Anda di halaman 1dari 6

EARLY WARNING DAN CODE BLUE SYSTEM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/4
Disusun oleh Diperiksa Oleh
Tim Code Blue Rumah Sakit
Tanggal terbit Ditetapkan
Direktur,
Standar Prosedur 20 Pebruari 2019
Operasional
(SPO) Dr. Johni Ribo T, Sp. B., KBD
Pembina Utama Muda / IV C
NIP. 19610716 198812 1 002
PENGERTIAN  Early Warning System (EWS): merupakan suatu strategi di mana petugas
mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk secara dini dan bila
perlu mencari bantuan staf yang kompeten untuk memastikan bahwa
tindakan resusitasi dilakukan secara efektif.
 Early Warning Scoring System: merupakan strategi untuk memonitor
penurunan kondisi pasien di rumah sakit dengan menilai parameter klinis
pasien, menilai skor dan melakukan intervensi dan terapi sesuai dengan
skor EWS. Sistem skoring ini tidak bisa menggantikan sepenuhnya
pemeriksaan klinis pasien secara lengkap, pemeriksaan secara lengkap
tetap diperlukan untuk dapat menilai pasien secara komprehensif.
 Code Blue: Suatu aktivitas yang merespon cepat kejadian
kegawatdaruratan medik dan atau henti jantung/napas di rumah sakit
dengan aktivasi tim bantuan hidup lanjut
 Tim Code Blue (Tim Medis Emergensi) : merupakan tim terlatih dengan
kemampuan bantuan hidup lanjut, terdiri dari dokter dan perawat yang
bertugas merespon terhadap panggilan pasien kritis dengan skor tertentu
EWS, dengan peralatan terstandar, untuk dapat melakukan resusitasi
dengan efektif dan mencegah kejadian henti jantung serta melakukan
penanganan pasien henti jantung di lingkungan BLUD RSUD Nabire
 Tim Primer: merupakan petugas baik medik maupun non medik terlatih
bantuan hidup dasar yang pertama kali menjumpai kegawatan termasuk
henti jantung. Tugas utama adalah melakukan bantuan hidup dasar dan
segera mengaktifkan sistem emergensi rumah sakit.
 Aktivasi Code Blue: Sistem ini termasuk aktivasi sistem
kegawatdaruratan termasuk henti jantung di rumah sakit dengan 1 nomor
telepon aktivasi emergensi (nomor telepon 808) yang langsung terhubung
dengan tim medik dengan kemampuan bantuan hidup lanjut. Penyediaan
pelayanan resusitasi ini berlangsung selama 24 jam dalam 1 minggu yang
terbagi dalam 3 shift.
1. Mengenali kegawatan dan mencegah kejadian henti jantung di rumah sakit
TUJUAN
2. Menjamin resusitasi yang optimal pada pasien dengan kegawatan
3. Menjamin tindakan bantuan hidup dasar dan lanjut dilakukan secara cepat
dan efektif pada korban henti jantung
4. Perawatan paska resusitasi yang optimal.

KEBIJAKAN

RUANG  Ruang lingkup kegiatan adalah area perawatan maupun non perawatan
LINGKUP rumah sakit.
 Dalam hal ini tidak termasuk area perawatan pasien kritis (IGD/ICU
/NICU/HCU), yang telah memenuhi standar-standar pelayanan pasien
kritis termasuk SDM, sarana dan sistem nya.
 Mengingat karakteristik fisiologis masing-masing, maka EWS BLUD
RSUD Nabire dibagi menjadi kategori: EWS Dewasa, EWS Anak dan
EWS untuk pasien obstetrik.
 Tim Code Blue bertanggung jawab memberikan resusitasi di area
perawatan terhadap pasien dengan kegawatan medik yang telah memenuhi
skor EWS 7 atau lebih (dewasa) atau skor 5 atau lebih pada pasien anak
dan bertanggung jawab memberikan Bantuan Hidup Lanjut (BHL), pada
pasien dengan henti napas dan henti jantung di area perawatan maupun non
perawatan rumah sakit.
STANDARISASI Standarisasi SDM (sumber daya manusia)
EARLY 1. Tim Code Blue (Tim Medis Emergensi): merupakan tim dengan
WARNING DAN kemampuan bantuan hidup lanjut, terdiri dari dokter dan perawat yang
CODE BLUE bertugas merespon terhadap panggilan pasien kritis dengan skor tertentu
SYSTEM EWS untuk dapat melakukan resusitasi dengan efektif dan mencegah
kejadian henti jantung (response time maksimal 10 menit). Setiap hari
koordinator membagi jadwal tugas tim Tim Code Blue dan menuliskan di
papan jaga Tim Code Blue.
Komponen Tim:
 Leader: Dokter Jaga UGD yang telah mendapatkan pelatihan EWS dan
Code Blue System
 Ventilator : Perawat terlatih bantuan hidup lanjut dan telah
mendapatkan pelatihan EWS dan Code Blue System
 Compressor : Perawat terlatih bantuan hidup lanjut dan telah
mendapatkan pelatihan EWS dan Code Blue System
 Circulator : Perawat terlatih bantuan hidup lanjut dan telah
mendapatkan pelatihan EWS dan Code Blue System

Posisi tim
 Dokter Jaga UGD di UGD
 Tim perawat Code Blue, bersiap selama 24 jam di ruang jaga Tim Code
Blue dan di ruang masing-masing sesuai tugasnya
2. Uraian tugas Tim Code Blue:
 Leader: sebagai pemimpin tim resusitasi
 Compressor: Melakukan kompresi dada secara efektif
 Ventilator: Melakukan support oksigenasi dan ventilasi
 Circulator: Melakukan pemasangan iv line dan terapi obat saat
resusitasi
Standarisasi Sarana
 Monitor dan defibrilator
 Emergency kit yang berisi: Laringoskopi dewasa dan anak,
Endotrakheal tube semua ukuran, Laryngeal Mask Airway (LMA)
semua ukuran, Bag Valve mask dewasa dan anak, peralatan untuk akses
intravena, cairan kristaloid dan koloid
EARLY ALUR EARLY WARNING & CODE BLUE SYSTEM PASIEN DEWASA
WARNING 1. Setiap pasien di bangsal perawatan harus dilakukan monitoring vital sign
SCORING oleh perawat jaga dan dilakukan pemeriksaan terhadap 7 parameter
fisiologis 7 parameter yaitu laju pernapasan, saturasi oksigen,
SYSTEM
penggunaan suplementasi O2, tekanan darah sisolik, temperatur, laju
jantung dan kesadaran. Tentukan skoring EWS pasien.
2. Pada pasien yang stabil di bangsal (parameter hijau (skor 0), maka
monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala setiap 8 jam,
3. Jika skornya 1-4 (kategori kuning/resiko rendah), maka respon
selanjutnya adalah, assessment segera oleh perawat senior (response time
maksimal 5 menit), eskalasi perawatan (manajemen nyeri, demam, terapi
oksigen dll), jika diperlukan assessment oleh dokter jaga UGD dan
konsultasikan ke DPJP. Monitoring dan evaluasi ditingkatkan setiap 4
jam
4. Jika skor 5-6 (kategori oranye/resiko sedang), maka respon selanjutnya
adalah assessment segera oleh dokter jaga dengan dibantu personil Tim
Code Blue melalui konsultasi dengan telepon ruangan 808 bisa dengan
komunikasi dua arah menggunakan metode SBAR dengan kode ‘medis
emergensi’ dan tingkatkan frekuensi monitoring dan konsultasikan ke
DPJP. Jika diperlukan pindahkan ke area yang sesuai/area dengan
fasilitas bed side monitor (HCU).
5. Jika skor 7 atau lebih (kategori merah/resiko tinggi), maka respon
selanjutnya adalah aktivasi Tim Code Blue melalui telepon ruangan 808
bisa dengan komunikasi dua arah menggunakan metode SBAR dengan
kode ‘medis emergensi’ yang akan diumumkan melalui sounding dengan
kode ‘medis emergensi’ yang diulang 3x ke seluruh area perawatan
BLUD RSUD Nabire dengan response time 10 menit dan lakukan
resusitasi (bebaskan jalan napas, dukungan oksigenasi dan sirkulasi) dan
monitoring secara kontinyu, ambil troli emergency termasuk defibrilator,
aktivasi tim dan konsultasikan ke dokter penanggung jawab pasien
(DPJP). Jika diperlukan pindahkan ke area yang sesuai/area dengan
fasilitas bed side monitor (HCU).
6. Pada pasien yang mengalami henti jantung (nadi karotis tidak teraba),
lakukan RJP (Resusitasi Jantung dan Paru), aktivasi Tim Code Blue
melalui telepon ruangan 808 dengan kode ‘Code Blue’ yang akan
diumumkan melalui sounding dengan kode ‘Code Blue’ yang diulang 3x
ke seluruh area perawatan BLUD RSUD Nabire dengan response time 5
menit. Tim Code Blue segera menuju lokasi kejadian henti jantung untuk
melakukan resusitasi lanjutan.
7. Jika terdapat gejala dan tanda lain di luar 7 parameter di atas dan petugas
primer menyatakan terdapat tanda yang mengancam jiwa secara
langsung, maka dapat mengaktifkan Tim Code Blue (Tim Medis
Emergensi) kegawatan medik 808 dengan kode ‘code blue’
8. Manajemen paska resusitasi, tentukan Level of care pasien (LOC),
transport ke area yang sesuai
 Pasien LOC-0 yaitu pasien dengan kondisi stabil dilakukan
perawatan di bangsal umum.
 Pasien LOC-1 yaitu pasien dengan potensi penurunan kondisi tetapi
masih cukup stabil dilakukan perawatan di bangsal umum dengan
pengawasan khusus.
 Pasien LOC-2 pasien yang memerlukan observasi ketat dan
intervensi termasuk support untuk single organ dilakukan perawatan
di HCU (High Care Unit)
 Pasien LOC-3 yaitu pasien dengan support pernapasan lanjut atau
support pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya support 2
organ sistem lainnya dilakukan perawatan di ICU (Intensive Care
Unit).
 Pasien dengan problem stadium terminal/DNR (do not resuscitate)
dilakukan perawatan lanjutan sesuai SOP pasien paliatif.
PEDIATRIC ALUR EARLY WARNING & CODE BLUE SYSTEM PASIEN ANAK
EARLY 1. Setiap pasien di bangsal perawatan harus dilakukan monitoring vital sign
WARNING oleh perawat jaga dan dilakukan pemeriksaan terhadap 3 parameter
fisiologis keadaan umum, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi.
SCORING
Tentukan skoring EWS pasien.
SYSTEM 2. Pada pasien yang stabil di bangsal parameter hijau (skor 0-2), maka pasien
masih dalam kondisi stabil, monitoring dan evaluasi dilakukan secara
berkala setiap 4 jam, jika terdapat penurunan kondisi jika perlu
konsultasikan dengan dokter jaga.
3. Jika skor 3-4 (kategori kuning/resiko rendah) atau terdapat penurunan
kondisi pasien, laporkan ke penanggung jawab tim jaga, konsultasikan ke
DPJP, dan terapi/intervensi sesuai saran DPJP, lakukan monitoring dan
evaluasi setiap 2 jam atau lebih.
4. Jika skor 5 atau lebih (kategori merah) atau terdapat penurunan kondisi
yang signifikan, konsultasikan ke DPJP (dokter penanggung jawab
pasien), aktivasi code blue melalui telepon ruangan 808 bisa dengan
komunikasi dua arah menggunakan metode SBAR dengan kode ‘medis
emergensi’ yang akan diumumkan melalui sounding dengan kode ‘medis
emergensi’ yang diulang 3x ke seluruh area perawatan BLUD RSUD
Nabire dengan response time 10 menit.
5. Jika pasien mengalami henti jantung (nadi karotis tidak teraba), lakukan
RJP (Resusitasi Jantung dan Paru), ambil troli emergensi termasuk
defibrilator. Panggil/aktivasi code blue henti jantung ke nomor telepon
808. Tim code blue menuju lokasi henti jntung dengan response time 5
menit untuk melakukan resusitasi lanjutan.
6. Manajemen paska resusitasi, tentukan Level of care pasien (LOC),
transport ke area yang sesuai
 Pasien dengan LOC (0) yaitu pasien dengan kondisi stabil dilakukan
perawatan di bangsal umum.
 Pasien dengan LOC (1) yaitu pasien dengan potensial penurunan
kondisi tetapi masih cukup stabil dilakukan perawatan di bangsal
umum dengan pengawasan khusus dari tim spesialis.
 Pasien dengan LOC (2) pasien yang memerlukan observasi ketat dan
intervensi termasuk support untuk single organ dilakukan perawatan di
HCU (High Care Unit)
 Pasien dengan LOC (3) yaitu pasien dengan support pernapasan lanjut
atau support pernapasan dasar dengan sekurang-kurangnya support 2
organ sistem lainnya dilakukan perawatan di bangsal perawatan
intensif.
 Pasien dengan problem stadium terminal / DNR (do not resuscitate)
dilakukan perawatan lanjutan sesuai SOP Paliatif.
AKTIVASI TIM 1) Petugas primer menjumpai skor EWS > 7 atau salah satu kriteria blue
CODE BLUE skor, meminta bantuan petugas lain, melakukan resusitasi dan monitoring
UNTUK KASUS secara kontinyu
2) Minta petugas lain untuk mengaktifkan Tim Code Blue 808 (dengan
KEGAWATAN
kode ‘medis emergensi’ melalui nomor tilpon ruangan 808 untuk
MEDIK diteruskan dengan panggilan medis emergensi guna pengaktifan Tim
Code Blue) dan mengambil troli emergensi terdekat.
3) Tim Code Blue (Tim Medis Emergensi) melakukan analisis terhadap
informasi yang masuk (Jenis kegawatan, kondisi pasien, lokasi, dan lain-
lain). Anggota Tim yang menuju lokasi disesuaikan dengan informasi
yang masuk tersebut. Tim Code Blue (Tim Medis Emergensi) segera
datang (response time 10 menit)
4) Dilakukan resusitasi secara optimal oleh Tim Code Blue
5) Paska resusitasi pasien ditentukan level perawatannya (Level of care) dan
dilakukan transport jika telah memenuhi kelayakan transport baik kondisi
pasien, peralatan dan obat-obatan dan kesiapan area yang akan dituju.
6) Mengisi lembar rekam medik resusitasi medis emergensi secara lengkap
7) Informasikan/konsultasikan ke DPJP

AKTIVASI TIM Apabila terjadi kondisi henti napas dan henti jantung, maka langkah-langkah
CODE BLUE yang harus dilakukan sebagai berikut:
UNTUK KASUS 1) Petugas primer (yang pertama kali menjumpai kondisi henti jantung)
meminta bantuan penolong lain dan melakukan RJP dengan kualitas
HENTI JANTUNG
tinggi
2) Minta penolong lain untuk mengaktifkan code blue 808 (dengan kode
‘code blue’ melalui nomor tilpon ruangan 808 untuk diteruskan dengan
panggilan Code Blue guna pengaktifan Tim Code Blue) dan mengambil
troli emergensi terdekat. Laporkan korban dewasa/anak dan lokasi untuk
menetukan anggota Tim yang datang.
3) Tim Code Blue (Tim Medis Emergensi) merespon dan datang ke pasien
dalam waktu kurang dari 5 menit (response time maksimal 5 menit)
4) Resusitasi dilakukan secara adekuat oleh tim primer dan Tim Code Blue.
5) Paska resusitasi pasien ditentukan level perawatannya (Level of care) dan
dilakukan transport jika telah memenuhi kelayakan transport baik kondisi
pasien, peralatan dan obat-obatan dan kesiapan area yang akan dituju.
6) Mengisi lembar rekam medik resusitasi code blue secara lengkap
7) Informasikan/konsultasikan ke DPJP
8) Tim code blue memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi
pasien dan tindakan yang akan dilakukan.
UNIT TERKAIT Semua Unit terkait

Anda mungkin juga menyukai