Anda di halaman 1dari 30

OBAT PENYAKIT DEGENERATIF

STROKE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Andi Asti Ainun 1713015063


Andi Hesti 1713015187
Angelina Theodora H 1713015011
Aprilia Putri Firdaus 1713015059
Dellaitgilbert Farrelin 1713015164
Fania Humaira N 1713015095
Frety Aula Nur I 1713015043
Halimathussadiah 1713015104
Irmayanti Irwan 1713015064
Maharani Adelia Zeline 1713015075
Ni Wayan Diana 1713015052
Nur Amiiroh Isyraqi 1713015112
Nur Misnawati 1713015051
Sahara Harumi 1713015092
Sri Lestari 1713015004

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita, sehingga tugas makalah Obat Penyakit
Degeneratif tentang “Stroke” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kita.
Makalah ini dibuat berdasarkan apa yang telah penulis terima dan juga
penulis kutip dari berbagi sumber, baik dari buku maupun dari media elektronik.
Semoga isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Stroke.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka
dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki
kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan
dalam isi makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Samarinda, 21 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Pengertian Stroke .................................................................................................... 3
B. Gejala Stroke ........................................................................................................... 3
C. Tahapan Gejala Stroke ............................................................................................ 6
D. Pemicu Stroke ......................................................................................................... 7
E. Akibat dan Dampak Stroke ..................................................................................... 8
F. Penyebab Stroke...................................................................................................... 9
G. Diagnosis Stroke ................................................................................................... 10
H. Obat-obatan Untuk Stroke dan Mekanismenya .................................................... 13
I. Terapi Farmakologi ............................................................................................... 16
J. Terapi Non Farmakologi ....................................................................................... 19
K. Pencegahan Stroke ................................................................................................ 20
BAB III ............................................................................................................................. 22
PENUTUP ........................................................................................................................ 22
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 22
B. Saran ..................................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa
detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda
sesuai dengan daerah yang terganggu. Gejala stroke yang muncul sangat
bergantung pada bagian otak yang terganggu. Stroke memiliki beberapa
gejala diantaranya gejala stroke sementara,ringan dan berat. Ada beberapa
pemicu yang dapat meningkatkan terjadinya stroke, yaitu ada dua pemicu
yang dominan, faktor risiko mayor dan faktor risiko minor.

Stroke juga merupakan penyakit yang sangat berbahaya yang bisa terjadi
pada semua orang, dari yang muda sampai yang tua, kemudian stroke ini bisa
menyebabkan kelumpuhan dan perubahan mental pada pasien yang terkena
stroke. Penyebab terjadinya stroke juga ada dua yaitu ada dari faktor
pembuluh darah dan ada dari faktor luar tubuh.

Untuk mendiagnosis atau untuk menentukan bahwa pasien terkena


stroke, harus menjalani beberapa tahapan yaitu dilakukan identifikasi gejala
klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium berperan dalam
beberapa hal antara lain untuk menyingkirkan gangguan neurologis lain,
mendeteksi penyebab stroke, dan menemukan keadaan komorbid. Untuk
sistem penyembuhan stroke ada beberapa cara yaitu secara farmakologi, non-
farmakologi dengan terapi dan berbagai cara yang bisa digunakan untuk
sistem penyembuhan stroke. Namun lebih baik mencegah dari pada
mengobati, maka dari itu ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya stroke
antara lain dengan berolahraga, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
yang berbahaya, kemudian pola makan dan gaya hidup sangat mempengaruhi
untuk terjadinya stroke.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Stroke?
2. Bagaimana gejala stroke?
3. Bagaimana tahapan-tahapan terjadinya stroke?
4. Apa saja yang dapat menjadi pemicu stroke?
5. Apa akibat dan dampak dari stroke?
6. Apa penyebab dari stroke?
7. Bagaimana cara mendiagnosa stroke?
8. Apa saja contoh obat-obatan stroke dan bagaimana mekanismenya?
9. Bagaimana mengimplementasikan terapi farmakologi?
10. Bagaimana mengimplementasikan terapi non-farmakologi?
11. Bagaimana cara mencegah terjadinya stroke?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian dari Stroke
2. Dapat mengenali gejala stroke
3. Dapat mengetahui tahapan-tahapan stroke
4. Dapat mengetahui pemicu dari stroke
5. Dapat mengetahui akibat dan dampak dari stroke
6. Dapat mengetahui penyebab dari stroke
7. Dapat mengetahui cara mendiagnosa stroke
8. Dapat mengetahui dan memahami contoh obat-obatan stroke dan
mekanismenya
9. Dapat mengetahui bagaimana terapi farmakologi dari stroke
10. Dapat mengetahui bagaimana terapi non-farmakologi dari stroke
11. Dapat mengetahui cara mencegah terjadinya stroke

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa
detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda
sesuai dengan daerah yang terganggu. Definisi stroke menurut WHO, stroke
adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokul maupun global secara
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan
aliran darah di otak. Menurut Neil F Grondon, Stroke adalah gangguan
potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak (Sudarsini, 2017).
Stroke hemoragik adalah perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
otak tertentu. Biasanya terjadi saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Umumnya kesadaran penderita menurun.
Stroke hemoragik juga dikatan disfungsi neurologist fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi karena
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Sudarsini, 2017).

B. Gejala Stroke
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang
terganggu. Otak manusia terdiri atas otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), dan batang otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang
disebut hemister, yaitu hemister kanan dan hemister kiri. Fungsi bagian tubuh
sebelah kanan dikendalikan oleh hemister kiri dan fungsi bagian tubuh
sebelah kiri oleh hemisfer kanan. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki
fungsi masing-masing.
Gangguan pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke
lobus frontal dan parietal akan memberikan gejala kelemahan anggota gerak

3
dan gangguan rasa. Stroke yang menyerang cerebellum memberikan gejala
pusing berputar (vertigo).
1. Kelumpuhan anggota gerak
Kelemahan anggota gerak merupakan gejala yang umum dijumpai
pada stroke. Bila seseorang tiba-tiba merasa kehilangan kekuatan pada
salah satu lengan dan tungkai atau lengan dan tungkai pada satu sisi.
Kelemahan umumnya sesisi kanan atau kiri. Gangguan peredaran darah
otak disebelah kanan akan menyebabkan kelemahan anggota gerak
sebelah kiri. Pasien mengeluh kurang mampu mengancingkan baju atau
tidak dapat memakai sandal dengan baik.
2. Wajah perot
Wajah perot juga merupakan gejala yang sering muncul pada
penderita stroke. Bila tiba-tiba seseorang menunjukkan gejala wajah
perot, pikirkanlah ini sebagai gejala stroke. Wajah stroke pada stroke
muncul akibat terganggunya saraf otak disentral. Cara yang paling mudah
untuk menilai wajah perot adalah dengan meminta pasien untuk
tersenyum atau menunjukkan giginya. Bila sudut bibir tidak simetris atau
tertarik hanya kesalah satu sisi saja, ini adalah gejala wajah perot.
3. Gangguan bicara
Pasien stroke dapat pula menunjukkan gelaja bicara tidak jelas (pelo)
atau tidak dapat bicara (afasia). Hal ini umumnya disebabkan oleh karena
kelumpuhan saraf otak atau lobus fronto-temporal di otak. Pada keadaan
stroke lidah akan miring kesisi yang lumpuh.
4. Pusing berputar
Pusing berputar atau vertigo adalah salah satu gejala stroke. Pusing
berputar dapat disertai mual/muntah ataupun tidak. Gangguan pada sistem
keseimbangan di otak kecil/cerebellum akan menimbulkan gejala pusing
berputar.
5. Nyeri kepala
Pada lebih dari 95% kasus, nyeri kepala bersifat primer dan
dihubungkan dengan keterangan otot atau migren. Pada 5% kasus, nyeri

4
kepala disebabkan oleh sakit sekunder termasuk diantaranya stroke. Nyeri
kepala pada stroke bersifat mendadak, dengan intensitas yang berat, dan
disertai gejala atau tanda gangguan saraf yang lain.
6. Penurunan kesadaran
Kesadaran manusia dipertahankan oleh sebuah sistem diotak yang
disebut ARAS (Assending Reticular Activating System) sistem ini
membuat seseorang terjaga. Pada kasus stroke yang langsung mengenai
pusat sistem kesadaran atau mendesak pusat sistem kesadaran dapat
dijumpai penurunan kesadaran. Kasus stroke yang disertai penurunan
kesadaran pada umumnya dijumpai pada stroke pendarahan. Penurunan
kesadaran dapat berupa mengantuk/ somnolen (terbangun dengan suara),
soporo (terbangun dengan rangsang nyeri), sampai dengan koma (tidak
ada respon dengan rangsang sakit).
7. Gejala lain
Salah satu kata kunci yang ada pada stroke adalah sifatnya yang
mendadak. Seseorang awalnya baik-baik saja dan menunjukkan gangguan
sistem saraf yang bersifat mendadak di curigai sebagai stroke. Perubahan
tingkah laku, penurunan tajam penglihatan, gangguan lapang pandang,
dan gangguan menelan yang bersifat mendadak.
( Pinzon, 2010)
Gejala klinis pada stroke hemoragik dapat berupa :
1. Defisit neurologis mendadak didahului gejala prodromal yang terjadi pada
saat istirahat atau bangun pagi
2. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
3. Terjadi terutama pada usia lebih dari 50 tahun
4. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya
(Batticaca, 2008)

5
C. Tahapan Gejala Stroke
Usaha mengenali tahapan gejala stroke sangat penting untuk memastikan
penderita mendapatkan perawaan yang lebih tepat dan cepat, sekaligus
menghindari kefatalan. Berikut adalah tahapan gejala stroke yaitu:
1. Gejala stroke sementara (Sembuh dalam beberapa menit/jam)
a. Tiba-tiba sakit kepala
b. Pusing dan bingung
c. Pengelihatan atau kehilangan ketajaman pada satu atau dua mata
d. Kehilangan keseimbangan dan lemah
e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh.
2. Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu)
a. Beberapa atau semua gejala stroke sementara
b. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki
c. Bicara tidak jelas.
3. Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan
atau tahun, tidak bisa sembuh total)
a. Beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan
b. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki
d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara
e. Sukar menelan
f. Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses
g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi
h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah
marah, tingkah laku seperti anak kecil.
(Mahendra, 2005)

D. Klasifikasi Stroke Hemoragik


Adapun klasifikasi stroke hemoragik yaitu
1. Perdarahan serebral
Gejalanya :

6
a. Tidak jelas kecuali nyeri pada kepala yang hebat karena hipertensi
b. Serangan terjadi pada siang hari saat beraktivitas dan emosi atau
marah
c. Mual atau muntah pada permulaan serangan
d. Hemiparesis atau hemiplegia terjadi sejak awal pada serangan
e. Kesadaran menurun dengan cepat dan menjadi koma
2. Perdarahan subaraknoid
Gejalanya :
a. Nyeri kepala hebat dan mendadak
b. Kesadaran sering ternganggu dan sangat bervariasi
c. Ada gejala atau tanda meningeal papilledema terjadi bila ada
perdarahan subaraknoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikans anteriol atau arteri karotis interna
(Batticaca, 2008)

E. Pemicu Stroke
Pemicu stroke dapat digolongkan menjadi 2, yaitu pemicu yang dominan
(faktor risiko mayor (faktor risiko mayor) dan pemicu yang minor (faktor
risiko minor).
1. Faktor risiko mayor
a. Pernah terserang stroke
b. Hipertensi
c. Penyakit jantung
d. Sudah ada manifestasi asterosklerosis secara klinis (gejala-gejala
pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner,
gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermiten (nyeri yang
hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, dan lain-lain
e. Diabetes melitus
f. Polistemia (banyak sel-sel darah).
2. Faktor risiko minor
a. Kadar lemak yang tinggi

7
b. Hematokrit tinggi
c. Merokok
d. Kegemukan (obesitas)
e. Kadar asam urat tinggi
f. Kurang berolahraga
g. Fibrinogen tinggi.
(Mahendra, 2005)

F. Akibat dan Dampak Stroke


Akibat stroke ditentukan oleh bagian otak yang cidera. Namun,
perubahan-perubahan yang terjadi setelah stroke, baik yang mempengaruhi
bagian kanan dan kiri otak, pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kelumpuhan.
Kelumpuhan bagian tubuh yang hanya sebelah (hemiplegia) adalah
cacat yang paling umum akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian otak
kiri, terjadi hemiplegia kanan. Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian
kanan hingga kaki sebelah kanan, termasuk tenggorokan dan lidah. Bila
terserang otak bagian kanan, terjadi hemiplegia kiri dan hemiparesis kiri.
Bila kerusakan terjadi pada bagian otak bagian bawah (cerebellum),
kemampuan otak untuk mengkoordinasikan gerakan tubuhnya akan
berkurang. Ada juga pasien stroke yang mengalami disfagia atau
kesulitan makan dan menelan karena bagian otak yang mengendalikan
otot-otot telah rusak dan tidak berfungsi.
2. Perubahan mental
Stroke tidak selalu membuat mental penderita menjadi merosot.
Beberapa perubahan pun biasanya bersifat sementara. Akibat serangan
stroke dapat terjadi gangguan pada daya pikir, kesadaran, konsentrasi,
kemampuan belajar, dan intelektual. Semua hal tersebut terjadi dengan
sendirinya memperngaruhi penderita. Ini juga disebabkan penderita
kehilangan kemampuan-kemampuan tertentu, misalnya sebagai berikut :

8
d. Agnosia yaitu kehilangan kemampuan untuk mengenali orang dan
benda.
e. Anasoni yaitu tidak mengenali bagian tubuhnya sendiri.
f. Ataksia yaitu koordinasi gerakan dan ucapan yang buruk.
g. Apraksia yaitu tidak mampu melakukan suatu gerakan atau menyusun
kalimat yang diinginkannya. Hal ini disebabkan terputusnya
hubungan antara pikiran dan tindakan.
h. Distosi spasial yaitu tidak mampu mengukur jarak atau ruangan yang
dijangkaunya.
(Mahendra, 2005)

G. Penyebab Stroke
Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokan menjadi dua kelompok,
yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh dan faktor dari luar tubuh.
1. Faktor pembuluh darah
a. Aterosklerosis pembuluh darah otak
Penumpukan ateromatau lemak pada lapisan dalam pembuluh
darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah
maka aliran darah akan tersumbat dan jaringan yang ada didepan
pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan bisa mengakibatkan
kematian jaringan.
b. Malformasi arteri
Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya
dinding pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah
robek jika terjadi peningkatan tekanan aliran darah. Aneurisma dibagi
menjadi dua yaitu congential (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan
dari lahir. Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai
suatau saat dapat pecah sendiri jika terjadi peningkatan aliran darah
ke otak dan terjadi stroke.
c. Trombosis vena (penyumbatan)

9
Penyebabnya seperti thrombus, embolus, cacing, parasit atau
leukimia.
d. Pecahnya pembuluh darah otak
Pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi di ruang
subarachnoid (dibawah selaput otak) atau intraceberal (dalam
jaringan otak). Akibatnya darah di artei otak akan terus mengalir
keluar tanpa ada yang menghentikan. Darah akan menutupi dan
menekan sebagian besar jaringan otak sehingga jaringan otak yang
tertekan akan mengalamin hipoksia disertai dengan kematian jaringan
otak, bahkan mungkin disertai kematian biologis.
2. Faktor dari luar pembuluh darah
a. Penurunan perfusi darah ke otak. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal
seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan
anatomi jantung, gagal jantung kongestif atau hiperkolesterol.
b. Embolus/thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah
tersangkut disalah satu cabang pembuluh darah otak yang kecil
sehingga menyumbat aliran darah. Hal ini menyebabkan kematian
jaringan otak. Embolus atau thrombus dapat berasal dari pembuluh
darah di tungkai yang terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru,
embolus lemak terutama terkena pada orang obesitas atau pasca
operasi.
(Mahendra, 2005)

H. Diagnosis Stroke
Diagnosis stroke dibuat berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan laboratorium berperan dalam beberapa
hal antara lain untuk menyingkirkan gangguan neurologis lain, mendeteksi
penyebab stroke, dan menemukan keadaan komorbid (Rahajuningsih, 2009).
1. Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami
defisit neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat

10
kesadaran. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non
hemoragik meliputi hemiparese, monoparese, atau quadriparese, tidak ada
penurunan kesadaran, tidak ada nyeri kepala dan reflek babinski dapay
positif mapun negatif. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul
sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu
tidaknya pemberian terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat membuat
anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala atau onset stroke
seperti :
a. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke).
b. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari
pertolongan.
c. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
d. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti
kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom,
ensefalitis, dan hiponatremia.
2. Pemeriksaan penunjang
Untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke perdarahan
dilakukan pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala. Pada stroke hemoragik
akan terlihat adanya gambaran hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik
akan terlihat adanya gambaran hipodens (Misbach, 1999). Pencitraan
otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non
hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah
pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan
stroke akut jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk
menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi
kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan stroke
(hematoma, neoplasma, abses).
Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan
biasanya tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat

11
normal pada >50% pasien, tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi
perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria
eksklusi terapi trombolitik. Teknik-teknik neuroimaging berikut ini juga
sering digunakan:
a. CT angiography dan CT scanning perfusi
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c. Scanning karotis duplex
d. Digital pengurangan angiography
e. Pungsi lumbal diperlukan untuk menyingkirkan meningitis atau
perdarahan subarachnoid ketika CT scan negatif tapi kecurigaan klinis
tetap menjadi acuan.
3. Sirijaj stroke score
Variabel Gejala klinis Skor
Sakit kepala Iya 1
Tidak 0
1. Angina pectoris Iya 1
Tidak 0
2. Claudicatio intermitten Iya 1
Tidak 0
3. Diabetes mellitus Iya 1
Tidak 0
Siriraj Stroke Score = (2,5 X Derajat Kesadaran) + (2 X muntah) +
(2 X sakit kepala) + (0,1 X tekanan darah diastol) – (3 X ateroma) – 12
.Apabila skor yang didapatkan < 1 maka diagnosisnya stroke non
perdarahan dan apabila didapatkan skor ≥ 1 maka diagnosisnya stroke
perdarahan.
4. Algoritma stroke gadjah Mada
Apabila terdapat pasien stroke akut dengan atau tanpa penurunan
kesadaran, nyeri kepala dan terdapat reflek babainski atau dua dari
ketiganya maka merupakan stroke hemoragik. Jika ditemukan penurunan
kesadaran atau nyeri kepala ini juga merupakan stroke non hemoragik.

12
Sedangkan bila hanya didapatkan reflek babinski positif atau tidak
didapatkan penurunan kesadaran, nyeri kepala dan reflek babinski maka
merupakan stroke non hemoragik.
Penurunan kesadaran Nyeri kepala Babinski Jenis stroke
+ + + Pendarahan
+ - - Pendarahan
- + - Pendarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik

(Lamsudin,1990)

I. Obat-obatan Untuk Stroke dan Mekanismenya


Pengobatan stroke dapat dibagi berdasarkan jenis stroke yang menyerang
penderita, apakah stroke yang dialami merupakan stroke iskemik (disebabkan
oleh adanya sumbatan pada pembuluh darah pada otak) atau pendarahan di
dalam atau di sekitar otak (haemorrhagic stroke). Pengobatan untuk stroke
umumnya menggunakan satu atau lebih pengobatan (kombinasi) dan dapat
juga dilakukan operasi/pembedahan.
1. Obat-obat thrombolysis
Obat yang digunakan untuk melarutkan thrombus (gumpalan darah
yang menyumbat pembuluh darah) sehigga aliran darah menuju otak
dapat kembali lancar. Contoh obat thrombolysis yang sering digunakan
adalah Alteplase. Harus dilakukan pemindaian pada otak agar dapat
diketahui jenis stroke yang dialami, karena alteplase dapat memperparah
kasus stroke pendarahan (Neal, 2016).
a. Alteplase, dosis dewasa : untuk stroke iskemik 0,9 mg / kg (hingga 90
mg) iv selama 60 menit dengan 10% dari total dosis diberikan sebagai
bolus iv awal pada menit pertama.
2. Antiplatelet
Umunya digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah
dalam pembuluh darah dengan mencegah platelet berikatan dengan

13
fibrinogen, sehingga penggumpalan darah tidak terjadi. Contoh obat
antiplatelet adalah aspirin (dalam dosis kecil), clopidogrel, tirofiban,
eptifibatide, abciximab, dipyridamole (Neal, 2016).
a. Clopidogrel, dosis : 75mg PO/hari, tanpa loading dose.
b. Tirofiban, dosis : Loading dose 25mcg/kg IV dalam 5 menit. Post
loading dose 0,15mcg/kg/menit IV hingga 18 jam.
c. Eptifibatide, dosis : 180mcg/kg IV bolus 1-2 menit, kemudian 2mcg/
kg/ menit IV hingga 72 jam
d. Abciximab, dosis : 250mcg/kg bolus selama 1 menit dilanjutkan dengan
0.125 mcg/kg/min (maks: 10mcg/min) dalam infus kontinyu (Drip)
e. Dipyridamole, dosis dewasa : (Extended Release Tablet) 200 mg 2 x sehari
secara oral.
3. Antikoagulan
Diberikan pada pasien sebagai obat pencegahan dan perawatan
stroke, di mana pada pencegahan stroke antikoagulan berperan dalam
mencegah pembentukan thrombus dalam pembuluh darah. Antikoagulan
bekerja dengan mengubah komposisi kimiawi dalam darah sehingga
mencegah terbentuknya gumpalan darah. Obat-obat antikoagulan yang
umum diberikan pada penderita stroke antara lain warfarin, apixaban,
dabigatran, edoxaban, dan rivaroxaban. Obat antikoagulan heparin juga
dapat diberikan, contohnya dalteparin, enoxaparin, fondaparinux
(Neal, 2016)
a. Warfarin, dosis dewasa : untuk pencegahan tromboemboli pada
fibrilasi atrium .dosis awal: 2 hingga 5 mg oral sekali sehari dosis
pemeliharaan: 2 hingga 10 mg oral sekali sehari
b. Apixaban, dosis dewasa : 2,5 mg PO 12-24 jam setelah operasi
c. Dabigatran, dosis dewasa : CrCl >30 mL/menit :150 mg PO selama 2 hari
dan CrCl 15-30 mL/menit : 75 mg PO selama 2 hari. CrCl merupakan
creatinin clearance
d. Edoxaparin, dosis : 60mg PO/ hari
e. Rivaroxaban, dosis : 20mg PO/ hari bersamaan dengan makan malam.

14
4. Antihipertensi
Diberikan untuk mencegah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah (haemorrhagic stroke). Obat-obatan yang umumnya
digunakan dapat dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya dalam
menurunkan tekanan darah. Thiazide diuretics contohnya
bendroflumethiazide, chlortalidone, indapamide, spironolactone, bekerja
dengan mengurangi volume darah dan kadar ion natrium melalui ekskresi
oleh urin.
Vasodilator bekerja dengan memicu dilatasi pembuluh darah
sehingga mengurangi tekanan pada dinding pembuluh darah. Vasodilator
terbagi berdasarkan cara obat tersebut menyebabkan dilatasi pada
pembuluh darah. ACE (Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor
bekerja dengan menghambat sintesis Angiotensin II, sehingga mencegah
terjadinya vasokonstriksi, dan menurunkan tekanan darah. Contoh obat
golongan ini adalah lisinopril dan enalapril. ARB (Angiotensin Receptor
Blockers) bekerja dengan menghambat ikatan angiotensin pada
reseptornya, sehingga menurunkan tekanan darah. Bloker kanal kalsium
bekerja dengan mengurangi tonus otot polos pembuluh darah. Contoh
obat termasuk golongan ini adalah nifedipine dan amlodipine. Obat beta
blocker bekerja dengan mengurangi efek andrenergik pada reseptor beta-
1, sehingga mengurangi output jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Contoh obat dengan mekanisme kerja ini adalah bisoprolol, metoprolol,
atenolol, dan lain-lain (Neal, 2016).
a. Bendroflumethiazide, dosis : 5-20 mg sehari PO. Dosis pemeliharaan
2,5-15 mg sehari
b. Chlortalidone, dosis : 12,5-25 mg/ hari PO
c. Indapamide, dosis : 1,25 mg/ hari PO
d. Spironolactone, dosis dewasa : untuk edema 25-200 mg per oral per
hari dalam dosis tunggal atau terbagi
e. Bisoprolol, dosis : 1,25 mg PO per hari, dosis maksimum 10 mg/hari

15
f. Metoprolol, dosis : Hipertensi; Lopressor. 100 mg/ hr PO awalnya
dalam dosis tunggal atau dibagi setiap 12 jam dapat ditingkatkan pada
interval 1 minggu atau lebih lama tidak melebihi 450 mg/hr
g. Atenolol, dosis : Hipertensi 25-50 mg/hari dapat ditingkatkan sampai
100 mg/hari PO

5. Statin
Diberikan kepada pasien yang mempunyai kadar kolesterol dalam darah
terlalu tinggi. Statin dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan
menghambat enzim dalam hati yang memproduksi kolesterol, sehingga
kadar kolesterol dalam darah dapat turun. Contoh obat golongan statin
adalah antara lain atorvastatin, simvastatin, pravastatin (Neal, 2016).
a. Atorvastatin, dosis : 10mg 1×sehari, maks. 80mg 1×sehari
b. Simvastatin, dosis : 5-10mg/hari dosis tunggal pada malam hari.
Maksimal 40mg/hari dosis tunggal
c. Pravastatin, dosis : 1×10-20mg/hari. Kisaran dosis 10-40mg/hari
(Team Medical Mini Notes, 2017)

J. Terapi Farmakologi
1. Terapi suportif
Terapi supertif penting diberikan untuk menyokong fungsi organ –
organ vital dan mencegah komplikasi stroke. Sekitar 25% pasien stroke
akut akan mengalami pemburukan dalam 2 – 4 hari pascaserangan karena
pebengkakan otak. Namun, tetaplah sulit untuk menentukan pasien mana
yang kondisinya akan memburuk. Hal ini yang mendasari bahwa
mengapa pasien stroke akut dianjurkan untuk dirawat dirumah sakit.
Terapi suportif yang dilakukan di rumah sakit antara lain sebagai berikut.
a. Observasi tanda vital
Observasi tanda vital dilakukan dalam 24 jam sejak pasien masuk
rumah sakit dengan memonitor kerja organ – organ vital, seperti

16
jantung, paru – paru, dan fungsi saraf, mengingat kondisi pasien
belum stabil dan perubahan akan tampak pada tanda vital,. Pasien
diawasi pernapasannya, irama jantung, suhu tubuh, dan gerak
menelan pada pasien yang sadar.
b. Pemenuhan kebutuhan oksigen
Pada pasien stroke akut, pasokan oksigen harus dipastikan
adekuat untuk mencegah otak kekurangan oksien dan perburukan
gangguan saraf. Dokter akan memeriksa apakah pasien mnegalami
sumbatan saluran pernapasan, membutuhkan tambahan oksigen, atau
memerlukan alat bantu pernapasan.
c. Pencegahan peningkatan tekanan kepala
Peningkatan tekanan di dalam kepala membawa kaibat buruk
terhadap jaringan otak. Tekanan dalam kepala dapat meningkatakibat
adanya pembengkakan jaringan otak pada kasus stroke iskemik
ataupun darah yang keluar pada stroke hemoragik. Peningkatan
tekanan ini dapat dicegah dengan pengaturan posisi kepala danbila
diperlukan pemberian obat – obatan.
d. Perbaikan fungsi saraf
Fungsi saraf yang terganggu perlu diberikan rangsangan sedini
mungkin agar perbaikan fungsi tercapai dengan cepat. Rangsangan
yang diberikan dapat berupa rangsangan sensorik (berupa suara,
warna, bau) ataupun perabaan (kognitif, memori, bahasa serta emosi).
e. Nutrisi
Nutrisi yang memadai sangat penting selama perawatan stroke.
Kekurangan nutrisi dapat menghambat penyembuhan. Sebelum
pemberian nutrisi pasien harus diperhatikan apakah mengalami
gangguan menelan atau tidak. Hal ini penting karena jika tersedak
sehingga makanan atau minuman tersebut masuk ke saluran
pernapasan maka akan meperburuk kondisi pasien. Makanan yang
diberikan adalah yang bias menjaga agar feses tetap lunak. Jika pasien
tidak sadar atau tidak bias menelan maka nutrisi diberikan melalui

17
selang yang dipasang di lubang hidung untuklangsung menuju
lambung.
f. Mobilisasi
Mobilisasi pasien dilakukan sesegera mungkin setelah kondsi
pasien dianggap stabil. Mobilisasi segera dapat mencegah komplikasi
pneumonia/radang paru, otot mengecil, ataupun luka akibat kulit
tertekan lama. Jika pasien belum bisa bangun, mobilisasi dapat
dilakukan secara pasif dengan bantuan fisioterapis. Mobilisasi dapat
berupa miring ke kanan-kiri, menggerakan tungkai, menggerakan
lengan, serta mengaktifkan persendian.
g. Mencegah komplikasi akut
Terapi suportif juga penting untuk mencegah komplikasi akut.
Mengingat bahwa komplikasi akut dapat menyebabkan kematian 5
kali lebih bayak disbanding kerusakan jaringan otak pada stroke.
2. Terapi obat
Tujuan terapi obat pada fase akut stroke difokuskan untuk
memperbaiki aliran darah otak serat menghentikan kerusakan sel dan
jaringan otak yang berkaitan dengan iskemik. Periode waktu yang sering
disebut therapeutic window ini berkisar 12 – 24 jam, terapi serig
ditekankan antara 3 – 6 jam. Sempitnya golden time ini mengharuskan
individu yang mengalami serangan stroke akut sesegera mungkin di bawa
ke rumah sakit. Beberapa waktu setelah serangan stroke, kemungkinan
terjadi kematian jaringan otak pada tempat ang aliran darahnya terputus
dan penurunan aliran darah disebut daerah penumbra iskemik dan
merupakan target utama terapi stroke akut. Menyelamatkan daerah
penumbra diharapkan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas dan
meminimalkan efek pascastroke. Masih adanya aliran darah walaupun
sedikit berarti masih ada kemungkinan utuk disembuhkan.
a. Obat untuk stroke hemoragik
Adapun obat yang dapat digunakan pada stroke hemoragik antara
lain sebagai berikut:

18
1) Nimodipin
Obat ini bermanfaat untuk mencegah menyempitnya
pembuluh darah pada stroke dengan pendarahan subarachnoid.
2) Aminocaproic acidacid
Obat ini bekerja melawan aktivator plasminogen, jadi hampir
kebalikan dari kerja t-PA. Pendarahan subarachnoid dapat
berkurang 13 – 20% setelah terapi dengan aminocaproic acidacid.
3) Tranexamid acid
Mekanisme kerjanya adalah mengahmabt pembentukan
plasmin obat ini dapat mencegah terjadinya pendarahan ulang.
3. Terapi bedah
Terapi bedah yang dilakukan pada pasien stroke hemoragik,
tujuannya adalah mengeluarkan darah yang dapat merusak jaringan otak
dan jika memungkinkan menghentikan pendarahan. Adapun pada stroke
iskemik bertujuan untuk mengurangi penyempitan atau menghilangkan
sumbatan pembuluh darah agar aliran darah ke jaringan otak kembali
lancar.
(Sari, 2016)

K. Terapi Non Farmakologi


1. Terapi Akut
Intervensi pada pasien stroke iskemik akut yaitu dilakukan bedah.
Dalam beberapa kasus edema iskemik serebral karena infark yang besar,
dilakukan kraniektomi untuk mengurangi beberapa tekanan yang
meningkat telah dicoba. Dalam kasus pembengkakan signifikan yang
terkait dengan infark serebral, dekompresi bedah bisa menyelamatkan
nyawa pasien. Namun penggunaan pendekatan terorganisir multidisiplin
untuk perawatan stroke yang mencakup rehabilitasi awal telah terbukti
sangat efektif dalam mengurangi cacat utama karena stroke iskemik
(Fagan, 2005).
2. Terapi pemeliharaan stroke

19
Terapi non farmakologi juga diperlukan pada pasien paska stroke.
Pendekatan interdisipliner untuk penanganan stroke yang mencakup
rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian stroke
berulang pada pasien tertentu.Pembesaran karotid dapat efektif dalam
pengurangan risiko stroke berulang pada pasien komplikasi berisiko
tinggi selama endarterektomi (Fagan, 2005). Selain itu modifikasi gaya
hidup berisiko terjadinya stroke dan faktor risiko juga penting untuk
menghindari adanya kekambuhan stroke. Misalnya pada pasien yang
merokok harus dihentikan, karena rokok dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan (Eusi, 2003).

L. Pencegahan Stroke
Penerapan pola hidup sehat, sangat penting untuk mencegah penyakit
stroke. Sehingga beberapa pola hidup sehat yang dapat dilakukan guna
menekan resiko terjadinya stroke. Diantaranya adalah:
1. Olahraga
Melakukan olahraga secara teratur dan meningkatkan aktivitas fisik
yang menyehatkan merupakan salah satu cara pencegahan penyakit
stroke. Hal yang perlu diperhatikan adalah memilih olahraga yang sesuai
dengan usia dan kondisi kesehatan. Bagi seseorang yang berusia kurang
dari 40 tahun dengan kondisi kesehatan yang prima atau tidak mengalami
penyakit kronis seperti penyakit jantung dan DM tipe 2, jenis olahraga
yang dapat dipilih dapat berupa jenis olahraga anaerobik seperti anak
beban, push up, pull up dan sebagainya. Beberapa jenis olahraga aerobik
juga dapat dilakukan seperti joging, berlari, senam dan sebagainya,
dimana olahraga ini ditujukan untuk memperbesar volume atau kapasitas
paru-paru dan menjaga elastisitas pembuluh darah dan daya pompa
jantung (Wahyu, 2009).
2. Mengindari minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya
Menurut Elizabeth Mostofsky dari Cardiovascular Epidimiology
Research Unit bahwa resiko stroke akan meningkat dalam 2 jam setelah

20
mengonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan seperti kokain juga
dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Sehingga perlunya
menghindari minuman beralkohol dan obat-obatan berbahaya untuk
pencegahan penyakit stroke ini
3. Berhenti merokok
Kebiasaan merokok akan menyebabkan kecepatan aliran darah
melalui pembuluh darah ke otak mengalami perubahan. Selain itu, cedera
yang terus-menerus pada lapisan pembuluh darah otak (pembuluh darah
yang memasok darah ke otak) dapat berkontribusi pada penyakit
pembuluh darah jangka panjang yang disebut penyakit serebrovaskular,
yang sering terjadi pada penderita stroke. Pembuluh darah di otak
menjadi lebih cenderung untuk mengalami penyumbatan dan peningkatan
pembekuan darah setelah berulang kali terkena paparan bahan kimia yang
dihirup melalui rokok karena nikotin dalam rokok dapat menyebabkan
elastisitas pembuluh darah berkurang. Selain perokok aktif, para perokok
pasif pun mendapat dampak yang sama asap rokok juga menghasilkan
variasi detak jantung dan fungsi jantung yang pada akhirnya dapat
menyebabkan stroke.
(Agromedia, 2009)
4. Ciptakan lingkungan tenang dan batasi pengunjung pada penderita stroke
karena rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan
kenaikan tekanan intra kranial. Istirahat total dan ketenangan mungkin
diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik dan perdarahan lainnya (Muttaqin, 2008).

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stroke
merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak. Beberapa gejala
stroke yaitu kelumpuhan anggota gerak, wajah perot, gangguan bicara, pusing
berputar, nyeri kepala, penurunan kesadaran dan gejala lain (penurunan
ketajaman penglihatan, gangguan pandangan, gangguan menelan). Tahapan
gejala stroke ada beberapa macam yaitu gejala stroke sementara, gejala stroke
ringan, dan stroke berat. Faktor pemicu stroke dibagi menjadi dua yaitu faktor
risiko mayor (pernah terserang stroke, hipertensi, peyakit jantung) dan faktor
risiko minor (merokok, kegemukan, kurang berolahraga). Dampak dari stroke
adalah kelumpuhan dan perubahan mental. Stroke dapat disebabkan oleh
aterosklerosis pembuluh darah otak, malformasi arteri, pecahnya pembuluh
darah di otak, dan penurunan perfusi darah ke otak.
Diagnosis stroke dilakukan dengan CT angiography dan CT scanning
perfusi, magnetic resonance imaging, scanning karotis duplex, dan digital
pengurangan angiography. Obat-obatan yang dapat diberikan pada penderita
stroke adalah obat-obat trombolisis, antiplatelet, antikoagulan, antihipertensi
dan statin. Selain diberikan obat-obatan penderita stroke juga dapat
melakukan terapi farmakologi seperti terapi suportif, terapi obat dan terapi
bedah, dan terapi non farmakologi seperti terapi akut, dan terapi pemeliharaan
stroke. Stroke dapat dicegah dengan sering berolahraga, tidak mengonsumsi
minuman beralkohol, dan tidak merokok.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

22
pembaca mengenai makalah diatas. Penulis juga mengharapkan bahwa
makalah ini dapat memberikan pengetahuan mendasar kepada pembaca
tentang stroke. Selain itu penulis menyadari perlu adanya sosialisasi ke
masyarakat mengenai stroke, dan pentingnya menjaga pola makan serta pola
hidup sehat agar terhindar dari resiko terkena penyakit stroke.

23
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, Redaksi. 2009. Solusi Sehat Menangani Stroke. Jakarta: PT.


Agromedia Pustaka.

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba medika.

Eusi. 2003. Iskemik Stroke Prophylaxis and Treatment. United Kingdom.

Fagan, C.S., and Hess, C.D. 2005. Stroke. Pharmacotherapy A Pathophysiologic


Approach. McGRAW-HILL Medical Publishing Division.

Lamsudin, R. 1990. Well Controlled And Less Well Controlled Hypertension In


Stroke Patients. A Thesis Sub, Itted For Master Of Medical Science
Degree In Clinical Epidemiology, Australia.

Mahendra, B., dan Evi R. 2005. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta:
Niaga Swadaya.

Misbach, J. 1999. Stroke, aspek diagnostik, patofisiologi manajemen. Jakarta:


Balai Penerbit FKUI.

Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Pengasuhan Keperawatan Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Semarang: Penerbit salemba.

Neal, Michael J. 2016. Medical Pharmacology: at a glance. UK: John Willey and
sons.

Pinzon, Rizaldy dan laksmi Asanti. 2010. Awas Stroke! Pengertian, Gejala,
Tindakan, Perawatan dan Pencegahan. Yogyakarta : ANDI.

Rahajunungsih, D. S. 2009. Patofisiologi Trombosis.Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Sari,Wening., Lili Indrawati., Dan Catur Setia Dewi. 2016. Stroke Cegah dan
Obati Sendiri. Jakarta: Penebar Plus.

24
Sudarsini. 2017. Fisioterapi. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drugs Notes. Makassar:
MMN Publishing.

Wahyu, Genis Ginanjar. 2009. Stroke Hanya Menyerang Orangtua?. Yogyakarta:


Penerbit Buku First.

25
PERTANYAAN

1. Malformasi arteri dapat diakibatkan karena faktor keturunan dan bukan faktor
keturunan. Jika bukan karena faktor keturunan, bagaimana bisa terjadi
malformasi arteri (penipisan dinding arteri) dan jika faktor keturunan, berarti
apakah ada resiko terkena stroke saat usia muda?
( Corelia Cyane Zein/ 1713015074 )
Jawab:
Jika tidak karena faktor keturunan, malformasi arteri terjadi karena faktor
naiknya tekanan darah. Diketahui bahwa pembuluh arteri merupakan
pembuluh yang kecil ukurannya, elastis dan tebal. Jika terjadi tekanan darah
tinggi, maka semakin lama akan terjadi dilatasi pada pembuluh arteri,
sehingga pembuluh akan semakin menipis dan akan mudah untuk robek.
Namun, jika karena faktor keturunan memang akan memiliki resiko terkena
stroke pada usia muda karena penyebab dari stroke bukan hanya terjadi pada
usia tua, karena aktivitas fisik juga dapat berpengaruh terhadap penyakit
stroke. Terutama pada orang yang memiliki aktivitas yang tidak produktif,
akan lebih beresiko terkena penyakit stroke walaupun masih berusia muda
karena tidak pernah melatih pembuluh darah dan kerja jantung
( Sri Lestari / 1713015004 )

2. Apakah obat antihipertensi boleh digunakan terus-menerus ? faktor apa yang


mempengaruhi hipertensi ?
( Khofifah Nurwahida Balqis / 1713015178 )
Jawab
Obat antihipertensi digunakan sesuai dengan kondisi tekanan darah penderita.
Jika penderita memiliki tekanan darah yang normal maka konsumsi obat
antihipertensi dapat diberikan dengan dosis minimal dan harus rutin
melakukan pengecekkan tekanan darah karena hipertensi tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan penggunaan obat antihipertensi.
( Maharani Adelia Zeline / 1713015075 )

26
Faktor utama yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah faktor
keturunan, usia (semakin tua maka semakin tinggi karena pembuluh darahnya
tidak elastis), jenis kelamin, kegemukan (obesitas), pola makan tidak sehat,
kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi kafein.
( Frety Aula Nur Islamika / 1713015043 )

27

Anda mungkin juga menyukai