SAMBAS
1. LAHIR
a. Tuang Minyak
Sebelum kelahiran anak, biasanya pada kehamilan tujuh bulan diadakan tuang minyak.
Dimana bidan kampung yang dipesan menyiapkan beberapa alat perlengkapan maupun
makanan yang diperlukan yaitu makanan khusus dalam adat ini, kebanyakan mengandung yang
masam-masam dan pedas-pedas.
Perempuan hamil diperiksa dan diurut, khusus dibagian perut dengan menggunakan
minyak urut yang bahannya terbuat dari minyak kelapa diberi bawang merah yang sudah
diremas-remas. Pengurutan ini bermaksud agar memudahkan dalam persalinan.
Setelah selesai diurut kedua suami istri makan bersama dengan lauk pauk yang pedas-
pedas dan asam-asaman ( kesukaan orang ngidam ). Kemudian dibacakan do’a selamat semoga
anak yang lahir dengan mudah, dan selalu dalam naungan Allah SWT.
b. Tepung Tawar
Setelah anak lahir pada usia seminggu, sembilan hari atau sebelas hari akan diadakan
tepung tawar yang sekaligus mengadakan Aqikah ( bagi yang mampu ).Tepung tawar yang
dimaksud adalah tepung beras, dicampur air tawar yang sudah dibacakan do’a Tulak Bala, daun
mentibar dan daun enjuang diikat dengan daun ribu-ribu, sebagai alat pemapas.
Anak, ibu dan bidan kampung dipapas semua, kemudian empat sudut rumah sebagai
papas terakhir seterusnya alat pemapas dilemparkan jauh dari halaman rumah, maksudnya
agar segala bala dapat dihindarkan. Kemudian pembacaan do’a selamat dan do’a tulak bala oleh
Amil atau Pak Lebai.
2. BESUNAT
Adapun adat besunat dikabupaten Sambas adalah :
a. Untuk anak Laki-laki
Sebelum besunat biasanya disuruh berendam dalam air, baik di dalam kolam maupun
didalam sungai sampai beberapa jam sambil membawa dua biji buah kelapa sebagai pelampung
( agar yang tak bisa berenang tidak tenggelam )
Setelah itu baru disunat satu persatu, setelah disunat lalu masing-masing mengambil tempat
untuk istirahat sambil mengenakan alat ( sengkang ) yang dipakai pada kedua lutut agar tidak
terkena kain ( kulub yang dipotong ). Setelah selesai dibacakan do’a selamat oleh Amil atau pak
lebai, kemudian makan bersama yang hadir dalam acara tersebut.
Adapun rentetan adat perkawinan di Kabupaten Sambas diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Antar cikram
Cikram adalah tanda ikatan pertunangan antara dua insan, dalam acara cikraman ini dari pihak
laki-laki mengutus orang-orang yang dipercaya untuk datang ke pihak perempuan. Biasanya
dalam acara tersebut dari pihak laki-laki terlebih dahulu diberi kesempatan untuk memberikan
kata sambutan, dengan untaian beberapa buah pantun diantaranya adalah :
Inilah beberapa buah pantun yang diberikan dalam kata sambutan dari pihak laki-laki,
kemudian diterima oleh yang mewakili pihak perempuan.
Sebuah bintang/ bejana berisi bahan kueh mueh / makanan ( maknanya kedua calon
mempelai nantinya harus mempunyai modal yang cukup dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga, modal tersebut adalah modal agama , modal budi
pekerti, dan modal semangat yang teguh, untuk masa depan yang cemerlang
dan barokah )
Sebelum acara usai maka diadakan pembacaan do’a selamat dan dilanjutkan dengan makan
bersama. Setelah makan bersama selesai, maka pihal laki-laki dan rombongan akan pamit
meninggalkan ruangan.
Kemudian dari pihak perempuan memberikan balasan yang berupa kue/ makanan,
seperangkat alat sholat untuk laki-laki yang berupa kain sarung, baju teluk belanga, songkok,
sajadah, sebagai tanda sudah diterimanya barang-barang yang dibawa oleh mereka sebagai
utusan untuk diberikan kepada orang tua laki-laki, dan kue/makanan tersebut dimakan
bersama-sama dengan rasa gembira.
Rombongan laki-laki diantar sampai ambang pintu oleh pihak perempuan sembari
menyampaikan selamat jalan. Dan selamat bertemu kembali pada hari yang telah ditetapkan.
c. Pelaksanaan perkawinan
Sebelum acara pokok perkawinan tuan rumah mengundang masyarakat sekitar untuk pepadu
nyarre’, untuk membentuk seksi-seksi dalam pelaksanaan hari besarnya ( raja sehari )
diantaranya adalah berapa saprah yang akan disarrek atau diundang , pinjam meminjam barang
pecah belah , petadang ( tukang bemasak ), emper-emper ( tempat sajian makanan ), kuli ae’ (
mengambil air minun dan masak ), pembuatan tarup, penyambut tamu di tarup dll
Selesai bermusyawarah dihidangkan makanan ala kadarnya seperti nasi lemak, roti, air kopi /
susu / teh.
Pada hari besar, pagi-pagi musik tanjidor sudang datang untuk membawakan lagu-lagunya,
menambah semarak acara pesta. Bila tamu-tamu sudah berdatangan protocol menyambut
dengan ucapan salam, selamat datang para undangan , terima kasih kami ucapkan kehadiran
bapak, ibu hadirin sekalian, semoga selamat walimah yang kita adakan
Bila waktu sudah agak siang, tamu sudah banyak yang datang acara dilanjutkan dengan kata
sambutan oleh penyelenggara yang sudah ditentukan. Wakil dari undangan juga diberi peluang
untuk memberikan kata sambutan untuk mendo’akan kedua mempelai dan tuan rumah.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan zikir nazam, baca rawi dan al-barzanji kemudian
diakhiri dengan do’a
Acara selanjutnya arak pengantin, sementara para undangan menunggu hidangan yang akan
dihidangkan. Pengantin perempuan duduk dahulu dan penganti laki-laki memegang tengkuk
istri dengan jari manis menandakan syahlah akad nikah yang dibacakan penghulu, barulah
duduk bersanding yang disebut “ duduk tembangan “. Bacaan do’a selamat pengantin
dibacakan.
Dilanjutkan dengan menghembus dua batang lilin bersamaan oleh kedua mempelai, disambut
tepuk sorai para hadirin. Musik tanjidor diminta mengalunkan lagu pilihan kenangan masa lalu
atau yang popular sekarang menambah meriah pesta yang diadakan, sementara para undangan
menyantap hidangan yang sudah tersedia.
Setelah tamu undangan pulang, acara dilanjutkan dengan “ makan mufakatan “ Si istri melayani
suami menyedok nasi, memberi lauk-pauknya begitu juga sebaliknya. Mereka saling menyuapi
satu sama lain, kemudian kedua mempelai istirahat terpisah sesuai arahan makm inang dan
pengawal.
Selesai sudah hari yang dibesarkan, seksi-seksi yang dibentuk bekerja kembali untuk
memulangkan barang-barang yang dipinjam dan mengemaskan barang-barang yang dipakai
dalam pelaksanaan walimah tadi.
d. Pulang memulangkan
Ini biasanya dilakukan :
Sebelum hari besar ( malam hari besar )
Sesudah hari besar
Walaupun demikian acara pulang memulangkan ini sama saja. Yang hadir wakil dari pihak
laki-laki dan wakil dari pihak perempuan untuk serah menyerahkan kedua mempelai. Dengan
tata cara sebagai berikut :
1. Pembukaan oleh protokol ( pembawa acara )
2. Penyerahan dari muhakkam laki-laki, oleh salah satu wakil dari pihak laki-laki
Pertama kami serahkan kepada istrinya yang bernama ………. Binti …….
a. tubuh jasmaninya
b. harta bendanya
c. tingkah lakunya
d. makan minumnya
e. tidur bangunnya
f. sehat sakitnya
g. dan hidup matinya
Kedua kami pulangkan anak kami kepada :
a. Ibu Bapak mertuanya
b. Ahli warisnya
c. Sanak keluarga, kerabat, handai tolan
Kami pulangkan tentang pendidikannya
Pergaulannya
Serta pengawasannya
Mohon kepada anak kami yang masih belum berpengalaman ini diberikan bimbingan dan
binaan serta tunjuk ajar yang membawa manfaat bagi anak kami tersebut dalam mengarungi
bahtera kehidupan berumah tangga.
Selanjutnya kami pindahkan anak kami dari desa/dusun ………………….
a. Kami mengharapkan kepada pimpinan desa/dusun dan seluruh masyarakat dapat kiranya
menerima keberadaan anak kami ini dan mengikut sertakan dalam setiap kegiatan dalam
desa/dusun
b. Kepada para tokoh agama supaya dapat memberi nasehat membina dan mendidik anak kami
ini dalam kehidupan beragama
Sebelum kami akhiri, ada tiga buah pantun untuk anak kami :
4. Sujud salam
- pengantin laki-laki kepada ibu dan bapak kandung, kemudian kepada kedua mertuanya.
- Pengantin perempuan sujud kepada suaminya, kedua orang tua kandung, kedua orang
mertuanya dilamjutkan kepada sanak keluarga dan hadirin yang ada dalam majlis tersebut.
5. Do’a
6. Makan saprahan bersama
e. Buang-buang
Rentetan dari perkawinan dilanjutkan lagi dengan mandi buang-buang. Ini dilaksanakan oleh
dukun kampung yang diminta oleh tuan rumah. Selanjutnya dukun minta disiapkan bahan –
bahan keperluan untuk acara tersebut diantaranya air tulak bala, lilin dua batang, telur ayam
sebiji, kelapa setampang ( separo ) diisi gula pasir, benang sumbu diikat pada kelapa, dan beras
secupak, kesemuanya dimasukkan dalam “ Bintang “ namanya
Adapun maksud buang-buang ini diadatkan sebagai peringatan bagi pengantin baru
membersihkan diri, membuang kebiasaan yang tidak bermanfaat, terutama kebiasaan remaja
yang suka berjalan.
f. Balik tikar
Dua minggu kemudian setelah hari besar ada istilah balik tikar, tikar diranjang dibalikkan,
begitu juga kasurnya, kelambu yang dihiasi dengan berbagai dekorasi dibuang dan kelambunya
baru boleh di labuhkan.
Kemudian kedua mempelai pergi kerumah orang tua pengantin laki-laki, pengantin perempuan
dikawal mak inangnya inilah yang disebut “ adat singgahan “
g. Singgahan
Biasanya singgahan ini dilakukan dua hari dua malam, berada dirumah orang tua suami dan
berkunjung kerumah-rumah keluarga terdekat. Selesai dua malam baru pulang kerumah orang
tua isteri.
4. MATI
Dalam menghadapi sakratul maut biasanya si sakit dbacakan “ Talqin “, Lailaha illallah
berulang-ulang pada telinganya supaya didengar sisakit, dengan harapan sisakit dapat
mengikuti . meninggalkan dunia yang baik menurut ajaran islam adalah yang pada akhir
hayatnya mengucapkan kalimah Lailaha illallah.
Kalau ada orang kampung meninggal dunia, ada petugas untuk memberitahukan warga
kalau meninggal waktu malam banyak yang datang untuk berjaga serta membaca Al-Qur’an
setelah subuh barulah mereka pulang.
Penyelenggeraan mayat diurus waktu siang, bila sanak saudara sudah berdatangan
barulah mayat dimandikan, kemudian dikapankan seterusnya disholatkan. Setiap pelaku fardhu
kipayah diberi bungkusan berupa uang yang dibungkus dengan daun sirih, besarnya uang yang
diberikan sesuai dengan kemampuan keluarga.
Selesai jenazah disholatkan untuk menurunkan jenazah dari rumah dibacakan bersama-
sama Al-Fatihah sebanyak 3 kali, kemudian beramai-ramai mengantarkannya ketempat
pemakaman, selama dalam perjalan membaca tasbih.
Sesampainya di pekuburan, liang lahat sudah disiapkan oleh petugas yang ditunjuk. Keranda
dimasukkankeliang kubur perlahan-lahan, ditimbun dengan tanah bekas galian. Bila hamper
selesai ditimbun tanah, diiringi dengan membaca Al-Qu’an dimulai dari surah al-Baqarah dan
seterusnya, yang biasa membacakan ada lima orang ( setiap orang membaca setengah juz )
Jenazah sudah selesai disemayamkan, pulanglah rombongan kerumah keluarga almarhum
untuk menyampaikan sesuatu hajat dari tuan rumah yaitu menyantap makanan apa adanya
yang disediakan . selesai melayat dan makan, pelayat baru pulang diiringi pesan “ sampai hari
ketujuh pelayat diharap datang habis sholat maghrib sebelum isya untuk membaca ayat-ayat
suci Al-Qur’an dan tahlilan. Ini lah yang debut “ Miare “. Kemudian dilanjutkan
dengan peringatan ke 15 hari, 40 hari, 100 hari dan khaul.
Selesai membaca do’a acara makan bersama / saprahan. Inilah adat istiadat yang biasa
dilakukan dikabupaten Sambas. Semoga ada manfaatnya untuk kita semua, Amiin.
PETUAH-PETUAH LAGU
Reng-reng barek
Sammut gatal lallai-lallai
Ingkareng makan taek
Tabakkan lom pek mallai
Cara permainan :
Wak-wak ampe’
Ampe’ si mare tiung
Mak julak makan nase’
Lauknye kepala tiung
Yung mak iyung
Ambe’kan parang bade’
Te’ ape parang bade’
Te’ nabang aur
Te’ ape aur
Te’ nyuluk bullan
Te’ ape bullan
Te’ maingan sannong
Kretek … kretek ….kretek ….tuuuuummm
Cara pelaksanaan :
Biasanya dilakukan dalam waktu santai antara orang tua dan anak yang masih balita
untuk menghibur anak / bersenda gurau baik diwaktu siang maupun malam hari. Sang ayah
berbaring telentang, lutut diangkat, ditegakkan, betis dan paha dirapatkan.
Si anak diletakkan diatas kedua kaki, kedua tangannya di pegang agar tidak belabbik,
lalu kaki si ayah diayunkan keats dan kebawah berulang-ulang, sejajar lutut sambil
menyanyikan lagu diatas.
Kemudian kalau sudah merase kappa’ , si ayah menumbangkannye ke kere dan ke
kanan sambil menirukan bunyi batang aur yang tumbang karena di tebang,
kretek….kretek…kretek….tuuuummm. Sianakpun dibaringkan disamping si ayah yang sudah
disiapkan sebuah bantal, biasanya anak langsung disuruh tidur.
Ju ju binyak
Binyak ju lana-lana
Patah pakku’ patah miding cari aku luar dinding
Pi’ kerapi’ situlang bawang
Sape kana’ apik menunggu lawang
Cara permainan :
Kalau tebakannya betul maka, yang menyimpan alat permainan tadi menggantikan posisi yang
dihukum. Jika tebakannya salah maka ia dihukum menebak lagi.
Dari permaianan ini didatkan kedisiplinan, kejujuran, kesabaran, dan kesetia kawanan.
Pantun Pernikahan
Pantun Penutup
Pantun Pengantin