Biaya Hidup
Biaya Hidup
Oleh :
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan maksimal dan tepat waktu.
Paper ini kami susun dari beberapa referensi buku yang telah direkomendasikan
pengajar atau dosen serta beberapa sumber dari internet sebagai penunjang materi paper
kami. Semoga paper ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Universitas Udayana Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu, kami memohon maaf jika terdapat
kesalahan dalam paper ini baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kami juga
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
paper ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari perhitungan IHK ini adalah untuk mengukur perubahan-perubahan biaya
hidup. Dengan kata lain, indeks harga konsumen dapat membantu mengukur berapa banyak
pendapatan yang harus bertambah agar dapat mempertahankan standar hidup.
2.3 Cara Menghitung IHK
Ketika menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) dan laju inflasi, Departemen
Statistik menggunakan data tentang harga-harga ribuan barang dan jasa. Untuk melihat
dengan tepat bagaimana statistik ini dibangun, mari kita lihat sebuah ekonomi sederhana di
mana konsumen hanya membeli dua barang, yaitu ayam goreng dan burger. Kembali, dolar
AS digunakan untuk membandingkan harga. Cara menghitung IHK, antara lain:
Langkah 4 : Memilih Satu Tahun sebagai Tahun Basis (2007) dan Menghitung Indeks Harga
Konsumen pada Setiap Tahun
2007 ($8/$8) x 100 = 100
2008 ($14/$8) x 100 = 175
2009 ($20/$8) x 100 = 250
Langkah 5 : Menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Menghitung Laju Inflasi dari
Tahun Sebelumnya
2008 (175 ─ 100) / 100 x 100 = 75%
2009 (250 ─ 175) / 175 x 100 = 43%
1. Bias Substitusi
Ketika harga-harga berubah dari satu tahun ke tahun yang lain, harga-harga tersebut
tidak berubah secara seimbang. Terdapat harga barang yang satunya mengalami peningkatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga-harga barang lainnya. Konsumen merespon
perubahan harga yang berbeda ini dengan membeli sedikit barang-barang yang harganya naik
tinggi dan membeli barang-barang yang mengalami kenaikan harga lebih kecil atau bahkan
yang harganya mungkin turun. Dengan kata lain, konsumen beralih pada barang-barang yang
relatif lebih rendah. Jika indeks harga dihitung dengan mengasumsikan keranjang barang
tetap, indeks harga ini menghilangkan kemungkinan substitusi (penggantian) yang dilakukan
oleh konsumen sehingga terlalu melebih-lebihkan kenaikan biaya hidup dari satu tahun ke
tahun berikutnya.
Contoh sederhananya sebagai berikut, anggaplah pada tahun basis, pisang lebih murah
daripada nanas. Akibatnya konsumen akan lebih banyak membeli pisang daripada membeli
nanas. Ketika Departemen Statistik menyusun keranjang barang, departemen ini akan
menyertakan lebih banyak pisang dibandingkan nanas. Anggaplah bahwa tahun berikutnya
nanas akan lebih murah daripada pisang. Konsumen secara otomatis akan merespon
perubahan harga ini dengan membeli lebih banyak buah nanas dibandingkan dengan buah
pisang. Namun, ketika menghitung indeks harga konsumen, para ahli statistik menggunakan
keranjang tetap yang esensinya mengasumsi bahwa konsumen akan terus membeli pisang
yang sekarang sedang mahal dalam jumlah sama sebagaimana sebelumnya, Karena alasan
ini, indeks ini akan mengukur kenaikan yang jauh lebih besar pada biaya hidup daripada yang
sebenarnya dialami oleh para konsumen.
Ketika barang baru diperkenalkan, para konsumen memiliki varietas lebih banyak
yang dapat mereka pilih. Ragam produk yang lebih besar, pada gilirannya akan membuat
uang lebih bernilai, sehingga konsumen membutuhkan uang lebih sedikit untuk memelihara
standar hidup yang ada. Namun, karena Indeks Harga Konsumen didasarkan pada keranjang
tetap barang dan jasa, IHK tidak mencerminkan perubahan pada daya beli uang ini.
Jika kualitas barang memburuk dari satu tahun ke tahun berikutnya, nilai uang jatuh,
bahkan jika harga barang tetap sama. Begitupun juga, jika kualitas naik dari satu tahun ke
tahun berikutnya, nilai uang akan naik. Pakar statistik membuat penjelasan untuk perubahan
kualitas ini sebisa mungkin. Ketika kualitas barang di keranjang berubah-ubah, misalnya
ketika sebuah model mobil memiliki tenaga kuda lebih besar atau mengonsumsi lebih hemat
dari satu tahun ke tahun berikutnya, maka pakar statistik menyesuaikan harga barang untuk
menjelaskan perubahan kualitas. Pada dasarnya, pakar statistik mencoba untuk menghitung
harga keranjang barang yang kualitasnya konstan. Meskipun usaha yang dilakukan pakar
statistik sudah sangat bes ar, perubahan-perubahan pada kualitas masih merupakan masalah,
karena kualitas sangat sulit diukur.
Perbedaan pertama adalah bahwa Deflator PDB mengukur harga seluruh barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan IHK hanya mengukur harga barang dan jasa
yang dibeli konsumen. Jadi, peningkatan dalam harga barang yang diproduksi oleh
perusahaan atau pemerintah akan tampak meningkat dalam deflator PDB tetapi tidak dalam
IHK. Sebagai contoh, peningkatan harga pada kendaraan lapis baja diproduksi oleh
pemanufaktur lokal yang dijual ke angkatan bersenjata. Meskipun kendaraan ini adalah
bagian dari PDB, kendaraan ini bukanlah bagian dari keranjang barang dan jasa yang dibeli
oleh konsumen biasa. Oleh karena itu, kenaikan harga ini muncul di deflator PDB, tetapi
bukan di indeks harga konsumen. Selain itu, barang-barang impor bukan merupakan bagian
dari PDB dan tidak meningkatkan deflator PDB. Sebagai contoh, kenaikan harga mobil
Toyota yang dibuat di Jepang dan dijual dinegeri ini mempengaruhi IHK, karena mobil
Toyota dibeli oleh konsumen, tetapi tidak mempengaruhi deflator PDB.
Perbedaan kedua ada pada cara deflator PDB dan IHK mengagregatkan berbagai
tingkat harga dalam perekonomian. IHK menggunakan timbangan tetap terhadap harga
barang-barang yang berbeda, sedangkan deflator PDB menggunakan timbangan tidak tetap.
Dengan kata lain, IHK dihitung dengan menggunakan sekelompok barang tetap, sedangkan
deflator PDB memungkinkan kelompok barang itu berubah setiap saat bila komposisi PDB
berubah. Sebagai contoh, musim hujan menghancurkan perkebunan cabai nasional. Produksi
cabai menjadi nol, dan harga cabai yang masih ada di rak-rak grosir meroket. Karena cabai
tidak lagi menjadi bagian dari PDB, maka peningkatan harga cabai tidak tampak dalam
deflator PDB. Tetapi, karena IHK dihitung dengan sekelompok barang tetap, peningkatan
harga cabai menyebabkan peningkatan yang cukup mencolok dalam IHK.
Para ekonom menyebut indeks harga dengan sekelompok barang tetap sebagai indeks
Laspeyres dan indeks harga dengan sekelompok barang tidak tetap sebagai indeks Paasche.
Para pembuat teori ekonomi mempelajari muatan dari jenis indeks harga yang berbeda ini
untuk menentukan mana ukuran biaya hidup yang lebih baik. Jawabannya, tidak ada yang
jelas-jelas lebih unggul. Ketika harga barang-barang yang berbeda berubah dengan jumlah
yang berbeda, indeks Laspeyres (kelompok barang tetap) cenderung menetapkan terlalu
tinggi peningkatan biaya hidup, karena tidak memperhitungkan bahwa konsumen memiliki
peluang untuk mensubstitusi barang yang lebih murah ketimbang barang yang mahal.
Sebaliknya, indeks Paasche (kelompok barang tidak tetap) cenderung menetapkan terlalu
rendah peningkatan biaya hidup. Meskipun memperhitungkan substitusi barang-barang
alternatif, namun indeks ini tidak mencerminkan pengurangan dalam kesejahteraan konsumen
yang mungkin disebabkan oleh substitusi itu.
Sebagai contoh, perkebunan apel yang hancur menunjukkan adanya masalah dalam
indeks harga Laspeyres dan indeks Paasche. Karena merupakan indeks Laspeyres, CPI
melebihkan dampak dari kenaikan harga apel terhadap konsumen dengan menggunakan
sekelompok barang tetap, indeks ini mengabaikan kemampuan konsumen mengganti apel
dengan jeruk. Sebaliknya, karena merupakan indeks Paasche, deflator PDB mengurangi
dampak terhadap konsumen, deflator PDB menunjukkan tidak ada kenaikan harga, tetapi
sebenarnya harga apel yang mahal membuat kondisi konsumen menjadi lebih buruk.
Untungnya, perbedaan di antara deflator PDB dan IHK biasanya tidak besar dalam
praktek. Gambar di bawah ini menunjukkan perubahan persentase dalam deflator PDB dan
perubahan persentase dalam IHK untuk setiap tahun sejak 1948. Kedua persentase tersebut
biasanya menyampaikan cerita yang sama tentang seberapa cepat harga meningkat.
2.6 Mengoreksi Variabel Ekonomi Terhadap Dampak Inflasi
Indeks Harga digunakan untuk mengoreksi efek inflasi saat membandingkan nilai
uang dari waktu yang berbeda. Setelah mengetahui cara mengukur Indeks Harga Konsumen
(IHK), selanjutnya kita menggunakan indeks ini untuk membandingkan pendapatan dari
masa lalu dengan pendapatan pada saat sekarang ini.
Untuk mengetahui perubahan nilai uang dari waktu ke waktu dapat di teliti melalui
besar upah pada waktu dahulu dengan waktu yang sekarang menggunakan rumus :
Contoh : Upah pesepak bola George West pada tahun 1968 sebesar $293. Statistik
pemerintah menunjukkan IHK sebesar 9,7 untuk tahun 1968 dan 110 untuk tahun 2004
(anggapan tahun sekarang adalah tahun 2004). Perhitungannya :
110
= $293 x
9,7
= $3,310
Dapat dilihat dari hasil diatas, bahwa upah George West tahun 1968 setara dengan upah hari
ini sebesar lebih dari $3,310. Upah sejumlah itu merupakan penghasilan yang lumayan, tetapi
lebih sedikit jika dibandingkan dengan upah pemain bola rata-rata di Liga Premier Inggris
hari ini, dan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan upah pemain bola bintang utama
seperti Ryan Giggs, sebesar $38.462.
2.6.2 Indeksasi
Indeksasi (indexation) adalah penyesuaian otomatis dari jumlah uang yang ada
dengan dampak inflasi oleh undang-undang atau kontrak. Ketika beberapa jumlah dolar
secara otomatis dikoreksi untuk inflasi oleh hukum atau kontrak jumlah tersebut dikatakan
diindeks untuk inflasi. Contoh : ketika sebuah perusahaan memberikan kontrak jangka
panjang dengan serikat pekerja, dan demikian menyertakan indeksasi upah yang persial atau
yang lengkap pada indeks harga konsumen. Ketetapan ini adalah tunjangan biaya hidup yang
secara otomatis meningkatkan upah ketika indeks harga konsumen naik.
2.6.3 Suku Bunga Nominal dan Suku Bunga Riil
Bunga merupakan pembayaran masa mendatang untuk transfer uang pada masa lalu.
Suku bunga nominal (nominal interest rate) adalah suku bunga yang bisa dilaporkan tanpa
koreksi terhadap dampak inflasi. Contohnya suku bunga yang diberikan oleh bank.
Sedangkan suku bunga riil (real interest rate) adalah suku bunga yang telah dikoreksi
terhadap dampak inflasi. Suku bunga riil menunjukkan seberapa cepat daya beli rekening
bank naik sepanjang waktu. Suku bunga riil dapat dihitung dengan cara berikut :
Contoh : Tuan Andre meminjam $1.000 untuk satu tahun, tingkat suku bunga nominal pada
tahun itu adalah 15% dan selama tahun tersebut tingkat inflasinya adalah 10%.
= 5%
Jadi suku bunga riil yang diperoleh Tuan Andre sebesar 5%.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perhitungan biaya hidup atau cost of living artinya intruksi langkah demi langkah
tentang cara menghitung biaya kehidupan kita sehari-hari secara terperinci dan terlaksana.
Untuk menghitung biaya hidup, para ahli statistik menggunakan salah satu cara, yaitu dengan
menghitung Indeks Harga Konsumen dengan tujuan untuk mengukur perubahan-perubahan
biaya hidup. IHK adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli konsumen.
Ada 5 langkah yang dilakukan oleh Departemen Statistik di dalam perhitungan IHK hingga
menghitung laju inflasi. Langkah pertama menentukan isi keranjang dengan menentukan
harga-harga mana yang paling penting bagi konsumen tertentu, kedua menentukan harga
setiap barang dan jasa dalam keranjang untuk setiap masa waktu, ketiga menghitung jumlah
harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu, keempat memilih satu
tahun sebagai tahun basis yang merupakan tolok ukur yang menjadi bandingan tahun-tahun
yang lainnya, langkah terakhir adalah menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk
menghitung laju inflasi (inflation rate).
Di dalam perhitungan IHK terdapat masalah-masalah yang sampai saat ini sulit untuk
diatasi. Permasalahan tersebut antara lain bias substitusi, munculnya barang-barang baru, dan
perubahan kualitas yang tidak terukur. Sebelumnya telah dijelaskan mengenai perbedaan
antara deflator PDB dengan IHK. Perbedaan pertama, bahwa Deflator PDB mengukur harga
seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan IHK hanya mengukur
harga barang dan jasa yang dibeli konsumen. Kedua, adanya perbedaan cara antara deflator
PDB dan IHK dalam mengagregatkan berbagai tingkat harga dalam perekonomian. Tujuan
dari mengukur tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian adalah untuk melakukan
perbandingan antara nilai moneter dari masa waktu yang berbeda dengan memperhatikan
nilai uang dari waktu ke waktu, indeksasi, dan suku bunga nominal dan suku bunga riil.
DAFTAR PUSTAKA