IKK 6B ASKEP POLIOMIELITIS ANAK Revv PDF
IKK 6B ASKEP POLIOMIELITIS ANAK Revv PDF
MAKALAH
oleh
Ria Aridya Liarucha NIM 112310101011
Haidar Dwi Pratiwi NIM 112310101012
Dicky Andriansyah NIM 112310101027
Bima Satriya D. NIM 112310101030
Wafi Hidayat NIM 112310101034
Andi Susanto NIM 112310101051
Fitania Marizka NIM 112310101064
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Poliomielitis”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIB pada Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Keperawatan Klinik VIB yang telah membimbing kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terima kasih pula kepada teman-teman
yang secara ikhlas mengerjakan tugas ini dengan semangat dan kerja sama yang
baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, maka kami menerima
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini.
Jember, November 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PRAKATA.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Tujuan...................................................................................... 2
1.3 Manfaat.................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI........................................................................ 3
2.1 Definisi ................................................................................... 3
2.2 Epidemiologi.......................................................................... 4
2.3 Etiologi ................................................................................... 6
2.4 Cara Penularan Penyakit..................................................... 6
2.5 Klasifikasi .............................................................................. 7
2.6 Manifestasi klinis .................................................................. 10
2.7 Patofisiologi ........................................................................... 12
2.8 Komplikasi & Prognosis....................................................... 12
2.8.1 Komplikasi .................................................................... 12
2.8.2 Prognosis ....................................................................... 12
2.9 Pemeriksaan Penunjang....................................................... 14
2.10 Penatalaksanaan ................................................................... 15
2.11 Pencegahan ............................................................................ 16
BAB 3. PATHWAYS .................................................................................. 18
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................ 19
4.1 Pengkajian ............................................................................... 19
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................... 24
4.3 Perencanaan ............................................................................ 25
iii
4.4 Implementasi ........................................................................... 28
4.5 Evaluasi.................................................................................... 29
BAB 5. PENUTUP........................................................................................ 31
5.1 Kesimpulan............................................................................... 31
5.2 Saran ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ .. 32
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan konsep dasar penyakit poliomielitis pada anak.
2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pasien dengan poliomielitis.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIB.
2. Menambah perbendaharaan karya tulis ilmiah pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember.
3. Menambah wawasan kepada mahasiswa jurusan kesehatan
khususnya mahasiswa keperawatan.
4. Melatih mahasiswa dalam menyusun dan membuat karya tulis ilmiah.
3
2.1 Definisi
Poliomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio
dan dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. 50%-70% dari kasus polio
adalah umur 3-5 tahun (Ranuh, 2008). Poliomielitis adalah penyakit menular akut
yang disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu
sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak dan akibat kerusakan
bagian susunan saraf pusat tersebut akan terjadi kelumpuhan dan atrofi otot (Staf
Pengajar IKA FKUI, 2005). Poliomielitis adalah penyakit infeksi akut yang pada
keadaan serius menyerang susunan saraf pusat. Kerusakan saraf motorik pada
medulla spinalis menyebabkan paralisis flaksid (Jawetz, et al., 2005).
Poliomielitis dahulu disebut penyakit lumpuh kanak-kanak, tetapi sekarang
diketahui bahwa penyakit ini dapat juga menyerang orang dewasa.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
poliomielitis adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh infeksi virus
polio yang menyerang susunan saraf pusat dan dapat menyebabkan kelumpuhan
serta atrofi otot pada anak-anak maupun pada orang dewasa.
2.2 Epidemiologi
Polio tersebar di seluruh dunia terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan
Afrika. Kasus terakhir virus polio 3 terjadi di Sri Lanka pada tahun 1993, virus polio
1 dan polio 3 di Jawa Tengah, Indonesia pada tahun 1995, dan virus Polio 1 di
Thailand pada tahun 1997.
India salah satu Negara endemic polio, juga menularkan penyakit ini ke
Cina dan Syria pada tahun 1999, ke Bulgaria pada tahun 2001, serta ke Lebanon
pada 2003. Menurut penyelidikan WHO dan Depkes RI, virus polio liar di
Indonesia pada tahun 2005 berasal dari sudan atau Nigeria yang berada di Arab
Saudi. Virus tersebut ditularkan ke Negara lain melalui jamaah haji, jemaah
umroh, dan tenaga kerja lainnya.
Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio. Penderita
polio sebanyak 70-80% di daerah endemik adalah anak berusia kurang dari 3
tahun, dan 80-90% adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah anak yang
tidak diimunisasi, kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anak-anak
yang tidak terdaftar.
5
Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan
secara total terdapat 295 kasus polio 1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22
kabupaten/ kota di Indonesia (Budi, et al., 2013).
2.3 Etiologi
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV)
dengan diameter 20-32 nm, berbentuk sferis, tahan pada pH 3-10 sehingga dapat
tahan terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak rusak beberapa hari dalam
temperatur 2-8 derajat celcius. Virus masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus, dan menyebar ke sistem saraf melalui aliran darah (Zulkifli, 2007).
Virus poliomyelitis (virus RNA) tergolong dalam genus Enterovirus dan
famili Picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2
(Lansing) dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari
tipe virus tersebut. Epidemi yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe
1, tipe 2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik dan tipe 3 menyebabkan
epidemi ringan. Imunitas yang diperoleh setelah terinfeksi maupun imunisasi
bersifat seumur hidup dan spesifik untuk satu tipe (Pasaribu, 2005).
virus polio. Transmisi oral biasanya mempunyai peranan yang dominan pada
penyebaran virus polio di negara berkembang, sedangkan penularan secara fekal-
oral paling banyak terjadi di daerah miskin. Makanan dan minuman dapat
terkontaminasi melalui lalat atau karena higienis yang rendah. Sumber penularan
lain yang mungkin berperan adalah tanah dan air yang terkontaminasi material
feses, persawahan yang diberi pupuk feses manusia, dan irigasi yang dengan air
yang telah terkontaminasi virus polio (Afie, 2009).
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan membutuhkan
kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada seseorang yang tinggal
serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu anggota keluarga terinfeksi,
maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi tinja pada jari tangan, alat tulis,
mainan anak, makanan dan minuman, merupakan sumber utama infeksi (Afie,
2009).
Faktor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan penduduk,
tingkat higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah. Di area dengan
sanitasi yang bagus dan air minum yang tidak terkontaminasi, rute transmisi
lainnya mungkin penting. Bahan yang dianggap infeksius untuk virus polio adalah
feses dan sekresi pernafasan dari pasien yang terinfeksi virus polio atau yang
menerima OPV (Oral Poliovirus Vaccine) dan produk laboratorium yang
digunakan untuk percobaan dengan menggunakan virus polio. Bahan yang
dianggap berpotensi infeksius adalah feses dan sekresi faring yang dikumpulkan
untuk tujuan apapun dari daerah yang masih terdapat virus polio liar. Darah,
serum dan cairan serebrospinal tidak diklasifikasikan infeksius untuk virus polio
(Afie, 2009).
2.5 Klasifikasi
Zulkifli (2007) menjelaskan bahwa penyakit polio dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis. Jenis-jenis penyakit polio adalah sebagai berikut.
1. Polio abortif
Merupakan bentuk yang paling sering dari penyakit ini. Pasien hanya
menderita gejala minor, yang di tandai oleh demam, malaise, mengantuk,
8
a. Minor Illnesses
1. Asimtomatis (silent infection)
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, karena daya tahan tubuh maka tidak
terdapat gejala klinis sama sekali. Pada suatu epidemik diperkirakan
terdapat pada 90-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap
virus tersebut. Merupakan proporsi kasus terbanyak (72%).
11
2. Poliomielitis abortif
Diduga secara klinis hanya pada daerah yang terserang epidemik,
terutama yang diketahui kontak dengan penderita poliomyelitis yang
jelas. Diperkirakan terdapat 4-8% penduduk pada suatu epidemi.
Timbul mendadak, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari,
biasanya sekitar 2-10 hari. Gejala berupa infeksi virus, seperti
malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,
konstipasi, dan nyeri abdomen. Diagnosis pasti hanya bisa dengan
menemukan virus di biakan jaringan.
b. Major Illnesses
1. Poliomielitis non-paralitik
Gejala klinis sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala,
nausea dan muntah lebih berat. Gejala-gejala ini timbul 1-2 hari,
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian
remisi demam atau masuk dalam fase kedua dengan nyeri otot. Khas
untuk penyakit ini adalah adanya nyeri atau kaku otot belakang leher,
tubuh dan tungkai dengan hipertonia mungkin disebabkan oleh lesi
pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior. Bila anak
berusaha duduk dari posisi tidur, maka ia akan menekuk kedua lutut ke
atas sedangkan kedua tangan menunjang kebelakang pada tempat tidur
(Tripod sign) dan terlihat kekakuan otot spinal oleh spasme, kaku
kuduk terlihat secara pasif dengan Kernig dan Brudzinsky yang positif.
“Head drop” yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik
pada kedua ketiak sehingga menyebabkan kepala terjatuh ke belakang.
Refleks tendon biasanya tidak berubah dan bila terdapat perubahan
maka kemungkinan akan terdapat poliomyelitis paralitik.
2. Poliomielitis paralitik
Gejala poliomielitis paralitik sama dengan yang terdapat pada
poliomyelitis non-paralitik disertai kelemahan satu atau lebih
12
2.7 Patofisiologi
Poliomielitis merupakan infeksi dari virus jenis enteroviral yang dapat
bermanifestasi dalam 4 bentuk yaitu, infeksi yang tidak jelas, menetap,
nonparalitik, dan paralitik. Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan
memalalui rute oral-fekal, melalui konsumsi dari air yang terkontaminasi feses
(kotoran manusia). Terdapat tiga jenis yang dapat menyebabkan infeksi pada
13
2.8.2 Prognosis
Hasil akhir dari penyakit ini tergantung bentuknya dan letak lesinya.
Jika tidak mencapai korda spinalis dan otak, maka kesembuhan total sangat
mungkin. Keterlibatan otak dan korda spinalis bisa berakibat pada paralisis atau
kematian (biasanya dari kesulitan bernafas). Secara umum polio lebih sering
mengakibatkan disabilitas daripada kematian (Estrada dalam Virlta, 2013).
14
Pasien dengan polio abortif bisa sembuh sepenuhnya. Pada pasien dengan
polio non-paralitik atau aseptik meningitis, gejala bisa menetap selama 2-10 hari,
lalu sembuh total. Pada bentuk paralitik bergantung pada bagian yang terkena.
Pada kasus polio spinal, sel saraf yang terinfeksi akan hancur sepenuhnya
sehingga mengakibatkan paralisis akan permanen. Sel yang tidak hancur tapi
kehilangan fungsi sementara akan kembali setelah 4-6 minggu setelah onset. 50%
dari penderita polio spinal sembuh total, 25% dengan disabilitas ringan, dan 25%
dengan disabilitas berat. Perbedaan residual paralisis ini tergantung pada derajat
viremia, dan imunitas pasien. Bentuk spinal dengan paralisis pernafasan dapat
ditolong dengan bantuan pernafasan mekanik. Tanpa bantuan ventilasi, kasus
yang melibatkan sistem pernafasan akan menyebabkan kesulitan bernafas. 5-10%
pasien dengan polio paralisis meninggal akibat paralisis otot pernafasan (Estrada
dalam Virlta, 2013).
Tipe bulbar prognosisnya buruk, kematian biasanya karena kegagalan fungsi
pusat pernafasan atau infeksi sekunder jalan nafas. Polio bulbar sering
mengakibatkan kematian bila alat bantu nafas tidak tersedia. Dengan alat bantu
nafas, angka kematian berkisar antara 25-50%. Bila ventilator tekanan positif
tersedia angka kematian bisa diturunkan hingga 15%. Otot-otot yang lumpuh dan
tidak pulih kembali menunjukkan paralisis tipe flasid dengan atonia, arefleksia,
dan degenerasi (Estrada dalam Virlta, 2013).
2.10 Penatalaksanaan
Tidak ada obat untuk polio, hanya bisa dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi lengkap sangat mengurangi risiko terkena polio paralitik. Tidak ada
antivirus yang efektif melawan poliovirus.
Tujuan pengobatan polio adalah mengontrol gejala selama infeksi
berlangsung. Dalam kasus-kasus tertentu, beberapa pasien membutuhkan tindakan
lifesaving terutama bantuan nafas.
Berikut pengobatan non spesifik untuk setiap manifestasi klinis dari polio
menurut Virlta (2013).
1. Silent infection : istirahat
2. Poliomielitis abortif : istirahat 7 hari, bila tidak terdapat gejala apa-apa
aktifitas dapat dimulai lagi. Sesudah 2 bulan dilakukan pemeriksaan lebih
teliti terhadap kemungkinan kelainan muskuloskeletal.
3. Poliomielitis paralitik/non-paralitik : istirahat mutlak sedikitnya 2 minggu;
perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralisis
pernafasan.
Pengobatan sesuai dengan fase akut dan post akut adalah sebagi berikut.
a. Fase akut
1. Antibiotik untuk mencegah infeksi pada otot yang flaccid
2. Analgetik untuk mengurangi nyeri kepala, myalgia, dan spasme
16
2.11 Pencegahan
Poliomielitis dapat dicegah dengan cara antara lain sebagai berikut (Staf
Pengajar IKA FKUI, 2005).
1. Jangan masuk daerah endemik.
2. Dalam daerah endemik jangan melakukan stres yang berat seperti
tonsilektomi, suntikan dan sebagainya.
3. Mengurangi aktifitas jasmani yang berlebihan.
4. Imunisasi aktif.
Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated polio virus (IPV) yang
diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV) yang diberikan
tetesan dibawah lidah. IPV merupakan vaksin yang pertama tersedia secara
17
menyeluruh pada tahun 1950an. Kelebihan dari IPV adalah berisi virus
yang lemah, sehingga tidak berhubungan dengan kejadian poliomielitis
akibat pemberian vaksin. Formulasi yang lebih baik adalah enhanced
inactivated poliovirus vaccine (eIPV). Vaksin ini diberikan pada usia 2
bulan, 4 bulan, dan 6 – 12 bulan dan sebelum masuk sekolah (usia 4 tahun).
Pemberian OPV terutama sejak tahun 1960an. Imunisasi dengan cara
ini menyebabkan penurunan yang signifikan pada kasus-kasus poliomielitis
di dunia. Pemberian secara oral memberikan kelebihan dengan adanya
pertahana tubuh terhadap virus tersebut di mukosa saluran nafas dan
pencernaan. Kerugian OPV adalah dapat menyebabkan vaccine-associated
paralytic poliomyelitis (VAPP). Pemberian vaksin ini diberikan pada usia
2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan pemberian booster setiap 4 tahun.
Varian OPV baru berupa monovalent oral poliovirus type 1 vaccine
(mOPV1) diperkenalkan pertama kali di India pada bulan April 2005. Dari
penelitan didapatkan bahwa varian baru ini 3 kali lebih efektif dan jauh
lebih sedikit angka efek samping dibandingkan pemberian OPV pertama,
sehingga menjadi rekomendasi internasional untuk menghilangkan
poliovirus (Dinkes, 2013).
18
2.11 Pathways
4.1 Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Nama lengkap pasien/Nama panggilan
yang disukai pasien
2. Tempat tgl lahir/usia : Biasanya anak yang sering terkena
penyakit polio adalah yang berusia kurang
dari 3 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. A g a m a : Agama pasien
5. Pendidikan : Pendidikan pasien, biasanya belum sekolah
6. Alamat : Alamat pasien
7. Tgl masuk : Tanggal dan waktu pasien masuk rumah
sakit
8. Tgl pengkajian : Tanggal perawat melakukan pengkajian
9. Diagnosa medik : Poliomielitis
10. Rencana terapi : Rencana terapi pasien
20
i. Riwayat pernafasan
Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi.
j. Riwayat nutrisi
Pasien biasanya mengalami nafsu makan menurun, berat badan menurun,
mual dan muntah, dan kesulitan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)..
bentuk dada simetris, tidak ada lesi, pengembangan dada saat bernafas
simetris, suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan
9. Abdomen
warna kulit merata dengan sekitarnya, tidak ada lesi, peristaltik usus 16x
permenit, tidak ada hepatomegali, tidak ada nyeri tekan, pada saat
diperkusi timpani.
10. Genetalia
Keadaan genetalia normal, tidak ada kelainan atau gangguan pada
kondisi fisik genetalianya.
11. Rektum
Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.
4.2 Diagnosa
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
3. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
25
4.3 Perencanaan
No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Dx Hasil
mandi/kompres. tubuh.
3. Hindari mengigil. 4) Dapat membantu
mengurangi demam.
4. Kompres mandi
hangat durasi 20-
30 menit.
3. Tujuan: 1. Lakukan strategi 1) Teknik-teknik seperti
Setelah dilakukan non farmakologis relaksasi, pernafasan
asuhan keperawatan untuk membantu anak berirama, dan distraksi
selama 3x24 mengatasi nyeri. dapat membuat
jam, diharapkan 2) nyeri dan dapat lebih di
klien mampu 2. Libatkan orang tua toleransi.
melakukan dalam memilih 3) Karena orang tua adalah
mengontrol nyeri, strategi. yang lebih mengetahui
Kriteria hasil: 3. Ajarkan anak untuk anak.
Menjelaskan factor menggunakan strategi
penyebab nyeri non farmakologis 4) Pendekatan ini tampak
Mengikuti khusus sebelum paling efektif pada
pengobatan yang nyeri. nyeri ringan.
diberikan 4. Minta orang tua 5) Latihan ini mungkin
Mengontrol nyeri membantu anak diperlukan untuk
secara mandiri dengan menggunakan membantu anak
srtategi selama nyeri. berfokus pada tindakan
5. Berikan analgesic yang diperlukan
sesuai indikasi. mengurangi nyeri.
1. Tentukan aktivitas 1) Memberikan informasi
4. Tujuan: atau keadaan fisik untuk mengembangkan
Setelah dilakukan anak. rencana perawatan bagi
asuhan keperawatan program rehabilitasi.
selama 3x24 jam, 2) Kelelahan yang dialami
diharapkan klien
27
4.4 Pelaksanaan
Perawat melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang
telah
disebutkan diatas.
Hari/tanggal Waktu No. Implementasi
Dx
20-30 menit.
Senin, 16 10.00 3 1. Telah melakukan strategi non
November Wib farmakologis untuk membantu anak
2013 mengatasi nyeri.
2. Telah melibatkan orang tua dalam
memilih strategi.
3. Telah mengajarkan anak untuk
menggunakan strategi non farmakologis
khusus sebelum nyeri.
4. Telah meminta orang tua membantu anak
dengan menggunakan srtategi selama
nyeri.
5. Telah memberikan analgesic sesuai
indikasi.
Senin, 16 11.00 4 1. Telah menentukan aktivitas atau keadaan
November Wib fisik anak.
2013 2. Telah mencatat dan terima keadaan
kelemahan (kelelahan yang ada).
3. Telah mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan untuk aktif
seperti pemasukan makanan yang tidak
adekuat.
4. Telah mengevaluasi kemampuan untuk
melakukan mobilisasi secara aman.
4.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengevaluasi apakah tindakan
keperawatan yang teah diberikan mencapai tujuan atau kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Berikut salah satu evaluasi dari diagnosa pertama.
30
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Poliomielitis adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh infeksi
virus polio yang menyerang susunan saraf pusat dan dapat menyebabkan
kelumpuhan serta atrofi otot pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Virus
poliomyelitis (virus RNA) tergolong dalam genus Enterovirus dan famili
Picornaviridae, mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan
tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut.
Pemeriksaan likuor serebrospinalis akan menunjukkan pleiositosis biasanya
kurang dari 500/mm3, pada permulaan lebih banyak polimorfonukleus dari
limfosit, tetapi kemudian segera berubah menjadi limfosit yang lebih dominan.
Tujuan pengobatan polio adalah mengontrol gejala selama infeksi berlangsung.
Dalam kasus-kasus tertentu, beberapa pasien membutuhkan tindakan lifesaving
terutama bantuan nafas.
5.2 Saran
a. Pada mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit poliomielitis
baik mengenai pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun
pencegahan serta penerapan asuhan keperawatannya.
b. Pada Dosen
Dosen diharapkan dapat memfasilitasi mahasiswa apabila terdapat mahasiswa
yang kurang paham tentang penyakit poliomielitis dan memberikan tambahan
materi atau penjelaskan apabila materi yang diberikan kurang lengkap atau
kurang jelas.
32
DAFTAR PUSTAKA
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Keokteran UI. 2005. Ilmu Kesehatan
Anak Jilid 2. Jakarta: Infomedika.