SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mencapai Derajat Sarjana
Oleh:
NOVI ISNAINI HIDAYAH
1411020025
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Pada Hari Senin,
tanggal 30 April 2018
Mengetahui:
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 1411020025
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan
Demikian pernyataan ini, dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada
Yang menyatakan,
iv
MOTTO
(At-Taubah; 40)
dalam surga-Ku”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, alhamdulillahirobbil’alamin…
Yang utama dari segalanya…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih
sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membelaiku dengan ilmu
serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan
yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat
dan salam selalu terlimpahkan kehariban Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat
kukasihi dan kusayangi.
Mama dan Abah tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada Mama dan Abah yang telah
memberikanku kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang
tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan
selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga
ini menjadi langkah awal untuk membuat Mama dan Abah bahagia
karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih untuk Mama
dan Abah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu memberikan
kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih
baik,
Terimakasih Mama… Terimakasih Abah…
Kakak dan Adikku
Untuk kakak ku mas Aan dan Adikku Deswa tiada yang paling
mengharukan saat kumpul Bersama kalian, walaupun sering bertengkar
tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan,
terimakasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, maaf belum bisa
menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan selalu menjadi yang terbaik
untuk kalian semua.
Sahabat-sahabat terbaikku
Untuk sahabat-sahabatku Brian, Deana, Rista, Zanna, Uung, Ade tias,
dan Anita terimakasih atas bantuan doa, nasehat, hiburan dan semangat
yang diberikan selama ini. Teman-teman keperawatan S1 kelas A
angkatan 2014 senasib seperjuangan dan sepenanggungan terimakasih
atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa kurang lebih 4 tahun
kebersamaan. Tidak terasa kita akan mengenakan toga diatas kepala.
Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan meraih cita-cita
yang kita inginkan, Aamiin…
vi
GAMBARAN POST TRAUMATIC STRESS DISORDER KORBAN
BANJARNEGARA
ABSTRAK
Latar Belakang: Bencana tanah longsor merupakan bencana alam yang dapat
memberikan dampak yang negatif bagi penyintas bencana tanah longsor. Dampak
yang ditimbulkan baik berupa dampak fisik, sosial, lingkungan maupun dampak
psikologis. Dampak psikologis yang ditimbulkan setelah bencana yaitu Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang menunjukkan beberapa gejala berupa Re-
experiencing, Avoidance, Negative alteration in mood and cognition, dan
Hyperarousal.
Tujuan: mengetahui gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada
korban bencana tanah longsor.
Metode: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan rancangan
penelitian yang digunakan adalah deskripsi kuantitatif dengan pendekatan Cross
sectional. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total
sampling, sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 responden. Analisa data
menggunakan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik responden yang
meliputi umur, pekerjaan, jenis kelamin, agama, suku, Pendidikan, usia saat
terjadi bencana dan gambaran gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).
Hasil Penelitian: mayoritas responden yang mengalami PTSD berusia 26-45
tahun (dewasa) sebanyak 42,1% dan berjenis kelamin perempuan sebanyak
60,5%. 100% responden beragama islam dan bersuku jawa, responden yang
berpendidikan setingkat SD mendominasi status pendidikan responden yang
berjumlah 68,4% dan mayoritas responden berprofesi sebagai petani/buruh tani
sebanyak 34,2%. Dewasa yang mengalami semua tanda dan gejala PTSD
sebanyak 78,9 %. Dari pengelompokkan tanda dan gejala di dominasi oleh gejala
Negartive alteration in mood and cognition sebanyak 100%, Re-experiencing
sebanyak 97,4% dan Avoidance sebanyak 97,4%
Kesimpulan: sebagian besar responden mengalami Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD).
Kata kunci: Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), Bencana tanah longsor
1
Mahasiswa Program Studi Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
2
Dosen Pembimbing Studi Keperawatan S1 Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
vii
DESCRIBING TRAUMATIC STRESS DISORDER OF LANDSLIDE
DISASTER VICTIMS IN JEMBLUNG VILLAGE OF
BANJARNEGARA REGENCY
ABSTRACT
1
Student of Nursing Science Program Faculty of Health Sciences University of
Muhammadiyah Purwokerto
2
Lecturer at the Faculty of Health Sciences University of Muhammadiyah
Purwokerto
KATA PENGANTAR
viii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
Muhammadiyah Purwokerto.
pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
3. Ns. Sri Suparti, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
ix
7. Dusun Rata Suren Desa Ngambal Kec. Karangkobar Kabupaten Banjarnegara
yang telah bersedia berpartisipasi selama proses studi pendahuluan serta ikut
8. Kedua orang tua yaitu Bapak dan Ibu, Kakak dan adikku. Mereka adalah
materil dan Do’a yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT demi kelancaran
Muammadiyah Purwokerto.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan yang turut membantu
kelak mendapatkan balasan yang lebih baik dan lebih banyak dari-Nya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
faktor keterbatasan yang ada dalam diri penulis. Maka dengan kerendahan hati,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 42
F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................................... 44
G. Prosedur Penelitian ......................................................................... 44
H. Analisis Data ................................................................................... 47
I. Etika Penelilitian ............................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 49
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 49
B. Pembahasan ..................................................................................... 54
C. Keterbatasan dalam Penelitian ........................................................ 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 68
A. Kesimpulan ...................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase tanda gejala PTSD karakteristik
responden ......................................................................................... 50
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase gambaran gejala PTSD .......... 53
xiii
DAFTAR BAGAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
daerah yang mempunyai aktivitas gempa yang cukup tinggi. Oleh karena
bumi, tsunami, tanah longsor dan erupsi gunung berapi (Pratiwi, 2010).
bencana sepanjang tahun 2017. Dari 2.341 kejadian tersebut, telah merenggut
sebanyak 377 nyawa manusia. Dari sebaran bencana, daerah yang paling
banyak terjadi bencana adalah di Jawa Tengah (600 kejadian), Jawa Timur
(419), Jawa Barat (316), Aceh (89) dan Kalimantan Selatan (57). Sedangkan
untuk Kabutapen/ Kota, daerah yang paling banyak terjadi bencana adalah
Banyumas (45). Kejadian bencana tersebut terdiri dari 787 banjir, 716 puting
beliung, 614 tanah longsor, dan 96 kebakaran hutan dan lahan, bencana-
1
2
dipengaruhi oleh cuaca dan aliran permukaan. BNPB juga mencatat 377
orang meninggal dan hilang, 1.005 orang luka-luka dan 3.494.319 orang
Sejak 2014 hingga 2017, bencana tanah longsor adalah bencana yang
longsor kecil pun dapat menyebabkan satu keluarga meninggal dunia. Hal ini
2017).
menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng.
kehidupan manusia dan memburuknya derajat kesehatan baik dari segi fisik
merupakan korban hidup yang secara fisik selamat, tetapi secara mental
Disorder (PTSD) akan mengalami ansietas dan selalu teringat trauma melalui
memori, mimpi atau reaksi terhadap isyarat internal tentang peristiwa yang
terkait dengan trauma. Gangguan ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk
pada saat bencana terjadi hingga bencana telah berlalu, dalam kondisi
berkepanjangan yang dialami dari bencana tanah longsor dan dampak yang
Trauma yang ditinggalkan akan terus hidup dalam diri penyintas yang
berlebihan, mudah tersinggung, tidak bisa tidur, tegang, dan berbagai reaksi
baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan
tahun (APA, 2000). Gajala-gejala PTSD dapat mulai muncul satu minggu
hingga tiga puluh tahun setelah peristiwa traumatik ekstrem. Gejala- gejala
mengganggu fungsi kerja dan keefektifan hidup. Meskipun tidak diobati dan
ditangani dengan benar, ada sekitar 30% pasien Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) yang sembuh sendiri. Namun, ada sekitar 40% yang terus-
menerus bahkan mengalami berbagai gejala dalam tingkat sedang dan 10%
& sadock, 2007). Hal serupa dinyatakan oleh badan kesehatan dunia (WHO)
berat, Bahkan ada pakar yang menyebutkan angka ini mencapai 10-20%
(Hartuti, 2009).
(3,6% vs 0,5%) dan gangguan kecemasan lainnya (5,3% vs 9,2%). Hal ini
dan tekanan psikologis, dan risiko bunuh diri masing-masing adalah 44,48%,
31,29%, 29,45%, dan 17,18%. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa
tinggi.
memiliki efek utama yang signifikan terhadap kecemasan atau gejala PTSD,
namun ada interaksi yang signifikan antara usia dan variabel utama lainnya.
kelompok yang paling jauh dari episenter, anak-anak yang lebih tua
benda dan korban jiwa. Setelah dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 22
desember 2017 terkait data korban bencana tanah longsor menurut Badan
trauma fisik atau tidak berjumlah 117 jiwa, korban meninggal dunia
berjumlah 125 jiwa, dan 20 korban tidak ditemukan (BPBD, 2017). Hal ini
tentu saja menimbulkan dampak psikologis yang tidak ringan bagi warga di
daerah bencana.
banjarnegara yang dalam hal ini PTSD with delyed onset, yaitu tanda dan
gejala PTSD yang muncul setelah 4 tahun setelah bencana tanah longsor di
Dusun Jemblung.
B. Perumusan Masalah
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) bagi korban bencana tersebut, baik anak-
Disorder (PTSD).
atas, tentang dampak yang terjadi pada korban pasca tanah longsor, maka
Kabupaten Banjarnegara?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Banjarnegara.
2. Tujuan Khusus
Banjarnegara.
8
b. Mengetahui tanda gejala yang timbul pada Korban Post Trauma Stress
Banjarnegara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Responden
Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih
E. Keaslian Penelitian
belum pernah dilakukan sebelumnya. Akan tetapi, ada penelitian sejenis yang
1. Sonpaveerawong (2017)
Health Problems Among the Survivors in The Flash Floods and Landslide
depresi dan tekanan psikologis, risiko bunuh diri, dan masalah alkohol
berasal dari populasi yang tinggal di daerah risiko tertinggi di Sarno, dan
kleompok kontrol yang direkrut di sebuah kota kecil yang terletak di dekat
10
preventif.
9,2%) p≤ 0,05 untuk semua). Tidak ada perbedaan yang ditemukan untuk
prevalensi 12 bulan dari setiap suasana hati atau kelainan zat apapun. Dua
rata-rata rendah.
September 1999, 178 anak-anak dari tiga distrik di Athena dengan jarak
yang jauh dari pusat gempa diberi kuesioner untuk mengidentifikasi gejala
PTSD, namun ada interaksi yang signifikan antara usia dan variabel utama
pada kelompok yang paling jauh dari episenter, anak-anak yang lebih tua
gempa.
flood survivors of hard-hit areas of the 1998 dongting lake flood in china:
pada tahun 1998 dan untuk mengidentifikasi faktor risiko PTSD dan
kegelisahan.
2015, 17 tahun setelah banjir Danau Dongting tahun 1998. Korban selamat
antara korban banjir. Intervensi psikologis dini dan efektif untuk korban
13
ketidakstabilan emosional.
gempa bumi. Lima ratus lima korban selamat tinggal di Kabupaten Yushu
adalah 33,7%, 43,8% dan 38,6%. Sekitar seperlima peserta menderita dari
memberi bantuan.
7. Subagyo (2016)
Dengan judul penelitian “Pemulihan PTSD dengan play therapy pada anak-
gejala PTSD dan pengaruh play therapy terhadap PTSD pada anak-anak
Sampel penelitian ini adalah pada anak anak korban bencana tanah longsor
signifikan skor PTSD sebelum dan sesudah play therapy (p 0,163). Saran
penelitian adalah terapi bermain dapat dijadikan sebagai salah satu program
tempat tinggal anak perlu menyediakan sarana permainan untuk anak yang
8. Purborini (2017)
dari penelitian ini adalah dalam 6 tahun setelah letusan Gunung Merapi,
16
9. Gulo (2015)
(PTSD) Remaja Teluk Dalam Pasca 8 Tahun Bencana Gempa Bumi Pulau
remaja Teluk Dalam Nias pasca 8 tahun bencana gempa bumi di Pulau
19,38%.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bencana
1. Pengertian bencana
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor
2. Jenis-jenis bencana
antara lain: (1) bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
angin topan dan tanah longsor; (2) Bencana non-alam adalah bencana yang
17
18
adalah dampak fisik, sosial dan psikologis. Dampak fisik yang dialami
oleh korban antara lain adalah adanya kelelahan fisik yang sangat,
kesulitan untuk tidur serta adanya gangguan tidur, selera makan yang
dalam sistem kekebalan tubuh, seringnya buang air kecil, dan menurun
dan menarik diri dari pergaulan, menghindar dari relasi-relasi sosial yang
adalah dampak psikologis yang dapat dibagi menjadi dua yakni dampak
korban antara lain adalah adanya perasaan yang campur aduk seperti rasa
19
marah, malu, sedih, kaget, dan bersalah, merasa dihantui dan tidak
tiga tahapan reaksi emosi yang dapat terjadi setelah bencana, yaitu: (1) Reaksi
individu segera (24 jam pertama) setelah bencana dapat berupa tegang, cemas,
panik, terpaku, linglung, syok, tidak percaya, gembira atau euphoria, tidak
terlalu merasa bersalah. Reaksi ini masih termasuk reaksi normal terhadap
situasi yang abnormal dan memerlukan upaya pencegahan primer; (2) Minggu
waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur, khawatir, sangat sedih. Reaksi
positif yang masih dimiliki: berharap atau berpikir tentang masa depan, terlibat
20
sebagai takdir. Kondisi ini masih termasuk respon normal yang membutuhkan
tindakan psikososial minimal; (3) lebih dari tiga minggu setelah bencana.
Terdapat tiga periode bencana secara umum, yaitu: (1) periode impak
ini, korban selalu diliputi perasaan tidak percaya dengan apa yang dialami.
periode) biasanya berlangsung beberapa hari setelah kejadian. Pada periode ini,
tampak bahwa para korban mulai merasakan diri mereka lapar dan mencari
harus memulihkan keadaan dan mengganti harta benda mereka yang hilang; (3)
fisiologi, dan psikologi akibat bencana yang mereka alami. Hal ini berarti
bencana selalu menyisakan masalah, bahkan untuk jangka waktu yang lama.
21
1. Pengertian
yang amat pedih setelah stress fisik maupun emosi yang melampaui batas
ketahanan orang biasa. Selain itu, PTSD dapat pula di definisikan sebagai
keadaan yang melemahkan fisik dan mental secara ekstrem yang timbul
yag hebat dan atau kejadian yang mengancam kehidupannya (Sadock, B.J.
ketakutan yang ekstrem, horror, rasa tidak berdaya (Sadock, B.J. & Sadock,
V.A., 2010).
berlebihan, mudah tersinggung, tidak bisa tidur, tegang, dan berbagai reaksi
baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan
Menurut Michael Scott dan Stephen Palmer dalam bukunya Trauma and
(PTSD) adalah efek psikologis dari jangka Panjang dan kejadian traumatis
satu atau lebih kejadian traumatik yang dialami atau disaksikan oleh
(PTSD)
akan mengaktifkan respon Fight or flight. Dalam reaksi ini tubuh akan
hilang makna tubuh akan memulai proses inaktivasi respon stress dan
23
kemungkinan tubuh masih akan merasakan efek stres dan adrenalin. Pada
bahaya itu masih ada. Setelah sebulan dalam kondisi ini, dimana hormone
oleh ulah manusia, ataupun akibat kecelakaan. Stresor akibat bencana alam
antara lain: menjadi korban yang selamat dari tsunami, gempa bumi, tanah
longsor, badai. Kejadian trauma akibat ulah manusia antara lain: menjadi
juga dapat terjadi akibat kecelakaan, baik yang menyebabkan cidera fisik
maupun yang tidak. Akan tetapi tidak semua orang akan mengalami PTSD
Maka dari itu, menurut Kaplan & Sadock (2007), terdapat beberapa faktor
a. Faktor biologis
24
b. Faktor psikologi
dari gejala hyperarousal akibat aktivasi dari sistem saraf simpatis (fight
maka akan timbul reaksi psikologi yang tidak disadari dan merupakan
disukai dan tidak akan diulangi. Misalnya, pada anak yang mengalami
c. Faktor sosial
stresor tarumatik:
kecelakaan.
dikasihi.
hebat.
pribadi).
kesehatan.
antara lain:
5. Status pekerjaan
Wartonah, 2003).
28
6. Usia
dan usia tua (>60 tahun) merupakan kelompok usia yang lebih
kepribadian seseorang.
7. Tingkat Pendidikan
1) Intrusive Re-Experiencing
29
berulang-ulang;
peristiwa.
2) Avoidance
(5) Perasaan menyerah dan takut pada masa depan, termasuk tidak
hidup normal.
4) Arousal
berikut:
DSM-V
dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten
atas 6 tahun:
atau kekerasan seksual, dari satu (atau lebih) kriteria dibawah ini:
pekerjaan.
traumatis terjadi:
traumatis.
32
terjadi, yang ditunjukkan dengan dua atu lebih gejala dibawah ini:
obatan).
e) Kesulitan berkonsentrasi.
f) Gangguan tidur.
bulan.
Spesifikasi:
tidak familiar.
yaitu: (1) PTSD akut, yaitu dimana tanda dan gejalanya terjadi pada
rentang waktu 1-3 bulan. Namun, biasanya berakhir dalam kurun waktu
satu bulan. Jika dalam waktu lebih dari satu bulan, individu tersebut
kronik, yaitu dimana tanda dan gejalanya berlangsung lebih dari tiga
bulan dan jika tidak ada treatment yang dilakukan maka dapat
tanda dan gejala PTSD muncul pada saat setelah trauma, ada kalanya
tanda dan gejalanya baru muncul minimal enam bulan bahkan bertahun-
tahun setelah peristiwa traumatic itu terjadi. Hal ini timbul pada saat
C. Kerangka Teori
terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. Kerangka kerja
sebagainya).
pekerjaannya dalam sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi
mengontrol stressor.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/ peristiwa kemasa yang akan
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Keterangan:
: yang diteliti
: Arah penelitian
A. Desain Penelitian
Kabupaten Banjarnegara.
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah korban selamat tanah longsor dusun
2. Sampel
40
41
1. Variabel penelitian
Banjarnegara.
2. Definisi Operasional
C. Instrumen Penelitian
bagian yaitu: kuesioner data demografi dan kuesioner tanda dan gejala
Kuesioner demografi terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, status
keluarga berupa ada tidaknya orang tua, jumlah saudara, pekerjaan orang tua,
dan suku. Kuesioner yang mengukur tanda dan gejala gangguan stres
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Screening (PCL) yang bersumber dari
simtom negative alterations in mood and cognition, dan pertanyaan nomor 13-
Jarang (JR) = 2, Tidak Pernah (TP) = 1. Jawaban responden untuk kategori 3-5
kategori 1-2 dianggap tidak memiliki salah satu simtom PTSD, dengan
gunakan oleh Gulo pada tahun 2015 dan sudah di uji validitas dengan hasil
CVI 1. Hal ini berarti instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian
tersebut telah valid, ini dibuktikan berdasarkan teori, bahwa nilai validitas CVI
Hal ini menunjukkan bahwa instrument tersebut telah reliabel, ini dibuktikan
berdasarkan teori bahwa kuisioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
penelitian.
ditandatangani.
45
a. Editing
b. Coding Data
Cognition
(hyperarousal)
c. Scoring
d. Entry Data
e. Tabulating Data
47
F. Analisis data
in mood and cognition dan hyperarousal). Variabel dalam penelitian ini adalah
gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada korban bencana tanah
relatif dan presentase data demografi serta data gambaran tingkat Post
Keterangan:
P = Proporsi
F = Frekuensi kategori
G. Etika Penelitian
manusia (Nazir, 2005). Menurut Hidayat (2009), beberapa hal yang berkaitan
disajikan.
3) Kerahasiaan (Confidentialy)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
4) Pengunduran diri
Jika responden yang mengundurkan diri sebagai responden, maka hal itu
adalah suatu kelaziman dan tidak ada yang boleh melarang termasuk
peneliti sendiri.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa Sebagian besar jenis kelamin
49
50
kedua adalah rentang usia 46-65 tahun sebanyak 12 responden (31,6%) dan
responden yang tidak bekerja berjumlah 7 responden (18,4%) dan yang masih
Tabel 4.2 distribusi frekuensi dan persentase tanda dan gejala Post Traumatic
Pekerjaan
Pelajar 6 16,2 6 16,2 6 16,2 6 18,8
Wiraswasta 11 29,7 12 32,4 12 32,4 12 37,5
Tidak bekerja 7 18,9 6 16,2 7 18,4 5 15,6
Lain-lain 13 34,2 13 34,2 13 34,2 9 28,1
Suku
Jawa 37 97,4 37 97,4 38 100 32 84,2
usia 26-45 tahun yaitu sebanyak 42,1% mengalami gejala Negative alteration
serta hyperarousal sebanyak 37,5%. Pada rentang usia 46-65 tahun sebagian
alteration in mood and cognition sebanyak 32,4% serta yang mengalami gejala
cognition sebanyak 16,2% dan gejala hyperarousal sebanyak 18,8%. Ada pula
84,2%.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase gambaran gejala Post Traumatic
B. Pembahasan
suku, dan usia ketika mengalami kejadian tanah longsor di Dusun Jemblung
Kabupaten Banjarnegara
Stress Disorder (PTSD) berada pada rentang usia 26-45 tahun rentang usia
ini dikategorikan sebagai usia dewasa awal sampai dewasa akhir (Depkes,
tahap perkembangannya.
adalah masa balita, usia 5-11 tahun adalah masa anak-anak, usia 12-25
tahun adalah remaja, usia 26-45 tahun adalah masa dewasa, usia 46-65
adalah masa dewasa dan usia 65 keatas adalah masa lansia. Dewasa dan
halnya pada anak maupun remaja. Hal inilah yang menyebabkan orang
PTSD antara lain penggambaran rasa bersalah atau malu atas peristiwa
(Denson, dkk dalam pratiwi, dkk; 2012). Selain itu, ada beberapa gejala
gangguan fisik yang dialami mereka seperti tekanan darah tinggi penyakit
rasa sakit, dan masalah pencernaan. Jangka Panjang gejala PTSD dapat
tanda dan gejala Post Traumatik Stress Disorder (PTSD) dibandingkan laki-
laki (39,5%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
menurut penelitian yang dilakukan oleh Wang (2007) ada perbedaan respon
Seluruh responden dalam penelitian ini beragama islam (100%) umat islam
perbuatan mereka. Kepercayaan akan takdir atau nasib ini juga ditemukan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikeno (2000) terhadap korban gempa
melakukan koping berupa usaha untuk sabar dan usaha untuk patuh
terhadap takdir yang telah terjadi. Selain itu, terdapat banyak penelitian
57
Bosnia dan Cosovo menunjukkan pula bahwa optimis para pengungsi dalam
dengan koping religius yang positif. Ajaran agama islam merupakan salah
satu faktor yang dapat menjauhkan manusia dari perasaan cemas, tegang,
depresi, yaitu dengan memohon kepada Allah SWT agar dalam kehidupan
hasil penelitian yang telah penliti lakukan bahwa responden dapat tetap
buruh tani yaitu sebanyak 34,2%. Sesuai dengan salah satu teori penyebab
Menurut (Jose, 2005 dalam Anam, 2016) faktor etnik dan sosioekonomi
dialami. Selain itu bencana tanah longsor tentu masih menghantui karena
tempat relokasi yang sekarang menjadi hunian tetap masih berada di sekitar
lereng. Para petani yang tidak lain adalah menjadi profesi utama responden
yang telah terjadi tiga tahun lalu. Perekonomian yang sulit merupakan salah
(PTSD).
tetap karena rumah yang terdampak rusak parah dan atau terdapat salah satu
anggota keluarga yang menjadi korban jiwa dalam bencana tanah longsor
individu
Sadock (2007) bahwa gejala PTSD dapat muncul pada 6 bulan pertama
setelah peristiwa trauma dan dapat juga bersifat delay yaitu muncul
yang dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Reaktivasi gejala tersebut dapat
di masa lalunya.
diantara lain menyalahkan diri sendiri atau orang lain, berkurangnya minat
yang menjadi kunci dari kejadian tersebut. Adapun gejala yang sering
seseorang, orang lain, atau dunia (contoh: “Saya buruk”,” Tidak ada orang
menyalahkan diri sendiri atau orang lain, 4) Emosi negatif yang menetap
mengingat kembali beberapa hal, tetapi tida semua hal, detail kejadian-
kejadian yang terjadi selama periode waktu tersebut (Halgin, dkk, 2009)
kecemasan yang persisten atau meningkat yang tidak ada sebelum trauma.
kejadian tersebut dan mengalami mimpi buruk tentang hal itu. Penderitaan
kejadian traumatik kedalam skema yang ada pada saat ini (Ardani, 2011).
sedangkan sebagian lain dari otak justru lebih banyak merespon gejala
utuh pada objek. Ingatan dari peristiwa traumatis ini kemudian disimpan
informasi disimpan pada bentuk keadaan yang spesifik serta tidak dapat
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) kerap kali mengalami gejala Re-
experiencing.
intens atau berkepanjangan jika berhadapan dengan hal atau symbol yang
hal atau symbol yang berkaitan dengan aspek peristiwa traumatic baik
kejadian tanah longsor sebanyak 86,8% dan selalu merasakan keluhan fisik
yang dikemukakan oleh (Foa & Rigs, 1994) tentang pengolahan trauma
kognitif sangat sulit dilakukan oleh orang yang mengalami PTSD, hal ini
65
unsur respon, sehingga ketika individu merasakan emosi yang luar biasa
ingatan dan emosi negative. Oleh karena itu seseorang yang mengalami
mengapa gejala ini masih saja dialami oleh orang dewasa tersebut adalah
67
lingkungan yang baru, harus memulai kehidupan dari nol karena harta
benda yang hilang serta tempat relokasi yang berada tidak jauh dari lokasi
terpapar oleh stimulasi dan tempat relokasi masih berada di area rawan
longsor yang tidak dapat ditebak kapan akan terjadi longsor, ini
terbatas pada nilai dan jumlah akan lebih baik apabila menggunakan metode
A. KESIMPULAN
Banjarnegara” yang dilakukan pada bulan Maret 2018 didapatkan hasil sebagai
berikut:
dan buruh tani sebanyak (34,2%), serta seluruh responden beragama islam
68
69
B. SARAN
(PTSD).
Nursing Disaster.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama atau
Anam, A. K., Martiningsih, W., & Ilus, I. (2016). Post-Traumatic Stress Dissorder
of Kelud Mountain's Survivor Based on Impact of Event Scale–Revised
(IES-R) in Kali Bladak Nglegok District Blitar Regency. Jurnal Ners dan
Kebidanan, 3(1), 46-52.
Catapano, F., Malafronte, R., Lepre, F., Cozzolino, P., Arnone, R., Lorenzo, E., ...
& Maj, M. (2001). Psychological consequences of the 1998 landslide in
Sarno, Italy: a community study. Acta Psychiatrica Scandinavica, 104(6),
438-442.
Dai, W., Kaminga, A. C., Tan, H., Wang, J., Lai, Z., Wu, X., & Liu, A. (2017).
Long-term psychological outcomes of flood survivors of hard-hit areas of
the 1998 dongting lake flood in china: Prevalence and risk factors. PLoS
One, 12(2) diakses pad http://bit.ly/2iye17Z pukul 09.02 tanggal 7
desember 2017
Davison, G.C & Neale J.M. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Durand, V.M., Barlow, D.H., 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Edisi IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar pp. 295-297
Gulo, Frida Nov Kristina (2015) Gambaran Post Traumatic Stress Disorder
(Ptsd) pada Remaja Teluk Dalam Pasca 8 Tahun Bencana Gempa Bumi di
Pulau Nias diakses pada http://bit.ly/2FLYICL tanggal 17 januari 2018
pukul 23:27 WIB
Groome, D., & Soureti, A. (2004). Post-traumatic stress disorder and anxiety
symptoms in children exposed to the 1999 greek earthquake. British
Journal of Psychology, 95, 387-97. diakses pada http://bit.ly/2A0heVu
pukul 21.41 tanggal 21 novemver 2017
Ikeno, S. 2000. Cultural Roles and Coping Prosesses Among the Survivors of the
Hanshin Awaji (Kobe) Earthquake, January, 1995: An Ethnographic
Approach. Diakses16, 5, 2007 dari www.soc.kwansei.ac.jp
Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Edisi ke-7.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. p. 86-108.
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakart: EGC
Liu, M., Wang, L., Shi, Z., Zhang, Z., Zhang, K., & Shen, J. (2011).
Mental health problems among children one-year after sichuan
earthquake in china: A follow-up study. PLoS One, 6(2)
doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0014706 diakses pada
http://bit.ly/2jms1SK pukul 09.19 wib tanggal 7 desember 2017
Masril, M. (2017). Konseling Post Traumatic Stress Disorder Dengan Pendekatan
“Terapi Realitas”. Proceeding Iain Batusangkar, 1(1), 184-192. Diakses
pada http://bit.ly/2BIxY6U pukul 03.17 wib tanggal 19 desember 2017
Navarro-Mateu, F., Salmerón, D., Vilagut, G., Tormo, M. J., Ruíz-Merino, G.,
Escámez, T., . . . Kessler, R. C. (2017). Post-Traumatic Stress Disorder
And Other Mental Disorders In The General Population After Lorca’s
Earthquakes, 2011 (Murcia, Spain): A Cross-Sectional Study. PLoS One,
12(7) doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0179690 diakses pada
http://bit.ly/2z92GSo pukul 21.29 tanggal 21 november 2017
Nurcahyani, F., Dewi, E. I., & Rondhianto, R. (2016). Pengaruh Terapi Suportif
Kelompok terhadap Kecemasan pada Klien Pasca Bencana Banjir
Bandang di Perumahan Relokasi Desa Suci Kecamatan Panti Kabupaten
Jember (The Effect of Supportive Group Therapy toward the Client’s
Anxiety after Flash Flood Disaster. Pustaka Kesehatan, 4(2), 293-299.
Diakses pada http://bit.ly/2jJjdJS pukul 22.17 wib tanggal 21 november
2017.
Polit, D.F. and Beck, C.T. (2012) Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. 9th Edition, Lippincott, Williams &
Wilkins, Philadelphia.
Pratiwi, C. A., Karini, S. M., & Agustin, R. W. (2012). Perbedaan Tingkat Post-
Traumatic Stress Disorder Ditinjau Dari Bentuk Dukungan Emosi pada
Penyintas Erupsi Merapi Usia Remaja dan Dewasa Di Sleman,
Yogyakarta. Wacana, 4(8).
Wang J, Korczykowski M, Rao H, Fan Y, Pluta J, Gur RC, McEwen BS, Detre
JA. Gender difference in neural response to psychological stres. SCAN.
2007; 2: 227–239 diakses pukul 23.19 wib tanggal 3 april 2018
Zhang, Z., Wang, W., Shi, Z., Wang, L., & Zhang, J. (2012). Mental health
problems among the survivors in the hard-hit areas of the yushu
earthquake. PLoS One,
7(10)doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0046449.
Kepada Yth.
Saudara/i……….
Di Tempat
Dengan hormat,
Nim : 1411020025
Peneliti,
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
“Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada Korban Bencana Tanah
Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tidak ada paksaan
Banjarnegara, 2018
Responden
(……………………………)
INSTRUMEN PENELITIAN
Kode :
Tanggal :
2.Untuk data yang dipilih, beri tanda (√) pada kotak yang tersedia dan atu isi
sesuai jawaban.
A. Data Demografi
1. Inisial :
2. Usia : tahun
kristen Hindu
Lain-lain, sebutkan_____
Batak Nias
Lain-lain, sebutkan_____
8. Usia ketika mengalami kejadian tanah longsor 12 Desember 2014 :_____
tahun
Tuliskan Tanda chek list (√) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban
SL : Selalu
SR : Sering
kadang-kadang.
KD : Kadang- kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
Pernyataan:
selalu
2. Mimpi yang mengganggu berulang-ulang tentang kejadian tanah longsor
tersebut
selalu
selalu
selalu
selalu
selalu
longsor tersebut.
selalu
8. Mengalami kesulitan dalam mengingat bagian-bagian penting dari
selalu
selalu
selalu
selalu
selalu
13. Tidak mengalami sulit tidur ataupun sering terjaga di malam hari.
selalu
selalu
15. Mudah berkonsentrasi.
selalu
selalu
selalu
Tabel 4.1 Gambaran karakteristik, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, dan Usia saat mengalami kejadian longsor di Dusun Jemblung
Statistics
usia saat
jenis kelamin umur kejadian agama pendidikan pekerjaan suku
N Valid 38 38 38 38 38 38 38
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 15 39.5 39.5 39.5
perempuan 23 60.5 60.5 100.0
Total 38 100.0 100.0
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12-25 10 26.3 26.3 26.3
26-45 16 42.1 42.1 68.4
46-65 12 31.6 31.6 100.0
Total 38 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12-25 12 31.6 31.6 31.6
26-45 18 47.4 47.4 78.9
46-65 8 21.1 21.1 100.0
Total 38 100.0 100.0
agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 38 100.0 100.0 100.0
pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 26 68.4 68.4 68.4
SMP 9 23.7 23.7 92.1
SMA/SMK 2 5.3 5.3 97.4
lain-lain 1 2.6 2.6 100.0
Total 38 100.0 100.0
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pelajar 6 15.8 15.8 15.8
wiraswasta 12 31.6 31.6 47.4
tidak bekerja 7 18.4 18.4 65.8
lain-lain 13 34.2 34.2 100.0
Total 38 100.0 100.0
suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jawa 38 100.0 100.0 100.0
Tabel 4.4 distribui frekuensi dan persentase tanda dan gejala Post Traumatic
Stress Disorder (PTSD) berdasarkan karakteristik responden di Dusun Jemblung
Kabupaten Banjarnegara
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenis kelamin * Re-experiencing
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
jenis kelamin * avoidance 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
jenis kelamin * negative alteration in mood
and cognition 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Re-experiencing Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
jenis kelamin laki-laki Count 15 0 15
% within jenis kelamin 100.0% .0% 100.0%
% within Re-experiencing 40.5% .0% 39.5%
% of Total 39.5% .0% 39.5%
perempuan Count 22 1 23
% within jenis kelamin 95.7% 4.3% 100.0%
% within Re-experiencing 59.5% 100.0% 60.5%
% of Total 57.9% 2.6% 60.5%
Total Count 37 1 38
% within jenis kelamin 97.4% 2.6% 100.0%
% within Re-experiencing 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.4% 2.6% 100.0%
jenis kelamin * avoidance
Crosstab
avoidance Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
jenis kelamin laki-laki Count 15 0 15
% within jenis kelamin 100.0% .0% 100.0%
% within avoidance 40.5% .0% 39.5%
% of Total 39.5% .0% 39.5%
perempuan Count 22 1 23
% within jenis kelamin 95.7% 4.3% 100.0%
% within avoidance 59.5% 100.0% 60.5%
% of Total 57.9% 2.6% 60.5%
Total Count 37 1 38
% within jenis kelamin 97.4% 2.6% 100.0%
% within avoidance 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.4% 2.6% 100.0%
mengalami mengalami
jenis kelamin laki-laki Count 15 15
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood and 39.5% 39.5%
cognition
% of Total 39.5% 39.5%
perempuan Count 23 23
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood and 60.5% 60.5%
cognition
% of Total 60.5% 60.5%
Total Count 38 38
% within jenis kelamin 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood and 100.0% 100.0%
cognition
% of Total 100.0% 100.0%
jenis kelamin * hyperarousal
Crosstab
hyperarousal Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
jenis kelamin laki-laki Count 12 3 15
% within jenis kelamin 80.0% 20.0% 100.0%
% within hyperarousal 37.5% 50.0% 39.5%
% of Total 31.6% 7.9% 39.5%
perempuan Count 20 3 23
% within jenis kelamin 87.0% 13.0% 100.0%
% within hyperarousal 62.5% 50.0% 60.5%
% of Total 52.6% 7.9% 60.5%
Total Count 32 6 38
% within jenis kelamin 84.2% 15.8% 100.0%
% within hyperarousal 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 84.2% 15.8% 100.0%
umur * Re-experiencing
Crosstab
Re-experiencing Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
umur 12-25 Count 10 0 10
% within umur 100.0% .0% 100.0%
% within Re-experiencing 27.0% .0% 26.3%
% of Total 26.3% .0% 26.3%
26-45 Count 15 1 16
% within umur 93.8% 6.3% 100.0%
% within Re-experiencing 40.5% 100.0% 42.1%
% of Total 39.5% 2.6% 42.1%
46-65 Count 12 0 12
% within umur 100.0% .0% 100.0%
% within Re-experiencing 32.4% .0% 31.6%
% of Total 31.6% .0% 31.6%
Total Count 37 1 38
% within umur 97.4% 2.6% 100.0%
% within Re-experiencing 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.4% 2.6% 100.0%
umur * avoidance
Crosstab
avoidance Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
umur 12-25 Count 10 0 10
% within umur 100.0% .0% 100.0%
% within avoidance 27.0% .0% 26.3%
% of Total 26.3% .0% 26.3%
26-45 Count 15 1 16
% within umur 93.8% 6.3% 100.0%
% within avoidance 40.5% 100.0% 42.1%
% of Total 39.5% 2.6% 42.1%
46-65 Count 12 0 12
% within umur 100.0% .0% 100.0%
% within avoidance 32.4% .0% 31.6%
% of Total 31.6% .0% 31.6%
Total Count 37 1 38
% within umur 97.4% 2.6% 100.0%
% within avoidance 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.4% 2.6% 100.0%
negative
alteration in
mood and
cognition Total
mengalami mengalami
umur 12-25 Count 10 10
% within umur 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood 26.3% 26.3%
and cognition
% of Total 26.3% 26.3%
26-45 Count 16 16
% within umur 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood 42.1% 42.1%
and cognition
% of Total 42.1% 42.1%
46-65 Count 12 12
% within umur 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood 31.6% 31.6%
and cognition
% of Total 31.6% 31.6%
Total Count 38 38
% within umur 100.0% 100.0%
% within negative
alteration in mood 100.0% 100.0%
and cognition
% of Total 100.0% 100.0%
umur * hyperarousal
Crosstab
hyperarousal Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
Umur 12-25 Count 9 1 10
% within umur 90.0% 10.0% 100.0%
% within hyperarousal 28.1% 16.7% 26.3%
% of Total 23.7% 2.6% 26.3%
26-45 Count 12 4 16
% within umur 75.0% 25.0% 100.0%
% within hyperarousal 37.5% 66.7% 42.1%
% of Total 31.6% 10.5% 42.1%
46-65 Count 11 1 12
% within umur 91.7% 8.3% 100.0%
% within hyperarousal 34.4% 16.7% 31.6%
% of Total 28.9% 2.6% 31.6%
Total Count 32 6 38
% within umur 84.2% 15.8% 100.0%
% within hyperarousal 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 84.2% 15.8% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
agama * re-experience 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
agama * avoidance 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
agama * negative alteration in mood and
cognition 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
pendidikan * hyperarousal
38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
pekerjaan * re-experience 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
pekerjaan * avoidance 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
pekerjaan * negative alteration in mood and
cognition 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%
Count
re-experience Total
tidak
mengalami
mengalami gejala mengalami
agama islam 37 1 38
Total 37 1 38
Count
avoidance Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
agama islam 37 1 38
Total 37 1 38
Count
negative alteration in
mood and cognition Total
Count
hyperarousal Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
agama islam 32 6 38
Total 32 6 38
Count
re-experience Total
tidak
mengalami
mengalami gejala mengalami
pendidikan SD 25 1 26
SMP 9 0 9
SMA/SMK 2 0 2
lain-lain 1 0 1
Total 37 1 38
Count
avoidance Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
pendidikan SD 25 1 26
SMP 9 0 9
SMA/SMK 2 0 2
lain-lain 1 0 1
Total 37 1 38
Count
negative alteration in
mood and cognition Total
Count
hyperarousal Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
pendidikan SD 21 5 26
SMP 8 1 9
SMA/SMK 2 0 2
lain-lain 1 0 1
Total 32 6 38
Count
re-experience Total
tidak
mengalami
mengalami gejala mengalami
pekerjaan pelajar 6 0 6
wiraswasta 11 1 12
tidak bekerja 7 0 7
lain-lain 13 0 13
Total 37 1 38
Count
avoidance Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
pekerjaan pelajar 6 0 6
wiraswasta 12 0 12
tidak bekerja 6 1 7
lain-lain 13 0 13
Total 37 1 38
pekerjaan * negative alteration in mood and cognition Crosstabulation
Count
negative alteration in
mood and cognition Total
Count
hyperarousal Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
pekerjaan pelajar 6 0 6
wiraswasta 12 0 12
tidak bekerja 5 2 7
lain-lain 9 4 13
Total 32 6 38
Count
re-experience Total
tidak mengalami
mengalami gejala mengalami
suku jawa 37 1 38
Total 37 1 38
Count
avoidance Total
tidak
mengalami mengalami mengalami
gejala gejala gejala
suku jawa 37 1 38
Total 37 1 38
suku * negative alteration in mood and cognition Crosstabulation
Count
negative alteration in mood and
cognition Total
mengalami gejala mengalami gejala
suku jawa 38 38
Total 38 38
Count
hyperarousal Total
mengalami tidak mengalami
gejala gejala mengalami gejala
suku jawa 32 6 38
Total 32 6 38
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase gambaran gejala Post Traumatic
Frequency Table
mengalami gejala
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mengalami semua gejala 30 78.9 78.9 78.9
tidak menglami semua
gejala 8 21.1 21.1 100.0
Total 38 100.0 100.0
Foto dokumentasi penelitian