Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

PERDARAHAN POSTPARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD


ARGAMAKMUR KABUPATEN BENGKULU UTARA

Factors associated with the incidence of postpartum hemorrhage in women


giving birth in Argamakmur District Hospital North Bengkulu Regency

Iksan Nurfiani, S. Effendi1, Elza Wulandari1


1Program studi DIV Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Email: ikhsannurfiani81@gmail.com

ABSTRAK

Iksan Nurfiani. 2018. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara. Skripsi. Bengkulu: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri
Mandiri Sakti Bengkulu. Pembimbing I Drs. H. S. Effendi, MS dan
Pembimbing II Elza Wulandari, SST, M. Kes
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD
Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.
Metode penelitian penelitian ini adalah survey analitik dengan
menggunakan Case Control. Populasi seluruh ibu yang bersalin di Ruang
Kebidanan RSUD Argamakmur pada bulan Januari-Desember tahun 2017 yang
berjumlah 1.300 orang. Sampel kasus ibu yang mengalami perdarahan postpartum
sebanyak 55 orang. Sampel kontrol ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan
postpartum sebanyak 55 orang. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat
dengan Uji Chi-Square.
Hasil penelitian didapatkan: (1) dari 110 responden terdapat 50% dengan
perdarahan postpartum dan 50% tidak dengan perdarahan postpartum; (2) dari 110
responden terdapat 42,7% dengan paritas beresiko yaitu primipara atau
grandemultipara dan 57,3% dengan paritas tidak beresiko yaitu multipara; (3) dari
110 responden terdapat 46,4% ibu mengalami anemia selama kehamilan dan 59
53,6% tidak mengalami anemia selama kehamilan; (4) dari 110 responden
terdapat 48 43,6% dengan usia < 20 tahun atau >35 tahun dan 62 56,4% dengan
usia 20-35 tahun; (5) ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian
perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara dengan kategori hubungan sedang; (6) ada hubungan yang
signifikan antara anemia kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum pada
ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara dengan kategori
hubungan sedang; (7) ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian
perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara dengan kategori hubungan sedang

Kata Kunci: Anemia Kehamilan, Perdarahan Postpartum, Paritas, Usia


ABSTRACT

Iksan Nurfiani. 2018. Factors associated with the incidence of postpartum


hemorrhage in women giving birth in Argamakmur District Hospital North
Bengkulu Regency. Essay. Bengkulu: Tri Mandiri Sakti Bengkulu College of
Health. Advisor I Drs. H. S. Effendi, MS and Advisor II Elza Wulandari,
SST, M. Kes
This study aims to study the factors associated with the incidence of
postpartum hemorrhage in women giving birth in Argamakmur District Hospital,
North Bengkulu Regency.
The research method of this research is analytic survey using Case Control.
The population of all mothers who gave birth in the Argamakmur Hospital
Midwifery Room in January-December 2017 was 1,300 people. Samples of cases
of mothers who experienced postpartum hemorrhage were 55 people. The sample
of control mothers who did not experience postpartum hemorrhage were 55
people. Data analysis was carried out by univariate, bivariate with Chi-Square
Test.
The results obtained: (1) from 110 respondents there were 50% with
postpartum hemorrhage and 50% not with postpartum hemorrhage; (2) out of 110
respondents there were 42.7% with risky parity namely primipara or
grandemultipara and 57.3% with risky parity namely multipara; (3) out of 110
respondents, 46.4% of mothers experienced anemia during pregnancy and 59
53.6% did not experience anemia during pregnancy; (4) out of 110 respondents
there were 48 43.6% with age <20 years or> 35 years and 62 56.4% with ages 20-
35 years; (5) there is a significant relationship between parity with the incidence
of postpartum hemorrhage in women giving birth in Argamakmur District
Hospital, North Bengkulu Regency with a moderate relationship category; (6)
there was a significant relationship between anemia in pregnancy with the
incidence of postpartum hemorrhage in women giving birth in Argamakmur
District Hospital, North Bengkulu Regency with a moderate relationship category;
(7) there was a significant relationship between age and the incidence of
postpartum hemorrhage in women giving birth in Argamakmur District Hospital,
North Bengkulu Regency with medium relationship category.

Keywords: Pregnancy Anemia, Postpartum Hemorrhage, Parity, Age


A. Pendahuluan
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil,
bersalin atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan
langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. World Health Organization
(WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat
komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh
kematian ibu terjadi di Negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal
merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan
dan setelah persalinan (WHO, 2014).
Angka kematian maternal di Indonesia sangat jauh berbeda bila
dibandingkan dengan Angka kematian maternal di negara-negara maju (20
per 100.000 KH) dan Angka kematian maternal di negara-negara anggota
ASEAN seperti Brunei Darussalam (37 per 100.000 kelahiran hidup) dan
Malaysia (41 per 100.000 kelahiran hidup (Gondo, 2014).
Berdasarkan data profil kesehatan indonesia, menunjukkan pada tahun
2012 peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk
Antar Sensus (SUPAS) 2015. Empat penyebab kematian ibu terbesar yaitu
perdarahan 30,3%, hipertensi dalam kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi 7,3%,
dan lain lain yaitu penyebab kematian ibu tidak langsung seperti kondisi
penyakit kanker, ginjal, jantung atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar
35,3% (Kemenkes RI, 2017)
Penyebab tertinggi kematian ibu yang paling berperan penting adalah
perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang
volumenya melebihi 500 cc. Secara umum faktor yang dapat menyebabkan
perdarahan postpartum yaitu atonia uteri, retensio plasenta dan laserasi jalan
lahir. Namun secara faktor predisposisi ada banyak penyebab terjadinya
perdarahan postpartum, diantaranya adalah paritas, anemia pada masa
kehamilan dan usia (Wiknjosastro,2014)
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi perdarahan
postpartum primer. Pada paritas yang rendah (paritas 1) dapat menyebabkan
ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak
mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan,
persalinan dan nifas. Sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan
dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin lemah sehingga
besar risiko komplikasi kehamilan (Manuaba, 2013)
Pada saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir
kehamilan maka akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu dengan
anemia, saat postpartum akan mengalami atonia uteri. Hal ini disebabkan
karena oksigen yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah
yang kurang menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan
adekuat sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan
banyak (Manuaba, 2013)
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari
35 tahun memiliki faktor risiko untuk terjadi persalinan lama dan perdarahan
postpartum yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini
dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi belum
berkembang dengan sempurna, sedangkan diatas 35 tahun fungsi reproduksi
sudah mengalami penurunan (Sunarsih, 2015).
Di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 secara absolut Jumlah kematian
ibu yaitu sebanyak 49 orang, yang terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 7
orang, kematian ibu bersalin sebanyak 13 orang dan kematian ibu nifas
sebanyak 21 orang, Sedangkan angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu
pada tahun 2015 yaitu sebesar 137 per 100.000 KH,mengalami penurunan
cukup signifikan dari tahun 2014 yang sebesar 146 per 100.000 KH. Angka
Kematian Ibu tertinggi terdapat di Kabupaten Kepahiang yaitu 239
per.100.000 KH dan terendah terdapat Kabupaten Mukomuko yaitu sebesar
58 per 100.000 KH. Sedangkan Kabupaten Bengkulu Utara yaitu sebesar 119
per 100.000 KH (Profl Dinkes Provinsi Bengkulu, 2016)
Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara
didapatkan angka kematian ibu setiap tahun terus meningkat, pada tahun 2015
sebanyak 9 orang dengan kematian ibu hamil sebanyak 1 orang, kematian ibu
bersalin sebanyak 4 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 4 orang. pada
tahun 2016 sebanyak 6 orang dengan kematian ibu hamil sebanyak 2 orang,
kematian ibu bersalin sebanyak 3 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 1
orang. Pada tahun 2017 sebanyak 11 orang dengan kematian ibu hamil
sebanyak 4 orang, kematian ibu bersalin sebanyak 5 orang dan kematian ibu
nifas sebanyak 2 orang (Dinkes Kabupaten Bengkulu Utara, 2018)
Berdasarkan data RSUD Argamakamur didapatkan jumlah kasus
perdarahan postpartum pada tahun 2015 sebanyak 30 orang dari 922
persalinan. Pada tahun 2016 sebanyak 50 orang dari 952 persalinan dan
semakin meningkat pada tahun 2017 sebanyak 55 orang dari 1.300
persalinan (Rekam medik RSUD Argamakmur, 2018)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat rumusan masalah dalam
penelitian ni adalah “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara.

B. Metode penelitian
Metode penelitian penelitian ini adalah survey analitik dengan
menggunakan Case Control. Populasi seluruh ibu yang bersalin di Ruang
Kebidanan RSUD Argamakmur pada bulan Januari-Desember tahun 2017
yang berjumlah 1.300 orang. Sampel kasus ibu yang mengalami perdarahan
postpartum sebanyak 55 orang. Sampel kontrol ibu bersalin yang tidak
mengalami perdarahan postpartum sebanyak 55 orang. Analisis data dilakukan
secara univariat, bivariat dengan Uji Chi-Square
C. Hasil
1. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang gambaran
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun
variabel dependen.
a. Gambaran kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD
Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.
Tabel 1
Gambaran kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD
Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017

Perdarahan
Frekuensi Persentasi (%)
Postpartum
Ya 55 50,0
Tidak 55 50,0
Jumlah 110 100,0
Berdasarkan tabel 1 diatas, tampak bahwa dari 110 orang ibu
bersalin di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 55 orang
(50%) dengan perdarahan postpartum dan 55 orang (50%) tidak dengan
perdarahan postpartum
b. Gambaran paritas pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara.
Tabel 2
Gambaran paritas pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara Tahun 2017

Paritas Frekuensi Persentasi (%)


Primipara atau
47 42,7
Grandemultipara
Multipara 63 57,3
Total 110 100,0
Berdasarkan tabel 2 diatas, tampak bahwa dari 110 orang ibu
bersalin di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 47 orang
(42,7%) dengan paritas beresiko yaitu primipara atau grandemultipara dan
63 orang (57,3%) dengan paritas tidak beresiko yaitu multipara.
c. Gambaran anemia kehamilan pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara.
Tabel 3.
Gambaran anemia kehamilan pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017

Anemia Kehamilan Frekuensi Persentasi (%)


Ya 51 46,4
Tidak 59 53,6
Total 110 100,0
Berdasarkan tabel 3 diatas, tampak bahwa dari 110 orang ibu
bersalin di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 51 orang
(46,4%) ibu mengalami anemia selama kehamilan dan 59 orang (53,6%)
tidak mengalami anemia selama kehamilan
d. Gambaran usia pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara
Tabel 4.
Gambaran usia kehamilan pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2017

Usia Frekuensi Persentasi (%)


< 20 tahun atau > 35
48 43,6
tahun
20-35 tahun 62 56,4
Total 110 100,0
Berdasarkan tabel 4 diatas, tampak bahwa dari 110 orang ibu
bersalin di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 48 orang
(43,6%) dengan usia < 20 tahun atau >35 tahun dan 62 orang (56,4%)
dengan usia 20-35 tahun.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan yang bermakna atau
tidak antara variabel independen (paritas, anemia kehamilan, usia) dan
variabel dependen (perdarahan postpartum)
a. Hubungan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu
bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.
Tabel 5
Hubungan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu
bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara
Tahun 2017

Paritas Perdarahan Total


postpartum
χ2 p C OR
Ya Tidak
F % F % F %
Primipara atau
34 61,8 13 23,6 47 42,7
Grandemultipara
14,860 0,000 0,360 5,231
Multipara 21 38,2 42 76,4 63 57,3
Total 55 100 55 100 110 100

Berdasarkan tabel tabulasi silang antara paritas dengan kejadian


perdarahan postpartum pada ibu bersalin, tampak bahwa dari 55 ibu
perdarahan postpartum terdapat 34 orang dengan Primipara atau
Grandemultipara dan 21 orang dengan multipara. Dari 55 ibu tidak
perdarahan postpartum terdapat 13 orang dengan Primipara atau
Grandemultipara dan 42 orang dengan multipara
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat nilai
χ2=14,860 dengan p=0,000 < 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan
kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara.
Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,360 dengan
P=0,000<0,05 berarti signifikan. Nilai C=0,360 tersebut dibandingkan
nilai Cmax=0,707. Karena nilai C tidak berjauhan dengan nilai Cmax=0,707
maka kategori hubungan sedang.
Hasil uji Risk Estimate didapat nilai OR= 5,231 yang artinya ibu
Primipara atau Grandemultipara memiliki resiko terjadi perdarahan
postpartum 5,231 kali lipat dibandingkan dengan ibu multipara
b. Hubungan anemia kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum
pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.
Tabel 6
Hubungan anemia kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum
pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara
Tahun 2017

Anemia Perdarahan postpartum Total


kehamilan Ya Tidak χ2 p C OR
F % F % F %
Ya 36 65,5 15 27,3 51 46,4
Tidak 19 34,5 40 72,7 59 53,6 14,623 0,000 0,358 5,053
Total 55 100 55 100 110 100

Berdasarkan tabel tabulasi silang antara anemia kehamilan dengan


kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin, tampak bahwa dari 55
ibu perdarahan postpartum terdapat 36 orang mengalami anemia
kehamilan dan 19 orang tidak mengalami anemia kehamilan. Dari 55 ibu
tidak perdarahan postpartum terdapat 15 orang mengalami anemia
kehamilan dan 40 orang tidak mengalami anemia kehamilan
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat nilai
χ2=14,623 dengan p=0,000 < 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara anemia
kehamilan dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di
RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.
Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,358 dengan
P=0,000<0,05 berarti signifikan. Nilai C=0,358 tersebut dibandingkan
nilai Cmax=0,707. Karena nilai C tidak berjauhan dengan nilai Cmax=0,707
maka kategori hubungan sedang.
Hasil uji Risk Estimate didapat nilai OR= 5,053 yang artinya ibu
yang mengalami anemia kehamilan memiliki resiko terjadi perdarahan
postpartum 5,053 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak
mengalami anemia kehamilan
c. Hubungan usia dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin
di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara
Tabel 6
Hubungan usia dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin
di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara
Tahun 2017

Usia Perdarahan Total


postpartum
χ2 p C OR
Ya Tidak
F % F % F %
< 20 atau
34 61,8 14 25,5 48 43,6
>35 tahun
13,343 0,000 0,344 4,741
20-35 tahun 21 38,2 41 74,5 62 56,4
Total 55 100 55 100 110 100

Berdasarkan tabel tabulasi silang antara anemia kehamilan dengan


kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin, tampak bahwa dari 55
ibu perdarahan postpartum terdapat 34 orang dengan usia < 20 tahun atau
>35 tahun dan 21 orang dengan usia 20-35 tahun. Dari 55 ibu tidak
perdarahan postpartum terdapat 14 orang dengan usia < 20 tahun atau
>35 tahun dan 41 orang dengan usia 20-35 tahun
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat nilai
χ2=13,343 dengan p=0,000 < 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan
kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara.
Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,344 dengan
P=0,000<0,05 berarti signifikan. Nilai C=0,344 tersebut dibandingkan
nilai Cmax=0,707. Karena nilai C tidak berjauhan dengan nilai Cmax=0,707
maka kategori hubungan sedang.
Hasil uji Risk Estimate didapat nilai OR= 4,741 yang artinya ibu
yang mengalami anemia kehamilan memiliki resiko terjadi perdarahan
postpartum 4,741 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak
mengalami anemia kehamilan
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa dari 110 orang ibu bersalin
di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 55 orang (50%) dengan
perdarahan postpartum dan 55 orang (50%) tidak dengan perdarahan
postpartum. kondisi ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka kejadia
perdarahan postpartum di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur tahun 2017.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan post
partum adalah Umur ibu hamil < 20 tahun atau > 35 tahun, Pendidikan ibu,
Paritas beresiko, Jarak Antar Kelahiran < 2 tahun, Riwayat Persalinan Buruk
Sebelumnya dan Anemia kehamilan. Tetapi Secara umum faktor yang dapat
menyebabkan perdarahan postpartum yaitu atonia uteri, perdarahan post
partum dan laserasi jalan lahir Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila
tonus uterus tidak ada, kontraksi uterus lemah, maka anteri-arteri spiral yang
seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus tetap terbuka. Darah akan terus
mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya
keluar pervaginam (Hakimi, 2010)
Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa dari 110 orang ibu bersalin
di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 47 orang (42,7%) dengan
paritas beresiko yang terdir dari 41 orang primipara dan 6 orang
grandemultipara. Kondisi ini menunjukkan tingginya angka ibu dengan paritas
kehamilan beresiko terjadinya komplikasi persalinan.
Paritas adalah banyaknya bayi yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik dalam keadaan hidup atau lahir mati. Pada umumnya paritas yang
tinggi (>3 kali) merupakan faktor resiko bagi wanita/ibu untuk hamil dan
melahirkan. Hal ini dijelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan
kelainan pada uterus. Dan ideal seorang wanita/ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah dua kali selama hidupnya karena masa tersebut secara
biologis dan pisikologis dalam keadaan sehat untuk menjalani proses
kehamilan/persalianan (Syaifudin, 2012)
Selan itu dari ibu bersalin terdapat 63 orang (57,3%) dengan paritas
tidak beresiko yaitu multipara Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari
3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas,
lebih tinggi kematian maternal (Winkjosastro, 2002). Sedangkan pada
paritas yang tinggi (grande) merupakan paritas rawan oleh karena paritas
tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada
paritas tinggi, antara lain: plasenta previa, perdarahan postpartum, dan
lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri
Berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa dari 110 orang ibu bersalin
di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 51 orang (46,4%) ibu
mengalami anemia selama kehamilan dan 59 orang (53,6%) tidak mengalami
anemia selama kehamilan. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih tingginya
angka kejadian anemia pada ibu hamil yang dapat berakibat pada kondisi
kesehatan ibu pada saat kehamilan ataupun persalinan, serta meninggikan
resiko terjadinya perdarahan post partum. Kondisi ini dikarenakan jarang
melakukan ANC dengan alasan tidak ada waktu karena sibuk bekerja, tidak
ada uang, saat kehamilan tidak mau makan dan tidak teratur dalam
mengkonsumsi vitamin Fe sehingga ibu mengalami anemia
Ini sejalan dengan teori Pudiastuti (2012), yang menyatakan bahwa
prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti
gangguan dan hambatan pada pertumbuhan dan kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang ditransfer ke sel tubuh maupun otak.
Sedangkan Menurut Saifuddin (2010) pada umumnya anemia disebabkan oleh
kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet seperti daging, kacang-
kacangan, sayuran, kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu,
haid, penyakit kronik seperti tuberculosis, cacing usus dan malaria.
Berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa dari 110 orang ibu bersalin
di Ruang Kebidanan RSUD Argamakmur terdapat 48 orang (43,6%) dengan
usia < 20 tahun atau >35 tahun yang terdiri dari 16 orang usia < 20 tahun dan
31 orang usia > 35tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka
persalinan pada usia ibu yang beresiko mengalami banyak komplikasi pada
saat kehamilan ataupun persalinan, sehingga perlu adanya pemberian
informasi seperti penyuluhan yang lebih sering akan bahaya kehamilan atau
persalinan pada usia > 35 dan < 20 tahun.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro
(2010), yang menyatakan bahwa sejalan dengan bertambahnya usia, tidak
sedikit fungsi organ yang menurun. Semakin bertambah usia, semakin sulit
hamil karena sel telur yang siap dibuahi semakin sedikit. Selain itu, kualitas
sel telur juga semakin menurun. Itu sebabnya, pada kehamilan pertama di usia
lanjut, resiko perkembangan janin tidak normal dan timbulnya penyakit
kelainan bawaan juga tinggi, begitu juga kondisi-kondisi lain yang mungkin
mengganggu proses kehamilan dan persalinan seperti kelahiran preterm,
ketuban pecah dini maupun perdarahan
Dari ibu bersalin terdapat 62 orang (56,4%) dengan usia 20-35 tahun.
Menurut Manuaba (2013), usia 20-35 tahun adalah masa mengatur kehamilan
karena masa ini merupakan usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan
serta masa reproduksi sehat usia ini merupakan masa reproduksi yang sehat
untuk kehamilan dimana endometrium sebagai tempat implantasi proses
degenerasi
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara paritas dengan kejadian
perdarahan postpartum pada ibu bersalin, tampak bahwa dari 55 ibu
perdarahan postpartum terdapat 34 orang dengan primipara atau
grandemultipara yang terdiri dari 31 orang primipara yang merupakan
pengalaman pertama mengalami sehingga akan sangat beresiko mengalami
komplikasi kehamilan dan saat melahirkan seperti perdarahan postpartum
Selain itu terdapat 3 orang grandemultipara yatu kehamilan lebih dari 5
kali atau lebih yang menyebabkan rahim ibu teregang dan semakin lemah
sehingga rentan untuk terjadinya komplikasi dalam persalinan yang salah
satunyan adalah kejadian perdarahan postpartum
Dari ibu perdarahan postpartum terdapat 21 orang dengan multipara.
Kondisi ini menunjukkan walaupun ibu dengan paritas yang relatif aman
untuk terjadi komplikasi kehamilan, perdarahan postpartum dapat terjadi jika
ibu memiliki faktor resiko lain yaitu terdapat 5 orang mengalami retensio
plasenta, 3 orang dengan usia > 35 tahun 4 orang dengan usia < 20 tahun 9
orang dengan anemia kehamilan
Dari 55 ibu tidak perdarahan postpartum terdapat 13 orang dengan
Primipara atau Grandemultipara yang terdiri dari 10 orang prmipara dan 3
orang grandemultipara. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada paritas
primipara dan grandemultipara, perdarahan postpartum dapat memungkinkan
untuk tidak terjadi perdarahan postpartum jika ibu tidak mempunyai faktor
resiko lain penyebab perdarahan postpartum seperti gameli, retensio plasenta,
plasenta previa, atonia uteri. Sehingga dengan kahamilan yang aman tanpa
komplikasi penyerta maka ibu tidak beresiko mengalami perdarahan
postpartum.
Dari ibu tidak perdarahan postpartum terdapat 42 orang dengan
multipara. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada paritas multipara adalah
paritas yang relatif aman untuk mengalamii persalinan karena ibu belum
terlalu sering melahirkan dan organ reproduksi ibu masih dalam kondisi yang
baik dan siap untuk mengalami kehamilan dan melahirkan, namun hal ini juga
harus didukung oleh usia ibu yang aman yaitu 20-35 tahun.
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat
hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian perdarahan
postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu
Utara.
Hasil ini sejalan dengan Manuaba (2013) paritas merupakan faktor
risiko yang memengaruhi perdarahan postpartum primer. Pada paritas yang
rendah (paritas 1) dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi
persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi
yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan semakin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3)
maka uterus semakin lemah sehingga besar risiko komplikasi kehamilan
Hasil uji Contingency Coefficient didapat kategori hubungan sedang.
Kategori hubungan sedang menunjukkan bahwa terdapat faktor resiko lain
yang menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum seperti plasenta previa,
solusio plasenta, perdarahan postpartum dan atonia uteri
Sesuai dengan teori menurut Rani (2012), yang menyebutkan bahwa
pada paritas tinggi atau grandemultipara adalah ibu hamil dan melahirkan
diatas 4 kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan kerena banyak
kejadian-kejadian obstetric patologi yang bersumber pada paritas tinggi,
antara lain : plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan postpartum dan lebih
memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi juga bisa
terjadi preeklampsi ringan karena paritas tinggi banyak terjadi pada usia ibu >
35 tahun.
Hasil uji Risk Estimate ibu primipara atau grandemultipara memiliki
resiko terjadi perdarahan postpartum 5,231 kali lipat dibandingkan dengan ibu
multipara.
Berdasarkan penelitian Wahyuni (2014) yang melakukan penelitian
tentang Hubungan umur dan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum
di RSU PKU Muhammadiyah Bantul, didapatkan hasil bahwa Ibu dengan
paritas beresiko (1 dan >3) memiliki resiko 3,040 kali lebih besar terjadinya
perdarahan postpartum dibandingkan ibu dengan paritas tidak berisiko (2 dan
3)
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara anemia kehamilan dengan
kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin, tampak bahwa dari 55 ibu
perdarahan postpartum terdapat 36 orang mengalami anemia kehamilan. Hal
ini menunjukkan bahwa banyaknya kasus perdarahan post partum yang
disebabkan ibu hamil mengalami anemia, karena sirkulasi darah dalam
arterinya menurun sehingga sirkulasi darah ke plasentapun menurun yang
menyebabkan terganggunya suplai zat gizi dan oksigen area rahim, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya atonia uteri yang menyebabkan perdarah
postpartum.
Dari 55 ibu perdarahan postpartum terdapat 19 orang tidak mengalami
anemia kehamilan. Kondisi ini menunjukkan bahwa walaupun ibu tidak
mengalami anemia tetapi masih ada yang mengalami perdarahan post partum,
karena ibu mengalami gangguan lain pada saat kehamilan yaitu 5 orang
melahirkan bayi terlalu besar, 5 orang persalinan lama, 5 orang hamil pada
usia beresiko (< 20 atau > 35 tahun) dan 4 orang retensio plasenta.
Dari 55 ibu tidak perdarahan postpartum terdapat 15 orang mengalami
anemia kehamilan. Hal ini karena anemia yang dideritanya masih dalam
kategori ringan dan ibu tidak memiliki komplikas penyerta yang dapat
menyebabkan komplikasi pada persalinan sehingga saat persalinan, resiko
perdarahan post partum dapat dihindari. Selain itu terjadinya perdarahan post
partum juga dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti paritas, usia, kelainan
plasenta, dan penyakit bawaan ibu
Dari ibu tidak perdarahan postpartum terdapat 40 orang tidak
mengalami anemia kehamilan. Kondis ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak
mengalami anemia selama kehamilan memiliki resiko yang lebih kecil untuk
mengalami perdarahan postpartum, hal ini dikarenakan sirkulasi yang baik
selama kehamilan akan mendukung perkembangan kehamilan yang bak pula
sehingga komplikasi saat persalinan tidak terjadi seperti perdarahan
postpartum
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat
hubungan yang signifikan antara anemia kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten
Bengkulu Utara. Hasil ini menunjukkan bahwa anemia memiliki hubungan
terjadinya perdarahan postpartum, karena anema selama kehamilan jika ibu
mengalami anemia akan menambah resiko untuk terjadinya komplikasi saat
persalinan.
Hasil ini sejalan dengan teori menurut Manuaba (2013) bahwa pada
saat hamil, bila terjadi anemia dan tidak tertangani hingga akhir kehamilan
maka akan berpengaruh pada saat postpartum. Pada ibu dengan anemia saat
postpartum akan mengalami atonia uteri hal ini disebabkan karena oksigen
yang dikirim ke uterus kurang. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang
menyebabkan otot-otot uterus tidak berkontraksi dengan adekuat sehingga
timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan banyak.
Hasil uji Contingency Coefficient didapat kategori hubungan sedang.
Ini menunjukkan bahwa masih ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya
perdarahan postpartum sepert Kala II lama, retensio plasenta, usia beresiko
dan bayi besar.
Sesuai dengan teori Nugroho (2011), yang menyatakan bahwa faktor
predisposisi perdarahan post partum adalah regangan rahim berlebihan karena
kehamilan gamelli, polihidramnion atau anak terlalu besar, kelelahan karena
persalinan lama atau persalinan kasep, kehamilan grande-multipara, ibu
dengan keadaan umumnya jelek, menderita penyakit menahun, Mioma uteri
yang mengganggu kontraksi rahim, infeksi inta uterin (krioamnionitis), ada
riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
Hasil uji Risk Estimate didapat ibu yang mengalami anemia kehamilan
memiliki resiko terjadi perdarahan postpartum 5,053 kali lipat dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami anemia kehamilan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dina (2013)
didapatkan hasil bahwa ibu dengan anemia memiliki resiko 2,9 kali lebih
besar terhadap kejadian perdarahan postpartum. Serta di dukung oleh teori
Saifuddin (2010), yang mengatakan bahwa kekurangan kadar hemoglobin
dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke sel
tubuh maupun sel otak dan uterus. Jumlah oksigen dalam darah yang kurang
menyebabkan otot-otot uterus tidak dapat berkontraksi dengan adekuat
sehingga timbul atonia uteri yang mengakibatkan perdarahan banyak
Berdasarkan tabel tabulasi silang antara anemia kehamilan dengan
kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin, tampak bahwa dari 55 ibu
perdarahan postpartum terdapat 34 orang dengan usia beresiko yang terdiri
dari 7 orang dengan usia < 20 tahun dimana fungsi reproduksinya yang belum
berkembang dengan sempurna serta pemeriksaan kehamilan yang teratur
karena tidak adanya kesiapan persalinan ibu, sehingga kelainan yang terjadi
pada janin tidak di ketehui dengan cepat. Selain itu terdapat 27 orang dengan
usia >35 tahun dimana kondisi fisik seseorang terutama wanita mulai menurun
baik itu kondisi rahim yang berkurang kesuburan dan keelastisannya serta
stamina atau kekuatan ibu untuk proses persalinan.
Dari ibu perdarahan postpartum terdapat 21 orang dengan usia 20-35
tahun. Hal ini terjadi dikarenakan walaupun menurut teori usia ini merupakan
usia yang paling aman untuk persalinan namun tidak begitu sejalan dengan hal
itu, karena banyak faktor lain yang yang dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan postpartum, pada penelitian ini faktor lain yaitu 14 orang anemia
selama kehamilan, 4 orang retensio plasenta, 1 orang melahirkan bayi besar
dan 2 orang dengan kala II lama
Dari 55 ibu tidak perdarahan postpartum terdapat 14 orang dengan
usia beresiko yang terdir dari 8 orang dengan usia< 20 tahun dan 6 orang
dengan usia > 35 tahun. Hal ini karena tidak adannya komplikasi penyerta
pada ibu yang dapat menyebabkan komlikasi pada persalinan seperti
perdarahan postpartum. Komplikasi penyerta dapat dicegah jika ibu memiliki
kesadaran yang tinggi akan resiko yang di miliki ibu saat kehamilan dan
persalinan, didukung dengan ibu selalu melakukan pemeriksaan secara rutin
untuk kesehatan dirinya dan janin serta mengkonsumsi makanan-makanan
yang bergizi untuk membantu proses perkembangan dan persalinan ibu
Dari ibu tidak perdarahan postpartum terdapat 41 orang dengan usia
20-35 tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa usia 20-35 merupakan usa yang
relatif aman untuk mengalami kehamilan, karena pada usia ini kondisi organ
reproduksi sudah siap untuk terjadi kehamilan dan berada pada kondisi yang
baik, sehingga kemungkinan terjadinya komplikasi selama kehamilan tidak
terjadi
Hasil uji statistik Chi-Square (Continuity Correction) didapat
hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian perdarahan postpartum
pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Sunarsih (2015), Wanita yang
melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki
faktor risiko untuk terjadi persalinan lama dan perdarahan postpartum yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia
dibawah 20 tahun fungsi reproduksi belum berkembang dengan sempurna,
sedangkan diatas 35 tahun fungsi reproduksi sudah mengalami penurunan
Hasil ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Masriatun
(2013) di RSUD Ambarawa dengan menggunakan uji statistik chi square p
(0,01)<α(0,05), dengan hasil penelitian sebagian besar yang mengalami
perdarahan adalah umur beresiko tinggi yaitu <20 dan >35 tahun
Hasil uji Contingency Coefficient didapat kategori hubungan sedang.
Hal ini menunjukkan masih ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
perdarahan post partum seperti paritas, penyakit pada ibu seperti anemia,
kelainan plasenta, kelainan letak janin dan lain sebagainya. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dewi (2011) penyebab terjadinya
perdarahan postpartum adalah perdarahan atonis, robekan cervix atau robekan
vagina, tertinggalnya bagian plasenta dan perdarahan karena coagulopati.
Adapun faktor predisposisinya adalah umur yang terlalu tua dan terlalu muda,
paritas, partus lama/ partus terlantar, overdistensi uterus (bayi besar,
kehamilan ganda,dan polyhidramnion) dan infeksi.
Hasil uji Risk Estimate didapat ibu yang mengalami anemia kehamilan
memiliki resiko terjadi perdarahan postpartum 4,741 kali lipat dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami anemia kehamilan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Manuaba (2010) yang menyatakan bahwa perdarahan post partum
yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan post
partum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat
kembali setelah usia 30-35 tahun
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan antara paritas,
anemia kehamilan dan usia dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu
bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara. Maka kepada ibu
hamil diharapkan untuk dapat melakukan pemeriksaan antenatal care secara
rutin selama hamil minimal 4 kali yaitu 1 kali pada TM I, 1 kali pada TM II
dan 2 Kali pada TM III, agar dapat melakukan deteksi sedini mungkin
terhadap faktor resiko perdarahan postpartum. Selain itu diharapkan kepada
ibu hamil unruk dapat menjaga pola hidup sehat dengan mengkonsumsi
makanan dengan gzi seimbang serta menyeimbangkan antara aktivitas dan
istirahat. Karena didalam penelitian ini terdapat faktor lain yang menyebabkan
perdarahan postpartum melahirkan bayi besar, kala II lama dan retensio
plasenta yang dari seluruh faktor ini dapat dicegah dengan melakukan deteksi
dini dan perilaku hidup sehat.
Untuk tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan untuk dapat
memberikan advokasi dan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan, nurtisi selama kehamilan, faktor resiko penyebab
komplikasi selama kehamilan dan tanda tanda bahaya selama kehamilan
dengan melalui kegiatan penyuluhan, membagikan leaflet dan poster.
Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu, karena dengan pengetahuan
yang baik akan mempengaruhi sikap ibu terhadap pemeriksaan antenatal care
agar ibu dapat rutin melakukan pemeriksaan antenatal care sehingga
perdarahan postpartum dapat dicegah.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 110 responden terdapat 50% dengan perdarahan postpartum dan 50%
tidak dengan perdarahan postpartum
2. Dari 110 responden terdapat 42,7% dengan paritas beresiko yaitu
primipara atau grandemultipara dan 57,3% dengan paritas tidak beresiko
yaitu multipara
3. Dari 110 responden terdapat 46,4% ibu mengalami anemia selama
kehamilan dan 59 53,6% tidak mengalami anemia selama kehamilan
4. Dari 110 responden terdapat 48 43,6% dengan usia < 20 tahun atau >35
tahun dan 62 56,4% dengan usia 20-35 tahun
5. Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian perdarahan
postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu
Utara dengan kategori hubungan sedang
6. Ibu Primipara atau Grandemultipara memiliki resiko terjadi perdarahan
postpartum 5,231 kali lipat dibandingkan dengan ibu multipara
7. Ada hubungan yang signifikan antara anemia kehamilan dengan kejadian
perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara dengan kategori hubungan sedang
8. Ibu yang mengalami anemia kehamilan memiliki resiko terjadi perdarahan
postpartum 5,053 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak
mengalami anemia kehamilan
9. Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian perdarahan
postpartum pada ibu bersalin di RSUD Argamakmur Kabupaten Bengkulu
Utara dengan kategori hubungan sedang
10. Ibu yang mengalami anemia kehamilan memiliki resiko terjadi perdarahan
postpartum 4,741 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak
mengalami anemia kehamilan

F. Daftar Pustaka

Aryani. 2017. Hubungan Anemia Pada Saat Kehamilan Dengan Kejadian


Perdarahan Postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Diakses pada tanggal 2 April 2018, dari http://digilib.unisayogya.ac.id/
2710/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20PDF.pdf
Bobak, I. M. 2015. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Dinkes Kabupaten Bengkulu Utara. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten


Bengkulu Utara Tahun 2015. Bengkulu Utara

Dinkes Propinsi Bengkulu. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun


2015. Dinkes Provinsi, Bengkulu

Fitrani. 2013. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Bersalin Dengan Kejadian
Perdarahan Postpartum di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta. Diakses pada tanggal 2 April 2018, dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/1255/1/NASKAH%20PUBLIKASI_GOD
HA.pdf

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:


Kemenkes RI

Kriebs, 2012. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi/Obstetri Patologi. Jakarta:


EGC

Larasati, E. (2012). Pengaruh anemia pada ibu hamil dengan kejadian


perdarahan postpartum di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Penelitian,
di akses pada tanggal 20 Februari 2017.

Manuaba 2013. Ilmu Kesehatan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Masruroh, 2016. Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.


Yogyakarta: Nuha Medika

Nugraheny, E. 2014. Asuhan kebidanan pathologi. Yogyakarta: EGC

Nugroho, T. 2015. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Rahmawati. 2017. Hubungan Usia Dengan Perdarahan Postpartum (Atonia


Uteri) Di Klinik Ramlah Parjib Samarinda. Diakses pada tanggal 2
April 2018, dari http://ejournalbidan.poltekkes-kaltim.ac.id
/ojs/index.php/ midwifery/article/view/69/42

Ramali, A. 2015. Kamus Kedokteran. Jakarta : PT. Djambata

Romy. 2017. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian


Perdarahan Post Partumprimer di RSUD Rokan Hulu. Diakses pada
tanggal 2 April 2018, dari http://e-
journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/download/1381/ 1106
Saifuddin, A. B. 2012. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sukarni, H. 2013. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Sunarsih, P. 2015. Hubungan usia dan paritas ibu hamil dengan kejadian
perdarahan antepartum di RSUD Abdoel Moeloek Bandar Lampung
tahun 2013. Diakses pada tanggal 06 Maret 2017, dari http://e-
journal.upp.ac.id/index.php/akbd/article/download/1381/ 1106

Syafrudin. 2014. Penyuluhan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Jakarta: CV.
Trans Info Media

Varney, H. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi Empat, EGC: Jakarta

Wahyuni. 2014. Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian Perdarahan


Postpartum di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Diakses pada tanggal
2 April 2018, dari http://digilib.unisayogya.ac.id/812/1/NASKAH%20
PUBLIKASI.pdf

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT.


Pustaka Baru

Winkjosastro. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Tiga. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka

WHO. 2014.The WorldBank.Trends in maternal mortality: 1990 to 2013.


Diakses pada tanggal 26 Mei 2018, dari
http://www.who.int/reproductivehealth
/publications/monitoring/maternal-mortality-2013/en/

Anda mungkin juga menyukai