Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

PERENCANAAN PRODUKSI KAPAL

Bab ini membahas tentang khusus laporan praktek kerja lapangan, yakni

tentang perencanaan produksi kapal tingkat korporasi.

4.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Pada tugas ini yaitu tentang perencanaan dan pengendalian produksi yang

membahas tentang pembuatan Master Schedule tingkat korporasi sebelum

diturunkan ke tingkat divisi. Meliputi pembuatan kebijakan pembangunan,

perencanaan kapasitas produksi meliputi kurva S progres produksi dan metode

pembangunan kapal, Integrated Schedule yang mengatur penjadwalan desain,

pengadaan material, dan produksi kapal maupun non kapal secara korporasi, serta

pengendalian produksi melalui serangkaian monitoring. Selain itu terdapat

perencanaan budgeting dimana gambaran biaya produksi yang dibutuhkan selama

proses produksi secara korporasi. Hal ini ditangani oleh Departemen Perencanaan

dan Pengendalian (Rendal) Produksi.

4.2 Spesifikasi Kapal Cepat Rudal 60M

Gambar 4.1 Desain Kapal Cepat Rudal 60M


1. Ukuran Utama

Panjang (LOA) : 60,00 Meter

Panjang Garis Air (LWL) : 55,25 Meter

Lebar (B) : 8,10 Meter

Tinggi Tengah Kapal (D) : 4,85 Meter

Sarat Muatan Penuh (d) : 2,60 Meter

Berat Muatan Penuh (Displ.) : 450 s.d 500 Ton

2. Mesin Pokok & Kemampuan Melaut

Main Engine : MTU 20V4000M93

Daya (MCR) : 2x3900 kW (5230 HP)

Kec. Max (Full Load) : 28 Knots

Kec. Jelajah : 20 Knots

Kec. Ekonomis : 15 Knots

3. Ketahanan Berlayar

Ketahanan di Laut : 5 Hari

Jarak Jelajah : 2400 Nm pada Kec. 20 Knots

Akomodasi : 55 Orang

4. Fungsi Pokok

Peperangan anti kapal permukaan (ASuw Operation) & Offshore

patrols di perairan teritorial hingga ZEE.

5. Fungsi Tambahan

Pengintaian (reconnaissance), membayang-bayangi (shadowing),

Combat SAR, Raid amphibi, lawan infiltrasi, pengamanan obvitnas

dan obvit TNI, pengawalan (escorting) badan utama


6. Notifikasi Klass

+100A1, SSC, Patrol Mono, SA2, G3, MCH.

4.3 Material Requirement

Dalam pembangunan sebuah kapal baru diperlukan berbagai bahan dan

peralatan. Setiap kapal memiliki dimensi dan spesifikasi yang berbeda bergantung

pada sepsifikasi yang ditawarkan dan kesepakatan dengan costumer sehingga

memerlukan material yang berbeda pula pada setiap kapal yang akan dibangun.

Adapun untuk membuat kapal jenis Kapal Cepat Rudal 60 meter dibutuhkan

material sebagai berikut.

Tabel 4.1 Material Requirement KCR 60 M

No. Material Satuan Jumlah


1 Pelat baja Lembaran ton 184
2 Profil baja ton 46
3 Pelat Aluminium ton 20,8
4 Profil Aluminium ton 5,6
5 Bi-metal / Metal Cladding shipset 1
6 Pembersihan permukaan shipset 1
7 Pengecatan (painting) shipsset 1
8 Perlindungan Katodik shipset 1
9 Mesin Jangkar unit 2
10 Peralatan Tambat shipset 1
11 Akomodasi shipset 1
12 Ventilasi dan Penyejuk Udara shipset 1
13 Sistem Pipa Akomodasi shipset 1
14 Peralatan Navigasi shipset 1
15 Mesin Kemudi (Steering Gear) shipset 1
16 Daun Kemudi dan Poros (Rudder & Stock) shipset 1
17 Peralatan Keselamatan shipset 1
18 Sistem Pemadam Kebakaran shipset 1
19 Main Switch Board shipset 1
20 Lampu Penerangan dan Lampu Navigasi shipset 1
21 Internal Communication shipset 1
22 Refrigerator Alarm System shipset 1
23 Alarm Monitoring System (AMS) shipset 1
24 TV, Radio shipset 1
25 Fire Detection Equipment shipset 1
26 Gyro Compass shipset 1
27 Gyro Vertical INS shipset 1
28 Data Distribution Unit (DDU) shipset 1
29 Magnetic Compass shipset 1
30 Doppler Log shipset 1
31 Echo Sounder shipset 1
32 Weather System shipset 1
33 D-GPS unit 2
34 AIS shipset 1
35 RADAR unit 2
36 WECDIS shipset 1
37 VSAT System shipset 1
38 Radio Komunikasi (Marine Radio) shipset 1
39 Kabel shipset 1
40 Tactical / Military Radio Communication shipset 1

Kebutuhan material diatas menentukan harga jual kapal dan biaya dalam

pembuatan kapal (fungsi budgeting). Dalam kebutuhan material diatas tidak

termasuk peralatan persenjataan atau Sensor,Weapon and Command (SEWACO).

4.4 Alur Perencanaan dan Pengendalian Produksi Tingkat Korporasi

Perencanaan dan pengendalian produksi pembangunan kapal di tingkat

korporasi diawali dari kontrak yang telah disepakati oleh costumer dan perusahaan.

Harga kontrak tersebut dievaluasi agar dapat menentukan kebutuhan biaya proyek

dan margin profit perusahaan kemudian diserahkan kepada divisi akuntansi untuk

disetujui. Dari kontrak yang ada terdapat point-point kebijakan dasar pembangunan

hasil negosiasi dengan costumer. Kebijakan tersebut digunakan untuk membuat

metode pembangunan kapal.

Metode pembangunan kapal digunakan sebagai dasar dalam pembuatan S-

Curve dan pembuatan Integrated Schedule. S-Curve merupakan rencana

pencapaian progres pembuatan kapal dengan beberapa point yang harus dicapai

selama periode tertentu. Kemudian S-Curve tersebut diimplementasikan kedalam

Integrated Schedule sebagai rincian berapa durasi dari setiap proses pembangunan

kapal yang saling terintegrasi untuk meminimalisir waktu tunggu dan kesalahan
pembangunan kapal. Pembuatan Integrated Schedule yang dilakukan hanya sampai

level 2.

Seluruh kebijakan dan penjadwalan produksi yang telah dibuat selanjutnya

disetujui oleh Kepala Divisi PSP, Direktorat Keuangan, Direktorat Bangunan Kapal

dan Direktur Utama yang akan diteruskan kepada Divisi Kapal Perang untuk

dilakukan memulai produksi kapal. Untuk memonitoring proses produksi dapat

dilakukan melalui analisa dan evaluasi Internal Finance System (IFS) yang berisi

track record dari keuangan pembangunan kapal tersebut.

Gambar 4.2 Alur Perencanaan dan Pengendalian Produksi

4.4.1 Budgeting

Tahap budgeting merupakan tahap perencanaan keuangan produksi kapal..

Dalam perhitungan biaya ini harus mempertimbangkan besaran kontrak yang

disepakati jangan sampai biaya melebihi kontrak yang disepakati. Pada tahap ini
dapat diketahui seberapa besar margin keuntungan yang akan didapat perusahaan.

Biaya yang dihitung meliputi biaya material dan peralatan, biaya konstruksi, biaya

asuransi, biaya pengetesan dan biaya tidak langsung selama proses pembangunan

kapal.

Apabila dalam proses pembangunan kapal terdapat kendala kekurangan

biaya pada satu atau lebih item maka dilakukan switching budget dengan item yang

masih memiliki keuntungan berlebih melalui SOP yang disetujui oleh pihak Divisi

Akuntansi. Namun apabila perlakuan switching budget tidak dapat meemnuhi

kekurangan maka harus mengajukan pertambahan budget dengan mengambil

beberapa proporsi margin profit dari pembangunan kapal tersebut.

4.4.2 Kebijakan Dasar Pembangunan

Kebijakan dasar pembangunan berisikan aturan yang harus dilakukan dalam

pelaksanaan pembangunan kapal yang didasari dari kesepakatan kontrak yang telah

ada. Adapun pertimbangan dasar dalam pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 meter

antara lain :

1. Dalam pelaksanaan pembuatan Kapal Cepat rudal 60 meter

menggunakan fasilitas utama & fasilitas pendukung dari Divisi Kapal

Perang.

2. Bobot progres fisik pembangunan kapal harus mencapai :

- Fabrikasi sebesar 15% pada bulan ke 7.

- Keel Laying sebesar 40% pada bulan ke 10.

- Main Engine loading sebesar 75% pada bulan ke 15.

- Launching sebesar 95% pada bulan ke 20.

- Yard Trial sebesar 99% pada bulan ke 23.


- Delivery sebesar 100% pada bulan ke 24.

3. Proses fabrikasi dikerjakan dengan 4 (empat) starting point, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

- Menjaga ketersediaan Block Stock khususnya konstruksi tersulit

Fore Part, After Part, Hull Part, dan Engine Room dan

mempersingkan durasi dari proses Keel Laying ke Launching.

- Optimalisasi metode Full Outfitting Block System (FOBS), untuk

mempersingkat durasi proses Launching ke Delivery.

4. Sesuai kontrak yang disepakati, durasi penyelesaian pembuatan KCR

selama 24 bulan, dengan rincian sebagai berikut :

- EDC ke Fabrikasi : 6 bulan

- Fabrikasi ke Keel Laying : 5 bulan

- Keel Laying ke Launching : 8 bulan

- Launching ke Delivery : 6 bulan

4.4.3 Metode Pembangunan

Metode pembangunan digunakan untuk meningkatkan produktivitas,

mempersingkat waktu dan menjaga kualitas (QCD) melalui pengelolaan faktor-

faktor produksi (resources) yang lebih baik dengan pertimbangan utama pada

penggunaan fasilitas utama/pendukung dan durasi penyelesaian pekerjaan. Proses

pembangunan blok menggunakan metode 4 starting point dengan menggunakan

referensi KCR batch 4 :

1. Module 1 : Block RD, SKEG, AP1, AP2, ASA1, ASA2, ASB1, ASB2

2. Module 2 : Block FP, SS1A, SS1B, SS2A, SS2B, SS3A, SS3B, BU1,

BU2, BU3
3. Module 3 : Block BR1, BR2, BR3

4. Module 4 : Block C01, C02, FMT

Total keseluruhan block dibagi menjadi 24 bagian. Secara garis besar,

tahapan pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 M terdiri dari Fabrikasi, Keel Laying,

Main Engine Loading, Launching, dan Delivery.

Gambar 4.3 Partisi blok KCR 60 M.

Gambar 4.4 Erection Network


Gambar 4.5 Layout Fasilitas Divisi Kapal Perang

Kapal Cepat Rudal 60 M akan dibangun difasilitas produksi galangan

kapal perang. Dengan aliran proses produksi meliputi (lihat gambar) :

1. Blasting hall

2. Fabrication hall

3. Sub Assembly & Assembly hall

4. Erection area

5. Transfer area

6. Shiplift

7. Quay DKP

Dengan fasilitas pendukung meliputi :

8. Outfitting hall

9. Pipe hall
10. Interior hall

11. Aluminium hall

12. Blasting hall

4.4.4 S-Curve

Pembuatan Kurva S digunakan sebagai rencana target dari sebuah

pembangunan kapal baru. Dimana pembuatan kurva S sendiri merupakan simulasi

dari seluruh proses pembuatan kapal perang dari berlakunya kontrak atau Effective

Date Contract (EDC) hingga kapal tersebut jadi dan dilakukan serah terima kepada

costumer. Besaran dari kurva S merupakan prosentase dari progress bobot setiap

pekerjaan inti dari pembangunan kapal. Bobot progres ditentukan dari biaya yang

ditawarkan dan hasil kesepakatan antara perusahaan dan costumer. Progres

pembuatan kapal juga harus patuh kepada RKAP yang telah dibuat. Didalam RKAP

tertera target progres pembangunan kapal pada setiap akhir tahun.


Gambar 4.6 S-Curve KCR 60 M
4.4.5 Integrated Schedule

Pembuatan Integrated Schedule dilakukan setelah terdapat kontrak yang telah

disepakati antara kedua belah pihak. Pembuatan integrated schedule harus berdasarkan

basic consideration yang memuat rincian durasi penyelesaian kapal. Pada jadwal ini

digambarkan rencana produksi pekerjaan utama meliputi desain, pengadaan material,

fabrikasi, assembling, erection, launching, serangkaian pengetesan dan serah terima

kapal.

Pembuatan integrated schedule juga dapat membantu dalam pembuatan

shipbuilding line chart atau SBLC. Dimana SBLC sendiri merupakan diagram yang

menunjukkan proyek-proyek pembuatan kapal di semua unit galangan melalui diagram

ini didapatkan informasi mengenai jadwal setiap tahap utama dari pembuatan kapal baru.

Integrated Schedule yang dibuat mencakup tiga inti proses pembangunan kapal

baru yaitu proses desain, pengadaan material, dan produksi. Pada divisi PSP Integrated

Schedule yang dibuat hanya sampai level 2. Dalam pembuatan Integrated Schedule divisi

PSP dapat menggunakan software Primavera.


Gambar 4.7 Integrated Schedule KCR 60 m
4.5 Kendala Terkait Perencanaan dan Pengendalian Produksi Tingkat

Korporasi

Pada saat mengerjakan sebuah proyek tentunya sudah dibuat perencanaan yang

matang sehingga diharapkan akan memudahkan pengerjaan kedepannya. Tetapi

perencanaan tersebut bisa berjalan tidak mulus dikarenakan beberapa kendala yang

timbul diluar perkiraan sebelumnya. Berikut adalah permasalahan yang telah dihimpun,

yaitu :

1. Database budget pada proyek sebelumnya tidak memiliki track record.

Dalam perencanaan pasti mempertimbangkan track record dari proyek

sejenis pada periode sebelumnya. Dari track record tersebut dapat diketahui

bagaimana jalannya proyek sebelum, total biaya produksi, perbandingan

dengan harga sekarang, bagian mana yang bisa dilakukan efisiensi dan lain-

lain. Apabila tidak terdapat track record maka tidak ada gambaran akan

jalannya proses produksi kapal tersebut dan perencanaan akan

menghabiskan waktu yang lama karena penyusunan biaya proyek dilakukan

dari nol.

2. Updating dan improvisasi gambar desain secara berkala membuat

kebutuhan material dan peralatan mengalami perubahan. Improvisasi desain

pastinya baik untuk inovasi dari kapal yang akan dibangun. Namun disisi

yang lain improvisasi membutuhkan perubahan kebutuhan dari material dan

peralatan yang ada sehingga mempengaruhi nilai proyek yang ada. Apabila

nilai proyek meningkat dapat mengurangi margin profit yang didapat dan

sebaliknya saat improvisasi tersebut dapat mengurangi kebutuhan material


dan peralatan, hal lain dapat terjadi yakni apabila material dan peralatan

tersebut sudah dipesan material dan peralatan tersebut dapat terbuang

percuma dan mengakibatkan pemborosan.

3. Kesalahan pada proyek sebelumnya yang terulang kembali. Adanya

evaluasi dan kontrol sangat berperan dalam pengendalian produksi. Jika

terdapat kesalahan pada saat proyek sebelumnya maka QA akan

menganalisis apa penyebab dari kesalahan tersebut. Hal ini langkah dalam

pencegahan kesalahan tersebut terulang kembali. Kesalahan yang timbul

berulang kali sangat merugikan baik dari sisi budget yang dikeluarkan dan

waktu yang terbuang.

4. Kekurangan budget saat proyek berjalan dimana biaya aktual produksi lebih

tinggi dari biaya produksi yang direncanakan. Hal ini bisa terjadi ketika

terjadi inflasi mata uang negara. Pengadaan material dan peralatan

menggunakan mata uang Dollar. Selain itu pula apabila terjadi

keterlambatan material dan peralatan maka selama idle time ada cost

tambahan yang harus dikeluarkan.


BAB V

PEMBAHASAN

Berisi tentang membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan dari sistem

produksi dan tugas khusus.

5.1 Sistem Produksi

Dilihat dari sistem produksi di PT. PAL Indonesia, semua produksi telah berjalan

dengan baik karena adanya perencanaan produksi dan pengendalian kualitas oleh badan

class secara terstruktur. Sistem produksi yang dijalankan di PT. PAL Indonesia mengacu

pada sistem Make To Order (MTO). Hal ini dikarenakan mulainya proses pembangunan

kapal dilakukan bila perusahan telah menerima pesanan dan tender dari costumer untuk

produk atau item tertentu. Aktivitas proses dimulai pada saat costumer menyerahkan

spesifikasi produk yang dibutuhkan dan perusahaan akan membantu costumer

menyiapkan spesifikasi produk, beserta harga dan waktu penyerahan. Apabila telah

dicapai kesepakatan, maka perusahaan akan mulai membuat komponen dan merakitnya

menjadi produk dan kemudian menyerahkan kepada costumer. Pada strategi ini, resiko

terhadap investasi dan pengadaan persediaan kecil. Strategi Made To Order (MTO)

mempunyai persediaan tetapi hanya dalam bentuk desain produk dan beberapa bahan

baku standar, sesuai dengan produk yang telah dibuat sebelumnya. Maka dari itu di PT.

PAL Indonesia inventory sangat minim bahkan tidak memiliki inventory dikarenakan

setiap material dan peralatan harus dipesan terlebih dahulu, hanya bahan-bahan standar

yang biasa dibutuhkan dan bahan baku yang sifat general atau yang biasa dipakai untuk

proses produksi beberapa produk.


5.2 Proses Produksi Kapal

Pada proses produksi kapal di PT. PAL Indonesia telah menerapkan sistem full

outfitting block system (FOBS) dimana dapat mengefisiensi proses produksi baik dari segi

durasi, biaya, dan meningkatkan produktivitas perusahaan. Secara garis besar proses

produksi dibagi menjadi 3 tahapan inti yaitu :

1. Design

Proses desain mencakup pembuatan Basic & Performance, Key Plan, Yard

Plan, Production Drawing, dan Test Procedure dari kapal yang akan

dibangun.

2. Procurement Material

Material yang akan dibuthkan selama pembangunan kapal dibagi menjadi

kelompok sesuai kegunaan dalam sistem kapal yaitu material hull

construction, Piping, Machinery Outfitting, Hull Outfitting & Equipment,

Steel Work, dan Electrical Equipment & Outfitting.

3. Production

Pada tahap ini pembangunan kapal dibagi menjadi proses fabrikasi,

assembly, keel laying, block erection, painting, launching, commissioning

test, sea trial dan delivery.

5.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Dalam pelaksanaan fase perencanaan dan pengendalian produksi di tingkat

korporasi Departemen Perencanaan dan Pengendalian (Rendal) Produksi melakukan

pembuatan Master Schedule tingkat korporasi sebelum diturunkan ke tingkat divisi.

Meliputi perencanaan budgeting produksi yang menjadi gambaran keuangan saat


produksi berlangsung, membuata kebijakan pembangunan, perencanaan kapasitas

produksi meliputi kurva S progres produksi dan metode pembangunan kapal, Integrated

Schedule yang mengatur penjadwalan desain, pengadaan material, dan tahap produksi

kapal maupun non kapal secara korporasi. Selain itu dalam melakukan pengendalian

produksi dapat melalui monitoring IFS dan laporan keuangan dari pihak akuntansi.

Perencanaan dan pengendalian produksi pembangunan kapal di tingkat korporasi

diawali dari kontrak yang telah disepakati oleh costumer dan perusahaan. Harga kontrak

tersebut dievaluasi agar dapat menentukan kebutuhan biaya proyek dan margin profit

perusahaan kemudian diserahkan kepada divisi akuntansi untuk disetujui. Dari kontrak

yang ada terdapat point-point kebijakan dasar pembangunan hasil negosiasi dengan

costumer. Kebijakan tersebut digunakan untuk membuat metode pembangunan kapal.

Metode pembangunan kapal digunakan sebagai dasar dalam pembuatan S-Curve

dan pembuatan Integrated Schedule. S-Curve merupakan rencana pencapaian progres

pembuatan kapal dengan beberapa point yang harus dicapai selama periode tertentu.

Kemudian S-Curve tersebut diimplementasikan kedalam Integrated Schedule sebagai

rincian berapa durasi dari setiap proses pembangunan kapal yang saling terintegrasi untuk

meminimalisir waktu tunggu dan kesalahan pembangunan kapal. Pembuatan Integrated

Schedule yang dilakukan hanya sampai level 2.

Seluruh kebijakan dan penjadwalan produksi yang telah dibuat selanjutnya

disetujui oleh Kepala Divisi PSP, Direktorat Keuangan, Direktorat Bangunan Kapal dan

Direktur Utama yang akan diteruskan kepada Divisi Kapal Perang untuk dilakukan

memulai produksi kapal. Untuk memonitoring proses produksi dapat dilakukan melalui
analisa dan evaluasi Internal Finance System (IFS) yang berisi track record dari

keuangan pembangunan kapal tersebut.

5.3.1 Budgeting

Tahap budgeting merupakan tahap perencanaan keuangan produksi kapal. Dalam

perhitungan biaya ini harus mempertimbangkan besaran kontrak yang disepakati jangan

sampai biaya melebihi kontrak yang disepakati. Pada tahap ini dapat diketahui seberapa

besar margin keuntungan yang akan didapat perusahaan. Biaya yang dihitung meliputi

biaya material dan peralatan, biaya konstruksi, biaya asuransi, biaya pengetesan dan biaya

tidak langsung selama proses pembangunan kapal.

5.3.2 Kebijakan Dasar Pembangunan

Kebijakan dasar pembangunan berisikan aturan yang harus dilakukan dalam

pelaksanaan pembangunan kapal yang didasari dari kesepakatan kontrak yang telah ada.

Dalam kebijakan dasar pembangunan berisikan tentang durasi kontrak pembangunan

kapal, tempat fasilitas pembangunan kapal, bobot progres fisik pembangunan dan

pemaksimalan metode yang akan digunakan saat pembangunan kapal.

5.3.3 Metode Pembangunan

Metode pembangunan digunakan untuk meningkatkan produktivitas,

mempersingkat waktu dan menjaga kualitas (QCD) melalui pengelolaan faktor-faktor

produksi (resources) yang lebih baik dengan pertimbangan utama pada penggunaan

fasilitas utama/pendukung dan durasi penyelesaian pekerjaan. Dalam metode

pembangunan juga disertai jumlah pembagian partisi blok dan pemetaan blok yang harus

lebih dahulu dibuat.


5.3.4 S-Curve

Pembuatan Kurva S digunakan sebagai rencana target dari sebuah pembangunan

kapal baru. Dimana pembuatan kurva S sendiri merupakan simulasi dari seluruh proses

pembuatan kapal perang dari berlakunya kontrak atau Effective Date Contract (EDC)

hingga kapal tersebut jadi dan dilakukan serah terima kepada costumer. Besaran dari

kurva S merupakan prosentase dari progress bobot setiap pekerjaan inti dari

pembangunan kapal dan mempertimbangkan rencana kerja tahunan dari perusahaan.

5.3.4 Integrated Schedule

Integrated Schedule adalah jadwal yang terintegrasi antara setiap proses produksi.

Jadwal ini berlaku dari tanggal kerja efektif sampai kapal dikirimkan kepada costumer.

Dalam pembuatan jadwal ditingkat korporasi hanya sampai level 2 yang selanjutnya akan

dikembangkan oleh divisi yang mengerjakan proyek tersebut. Pembuatan intergrated

schedule dapat menggunakan bantuan software Primavera.

5.4 Kendala Terkait Perencanaan dan Pengendalian Produksi Tingkat

Korporasi

Pada saat mengerjakan sebuah proyek tentunya sudah dibuat perencanaan yang

matang sehingga diharapkan akan memudahkan pengerjaan kedepannya. Tetapi

perencanaan tersebut bisa berjalan tidak mulus dikarenakan beberapa kendala yang

timbul diluar perkiraan sebelumnya. Berikut adalah permasalahan yang telah dihimpun,

antara lain Database budget pada proyek sebelumnya tidak memiliki track record

padahal dari track record tersebut dapat diketahui bagaimana jalannya proyek sebelum,

total biaya produksi, perbandingan dengan harga sekarang, bagian mana yang bisa

dilakukan efisiensi dan lain-lain. Updating dan improvisasi gambar desain secara berkala
membuat kebutuhan material dan peralatan mengalami perubahan. Kesalahan pada

proyek sebelumnya yang terulang kembali. Kekurangan budget saat proyek berjalan. Hal

ini dapat terjadi ketika biaya aktual produksi lebih tinggi dari biaya produksi yang

direncanakan.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil praktek kerja lapang secara

keseluruhan penulis kepada pihak perusahaan.

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam Praktik Kerja Lapangan adalah

sebagai berikut :

1. PT. PAL Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang

manufaktur pembuatan dan perbaikan kapal dimana mempunyai sistem kerja

design to order yaitu perusahaan akan bekerja apabila terdapat pesanan dengan

spesifikasi dan rancang bangun sesuai pesanan yang diinginkan costumer. PT.

PAL Indonesia menerapkan metode Full Outfitting Block System (FOBS) dalam

pelaksanaan pembangunan kapal dan mengembangkan metode yang lebih

advance yakni metode modular system.

2. Perencanaan dan pengendalian produksi kapal tingkat korporasi berisi tentang

pembuatan budget produksi, kebijakan dasar pembangunan kapal, metode

pembangunan kapal, skema S-Curve, dan Integrated Schedule sebagai acuan dan

aturan dasar pembangunan kapal di tingkat divisi.


6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan sebagai bahan pertimbangan

yang mengarah pada perbaikan adalah :

1. Dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan kapal sebagai Lead

Integrator diharapkan PT. PAL Indonesia dapat memgembangkan kembali

potensi yang ada dengan mengimplementasikan metode module outfitting

block system pada semua lini pembangunan kapal.

2. Kegiatan monitoring dan evaluasi agar semakin ditingkatkan guna menjaga

kualitas dan kuantitas bangunan kapal.

3. Dalam perencanaan pembangunan kapal desain menjadi kunci yang sangat

penting untuk itu desain kapal yang dibuat harus memiliki inovasi dan

menunjang teknologi kapal yang semakin berkembang.

Anda mungkin juga menyukai