Anda di halaman 1dari 13

BIAYA HIDUP

Oleh :

Erika Chandra Putri 1607521082

Komang Ayu Triska Anandita 1607521086

A.A. Ayu Oka Mirah Wahyuni 1607521088

Ni Luh Diah Ayu Wardani 1607521091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan maksimal dan tepat waktu.
Paper ini kami susun dari beberapa referensi buku yang telah direkomendasikan
pengajar atau dosen serta beberapa sumber dari internet sebagai penunjang materi paper
kami. Semoga paper ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Universitas Udayana Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam paper ini. Oleh karena itu, kami memohon maaf jika terdapat
kesalahan dalam paper ini baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kami juga
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
paper ini.

Bukit Jimbaran, 17 Februari 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi perekonomian secara keseluruhan berpengaruh sangat besar terhadap kita


semua, maka dari itu penting untuk membahas sejumlah data yang digunakan oleh para
ekonom dan pembuat kebijakan untuk memonitor kinerja perekonomian secara keseluruhan.
Selain itu, sangat penting untuk kita bisa melakukan perhitungan terkait dengan biaya hidup.
Dalam ilmu ekonomi makro, untuk mengukur suatu pendapatan total dari sebuah negara
dapat menggunakan PDB atau Produk Domestik Bruto dan untuk mengukur keseluruhan dari
biaya hidup para ekonom dan departemen statistik menggunakan IHK atau Indeks Harga
Konsumen. Dalam sebuah negara penting untuk mengetahui perkembangan atau
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk itu makalah ini dibuat dengan harapan agar
pembaca memahami mengenai materi perhitungan biaya hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan biaya hidup ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan IHK (Indeks Harga Konsumen) ?
1.2.3 Bagaimana cara menghitung IHK ?
1.2.4 Apa saja masalah yang mungkin terjadi di dalam perhitungan biaya hidup ?
1.2.5 Apa perbedaan antara Deflator PDB dengan IHK ?
1.2.6 Bagaimana cara mengoreksi variabel ekonomi terhadap dampak inflasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui apa itu biaya hidup
1.3.2 Mengetahui pengertian dari IHK
1.3.3 Mengetahui cara menghitung IHK
1.3.4 Mengetahui permasalahan yang dapat terjadi di dalam perhitungan IHK
1.3.5 Mengetahui perbedaan antara Deflator PDB dengan IHK
1.3.6 Mengetahui cara mengoreksi variabel ekonomi terhadap dampak inflasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biaya Hidup


Dalam arti luas, biaya hidup adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur
dengan satuan uang, baik yang sudah terjadi maupun belum terjadi untuk tujuan tertentu.
Topik yang akan dibahas adalah cara perhitungan biaya hidup atau cost of living yang artinya
intruksi langkah demi langkah tentang cara menghitung biaya kehidupan kita sehari-hari
secara terperinci dan terlaksana, seperti : konsumsi, listrik, air, telepon, gas, transportasi,
konsumsi, periksaan kesehatan, asuransi, cicilan, pajak Dan lain sebagainya. Hal inilah yang
dilakukan oleh para ahli yang disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Bagi setiap kelompok masyarakat/keluarga mempunyai tanggung jawab setiap jangka


waktu yang ditentukan, misalnya sebulan sekali kita punya tanggungan dengan beberapa
kategori, yakni :

1. Sewa dan utility (gas, listrik, air, telepon, dan internet)


2. Transportasi (mobil, sepeda motor, bus, angkutan umum, ojek, becak dokar dan
perbaikan atau perawatan kendaraan pribadi)
3. Kedokteran/kesehatan kita (dari perawatan tubuh, kulit, THT, gigi dan asuransi
kesehatan)
4. Sandang, pangan dan papan (pakaian, baju, kaos, celana, jilbab, sarung, makanan dan
minuman, dan rumah)
5. Hiburan (restoran, teater, perkumpulan, tiket nonton)
6. Langganan bulanan (koran, majalah, TV, internet)
7. Kartu kredit (cicilan rumah, mobil, sepeda motor, laptop, hp)
8. Tabungan dan investasi

2.2 Indeks Harga Konsumen (IHK)


Pengertian Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) adalah
ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli konsumen (Mankiw N. Gregory,
Principles Of Economics, volume 2). Perhitungan IHK dilakukan dan dilaporkan oleh biro
statistika tenaga kerja yang merupakan bagian dari Departemen Tenaga Kerja setiap
bulannya.

Tujuan dari perhitungan IHK ini adalah untuk mengukur perubahan-perubahan biaya
hidup. Dengan kata lain, indeks harga konsumen dapat membantu mengukur berapa banyak
pendapatan yang harus bertambah agar dapat mempertahankan standar hidup.
2.3 Cara Menghitung IHK
Ketika menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) dan laju inflasi, Departemen
Statistik menggunakan data tentang harga-harga ribuan barang dan jasa. Untuk melihat
dengan tepat bagaimana statistik ini dibangun, mari kita lihat sebuah ekonomi sederhana di
mana konsumen hanya membeli dua barang, yaitu ayam goreng dan burger. Kembali, dolar
AS digunakan untuk membandingkan harga. Cara menghitung IHK, antara lain:

1. Tentukan isi keranjangnya


Langkah pertama dalam menghitung IHK adalah menentukan harga-harga mana yang
paling penting bagi konsumen tertentu. Jika konsumen tersebut membeli lebih banyak
ayam goreng daripada burger, maka harga ayam goreng lebih penting daripada harga
burger, sehingga harus diberikan bobot dalam mengukur biaya hidup. Departemen
Statistik menentukan bobot-bobot ini dengan menyurvei konsumen dan menemukan
keranjang barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tertentu. Dalam contoh tabel
dibawah ini, konsumen tertentu membeli keranjang yang terdiri atas 4 potong ayam
goreng dan 2 burger.
2. Tentukan harga-harganya
Langkah kedua dalam menghitung IHK adalah menentukan harga setiap barang dan
jasa dalam keranjang untuk setiap masa waktu. Tabel dibawah ini menunjukkan
harga-harga ayam goreng dan burger untuk tiga tahun yang berbeda.
3. Menghitung harga seluruh isi keranjang
Langkah ketiga adalah menggunakan data harga-harga untuk menghitung jumlah
harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu. Tabel dibawah
ini menunjukkan perhitungan untuk setiap tahun dari tiga tahun tersebut.
Perhatikanlah bahwa hanya harga-harga dalam perhitungan ini yang berubah. Dengan
menentapkan isi keranjang untuk selalu sama (4 potong ayam goreng dan 2 burger),
kita meniadakan dampak perubahan harga dari dampak perubahan jumlah apapun
yang mungkin terjadi pada saat yang sama.
4. Memilih tahun basis (tahun dasar) dan menghitung indeksnya
Langkah keempat adalah memilih satu tahun sebagai tahun basis yang merupakan
tolok ukur yang menjadi bandingan tahun-tahun yang lainnya. Untuk menghitung
indeksnya, harga keranjang barang dan jasa untuk setiap tahun dibagi dengan harga
keranjang pada tahun basis. Perbandingan ini kemudian dikalikan 100. Angka
hasilnya adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
5. Menghitung laju inflasi
Langkah kelima dan langkah terakhir adalah menggunakan Indeks Harga Konsumen
(IHK) untuk menghitung laju inflasi (inflation rate) yang merupakan perubahan
persentase pada indeks harga dari periode sebelumnya, yaitu laju inflasi antara dua
tahun yang berurutan dihitung sebagai berikut :

CPI pada tahun ke−2 ─ CPI pada tahun ke−1


Laju inflasi pada tahun ke-2 = x 100
CPI pada tahun ke−1
Tabel 1

Langkah 1 : Menyurvei Konsumen untuk Menentukan Keranjang Tetap Barang

4 potong ayam goreng, 2 burger

Langkah 2 : Mencari Harga Setiap Barang pada Setiap Tahun


Tahun Harga Ayam Goreng Harga Burger
2007 $1 $2
2008 2 3
2009 3 4

Langkah 3 : Menghitung Biaya Keranjang Barang pada Setiap Tahun


2007 ($1 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($2 per burger x 2
burger) = $8
2008 ($2 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($3 per burger x 2
burger) = $14
2009 ($3 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($4 per burger x 2
burger) = $20

Langkah 4 : Memilih Satu Tahun sebagai Tahun Basis (2007) dan Menghitung Indeks Harga
Konsumen pada Setiap Tahun
2007 ($8/$8) x 100 = 100
2008 ($14/$8) x 100 = 175
2009 ($20/$8) x 100 = 250

Langkah 5 : Menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Menghitung Laju Inflasi dari
Tahun Sebelumnya
2008 (175 ─ 100) / 100 x 100 = 75%
2009 (250 ─ 175) / 175 x 100 = 43%

2.4 Masalah-Masalah dalam Perhitungan Biaya Hidup


Target dari Indeks Harga Konsumen adalah mengukur perubahan-perubahan pada
biaya hidup. Dengan kata lain, indeks harga konsumen mencoba untuk mengukur berapa
banyak penghasilan yang harus dinaikkan guna memelihara standar hidup yang konstan.
Namun, Indeks Harga Konsumen bukanlah ukuran biaya hidup yang sempurna. Terdapat tiga
permasalahan dengan indeks yang sudah diketahui secara luas, tetapi masih sulit untuk
dipecahkan. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Bias Substitusi

Ketika harga-harga berubah dari satu tahun ke tahun yang lain, harga-harga tersebut
tidak berubah secara seimbang. Terdapat harga barang yang satunya mengalami peningkatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga-harga barang lainnya. Konsumen merespon
perubahan harga yang berbeda ini dengan membeli sedikit barang-barang yang harganya naik
tinggi dan membeli barang-barang yang mengalami kenaikan harga lebih kecil atau bahkan
yang harganya mungkin turun. Dengan kata lain, konsumen beralih pada barang-barang yang
relatif lebih rendah. Jika indeks harga dihitung dengan mengasumsikan keranjang barang
tetap, indeks harga ini menghilangkan kemungkinan substitusi (penggantian) yang dilakukan
oleh konsumen sehingga terlalu melebih-lebihkan kenaikan biaya hidup dari satu tahun ke
tahun berikutnya.

Contoh sederhananya sebagai berikut, anggaplah pada tahun basis, pisang lebih murah
daripada nanas. Akibatnya konsumen akan lebih banyak membeli pisang daripada membeli
nanas. Ketika Departemen Statistik menyusun keranjang barang, departemen ini akan
menyertakan lebih banyak pisang dibandingkan nanas. Anggaplah bahwa tahun berikutnya
nanas akan lebih murah daripada pisang. Konsumen secara otomatis akan merespon
perubahan harga ini dengan membeli lebih banyak buah nanas dibandingkan dengan buah
pisang. Namun, ketika menghitung indeks harga konsumen, para ahli statistik menggunakan
keranjang tetap yang esensinya mengasumsi bahwa konsumen akan terus membeli pisang
yang sekarang sedang mahal dalam jumlah sama sebagaimana sebelumnya, Karena alasan
ini, indeks ini akan mengukur kenaikan yang jauh lebih besar pada biaya hidup daripada yang
sebenarnya dialami oleh para konsumen.

2. Munculnya Barang-Barang Baru

Ketika barang baru diperkenalkan, para konsumen memiliki varietas lebih banyak
yang dapat mereka pilih. Ragam produk yang lebih besar, pada gilirannya akan membuat
uang lebih bernilai, sehingga konsumen membutuhkan uang lebih sedikit untuk memelihara
standar hidup yang ada. Namun, karena Indeks Harga Konsumen didasarkan pada keranjang
tetap barang dan jasa, IHK tidak mencerminkan perubahan pada daya beli uang ini.

Contohnya adalah ketika telepon genggam diperkenalkan, konsumen dapat


menelepon keluarga dan teman. Jika dibandingkan dengan menelepon dari telepon umum,
menelepon keluarga dan teman dari telepon genggam lebih nyaman dan biayanya lebih
murah pada akhirnya. Indeks biaya hidup yang sempurna akan mencerminkan pengenalan
telepon genggam dengan penurunan biaya hidup. Namun, indeks harga konsumen tidak
berkurang dalam responnya terhadap pengenalan telepon genggam. Pada akhirnya, para ahli
statistik membalikkan keranjang untuk menyertakan telepon genggam. Indeks ini kemudian
mencerminkan perubahan pada harga telepon genggam. Namun, pengurangan pada biaya
hidup yang berhubungan dengan pengenalan awal telepon genggam tidak pernah muncul
dalam indeks.

3. Perubahan Kualitas yang Tidak Terukur

Jika kualitas barang memburuk dari satu tahun ke tahun berikutnya, nilai uang jatuh,
bahkan jika harga barang tetap sama. Begitupun juga, jika kualitas naik dari satu tahun ke
tahun berikutnya, nilai uang akan naik. Pakar statistik membuat penjelasan untuk perubahan
kualitas ini sebisa mungkin. Ketika kualitas barang di keranjang berubah-ubah, misalnya
ketika sebuah model mobil memiliki tenaga kuda lebih besar atau mengonsumsi lebih hemat
dari satu tahun ke tahun berikutnya, maka pakar statistik menyesuaikan harga barang untuk
menjelaskan perubahan kualitas. Pada dasarnya, pakar statistik mencoba untuk menghitung
harga keranjang barang yang kualitasnya konstan. Meskipun usaha yang dilakukan pakar
statistik sudah sangat bes ar, perubahan-perubahan pada kualitas masih merupakan masalah,
karena kualitas sangat sulit diukur.

2.5 Deflator PDB vs IHK


Deflator PDB adalah PDB nominal dengan PDB sebenarnya (rill). Karena PDB
nominal adalah hasil saaat ini yang dinilai pada harga saat ini, sedangkan PDB riil adalah
hasil saat ini yang dinilai pada harga tahun basis, deflator PDB mencerminkan tingkat harga
saat ini yang berhubungan dengan tingkat harga pada tahun basis. Deflator PDB merupakan
satu ukuran yang digunakan oleh para ekonom untuk memonitor tingkat harga rata-rata dalam
perekonomian. Deflator PDB dan IHK memberikan informasi yang berbeda tentang apa yang
terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian. Terdapat dua perbedaan penting
diantara ukuran deflator PDB dan IHK

Perbedaan pertama adalah bahwa Deflator PDB mengukur harga seluruh barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan IHK hanya mengukur harga barang dan jasa
yang dibeli konsumen. Jadi, peningkatan dalam harga barang yang diproduksi oleh
perusahaan atau pemerintah akan tampak meningkat dalam deflator PDB tetapi tidak dalam
IHK. Sebagai contoh, peningkatan harga pada kendaraan lapis baja diproduksi oleh
pemanufaktur lokal yang dijual ke angkatan bersenjata. Meskipun kendaraan ini adalah
bagian dari PDB, kendaraan ini bukanlah bagian dari keranjang barang dan jasa yang dibeli
oleh konsumen biasa. Oleh karena itu, kenaikan harga ini muncul di deflator PDB, tetapi
bukan di indeks harga konsumen. Selain itu, barang-barang impor bukan merupakan bagian
dari PDB dan tidak meningkatkan deflator PDB. Sebagai contoh, kenaikan harga mobil
Toyota yang dibuat di Jepang dan dijual dinegeri ini mempengaruhi IHK, karena mobil
Toyota dibeli oleh konsumen, tetapi tidak mempengaruhi deflator PDB.

Perbedaan kedua ada pada cara deflator PDB dan IHK mengagregatkan berbagai
tingkat harga dalam perekonomian. IHK menggunakan timbangan tetap terhadap harga
barang-barang yang berbeda, sedangkan deflator PDB menggunakan timbangan tidak tetap.
Dengan kata lain, IHK dihitung dengan menggunakan sekelompok barang tetap, sedangkan
deflator PDB memungkinkan kelompok barang itu berubah setiap saat bila komposisi PDB
berubah. Sebagai contoh, musim hujan menghancurkan perkebunan cabai nasional. Produksi
cabai menjadi nol, dan harga cabai yang masih ada di rak-rak grosir meroket. Karena cabai
tidak lagi menjadi bagian dari PDB, maka peningkatan harga cabai tidak tampak dalam
deflator PDB. Tetapi, karena IHK dihitung dengan sekelompok barang tetap, peningkatan
harga cabai menyebabkan peningkatan yang cukup mencolok dalam IHK.

Para ekonom menyebut indeks harga dengan sekelompok barang tetap sebagai indeks
Laspeyres dan indeks harga dengan sekelompok barang tidak tetap sebagai indeks Paasche.
Para pembuat teori ekonomi mempelajari muatan dari jenis indeks harga yang berbeda ini
untuk menentukan mana ukuran biaya hidup yang lebih baik. Jawabannya, tidak ada yang
jelas-jelas lebih unggul. Ketika harga barang-barang yang berbeda berubah dengan jumlah
yang berbeda, indeks Laspeyres (kelompok barang tetap) cenderung menetapkan terlalu
tinggi peningkatan biaya hidup, karena tidak memperhitungkan bahwa konsumen memiliki
peluang untuk mensubstitusi barang yang lebih murah ketimbang barang yang mahal.
Sebaliknya, indeks Paasche (kelompok barang tidak tetap) cenderung menetapkan terlalu
rendah peningkatan biaya hidup. Meskipun memperhitungkan substitusi barang-barang
alternatif, namun indeks ini tidak mencerminkan pengurangan dalam kesejahteraan konsumen
yang mungkin disebabkan oleh substitusi itu.

Sebagai contoh, perkebunan apel yang hancur menunjukkan adanya masalah dalam
indeks harga Laspeyres dan indeks Paasche. Karena merupakan indeks Laspeyres, CPI
melebihkan dampak dari kenaikan harga apel terhadap konsumen dengan menggunakan
sekelompok barang tetap, indeks ini mengabaikan kemampuan konsumen mengganti apel
dengan jeruk. Sebaliknya, karena merupakan indeks Paasche, deflator PDB mengurangi
dampak terhadap konsumen, deflator PDB menunjukkan tidak ada kenaikan harga, tetapi
sebenarnya harga apel yang mahal membuat kondisi konsumen menjadi lebih buruk.

Untungnya, perbedaan di antara deflator PDB dan IHK biasanya tidak besar dalam
praktek. Gambar di bawah ini menunjukkan perubahan persentase dalam deflator PDB dan
perubahan persentase dalam IHK untuk setiap tahun sejak 1948. Kedua persentase tersebut
biasanya menyampaikan cerita yang sama tentang seberapa cepat harga meningkat.
2.6 Mengoreksi Variabel Ekonomi Terhadap Dampak Inflasi
Indeks Harga digunakan untuk mengoreksi efek inflasi saat membandingkan nilai
uang dari waktu yang berbeda. Setelah mengetahui cara mengukur Indeks Harga Konsumen
(IHK), selanjutnya kita menggunakan indeks ini untuk membandingkan pendapatan dari
masa lalu dengan pendapatan pada saat sekarang ini.

2.6.1 Nilai Uang dari Waktu ke Waktu

Untuk mengetahui perubahan nilai uang dari waktu ke waktu dapat di teliti melalui
besar upah pada waktu dahulu dengan waktu yang sekarang menggunakan rumus :

tingkat harga tahun sekarang


Upah tahun sekarang = Upah tahun dulu X
tingkat harga tahun dulu

Contoh : Upah pesepak bola George West pada tahun 1968 sebesar $293. Statistik
pemerintah menunjukkan IHK sebesar 9,7 untuk tahun 1968 dan 110 untuk tahun 2004
(anggapan tahun sekarang adalah tahun 2004). Perhitungannya :

tingkat harga tahun sekarang


Upah tahun 2004 = Upah tahun 1968 x
tingkat harga tahun dulu

110
= $293 x
9,7

= $3,310

Dapat dilihat dari hasil diatas, bahwa upah George West tahun 1968 setara dengan upah hari
ini sebesar lebih dari $3,310. Upah sejumlah itu merupakan penghasilan yang lumayan, tetapi
lebih sedikit jika dibandingkan dengan upah pemain bola rata-rata di Liga Premier Inggris
hari ini, dan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan upah pemain bola bintang utama
seperti Ryan Giggs, sebesar $38.462.

2.6.2 Indeksasi

Indeksasi (indexation) adalah penyesuaian otomatis dari jumlah uang yang ada
dengan dampak inflasi oleh undang-undang atau kontrak. Ketika beberapa jumlah dolar
secara otomatis dikoreksi untuk inflasi oleh hukum atau kontrak jumlah tersebut dikatakan
diindeks untuk inflasi. Contoh : ketika sebuah perusahaan memberikan kontrak jangka
panjang dengan serikat pekerja, dan demikian menyertakan indeksasi upah yang persial atau
yang lengkap pada indeks harga konsumen. Ketetapan ini adalah tunjangan biaya hidup yang
secara otomatis meningkatkan upah ketika indeks harga konsumen naik.
2.6.3 Suku Bunga Nominal dan Suku Bunga Riil

Bunga merupakan pembayaran masa mendatang untuk transfer uang pada masa lalu.
Suku bunga nominal (nominal interest rate) adalah suku bunga yang bisa dilaporkan tanpa
koreksi terhadap dampak inflasi. Contohnya suku bunga yang diberikan oleh bank.
Sedangkan suku bunga riil (real interest rate) adalah suku bunga yang telah dikoreksi
terhadap dampak inflasi. Suku bunga riil menunjukkan seberapa cepat daya beli rekening
bank naik sepanjang waktu. Suku bunga riil dapat dihitung dengan cara berikut :

Suku bunga riil = Suku bunga nominal – Laju inflasi

Contoh : Tuan Andre meminjam $1.000 untuk satu tahun, tingkat suku bunga nominal pada
tahun itu adalah 15% dan selama tahun tersebut tingkat inflasinya adalah 10%.

Suku bunga riil = Suku bunga nominal – Laju inflasi

Suku bunga riil = 15% - 10%

= 5%

Jadi suku bunga riil yang diperoleh Tuan Andre sebesar 5%.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perhitungan biaya hidup atau cost of living artinya intruksi langkah demi langkah
tentang cara menghitung biaya kehidupan kita sehari-hari secara terperinci dan terlaksana.
Untuk menghitung biaya hidup, para ahli statistik menggunakan salah satu cara, yaitu dengan
menghitung Indeks Harga Konsumen dengan tujuan untuk mengukur perubahan-perubahan
biaya hidup. IHK adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli konsumen.
Ada 5 langkah yang dilakukan oleh Departemen Statistik di dalam perhitungan IHK hingga
menghitung laju inflasi. Langkah pertama menentukan isi keranjang dengan menentukan
harga-harga mana yang paling penting bagi konsumen tertentu, kedua menentukan harga
setiap barang dan jasa dalam keranjang untuk setiap masa waktu, ketiga menghitung jumlah
harga keseluruhan isi keranjang barang dan jasa dari waktu ke waktu, keempat memilih satu
tahun sebagai tahun basis yang merupakan tolok ukur yang menjadi bandingan tahun-tahun
yang lainnya, langkah terakhir adalah menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk
menghitung laju inflasi (inflation rate).

Di dalam perhitungan IHK terdapat masalah-masalah yang sampai saat ini sulit untuk
diatasi. Permasalahan tersebut antara lain bias substitusi, munculnya barang-barang baru, dan
perubahan kualitas yang tidak terukur. Sebelumnya telah dijelaskan mengenai perbedaan
antara deflator PDB dengan IHK. Perbedaan pertama, bahwa Deflator PDB mengukur harga
seluruh barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan IHK hanya mengukur
harga barang dan jasa yang dibeli konsumen. Kedua, adanya perbedaan cara antara deflator
PDB dan IHK dalam mengagregatkan berbagai tingkat harga dalam perekonomian. Tujuan
dari mengukur tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian adalah untuk melakukan
perbandingan antara nilai moneter dari masa waktu yang berbeda dengan memperhatikan
nilai uang dari waktu ke waktu, indeksasi, dan suku bunga nominal dan suku bunga riil.
DAFTAR PUSTAKA

 Mankiw, N. Gregory, Euston Quah dan Peter Wilson.2014.Pengantar Ekonomi


Makro.Jakarta:Salemba Empat
 Mankiw, N. Gregory.2006.Makro Ekonomi Edisi Ke-Enam.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai