Anda di halaman 1dari 54

PETA JALAN

PENGEMBANGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Copyright © 2017. Direktorat Pembinaan SMK
AllRights Reserved

Pengarah:
Hamid Muhammad, Ph.D.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Penanggung Jawab:
Dr. Thamrin Kasman, S.E., M.Si.
Plt. Direktur Pembinaan SMK

Tim Penyusun:
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si., M.Ak.
Dr. Ir. M. Bakrun, MM
Ir. Sri Puji Lestari, MM
Ir. Nur Widyani, MM
Moehammad Soleh, SP
Arfah Laidiah Razik, SH, MA
Chrismi Widjajanti, SE, MBA
Dr. Junus Simangunsong, S.Si, MT
Mochamad Widiyanto, S.Pd, MM
Saryadi, ST, MBA
Dra. Yuliati Sri Nurhidayati, M.Si
Winner Jihad Akbar, S.Si, M.Ak
Dra. Augustin Wardhani
Yudi Nurman, S.Pd, MBA
Marsudi Utomo, S.ST

Editor:
Sulistyo Mukti

Desain dan Tata Letak:


Ari
Rayi Citha Dwisendy, S.Ds.
Karin Faizah Tauristy, S.Ds.

ISBN

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E, Lantai 13
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK dalam rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia yang menjadi
arah pembangunan pendidikan vokasi ke depan. Dalam Inpres tersebut, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mendapat tugas untuk:
1. membuat peta jalan pengembangan SMK;
2. menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai
dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and match);
3. meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK;
4. meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan
dunia usaha/industri;
5. meningkatkan akses, sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan
6. membentuk Kelompok Kerja Pengembangan SMK.

Peta Jalan ini diharapkan dapat menjadi alternatif panduan bagi sektor terkait, dunia
usaha/industri, institusi, dan guru pendidikan menengah kejuruan dan masyarakat
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan menengah kejuruan di Indonesia.
Disadari bahwa Peta Jalan ini masih belum sempurna, oleh karenanya sangat
diharapkan saran, tanggapan dan kritikan yang sifatnya membangun demi terwujudnya
Peta Jalan yang ideal bagi pengembangan Pendidikan Menengah Kejuruan Indonesia
yang berkualitas.

Menteri
DirekturPendidikan
Jenderal dan Kebudayaan
Republik Indonesia,
Pendidikan Dasar dan Menengah

PHamid
rof. Dr.Muhammad, Ph.Ddy
H. Muhadjir Effen

i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1. Isu Persaingan Ekonomi .................................................................................. 2
2. Isu Pasar Tenaga Kerja .................................................................................... 3
3. Tantangan Revolusi Industri 4.0 ..................................................................... 8
4. Prioritas Pembangunan Nasional dan Daya Saing Bangsa ......................... 12
5. Kondisi Umum SMK di Indonesia .................................................................. 14
5.1 Perkembangan SMK .............................................................................. 14
5.2 Kemitraan SMK dengan DU/DI ............................................................. 17
5.3 Mutu Peserta Didik ................................................................................. 19
5.4 Mutu Guru SMK ...................................................................................... 20
5.5 Mutu Satuan Pendidikan ....................................................................... 22

BAB II PETA JALAN REVITALISASI SMK.............................................................26


1. Visi Revitalisasi SMK........................................................................................ 26
2. Tujuan Revitalisasi SMK .................................................................................. 28
3. Sasaran dan Arah Kebijakan Revitalisasi ...................................................... 29
4. Program Prioritas Revitalisasi SMK ............................................................... 31
5. Strategi Implementasi Revitalisasi SMK ........................................................ 34
5.1 Pengembangan dan Penyelarasan Kurikulum .................................... 34
5.2 Pemenuhan dan Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan SMK ................................................................................. 34
5.3 Pemutakhiran Program Kerjasama Industri ........................................ 34
5.4 Peningkatan akses sertifikasi SMK ...................................................... 37
5.5 Peningkatan akses akreditasi SMK ...................................................... 37

ii
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pasar Tenaga Kerja Formal – Informal ..................................................... 3


Gambar 2. Pasar Tenaga Kerja Formal – Informal ..................................................... 4
Gambar 3. Pertumbuhan rata-rata per tahun tenaga kerja dalam pasasr kerja...... 5
Gambar 4. Global Competitiveness Report, World Economic Forum, 2016 ............. 5
Gambar 5. Posisi Kesiapan Teknologi dan Efisiensi Pasar Kerja di ASEAN............. 6
Gambar 6. Sinergi Pemerintah, Dunia Usaha dan Pekerja ......................................... 8
Gambar 7. Pembagian Generasi Revolusi Industri Mulai Generasi Pertama
hingga Keempat .......................................................................................... 9
Gambar 8. Kebutuhan Kompetensi Revolusi Industri 4.0 .......................................... 11
Gambar 9. Perkembangan Jumlah SMK ...................................................................... 16
Gambar 10. Perkembangan Jumlah SIswa SMK ........................................................ 16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I - PENDAHULUAN 1
BAB
BAB
01 Pendahuluan
PENDAHULUAN
I

1. Isu Persaingan Ekonomi


Pemberlakuan ASEAN Community pada akhir 2015 merupakan suatu momen yang
penting bagi upaya untuk meningkatkan daya saing Indonesia diantara sesama
negara anggota lainnya. ASEAN Community yang terdiri dari 3 pilar, yaitu ASEAN
Economic Community (AEC), ASEAN Political and Security Community (APSC), dan
ASEAN Social and Cultural Community (ASCC). ASEAN Community mengubah
orientasi selama ini dari orientasi pada negara (State Oriented) menjadi orientasi
kepada rakyat (People Oriented), sehingga lebih merupakan Masyarakat ASEAN
yang Berbasis Masyarakat (Community-Based Community). ASEAN berciri: one
vision, one identity, one community.

Salah satu pilar yang perlu mendapatkan perhatian adalah ASEAN Economic
Community (AEC) yang memiliki visi untuk menciptakan pasar tunggal yang
berdaya saing tinggi yang dapat meningkatkan pengembangan ekonomi yang adil
bagi negara-negara anggotanya, demikian pula memfasilitasi pengintegrasiannya
dengan ekonomi global. Dalam roadmap ASEAN Economic Community dinyatakan
bahwa ASEAN akan menjadi Single Market and International Production Base di
mana akan terjadi kebebasan arus barang, jasa, tenaga kerja terampil, investasi, dan
arus modal yang lebih bebas.

Dalam konteks kebebasan arus tenaga kerja terampil, hal ini merupakan pekerjaan
rumah yang sangat besar, terutama untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja
trampil Indonesia untuk melakukan penetrasi ke pasar negara-negara ASEAN
lainnya. Untuk mampu menciptakan tenaga kerja terampil yang kompeten dan
mampu bersaing bukan merupakan pekerjaan yang mudah, dibutuhkan upaya
Semesta yang melibatkan semua pihak, tidak hanya pemerintah, namun juga
seluruh unsur masyarakat, termasuk dunia usaha. Upaya tersebut juga harus

2 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


didukung oleh regulasi yang mampu menjadi instrumen kebijakan peningkatan daya
saing tenaga kerja terampil Indonesia yang memang masih relatif belum mampu
bersaing, baik secara kualitatif maupun kuantitatiif.

2. Isu Pasar Tenaga Kerja


Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah menargetkan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hingga 4.0 sampai 5.0% pada tahun 2019.
Untuk itu, Pemerintah dituntut untuk menciptakan sepuluh sampai sebelas juta
lapangan kerja baru selama lima tahun. Pemerintah harus berupaya untuk
meningkatkan jumlah lapangan kerja formal dan produktif. Lapangan kerja yang
baik ini diharapkan dapat memberikan kesejahteraan, menjamin hak-hak pekerja,
serta tersedianya perlindungan sosial bagi seluruh tenaga kerja.

Gambar 1. Pasar Tenaga Kerja Formal-Informal

Lapangan kerja formal utamanya berasal dari pertumbuhan ekonomi yang didorong
oleh investasi. Gambar 4 menjelaskan bahwa proporsi pekerja formal dalam pasar
tenaga kerja masih sekitar 40 persen pada tahun 2015. Terlebih lagi, terdapat
kecenderungan melambatnya pertumbuhan pekerja formal dalam 3 tahun terakhir.
Bahkan pada periode Februari 2015-Februari 2016 jumlah pekerja formal
mengalami penurunan. Untuk itu, harus ada upaya ekstra untuk mengeluarkan

BAB I - PENDAHULUAN 3
pekerja yang berada di sektor tradisional dengan produktivitas rendah dengan
menciptakan pekerjaan yang lebih baik di sektor formal.

Dalam upaya tersebut, penigkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja harus
menjadi salah satu prioritas nasional. Tenaga kerja yang kurang terampil atau
kurang terdidik akan sulit utuk memperoleh pekerjaan yang baik dan tidak memiliki
daya saing yang memadai. Sementara ini, pekerja di Indonesia masih banyak
berpendidikan SMP atau kurang.

Gambar 2. Pasar Tenaga Kerja Formal-Informal

Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan beserta sektor jasa perdagangan
merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja seperti dijelaskan pada
gambar 5 di atas. Pada tahun 2015, industri pengolahan mempekerjakan 13.5% total
pekerja dan menyumbang 20.5% terhadap total PDB. Dalam beberapa tahun yang
lalu, industri pengolahan menjadi salah satu primadona industri padat karya. Namun
dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan sektor ini mengalami berbagai
kendala dan cenderung tumbuh ke arah padat modal.

4 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Gambar 3.
Pertumbuhan rata-rata per tahun tenaga kerja dalam pasar kerja

Pada gambar 6 dapat menunjukkan bahwa pertumbuhan tenaga kerja dengan


lulusan SMA dan SMK ke atas meski relatif ringgi, namun masih banyak yang belum
memiliki jenis keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri.

Gambar 4. Global Competitiveness Report, World Economic Forum, 2016

BAB I - PENDAHULUAN 5
Daya saing Indonesia menurut Global Competitiveness Report tahun 2016-2017
masih lemah dibandingkan dengan negara Asia Pasifik lainnya terutama pada pilar
kesiapan teknologi, kesehatan dan pendidikan, serta efisiensi pasar tenaga kerja
seperti ditunjukkan pada gambar 7 di atas. Rendahnya efisiensi pasar tenaga kerja,
dengan peringkat 108 dari 138 negara, terutama disebabkan leh peraturan
ketenagakerjaan yang bersifat “kaku”.

Gambar 5. Posisi Kesiapan Teknologi dan Efisiensi Pasar Kerja di ASEAN

Penyebab utama kakunya pasar tenaga kerja di Indonesia antara lain adalah
penetapan upah minimum menjadi mekanisme utama dalam penetapan gaji
tingginya uang pesangon mengakibatkan perusahaan menghindari untuk merekrut
pegawai tetap, lambatnya kemajuan dalam mendorong collective bargaining pada
tingkat perusahaan, dan tingginya biaya untuk menyelesaikan perselisihan.

Dalam meningkatkan daya saing, beberapa negara telah menempuh reformasi


sistem pendidikan dan pelatihan, perbaikan iklim investasi, dan mempermudah
pengaturan bisnis. Kesiapan infrastruktur dan stabilitas makroekonomi juga
menjadi factor penting. Oleh karena itu, beberapa kunci utama peningkatan daya
saing yang harus dibenahi di Indonesia adalah kestabilan kebjakan, peningkatan

6 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


etos kerja buruh, penambahan tenaga kerja yang pintar inovasi, dan reformasi
peraturan pekerja.

Pemerintah memerlukan berbagai pendekatan untuk memperbesar daya serap


tenaga kerja. Pertama, dari sisi permintaan, perlu melihat potensi percepatan dari
pusat-pusat pertumbuhan atau kawasan industri atau Kawasan Ekonomi Khusus.
Selain itu, pemerintah perlu melihat potensi percepatan dari sudut pelaku usaha,
seperti perluasan akses kredit, infrastruktur, investasi padat karya, dan
penyempurnaan peraturan termasuk periinan dan pengurangan biaya ekonomi
tinggi. Sementara pendekatan untuk memperbesar daya serap tenaga kerja dari sisi
penawaran difokuskan pada peningkatan produktivias, pendidikan kejuruan,
pelatihan kerja, dan sistem sertifikasi.

Upaya tersebut perlu sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan pekerja.
Pemerintah berperan penting dalam menjaga stablilitas makro ekonomi, pekerja
meningkatkan prouktivitas, serta dunia usaha perlu terus meningkatkan daya saing
seperti dijelaskan pada gambar 6 di bawah ini.

BAB I - PENDAHULUAN 7
Gambar 6. Sinergi Pemerintah, Dunia Usaha dan Pekerja

Oleh karena itu diperlukan stabilitas perekonomian dan penciptaan iklim investasi
yang kondusif. Hal ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara penciptaan
lapangan kerja dan perlindungan pekerja.

3. Tantangan Revolusi Industri 4.0


Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer,
robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan
neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi
otak. Hal inilah yang disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive
Chairman of the World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial
Revolution.

8 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Gambar 7. Pembagian Generasi Revolusi Industri Mulai Generasi Pertama Hingga
Keempat

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia


sebagaimana revolusi generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia
dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin. Salah satunya adalah kemunculan
mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik
perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri
terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi
enam kali lipat.

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan


pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber).
Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll
yang mengubah wajah dunia secara signifikan. Kemudian, revolusi industri generasi
ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet.

Selanjutnya, pada revolusi industri generasi keempat, seperti yang telah


disampaikan di atas, telah menemukan pola baru ketika disruptif teknologi
(disruptive technology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan
perusahaan-perusahaan incumbent. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi

BAB I - PENDAHULUAN 9
industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan
raksasa.

Lebih dari itu, pada era industri generasi keempat ini, ukuran besar perusahaan tidak
menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih
prestasi dengan cepat. Hal ini ditunjukkan oleh Uber yang mengancam pemain-
pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau Airbnb yang
mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata. Ini membuktikan
bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa
yang kecil.

Oleh sebab itu, para pekerja juga harus peka dan melakukan instrospeksi diri
sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

World Economic Forum pada Januari 2016 memperkirakan ada sekitar 35% keahlian
yang yang dianggap penting saat ini kelak akan berubah. Kecerdasan buatan dan
machine learning, robotika, transportasi autonomous, advanced materials,
bioteknologi dan genomic akan sangat berperan dalam Revolusi Industri Generasi
Keempat.

Selanjutnya juga dirangkum dari World Economic Forum (WE), nanti pada tahun
2020 dimana era Revolusi Industri Generasi Keempat dimulai ada sepuluh soft skill
yang harus dimiliki untuk menjawab tantangan dunia industri. Soft skill tersebut
adalah menyelesaikan permasalahan yang kompleks/sulit (Complex Problem
Solving), berpikir kritis (Critical Thinking), kreatifitas (Creativity), manajemen SDM
(People Management), koordinasi (Coordinating), kecerdasan emosional (Emotional
Intelligence), pengambilan keputusan (Judgment and Decision Making), orientasi
pada layanan (Service Orientation), negosiasi (Negotiation) dan kelenturan berpikir
(Cognitive Flexibility).

10 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Gambar 8. Kebutuhan Kompetensi Revolusi Industri 4.0

Jika pada tahun 2015 Quality Control dan Active Listening masih menempati daftar
soft skill yang dianggap penting, maka menurut WE dua soft skill tersebut tidak lagi
termasuk soft skill yang penting memasuki tahun 2020. Dari sepuluh soft skill
tersebut, kreatifitas merupakan top skill yang harus dimiliki pekerja. Mesin memang
membantu untuk bekerja dengan lebih cepat, tetapi mesin belum bisa menyamai
kreatifitas manusia.

BAB I - PENDAHULUAN 11
4. Prioritas Pembangunan Nasional dan Daya Saing Bangsa
Perekonomian Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dengan kondisinya
yang relatif stabil. Pada tahun 2030, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara ke
7 dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia. Ini merupakan loncatan yang signifikan
dari posisinya di peringkat ke 16 pada tahun 2012. Dalam jangka waktu 15 tahun ke
depan, akan terjadi lonjakan kebutuhan tenaga kerja dari 55 juta pada saat ini
menjadi 113 juta di tahun 2030. Peluang bisnis sebesar 1.8 triliun US Dollar - antara
lain di bidang jasa, pertanian, dan perikanan - juga diproyeksikan akan tercipta
(McKinsey, 2012). Oleh sebab itu tersedianya sumberdaya manusia (tenaga kerja)
dalam jumlah memadai dan dengan keterampilan yang tepat bisa membuat
Indonesia menjadi tempat yang menarik bagi investasi yang bisa menggerakkan
pembangunan.

Adapun Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan yang menjadi prioritas


pembangunan nasional dan daya saing bangsa meliputi pembangunan kedaulatan
pangan, maritim dan kelautan, kedaulatan energi, pariwisata, dan percepatan
pertumbuhan industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK).

Kedaulatan pangan memegang peranan strategis di dalam pembangunan nasional


dalam pemenuhan kebutuhan bahan pokok penting guna mendukung peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pembangunan kedaulatan pangan diarahkan
melalui: (1) Peningkatan produksi padi dan pangan lain, terutama produktivitas dan
diversifikasi; (2) Kelancaran distribusi pangan, efisiensi rantai pasokan pangan, dan
akses pangan masyarakat; (3) Peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat, terutama kecukupan nutrisi bagi masyarakat miskin dan
keseimbangan gizi bagi masyarakat; dan (4) Penanganan gangguan terhadap
produksi pangan.

Kebijakan pembangunan maritim dan kelautan diarahkan melalui konektivitas (tol)


laut dan industri maritim, peningkatan industri perikanan dan hasil laut, penataan
ruang laut, peningkatan kesejahteraan nelayan, penanggulangan dan penyelesaian

12 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Ilegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing dan keamanan laut, penetapan batas
laut, penamaan pulau, dan pengelolaan pulau-pulau kecil.

Kebijakan pembangunan pariwisata akan difokuskan untuk peningkatan promosi,


destinasi, industri, dan kelembagaan pariwisata guna meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara. Kebijakan pembangunan
industri diarahkan untuk mengembangkan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa
dan meningkatkan jumlah populasi industri guna meningkatkan daya saing dan
produktivitas nasional. Sementara itu, pembangunan KEK di luar Jawa diarahkan
untuk mengembangkan potensi ekonomi wilayah, mempercepat pembangunan
infrastruktur konektivitas, mengembangkan SDM dan IPTEK, mengembangkan
regulasi dan kebijakan, serta memperbaiki iklim investasi dan usaha.

Kebijakan pembangunan kedaulatan energi diarahkan dengan cara meningkatkan


produksi energi primer, cadangan energi, peranan energi baru dan terbarukan dalam
bauran energi, aksesibilitas energi, dan efisiensi dalam penggunaan energi.

Pembangunan dimensi keungulan di atas mencita-citakan Indonesia menjadi


negara industri yang tangguh dan menjadikan industri pangan, maritim dan
kelautan, energi, dan pariwisata sebagai pilar dan penggerak perekonomian
nasional. Ini juga makin dipertegas oleh rencana pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan populasi industri skala menengah dan besar sekitar 9.000 usaha
hingga tahun 2019. Untuk itu, sumber daya manusia industri perlu disiapkan secara
terencana sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau perkembangan kawasan
industri yang ada. Berbagai tantangan seperti tidak sesuainya pasokan lulusan dari
sektor pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja sektor industri perlu segera
ditangani. Sektor pendidikan – khususnya Pendidikan Kejuruan dan sektor industri
harus menjadi mitra yang mampu bekerjasama secara efektif. Pengembangan
Pendidikan Kejuruan harus selaras dengan pembangunan dan kebutuhan industri.

BAB I - PENDAHULUAN 13
5. Kondisi Umum SMK di Indonesia
5.1 Perkembangan SMK
Pendidikan Kejuruan di Indonesia telah berumur 150 (seratus lima puluh) tahun
lebih, sejarah mencatat sekolah kejuruan pertama pada jaman Belanda tahun 1853
adalah Ambacht School Van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) sedangkan
di Bandung di buka Ambacht School and Ambacht Leergang (yang kemudian
menjadi Sekolah Teknik Ciroyom). Pada jaman itu Pendidikan Kejuruan berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja Belanda, hingga awal kemerdekaan
konsep Pendidikan Kejuruan mengikuti konsep Pendidikan Kejuruan di Belanda.

Sejak penerapan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang digulirkan


pada tahun 1969 bentuk Pendidikan Kejuruan mulai mengadopsi model dari negara
lain dan secara bertahap Pendidikan Kejuruan mendapat tempat pada sistem
pendidikan Indonesia. Tonggak pengembangan Pendidikan Kejuruan secara
terpadu di Indonesia dimulai pada Repelita V, melalui penetapan UU No. 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dilanjutkan dengan ditetapkannya PP No.
29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah yang memuat beberapa ketentuan
dalam pengembangan Pendidikan Kejuruan. Dalam periode ini, melalui
Kepmendikbud No. 490/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan mulai
dilaksanakan juga pengembangan unit produksi sebagai bagian dari proses
pembelajaran di SMK, kegiatan unit produksi ini meliputi kegiatan memproduksi
barang dan jasa dengan memanfaatkan semua sumberdaya yang ada di sekolah
dan lingkungannya.

Kebijakan pengembangan lebih lanjut dilakukan pemerintah melalui penerapan


Pendidikan Sistem Ganda (PSG) melalui konsep Link and Match, yang dituangkan
dalam Kepmen No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem
Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan, kebijakan tersebut merupakan awal
upaya pemerintah melibatkan dunia usaha/industri dalam Pendidikan Kejuruan.

14 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Sistem ini mengadopsi model Dual System di Jerman, dengan melakukan beberapa
penyesuaian.

Secara teoritis, PSG merupakan sistem pendidikan yang dianggap ideal untuk
meningkatkan relevansi dan efisiensi SMK. Praktik siswa di industri merupakan
bagian dari kegiatan penerapan ini. Sejumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh
SMK untuk melibatkan DU/DI antara lain melalui pelaksanaan kegiatan gebyar
Pendidikan Kejuruan, penandatanganan kerja sama sekolah dengan DU/DI,
pembentukan organisasi intern di sekolah, dan kunjungan guru-guru secara reguler
ke dunia usaha/industri. Upaya ini ditindaklanjuti dengan Pembentukan Majelis
Pendidikan Kejuruan NasonaI (MPKN) dan Majelis Pendidikan Kejuruan Provinsi.

Sesuai dengan UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15,


keberadaan SMK dirancang untuk mempersiapkan lulusannya bekerja di bidang
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan menengah kejuruan ditujukan
untuk penyiapan lulusan yang siap kerja, baik bekerja secara mandiri maupun
bekerja pada industri tertentu. SMK dituntut mampu menghasilkan lulusan
sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat, dan DU/DI. Tenaga kerja
yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi kerja sesuai dengan
bidangnya, memiliki adaptasi, dan daya saing yang tinggi.

Dalam kurun waktu 2009 - 2014 telah dibangun sekitar 3.000 SMK baru dan hingga
awal tahun 2016, jumlah SMK di Indonesia sudah mencapai 13.167 sekolah (3.349
SMK Negeri dan 9.818 SMK Swasta) seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini.

BAB I - PENDAHULUAN 15
9,257 9,462 9,818

3,164 3,234 3,349

2014 2015 2016


Negeri Swasta

Gambar 9. Perkembangan Jumlah SMK

dengan jumlah siswa mencapai 4,42 juta siswa yang terdiri dari 1.967.047 siswa
SMK negeri dan 2.498.441 siswa SMK swasta dengan 155 ribu rombongan belajar,
dengan total paket keahlian yang dibuka kurang lebih 33.000.

2,356,192 2,425,425 2,498,441

1,855,053 1,909,562 1,967,047

2014 2015 2016


Negeri Swasta

Gambar 10. Perkembangan Jumlah Siswa SMK

16 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


5.2 Kemitraan SMK dengan DU/DI
Sejak pertengahan tahun 1990-an, kemitraan antara SMK dan DU/DI telah menjadi
salah satu fokus utama dari kebijakan pembangunan Pendidikan Kejuruan di
Indonesia. Landasan paradigmatik di belakang hal ini adalah konsep link and match
yang bertitikberat pada keselarasan dan relevansi antara SMK dengan
perkembangan pasar kerja dan DU/DI. Salah satu strategi untuk menerapkan
konsep link and match adalah Pendidikan Sistem Ganda yang memadukan secara
sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, untuk
mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. PSG merupakan strategi
proaktif yang mendekatkan peserta didik ke dunia kerja. Saat ini, keterlibatan DU/DI
dalam pembangunan Pendidikan Kejuruan secara sistematis, aktif, dan efektif
makin mendesak untuk dilaksanakan. Pendidikan Kejuruan masih sering dianggap
belum bisa memenuhi kebutuhan DU/DI dan oleh sebab itu kurang relevan 1. Selain
perlu berorientasi pada perkembangan ekonomi makro serta kebijakan
pembangunan nasional, Pendidikan Kejuruan makin dituntut untuk mencetak
lulusan yang memiliki kompetensi selaras dengan dinamika DU/DI sebagai
penyedia lapangan kerja (Satuan Tugas Perumus Kebijakan Pendidikan Kejuruan,
1995)

Berbagai tantangan besar yang masih harus dihadapi oleh Pendidikan Kejuruan,
seperti rendahnya keterserapan lulusan SMK di pasar kerja 2, sering dikaitkan
dengan tidak sesuainya perkembangan Pendidikan Kejuruan dengan kebutuhan dan
standar DU/DI. Tidak selarasnya Pendidikan Kejuruan dengan DU/DI dapat dilihat
dari berbagai aspek. Pertama, kesenjangan antara keterampilan dan kompetensi
yang dibutuhkan DU/DI dengan yang dimiliki oleh lulusan SMK. Kedua, jumlah
lulusan SMK di berbagai paket keahlian tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan

1
Relevansi berkaitan dengan rasio antara kompetensi lulusan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh dunia usaha/dunia industri yang membutuhkan tenaga kerja baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif atau relevansi bisa diketahui juga dengan melihat pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh lulusan dengan
kompetensi yang dipelajarinya semasa bersekolah.
2
Data BPS tentang ‘Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 – 2014’
menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka SMK pada bulan Agustus 2014 mencapai 12,65 persen.

BAB I - PENDAHULUAN 17
DU/DI akan tenaga kerja. Ada paket-paket keahlian tertentu yang sedang diminati,
dibuka di banyak SMK, dan menghasilkan banyak lulusan tetapi kurang terserap di
pasar kerja karena pekerjaan yang relevan tidak banyak atau mulai mengalami
kejenuhan. Ketiga, perkembangan SMK dan penyediaan paket keahlian masih belum
berorientasi pada potensi ekonomi dan keunggulan lokal. Keempat, perkembangan
SMK dan penyediaan paket keahlian masih belum dilakukan berdasarkan data
proyeksi tentang peluang bisnis dan investasi di masa depan.

Berbagai kegiatan sudah dilakukan untuk menyelaraskan Pendidikan Kejuruan


dengan kebutuhan DU/DI umumnya dapat dikategorikan menjadi: (i)
pengembangan/pemetaan kompetensi; (ii) pelaksanaan pembelajaran; dan (iii)
evaluasi hasil pembelajaran (Samsudi, 2005). Jenis kegiatan yang paling sering
dilakukan diantaranya adalah Praktik Kerja Industri (Prakerin), sinkronisasi dan
validasi kurikulum, guru tamu dari DU/DI serta uji kompetensi. Upaya penyelarasan
juga telah diintegrasikan dalam instrumen akreditasi SMK yaitu dalam penilaian
terkait standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar sarana dan
prasarana serta standar pengelolaan. Untuk mendukung penyelarasan proses
pembelajaran di SMK dengan DU/DI, Direktorat Pembinaan SMK telah mengambil
langkah strategis pada tahun 2015 dengan membentuk sub-direktorat baru yaitu
Sub Direktorat Penyelerasan Kejuruan dan Kerjasama Industri 3. Hal ini diharapkan
akan meningkatkan keterlibatan publik dalam pengembangan SMK (Renstra
Direktorat PSMK 2015 – 2016). Sebelum pembentukan Sub Direktorat baru ini,
Direktorat Pembinaan SMK juga telah meluncurkan berbagai kegiatan dan
pembiayaan untuk memperkuat kerjasama SMK dengan DU/DI melalui Sub
Direktorat Pembelajaran.

Sejumlah laporan menunjukkan berbagai keberhasilan kemitraan SMK dengan


DU/DI. Akan tetapi, keberhasilan tersebut masih berskala kecil, pada tingkat lokal
serta berkembang secara unik sesuai dengan inisiatif SMK serta DU/DI yang

3
Sub Direktorat Penyelerasan Kejuruan dan Kerjasama Industri memiliki dua seksi: (i) Seksi Penyelarasan Kejuruan dan
(ii) Seksi Kerjasama Industri

18 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


menjadi mitra. Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh antara lain: status SMK
(negeri atau swasta), peluang dan perkembangan ekonomi lokal, ketersediaan
sumberdaya manusia terutama kemampuan dan komitmen Manajemen Sekolah
untuk menjadi ‘pelopor perubahan’ yang berorientasi pada pemecahan masalah.
Berbagai faktor tersebut menciptakan kondisi yang berbeda bagi tiap SMK sehingga
sulit untuk menentukan satu pendekatan penguatan kemitraan SMK – DU/DI yang
cocok bagi semua. Apalagi hingga saat ini, dukungan luas dan sistematis dari
pemerintah baik pusat maupun daerah untuk mendorong keterlibatan DU/DI dalam
pengembangan Pendidikan Kejuruan belum optimal. Upaya-upaya pemerintah yang
ada masih bersifat sebagai pelengkap saja yang memudahkan SMK untuk bermitra
dengan DU/DI terutama jika inisiatif kuat sudah ada dari manajemen sekolah
(Suliswanto, 2012 dan SED TVET 2012).

5.3 Mutu Peserta Didik


Mutu lulusan SMK secara ideal ditentukan berdasarkan penguasaan atas suatu
standar kompetensi kerja (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).
Berdasarkan standar kompetensi tersebut, dirumuskan suatu sistem pengujian dan
sertifikasi. Namun demikian, sampai dengan saat ini belum semua program keahlian
di SMK telah tersedia SKKNI-nya dan beberapa SKKNI yang sudah ada belum
direfleksikan dalam kurikulum SMK.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk meminimalisasi kesenjangan kompetensi


kerja lulusan SMK dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri antara lain melalui
penyusunan skema sertifikasi bagi lulusan SMK dengan melibatkan asosiasi profesi
dan DU/DI maupun pelaksanaan uji kompetensi.

Dalam rangka membekali lulusan SMK dengan sertifikat kompetensi yang diakui
dunia usaha/dunia industri sehingga lulusan SMK tersebut memiliki daya saing
yang tinggi, maka sejak tahun 2015 Dit. Pembinaan SMK, Kemdikbud dengan Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BSNP) telah melaksanakan kegiatan pengembangan
SMK menjadi Lembaga Sertifikasi Pihak Pertama (LSP- P1). Adapun lingkup

BAB I - PENDAHULUAN 19
kegiatan pengembangan SMK menjadi LSP-P1 terdiri dari: (i) fasilitasi persiapan
dan pelatihan asesor kompetensi; (ii) penyiapan Tempat Uji Kompetensi (TUK); (iii)
penyiapan materi uji kompetensi; serta (iv) pelatihan penyusunan dan penerapan
dokumen mutu. Nantinya setiap calon lulusan SMK akan mengikuti uji
kompetensi/sertifikasi kompetensi yang dilaksanakan di LSP-P1 di sekolah
masing-masing atau pada LSP-P1 SMK terdekat. Jika lulus uji kompetensi akan
mendapatkan sertifikat sebagai bukti pengakuan atas kompetensi yang dimilikinya.
Pembentukan LSP-P1 dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
a. Pendekatan area : jika di suatu wilayah terdapat beberapa SMK yang belum
memiliki LSP-P1 maka akan dikembangkan satu LSP-P1 yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan oleh semua SMK yang ada di wilayah tersebut;
b. Pembentukan LSP-P1 difokuskan pada sekolah yang memiliki siswa >600: saat
ini SMK yang memiliki siswa >600 ada sekitar 4.000 SMK, dengan jumlah total
siswa sebesar 90% total dari jumlah siswa SMK seluruh Indonesia;

Nantinya jika pembentukan LSP-P1 sudah memenuhi kebutuhan maka Uji


Kompetensi Keahlian (UKK) dapat digantikan dengan uji kompetensi yang
dilaksanakan oleh LSP-P1, dimana biaya sertifikasi akan disubsidi pemerintah
melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Sampai dengan tahun 2015 pelaksanaan uji sertifikasi diprioritaskan pada pada 13
program keahlian (dengan 8 program keahlian diantaranya masuk dalam 12 sektor
prioritas MEA), yaitu: Kepariwisataan, Tata Boga, Tata Kecantikan, Tata Busana,
Keuangan, Administrasi, Teknik Mesin, Teknik Otomotif, Teknologi Tekstil, Teknik
Kimia, Teknik Komputer dan Informatika, dan Teknik Telekomunikasi.

5.4 Mutu Guru SMK


Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan yang berkualitas harus mampu sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika kebutuhan
tenaga kerja. Guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki

20 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


tanggung jawab untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang
cepat dan tuntutan standar yang makin tinggi.
Secara umum, kurangnya guru yang berkualitas, distribusi guru yang tidak merata
di berbagai wilayah Indonesia, serta belum terpenuhinya kebutuhan guru produktif
merupakan beberapa tantangan utama terkait guru di SMK saat ini. Jika ditelusuri
lebih lanjut, permasalahan mutu guru di Pendidikan Kejuruan juga terkait dengan
beberapa hal: Pertama, masih terdapat guru SMK belum memenuhi kualifikasi
akademik seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru.
Menurut kedua peraturan tersebut kualifikasi akademik bagi guru adalah S1 atau D-
IV. Akan tetapi pada tahun 2015, sekitar 12 % dari guru SMK masih memiliki
kualifikasi akademik dibawah S1/ D-IV. Proporsi ini lebih besar dari pada guru SMA
yang juga berkualifikasi akademik dibawah S1/D-IV (7%). Kedua, masih banyak
keraguan terhadap kompetensi guru SMK karena hasil uji kompetensi menunjukkan
masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
Selain itu guru tidak selalu memiliki kompetensi keahlian yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diampunya. Ketiga, masih banyak guru yang tidak menguasai
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Pembelajaran di SMK yang mengutamakan penguasaan kompetensi membutuhkan


para pendidik yang memahami perkembangan usaha dan industri di luar sekolah.
Oleh sebab itu, pengalaman para guru SMK untuk terjun langsung dalam kegiatan di
industri menjadi sangat penting. Apalagi magang di DU/DI merupakan salah satu
cara yang sangat penting untuk pengkinian kompetensi. Magang guru di
perusahaan juga dapat menguatkan kerjasama SMK yang bersangkutan dengan
DU/DI untuk kegiatan Prakerin siswa. Kerjasama SMK dan DU/DI dalam bentuk
magang guru telah terintegrasikan dalam instrumen akreditasi SMK (dalam Standar
Pengelolaan), akan tetapi data tentang pengalaman industri guru SMK belum
tersedia secara sistematis. Data ini dibutuhkan untuk memetakan kebutuhan
pembinaan guru agar lebih lebih mampu mentransfer informasi serta keterampilan
sesuai perkembangan teknologi terbaru di perusahaan-perusahaan.

BAB I - PENDAHULUAN 21
Secara umum, SMK harus mengambil inisiatif untuk membuka peluang magang
guru di perusahaan. Minat dari DU/DI masih belum optimal untuk mengembangkan
kegiatan magang guru SMK menjadi kegiatan yang bermanfaat untuk perusahaan.
Sekalipun ada kesadaran untuk menjadikan magang guru di perusahaan sebagai
kegiatan yang terstruktur, manajemen sekolah tidak selalu mampu
melaksanakannya. Kendala utama dalam pelaksanaan program magang tersebut
adalah masih terbatasnya peluang magang di DU/DI. Akibatnya, pelaksanaan
program menjadi tidak berkala serta tergantung pada informasi dari DU/DI atau
inisiatif guru.

5.5 Mutu Satuan Pendidikan


Penjaminan mutu dilakukan dalam rangka peningkatan mutu satuan atau program
pendidikan agar dapat memenuhi standar mutu pengelolaan secara konsisten dan
berkelanjutan. Saat ini penjaminan mutu satuan atau program Pendidikan Kejuruan
dilaksanakan dengan menggunakan sistem akreditasi. Hal tersebut mengacu pada
UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 60 yang menyatakan
bahwa akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan
pendidikan dan dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang
berwenang. Selanjutnya, Permendiknas no.63/2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa penjaminan mutu pendidikan
bertujuan untuk memenuhi: Standar Pelayanan Minimal (SPM), Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dan standar mutu pendidikan di atas SNP. Instrumen akreditasi
terbaru SMK yang diterbitkan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN-S/M) merujuk pada pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP) 4.
Berdasarkan data hasil akreditasi pada satuan dan program pendidikan SMK yang
telah dilakukan oleh BAN-S/M, sampai dengan akhir tahun 2015 dari 13.131 SMK
saat ini sudah 6.120 SMK terakreditasi dengan rincian sejumlah 23% terakreditasi A,
19% terakreditasi B dan 4.5% terakreditasi C (Tabel 2.1).

4
Permendiknas no. 63/2009 pasal 10 ayat (2) menyatakan bahwa standar mutu pendidikan di atas SNP dapat berupa: standar mutu di atas
SNP yang berbasis keunggulan lokal atau standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional tertentu,

22 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Tabel 2.1. Rekapitulasi Peringkat Akreditasi SMK)*
Sumber: http://bansm.or.id/akreditasi/rekapitulasi

Peringkat Akreditasi
Jenjang Pendidikan
A B C TT

SMK 3.042 2.488 590 71

Keterangan:
Nilai akreditasi berkisar antara 0-400, dengan rincian sebagai berikut:
a) Akreditasi A = 361 - 400
b) Akreditasi B = 301 - 360
c) Akreditasi C = 201 - 300
Untuk hasil akreditasi dengan nilai dibawah 201 dianggap tidak terakreditasi (TT).

Secara umum, sekolah telah memahami pentingnya akreditasi untuk menumbuhkan


kesadaran warga sekolah untuk meningkatkan kinerja. Namun demikian, dalam
pelaksanaannya masih ditemui bahwa hasil akreditasi ternyata belum menjamin
mutu suatu satuan atau program pendidikan. Proses akreditasi lebih banyak dilihat
dan dititikberatkan pada pemenuhan kelengkapan dokumen (pembuatan bukti-bukti
fisik) dari pada proses peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara berkelanjutan.
Dalam hal ini proses akreditasi belum secara optimal berfungsi sebagai instrumen
penjaminan mutu satuan atau program pendidikan. Peringkat akreditasi yang
diperoleh satuan atau program pendidikan lebih dimanfaatkan untuk menarik minat
masyarakat, terutama calon siswa dan orang tua untuk mengirim anaknya
bersekolah di SMK yang bersangkutan.

Selain sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh BAN–S/M, saat ini satuan
pendidikan juga tertarik untuk menerapkan standar mutu yang diterbitkan pihak lain.
Sejumlah SMK juga mengimplementasikan ISO 9001:2008 yang merupakan standar

BAB I - PENDAHULUAN 23
internasional tentang sistem manajemen mutu. Namun demikian upaya ini tidak
selalu dinilai positif, satuan pendidikan dinilai hanya mencukupkan diri agar dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan ISO sampai mendapat sertifikat. Upaya
peningkatan mutu produk secara efektif dan terus-menerus seperti harapan
konsumen justru tidak selalu terpenuhi. Selain itu biaya untuk melaksanakan ISO
9001 hingga mendapatkan sertifikasi, pemantauan serta re-sertifikasi relatif besar,
hal ini seringkali menjadi beban keuangan bagi satuan pendidikan.

Sebagai suatu subsistem pendidikan yang dituntut menghasilkan lulusan yang


memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan DU/DI, selayaknya penilaian
mutu SMK juga mengacu pada standar. Oleh sebab itu, cara lain yang dapat
dipertimbangkan untuk melakukan penjaminan mutu SMK adalah dengan mengukur
kepuasan konsumen terhadap lulusan SMK.

24 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


BAB II

PETA JALAN
REVITALISASI SMK

BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK 25


BAB
BAB
02 Peta Jalan
PETA JALAN Revitalisasi
REVITALISASI SMK SMK
II

Pembangunan pendidikan kejuruan berperan penting dalam menghasilkan sumber daya


manusia yang berkualitas, memiliki kompetensi keahlian dan berdaya saing, serta
mempunyai karakter dan budi pekerti unggul. Pembangunan pendidikan kejuruan
diselenggarakan untuk menjamin tersedianya akses pendidikan kejuruan yang merata
dan meningkatnya kualitas, relevansi serta daya saing.

Pemenuhan akses layanan pendidikan kerjuruan yang berkualitas diharapkan dapat


meningkatkan cakupan penduduk untuk dapat menyelesaikan pendidikan sampai pada
jenjang pendidikan menengah, serta dapat menurunkan kesenjangan tingkat pendidikan
antarkelompok masyarakat, antarwilayah, dan antarjenis kelamin. Peningkatan layanan
pendidikan kejuruuan berkualitas diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang
memiliki kompetensi, keahlian yang sesuai dan dapat mendorong pembangunan
nasional secara menyeluruh.

Belum optimalnya layanan pendidikan kejuruan dalam menghasilkan lulusan yang dapat
diserap pasar kerja merupakan tantangan dalam pembangunan pendidikan. Peran
pendidikan kejuruan dalam mendorong pembangunan ekonomi, serta penanggulangan
kemiskinan perlu menjadi perhatian. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui
revitalisasi SMK dengan peta jalan sebagai berikut.

1. Visi Revitalisasi SMK


Sejalan dengan Instruksi Presiden No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing
sumber daya manusia Indonesia, berikut ini dikemukakan visi dan misi revitalisasi
SMK.

26 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


Visi Revitalisasi SMK :

“Terbentuknya Insan dan Ekosistem Pendidikan Kejuruan yang Berkarakter


“Terbentuknya Insan dan Ekosistem Pendidikan Kejuruan yang Berkarakter dengan
dengan Berlandaskan Gotong Royong, sehingga mampu menghasilkan
Berlandaskan Gotong Royong, sehingga mampu menghasilkan lulusan SMK yang
lulusan SMK yang mampu Bekerja, dapat Melanjutkan dan terampil
mampu Bekerja, dapat Melanjutkan dan terampil Wirausaha (BMW)”
Wirausaha (BMW)”

Penjelasan lulusan SMK bisa BMW;


B = Singkatan dari Bekerja. Tujuan utama lulusan SMK adalah
bisa bekerja, di dunia usaha, dunia industri dan rumah tangga.
Sehingga lulusan SMK harus mampu bekerja sesuai dengan
kompetensi keahliannya.
M = Singkatan dari Melanjutkan. Lulusan SMK sebagian dapat
juga melanjutkan ke Pendidikan Vokasi atau ke Perguruan
Tinggi Pendidikan Teknik dan Kejuruan. Lulusan SMK yang
melanjutkan ke Perguruan Tinggi diharapkan dapat menjadi
guru SMK yang profesional dan dan mampu mengembangan
ilmu pendidikan Kejuruan.
W = Singkatan dari Wirausaha. Pekerjaan wirausaha adalah
pekerjaan yang tidak terbatas jumlahnya. Sehingga lulusan
SMK tidak hanya tergantung pada dunia usaha dan dunia
industri saja, tetapi juga mampu mandiri untuk berwirausaha
dan menciptakan pekerjaan bagi orang lain.

Sejalan dengan visi tersebut, maka misi revitalisasi SMK adalah sebagai berikut:
1. Menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi
sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and match);
2. Meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan
SMK;
3. Meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah,
dan dunia usaha/industri;
4. Meningkatkan akses, sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK.

BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK 27


2. Tujuan Revitalisasi SMK
Perkembangan bisnis, kecanggihan teknologi, struktur kerja baru serta berbagai
perubahan yang sulit diprediksi akan menentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dibutuhkan di masa depan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengidentifikasi
keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21 (21st Century Skills) yang pada pokoknya
dapat dikategorikan pada empat kelompok besar yaitu:
a. Keterampilan yang terkait cara berfikir (misalnya: kreativitas dan inovasi, berfikir
kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, belajar untuk belajar/
metakognitif).
b. Keterampilan yang terkait dengan cara kerja (misalnya: komunikasi dan kerjasama).
c. Keterampilan yang dapat digunakan sebagai instrumen kerja (pengumpulan
informasi/ data, penggunakan perangkat teknologi informasi dan media).
d. Keterampilan yang terkait dengan kemampuan untuk berfungsi baik dalam
kehidupan pribadi maupun masyarakat (integritas, disiplin, tanggungjawab,
kemampuan beradaptasi, kepemimpinan, wawasan kebangsaan dan lain-lain).

‘Keterampilan Abad 21’ tersebut merupakan keterampilan yang bisa diterapkan dan
bermanfaat atau transferable di berbagai bidang dan di berbagai level. Pentingnya
keterampilan abad 21 bagi pendidikan sudah diakui, namun tantangan terbesar adalah
bagaimana mengintegrasikannya dalam kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi/
penilaian. Sebagai contoh, praktik di negara-negara ASEAN menunjukkan beragam
pemikiran, kebijakan dan cara mengintegrasikan dalam Pendidikan Kejuruan.

Dengan mempertimbangkan hal seperti yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan
revitalisasi SMK harus menghasilkan lulusan SMK yang:
Memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dan diakui oleh
dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) serta menguasai keterampilan abad 21 yang
relevan: Keterampilan abad 21 bagi lulusan SMK:
a. Memiliki cara berfikir kritis, kreatif, inovatif dan berorientasi pada pemecahan
masalah.

28 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


b. Memiliki cara yang kerja komunikatif dan bisa bekerja sama.
c. Mampu melakukan pengumpulan informasi/ data serta menggunakan perangkat
teknologi informasi dan media.
d. Memiliki integritas dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugas dan
mengemban kewajiban terkait profesinya.

3. Sasaran dan Arah Kebijakan Revitalisasi

Sasaran revitalisasi SMK dilakukan secara bertahap pada sekolah sasaran seperti
disajikan pada tabel di bawah ini.
TAHUN
SASARAN
2017 2018 2019

Sekolah sasaran 219 SMK 350 SMK 1.650 SMK


revitalisasi

Arah kebijakan revitalisasi SMK adalah sebagai berikut :


a. pengembangan revitalisasi SMK yang mendukung pembangunan prioritas nasional
yaitu ketahanan pangan, ketahanan energi, pengembangan dunia usaha dan
pariwisata, kemaritiman, pengembangan wilayah terutama daerah tertinggal dan
kawasan perbatasan, dan percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat; 

b. pengembangan model SMK yang didorong oleh kerja sama dengan dunia
usaha/industri; 

c. pengembangan program studi/program keahlian/paket keahlian SMK berbasis
kepada proyeksi kebutuhan lulusan SMKi; 

d. penyelesaian penyusunan kurikulum paket keahlian pendidikan SMK berdasarkan
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia); 

e. peningkatan penilaian kualitas satuan pendidikan dan kompetensi lulusan SMK; 

f. peningkatan kualitas penyelenggaraan kewirausahaan dan kecakapan kerja lulusan
SMK; 


BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK 29


g. peningkatan kualitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktek kerja SMK;
dan 

h. pemenuhan ketersediaan, kualitas, kompetensi dan profesionalisme pendidik SMK.

30 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


4. Kegiatan Prioritas Revitalisasi SMK
SASARAN
NO KEGIATAN PRIORITAS 2017 2018 2019

1 Penyempurnaan dan • Disempurnakannya struktur • Terpenuhinya 220 SMK • Terpenuhinya 220 SMK
penyelarasan kurikulum SMK. kurikulum sebanyak 142 yang melaksanakan yang melaksanakan
komptensi keahlian penyelarasan program penyelarasan program
• Sinkronisasi keahlian (dual system) 4 keahlian (dual system) 4
disempurnakan unit-unit tahun tahun
kompetensi tiap • Terbinanya 272 SMK • Terbinanya 350 SMK
kompetensi keahlian yang melaksanakan yang melaksanakan
bersama dengan DUDI teaching factory teaching factory
sebanyak 110 kompetensi • Tersedianya 4 kurikulum • Tersedianya 4 kurikulum
keahlian paket keahlian/bidang paket keahlian/ bidang
• Penyelarasan program keahlian/prodi vokasi keahlian/ prodi vokasi
pendidikan 4 tahun, yang dikembangkan yang dikembangkan
sebanyak 132 SMK berbasis SKKNI berbasis SKKNI
• Penyelarasan kurikulum
dengan Kosen Jepang,
sebanyak 11 SMK
• Terbina 220 SMK yang
melaksanakan teaching
factory
• Tersusunnya skema ujian
kompetensi keahlian (UKK)
126 paket

BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK


31
SASARAN

32
NO KEGIATAN PRIORITAS 2017 2018 2019

2 Peningkatan jumlah dan • Tersedianya 15.000 guru • Tersedianya 15.000 guru • Tersedianya 15.000 guru
kompetensi bagi pendidik dan mapel adaptif yang memiliki mapel adaptif yang mapel adaptif yang
tenaga kependidikan SMK. keterampilan sebagai guru memiliki keterampilan memiliki keterampilan
mapel produktif sebagai guru mapel sebagai guru mapel
• Terbinanya 1.170 guru produktif produktif
mapel produktif yang • Terbinanya 1.942 guru • Terbinanya 3.000 guru
ditingkatkan mapel produktif yang mapel produktif yang
kompetensinya ditingkatkan ditingkatkan
kompetensinya kompetensinya
3 Peningkatan kerja sama • Memfasilitasi kegiatan SMK • Memfasilitasi kegiatan • Memfasilitasi kegiatan
dengan kementerian/ lembaga, dengan DUDI 151 SMK SMK dengan DUDI 132 SMK dengan DUDI 170
pemerintah daerah, dan dunia • Kerjasama dengan SMK SMK
usaha/industri. kementerian/lembaga • Kerjasama dengan • Kerjasama dengan
• Kerjasama dengan kementerian/lembaga kementerian/lembaga
pemerintah provinsi dalam • Kerjasama dengan • Kerjasama dengan
pengembangan SMK dalam pemerintah provinsi pemerintah provinsi
kerjasama dalam pengembangan dalam pengembangan
SMK dalam kerjasama SMK dalam kerjasama

PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


4 Peningkatan akses, sertifikasi • Terbinanya 100 SMK • Terbinanya 160 SMK • Terbinanya 160 SMK
lulusan SMK dan akreditasi pertanian yang pertanian yang pertanian yang
SMK dikembangkan untuk dikembangkan untuk dikembangkan untuk
mendukung ketahanan mendukung ketahanan mendukung ketahanan
pangan pangan pangan
• Terbinanya 50 SMK • Terbinanya 70 SMK • Terbinanya 70 SMK
kelautan yang kelautan yang kelautan yang
dikembangkan untuk dikembangkan untuk dikembangkan untuk
mendukung kemaritiman mendukung kemaritiman mendukung kemaritiman
SASARAN
NO KEGIATAN PRIORITAS 2017 2018 2019

• Terpenuhinya 22.526 • Terpenuhinya 30.000 • Terpenuhinya 30.000


Kompetensi Keahlian di Kompetensi Keahlian di Kompetensi Keahlian di
SMK diakreditasi SMK diakreditasi SMK diakreditasi
• Terbinanya 250.000 siswa • Terbinanya 490.000 • Terbinanya 1.000.000
SMK mendapatkan siswa SMK mendapatkan siswa SMK mendapatkan
sertifikasi keahlian dari 500 sertifikasi keahlian dari sertifikasi keahlian dari
LSP 700 LSP 1000 LSP
• Tersedianya 1.250 sekolah • Tersedianya 3.778 • Tersedianya 3.778
yang mendapatkan ruang sekolah yang sekolah yang
laboratorium/praktik siswa mendapatkan ruang mendapatkan ruang
• Tersedianya 3.883 sekolah laboratorium/praktik laboratorium/praktik
yang mendapatkan siswa siswa
peralatan pendidikan • Tersedianya 45 sekolah • Tersedianya 45 sekolah
• Tersedianya 1.000 ruang yang mendapatkan alat yang mendapatkan alat
kelas baru yang dibangun produksi utama produksi utama
• Tersedianya 3.314 ruang • Tersedianya 5.978 • Tersedianya 5.978
belajar SMK yang sekolah yang sekolah yang
direhabilitasi mendapatkan peralatan mendapatkan peralatan
pendidikan pendidikan
• Tersedianya 1.500 ruang • Tersedianya 1.500 ruang
kelas baru yang kelas baru yang dibangun
dibangun • Tersedianya 2.000 ruang
• Tersedianya 2.000 ruang belajar SMK yang
belajar SMK yang direhabilitasi
direhabilitasi

BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK


33
5. Strategi Implementasi Revitalisasi SMK

5.1 Pengembangan dan Penyelarasan Kurikulum


a. Menambah kompetensi/paket keahlian baru yang sesuai dengan kebutuhan
dunia usaha dan dunia industri (DUA/DI) serta peluang untuk berwirausaha.
b. Mendorong masyarakat dan DU/DI untuk membangun dan atau membantu SMK
yang ada untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pembelajarannya.
c. Mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dunia kerja
dan dunia indutri, serta kebutuhan untuk pengembangan wirausaha bagi lulusan
SMK.
d. Meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran berkarakter produktif dan
kewirausahaan melalui pembelajaran teaching factory.
e. Pengembangan unit produksi dan business center pada setiap SMK.

5.2 Pemenuhan dan Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga


Kependidikan SMK
a. Meningkatkan jumlah dan kompetensi guru, khususnya untuk guru produktif
dan adaptif;
b. Meningkatkan kompetensi Kepala SMK terutama dalam kompetensi
kewirausahaan;
c. meningkatkan kompetensi pengawas SMK khususnya dalam supervisi dan
kompetensi penelitian dan pengembangan;
d. Meningkatkan kompetensi tenaga laboratorium, teknisi, pustakawan, dan
tenaga administrasi sekolah.

5.3 Pemutakhiran Program Kerjasama Industri


a. Memperbarui dan mengadakan sarana prasarana pembelajaran khususnya
sarana prasarana praktik yang relevan, mencukupi jumlah yang dibutuhkan,
handal dan memenuhi standar industri.

34 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


b. Mengeluarkan Peraturan (undang-undang atau PP atau Inpres) yang mengatur
pada setiap dunia usaha dan industri untuk wajib membantu SMK dalam
pengembangan kurikulum SMK, tempat praktik siswa SMK dan uji kompetensi
siswa.
c. Inventarisasi dan klasterisasi dunia kerja dan dunia industri baik dalam maupun
luar negeri yang dapat digunakan untuk kerjasama dengan SMK
d. Membantu dan memfasilitasi kerjasama antar SMK dengan Lembaga Sertifikasi
Profesi.
e. menjalin kerjasama dengan instansi yang diinstruksikan presiden untuk
melaksanakan program revitasilisasi SMK yang ditugaskan secara efektif.
1) Mendorong kementerian Perindustrian untuk melakukan proyeksi
pengembangan jenis kompetensi, dan lokasi industri khususnya yang
terkait dengan lulusan SMK; Mendorong untuk memberikan akses yang
lebih luas bagi siswa SMK untuk melakukan praktik kerja Lapangan dan
program magang bagi pendidikan dan tenaga kependidikan SMK.
2) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian tenaga kerja untuk
menyusun proyeksi kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK yang meliputi
tingkat kompetensi, jenis, jumlah, lokasi, dan waktu; melakukan kerjasama
untuk memberikan kemudahan bagi siswa SMK untuk melakukan praktek
kerja di Balai Latihan Kerja (BLK);
3) Mendorong dan kerjasama pada kementerian perhubungan untuk
memberikan kemudahan akses bagi siswa, pendidik, dan tenaga
kependidikan untuk melakukan PKL dan magang, termasuk berbagi sumber
daya (resources sharing); meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK
yang terkait dengan bidang perhubungan; meningkatkan bimbingan bagi
SMK yang kejuruannya terkait dengan perhubungan;
4) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian Kelautan dan Perikanan
untuk: akses sertifikasi lulusan SMK yang terkait dengan bidang kelautan
dan perikanan; meningkatkan bimbingan bagi SMK yang kejuruannya
terkait dengan kelautan dan perikanan; memberikan kemudahan akses bagi

BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK 35


siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan untuk melakukan PKL dan
magang;
5) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian Badan Usaha Milik Negara
untuk: menyerap lulusan SMK sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
SMK; untuk memberikan akses yang lebih luas bagi siswa SMK untuk
melakukan PKL dan magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK;
memberikan dukungan dalam pengembangan teaching factory dan
infrastruktur.
6) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral untuk: meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK yang terkait
dengan bidang energi dan sumber daya mineral; menyusun proyeksi
pengembangan, jenis, kompetensi (job title), dan lokasi industri energi yang
terkait dengan lulusan SMK; memberikan akses yang lebih luas bagi siswa
SMK untuk melakukan PKL dan magang bagi pendidik dan tenaga
kependidikan SMK.
7) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian Kesehatan untuk
menyusun proyeksi pengembangan, jenis, kompetensi (job title), dan lokasi
fasilitas kesehatan yang terkait dengan lulusan SMK; mendorong rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya untuk memberikan akses yang lebih
luas bagi siswa SMK untuk melakukan PKL dan magang bagi pendidik dan
tenaga kependidikan SMK; memberikan kesempatan yang luas kepada
lulusan SMK bidang kesehatan untuk bekerja sebagai asisten tenaga
kesehatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
8) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian Perdagangan untuk
menyusun proyeksi pengembangan, jenis, kompetensi (job title), dan lokasi
perdagangan yang terkait dengan lulusan SMK; mendorong institusi bisnis
untuk memberikan akses yang lebih luas bagi siswa SMK untuk melakukan
PKL dan magang bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK; memberikan
kesempatan yang luas kepada lulusan SMK yang akan berwirausaha untuk
belajar pada institusi perdagangan yang relevan.

36 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


9) Mendorong dan kerjasama dengan kementerian keuangan untuk
menyusun Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria pengelolaan keuangan
teaching factory di SMK yang efektif, efisien, dan akuntabel.
10) Mendorong dan kerjasama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi
untuk:
1) mempercepat sertifikasi kompetensi bagi lulusan SMK;
2) mempercepat sertifikasi kompetensi bagi pendidik dan tenaga
pendidik SMK; dan
3) mempercepat pemberian lisensi bagi SMK sebagai lembaga sertifikasi
profesi pihak pertama.
11) Mendorong dan kerjasama dengan Gubernur di seluruh Indonesia untuk:
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan layanan
pendidikan SMK yang bermutu, mengembangkan paket keahlian/
kompetensi keahlian sesuai dengan potensi wilayahnya masing-masing;
menyediakan pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana SMK
yang memadai dan berkualitas; melakukan penataan kelembagaan SMK
yang meliputi program kejuruan yang dibuka dan lokasi SMK;

5.4 Peningkatan akses sertifikasi Siswa SMK


a. Pengembangan sistem penilaian, uji kompetensi, dan sertifikasi lulusan oleh
Lembaga Sertifikasi Profesi yang relevan;
b. Penyusunan SKL berdasar SKKNI;
c. Pelatihan Assesor SMK;
d. Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan, Proses Pembelajaran dan lulusan.

5.5 Peningkatan akses akreditasi SMK


a. meningkatkan akses akreditasi SMK diantaranya dengan meningkatkan
profesionalisme dan fasilitasi pengelolaan pendidikan SMK ditingkat provinsi
sebagai dampak dari UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Fasilitasi yang utama adalah pengembangan sarana dan prasarana
pembelajaran sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan akreditasi.

BAB II - PETA JALAN REVITALISASI SMK 37


b. Meningkatkan kualitas pengelolaan pada satuan pendidikan SMK yang
meliputi:
1) seleksi murid baru yang mampu menyeleksi calon murid yang memiliki
potensi karakter produktif, kewirausahaan, dan potensi profesional;
2) pembelajaran praktik yang mengarah pada teaching factory;
3) pengendalian mutu yang efektif, uji kompetensi lulusan, dan penyaluran
lulusan di DU/DI.

38 PETA JALAN PENGEMBANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


KEGIATAN PRIORITAS REVITALISASI SMK
Penyempurnaan dan penyelarasan kurikulum SMK

Disempurnakannya struktur kurikulum sebanyak 142 komptensi keahlian Terpenuhinya 220 SMK yang melaksanakan penyelarasan
Sinkronisasi disempurnakan unit-unit kompetensi tiap kompetensi keahlian program keahlian (dual system) 4 tahun
bersama dengan DUDI sebanyak 110 kompetensi keahlian Terbinanya 350 SMK yang melaksanakan teaching factory
Penyelarasan program pendidikan 4 tahun, sebanyak 132 SMK Tersedianya 4 kurikulum paket keahlian/ bidang keahlian/ prodi
Penyelarasan kurikulum dengan Kosen Jepang, sebanyak 11 SMK vokasi yang dikembangkan berbasis SKKNI
Terbina 220 SMK yang melaksanakan teaching factory
Tersusunnya skema ujian kompetensi keahlian (UKK) 126 paket

2017 2018 2019

Terpenuhinya 220 SMK yang melaksanakan


penyelarasan program keahlian (dual system) 4 tahun
Terbinanya 272 SMK yang melaksanakan teaching factory
Tersedianya 4 kurikulum paket keahlian/bidang keahlian/prodi
vokasi yang dikembangkan berbasis SKKNI
KEGIATAN PRIORITAS REVITALISASI SMK
Peningkatan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK

Tersedianya 15.000 guru mapel adaptif yang Tersedianya 15.000 guru mapel adaptif yang
memiliki keterampilan sebagai guru mapel produktif memiliki keterampilan sebagai guru mapel produktif
Terbinanya 1.170 guru mapel produktif yang ditingkatkan Terbinanya 3.000 guru mapel produktif yang ditingkatkan
kompetensinya kompetensinya

2017 2018 2019

Tersedianya 15.000 guru mapel adaptif yang


memiliki keterampilan sebagai guru mapel produktif
Terbinanya 1.942 guru mapel produktif yang ditingkatkan
kompetensinya
KEGIATAN PRIORITAS REVITALISASI SMK
Peningkatan kerja sama dengan kementerian/ lembaga,
pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri

Memfasilitasi kegiatan SMK dengan DUDI 151 SMK Memfasilitasi kegiatan SMK dengan DUDI 170 SMK
Kerjasama dengan kementerian/lembaga Kerjasama dengan kementerian/lembaga
Kerjasama dengan pemerintah provinsi dalam pengembangan Kerjasama dengan pemerintah provinsi dalam pengembangan
SMK dalam kerjasama SMK dalam kerjasama

2017 2018 2019

Memfasilitasi kegiatan SMK dengan DUDI 132 SMK


Kerjasama dengan kementerian/lembaga
Kerjasama dengan pemerintah provinsi dalam pengembangan
SMK dalam kerjasama
KEGIATAN PRIORITAS REVITALISASI SMK
Peningkatan akses, sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK

Terbinanya 100 SMK pertanian yang dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan Terbinanya 160 SMK pertanian yang dikembangkan untuk mendukung
Terbinanya 50 SMK kelautan yang dikembangkan untuk mendukung kemaritiman ketahanan pangan
Terpenuhinya 22.526 Kompetensi Keahlian di SMK diakreditasi Terbinanya 70 SMK kelautan yang dikembangkan untuk mendukung kemaritiman
Terbinanya 250.000 siswa SMK mendapatkan sertifikasi keahlian dari 500 LSP Terpenuhinya 30.000 Kompetensi Keahlian di SMK diakreditasi
Tersedianya 1.250 sekolah yang mendapatkan ruang laboratorium/praktik siswa Terbinanya 1.000.000 siswa SMK mendapatkan sertifikasi keahlian dari 1000 LSP
Tersedianya 3.883 sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan Tersedianya 3.778 sekolah yang mendapatkan ruang laboratorium/praktik siswa
Tersedianya 1.000 ruang kelas baru yang dibangun Tersedianya 45 sekolah yang mendapatkan alat produksi utama
Tersedianya 3.314 ruang belajar SMK yang direhabilitasi Tersedianya 5.978 sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan
Tersedianya 1.500 ruang kelas baru yang dibangun
Tersedianya 2.000 ruang belajar SMK yang direhabilitasi

2017 2018 2019

Terbinanya 160 SMK pertanian yang dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan
Terbinanya 70 SMK kelautan yang dikembangkan untuk mendukung kemaritiman
Terpenuhinya 30.000 Kompetensi Keahlian di SMK diakreditasi
Terbinanya 490.000 siswa SMK mendapatkan sertifikasi keahlian dari 700 LSP
Tersedianya 3.778 sekolah yang mendapatkan ruang laboratorium/praktik siswa
Tersedianya 45 sekolah yang mendapatkan alat produksi utama
Tersedianya 5.978 sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan
Tersedianya 1.500 ruang kelas baru yang dibangun
Tersedianya 2.000 ruang belajar SMK yang direhabilitasi

Anda mungkin juga menyukai