TMJ Faal Revisi
TMJ Faal Revisi
1
2.5.3 Gerak Protrusi Mandibula ................................................................ 17
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 37
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Bentuk S dari Fossa Glenoidalis dan Eminensia Artikularis ............. 8
Gambar 2.7 M. Pterygoideus merupakan Otot Utama yang Berperan dalam Gerak
Gambar 3.1 Splint pada (A) Rahang Atas, (B) Rahang Bawah………………..32
3
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Anamnesis: Pertanyaan yang Dapat Diajukan untuk Mengevaluasi Pasien
4
BAB I
PENDAHULUAN
TMJ merupakan salah satu sendi yang paling kompleks dan paling sering
diganakan pada tubuh manusia. TMJ berfungsi dalam mastikasi dan bicara1.
yang melibatkan TMJ. struktur-struktur jaringan lunak pada sendi tersebut, dan
digunakan secara sinonim dengan TMD, dan diperkirakan sebagai penyebab utama
TMD memiliki tanda dan gejala bermacam-macam. Salah satu tanda yaitu
prevalensi remaja usia 12-16 tahun yang mengalami gangguan pada TMJ sebesar
21,3% dan yang mengalami deviasi mandibula sebesar 6,1%. Salah satu
5
utama mastikasi terdiri dari gigi, TMJ dan otot-otot, yang akan saling memengaruhi
saat fungsi maupun saat mengalami kelainan1. Spasme otot pada deviasi mandibula
makanan yang dikonsumsi dan menunjukkan fungsi mastikasi yang tidak baik serta
efek malnutrisi sangat mungkin terjadi. Deviasi mandibula jika dibiarkan akan
mengakibatkan kerusakan mastikasi lebih lanjut, antara lain sakit dan bengkak pada
faktor yang berperan dalam terjadinya TMD, seperti trauma pada rahang atau TMJ,
perlunya pemahaman yang lebih baik terhadap faktor etiologi TMD agar dapat
terhadap TMD sangat bergantung pada identifikasi dan kontrol faktor-faktor yang
6
BAB II
TEMPOROMANDIBULAR JOINT (TMJ)
yang berarti sendi yang mampu melakukan pergerakan jenis engsel (ginglymos) dan
oleh kapsul fibrosa. Condylus mandibula membentuk bagian bawah dari sendi dan
cekungan pada tulang temporal (fossa glenoidalis atau fossa mandibularis). TMJ
dapat dilihat dalam Gambar 2.1. Bentuk S yang terbentuk oleh fossa glenoidalis dan
eminentia articularis berkembang pada usia 6 tahun dan akan berlanjut sampai usia
20 tahunan (Gambar 2.2). Selama pembukaan mulut yang lebar, condylus berotasi
di sekitar sumbu engsel sendi dan meluncur, menyebabkan posisi bergerak ke batas
7
Gambar 2. 2 Bentuk S dari Fossa Glenoidalis dan Eminensia Artikularis
Dikutip dari : Okeson J5
Kapsul sendi dilapisi oleh cairan sinovial dan ruang sendi terisi oleh cairan
synovial. Jaringan synovial merupakan jaringan ikat vaskular yang melapisi kapsul
fibrosa pada sendi dan meluas sampai batas permukaan sendi. Baik ruang sendi
bagian atas maupun bawah dilapisi oleh synovium. Cairan sinovial merupakan
filtrat plasma dengan tambahan musin dan protein. Kandungan utama dalam cairan
mengurangi friksi atau gesekan yang terjadi selama pergerakan dan kompresi
sendi4.
Gambar 2. 3 Artikulasi (Persendian) TMJ Dibentuk oleh Condylus Mandibula yang Menempati
Cekungan pada Tulang Temporale (Fossa Glenoidalis)
Dikutip dari : Okeson J5
8
2.1.1 Discus Articularis
Ruang di antara condylus dan fossa mandibulari diisi oleh jaringan fibrosa
kolagen dengan ketebalan yang bervariasi, yang disebut discus articularis (Gambar
menyerupai kolagen, dan serabut-serabut elastik. Discus tersebut tersusun oleh sel-
sel kartilago dalam jumlah yang bervariasi dan biasanya disebut sebagai
fibrokartilago. Discus articularis melekat pada bagian medial dan lateral dari
gerak rotasi pada discus selama pembukaan dan penutupan rahang. Discus
articularis memiliki ketebalan paling tipis pada bagian tengah dan menebal ke arah
anterior dan posterior. Susunan seperti ini membantu menstabilkan condylus dalam
fossa glenoidalis1,4.
Discus articularis dan perlekatannya membagi TMJ menjadi bagian atas dan
bawah yang dalam keadaan normal tidak terhubung satu dengan lainnya. Volume
pasif dari bagian atas diperkirakan sekitar 1,2 mL, dan 0,9 mL pada bagian bawah.
Atap dari TMJ bagian atas adalah fossa glenoidalis sedangkan dasarnya adalah
permukaan superior discus articularis. Atap dari TMJ bagian bawah adalah
mandibula. Pada batas lateral, discus articularis menyatu dengan kapsul fibrosa,
melekat pada aspek anterolateral dari discus. Serabut dari caput superior M.
9
pterygoideus lateralis melekat dapat dua pertiga anteromedial dari discus
articularis4.
Gambar 2. 4 TMJ merupakan Sendi Ginglymoarthrodial yang Mampu Melakukan Gerakan Jenis
Engsel dan Gliding. Discus Articularis Membagi TMJ Menjadi 2 Bagian, Atas dan Bawah.
Dikutip dari : Okeson J5
yang melekat pada batas permukaan sendi (Gambar 2.4). Serabut-serabut dari
ligamen ini umumnya berjalan vertikal dan tidak membatasi pergerakan sendi.4
10
Gambar 2. 5 Ligamen Kapsular dan Ligamen Temporomandibular.
Dikutip dari : Okeson J5
(eminentia) articularis pada arah posterior dan inferior dan berinsersi pada daerah
medialis dan lateralis, serta M. temporalis (Gambar 2.6, Gambar 2.7, Gambar 2.8).
dari fossa glenoidalis. Bagian posterior dari M. temporalis berperan dalam retrusi
11
pergerakan kontralateral mandibula. M. massetericus dan M. pterygoideus medialis
memiliki insersi pada margo inferior angulus mandibula. Otot-otot tersebut secara
Gambar 2. 6 M. Massetericus dan Pterygoideus Medialis Memiliki Insersi pada Margo Inferior
Angulus Mandibula.
Dikutip dari : Okeson J5
temporalis melekat pada bagian lateral tengkorak dan dibagi menjadi bagian
tendon yang berinsersi pada processus coronoideus dan aspek anterior dari ramus
menjadi 2 bagian. Bagian inferior berasal dari permukaan luar lamina lateralis
tulang palatina. Bagian superior berasal dari tulang sphenoidale dan pterygoid
12
ridge. Caput superior dan inferior dari serabut-serabut otot tersebut berjalan ke
posterior dan lateral, bergabung di depan condylus. Caput superior aktif selama
pergerakan menutup mandibula, dan caput inferior aktif selama gerak membuka
mulut dan protusif mandibula. Translasi caput condylus pada eminentia articularis
os hyoid selama pergerakan mandibula. Otot-otot ini juga berperan dalam retrusi
mandibula4.
13
Gambar 2. 8 Otot-Otot Tambahan dalam Mastikasi.
Dikutip dari : Okeson J5
Vaskularisasi utama dari TMJ berasal dari arteri carotis externa. Arteri carotis
externa melewati columna mandibula dan berjalan ke superior dan posterior, masuk
yaitu arteri facialis dan arteri lingualis, yang memberikan vaskularisasi pada daerah
itu. Pada ketinggian colum mandibula, arteri carotis externa bercabang menjadi
arteri temporalis superficialis dan arteri maxillaris interna. Kedua arteri ini
tulang temporale dan mandibula juga memberikan cabang pada kapsul TMJ.4
14
2.4 Suplai Saraf TMJ
digastricus venter anterior. Inversi sensoris TMJ berasal dari cabang nervus
pada fossa infratemporalis dan kemudian bercabang lagi ke kapsul sendi (Gambar
anterior sendi. Kedua nervus ini terutama memberikan inervasi motoris, namun
kapsul TMJ. Suplai saraf otonom pada TMJ berasal dari nervus auriculotemporalis
15
1. Gerak membuka
2. Gerak menutup
3. Protrusi
4. Retusi
5. Gerak lateral
harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi M. massetericus, serabut
yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh M. infrahyoideus. Sumbu tempat
berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan
bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan
1. M. pterygoideus lateralis
mylohyoideus.
16
2.5.2 Gerak Menutup Mulut
pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada
keadaan processus condylaris berada pada posisi paling posterior dalam fossa
mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminentia articularis. Pada gerak
glenoidalis, sehingga gigi- geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal.5
menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi,
yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi-geligi menggeretak. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar
dan ke bawah pada eminentia articularis dan gigi-geligi akan tetap pada kontak
meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah M. pterygoideus
17
merupakan antagonis dari kontraksi M. pterygoideus lateralis. M. massetericus, M.
mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang
temporalis. M. pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
tonus kontraksi dan menjaga agar gigi-geligi tetap pada kontak meluncur.
Elastisitas bagian posterior discus articularis dan kapsul TMJ akan dapat menahan
agar discus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat
condylaris pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada
akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi
tersebut. Pada sisi berlawanan processus condylaris dan discus articularis akan
18
lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior M.
temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan,
akan tetap ditahan dalam fossa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula
dari sisi kontralateral akan melakukan gerak translasi ke depan. Mandibula akan
berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas
melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput
ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai
terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi-geligi
tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arcus
19
Gambar 2. 10 Gerakan Bennett (Bennett Movement)
Dikutip dari : http://www.dent-wiki.com/dental_technology/bennett-movement/
20
BAB III
TEMPOROMANDIBULAR DISORDER (TMD)
3
umum berupa nyeri dan keterbatasan membuka mulut. Biasanya pasien dengan
gangguan ini mengeluhkan gejala yang persisten atau nyeri wajah kronis. Nyeri
pada gangguan TMJ umumnya disertai suara click pada sendi rahang dan
namun hanya seperempat yang menyadari adanya gangguan tersebut. Lebih jauh
lagi, hanya 5% dari kelompok orang dengan satu atau dua gejala TMD yang pergi
ke dokter. Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi
etiologi yang telah diketahui; namun, sebagian besar dari faktor-faktor tersebut juga
sering dilaporkan pada orang yang tidak menderita TMD. Oleh karena itu, sangatlah
sulit untuk menentukan etiologi pasti dari TMD pada masing-masing pasien3.
21
Tabel 3. 1 Faktor Etiologi TMD.
risiko etiologi pada TMD. Namun, data juga menunjukkan bahwa pada banyak
pasien TMD, tidak ada etiologi pasti yang dapat diidentifikasi kecuali faktor-faktor
yang signifikan pada TMJ, namun gangguan tersebut relatif jarang pada populasi
pasien dengan TMD. Aktivitas parafungsional pada sendi, seperti clenching dan
bruxism, diperkirakan merupakan salah satu etiologi umum dari TMD, namun
faktor yang telah diteliti sebagai penyebab potensial dari TMD, faktor psikologi dan
behavioral (tingkah laku) mendapat perhatian yang lebih selama beberapa tahun
penting dalam onsen dan persistensi dari nyeri punggung bawah dan tension type
22
psikologis dan behavioral berperan penting dalam berkembangnya beberapa jenis
TMD, khususnya yang berhubungan dengan nyeri dan disfungsi otot. Hubungan
rahang dan oklusi gigi pernah dianggap sebagai faktor etiologi dominan dari TMD,
maloklusi dan diskrepansi oklusal, kecuali pada kondisi yang parah, tidak lebih
sering dijumpai pada pasien dengan TMD dibandingkan dengan orang normal.3
TMD saat ini didasarkan pada tanda dan gejala pada pasien. Dahulu gangguan pada
Klasifikasi yang ada saat ini memungkinkan lebih dari 1 diagnosis dan lebih
dari gangguan yang mempengaruhi cranium, TMJ, dan otot-otot mastikasi (Tabel
3.2).4
23
Tabel 3. 2 Klasifikasi Diagnostik Temporomandibular Disorders.
dari TMD:
1. Nyeri myofasial
Merupakan nyeri yang berasal dari otot, umumnya disertai keluhan nyeri pada
Kriteria klinis: Nyeri atau sakit pada rahang, bagian temporal, wajah, area
preauricular, atau di dalam telinga pada saat rahang dalam posisi istirahat
maupun berfungsi, nyeri pada palpasi pada 3 atau lebih area otot.
24
2. Nyeri myofasial dengan pembukaan mulut terbatas
yang terjadi pada saat pembukaan interincisal minimal 5 mm dari posisi mulut
tertutup, clicking tidak terjadai pada pembukaan mulut secara protrusif, dan
mulut terbatas
Discus articularis berubah dari posisi normal di antara condylus dan fossa ke
Kriteria klinis:
25
ii. Pembukaan mulut maksimum tanpa bantuan ≤ 35 mm, peregangan
< 7 mm dan/atau deviasi yang tidak terkoreksi pada sisi ipsilateral saat
membuka mulut.
iii. Tidak disertai bunyi sendi yang tidak termasuk dalam kriteria bunyai
terbatas
Discus articularis berubah dari posisi normal di antara condylus dan fossa ke
posisi anterior dan medial atau lateral, tidak berhubungan dengan pembukaan
Kriteria klinis:
≥ 7 mm.
ii. Disertai bunyi sendi yant tidak termasuk dalam kriteria bunyi sendi
6. Artharlgia
Nyeri dan tenderness pada kapsul sendi dan/atau lapisan synovial TMJ.
Kriteria klinis:
ii. Nyeri pada sendi selama pembukaan mulut maksimum (dengan atau
tanpa bantuan)
26
iii. Nyeri pada sendi selama ekskursi lateral
7. Osteoarthritis TMJ
struktur-struktur sendi.
Kriteria klinis:
erosi dari outline kortikal normal, sklerosis pada sebagian atau seluruh
8. Osteoarthrosis TMJ
abnomal.
Kriteria klinis:
ii. Krepitus.
erosi dari outline kortikal normal, sklerosis pada sebagian atau seluruh
27
3.4.1 Anamnesis
Gejala paling umum yang berhubungan dengan TMD adalah nyeri. Nyeri
tersebut umumnya berkaitan dengan fungsi mandibula, jika nyeri tersebut tidak
nyeri’ dapat membantu mengidentifikasi saat timbulnya nyeri serta frekuensi dari
nyeri yang bertambah atau berkurang, dan juga mengidentifikasi perilaku atau
situasi yang berperan terhadap gejala tersebut. Diagram nyeri pada leher dan kepala
juga dapat membantu dalam menentukan derajat nyeri serta untuk menilai
Tabel 3. 3 Anamnesis: Pertanyaan yang Dapat Diajukan untuk Mengevaluasi Pasien dengan
Disfungsi Mandibula
28
3.4.2 Pemeriksaan Fisik
Tidak ada satu pun pemeriksaan fisik yang dapat digunakan untuk
Tenderness (nyeri tekan) otot mastikasi pada palpasi merupakan pemeriksaan yang
1. Inspeksi
temporalis.
3. Palpasi
i. Otot-otot mastikasi
v. Kelenjar limfe
4. Tes provokasi
29
i. Static pain test (ketahanan mandibula terhadap tekanan)
5. Pemeriksaan intraoral
Tanda-tanda parafungsi (menggigit bibir atau pipi, linea alba yang tampak
jelas, scalloped pada tepi lidah, keausan pada oklusal gigi, mobilitas gigi,
sensitivitas terhadap perkusi, tes suhu, fraktur multiple pada email dan
restorasi) .4
TMJ, pengambilan gambar perlu dilakukan sebagai bagian dari penilaian peyakit.
Adanya trauma, abnormalitas motoris dan sensoris, keterbatasan yang parah pada
gerak mandibula, dan perubahan akut pada oklusi merupakan hasil pemeriksaan
paling sering dijumpai dari hasil imaging pasien dengan TMD adalah plain-film
radioisotope scanning.4
detail abnormalitas tulang dan sesuai digunakan untuk mempelajari kasus ankilosis,
fraktur, tumor tulang, dan penyakit sendi osteodegeneratif. MRI merupakan metode
30
imaging pilihan untuk menilai posisi discus pada saat membuka dan menutup
merupakan indikator yang sensitif terhadap aktivitas metabolik tulang dan oleh
karenanya juga dapat menunjukkan hasil yang positif pada sendi yang sedang
dengan hasil pemeriksaan klinis dan imaging lainnya umumnya efektif untuk
pasien dengan TMD memiliki lebih dari 1 diagnosis TMD, dan penting bagi klinisi
untuk memulai perawatan yang ditujukan pada setiap diagnosis tersebut dan
terhadap faktor-faktor etiologi yang diketahui. Protokol umum pada pasien dengan
mengurangi inflamasi pada sendi; dan juga terapi untuk mengurangi nyeri dan
disfungsi otot.3
pemberian NSAIDs, juga diperlukan terapi lain yang ditujukan pada faktor-faktor
fisik yang menyebabkan ketegangan dan nyeri pada otot serta faktor-faktor
gejala-gejala pada otot tersebut. Penanganan yang ditujukan pada nyeri dan
31
disfungsi otot umumnya mencakup pengurangan aktivitas fungsional yang
dan pengurangan aktivitas oral, seperti menyanyi. Latihan pembukaan mulut secara
pasif, penggunaan kompres panan atau dingin, dan pemijatan lembut dapat
memiliki pola kontak gigi yang persisten, baik pada pasien dengan atau tanpa
kebiasan clenching atau bruxism. Mengajari pasien untuk melepas kontak antar gigi
dan melemaskan rahang sering kali dapat mengurangi nyeri dalam waktu yang
32
mengurangi aktivitas parafungsional rahang, yang pada akhirnya akan mengurangi
nyeri sendi dan otot. Splint yang paling sering digunakan adalah splint akrilik datar,
yang banyak digunakan untuk menangani nyeri myofasial dan noctural bruxism.3
displacement tersebut disertai dengan atau tanpa reduction saat penutupan mulut.
Penemuan klinis paling umum dari pasien dengan displacement dengan reduction
adalah adanya clicking pada TMJ saat membuka dan menutup mulut. Beberapa
pasien merasa lebih terganggu dengan suara clicking sendi dibandingkan dengan
nyeri yang timbul akibat gangguan TMJ tersebut. Penanganan pada pasien seperti
bunyi clicking sulit dilakukan dan kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan
keinginan. Jika displacement discus tidak disertai dengan reduction namun disertai
nyeri myofasial, nyeri umumnya akan hilang saat disfungsi otot berkurang, namun
pada beberapa pasien, ketika nyeri myofasial berkurang, nyeri menjadi lebih
faktor utama yang berperan dalam nyeri yang dirasakan pasien tersebut. Pada
pasien seperti ini, pemberian NSAIDs dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan
fungsi. Jika nyeri dan keterbatasan sendi menetap, sebagian kecil pasien memilih
TMD dapat menyebabkan nyeri alih (referred pain). Pada nyeri alih, nyeri
dirasakan bukan pada nervus yang terlibat, tetapi pada cabang lain nervus tersebut
atau bahkan pada nervus yang berbeda. Titik pemicu nyeri alih disebut trigger
33
1. Nyeri alih paling sering terjadi pada akar cabang nervus yang sama,
misalnya nyeri alih pada molar maksila yang berasal dari molar mandibula.
2. Terkadang nyeri alih dapat terjadi pada nervus yang jauh dari nervus yang
terlibat. Pada kondisi ini, nyeri biasanya terjadi lebih ke arah cephalad (ke
sumber nyeri berasal dari midline. Contohnya, nyeri dari TMJ kanan tidak
akan menyeberang ke sisi kiri wajah. Namun pada area servikal ke bawah
Nyeri pada daerah kepala dan leher yang disebabkan TMD biasanya tumpul,
konstan, dan terus menerus. Hal lain yang perlu diingat adalah provokasi lokal pada
sumber nyeri/trigger point akan meningkatkan rasa sakit pada lokasi nyeri alih,
tetapi provokasi pada lokasi nyeri alih umumnya tidak akan meningkatkan rasa
sakit pada sumber nyeri/trigger point. Contohnya adalah nyeri alih pada regio
temporal kepala yang berasal dari TMJ, pergerakan rahang (provokasi lokal) akan
Injeksi anestesi lokal juga dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik
untuk membedakan nyeri alih dan nyeri primer. Injeksi anestesi lokal pada lokasi
nyeri alih tidak akan mengurangi nyeri. Namun injeksi anestesi lokal pada trigger
34
Gambar 3. 2 Skema yang Menggambarkan Nyeri Alih dari TMJ
Dikutip dari : Okeson J5
therapy Trigger point therapy menggunakan dua modalitas, yaitu (1) mendinginkan
kulit yang menutupi otot yang terlibat, dan kemudian merentangkannya; dan (2)
suntikan anestesi lokal langsung ke dalam otot. Terapi semprot dan regang (spray
pendingin) dan kemudian otot yang sakit diregangkan dengan lembut. Tindakan
tanpa rasa sakit, yang akan memicu reaksi kontraksi atau strain. Pasien yang
otot tersebut, kemudian dengan cepat medinginkannya dan setelah itu dengan
Injeksi anestesi lokal, cairan fisiologis, atau air steril, atau dry needling tanpa
memasukkan cairan atau obat secara intramuscular dapat dilakukan pada trigger
35
point. Metode yang dianjurkan untuk injeksi trigger point adalah dengan procaine
yang diencerkan sampai 0,5% dengan cairan fisiologis karena toksisitas procaine
terhadap otot rendah. Selain itu, dapat pula digunakan lidocaine 2% (tanpa
vasokonstriktor). Sampai saat ini belum ada protokol yang mengatur pemberian
injeksi trigger point ini, tetapi umumnya suntikan diberikan pada sekelompok otot
setiap minggu selama 3-5 minggu. Jika respons terhadap terapi tidak cukup, terapi
36
BAB IV
PEMBAHASAN
kranialis, mata, telinga, dan leher juga perlu dilakukan . Jika didapatkan temuan
yang abnormal terutama di daerah TMJ, praktisi klinis terutama dokter gigi
spesialis harus segera merujuk pada spesialis yang tepat. Sebelumnya, sangat
dengan perawatan. Informasi didapatkan dari tes gerakan-gerakan aktif dan palpasi
otot-otot mastikasi10.
Maitland (1967), dan Menell (1970) direkomendasikan pertama kali oleh Hansson
dkk (1980) untuk digunakan dalam profesi dokter gigi. Pada akhir 1980-an dengan
10 tahun, prosedur ini mengalami modifikasi menjadi lebih sistematis, dan optimal
singkat intraoral dan extraoral. Gerakan-gerakan aktif dicatat dan pada kasus-kasus
Setiap struktur sistem mastikasi diuji secara sistematis dan berurutan seperti
berikut10 :
37
1. Tekanan-tekanan dan tranlasi dinamis dengan tes tekanan terhadap
permukaan sendi.
3. Tranlasi dan traksi menggunakan beban tertentu pada kapsul dan ligament.
6. Akhirnya, uji tes dinamis digunakan untuk membedakan suara kliking pada
sendi.
mengarah pada satu kelainan spesifik. Jika pasien memiliki satu kelainan tunggal,
maka diagnosis menjadi suatu prosedur rutin yang perlu dilakukan. Diperlukan
Pada gangguan yang memiliki gejala primer berupa nyeri, maka sangat perlu
dilakukan identifikasi sumber nyeri. Identifikasi pada kondisi nyeri primer cukup
mudah karena titik penyebab nyeri umumnya berada pada lokasi yang sama. Pada
nyeri primer pasien dapat menunjukkan langsung lokasi sumber nyeri. Tetapi jika
nyeri bersifat heterotopik pasien hanya dapat menjelaskan lokasi nyeri yang berada
cukup jauh (nyeri alih) dari sumber penyebab nyeri yang sebenarnya. Perlu diingat
bahwa penanganan hanya menjadi efektif jika dilakukan pada sumber penyebab
38
nyeri dan bukan pada lokasi nyerinya. TMD merupakan masalah kompleks yang
Perawatan seperti penggunaan splint maupun trigger point therapy dengan injeksi
39
BAB V
KESIMPULAN
dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. TMJ merupakan satu-satunya sendi
yang ada di area orofasial yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka
dan menutup rahang, mengunyah serta berbicara yang letaknya dibawah depan
telinga Apabila terjadi sesuatu kelainan pada salah satu sendi ini, maka seseorang
akan mengalami masalah yang serius yaitu terasa nyeri saat membuka mulut,
dan mempunyai fungsi yang spesifik serta mempunyai kelainan yang spesifik /
mengetahui gambaran klinis dan diagnosis untuk jenis TMD yang terdapat pada
pasien, dan menentukan jenis rencana perawatan yang dibutuhkan oleh pasien
40
DAFTAR PUSTAKA
[Internet]. 2012;1(3):160–82.
41