Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data statistik, peningkatan jumlah penderita B20/HIV diindonesia
begitu cepat. Ternyata dasar penularan awal epidemi ini disebabkan oleh jarum suntik.
Diperkirakan saat ini terdapatlebih dari 1,3 juta penderita B20/HIV akibat jarum suntik.
Jika terus berlanjut makan diperkirakan tahun 2020 jumlah itu akan meningkat menjadi
2,3 juta orang.
Adapun yang melatarbelakangi penulisan makalah ini selain tugas kelompok dan
juga merupakan materi bahasa mata kuliah KMB . dimana mahasiswa dari setiap
kelompok akan membahas materi, sesuai judul masing-masing yang telah ditugaskan
kepada masing-masing kelompok. Dalam makalah ini akan dibahas tentang Asuhan
keperawatan pada pasien B20/HIV yang merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebln tubuh manusia, yang dapat memudahkan atau membuat rentan si penderita
terhadap penyakit dari luar maupun dari dalam tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Defenisi dari B20/HIV ?
2. Bagaimanya etiologi dari B20/HIV ?
3. Bagaimana patofisiologi dari B20/HIV ?
4. Apa tanda dan gejala dari B20/HIV ?
5. Bagaimana cara penularan dari B20/ HIV ?
6. Apa komplikasi dari B20/HIV ?
7. Apa saja pemeriksaan Diagnostik dari B20/HIV ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Medis dari B20/HIV ?
9. Bagaimana pencegahan dari B20/ HIV ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Tujuan Khusus :
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan infeksi retrovirus RNA yang
dulunya disebut sebagai “human T lymphotrophic virus III” (HTL-III). Infeksi HIV akan
merusak limfosit T, terutama CD4+, yang akan menyebabkan imunodefisiensi. Hal ini
akan menjadi predisposisi terhadap infeksi virus, fungi, mycobacteria atau parasit.
Seiring dengan waktu, HIV akan menjadi Acquired Immune Deficiency Syndrome
(AIDS), apabila limfosit T CD4+ di bawah 200 cells/μl disertai infeksi HIV (Scully,
2004).
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV yaitu HIV-1 yang sejauh ini paling
umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di Afrika Barat. Pintu masuk utama
HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang terbuka pada vagina, vulva,
rectum, penis dan juga pada oral cavity (Scully, 2002).
B. Etiologi
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV, yang hanya mempunyai sedikit
perbedaan pada pathogenesis, manifestasi infeksi, perawatan dan prognosis yaitu HIV-1
yang sejauh ini paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di Afrika
Barat (Scully, 2004).
Pada individu yang terinfeksi, biasanya virus akan membentuk antibody dalam
waktu 6-12 minggu. Kebanyakan individu yang terinfeksi HIV akan berada dalam fase
viremia selama 2-6 minggu. Pada kasus yang langka, bisa selama 35 bulan.periode
inkubasi AIDS pada kebanyakan individu yang terinfeksi HIV adalah 10-12 tahun. Kira-
kira 30% penderita AIDS yang meninggal setelah 3 tahun didiagnosa AIDS dan kira-kira
50% hidup selama 10 tahun (Little dkk., 2002).
Kemudian terjadi sindrom retroviral akut seperti flu disertai viremia hebat dengan
keterlibatan berbagai kelenjar limfe. Sindrom ini akan hilang sendirir setelah 1-3 minggu,
karena kadar virus yang tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh.
Proses ini berlangsung berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara
pembentukan virus baru dan upaya eliminasi respon imun. Titik keseimbangan disebut
set point. Apabila angka ini tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung
cepat (Tjay, 2000).
C. Manifestasi Klinis
a. Gejala mirip flu, termasuk demam ringan, nyeri badan, menggigil, dapat muncul
beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi. Gejala menghilang setelah respons
imun awal menurunkan jumlah partikel virus. (Corwin, 2009).
b. Selama periode laten, orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperhatikan
gejala, atau pada sebagian kasus mengalami limfadenopati.
c. Antara 2 sampai 10 tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar pasien mulai
mengalami berbagai infeksi oportunistik, bila tidak ditangani. (Corwin, 2009).
d. Setelah terbentuk AIDS, sering terjadi infeksi saluran napas oleh organisme
oportunistik Pneumocystis carinii. (Corwin, 2009).
e. Gejala pada Susunan Saraf Pusat adalah sakit kepala, defek sarkoma, kejang,
perubahan kepribadian, dan demensia. Pasien dapat menjadi buta dan akhirnya koma.
f. Diare dan berkurangnya lemak tubuh sering terjadi pada pasien AIDS. Diare terjadi
akibat infeksi virus dan protozoa. Infeksi jamur (thrush) di mulut dan sarcoma Kaposi
dan menyebabkan nyeri hebat saat menelan dan mengunyah. (Corwin, 2009).
D. Komplikasi
a. Oral Lesi karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut.
b. Neurologik a.ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS
(ADC; AIDS dementia complex).
c. Gastrointestinal Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang
diperbarui untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB >
10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang
kronis, dan demam yang kambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang
dapat menjelaskan gejala ini.
d. Respirasi Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea),
batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi
infeksi oportunis, seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI).
e. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis.
Infeksi opurtinistik
gg. pertukaran gas sulit menelan cairan output gatal, nyeri, sisik prbhn prss pikir
pningktan suhu mual, muntah
bibir kering gg. Rasa nyaman
sumber : Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta ; Media Aesculapiu
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hoffmann dkk (2007), pengujian antibodi HIV paling tidak membutuhkan 2
uji, yaitu:
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
b. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
1) Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegah kemungkinan terjadi infeksi
2) Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan
yang ada
3) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat
enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi
transkripsi DNA HIV
4) Mengatasi dampak psikososial
5) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan
penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis.
H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori
Pengkajian
1. Data Demografi
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, ras, status perkawinan, alamat,
pekerjaan, status imigrasi, perilaku beresiko. Nama anggota keluarga atau orang yang dapat
dihubungi
2. Riwayat social
4. Pola Kesehatan
b. Nutrisi/metabolisme: kehilangan BB, anorexia, mual, muntah, lesi pada mulut, ulser
pada rongga mulut, sulit menelan, kram abdomen
f. Gangguan kognitif dan persepsi: sakit kepala, nyeri dada, kehilangan memori,
demensia, parestesis
5) Alat bantu: walker, cructh,kursi roda, handled shower, seat bath, urinal.
6) Suplai barang-barang habis pakai: pampers, diapers, kasa, infus, kateter dan tube
feeding
5. Pemeriksaan fisik
a. Respirasi
2) Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80% (PCP)
3) Retraksi interkostalis
b. Gastrointestinal
5) Ginggivitis
6) Muntah
7) Diare
8) Inkontinen alvi
9) Hepatosplenomegali
d. Neurologis
ataxia, tremor, sakit kepala (toxoplasmosis), kurang kordinasi (ADC), kehilangan sensori,
apasia, kehilangan konsentrasi (ADC), kehilangan memori (ADC=AIDS Dementia Complex),
apatis, depresi, penurunan kesadaran, kejang (Toxoplasmosis), paralysis, koma
e.Reproduksi
f. Kebutuhan Spritual
Agama : Partisipasi pasien dalam kegiatan keagamaan, Pentingnya agama bagi pasien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
non opportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnos keperawatan : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
Tujuan dan kriteria hasil : Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya
dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda
vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
Rasional : untuk pengobatan dini
b. Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
tindakan.
Rasional : mencegah pasien terpapar kuman pathogen dati rumah sakit
c. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
Rasional : mencegah bertambahnya infeksi
Tujuan dan kriteria hasil : Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas
dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
Intervensi :
a. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
Rasional : respon bervariasi dari hari ke hari
b. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
Rasional : mengurangi kebutuhan energi
c. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.
Tujuan dan criteria hasil : Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol,
pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati
seperti sebelum sakit.
Intervensi :
d. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
Tujuan dan criteria hasil : Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport
sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan
keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
Intervensi :
a. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
Rasional : memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga
b. Biarkan keluarga mengungkapkan perasaan secara verbal Rasional
: agar apa yang dimaksud dapat dimengerti secara jelas
c. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. M DENGAN B20
DI RUANG LAVENDER RS DR. R SOEJATI SOEMADIARJO
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Purwodadi
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.Y
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 46 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : purwodadi
Hubungan dengan Klien: ISTRI
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa panas lebih dari 1 bulan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan bahwa klien Batuk-batuk,Diare,Sesak napas,Sariawan dan nyeri
saat menelan, ,
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit keturunan yang menular,
berbahaya dan mengancam jiwa.
Genogram
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
Ambulasi/ROM V
Selama sakit
Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri
Makan/Minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Ambulasi/ROM V
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dibantu Orang lain
3 : Dibantu Orang lain dan alat
4 : Tergantung total
b. BAK
Sebelum Sakit
1) Frekuensi : 3 kali sehari
2) Jumlah Urine : 1000 cc
3) Warna :kuning
4) Keluhan :tidak ada
Selama Sakit
1) Frekuensi : 2 kali sehari
2) Jumlah Urine : 1000 cc
3) Warna : kuning
4) Keluhan : tidak ada keluhan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal pemeriksaan : 22 Oktober 2018
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan
Hasil
Pemeriksaan
laboratorium :
L : 13,2-17 Gr/dL 9,1 Normal
HB
L :3.800-10.600 Mm3 9,570 Normal
Lekosit
L : 4,4-5,9juta Mm3 3,08 Kurang
Eritosit
150.000-400.000 Mm3 263.000 Nomal
Trombosit
80-150
GDS
Mg/Dl 100 Normal
VI. TERAPI MEDIS
Hari/tgl/jam Jenis terapi Dosis Golongan dan Fungsi &
kandungan farmakologi
Rabu, 7 Cairan IV :
November
2018 RL 20 tpm Isotonik dan Sebagai
kalium sumber
elektrolit dan
air untuk
hidrasi
Analgesik
dan antipietik
Meredakan
demam
Vitamin obat
06.00 , 12.00 Pamol 3x1 resep
, 18.00
Mengatasi
kekurangan
Mecobalamin 2x1 Vitamin obat vitamin B12
06.00 , 18.00 resep
Obat untuk
Obat bebas , melindungi
L Bio 1x1
12.00 Lactobacillus sistem
acidophilus pencernaan
Do :
- mukosa kering
- sariawan pada
rongga mulut
Do :
- membran
mukosakering
- TD menurun
100/60
- nadi meningkat
95x/menit
- suhu meningkat
39℃
Do :
- TD menurun
100/60
- nadi meningkat
95x /menit
- suhu meningkat
39℃
- aktivitas pasien di
bantu sebagian
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang
2. Defisien volume cairan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
kebutuhan cairan
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas
X. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Nama : Tn . M No. CM : 01036XXX
Umur : 48 tahun Diagnosa Medis : B20
Hari / tgl / No Implementasi Respon Ttd
jam Dx
Selasa, 06 1 Monitor kalori dan S : klien mengatakan
November asupan makanan mual
2018
O : klien tampak lemas
08.00 WIB
Mukosa bibir kering
P : lanjutkan intervensi