Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

"JENIS KARANGAN; ESAI DAN STRUKTUR ESAI; SERTA BERBAGAI


DASAR PEMBENTUK KARANGAN"

DOSEN PEMBIMBING: Dr. EVA ERI DIA, M.Pd.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

1. HIKMAH FIROSYIL HUSNA (167020)

2. NALA SITA RUKMI (167085)

3. NURIL FAJARANI SASQIA (167015)

4. WAHYU IKA FEBRIYANTI (167012)

5. YULIA PUSPITA ARUM (167044)

STKIP PGRI JOMBANG

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS 2016 A

2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa dapat merujuk pada pengalaman kehidupan manusia.
Segala pengalaman kehidupan diungkapkan ketika berbicara, berinteraksi
dengan orang lain, dan menuliskannya melalui bahasa tulis. Sedangkan
kreativitas berbahasa seseorang tidak muncul dengan sendirinya.
Kemampuan itu harus dimunculkan, dilatih, dan dibina. Memang secara
alamiah manusia memiliki kemampuan berbahasa lisan, namun untuk
memiliki kemampuan berbahasa tulis harus melalui pendidikan.
Mengingat menulis merupakan kegiatan aktif-produktif-kreatif dalam
berbahasa. Selain itu, menulis adalah suatu proses psikolinguistik,
bermula dari formulasi gagasan melalui aturan semantik, kemudian ditata
dengan aturan sintaksis, selanjutnya disajikan dalam tatanan sistem
tulisan. Dengan demikian terlihat jelas sekali akan kompleksitas dari
kegiatan menulis. Oleh karena itu, penguasaan kemampuan menulis
memerlukan proses yang cukup panjang dan tahapan yang jelas.
Dalam makalah ini, kami akan fokus membahas mengenai
kegiatan menulis, yaitu menulis karangan yang fokus pada jenis-jenis
karangan; esai beserta struktur generiknya; dan berbagai dasar
pembentuk karangan. Sebagaimana diketahui bahwa ada berbagai jenis
karangan yang dapat dipilih saat menuangkan ide dalam sebuah tulisan,
maka kami memaparkan pengertian dan tujuan dari berbagai jenis
karangan.
Selain itu, pengertian dan bagian dari sebuah tulisan esai juga
tersaji dalam makalah ini, karena seperti yang telah kita ketahui, esai
merupakan salah satu jenis tulisan yang dapat dijadikan sarana untuk
berkomunikasi dengan publik. Juga, melalui esai, individu dapat
menuangkan berbagai gagasannya kepada masyarakat dengan lebih luas.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Ada berapakah dan apa saja jenis-jenis sebuah karangan?
2. Apa pengertian dari sebuah tulisan esai dan bagaimana strukturnya?
3. Apa saja yang menjadi dasar dalam pembentukan karangan?

C. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis dari sebuah
karangan.
2. Pembaca memahami apa itu esai dan bagaimana strukturnya.
3. Pembaca memahami berbagai dasar dalam pembentukan karangan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS KARANGAN
Suyatno, at al. (2017: 115-116) menjelaskan bahwa berdasarkan
cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat dibedakan
atas lima jenis, yaitu deskripsi (perian), narasi (kiasan), eksposisi
(paparan), argumentasi (bahasan), dan persuasi (ajakan). Dalam
praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karangan
yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi; sedangkan deskripsi
dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian
dari karangan lain. Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayat atau
kisah. Contoh karangan eksposisi yang berdiri sendiri sangat banyak
jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi.
Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar
promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.
Dalam karangan ilmiah banyak ditemukan bentuk karangan
kombinasi. Karangan ilmiah yang umumnya berupa argumentasi atau
eksposisi itu sering ditunjang oleh deskripsi sehingga wujud karangan
ilmiah itu merupakan campuran dari dua atau tidak jenis karangan.
Kondisi itu dapat dibenarkan atau diterima asalkan penulisnya
memperlihatkan keharusan adanya porsi yang lebih besar yang
mendominasi karangan ilmiah, yaitu argumentasi.Dari uraian di atas
dapat ditarik kesimpulan sementara, yaitu ada tiga jenis karangan (narasi,
eksposisi, dan persuasi) yang sering ditemukan sebagai karangan yang
utuh berdiri sendiri. Dua jenis yang lain (deskripsi dan argumentasi)
jarang tampil sebagai karangan yang utuh. Kedua bentuk ini sering
merupakan bagian dari karangan lain. Karangan ilmiah pada umumnya
berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi sebagai pendukung.
1. Karangan Deskripsi

Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang


bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-
perincian dari objek yang ditulisnya. Dapat dikatakan bahwa
pengertian menulis tentang seni, budaya, dan pariwisata dapat pula
berlaku bagi bentuk-bentuk tulisan lainnya, yaitu eksposisi atau
pemaparan, argumentasi atau pembuktian, dan narasi atau
pengisahan. Alasanya ialah karena memaparkan seni, budaya, dan
pariwisata dan mengisahkannya juga berarti membentangkannya
melalui tulisan, sedangkan argumentasi itu tidak lain daripada
menulis tentang sesuatu dengan mengajukan pembuktian-
pembuktian. Walaupun demikian, sebagai salah satu bentuk dari
keempat pola tulisan itu, istilah deskripsi atau pemerian mengandung
aspek-aspek yang jauh lebih kompleks daripada ketiga bentuk lainnya.
Topik seni, budaya, dan pariwisata pun selalu menarik untuk
dideskripsikan (Sugihastuti, 2000: 113-114).

Suyatno, at al. (2017: 116) menambahkan, deskripsi dipungut dari


bahasa Inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata
kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Seorang guru anatomi
yang piawai akan mampu mendeskripsikan bagian-bagian tubuh
manusia kepada murid-muridnya sehingga dalam benak muridnya
bagian tubuh itu tervisualisasikan seperti keadaan yang sebenarnya.
Itulah salah satu contoh deskripsi. Uraian di atas mengandung
pengertian bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih
menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya.

Hal ini sesuai dengan asal katanya, yaitu describere (bahasa Latin)
yang berarti ‘menulis tentang, membeberkan sesuatu hal, melukiskan
sesuatu hal’. Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi
memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian. Hasil
pengamatan itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan
menggunakan kata-kata yang kaya akan nuansa dan bentuk. Dengan
kata lain, penulis harus sanggup mengembangkan suatu objek melalui
rangkaian kata-kata yang penuh arti dan kekuatan sehingga pembaca
dapat menerimanya seolah-olah melihat, mendengar, merasakan,
menikmati sendiri objek itu.

Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai


dengan gambaran objek yang sebenarnya sehingga melahirkan
imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri sifat-sifat, atau hakikat
dari objek yang dideskripsikan itu. Tulisan deskripsi dimaksudkan
untuk menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca dan
memberi identitas atau informasi mengenai objek tertentu sehingga
pembaca dapat mengenalinya bila bertemu atau berhadapan dengan
objek tadi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan
memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan
melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Dalamtulisan deskripsi,
penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya
dengan interprestasinya sendiri.

Menurut Rahayu (2009: 158-159), objek deskripsi tidak hanya


terbatas pada ada yang dapat dilihat, didengar, dicium, dirasa, atau
diraba. Penulis juga dapat mengadakan deskripsi tentang perasaan
hati yang mungkin timbul dari rasa takut, cemas, enggan, jijik, cinta,
haru, benci, dan dendam. Misalnya “bunyi yang nyaring” tidak dapat
sampai pada “bunyi yang nyaring” saja tapi harus diberi nuansa
sesuai dengan sifat, hakikat bunyi; misalnya dentum, degam,
gedebug, gemerincing, gerdam, pekik, lolong, raung, ratap, dan jerit.

Berdasarkan tujuannya, karangan deskripsi dibedakan menjadi


dua, yaitu:

a. Deskripsi Sugesi
Deskripsi sugesti, yaitu menciptakan dan memungkinkan
daya khayal (imajinasi) pada para pembaca dengan perantara
tenaga rangkaian kata-kata yang dipilih penulis untuk
menggambarkan cirri, sifat, watak objek. Deskripsi ini bertujuan
menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca. Pengalaman
karena perkenalan secara langsung dengan objek.
Contoh:
Pantai Suwuk
Pantai Suwuk, tempat wisata yang menakjubkan. Pantai
ini berlokasi di desa Suwuk, kecamatan Puring, kabupaten
Kebumen, Jawa Tengah. Gapura “Selamat Datang” dengan cat
orangenya selalu menyambut ramah kunjunganku ke pantai ini.
Pohon-pohon kelapa sawit berjajar sepanjang jalan menemani
langkah kakiku menapak hamparan pasir putih berkilauan.
Segeralah tersajikan ciptaan Sang Hyang Wenang sebagai
seniman paling Agung. Birunya air laut dan perahu-perahu
nelayan bagaikan komposisi yang membentuk noktah-noktah
kecil di batas cakrawala. Ombak putih berbuih, bergulung-gulung
menjadi lambang kesucian alam yang harus tetap dijaga.
Di sebelah barat, terdapat batu-batu besar yang disusun
memanjang menuju bibir pantai sebagai wahana bagi para
pengunjung yang ingin memancing. Yang menarik adalah
pemandangan pegunungan kapur yang memanjang dari utara
sampai selatan dan pegunungan itu berakhir di pantai ini. Bagi
para pengunjung yang ingin berlayar menuju ke pegunungan
tersebut, dapat menyewa perahu-perahu yang telah disediakan.
Sepasang pemuda-pemudi terlihat sedang berlayar, mengarahkan
perahu ke pegunungan tersebut, menudingkan jari ke atas, ke
arah matahari yang terbenam di antara awan berwarna emas,
ungu, dan merah terang yang menandakan hari telah sore.
Warung-warung bambu dengan jajanan khas mereka
berjajar di tepi pantai siap menggoda perut-perut yang sedang
lapar. Berkunjung ke pantai Suwuk menjadi tidak sempurna jika
tidak menyempatkan untuk mampir sekedar menikmati makanan
khas di pantai ini. Para pengunjung seperti disuguhkan jamuan
sembari menikmati lukisan alam yang menakjubkan.

b. Deskripsi Ekspositoris
Deskripsi ekspositoris/teknis, yaitu memberikan
identifikasi atau informasi mengenai obyek hingga pembaca dapat
mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek
tersebut.
Contoh:
Danau toba

Danau Toba adalah danau terluas di Indonesia bahkan


Asia Tenggara. Sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang
100 kilometer dan lebar 30 kilometer serta kedalaman terjauh
kira-kira 400 meter yang terletak di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia
Di tengah Danau Toba terdapat sebuah pulau vulkanik
bernama Pulau Samosir yang berada pada ketinggian sekitar
1.000 meter di atas permukaan laut. Dan di tengah Pulau Samosir
ini masih ada lagi dua danau indah yang diberi nama Danau
Sidihoni dan Danau Aek Natonang
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat letusan gunung
berapi super (Gunung Toba) sekitar 73.000-75.000 yang lalu. Kira-
kira 2.800 km kubik bahan-bahan vulkanik dimuntahkan gunung
tersebut saat meletus, dan debu vulkanik yang ditiup angin
menyebar ke separuh wilayah bumi. Letusannya terjadi selama 1
minggu dan lontaran debunya mencapai 10 kilometer di atas
permukaan laut.
Menurut perkiraan, letusan gunung berapi super tersebut
menyebabkan kematian massal dan menyebabkan kepunahan
pada beberapa spesies mahluk hidup
Letusan Gunung Toba mempengaruhi peradaban dunia.
Diperkirakan, letusan maha dahsyat ini menyebabkan terjadinya
perubahan cuaca bumi dan mulainya zaman es
Danau Toba mendapatkan perhatian khusus dari para peneliti
tingkat dunia, seperti Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan
Technological University
Danau bertipe vulkanik ini merupakan danau terbesar
kedua di dunia sesudah Danau Victoria di Sandra Afrika. Secara
administratif, Danau Toba membentang di tujuh kabupaten, yaitu
Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan,
Dairi, Karo, dan Simalungun.
Daerah sekitar Danau Toba memiliki hutan-hutan pinus
yang tertata asri. Di Tomok (Pulau Samosir) terdapat Makam Raja
Sidabutar, yang usianya sudah 500 tahun. Juga terdapat Patung
Sigale-Gale (Patung yang bisa menari).
Di pinggiran Danau Toba terdapat beberapa air terjun
yang sangat mempesona Danau Toba punya legenda yang hidup
sejak ribuan tahun lalu dan itu membawa berkah bagi penduduk
yang berdomisili di sekitar Danau Toba dengan berbagai aktivitas
keseharian.
Danau Toba merupakan tempat berkembang biaknya ikan
batak (Neolissochillus thienemanni) yang punya nilai sejarah dan
budaya tinggi. Setahun sekali diadakan Pesta Rakyat Danau Toba.
Di era 1990-an, tepatnya sebelum tahun 1997, Danau
Toba menjadi destinasi favorit para turis-turis luar negeri,
terutama berasal dari Belanda, Malaysia, Singapura, Jerman,
Jepang, Korea, bahkan ada juga yang berasal dari Amerika.

2. Karangan Narasi
Suyatno, at al. (2017: 119) menjelaskan bahwa karangan narasi
(bearasal dari narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Karangan narasi
memiliki dua macam sifat, yaitu (1) narasi ekspositoris/narasi faktual,
dan (2) narasi sugestif/narasi berplot.
a. Narasi Ekspositoris
Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi
kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut
narasi ekspositoris. Keraf (2007: 136-137) menambahkan, narasi
ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca untuk
mengetahui apa yg dikisahkan. Karena sasaran utamanya adalah
rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca setelah
memnbaca kisah tersebut. Narasi ekspositoris bersifat generalisasi
yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dapat berulang-ulang, misalnya kisah
perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang
peristiwa pembunuhan.
Contoh:
KHALIL GIBRAN
Khalil Gibran lahir di kota Bsharre yang dibanggakan
sebagai pengawal Hutan Cedar Suci Lebanon, tempat Raja
Sulaiman mengambil kayu untuk membangun kuilnya di
Yerussalem. Ia lahir dari keluarga petani miskin. Ayahnya
bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila.
Ketika lahir, orang tuanya memberi nama Gibran, sama
seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini merupakan kebiasaan
orang-orang Lebanon pada masa itu. maka lengkaplah namanya
menjadi Gibran Khalil Gibran, yang kemudian lebih dikenal
dengan Khalil Gibran atas anjuran para gurunya di Amerika yang
mengagumi kejeniusannya.
Nama yang sekarang ini sekaligus mengubah letak huruf h
dari nama yang diberikan orang tuanya.Khalil Gibran yang lahir
pada 6 Januari 1883, dikenal sangat dekat dengan ibunya.
Bahkan guru Gibran yang pertama adalah ibunya sendiri. Dari
janda Hanna Abdel Salam inilah mula-mula Gibran mengenal
kisah-kisah terkenal Arabia dari zaman KhalifahHarun al-Rasyid:
Seribu Satu Malam dan Nyanyian-nyanyian Pemburuan Abu
Nawas. Ibunya pulalah yang menanam andil besar dalam
membentuk Gibran sebagai penulis dan pelukis dunia.
Sejak Gibran masih kecil, Kamila, sang ibu sudah
berusaha menciptakan lingkungan yang membangkitkan perhatian
Gibran pada kegiatan menulis dan melukis dengan memberinya
buku-buku cerita serta satu jilid buku kumpulan reproduksi
lukisan Leonardo da Vinci. Hal ini boleh menjadi karena ibunya
memang seorang yang terpelajar yang menguasai bahasa
Suryani, Prancis, dan Inggris.
Karena himpitan ekonomi yang tak tertahankan, maka
pada tahun 1895, Gibran dibawa keluarganya pindah ke Boston,
Amerika Serikat. Selama dua setengan tahun Gibran masuk
sekolah negeri di Boston yang dikhususkan bagi anak laki-laki.
Selanjutnya ia pindah ke sekolah malam selama setahun untuk
memperdalam pengetahuan umumnya. Untuk biaya pendidikan di
sana, saudara tirinya, Peter, dan ibunya berjuang keras untuk itu.
atas permintaannya sendiri, Gibran dikirim kembali oleh ibunya
ke Lebanon untuk mengembangkan bahasa ibunya. Ia lantas
masuk madrasah al-hikmat (sekolah filsafat) dari tahun 1898
hingga 1901. Di sekolah ini ia mengikuti berbagai kuliah lain,
hukum internasional, musik, kedokteran, dan
Gibran menamatkan pendidikan di Madrasah al-Hikmat
pada tahun 1901 dalam usia delapan belas tahun dengan
mendapat pujian (cum laude). Sebelumnya, yaitu pada tahun
1990, Gibran pun tercatat sebagai redaktur majalah sastra dan
filsafat Al-Hakikat (Kebenaran).
Masa kepenyiaran Gibran terbagi dalam dua tahap, yaitu
tahap pertama dimulai tahun 1905 dengan karya-karya antara
lain: Sekilas tentang Seni Musik (Nubdzah fi Fann al-Musiqa,
1905), Puteri-puteri Lembah (Arais al-Muruj, 1906), Jiwa-jiwa
yang Memberontak (Al-Arwah al-Muttamarridah, 1908), Sayap-
sayap Patah (al-Ajniha’I Muttakassirah, 1912), Air Mata dan
Senyum (Dam’ ahwa’ ibtisamah, 1914). Tahap ini disebut tahap
kepenyiaran Gibran dalam bahasa Arab. Adapun tahap kedua
dari tahap kepenyiarannya, dimulai pada tahun 1918 dan disebut
sebagai tahap kepenyiaran dalam bahasa Inggris. Karyakaryanya
antara lain: Si Gila (Madman, 1918), Sang Nabi (The Prophet,
1923), Pasir dan Buih (Sand and Foam, 1926) dan masih banyak
lagi.
Pada akhirnya ia memang tercatat pula berhasil dalam
bidang seni lukis. Malah seorang sahabatnya, yaitu Henry de
Boufort memberi komentar atas kemampuannya dalam seni lukis
dengan berkata “Dunia pasti berharap banyak dari penyair
pelukis Lebanon ini, yang sekarang telah menjadi William Blake
abad ke-20”.
Hari-hari terakhir Gibran dihabiskan dengan kegiatan
menulis dan melukis di studio “pertapaan”nya di New York. Di
sini ia hanya ditemani oleh saudara perempuannya yang masih
hidup, Mariana. Gibran meninggal dunia pada 10 April 1931
karena sakir lever dan paru-paru. Jasad bekunya dibawa orang
pulang ke Lebanon dan dimakamkan dii Lembah Kadisya.
(Disunting dari “Khalil Gibran Pantas Dikenang”, tulisan
Kamser Silitonga, Kompas, 10 April 1993)
b. Narasi Sugesif
Narasi yang mampu menimbulkan daya khayal, disebut
narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel atau cerpen.
Menurut Keraf (2007: 137-138) narasi sugestif yaitu narasi yang
berusaha memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu
amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar. Narasi
sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan
beberapa macam, sehingga merangsang daya imajinasi pembaca.
Contoh:
Perlawanan di Pagi Buta
Pagi itu matahari belum menampakkan sinarnya dan ayam
jago belum melaksanakan tugasnya. Tetapi dipagi buta itu pak
Komar keluar dari rumahnya. Hembusan angin pagi yang dingin
seakan akan tidak mempan dengan kulit rapuhnya. Pak tua ini
membawa cangkul dan makanan untuk dibawanya kesawah. Pak
Komar berjalan menuju sawah namun langkahnya terhenti karena
ada tangisan bayi. Kesunyian pagi seakan akan terpecah dengan
suara tangisan ini. Dengan rasa gelisah pak Komar mencari
sumber suara tadi. Pak Komar kaget dengan apa yang ia lihat,
ternyata suara itu berasal dari bayi yang lucu. Bayi itu berada
dibawah pohon ringin tanpa ada yang menemaninya. Suara tangis
tadi ternyata tidak hanya mengundang pak Komar saja melainkan
mengundang ular piton yang sedang kelaparan.
Ular tersebut segera menghampiri sang bayi untuk
dijadikan makanannya. Namun pak Komar dengan sigapnya
segera mengangkat sang bayi. Ular itu seakan akan tidak
menghiraukan pak Komar dan hanya memandangi bayi malang
itu. Pak komar ingin berusaha menjauhkan bayi tadi dengan ular
yang kelaparan itu. Namun saat hendak membawa sang bayi, pak
Komar diserang oleh ular piton tersebut. Kaki pak komar
dibelitnya sampai ia merasa kesakitan. Ia pun mengambil cangkul
yang dibawanya tadi dan menyerang ular piton tersebut. Akhirnya
ular tadi mati dan pak Komarpun berhasil melarikan diri.
Akhirnya pak Komar kembali kerumahnya untuk merawat bayi
malang itu dan bayi tersebut kemudian diangkat menjadi
anaknya.
(http://materi4belajar.blogspot.com/2017/08/8-contoh-paragraf-
narasi-ekspositoris.html#)
3. Karangan Eksposisi

Eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau


retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu
pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan dan pengetahuan
seseorang yang membaca uraian tersebut. Bila dibandingkan dengan
bentuk-bentuk retorika lainnya, seperti argumentasi, deskripsi, dan
narasi, pada dasarnya semua bentuk karangan itu akhirnya
memperluas jangkauan pandangan dan pengetahuan seseorang. Akan
tetapi, tujuan yang paling menonjol pada sebuah tulisan ekspositoris
adalah memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang
(Suhihastuti, 2000: 113).

Suyatno, at al. (2017: 121) menambahkan, kata eksposisi yang


dapat dipungut dari kata bahasa Inggris exposition sebenarnya
berasal dari kata bahasa Latin yang berarti ‘membuka atau memulai’.
Memang karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan
untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan
sesuatu.Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan
terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Hasil karangan
eksposisi yang berupa informasi dapat kita baca sehari-hari di dalam
media massa. Melalui media massa berita di-expose atau dipaparkan
dengan tujuan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca.
Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi
setiap pembaca sekadar diberi tahu bahwa ada orang yang
berpendapat demikian. Mengingat karangannya bersifat memaparkan
sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan.

Bentuk karangan eksposisi diantaranya adalah:

a. Eksposisi Berbentuk Opini


Contoh:
KETIKA KITA KEHILANGAN ETIKA
Ada sekawanan burung angsa yang setelah terbang
berjam-jam akhirnya turun dan beristirahat di sebuah kolam. Di
sana mereka bersenang-senang memandikan diri. Ketika mereka
sedang riuh bermain air, lewatlah seorang manusia. Mereka
mulai khawatir dan cemas karena mengenal sifat jahil dan keji
manusia yang suka menyiksa dan membunuh binatang.Manusia
yang lewat itu kebetulan memang jahil. Ditangkapnya salah
seekor angsa, kemudian dipotongnya bulu-bulu sayap burung itu.
akibatnya, ketika kawanan burung itu mulai bersiap-siap akan
terbang berarak lagi, angsa yang cacat sayapnya dengan susah
payah berusaha ikut terbang, tetapi berkali-kali jatuh. Usaha
tanpa jera itu sia-sia. Angsa yang lain prihatin menyaksikan dan
mencoba member semangat dengan terbang berkeliling di
atasnya. Itu pun sia-sia.
Kawanan burung angsa itu akhirnya kembali turun ke
kolam dan menunggu. Mereka sebenarnya ingin terus terbang,
tetapi mereka menekan keinginan itu. dengan sabar mereka
menunggu berhari-hari sampai sayap yang dirusak oleh manusia
itu tumbuh kembali dan cukup panjang untuk angsa yang malang
itu bisa terbang kembali. Manusia yang jahil dan tidak etis itu
mengikuti seluruh kejadian. Dia melihat solidaritas sekawanan
burung kepada kawan mereka yang malang. Berangsur-angsur
manusia itu menjadi sadar. Dia telah belajar eyika dari kawanan
burung angsa. Mereka dengan harus dan lega menyaksikan
kawanan burung itu berangkat terbang untuk melanjutkan
penjelajahan mereka.
Kisah itu ditulis oleh Albert Schweitzer (1875-1965), filosof
dan teologi dari Alsace di Prancis Timur. Tokoh itu telah menjadi
simbol universal sikap etis, dedikasi, dan pengorbanan demi
kesejahteraan sesama. Dengan kisahnya itu, dia kedengarannya
menyindir bahwa manusia yang mengaggap diri bermartabat
tinggi dan berprikemanusiaan, terbukti masih harus belajar etika
dari makhluk yang dianggap rendah derajatnya.Kita memang
sering melihat semangat serupa dalam kehidupan dunia
binatang.
Seekor kambing pernah terlihat melelehkan air mata
ketika kawannya disembelih pada hari Raya Kurban. Seekor anjing
berhenti menggonggong dan termenung-menung berbulan-bulan
setelah kawannya bermainnya tewas tertabrak kendaraan
bermotor. Tentang solidaritas antarbinatang perhatikan,
misalnya, kawanan semut yang beriringan menjalankan tugas
bersama. Cermati baik-baik betapa tekun mereka bekerja demi
kepentingan bersama. Mereka berjalan beriringan secara runtun,
menempuh jarak bermeter-meter, yang menurut ukuran mereka
amat jauh. Beberapa di antara mereka mengangkat makanan,
mengangkut jerami, yang ukurannya lebih besar daripada tubuh
mereka. Semua itu dibawa-bawa untuk kebutuhan bersama.
Bila kita perhatikan lebih teliti lagi, pada jarak-jarak
tertentu dalam iring-iringan ituada senut-semut yang berukuran
beberapa kali lebih besar dari yang lainnya. Mungkin mereka itu
adalh pemimpinnya. Mungkin pula mereka bertugas memastikan
kedisiplinan anak buah mereka.
Scenario burung angsa, anjing, dan semut itu
menggambarkan betapa agungnya kebesaran Tuhan yang
memperlihatkan dan mengatur rutinitas kehidupan
makhlukmakhluk sampai yang sekecil-kecilnya. Di luar perkiraan
manusia yang menganggap binatang tidak memiliki akal dan
perasaan, terbukti pada mereka itu ditanamkan etika.
Mungkinkah etika ditegakkan pada makhluk-makhluk yang tidak
memiliki akal dan perasaan.
Manusia yang mengaggap diri berakal tinggi dan
berperasaan halus kenyantaan malah sering tidak memiliki etika.
Padahal, meurut Schwitzer, tiap manusia seharusnya memiliki
kesadaran bahwa “Saya adalah kehidupan yang ingin hidup di
antara kehidupankehidupan lain yang juga ingin hidup”. Manusia
yang mau berpikir seharusnya merasa perlu menanggapi seluruh
kehidupan dengan rasa hormat, seperti dia juga menghormati
kehidupannya sendiri.
Dari sudut pandang itu, berbuat “baik” berarti
mempertahankan kehidupan, melanjutkan kehidupan, dan
membawa kehidupan supaya dapat berkembang sampai
mencapai nilainya yang tertinggi. Berbuat “jahat” berarti
mengahncurkan kehidupan, menyakiti kehidupan, dan menekan
kehidupan sehingga tidak bisa berkembang. Inilah prinsip dasar
etika yang rasional dan universal. Intinya, manusia dianggap
memiliki etika bila dia menganggap kehidupan sacral, baik
kehidupan manusia maupun kehidupan makhluk-makhluk lain
yang ada di bumi.
Hubungan yang etis antarmanusia tidak berdiri sendiri,
tetap bagian dari konsep yang lebih besar. Gagasan atau ide
untuk menghormati martabat kehidupan ada dalam semua hal
yang mengekspresikan kasih sayang, kerelaan untuk
memudahkan diri, untuk mau mengerti, untuk bersedia berbagai
kegembiraan, dan berjuang bersama demi kebaikan bersama.
Kita harus mampu membebaskan diri dari eksistensi yang tanpa
aturan.
Ada kalanya kita memang menjadi korban hukum yang
bengis dari misterius yang menetapkan bahwa kita dapat
mempertahankan kehidupan hanya dengan cara mengorbankan
kehidupan lain. Kerena kita merusak dan menyakiti kehidupan lain
itulah timbul rasa bersalah dalam diri kita. Maka sebagai umat
manusia yang etis, kita harus terus-menerus berusaha
menjauhkan diri dari keinginan merusak dan menyakiti. Kita harus
menunjukkan nilai esensial kehidupan, yakni mengupayakan agar
penderitaan hapus dari muka bumi.
Jadi, sementara dunia modern yang tidak berpikir panjang
berjalan mondarmandir memamerkan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan kekuasaan, kita pantas bertanya dengan
kemajuan pengetahuan setinggi itu manusia sebenarnya bisa
memenuhi kebutuhan seluruh masyarakatnya. Kenyataannya,
mengapa tidak. Ketimpangan antar Negara dan ketimpangan
antarmanusia dalam satu Negara begitu besar. Padahal
sebenarnya tujuan pokok kita dengan kemajuan ilmu
pengetahuan adalah pemenuhan kebutuhan dan penyempurnaan
manusia secara spiritual dan etika.
Harus ada peradaban baru yang etika. Harus ada
renaissance baru, kelahiran baru, yang dapat membantu manusia
melepaskan diri dari situasi yang memprihatinkan ini. Hanya
dengan cara itu kita dapat diselamatkan dari kekacauan akibat
hilangnya etika, seperti yang sedang kita alami sekarang ini.
(Disunting dari tulisan Toeti Adhitama, “Ketika Kita Kehilangan
Etika”. Media Indonesia, 1 Juni 2002)

b. Eksposisi Berbentuk Tips


Contoh:
LANGKAH-LANGKAH DASAR MERAWAT BUSANA
Memiliki cukup banyak uang untuk membeli aneka model
pakaian, bukan lantas berarti Anda mengabaikan perawatannya
karena (Anda berpikir) baju-baju itu akan segera diganti dengan
baju baru lainnya. Kalau memang busana Anda bisa tampak
selalu baru, mengapa harus memperpendek umurnya? Apalagi,
pada dasarnya cara merawat baju tidaklah sukar.
Perawatan pertama bermula dari cara pencuciannya. Saat
mencuci busana untuk pertama kalinya, pastikan untuk terlebih
dahulu memeriksa label yang berisi petunjuk perawatannya.
Mulai dari mencuci, mengeringkan, menyetrika, menggunakan
bahan pemutih, hingga petunjuk dry cleaning bagi binatu. Ada
label yang mencantumkan seluruh metode perawatan, namun
ada juga yang memuat beberapa petunjuk pentingnya saja. Bila
telah mengetahui cara-cara pencucian (dengan tangan, mesin,
atau di dry cleaning), pilah baju berdasarkan jenis bahan dan
warna (putih, warna-warni, warnawarna gelap).
Pastikan untuk membuka semua kancing sebelum
memulai pencucian. Pakaian yang berwarna gelap, bersablon,
atau yang putih dan lembut harus dibalik sebelum dicuci.Meski
mesin cuci Anda berkapasitas besar, jangan menjejelkan terlalu
banyak baju ke dalamnya. Selain tak akan bersih dengan
maksimal, hal ini akan menciptakan hasil cucian yang terlalu
berkerut-kerut sehingga akan menyulitkan saat disetrika.
Usai dicuci, baju-baju yang berkarat elastic dan semua
jenis-jenis baju dalam sebaiknya dijemur dengan diangin-
anginkan. Ini dimaksudkan untuk wol, atau serat berbulu, bahan
spandek, kulit, dan beberapa jenis nilon tidak boleh diputihkan
dengan bahan pemutih. Selalu digunakan dengan deterjen yang
dilarutkan dalam air dengan suhu terpanas yang boleh digunakan
untuk busana-busana tersebut.

4. Karangan Argumentasi

Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk


mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya,
dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
penulis. Melalui argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-
fakta sedemikian rupa sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu
pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak (Suhastuti, 2000:
112).

Dalam komunikasi antara anggota masyarakat, argumentasi


merupakan suatu cara yang sangat berguna, baik bagi perorangan
maupun bagi aggota-anggota masyarakat secara keseluruhan, sebagai
alat pertukaran informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-
pandangan yang subjektif. Dengan menyodorkan fakta- fakta sebagai
evidensi , maka mereka yang menerima informasi akan merasa yakin
bahwa apa yang disampaikan patut diterima sebagai kebenaran.

Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang serius


dan yang dapat membawa akibat yang besar, serta ingin
mengemukakan masalah tersebut dalam tulisanya, maka ia harus
mengambil sikap yang pasti untukmengungkapkan segala persoalan
itudengan kesanggupan intelektualnya, dan bukan sekedar mana-suka
atau dengan pendekatan yang emosional. Ia harus berusaha untuk
menyelidiki : apa yang menimbulkan masalah tersebut; apakah ada
tujuan yang tersembunyi; apakah ada keuntungan dan kerugian untuk
mencapai tujuan tersebut; tujuan mana yang kiranya mendatangkan
manfaat yang besar; dan bagaimana cara mengatasinya. Pendeknya
penulis harus berusaha untuk menyampaikan pendapatnya secara
teratur dan kritis, sesudah menjawab semua pertanyaan tadi dengan
obyekti.

Argumentasi menggunakan prinsip-prinsip logika sebagai


pembuktian suatu kebenaran. Logika sendiri merupakan suatu cabang
ilmu yang berusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui
kaidah-kaidah formal yang absah (valid). Karena hubungan yang
sangat erat antara logika dan argumentasi , maka sering bentuk-bentuk
dan istilah-istilah logika dipergunakan begitu saja dalam sebuah
argumen. Terdapat suatu perbedaan yang jelas antara Argumen dan
logika yaitu logika memusatkan perhatiannya pada proses berpikir,
sedangkan retorika memusatkan perhatiannya pada isi, pada kebenaran
yang nyata. Selain itu, istilah benar (true) dan salah (false) yang
digunakan dalam argumentasi. Sebaliknya,untuk logika dingunakan
istilah absah (valid) dan tak absah (invalid) (Keraf: 2007: 99-106).

Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan


pembaca agar menerima atau megambil suatu doktrin, sikap, dan
tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan
argumentasi adalah penulisannya harus terampil dalam bernalar dan
menyusun ide yang logis. Karangan argumentasi memiliki ciri:
mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan
mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya;
mengusahakan pemecahan suatu masalah; dan mendiskusikan suatu
persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian (Suyatno, at al.,
2017: 125).

5. Karangan Persuasi

Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti ‘membujuk’ atau


‘menyakinkan’. Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian
menjadi kata pungut bahasa Indonesia: persuasi. Karangan persuasi
adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin,
dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin
berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan
ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta
yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga
kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Di samping itu,
dalam menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan
penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi dan
perasaan (Suyatno, at al., 2017: 126).
Keraf (2007: 118) memaparkan bahwa persuasi adalah suatu seni
verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan
sesuatu dikehendaki pembicara padda waktu ini atau pada waktu yang
akan datang. Karena tujuan terakhir adalah agar pembaca atau
pendengar melakukan sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula
pada cara-cara untuk mengambil keputusan. Mereka yang menerima
persuasi harus mendapat keyakinan, bahwa keputusanyang di
ambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana dan
dilakukan tanpa paksaan.
Dalam uraian di bawah ini disajikan macam-macam persuasi
ditinjau dari segi medan pemakaiannya. Dari segi ini karangan
persuasi digolongkan menjadi empat macam, yaitu (1) persuasi politik,
(2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4) persuasi
propaganda.
a. Persuasi Politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam
bidang politik oleh orangorang yang berkecimpung dalam bidang
politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering
menggunakan persuasi jenis ini untuk keperluan politik dan
negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik
lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti. Naskah persuasi
politik berikut ini berkombinasi dengan eksposisi.
BILA SIDANG ISTIMEWA MPR HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN,
RENDRA DAN EEP SERUKAN PEMBANGKANGAN
Setiap orang Indonesia yang sadar hak-haknya harus siap
melakukan gerakan pembangkangan warga Negara. Itu perlu,
terutama bila agenda nasional berupa Sidang Istimewa (SI) MPR
mendatang ini akhirnya hanya merupakan forum konstitusional
bagi para elite politik untuk berbagi kekuasaan antar mereka
hingga melupakan kepentingan umum mayarakat.
Dramawan W. S. Rendra bersama pengamat poitik Eep
Saefulloh Fatah disertai sejumlah praktisi ekonomi dan seniman
dengan lantang menyerukan itu dalam sebuah konferensi pers di
Kantor Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta,
Kamis (19/7) siang.
Seruan agar masyarakat melakukan pembangkangan
warga Negara ini, kata Eep dan Rendra, diungkapkan sebagai
wujud keprihatinan mereka sebagai warga Negara atas
terjadinya arus politik dan ekonomi yang terus menerus
menempatkan rakyat sebagai korbannya.
Pembangkangan warga Negara diperlukan, demikian
argument Eep terutama bila proses transisi kearah demokrasi
sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan
demokrasi oleh kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada
otoritarianisme.
Menurut Eep, hal inilah yang kini membayangi proses
transisi demokrasi yang tengah bergulir di Negara ini, terutama
ketika menyaksikan SI MPR yang kini tengah dipersiapkan tak
lebih sebagai arena pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan
mahal ini hanya dibuat demi upaya bisa melakukan pergantian
kekuasaan. “Sementara agenda mendasar yang perlu dikerjakan
bisa membuat rakyat bisa keluar dari krisis ekonomi yang
mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru diabaikan”,
jelas Eep.
Lebih menyedihkan lagi, tambahnya, ketika arus politik
dan ekonomi yang telah menempatkan rakyat sebagai korbannya
ini seolah-olah hanya dilawan oleh pembangkang militer dan
polisi. Citra yang terbangun oleh pemberitaan pers bahkan telah
menempatkan parlemen seolah-olah sebagai pahlawan yang
ingin melawan arus itu. “Padahal, sesungguhnya justru DPR-lah
yang telah ikut mengalirkannya”, ujar mahasiswa Ohio State
University, AS ini.
W. S. Rendra menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap
anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah obat mujarab yang mampu
mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan yang
lebih baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi
antarsesama warga Negara dan aturan-aturan main yang
demokratis. “Dari persektif kebudayaan, situasi sekarang ini
menjadi sangat tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan
yang benar. Apalagi, rakyat sering dianggap sebagai massa bukan
lagi insan manusia yang juga warga Negara”, jelas tokoh pendiri
Bengkel Teater ini berapi-api.
Penggiat seni, Edi Haryono, yang membacakan naskah
“Seruan bagi gerakan Pembangkangan Warga Negara”,
menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini
berjalan di tengah ketidakadaan aturan main bernegara yang
demokratis telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola
dipolitikkan dan ekonomi telah membiarkan tatanan hidup
bernegara dikelola di atas aturan main yang compang-camping,
tidak utuh, dan belum demokratis.
(Kompas, 26 Juli 2001)
b. Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa
menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak didiknya
supaya mereka giat belajar, sering membaca, dan lain-lain.
Seorang motivator dan innovator pendidikan bisa memanfaatkan
persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru
pendidikan untuk diterapkan oleh pelaksanaan pendidikan.
Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan untuk menelaah
karangan persuasi pendidikan.
KERAPIAN BERBAHASA BERKORELASI DENGAN KECERMATAN
PENARAN
Keterampilan berbahasa perlu diposisikan berbanding
sejajar dengan kerapihan berbahasa. Artinya, kepiawaian
berbahasa seseorang harus didukung bahkan ditentukan oleh
kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya. “Mengenai
hal ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian
berbahasa sangat berkorelasi dengan kecermatan penalaran”,
kata Dr. Hasan Alwi, mantan Kepala Pusat Bahasa, disela-sela
Seminar Nasional XI Bahasa dan Sastra Indonesia, di Denpasar
(Bali) yang berlangsung 10-12 juli 2001.
Menurut Hasan Alwi, pemakain bahasa yang rapih dan
dilandasi oleh penalaran yang cermat merupakan syarat mutlak
dalam keterampilan berbahasa. Dua hal ini sekaligus akan sangat
membantu kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi.
Akan tetapi, kenyataan menunjukkan perpaduan idela itu masih
jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa
Indonesia – baik tulis maupun lisan di kalangan masyarakat
Indonesia yang masih terkesan sembrono, serta mengabaikan
prinsip-prinsip dasar bahasa Indonesia yang baik dan benar. “Jika
ditinjau dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu
pemakaian bahasa Indonesia yang dihasilkan itu sering sekali
membuat para pakar dan pengamat bahasa berkecil hati”, kata
Hasan Alwi.
(Kompas, 10 Juli 2001)
c. Persuasi Advertensi
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha
untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu.
Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar
menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki
barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu, advertensi
diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur,
pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Tampilan iklan
beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
Contoh:
PALMER DAN ROLEX, HAKIKAT DAN SUKSES
Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha
dengan kehebatan yang sama dalam permaianan golf. Ia penuh
keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil risiko. Namun
dengan perhitungan yang matang.
Palmer melibatkan diri dalam balasan kegiatan usaha di
seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk
berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet
pribadinya.
Satu hari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah
merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chung
Shan yang menjadi padang golf baru pertama di Cina sejak tahun
1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di samping itu,
nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter
angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
Dibalik keramahan senyum yang telah menjadikannya
tokoh televise. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses
yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail.
Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di
padang golf yang mampu mempesona penonton maupun pemain
handal yang dihadapinya.
Menjaga ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang
amat penting. Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex
Oyster Day-date. “Bagi saya golf sudah merupakan bagian dari
jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex,
menjalankan tugasnya dengan sempurna!” Suatu pujian berharga
dari orang yang sangat menghargai ketetapan waktu.
d. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda
adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi propaganda tidak
hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu,
dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan
sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan
kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajakan.
Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembicara dan pendngar
menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembatan informasi
tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai
dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau
selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang
disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi
propaganda. Perhatikanlah kutipan karangan persuasi propaganda
di bawah ini.
"... Menyantap mi instan yang dibarengi nasi putih
merupakan hal lazim yang biasa dilakukan oleh masyarakat kita.
Padahal taukah Anda bahwa kebiasaan tersebut dapat
menimbulkan dampak negative untuk tubuh? Perlu Anda ketahui
bahwa mengkonsumsi mi instan yang dibarengi atau dicampur
dengan nasi putih nantinya dapat mengakibatkan obesitas.
Mengapa demikian? Obesitas dapat terjadi karena adanya
zat karbohidrat dominan yang terkandung pada mi instan dan
nasi putih yang dapat membuat perut Anda kenyang dalam
waktu sementara lalu kemudian menjadi sering lapar, yang
nantinya membuat Anda makan lebih banyak dari sebelumnya.
Apabila Anda sudah mengalami obesitas, maka tubuh
Anda akan penuh dengan makanan yang dapat mengakibatkan
tumbuhnya sejumlah penyakit di kemudian hari, seperti
kolesterol, kegemukan, penyakit jantung hingga ginjal. Oleh
karena itu, jika Anda ingin memiliki tubuh yang sehat serta tidak
mudah terserang penyakit, mulai detik ini pula Anda harus
mengurangi kebiasaan mengkonsumsi mi instan yang dibarengi
dengan nasi putih."

B. ESAI DAN STRUKTUR ESAI


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esai merupakan
sebuah karangan prosa yang membahas suatu masalah sepintas lalu dari
sudut pandang pribadi penulisnya (Depdikbud,1995: 270). Menurut
Rahardi (2006: 29), KBBI memang mewakili pendapat umum masyarakat
yang menganggap esai sama dengan artikel, opini, dan kolom. Namun
esai merupakan artikel yang dalam menganalisis, si penulis mengambil
angle dari beberapa disiplin ilmu, dengan subjektivitas yang khas dari
penulisnya. Oleh karena itu, penulis esai yang baik dituntut untuk
memiliki minat serta pengetahuan yang luas, dengan kepribadian yang
khas.
Berdasarkan pernyataan tersebut, Budiyono (2012: 20)
menegaskan bahwa bahasan pada suatu tulisan esai tidak begitu
mendalam, selain itu esai merupakan bagian (sepotong) dari sebuah
tulisan, tetapi dapat juga esai diartikan sebagai sebuah karangan pendek
yang utuh dan yang dipersoalkan tidak dibahas secara mendalam.
Sebuah tulisan esai utuh terdiri atas beberapa paragraf. Meskipun
terdiri atas beberapa paragraf, sebuah tulisan esai membahas satu topik.
Topik yang ada pada sebuah tulisan esai itu dibagi menjadi beberapa
subtopik yang lebih kecil, yang kemudian ditulis dalam beberapa paragraf
yang panjangnya sesuai dengan tingkat pentingnya setiap subtopik.
Semua paragraf yang ditulis untuk mengembangkan satu topik besar
tersebut diikat menjadi satu oleh paragraf pendahuluan dan paragraf
penyimpul.
Setiap esai mempunyai pendahuluan, isi (batang tubuh), dan
simpulan. Sebuah tulisan esai utuh yang baik, biasanya terdiri atas tiga
bagian, yaitu (1) satu paragraf pendahuluan, (2) beberapa paragraf
penjelas, dan (3) satu paragraf penyimpul. Oleh karena itu, untuk dapat
membangun sebuah tulisan esai utuh yang baik, seorang penulis harus
memahami dan dapat menerapkan pengembangan paragraf sesuai fungsi
dan posisi serta persyaratannya, sehingga terbangun sebuah tulisan esai
yang utuh (Budiyono, 2012: 21).
Kusmiatun (2010) memberikan gambaran dari skema struktur esai
sebagai berikut:
a. Pendahuluan, berisi latar belakang informasi, pernyataan umum,
tesis, pengenalan subtopik isi.
b. Isi/tubuh esai, berisi argumen-argumen subtopik yg didukung
fakta/data menyajikan seluruh nformasi atas subjek.
c. Penutup, berisi sintesis, simpulan, dan final comment.

Sedangkan, esai sendiri juga dibedakan menjadi enam tipe


berdasarkan penyebab permasalahannya, yaitu:
1. Esai Personal/Pribadi
Esai ini ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri.
Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan
kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia
membuka tabir tentang dirinya sendiri.
Contoh:
Sejak saya kuliah di jurusan akuntansi, saya menjadi seseorang
yang lebih tenang, penyabar serta teliti dalam menghadapi sesuatu
yang pada umumnya saya terapkan jika bertemu dengan laporan
keuangan. Apalagi jika harus menemukan hasil yang berbeda antara
kredit serta debit, saya diharuskan untuk mempunyai kemampuan
analisis yang baik agar bisa mengetahui dimana letak kesalahannya.
Disamping itu, ilmu-ilmu yang saya peroleh pun tidak sedikit yang
bisa saya terapkan kedalam kehidupan pribadi saya .
Saya sangat antusias dalam menambah pengetahuan. Agar
dapat menambah ilmu akuntansi saya, saya pun pernah mengikuti
berbagai pelatihan seperti perpajakan yang diisi oleh pemateri
ternama. Saya mengikuti diklat keuangan di bulan Juni sampai
Agustus. Disamping itu saya pun mengikuti kursus bahasa, yaitu
bahasa inggris serta bahasa arab.
Menurut saya pribadi keahlian untuk mengenal bahasa selain
bahasa Indonesia itu sangatlah penting karena bahasa adalah salah
satu alat berkomunikasi yang bisa mengikat antara satu dengan
orang lain
Pada bulan Desember tahun lalu, saya pun pernah melakukan
magang di PT Sinarmas. Saat itu saya bergabung didalam Divisi
Perbendaharaan serta membantu staff Verifikasi Keuangan. Tugas
saya ketika itu adalah mengecek kembali jurnal keuangan serta
menginput data entry.
Pengalaman saya dalam berorganisasi dimulai ketika saya
menduduki bangku SMA. Ketika itu saya terpilih menjadi ketua dari
salah satu ekstrakurikuler yang berada di sekolah. Kegemaran dalam
berorganisasi saya lanjutkan hingga memasuki masa perkuliahan.
Selama kurang lebih dua periode saya menghabiskan waktu di dalam
sebuah perhimpunan yang bernama Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi. Di periode pertama saya menjabat sebagai
perbendaharaan.
Dari sekian banyak event, saya memposisikan diri saya gar bisa
menjadi seseorang yang fleksibel, tidak tergantung hanya dalam satu
bidang seksi saja. Saya pun pernah menjadi seksi Acara yang
mengurusi rundown dan menentukan pengisi even tersebut, saya pun
sering terpilih menjadi seksi Humas. Publikasi dan Dokumentasi (HPD)
yang bertugas untuk mendesain poster, spanduk dan promosi di
media social.
Saya pun pernah menjadi bagian dari seksi Dana dan Usaha yang
berperan untuk mencari sumber dana dengan cara sponsorship. Saya
pun pernah menjabat sebagai sekretaris yang bertugas untuk
membuat proposal acara serta lembar pertanggung jawaban di akhir
event.
Hobby saya yaitu travelling Saya pun sangat menyukai serta ingin
tahu tenang suatu hal yang baru, suasana baru serta bertemu
dengan orang-orang baru. Karena saya merasa membangun relasi
sejak dini itu sangatlah penting. Maka dari itu banyak teman saya
yang mengatakan saya itu mudah sekali bergaul.
Saat ini saya merasa mempunyai banyak waktu liang serta sering
merasa bosan jika tidak melakukan kegiatan. Maka dari itu saya
sangat tertarik untuk bergabung dengan perusahaan bapak/ibu yang
kebetulan sedang membuka program magang. Dengan harapan
magang ini bisa memberikan ilmu serta pengalaman baru untuk
saya. Sekian pengenalan diri dari saya. Besar harapan saya untuk
mendapatkan tanggapan dari surat essay ini.
2. Esai Deskriptif
Esai ini dapat menuliskan subyek atau objek apa saja yang dapat
menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah
rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
Contoh:
Warkop
Warung kopi yang biasa disebut warkop, tak pernah tak terlihat di
setiap wilayah-wilayah dan pinggiran kota. Dengan kursi-kursi yang
memanjang membuat nyaman dan sangat cocok untuk tempat
ngumpul bersama teman-teman atau pun kerabat. Dengan aneka
makanan dan minuman yang bisa dipesan. Rata-rata pengunjung
warkop adalah mereka-mereka yang ingin bersantai dan sekedar
melepas lapar dan dahaga. Dan karena itu juga mereka terlihat sama
dimata saya. Ketika mereka duduk bercengkrama dan dengan
lahapnya menikmati makanan yang disajikan. Ada juga yang asyik
menghisap vape sejenis rokok elektriknya. Yaa. . mereka terlihat sama
dengan atribut itu, koran, kopi, shisha, rokok, dan vape.
WARKOP PINGGIRAN 45 yang terletak di jl. Arifin Achmad
Pekanbaru ini adalah salah satu warkop yang terkenal di Pekanbaru
ini tidak pernah lepas dari kata keramaian disetiap malamnya.
Kebetulan saya adalah waiters di warkop ini, setiap malam saya
menemui konsumen yang datang. Terlihat jelas perbedaan diantara
semua pengunjung, ada yang datang sekedar menyantap nikmatnya
makanan, ada pula yang datang melepas lelah setelah kerja seharian.
Dan ada pula yang datang bersama teman-temannya untuk sekedar
ngumpul bercanda dan bertukar informasi.
Berkali-kali saya dapati pelanggan yang hanya memesan
secangkir kopi ekspreso dan sebotol air mineral, mereka datang
hanya untuk bermain gadget dan menikmati vape yang tak pernah
lepas dari genggaman mereka. Entahlah apa yang didapati dari hal
itu, mungkin saja mereka sangat menikmati hal itu.
Itulah warkop dengan segala rutinitasnya, dengan bermacam-
macam karakter pelanggan dan dengan bermacam-macam aktifitas
yang mereka lakukan. Warkop adalah tempat berkumpul dan santai
yang tepat untuk hari yang melelahkan.
(http://olarsyah123.blogspot.com/2017/03/warkop-warung-kopi-
yang-biasa-disebut.html)
3. Esai Tajuk
Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan
pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu
topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar
tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu
disertai dengan nama penulis.
Contoh:
Menelisik Aktivitas Korupsi dan Aktor yang ‘Bermain Cantik’ di
Dalamnya
Korupsi adalah permasalahan laten yang seolah menjadi hal
biasa di negeri ini. Berbagai kasus korupsi satu per satu terbongkar.
Para koruptor sejatinya tak hanya berasal dari golongan politisi saja.
Beberapa diantaranya adapula yang merupakan seorang pengusaha,
petinggi negara, penegak hukum, polisi, pegiat media, bahkan para
pelaku seni (artis). Meskipun mereka tidak secara langsung berperan
sebagai eksekutor korupsi, akan tetapi mereka turut mengambil
peranan penting dalam memuluskan aksi kejahatan yang satu ini.
Rasa-rasanya tidak perlu untuk menyebutkan secara langsung siapa
saja yang pernah terlibat dalam kasus korupsi dalam ranah profesi
yang telah dijabarkan di atas. Masyarakat pun saat ini telah
mengetahui secara terang benderang melalui berbagai informasi
yang dengan mudahnya di akses di era digital seperti sekarang ini.
Perilaku korupsi sejatinya tidaklah mampu dilakukan secara
seorang diri. Ada oknum tertentu yang turut membantu dalam
prosesi perilaku kriminal jenis ini. Oleh karenanya, dalam satu kasus
korupsi seringkali kita temukan lebih dari satu orang yang terjerat
hukum atas kasus tersebut. hal ini cukup membuktikan bahwa korupsi
sesungguhnya tak dapat dilakukan seorang diri. Misalnya saja dalam
kasus korupsi impor gula. Dalam ranah ini setidaknya melibatkan
beberapa lembaga atau perseorangan yang ‘bermain’ di dalamnya.
Beberapa diantaranya adalah kementrian terkait, anggota dewan,
pengusaha, dan beberapa otoritas lainnya. Kementrian dalam hal ini
adalah pihak yang mengajukan instruksi secara formil atas
permintaan korporasi pengusaha. Sedangkan wewenang legislasi
berada pada anggota DPR dalam hal perizinan dan lain sebagainya.
Adapula otoritas lain yang turut ‘bermain’ di dalamnya dalam lingkup
kecil.
Melihat contoh kasus di atas tentu dapat dikatakan bahwa
korupsi merupakan suatu kejahatan penyalahgunaan wewenang
publik yang dilakukan secara kolektif dan terencana. Agar dapat
meminimalisasikan tindak kejahatan ini rasanya dibutuhkan sistem
serta formulasi yang khusus. Beberapa diantaranya adalah dengan
memberlakukan beberapa point dalam sistem perundang-undangan
untuk memperkuat hukum serta menutup peluang terjadinya praktek
kejahatan tersebut. Namun hal ini juga nampaknya akan sulit
dilakukan karena legislasi berada di bawah naungan anggota
legislatif yang diusung oleh partai politik. Sedangkan peran partai
politik saat ini tak lebih dari sebuah EO (Event Organizer) bagi
penyelenggaraan calon kepala daerah dan calon legislator untuk
maju ke ranah panggung politik. Tak jarang partai politik juga
mengharuskan kadernya yang ingin mencalonkan diri untuk menjadi
kepala daerah atau legislator untuk membayar mahar dalam jumlah
tertentu yang terbilang cukup besar. Pada initinya, dewasa ini partai
politik belum mampu menjadi sebuah mesin pengkaderan yang
mampu mencetak para pemimpin jujur, adil, piawai, ulet,
bertanggungjawab, dan lain sebagainya.
Sekelumit masalah yang merupakan asal muasal perilaku korupsi
juga terjadi pada saat menjelang pemilihan kepala daerah. Seringkali
dalam event yang penyelenggaraannya memakan dana APBN yang
cukup besar ini turut pula melibatkan para ‘cukong’ dari pihak
swasta. Para ‘cukong’ ini secara teknis mendanai calon kepala daerah
tertentu dengan sebab perjanjian tertentu pula. Sehingga kepala
daerah yang menjabat tak lain adalah boneka dari para ‘cukong’
tersebut. Seringkali di beberapa negara di belahan dunia ini
ditemukan fakta bahwa penguasa sesungguhnya dalam suatu negeri
adalah para pengusaha asing. Dengan adanya korelasi antara
korporasi dengan pejabat negara tentu hal tersebut sangat rentan
terjadi praktek-praktek korupsi dalam jumlah yang begitu besar.
(https://ruangseni.com/contoh-esai-tentang-korupsi-di-indonesia/)
4. Esai Reflektif
Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis
mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati
beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya
kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini
ditujukan kepada para cendekiawan.
Contoh:
Pentingnya Kurikulum bagi Guru
Sering sekali kita mendengar bahwa masa depan bangsa
terletak pada generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari
bergantung pada pendidikan yang dinikmati anak-anak saat ini,
terutama dalam pendidikan formal. Apapun yang akan dicapai di
sekolah harus ditentukan oleh kurikulum sekolah. Guru merupakan
seorang yang seharusnya telah menguasai kurikulum, seorang guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam mencetak generasi
muda yang berkualitas serta berperan penting memegang dan
mengatur nasib bangsa dan Negara ke depannya.
Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak
terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, karena pendidikan
Indonesia yang dimaksud ialah pendidikan yang dilakukan di bumi
Indonesia untuk kepentingan Indonesia.
Apa itu kurikulum? Kurikulum merupakan perangkat mata
pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu bangsa
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan.Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang sekolah. Peranan
landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa
dan bagaimana seharusnya pendidikan dilakukan. Rambu-rambu
tersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemology, dan aksiologi
pendidikan sebagaimana study dalam filsafat pendidikan.
Salah satu fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki
komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan
dan berinteraksi satu sama lainya dalam rangka mencapai tujuan
tersebut. Komponen merupakan suatu sistem dari berbagai
komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama
lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Para ahli berbeda pendapat dalam
menetapkan komponen-komponen kurikulum.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, dan 2006.
Perubahan logis tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahansistem politik,sosial budaya,,ekonomi dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Semua kurikulum nasional
dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu pancasila dan
UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Beberapa
masa pemberlakuan kurikulum yaitu kurikulum sederhana(1947-
1964), pembaharuan kurikulum (1968-1975), kurikulum berbasis
keterampilan proses (1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis
kompetensi dan KTSP. Melalui unit 4 akan mempelajari
perkembangan kurikulum sekolah(KTSP) Untuk itu, sajaian ini akan
dikemas daalam tiga subunit yang terdiri atas :
1. Kurikulum rencanan pelajaran, 2. Kurikulum Berbasis pada
pencapaian tujuan serta, 3. Kurikulum Berbasis kompetensi(KTSP).
Perbedaan Kurikulum 2006 dan 2013. Kurikulum 2013
Standar komptensi lulusan ditentukan terlebih dahulu, melalui
Pemendikbud , setelah itu baru ditentukan standar isi yang berbentuk
kerangka dasar kurikulum sedangkan KTSP standar isi ditentukan
terlebih dahulu melalui Pemendiknas, setelah itu ditentukan SKL
melalui Pemendiknas. Pada Kurikulum 2013 Aspek kompetensi lulusan
ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputu aspek
kompetensi sikap,keterampilan,dan pengetahuan sedangkan pada
kurikulum 2006 lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Sereta
pada Kurikulum 2013 jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak
dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP.
Menurut saya Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini
semakin. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan
murid-muridnya. Guru-guru saat ini kurang kompeten . Banyak orang
yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau
kekurangan dana. Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor
semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi
penduduk di daerah terbelakang. Namun bagi penduduk terbelakang
tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar
dipakai buat hidup dan kerja. Pengajar yang kreatif adalah memiliki
banyak metode dalam mengajar peserta didik serta bersikap jujur
dalam penilaian. Menurut saya Pendidikan bukan lagi sebatas
kewajiban yang harus dilakukan tetapi merupakan proses hidup
menuju suatu kesuksesan dan kesejahteraan tiap individu.Indonesia
harus memiliki Kurikulum yang konsisten dan tetap mengutamakan
tujuan pendidikan nasional.
Oleh karena itu, disini saya menekankan kepada guru-guru
di Indonesia untuk dapat memberikan penyampaian materi yang
menarik dan menjadikan waktu-wktu belajar menjadi waktu-waktu
paling menyenangkan bagi anak didik,serta mampu mengoptimalkan
kurikulum yang ada. Semoga sistem pendidikan di negara kita
menemukan bentuk optimalnya, menjadikan kurikulum kita konsisten
dan sesuai bagi setiap generasi bangsa. Serta mampu mengubah
sudut pandangnya dan berorientasi pada kualitas. Tidak hanya dari
pengajar , tapi juga peserta didik, masyarakat, dan lingkungan.
Karena dengan adanya kurikulum yang konsisten dengan
mengutamakan kualitas, kemampuan individu akan menjadi
berkembang dan berguna.
(http://morasaragih.blogspot.com/2016/10/contoh-esai-
reflektif_23.html)
5. Esai Kritik
Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni,
misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Kritik
yang menyangkut karya sastra disebut kritik sastra.
Contoh:
Tak Selamanya Kimia Menegangkan Saraf
Pendidikan adalah suatu bentuk interaksi antara seorang guru
dan murid jika hal itu terjadi di sekolahan, yang memiliki tugas
menyiapkan sumber daya manusia (siswa) yang tidak hanya unggul
dalam bidang formal atau non formal tapi juga unggul dalam akhlak
yang bisa dijadikan teladan di masyarakat. Di indonesia sampai saat
ini memiliki 1001 masalah dalam pendidikan yang belum bisa
terselesaikan oleh semua orang yang ikut berpartisipasi di dalamnya
mulai dari orang tua, guru sampai peran pemerintah. seperti:
mahalnya pembayaran, tidak meratanya persebaran guru, sarana
dan prasarana yang tidak memadai, tawuran antar pelajar, akses
menuju sekolahan, kualitas guru, metode pengajaran guru, dan
masih banyak lagi.
Dalam dunia pendidikan tingkat SLTA para siswa mengenal
mata pelajaran kimia yaitu mata pelajaran yang baru di dalam
Sekolah Menengah Atas/Sederajat, dulu pada waktu SMP/MTs hanya
di kenal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Bagi seorang guru
meskipun ada kurikulum pelajaran kimia yang digunakan untuk
menstrukturkan pendidikan yang ada di sekolah, tetapi seorang guru
memiliki metode pengajaran yang variatif .
Di sekolah seorang guru memiliki metode pengajaran yang
berbeda beda meskipun dalam pelajaran yang sama yaitu kimia, ada
seorang guru mengajarkan mata pelajaran kimia kepada peserta
didik yang hanya sekedar mengajar dan tidak peduli siswa yang di
ajar itu memperhatikan atau tidak, faham atau tidak, beliau benar-
benar tidak memperdulikannnya. Mungkin beliau punya prinsip
dalam mengajar “yang penting materi sudah saya ajarkan”, kurang
perhatian pada siswa dan guru hanya terfokus pada pelajaran yang
di ajarkan tanpa melakukan humor untuk menghibur para siswa
karena dengan terfokus pada materi pelajaran kimia siswa akan
merasa mudah bosan dan menyebabkan rasa mengantuk sampai
bisa tertidur di dalam kelas saat guru menerangkan materi. Di dalam
kelas, para pendidik sering kali mengistimewakan siswa yang
memiliki kemampuan lebih dari pada siswa yang lain. Sifat-sifat
seperti inilah yang harus di dibenahi dalam dunia pendidikan
khususnya di indonesia.
Selain itu ada juga seorang guru yang benar-benar ingin
membuat siswa benar-benar faham dengan memberikan penjelasan
yang mudah difahami, dan rela memberikan penjelasan lagi jika ada
siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan pendidik.
Seorang pendidik seharusnya tidak hanya terfokus pada pelajaran
yang disampaikan tapi juga memberikan motivasi-motivasi agar para
siswa giat belajar karena mata pelajaran kimia itu tidak cukup hanya
di jelaskan tapi juga seorang siswa di tuntut untuk sering-sering
latihan soal dan banyak membaca agar peserta didik bisa
menentukan yang terbaik untuk masa depannya. Seperti inilah guru
yang disukai para siswa.
Seharusnya seorang guru itu tidak hanya mengajarkan
pelajaran-pelajaran tapi seorang guru juga harus bisa menjadi
inspirasi bagi para murid. Bagi pemerintah sebaiknya sering
mengadakan training para guru dengan memberikan arahan dalam
mengajar, memberikan kurikulum yang sesuai pada saat ini dan tidak
kalah penting memberikan gaji yang layak bagi seorang guru, karena
seorang guru juga bisa mengajarkan pelajaran di sekolah dengan
tenang jika gaji nya bisa mencukupi untuk memenuhi keperluan
keluarga.
(http://fa-wahyudi.blogspot.com/2015/02/contoh-esai-kritik.html)
6. Esai Cukilan Watak
Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan
beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para
pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap
penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Disini penulis tidak
menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari
kehidupan dan watak pribadi tersebut.

C. BERBAGAI DASAR PEMBENTUK KARANGAN


Secara umum, unsur-unsur atau dasar pembentuk karangan
adalah:
a. Gagasan/Ide, ini adalah pendapat atau pengetahuan penulis yang
nantinya akan dituangkan dalam bentuk tulisan.
b. Tuturan, yaitu pengungkapan gagasan bentuk tertentu sehingga
pembaca bisa memahami karangan tersebut.
c. Tatanan, yaitu penyusunan gagasan atau ide pengarang
mengindahkan asas, aturan dan teknik menulisnya.
d. Wahana, yaitu pengantar dari gagasan tersebut berupa bahasa tulis
yang berhubungan dengan kosa kata, gramatika dan retorika.
Berikut adalah berbagai dasar atau unsur pembentuk karangan
berdasarkan jenis karangan:
1. Unsur Karangan Deskripsi
a. Isi Gagasan
Dalam karangan deskripsi, isi merupakan aspek penilaian.
Isi mencakup topik, sub topik dan urutan pengembangan topik
adalah pembicaraan dalam keseluruhan karangan, sebuah topik
dapat bersumber dari pengalaman, pengetahuan, imajinasi
pendapat atau keyakinan. Sebuah karangan bisa menyajikan fakta,
pendapat, sikap, tanggapan, imajinasi atau ramalan. Sebuah
karangan yang baik isinya harus memperlihatkan penyusunan
topik, sub topik dan adanya urutan pengembangan yang cukup
mendetail serta disusun dengan cermat dan logis dengan
demikian susunan cerita menjadi teratur.
b. Organisasi Kalimat (Koherensi dan Kohesi)
Organisasi dalam karangan adalah pengolahan bahan,
pengaturan pengembangannya. Organisasi isi yang baik harus
memperlihatkan koherensi dan kohesi. Koherensi adalah
memperlihatkan adanya hubungan yang logis atau suatu upaya
membuat jalan pikiran dari yang satu ke yang lain berhubungan
erat dan lancar serta menghasilkan kejelasan sehingga pembaca
dapat mengikuti jalan pikiran sipenulis secara jelas dan dapat
melihat kaitan satu sama lain serta kaitannya dengan ide pokok.
Koherensi diperoleh dari susunan ide yang satu dan pola
susunannya tepat dan tertib. Pola susunan itu bisa berdasarkan
urutan waktu, urutan ruang atau urutan logis. Dan penyusunan
gagasan harus disesuaikan dengan pokok pembicaraan tujuan dan
sifat tulisan. Kalimat juga harus disusun dalam pola dan kaidah
kebahasaan yang teratur. Artinya, penyatuan suatu paragraf bukan
hanya untuk menyatukan hubungan antar kalimat, melainkan
untuk menunjuk kejelasan hubungan.
Kohesi dalam karangan harus memperlihatkan adanya nosi
ketergantungan. Kohesi adalah sesuatu yang menunjukkan kepada
sesuatu yang menjadi pengikat antara kalimat-kalimat sehingga
menjadi sebuah wacana. Dengan adanya kohesi menyebabkan
kita tidak dapat menginterpretasikan sebuah kalimat tanpa
memperhatikan kalimat lain. Kalimat yang satu mengingatkan
pengetahuan kita tentang kalimat yang lain sebelum atau
sesudahnya. Dengan demikian interpretasi kita terhadap kalimat
tepat dan tidak salah dalam sebuah karangan.
c. Diksi
pilihan kata atau diksi secara singkat adalah pilihan kata
yang dipakai untuk mengungkapakan suatu ide atau gagasan yang
meliputi gaya bahasa dan ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian
dari diksi bertalian dengan ungkapan-ungkapan individual atau
karakteristik atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
d. Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar
lambang-lambang itu ( pemisahan atau penggabungannya dalam
suatu bahasa). Secara teknis ejaan menyangkut penulisan huruf,
penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
e. Deskripsi yang Digunakan
Untuk menulis sebuah deskripsi, penulis harus mengetahui
benar deskripsi yang bagaimana akan digunakan. Untuk
menciptakan deskripsi yang bagus perlu adanya objek yang
dilukiskan, objek yang dilukiskan itu bisa bersumber dari
pengalaman, pengamatan serta imajinasi. Adanya rincian-rincian
terhadap objek yang dilukiskan sehingga suatu objek dapat
dibedakan dengan yang lain. Rincian tersebut bisa berupa ciri atau
apa yang akan dilukiskan dan rincian tersebut akan
memperlihatkan karangan deskripsi yang menarik (Tindaon,
2012).

2. Unsur Karangan Narasi


Berikut adalah beberapa unsur yang dapat membangun karangan
narasi, yaitu.
a. Tema
Tema sering juga disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok
persoalan yang mendominasi suatu cerita. Pada hakikatnya tema
adalah permasalahan pokok yang merupakan titik tolak penulis dalam
menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin
dipecahkan penulis. Tema dalam narasi dapat tersurat dan tersirat.
Disebut tersurat apabila tersebut dengan jelas dinyatakan oleh
penulisnya. Sedangkan tema tersirat adalah tema yang tidak ditulis
secara eksplisit, melainkan tersebar pada keseluruhan cerita.
b. Tokoh Cerita
Jalannya sebuah cerita atau peristiwa dalam narasi selalu
didukung oleh sejumlah tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku
yang mendukung peristiwa sehingga mempu menjalin suatu cerita
disebut tokoh, sedangkan cara penulis menampilkan tokoh disebut
penokohan. Penokohan merupakan unsur narasi yang tidak dapat
dihilangkan, karena dengan penokohan cerita menjadi lebih nyata dan
lebih hidup. Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam karangan
narasi dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Protagonis dan antagonis adalah merupakan tokoh sentral dalam
jalannya cerita. Sedangkan tokoh bawahan yaitu tokoh yang
dihadirkan untuk menunjang atau mendukung kehadiran tokoh
utamanya berdasarkan cara menampilkan.
c. Latar
Tokoh dalam sebuah cerita tidak pernah lepas dari ruang dan
waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar. Penempatan waktu
dan tempat beserta lingkungannya di dalam cerita disebut latar atau
setting. Latar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu latar waktu, latar tempat,
dan latar sosial.
Latar waktu berkaitan dengan penempatan waktu dalam cerita.
Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis, menunjuk suatu
tempat terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar sosial berkaitan
dengan kehidupan kemasyarakatan dalam cerita. Selain tiga jenis yang
sudah disebutkan di atas, latar juga mempunyai tipe fisikal dan
psikologis. Latar yang bersifat fisik yaitu berkaitan dengan benda,
tempat, dan peristiwa yang tidak menuansakan makna apapun,
sedangkan latar psikologisadalah latar yang berupa benda, tempat
dan peristiwa yang mampu menuansakan makna serta mampu
menggugah emosi.
d. Posisi Narator
Point of view atau dapat diterjemahkan dengan posisi narator sangat
mempengaruhi struktur cerita karena menyangkut struktur gramatikal
sebuah narasi. Poin of view dalam narasi menyatakan bagaimana
fungsi seorang narator, apakah narator mengambil bagian langsung
dalam seluruh rangkaian kejadian atau sebagai pengamat terhadap
objek dari seluruh aksi atau tindak tanduk dalam narasi. Ada
beberapa posisi yang akan menempatkan penulis dalam
menampilkan ceritanya, yaitu penulis sebagai pelaku utama, penulis
sebagai pelaku tetapi bukan sebagai pelaku utama, penulis serba
hadir, dan penulis peninjau.
e. Waktu
Suatu kejadian dapat terjadi dalam sebuah rentang waktu, yaitu
dari satu titik waktu menuju satu titik waktu yang lainnya. Urutan
waktu dalam narasi yaitu urutan alamiah dan urutan menyimpang.
Urutan alamiah dalam narasi berhubungan dengan usaha penulis
dalam menguraikan kisahnya. Urutan peristiwa akan disajikan secara
kronologis atau penyajian peristiwa sesuai dengan urutan waktu
kejadian yang sebenarnya. Sedangkan urutan menyimpang yaitu
penulis menyajikan cerita tidak secara kronologis, misalnya seorang
penulis membuat cerita dimulai dari tengah-tengah kejadian.
Permasalahan ditulis pada awal bagian cerita, kemudian gerak laju
cerita dihentikan untuk kembali ke awal kejadian, sehingga pembaca
mengetahui bagaimana peristiwa atau kejadian tadi dikembangkan.
f. Motivasi
Salah satu unsur lain yang tidak kalah penting dalam narasi adalah
motivasi. Sebuah narasi yang dikembangkan dari situasi-situasi harus
diwarnai dengan motivasi yang ingin ditanamkan oleh penulis
didalamya. Motivasi mengungkapkan bagaimana pembaca berada
dalam situasi sebagai yang digambarkan, dan bagaiman objek dari
tanggapan-tanggapan yang diharapkan menyajikan kunci utama
kepada pembaca untuk membayangkan tindak-tanduk selanjutnya.
Motivasi dalam sebuah narasi merupakan keharusan, karena motivasi
inilah yang dapat dianggap sebagai sendi persambungan dari seluruh
narasi.
g. Konflik
Sebuah narasi disusun dari rangkaian tindak-tanduk yang
berhubungan dengan makna. Makna hampir selalu muncul dalam
sebuah konflik. Konflik yang tejadi dapat dibedakan menjadi tiga jenis.
Pertama yaitu, konflik melawan alam. Konflik melawan alam
berhubungan dengan bagaimana tokoh cerita melawan kekuatan
alam yang mengancam hidup tokoh tersebut. Kedua yaitu, konflik
antar manusia. konflik ini muncul karena adanya individu atau
kelompok yang menyakiti, merugikan, dan menentang individu atau
kelompok yang lainnya. Ketiga yaitu, konflik batin. Konflik batik terjadi
karena pertarungan individu melawan dirinya sendiri dalam
menghadapi berbagai masalah yang menyangkut dirinya.
h. Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan
urutan waktu atau hubungan tertentu sehingga membentuk satu
kesatuan yang padu, bulat, dan utuh dalam sebuah cerita. Baik atau
tidaknya pembuatan sebuah alur dapat dinilai dari beberapa hal, yaitu
apakah setiap kejadian disusun secara logis dan alamiah, apakah
setiap pergantian kejadian sudah cukup terbayang dan dimatangkan
dalam insiden sebelumnya, dan apakah kejadian itu terjadi secara
kebetulan.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya,


karangan dapat dibedakan atas lima jenis, yaitu deskripsi (perian), narasi
(kiasan), eksposisi (paparan), argumentasi (bahasan), serta persuasi
(ajakan), dan setiap jenis karangan tersebut mempunyai ciri, tujuan, dan
macam yang berbeda setiap jenisnya. Sebagai contoh, karangan narasi,
ada narasi ekspositoris yang bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca
untuk mengetahui apa yg dikisahkan serta ada narasi sugesif berusaha
memberi suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung
kepada para pembaca atau pendengar, begitu pula jenis karangan yang
lain.

Selain dari kelima jenis karangan tersebut, seseorang juga dapat


menulis dalam bentuk sebuah esai. Esai merupakan Esai merupakan
sebuah karangan dengan bentuk prosa yang di dalamnya berisikan
pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu. Dalam penulisan esai,
ada beberapa struktur yang perlu diperhatikan yaitu bagian pendahuluan,
isi, dan penutup. Esai juga terbagi menjadi beberapa tipe berdasarkan
penyebab permasalahannya, yaitu esai personal, deskriptif, reflektif,
kritik, tajuk, dan esai cuplikan watak.

Sebagai seorang penulis yang baik, baik dalam menulis karangan


maupun esai, seseorang juga perlu memerhatikan berbagai dasar
pembentuk karangan baik sesuai dengan jenis karangan yang akan ditulis
maupun secara umum seperti gagasan/Ide, tuturan, tatanan, maupun
wahana.

B. SARAN
Dengan adanya pengertian dan contoh dari berbagai jenis
karangan dan esai dalam makalah ini, pembaca dapat membuat materi
tersebut sebagai referensi maupun panduan dalam memulai menulis
sebuah karangan maupun esai. Sehingga, hasil tulisan yang akan dibuat
nantinya sudah terdapat beberapa unsur yang sudah seharusnya terdapat
dalam karangan seperti yang berada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, H. (2012). “Mengembangkan Paragraf sesuai Fungsi dan Posisi dalam


Rangka Menulis sebuah Tulisan Esai“ Pena: Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra. (Vol. 2 No. 2, ISSN: 2089-3973).20-21.

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

. (2017). Langkah Penulisan dan Contoh Karangan Lengkap . Diakses


25 Maret 2019 dari https://www.pelajaran.id/2017/27/pengertian-
karangan-ciri-unsur-jenis-langkah-penulisan-dan-contohnya.html.

.( ). Unsur-unsur Karangan Narasi. Diakses 25 Maret 2019


dari http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/mod/resource/view.php?
id=20241.

Keraf, G. (2007). Argumentasi dan Narasi (Komposisi Lanjutan III). Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Kusmiatun, A. (2010). Penulisan Esai: Mengasah Pikir, Tindak, & Hati Nurani.
Diakses 20 Maret 2019 dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296144/pendidikan/Penulisan+
Esai.pdf.

Rahardi, F. (2006). Panduan Lengkap Menulis artikel, feature, dan Esai.


Tangerang: PT Kawan Pustaka.

Rahayu, M. (2009). Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.

Sugihastuti. (2000). Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Offset.

Suyatno, Pujiati, T., Nurhamidah, D., dan Faznur, L. S. (2017). Bahasa Indonesia
untuk Perguruan Tinggi (Membangun Karakter Mahasiswa melalui
Bahasa). Jakarta: In Media.

Tindaon, Y. A. (2012). Unsur - unsur Pembentuk Karangan Deskripsi. Diakses 25


Maret 2019 dari
http://yosiabdiantindaon.blogspot.com/2012/11/unsur-unsur-
pembentuk-karangan-deskripsi.html.

Anda mungkin juga menyukai