PENGEMBANGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Pengarah:
Hamid Muhammad, Ph.D.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Penanggung Jawab:
Dr. Thamrin Kasman, S.E., M.Si.
Plt. Direktur Pembinaan SMK
Tim Penyusun:
Arie Wibowo Khurniawan, S.Si., M.Ak.
Dr. Ir. M. Bakrun, MM
Ir. Sri Puji Lestari, MM
Ir. Nur Widyani, MM
Moehammad Soleh, SP
Arfah Laidiah Razik, SH, MA
Chrismi Widjajanti, SE, MBA
Dr. Junus Simangunsong, S.Si, MT
Mochamad Widiyanto, S.Pd, MM
Saryadi, ST, MBA
Dra. Yuliati Sri Nurhidayati, M.Si
Winner Jihad Akbar, S.Si, M.Ak
Dra. Augustin Wardhani
Yudi Nurman, S.Pd, MBA
Marsudi Utomo, S.ST
Editor:
Sulistyo Mukti
ISBN
Penerbit:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E, Lantai 13
Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi SMK dalam rangka
Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia yang menjadi
arah pembangunan pendidikan vokasi ke depan. Dalam Inpres tersebut, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mendapat tugas untuk:
1. membuat peta jalan pengembangan SMK;
2. menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai
dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and match);
3. meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK;
4. meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan
dunia usaha/industri;
5. meningkatkan akses, sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan
6. membentuk Kelompok Kerja Pengembangan SMK.
Peta Jalan ini diharapkan dapat menjadi alternatif panduan bagi sektor terkait, dunia
usaha/industri, institusi, dan guru pendidikan menengah kejuruan dan masyarakat
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan menengah kejuruan di Indonesia.
Disadari bahwa Peta Jalan ini masih belum sempurna, oleh karenanya sangat
diharapkan saran, tanggapan dan kritikan yang sifatnya membangun demi terwujudnya
Peta Jalan yang ideal bagi pengembangan Pendidikan Menengah Kejuruan Indonesia
yang berkualitas.
Menteri
DirekturPendidikan
Jenderal dan Kebudayaan
Republik Indonesia,
Pendidikan Dasar dan Menengah
PHamid
rof. Dr.Muhammad, Ph.Ddy
H. Muhadjir Effen
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I - PENDAHULUAN 1
BAB
BAB
01 Pendahuluan
PENDAHULUAN
I
Salah satu pilar yang perlu mendapatkan perhatian adalah ASEAN Economic
Community (AEC) yang memiliki visi untuk menciptakan pasar tunggal yang
berdaya saing tinggi yang dapat meningkatkan pengembangan ekonomi yang adil
bagi negara-negara anggotanya, demikian pula memfasilitasi pengintegrasiannya
dengan ekonomi global. Dalam roadmap ASEAN Economic Community dinyatakan
bahwa ASEAN akan menjadi Single Market and International Production Base di
mana akan terjadi kebebasan arus barang, jasa, tenaga kerja terampil, investasi, dan
arus modal yang lebih bebas.
Dalam konteks kebebasan arus tenaga kerja terampil, hal ini merupakan pekerjaan
rumah yang sangat besar, terutama untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja
trampil Indonesia untuk melakukan penetrasi ke pasar negara-negara ASEAN
lainnya. Untuk mampu menciptakan tenaga kerja terampil yang kompeten dan
mampu bersaing bukan merupakan pekerjaan yang mudah, dibutuhkan upaya
Semesta yang melibatkan semua pihak, tidak hanya pemerintah, namun juga
seluruh unsur masyarakat, termasuk dunia usaha. Upaya tersebut juga harus
Lapangan kerja formal utamanya berasal dari pertumbuhan ekonomi yang didorong
oleh investasi. Gambar 4 menjelaskan bahwa proporsi pekerja formal dalam pasar
tenaga kerja masih sekitar 40 persen pada tahun 2015. Terlebih lagi, terdapat
kecenderungan melambatnya pertumbuhan pekerja formal dalam 3 tahun terakhir.
Bahkan pada periode Februari 2015-Februari 2016 jumlah pekerja formal
mengalami penurunan. Untuk itu, harus ada upaya ekstra untuk mengeluarkan
BAB I - PENDAHULUAN 3
pekerja yang berada di sektor tradisional dengan produktivitas rendah dengan
menciptakan pekerjaan yang lebih baik di sektor formal.
Dalam upaya tersebut, penigkatan keterampilan dan keahlian tenaga kerja harus
menjadi salah satu prioritas nasional. Tenaga kerja yang kurang terampil atau
kurang terdidik akan sulit utuk memperoleh pekerjaan yang baik dan tidak memiliki
daya saing yang memadai. Sementara ini, pekerja di Indonesia masih banyak
berpendidikan SMP atau kurang.
Sektor pertanian dan sektor industri pengolahan beserta sektor jasa perdagangan
merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja seperti dijelaskan pada
gambar 5 di atas. Pada tahun 2015, industri pengolahan mempekerjakan 13.5% total
pekerja dan menyumbang 20.5% terhadap total PDB. Dalam beberapa tahun yang
lalu, industri pengolahan menjadi salah satu primadona industri padat karya. Namun
dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan sektor ini mengalami berbagai
kendala dan cenderung tumbuh ke arah padat modal.
BAB I - PENDAHULUAN 5
Daya saing Indonesia menurut Global Competitiveness Report tahun 2016-2017
masih lemah dibandingkan dengan negara Asia Pasifik lainnya terutama pada pilar
kesiapan teknologi, kesehatan dan pendidikan, serta efisiensi pasar tenaga kerja
seperti ditunjukkan pada gambar 7 di atas. Rendahnya efisiensi pasar tenaga kerja,
dengan peringkat 108 dari 138 negara, terutama disebabkan leh peraturan
ketenagakerjaan yang bersifat “kaku”.
Penyebab utama kakunya pasar tenaga kerja di Indonesia antara lain adalah
penetapan upah minimum menjadi mekanisme utama dalam penetapan gaji
tingginya uang pesangon mengakibatkan perusahaan menghindari untuk merekrut
pegawai tetap, lambatnya kemajuan dalam mendorong collective bargaining pada
tingkat perusahaan, dan tingginya biaya untuk menyelesaikan perselisihan.
Upaya tersebut perlu sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan pekerja.
Pemerintah berperan penting dalam menjaga stablilitas makro ekonomi, pekerja
meningkatkan prouktivitas, serta dunia usaha perlu terus meningkatkan daya saing
seperti dijelaskan pada gambar 6 di bawah ini.
BAB I - PENDAHULUAN 7
Gambar 6. Sinergi Pemerintah, Dunia Usaha dan Pekerja
Oleh karena itu diperlukan stabilitas perekonomian dan penciptaan iklim investasi
yang kondusif. Hal ini ditandai dengan adanya keseimbangan antara penciptaan
lapangan kerja dan perlindungan pekerja.
BAB I - PENDAHULUAN 9
industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan
raksasa.
Lebih dari itu, pada era industri generasi keempat ini, ukuran besar perusahaan tidak
menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan meraih
prestasi dengan cepat. Hal ini ditunjukkan oleh Uber yang mengancam pemain-
pemain besar pada industri transportasi di seluruh dunia atau Airbnb yang
mengancam pemain-pemain utama di industri jasa pariwisata. Ini membuktikan
bahwa yang cepat dapat memangsa yang lambat dan bukan yang besar memangsa
yang kecil.
Oleh sebab itu, para pekerja juga harus peka dan melakukan instrospeksi diri
sehingga mampu mendeteksi posisinya di tengah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
World Economic Forum pada Januari 2016 memperkirakan ada sekitar 35% keahlian
yang yang dianggap penting saat ini kelak akan berubah. Kecerdasan buatan dan
machine learning, robotika, transportasi autonomous, advanced materials,
bioteknologi dan genomic akan sangat berperan dalam Revolusi Industri Generasi
Keempat.
Selanjutnya juga dirangkum dari World Economic Forum (WE), nanti pada tahun
2020 dimana era Revolusi Industri Generasi Keempat dimulai ada sepuluh soft skill
yang harus dimiliki untuk menjawab tantangan dunia industri. Soft skill tersebut
adalah menyelesaikan permasalahan yang kompleks/sulit (Complex Problem
Solving), berpikir kritis (Critical Thinking), kreatifitas (Creativity), manajemen SDM
(People Management), koordinasi (Coordinating), kecerdasan emosional (Emotional
Intelligence), pengambilan keputusan (Judgment and Decision Making), orientasi
pada layanan (Service Orientation), negosiasi (Negotiation) dan kelenturan berpikir
(Cognitive Flexibility).
Jika pada tahun 2015 Quality Control dan Active Listening masih menempati daftar
soft skill yang dianggap penting, maka menurut WE dua soft skill tersebut tidak lagi
termasuk soft skill yang penting memasuki tahun 2020. Dari sepuluh soft skill
tersebut, kreatifitas merupakan top skill yang harus dimiliki pekerja. Mesin memang
membantu untuk bekerja dengan lebih cepat, tetapi mesin belum bisa menyamai
kreatifitas manusia.
BAB I - PENDAHULUAN 11
4. Prioritas Pembangunan Nasional dan Daya Saing Bangsa
Perekonomian Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dengan kondisinya
yang relatif stabil. Pada tahun 2030, Indonesia berpotensi untuk menjadi negara ke
7 dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia. Ini merupakan loncatan yang signifikan
dari posisinya di peringkat ke 16 pada tahun 2012. Dalam jangka waktu 15 tahun ke
depan, akan terjadi lonjakan kebutuhan tenaga kerja dari 55 juta pada saat ini
menjadi 113 juta di tahun 2030. Peluang bisnis sebesar 1.8 triliun US Dollar - antara
lain di bidang jasa, pertanian, dan perikanan - juga diproyeksikan akan tercipta
(McKinsey, 2012). Oleh sebab itu tersedianya sumberdaya manusia (tenaga kerja)
dalam jumlah memadai dan dengan keterampilan yang tepat bisa membuat
Indonesia menjadi tempat yang menarik bagi investasi yang bisa menggerakkan
pembangunan.
BAB I - PENDAHULUAN 13
5. Kondisi Umum SMK di Indonesia
5.1 Perkembangan SMK
Pendidikan Kejuruan di Indonesia telah berumur 150 (seratus lima puluh) tahun
lebih, sejarah mencatat sekolah kejuruan pertama pada jaman Belanda tahun 1853
adalah Ambacht School Van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya) sedangkan
di Bandung di buka Ambacht School and Ambacht Leergang (yang kemudian
menjadi Sekolah Teknik Ciroyom). Pada jaman itu Pendidikan Kejuruan berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan tenaga kerja Belanda, hingga awal kemerdekaan
konsep Pendidikan Kejuruan mengikuti konsep Pendidikan Kejuruan di Belanda.
Secara teoritis, PSG merupakan sistem pendidikan yang dianggap ideal untuk
meningkatkan relevansi dan efisiensi SMK. Praktik siswa di industri merupakan
bagian dari kegiatan penerapan ini. Sejumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh
SMK untuk melibatkan DU/DI antara lain melalui pelaksanaan kegiatan gebyar
Pendidikan Kejuruan, penandatanganan kerja sama sekolah dengan DU/DI,
pembentukan organisasi intern di sekolah, dan kunjungan guru-guru secara reguler
ke dunia usaha/industri. Upaya ini ditindaklanjuti dengan Pembentukan Majelis
Pendidikan Kejuruan NasonaI (MPKN) dan Majelis Pendidikan Kejuruan Provinsi.
Dalam kurun waktu 2009 - 2014 telah dibangun sekitar 3.000 SMK baru dan hingga
awal tahun 2016, jumlah SMK di Indonesia sudah mencapai 13.167 sekolah (3.349
SMK Negeri dan 9.818 SMK Swasta) seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini.
BAB I - PENDAHULUAN 15
9,257 9,462 9,818
dengan jumlah siswa mencapai 4,42 juta siswa yang terdiri dari 1.967.047 siswa
SMK negeri dan 2.498.441 siswa SMK swasta dengan 155 ribu rombongan belajar,
dengan total paket keahlian yang dibuka kurang lebih 33.000.
Berbagai tantangan besar yang masih harus dihadapi oleh Pendidikan Kejuruan,
seperti rendahnya keterserapan lulusan SMK di pasar kerja 2, sering dikaitkan
dengan tidak sesuainya perkembangan Pendidikan Kejuruan dengan kebutuhan dan
standar DU/DI. Tidak selarasnya Pendidikan Kejuruan dengan DU/DI dapat dilihat
dari berbagai aspek. Pertama, kesenjangan antara keterampilan dan kompetensi
yang dibutuhkan DU/DI dengan yang dimiliki oleh lulusan SMK. Kedua, jumlah
lulusan SMK di berbagai paket keahlian tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan
1
Relevansi berkaitan dengan rasio antara kompetensi lulusan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh dunia usaha/dunia industri yang membutuhkan tenaga kerja baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif atau relevansi bisa diketahui juga dengan melihat pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh lulusan dengan
kompetensi yang dipelajarinya semasa bersekolah.
2
Data BPS tentang ‘Angka Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 – 2014’
menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka SMK pada bulan Agustus 2014 mencapai 12,65 persen.
BAB I - PENDAHULUAN 17
DU/DI akan tenaga kerja. Ada paket-paket keahlian tertentu yang sedang diminati,
dibuka di banyak SMK, dan menghasilkan banyak lulusan tetapi kurang terserap di
pasar kerja karena pekerjaan yang relevan tidak banyak atau mulai mengalami
kejenuhan. Ketiga, perkembangan SMK dan penyediaan paket keahlian masih belum
berorientasi pada potensi ekonomi dan keunggulan lokal. Keempat, perkembangan
SMK dan penyediaan paket keahlian masih belum dilakukan berdasarkan data
proyeksi tentang peluang bisnis dan investasi di masa depan.
3
Sub Direktorat Penyelerasan Kejuruan dan Kerjasama Industri memiliki dua seksi: (i) Seksi Penyelarasan Kejuruan dan
(ii) Seksi Kerjasama Industri
Dalam rangka membekali lulusan SMK dengan sertifikat kompetensi yang diakui
dunia usaha/dunia industri sehingga lulusan SMK tersebut memiliki daya saing
yang tinggi, maka sejak tahun 2015 Dit. Pembinaan SMK, Kemdikbud dengan Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BSNP) telah melaksanakan kegiatan pengembangan
SMK menjadi Lembaga Sertifikasi Pihak Pertama (LSP- P1). Adapun lingkup
BAB I - PENDAHULUAN 19
kegiatan pengembangan SMK menjadi LSP-P1 terdiri dari: (i) fasilitasi persiapan
dan pelatihan asesor kompetensi; (ii) penyiapan Tempat Uji Kompetensi (TUK); (iii)
penyiapan materi uji kompetensi; serta (iv) pelatihan penyusunan dan penerapan
dokumen mutu. Nantinya setiap calon lulusan SMK akan mengikuti uji
kompetensi/sertifikasi kompetensi yang dilaksanakan di LSP-P1 di sekolah
masing-masing atau pada LSP-P1 SMK terdekat. Jika lulus uji kompetensi akan
mendapatkan sertifikat sebagai bukti pengakuan atas kompetensi yang dimilikinya.
Pembentukan LSP-P1 dilakukan dengan strategi sebagai berikut:
a. Pendekatan area : jika di suatu wilayah terdapat beberapa SMK yang belum
memiliki LSP-P1 maka akan dikembangkan satu LSP-P1 yang selanjutnya
dapat dimanfaatkan oleh semua SMK yang ada di wilayah tersebut;
b. Pembentukan LSP-P1 difokuskan pada sekolah yang memiliki siswa >600: saat
ini SMK yang memiliki siswa >600 ada sekitar 4.000 SMK, dengan jumlah total
siswa sebesar 90% total dari jumlah siswa SMK seluruh Indonesia;
Sampai dengan tahun 2015 pelaksanaan uji sertifikasi diprioritaskan pada pada 13
program keahlian (dengan 8 program keahlian diantaranya masuk dalam 12 sektor
prioritas MEA), yaitu: Kepariwisataan, Tata Boga, Tata Kecantikan, Tata Busana,
Keuangan, Administrasi, Teknik Mesin, Teknik Otomotif, Teknologi Tekstil, Teknik
Kimia, Teknik Komputer dan Informatika, dan Teknik Telekomunikasi.
BAB I - PENDAHULUAN 21
Secara umum, SMK harus mengambil inisiatif untuk membuka peluang magang
guru di perusahaan. Minat dari DU/DI masih belum optimal untuk mengembangkan
kegiatan magang guru SMK menjadi kegiatan yang bermanfaat untuk perusahaan.
Sekalipun ada kesadaran untuk menjadikan magang guru di perusahaan sebagai
kegiatan yang terstruktur, manajemen sekolah tidak selalu mampu
melaksanakannya. Kendala utama dalam pelaksanaan program magang tersebut
adalah masih terbatasnya peluang magang di DU/DI. Akibatnya, pelaksanaan
program menjadi tidak berkala serta tergantung pada informasi dari DU/DI atau
inisiatif guru.
4
Permendiknas no. 63/2009 pasal 10 ayat (2) menyatakan bahwa standar mutu pendidikan di atas SNP dapat berupa: standar mutu di atas
SNP yang berbasis keunggulan lokal atau standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional tertentu,
Peringkat Akreditasi
Jenjang Pendidikan
A B C TT
Keterangan:
Nilai akreditasi berkisar antara 0-400, dengan rincian sebagai berikut:
a) Akreditasi A = 361 - 400
b) Akreditasi B = 301 - 360
c) Akreditasi C = 201 - 300
Untuk hasil akreditasi dengan nilai dibawah 201 dianggap tidak terakreditasi (TT).
Selain sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh BAN–S/M, saat ini satuan
pendidikan juga tertarik untuk menerapkan standar mutu yang diterbitkan pihak lain.
Sejumlah SMK juga mengimplementasikan ISO 9001:2008 yang merupakan standar
BAB I - PENDAHULUAN 23
internasional tentang sistem manajemen mutu. Namun demikian upaya ini tidak
selalu dinilai positif, satuan pendidikan dinilai hanya mencukupkan diri agar dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan ISO sampai mendapat sertifikat. Upaya
peningkatan mutu produk secara efektif dan terus-menerus seperti harapan
konsumen justru tidak selalu terpenuhi. Selain itu biaya untuk melaksanakan ISO
9001 hingga mendapatkan sertifikasi, pemantauan serta re-sertifikasi relatif besar,
hal ini seringkali menjadi beban keuangan bagi satuan pendidikan.
PETA JALAN
REVITALISASI SMK
Belum optimalnya layanan pendidikan kejuruan dalam menghasilkan lulusan yang dapat
diserap pasar kerja merupakan tantangan dalam pembangunan pendidikan. Peran
pendidikan kejuruan dalam mendorong pembangunan ekonomi, serta penanggulangan
kemiskinan perlu menjadi perhatian. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui
revitalisasi SMK dengan peta jalan sebagai berikut.
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi revitalisasi SMK adalah sebagai berikut:
1. Menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi
sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and match);
2. Meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan
SMK;
3. Meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah,
dan dunia usaha/industri;
4. Meningkatkan akses, sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK.
‘Keterampilan Abad 21’ tersebut merupakan keterampilan yang bisa diterapkan dan
bermanfaat atau transferable di berbagai bidang dan di berbagai level. Pentingnya
keterampilan abad 21 bagi pendidikan sudah diakui, namun tantangan terbesar adalah
bagaimana mengintegrasikannya dalam kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi/
penilaian. Sebagai contoh, praktik di negara-negara ASEAN menunjukkan beragam
pemikiran, kebijakan dan cara mengintegrasikan dalam Pendidikan Kejuruan.
Dengan mempertimbangkan hal seperti yang telah dijelaskan diatas, maka tujuan
revitalisasi SMK harus menghasilkan lulusan SMK yang:
Memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan teknis yang dibutuhkan dan diakui oleh
dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) serta menguasai keterampilan abad 21 yang
relevan: Keterampilan abad 21 bagi lulusan SMK:
a. Memiliki cara berfikir kritis, kreatif, inovatif dan berorientasi pada pemecahan
masalah.
Sasaran revitalisasi SMK dilakukan secara bertahap pada sekolah sasaran seperti
disajikan pada tabel di bawah ini.
TAHUN
SASARAN
2017 2018 2019
1 Penyempurnaan dan • Disempurnakannya struktur • Terpenuhinya 220 SMK • Terpenuhinya 220 SMK
penyelarasan kurikulum SMK. kurikulum sebanyak 142 yang melaksanakan yang melaksanakan
komptensi keahlian penyelarasan program penyelarasan program
• Sinkronisasi keahlian (dual system) 4 keahlian (dual system) 4
disempurnakan unit-unit tahun tahun
kompetensi tiap • Terbinanya 272 SMK • Terbinanya 350 SMK
kompetensi keahlian yang melaksanakan yang melaksanakan
bersama dengan DUDI teaching factory teaching factory
sebanyak 110 kompetensi • Tersedianya 4 kurikulum • Tersedianya 4 kurikulum
keahlian paket keahlian/bidang paket keahlian/ bidang
• Penyelarasan program keahlian/prodi vokasi keahlian/ prodi vokasi
pendidikan 4 tahun, yang dikembangkan yang dikembangkan
sebanyak 132 SMK berbasis SKKNI berbasis SKKNI
• Penyelarasan kurikulum
dengan Kosen Jepang,
sebanyak 11 SMK
• Terbina 220 SMK yang
melaksanakan teaching
factory
• Tersusunnya skema ujian
kompetensi keahlian (UKK)
126 paket
32
NO KEGIATAN PRIORITAS 2017 2018 2019
2 Peningkatan jumlah dan • Tersedianya 15.000 guru • Tersedianya 15.000 guru • Tersedianya 15.000 guru
kompetensi bagi pendidik dan mapel adaptif yang memiliki mapel adaptif yang mapel adaptif yang
tenaga kependidikan SMK. keterampilan sebagai guru memiliki keterampilan memiliki keterampilan
mapel produktif sebagai guru mapel sebagai guru mapel
• Terbinanya 1.170 guru produktif produktif
mapel produktif yang • Terbinanya 1.942 guru • Terbinanya 3.000 guru
ditingkatkan mapel produktif yang mapel produktif yang
kompetensinya ditingkatkan ditingkatkan
kompetensinya kompetensinya
3 Peningkatan kerja sama • Memfasilitasi kegiatan SMK • Memfasilitasi kegiatan • Memfasilitasi kegiatan
dengan kementerian/ lembaga, dengan DUDI 151 SMK SMK dengan DUDI 132 SMK dengan DUDI 170
pemerintah daerah, dan dunia • Kerjasama dengan SMK SMK
usaha/industri. kementerian/lembaga • Kerjasama dengan • Kerjasama dengan
• Kerjasama dengan kementerian/lembaga kementerian/lembaga
pemerintah provinsi dalam • Kerjasama dengan • Kerjasama dengan
pengembangan SMK dalam pemerintah provinsi pemerintah provinsi
kerjasama dalam pengembangan dalam pengembangan
SMK dalam kerjasama SMK dalam kerjasama
Disempurnakannya struktur kurikulum sebanyak 142 komptensi keahlian Terpenuhinya 220 SMK yang melaksanakan penyelarasan
Sinkronisasi disempurnakan unit-unit kompetensi tiap kompetensi keahlian program keahlian (dual system) 4 tahun
bersama dengan DUDI sebanyak 110 kompetensi keahlian Terbinanya 350 SMK yang melaksanakan teaching factory
Penyelarasan program pendidikan 4 tahun, sebanyak 132 SMK Tersedianya 4 kurikulum paket keahlian/ bidang keahlian/ prodi
Penyelarasan kurikulum dengan Kosen Jepang, sebanyak 11 SMK vokasi yang dikembangkan berbasis SKKNI
Terbina 220 SMK yang melaksanakan teaching factory
Tersusunnya skema ujian kompetensi keahlian (UKK) 126 paket
Tersedianya 15.000 guru mapel adaptif yang Tersedianya 15.000 guru mapel adaptif yang
memiliki keterampilan sebagai guru mapel produktif memiliki keterampilan sebagai guru mapel produktif
Terbinanya 1.170 guru mapel produktif yang ditingkatkan Terbinanya 3.000 guru mapel produktif yang ditingkatkan
kompetensinya kompetensinya
Memfasilitasi kegiatan SMK dengan DUDI 151 SMK Memfasilitasi kegiatan SMK dengan DUDI 170 SMK
Kerjasama dengan kementerian/lembaga Kerjasama dengan kementerian/lembaga
Kerjasama dengan pemerintah provinsi dalam pengembangan Kerjasama dengan pemerintah provinsi dalam pengembangan
SMK dalam kerjasama SMK dalam kerjasama
Terbinanya 100 SMK pertanian yang dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan Terbinanya 160 SMK pertanian yang dikembangkan untuk mendukung
Terbinanya 50 SMK kelautan yang dikembangkan untuk mendukung kemaritiman ketahanan pangan
Terpenuhinya 22.526 Kompetensi Keahlian di SMK diakreditasi Terbinanya 70 SMK kelautan yang dikembangkan untuk mendukung kemaritiman
Terbinanya 250.000 siswa SMK mendapatkan sertifikasi keahlian dari 500 LSP Terpenuhinya 30.000 Kompetensi Keahlian di SMK diakreditasi
Tersedianya 1.250 sekolah yang mendapatkan ruang laboratorium/praktik siswa Terbinanya 1.000.000 siswa SMK mendapatkan sertifikasi keahlian dari 1000 LSP
Tersedianya 3.883 sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan Tersedianya 3.778 sekolah yang mendapatkan ruang laboratorium/praktik siswa
Tersedianya 1.000 ruang kelas baru yang dibangun Tersedianya 45 sekolah yang mendapatkan alat produksi utama
Tersedianya 3.314 ruang belajar SMK yang direhabilitasi Tersedianya 5.978 sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan
Tersedianya 1.500 ruang kelas baru yang dibangun
Tersedianya 2.000 ruang belajar SMK yang direhabilitasi
Terbinanya 160 SMK pertanian yang dikembangkan untuk mendukung ketahanan pangan
Terbinanya 70 SMK kelautan yang dikembangkan untuk mendukung kemaritiman
Terpenuhinya 30.000 Kompetensi Keahlian di SMK diakreditasi
Terbinanya 490.000 siswa SMK mendapatkan sertifikasi keahlian dari 700 LSP
Tersedianya 3.778 sekolah yang mendapatkan ruang laboratorium/praktik siswa
Tersedianya 45 sekolah yang mendapatkan alat produksi utama
Tersedianya 5.978 sekolah yang mendapatkan peralatan pendidikan
Tersedianya 1.500 ruang kelas baru yang dibangun
Tersedianya 2.000 ruang belajar SMK yang direhabilitasi