Anda di halaman 1dari 3

Perangkap Telur (Ovitrap)

Pengertian Ovitrap

Ovitrap (singkatan dari oviposition trap) adalah perangkat untuk mendeteksi kehadiran Ae
aegypti dan Ae albopictus pada keadaan densitas populasi yang rendah dan survey larva dalam skala
luas tidak produktif (misalnya BI < 5), sebaik pada keadaan normal (WHO, 2005). Secara khusus,
ovitrap digunakan untuk mendeteksi infestasi nyamuk ke area baru yang sebelumnya telah
dieliminasi. Ovitrap standar berupa gelas kecil bermulut lebar dicat hitam bagian luarnya dan
dilengkapi dengan bilah kayu atau bambu (pedel) yang dijepitkan vertikal pada dinding dalam. Gelas
diisi air setengahnya hingga ¾ bagian dan ditempatkan di dalam dan di luar rumah yang diduga
menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti (Polson et al. 2002). Ovitrap memberikan hasil setiap minggu,
namun temuan baru dapat memberikan hasil tiap 24 jam. Pedel diperiksa untuk menemukan dan
menghitung jumlah telur yang terperangkap. Telur ditetaskan untuk menentukan spesies nyamuk
Aedes aegypti. Persentase ovitrap yang positif menginformasikan tingkat paparan nyamuk Aedes spp.
Jumlah telur digunakan untuk estimasi populasi nyamuk betina dewasa (Morato et al. 2005).

Ovitrap memiliki beberapa bagian, antara lain : media ovitrap, kasa penutup, ovistrip dan
atraktan. Berbagai penelitian modifikasi ovitrap telah dilakukan.

1. Media Ovitrap
Salah satu tempat perkembangbiakan nyamuk berupa kaleng bekas.[6] Sebuah
penelitian mengenai kaleng bekas telah dilakukan dan hasilnya penggunaan Lethal Ovitrap
(LO) dari kaleng bekas memiliki dampak positif dapat menurunkan indeks-indeks jentik secara
signifikan. Hal ini membuktikan bahwa kaleng bekas berpotensi untuk dikembangkan sebagai
alat pengendalian vektor DBD yang produktif dan aplikatif.
2. Bahan Media Untuk Bertelur (Ovistrip)
Ovistrap memiliki pengaruh dalam mengundang nyamuk, penelitian yang pernah
dilakukan antara kain tetron warna merah, kain kantong terigu, kertas saring, dan karet ban
warna merah, hasilnya pada ovistrip kain tetron warna merah yang paling banyak terdapat
telur nyamuk (Hartomo, 2008).
3. Kasa Penutup
Warna kasa penutup autocidal ovitrap tidak memiliki pengaruh dalam mengundang
nyamuk dalam meletakkan telur (Santoso, 2008).
4. Atraktan
Atraktan adalah sesuatu yang memiliki daya tarik atau dapat mengundang serangga
(nyamuk) untuk menghampiri baik secara kimiawi maupun visual (fisik). Atraktan dari bahan
kimia dapat berupa senyawa ammonia, CO2, asam laktat, actenol dan asam lemak. Zat atau
senyawa tersebut berasal dari bahan organik atau merupakan hasil proses metabolisme
makhluk hidup, termasuk manusia. Atraktan fisika dapat berupa getaran suara dan warna,
baik warna tempat atau cahaya.
o Air limbah rumah tangga
Penelitian menggunakan air limbah berupa air sabun, air kran, dan air detergent
hasilnya air sabun dan air dari kran merupakan media yang dipilih oleh nyamuk Aedes sp
untuk meletakkan telurnya, sedangkan air detergen tidak dipilih oleh nyamuk Aedes sp
untuk meletakkan telurnya (Sudarmaja dan Mardihusodo, 2009).
o Air rendaman jerami
Ovitrap dengan penambahan air rendaman jerami (hay infusion) 10% terbukti
dapat menghasilkan telur terperangkap 8 kali lebih banyak dibanding versi aslinya
(Hendayani, 2007). Air rendaman jerami dibuat dari satu kilogram jerami kering, dipotong
dan direndam dalam satu liter air selama 7 hari. Air rendaman disaring agar bersih
kemudian satu liter air rendaman jerami ditambah dengan sembilan liter aquades untuk
mendapatkan air rendaman jerami dengan konsentrasi 10%. Air rendaman jerami
menghasilkan CO2 dan ammonia, suatu senyawa yang terbukti mempengaruhi saraf
penciuman nyamuk Aedes sp (Hendayani, 2007).
o Air rendaman biji jinten
Air rendaman biji jinten dibuat dari satu kilogram biji jinten dihancurkan dan
direndam dalam satu liter air selama 7 hari. Selanjutnya, air rendaman disaring agar
bersih kemudian satu liter air rendaman biji jinten ditambah dengan sembilan liter
aquades untuk mendapatkan air rendaman biji jinten konsentrasi 10%. Air biji jinten
menghasilkan Asam laktat, suatu senyawa yang terbukti mempengaruhi saraf penciuman
nyamuk Aedes sp.
o Air rendaman cabai merah segar
Air rendaman cabai merah segar dibuat dari satu kilogram cabai merah segar,
dihancurkan dan direndam dalam satu liter air selama 7 hari. Selanjutnya, air rendaman
disaring agar bersih kemudian satu liter air rendaman cabai merah segar diencerkan
menggunakan aquades sesuai konsentrasi.

Atraktan dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku, memonitor atau


menurunkan populasi nyamuk secara langsung, tanpa menyebabkan cedera bagi binatang
lain dan manusia, dan tidak meninggalkan residu pada makanan atau bahan pangan.

Lama pemasangan ovitrap

Lama pemasangan ovitrap dilakukan selama lima hari dikarenakan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur, mulai dari nyamuk menghisap darah
sampai telur dikeluarkan, biasanya antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut 1 siklus
gonotropik (gonotropic cycle). Tidak semua nyamuk akan bertelur pada hari ke-3 maupun
ke-4 dan untuk memperoleh hasil yang maksimal pada penelitian ini diberi tambahan waktu
selama 1 hari.

DAFTAR PUSTAKA

Hartomo, Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Media Untuk Bertelur (Ovistrip) Terhadap Jumlah
Telur Aedes Aegypti Yang Terperangkap di Lingkungan Rumah. 2008.

Hendayani, Y., Pengaruh Berbagai Konsentrasi Air Rendaman Jerami pada Ovitrap terhadap
Jumlah Telur Aedes sp yang Terperangkap. 2007.

Polson, K.A., et al., The Use of Ovitrap Baited with Hay Infusion as a Surveillance Tool for Aedes
aegypti Mosquitoes in Cambodia. Dengue Bulletin, 2002. Vol 26: 178 – 184.

Santoso, J., Pengaruh Warna Kasa Penutup Autocidal Terhadap Jumlah Jentik Nyamuk Aedes
Aegypti yang Terperangkap. 2010.

Sudarmaja, I.M. and S.J. Mardihusodo, Pemilihan Tempat Bertelur Nyamuk Aedes aegypti
pada Air Limbah Rumah Tangga di Laboratorium. Jurnal Veteriner 2009. 10 No. 4 : 205-
207.

WHO, Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. 2004, Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai