lapangan, yakni
Pada tugas ini yaitu tentang perencanaan dan pengendalian produksi yang
pengadaan material, dan produksi kapal maupun non kapal secara korporasi, serta
proses produksi secara korporasi. Hal ini ditangani oleh Departemen Perencanaan
3. Ketahanan Berlayar
Akomodasi : 55 Orang
4. Fungsi Pokok
5. Fungsi Tambahan
peralatan. Setiap kapal memiliki dimensi dan spesifikasi yang berbeda bergantung
memerlukan material yang berbeda pula pada setiap kapal yang akan dibangun.
Adapun untuk membuat kapal jenis Kapal Cepat Rudal 60 meter dibutuhkan
Kebutuhan material diatas menentukan harga jual kapal dan biaya dalam
korporasi diawali dari kontrak yang telah disepakati oleh costumer dan perusahaan.
Harga kontrak tersebut dievaluasi agar dapat menentukan kebutuhan biaya proyek
dan margin profit perusahaan kemudian diserahkan kepada divisi akuntansi untuk
disetujui. Dari kontrak yang ada terdapat point-point kebijakan dasar pembangunan
pencapaian progres pembuatan kapal dengan beberapa point yang harus dicapai
Integrated Schedule sebagai rincian berapa durasi dari setiap proses pembangunan
kapal yang saling terintegrasi untuk meminimalisir waktu tunggu dan kesalahan
pembangunan kapal. Pembuatan Integrated Schedule yang dilakukan hanya sampai
level 2.
disetujui oleh Kepala Divisi PSP, Direktorat Keuangan, Direktorat Bangunan Kapal
dan Direktur Utama yang akan diteruskan kepada Divisi Kapal Perang untuk
dilakukan melalui analisa dan evaluasi Internal Finance System (IFS) yang berisi
4.4.1 Budgeting
disepakati jangan sampai biaya melebihi kontrak yang disepakati. Pada tahap ini
dapat diketahui seberapa besar margin keuntungan yang akan didapat perusahaan.
Biaya yang dihitung meliputi biaya material dan peralatan, biaya konstruksi, biaya
asuransi, biaya pengetesan dan biaya tidak langsung selama proses pembangunan
kapal.
biaya pada satu atau lebih item maka dilakukan switching budget dengan item yang
masih memiliki keuntungan berlebih melalui SOP yang disetujui oleh pihak Divisi
pelaksanaan pembangunan kapal yang didasari dari kesepakatan kontrak yang telah
ada. Adapun pertimbangan dasar dalam pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 meter
antara lain :
Perang.
Fore Part, After Part, Hull Part, dan Engine Room dan
faktor produksi (resources) yang lebih baik dengan pertimbangan utama pada
1. Module 1 : Block RD, SKEG, AP1, AP2, ASA1, ASA2, ASB1, ASB2
2. Module 2 : Block FP, SS1A, SS1B, SS2A, SS2B, SS3A, SS3B, BU1,
BU2, BU3
3. Module 3 : Block BR1, BR2, BR3
tahapan pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 M terdiri dari Fabrikasi, Keel Laying,
1. Blasting hall
2. Fabrication hall
4. Erection area
5. Transfer area
6. Shiplift
7. Quay DKP
8. Outfitting hall
9. Pipe hall
10. Interior hall
4.4.4 S-Curve
dari seluruh proses pembuatan kapal perang dari berlakunya kontrak atau Effective
Date Contract (EDC) hingga kapal tersebut jadi dan dilakukan serah terima kepada
costumer. Besaran dari kurva S merupakan prosentase dari progress bobot setiap
pekerjaan inti dari pembangunan kapal. Bobot progres ditentukan dari biaya yang
pembuatan kapal juga harus patuh kepada RKAP yang telah dibuat. Didalam RKAP
disepakati antara kedua belah pihak. Pembuatan integrated schedule harus berdasarkan
basic consideration yang memuat rincian durasi penyelesaian kapal. Pada jadwal ini
kapal.
shipbuilding line chart atau SBLC. Dimana SBLC sendiri merupakan diagram yang
ini didapatkan informasi mengenai jadwal setiap tahap utama dari pembuatan kapal baru.
Integrated Schedule yang dibuat mencakup tiga inti proses pembangunan kapal
baru yaitu proses desain, pengadaan material, dan produksi. Pada divisi PSP Integrated
Schedule yang dibuat hanya sampai level 2. Dalam pembuatan Integrated Schedule divisi
Korporasi
Pada saat mengerjakan sebuah proyek tentunya sudah dibuat perencanaan yang
perencanaan tersebut bisa berjalan tidak mulus dikarenakan beberapa kendala yang
timbul diluar perkiraan sebelumnya. Berikut adalah permasalahan yang telah dihimpun,
yaitu :
sejenis pada periode sebelumnya. Dari track record tersebut dapat diketahui
dengan harga sekarang, bagian mana yang bisa dilakukan efisiensi dan lain-
lain. Apabila tidak terdapat track record maka tidak ada gambaran akan
dari nol.
pastinya baik untuk inovasi dari kapal yang akan dibangun. Namun disisi
peralatan yang ada sehingga mempengaruhi nilai proyek yang ada. Apabila
nilai proyek meningkat dapat mengurangi margin profit yang didapat dan
menganalisis apa penyebab dari kesalahan tersebut. Hal ini langkah dalam
berulang kali sangat merugikan baik dari sisi budget yang dikeluarkan dan
4. Kekurangan budget saat proyek berjalan dimana biaya aktual produksi lebih
tinggi dari biaya produksi yang direncanakan. Hal ini bisa terjadi ketika
keterlambatan material dan peralatan maka selama idle time ada cost
PEMBAHASAN
Berisi tentang membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan dari sistem
Dilihat dari sistem produksi di PT. PAL Indonesia, semua produksi telah berjalan
dengan baik karena adanya perencanaan produksi dan pengendalian kualitas oleh badan
class secara terstruktur. Sistem produksi yang dijalankan di PT. PAL Indonesia mengacu
pada sistem Make To Order (MTO). Hal ini dikarenakan mulainya proses pembangunan
kapal dilakukan bila perusahan telah menerima pesanan dan tender dari costumer untuk
produk atau item tertentu. Aktivitas proses dimulai pada saat costumer menyerahkan
menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah
dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya
menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada costumer. Pada strategi ini, resiko
terhadap investasi dan pengadaan persediaan kecil. Strategi Made To Order (MTO)
mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan beberapa bahan
baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Maka dari itu di PT.
PAL Indonesia inventory sangat minim bahkan tidak memiliki inventory dikarenakan
setiap material dan peralatan harus dipesan terlebih dahulu, hanya bahan-bahan standar
yang biasa dibutuhkan dan bahan baku yang sifat general atau yang biasa dipakai untuk
Pada proses produksi kapal di PT. PAL Indonesia telah menerapkan sistem full
outfitting block system (FOBS) dimana dapat mengefisiensi proses produksi baik dari segi
durasi, biaya, dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Secara garis besar proses
1. Design
Proses desain mencakup pembuatan Basic & Performance, Key Plan, Yard
Plan, Production Drawing, dan Test Procedure dari kapal yang akan
dibangun.
2. Procurement Material
3. Production
produksi meliputi kurva S progres produksi dan metode pembangunan kapal, Integrated
Schedule yang mengatur penjadwalan desain, pengadaan material, dan tahap produksi
kapal maupun non kapal secara korporasi. Selain itu dalam melakukan pengendalian
produksi dapat melalui monitoring IFS dan laporan keuangan dari pihak akuntansi.
diawali dari kontrak yang telah disepakati oleh costumer dan perusahaan. Harga kontrak
tersebut dievaluasi agar dapat menentukan kebutuhan biaya proyek dan margin profit
perusahaan kemudian diserahkan kepada divisi akuntansi untuk disetujui. Dari kontrak
yang ada terdapat point-point kebijakan dasar pembangunan hasil negosiasi dengan
pembuatan kapal dengan beberapa point yang harus dicapai selama periode tertentu.
rincian berapa durasi dari setiap proses pembangunan kapal yang saling terintegrasi untuk
disetujui oleh Kepala Divisi PSP, Direktorat Keuangan, Direktorat Bangunan Kapal dan
Direktur Utama yang akan diteruskan kepada Divisi Kapal Perang untuk dilakukan
memulai produksi kapal. Untuk memonitoring proses produksi dapat dilakukan melalui
analisa dan evaluasi Internal Finance System (IFS) yang berisi track record dari
5.3.1 Budgeting
perhitungan biaya ini harus mempertimbangkan besaran kontrak yang disepakati jangan
sampai biaya melebihi kontrak yang disepakati. Pada tahap ini dapat diketahui seberapa
besar margin keuntungan yang akan didapat perusahaan. Biaya yang dihitung meliputi
biaya material dan peralatan, biaya konstruksi, biaya asuransi, biaya pengetesan dan biaya
pelaksanaan pembangunan kapal yang didasari dari kesepakatan kontrak yang telah ada.
kapal, tempat fasilitas pembangunan kapal, bobot progres fisik pembangunan dan
produksi (resources) yang lebih baik dengan pertimbangan utama pada penggunaan
pembangunan juga disertai jumlah pembagian partisi blok dan pemetaan blok yang harus
kapal baru. Dimana pembuatan kurva S sendiri merupakan simulasi dari seluruh proses
pembuatan kapal perang dari berlakunya kontrak atau Effective Date Contract (EDC)
hingga kapal tersebut jadi dan dilakukan serah terima kepada costumer. Besaran dari
kurva S merupakan prosentase dari progress bobot setiap pekerjaan inti dari
Integrated Schedule adalah jadwal yang terintegrasi antara setiap proses produksi.
Jadwal ini berlaku dari tanggal kerja efektif sampai kapal dikirimkan kepada costumer.
Dalam pembuatan jadwal ditingkat korporasi hanya sampai level 2 yang selanjutnya akan
Korporasi
Pada saat mengerjakan sebuah proyek tentunya sudah dibuat perencanaan yang
perencanaan tersebut bisa berjalan tidak mulus dikarenakan beberapa kendala yang
timbul diluar perkiraan sebelumnya. Berikut adalah permasalahan yang telah dihimpun,
antara lain Database budget pada proyek sebelumnya tidak memiliki track record
padahal dari track record tersebut dapat diketahui bagaimana jalannya proyek sebelum,
total biaya produksi, perbandingan dengan harga sekarang, bagian mana yang bisa
dilakukan efisiensi dan lain-lain. Updating dan improvisasi gambar desain secara berkala
membuat kebutuhan material dan peralatan mengalami perubahan. Kesalahan pada
proyek sebelumnya yang terulang kembali. Kekurangan budget saat proyek berjalan. Hal
ini dapat terjadi ketika biaya aktual produksi lebih tinggi dari biaya produksi yang
direncanakan.
BAB VI
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil praktek kerja lapang secara
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam Praktik Kerja Lapangan adalah
sebagai berikut :
1. PT. PAL Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
design to order yaitu perusahaan akan bekerja apabila terdapat pesanan dengan
spesifikasi dan rancang bangun sesuai pesanan yang diinginkan costumer. PT.
PAL Indonesia menerapkan metode Full Outfitting Block System (FOBS) dalam
pembangunan kapal, skema S-Curve, dan Integrated Schedule sebagai acuan dan
Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan sebagai bahan pertimbangan
penting untuk itu desain kapal yang dibuat harus memiliki inovasi dan