Islam
Disusun oleh :
Adil Sidik (1806137513)
Rayhana (1806198894)
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
Judul : Agama Islam (Membangun Pribadi Muslim Moderat)
Data Publikasi : Jakarta Penerbit Midada Rahma Press Cetakan ke-2 Halaman 133 -
134
Data Publikasi : Jakarta Penerbit Midada Rahma Press Cetakan ke-2 Halaman 134 -
138
Data Publikasi : Jakarta Penerbit Midada Rahma Press Cetakan ke-2 Halaman 185 -
186
Data Publikasi : Diterbitkan di Jakarta, Zikrul Hakim 1997 Halaman 154 – 155
Data Publikasi : Jakarta Penerbit Midada Rahma Press Cetakan ke-2 Halaman 227 –
232
ABSTRAK
Dalam penyusunan makalah ini menggunakan studi literatur dari berbagai sumber
seperti buku, jurnal, internet dan lain sebagainya. Tujuan penulisan untuk mengetahui
pandangan islam mengenai korupsi dari berbagai sumber literatur. Korupsi menurut
pandangan islam merupakan inti dari pembelajaran agama islam yang mempelajari
bagaimana sudut pandang islam mengenai korupsi dimulai dari hukum korupsi dalam islam,
korupsi sebagai tantangan akidah islam dalam kehidupan modern, kaitan antara nilai jujur
dengan korupsi, serta pencegahan korupsi dengan cara pembentukan akidah atau iman
melalui pendidikan dini dalam keluarga islam.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan segala
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Korupsi Menurut
Pandangan Islam” ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Chairul
Anam dan pihak-pihak yang telah membantu kami baik secara moral dan materiil sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan maksimal.
Harapan kami dengan ditulisnya makalah ini agar mahasiswa maupun masyarakat
mendapatkan pengetahuan mengenai pandangan islam terhadap korupsi, serta untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk makalah ini dengan lebih baik lagi. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami terbuka lebar untuk
menerima segala kritikan dan masukan dengan harapan agar makalah yang kami tulis dapat
disusun dengan lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tema
Mempelajari mudarat yang ditimbulkan korupsi melalui sudut pandang islam
ISI
Merujuk pada surat Al-Baqarah ayat 188 dan beberapa hadist nabi, diantaranya tentang
Abdullah bin Rawahah yang menolak suap dari orang yahudi untuk mendapatkan bagian
hasil bumi Khaybar lebih banyak dari setengah. Tawaran ini ditolak oleh Rawahah karena
suap adalah haram dalam islam. Ditambah lagi sebagaimana diriwayatkan Abu Dawud,
Rasulullah berkata, laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap. Kemudian
menyangkut hadiah pada aparat pemerintah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Rasul berkata, hadiah yang diberikan kepada pennguasa adalah suht (haram) dan suap yang
diterima hakim adalah kufur. Karena seluruh kerugian dan juga hadist serta firman Allah,
yang kesemuanya menyatakan dengan jelas bahwa korupsi bukanlah hal yang maslahat untuk
orang banyak. Segala sesuatu yang tiada kebaikan didalamnya dalam islam hukumnya adalah
haram.
2.2 Korupsi Sebagai Tantangan Akidah atau Iman Islam Dalam Kehidupan Modern
Korupsi adalah perbuatan buruk atau tindakan menyelewengkan dana, wewenang, waktu,
dan sebagainya dengan tujuan untuk kepentingan pribadi sehingga menyebabkan kerugian
bagi pihak lain. Korupsi merupakan sikap tercela dan tentunya berdampak negatif, antara
lain:
1. Merusak akhlak dan moral bangsa
2. Mengacaukan sistem perekonomian dan hukum
3. Menggerogoti kesejahteraan rakyat dan menghambat pelaksanaan pembangunan
4. Merugikan orang banyak
5. Menyebabkan hilangnya berkah dari Allah Azza wa jalla
6. Menyebabkan siksa neraka.
Begitu banyak kerugian yang diakibatkan perbuatan korupsi dan sangat disayangkan di
kehidupan modern ini semakin marak terjadinya kasus korupsi. Dikaitkan dengan akidah atau
iman islam, tentunya korupsi merupakan perbuatan yang mencerminkan lunturnya keimanan
bagi pelakunya. Melakukan korupsi artinya ada hak- hak atau harta orang lain yang diambil
oleh kita, dengan alasan takut kekurangan harta atau khawatir dengan masa depan. Padahal
jika kita berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah, sehingga meninggkatkan keimanan
kita kepada Allah, tidak akan ada rasa khawatir ataupun gelisah dengan kehidupan ini, karena
Allah Azza wa jalla telah mengatur rezeki hambanya. Allah tidak akan memberikan
keberkahan atas harta hasil korupsi. Banyak kita temukan di zaman modern ini susah sekali
mendidik anak agar mau beribadah serta berbakti kepada kedua orang tua, hal ini disebabkan
karena tidak berkahnya harta yang digunakan untuk memberi makan kepada anak, sehingga
anak zaman modern ini cenderung mengabaikan ajaran agama, menentang orang tua,
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mempraktekkan kehidupan free sex, tawuran, dan
melakukan berbagai kejahatan yang lain. Hal ini tidak lain karena mereka dibesarkan dari
makanan dan minuman yang dibeli dengan uang hasil korupsi yang secara tegas dilarang oleh
Allah Azza wa jalla.
Dampak negatif dari korupsi yang telah diuraikan di atas memberikan suatu
kesimpulan bahwa di zaman modern ini kasus korupsi sangat merugikan orang banyak dan
menjadi cerminan lunturnya akidah atau keimanan masyarakat modern, sehingga kasus
korupsi merupakan tantangan terbesar akidah atau iman islam dalam kehidupan modern.
Untuk itu diperlukan keluarga islam yang mampu mendidik secara dini tentang akidah atau
iman islam sehingga menjadi pribadi yang berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan sunnah
agar nantinya tidak terbawa arus negatif dalam menjalankan kehidupan modern ini.
Korupsi adalah tindakan oleh oknum-oknum yang tidak memiliki akidah atau iman
yang kuat. Menggunakan harta kekayaan dari hasil tindak pidana korupsi sama saja dengan
hasil rampasan, hasil judi, hasil curian dan hasil haram lainnya. Firman dari Allah SWT
sendiri, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) hartamu itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188). Dari potongan
ayat diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan larangan dari Allah swt yang harus
dijauhi oleh setiap umat manusia. Individu yang memiliki akidah atau iman yang kuat, maka
tidak akan melakukakn tindakan korupsi karena ia sudah terikat dengan segala aturan dan
hokum dari islam., yang tentu akan membentuk kepribadian bagi seorang muslim.
Adapun salah satu tujuan akidah yaitu membentuk pribadi muslim yang luhur dan
mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik
ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta
dengan alam lingkungan. Ketika seseorang sudah ditanamkan akidah, ia akan takut dengan
tuhannya dan memahami segala perbuatan akan dipertanggung jawabkan. Ia mampu
memahami bahwa seseorang yang telah diberi amanah oleh manusia, ia akan memegang
amanah tersebut dengan sebaik-baiknya, dan tidak akan merampas hak-hak individu untuk
kepentingan pribadi.
Proses pembentukan iman merupakan proses yang penting, terus menerus dan tidak
berhenti. Belajar adalah suatu proses yang kemungkinan orang semakin lama semakin
bersikap selektif. Penting dari sejak kecil diberikan motivasi untuk pengaplikasian iman.
Motivasi ini diperlukan agar tingkah lakunya kelak lebih terarah dan selektif terhadap nilai
yang harus diterima atau pun ditolak. Individu yang telah melakukan prinsip ini mampu
memilah prilaku yang baik dan buruk, mampu bersikap selektif terhadap perbuatan yang
dilakukan.
Pada umumnya nilai-nilai hidup baru mempunyai arti apabila telah memperoleh
dimensi social. Oleh sebab itu suatu perilaku yang terpola baru teruji apabila sudah diterima
secara social. Implikasi metodologinya yaitu usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan
nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya terbatas pada tingkat individual namun
perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi social orang tersebut. Proses
sosialisasi tingkah laku adalah kelanjutan dari proses individuasi, karena nilai iman yang
diwujudkan ke dalam tingkah laku telah mempunyai dimensi social.
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselarasi, apabila sejak semula ditangani secara
konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren yaitu tanpa mengandung
pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah
bahwa usaha dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan
nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.. alasannya, caranya dapat dihayati dalam
sifat dan bentuk yang jelas. Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah-langkah
terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila
pendekatan koheren dan konsisten telah dilakukan, diharapkan proses tingkah laku dapat
berlangsung dengan cepat dan lancar karena kerangkanya sudah tercipta.
Islam membagi Istilah Korupsi kedalam beberapa Dimensi. Yaitu risywah (suap),
saraqah (pencurian) al gasysy (penipuan) dan khianat (penghianatan). Yang pertama, korupsi
dalam dimensi suap (risywah) dalam pandangan hukum Islam merupakan perbuatan yang tercela
dan juga merupakan dosa besar serta Allah sangat melaknatnya. Islam tidak menentukan apa
hukuman bagi pelaku suap, akan tetapi menurut fuquha bagi pelaku suap-menyuap ancaman
hukumanya berupa hukuman ta’zir (jarimah ta’zir) yang disesuaikan dengan peran masing-
masing dalam kejahatan. Suap adalah memberikan sesuatu kepada orang penguasa atau pegawai
dengan tujuan supaya yang menyuap mendapat keuntungan dari itu atau dipermudahkan
urusanya. Jika praktek suap itu dilakuakan dalam ruang lingkup peradilan atau proses penegakkan
hokum maka hal itu merupakan kejahatan yang berat atau sejahat-jahatnya kejahatan. Abu Wail
mengatakan bahwa apabila seorang hakim menerima hadiah, maka berarti dia telah makan barang
haram, dan apabila menerima suap, maka dia sampa pada kufur.
Umat islam merupakan bagian dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan, juga
berhak untuk berpartisipasi dalam upaya pemberantasan korupsi. Hak berpartisipasi ini bias
dimengerti karena umat islam memiliki nilai – nilai universal yang diatut terkait persoalan
korupsi dimana Al Qur’an dan hadist menjadi sumber nilai – nilai universal tersebut dan
sumber hokum juga tentunya. Dalam tindakan korupsi hal yang menjadi kunci adalah
kejujuran yang kurang akan berbangsa dan bernegara dan kurang memahami dan
mengetahuinya Al Qur’an yang hadist yang jelas jelas menekankan yang namanya kejujuran
dakam kehidupan di dunia dan akhirat.
Korupsi merupakan tindak pidana yang tergolong kedalam kejahatan luar biasa.
Banyaknya korupsi yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh adanya penyalahgunaan
wewenang, rendahnya moral, serta tingkat kejujuran yang minim dari aparat negara. Oleh
sebab itu, pemerintah Indonesia telah memikirkan bagaimana cara untuk memberantas tindak
korupsi tersebut bahkan mereka membuat satu tap MPR yang membahas tentang
pemberantasan KKN, akan tetapi hal tersebut belum kunjung berhasil. Dapat dilihat bahwa
pananganan korupsi tidak dilakukan secara sungguh-sungguh sebagaimana ditunjukkan oleh
syariat islam yang dikemukakan oleh A. Hanafi (1993) yaitu,
Praktek korupsi terjadi akibat tidak adanya kejujuran dalam diri setiap pelakunya.
Sehingga dalam ini memberikan tawaran solusi pemberantasan korupsi di mulai dari
pendidikan dengan jalan membudayakan pendidikan anti korupsi, yang di laksanakan tidak
hanya di sekolah saja, akan tetapi di keluaga juga di masyarakat. Dengan pembudayaan
kejujuran maka generasi penerus negeri ini dengan keyakinan 100% mampu berubah dengan
syarat kesadaran kolektif masyarakat, mindset dan paradigma masyarakatpun diubah. Dengan
selalu menancapkan keimanan dalam sanubari dan ketakwaan dalam tingkah laku
Kejujuran sangat berkaitan dengan korupsi, apabila seseorang telah berlaku tidak jujur
dalam suatu pekerjaannya contohnya sebagai anggota DPR pastinya orang tersebut akan
melakukan tindak pidana korupsi yang jelas jelas melanggar hukum dan aturan agama islam.
Maka dari itu penanaman kejujuran sangatlah penting untuk mengurangi korupsi.
Madrasah merupakan salah satu pendidikan islam yang ada di Indonesia. Madrasah secara
kelembagaan memiliki sifat reaktif dan proaktif terhadap persoalan yang berkembang di
masyarakat, artinya pendidikan madrasah perlu aktif ikut memberi corak dan arah terhadap
perkembangan masyarakat yang dicita-citakan. Sifat ini perlu ditumbuhkembangkan sebagai
suatu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia (human resource). Pengembangan
sumber daya manusia pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan dan mengembangkan
seluruh daya manusia secara terpadu, sehingga diperoleh kemampuan-kemampuan yang
dibutuhkan dalam dinamika global. Di antara upaya yang dilakukan oleh madrasah adalah
mengembangkan program pendidikan antikorupsi. Program ini diharapkan dapat membangun
karakter siswa untuk senantiasa konsisten dengan perilaku yang semestinya dilakukan. Agar
pendidikan antikorupsi di madrasah dapat berjalan dengan baik dan lancar, maka diperlukan
strategi khusus untuk menopang program yang cukup mulia tersebut.
Pada hakikatnya seluruh pendidikan baik pendidikan umum (non islam) maupun
penididikan islam selalu mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai atau karakter yang baik.
Seperti kejujuran, tolong menolong, saling membantu, dan masih banyak lagi. Nilai-nilai atau
karakter ini telah di tanamkan dan diajarkan semenjak kecil seperti semenjak sekolah dasar.
Nilai-nilai atau karakter baik yang diajarkan sejak kecil inilah yang nantinya dapat
membentuk kepribadian seseorang kedepannya. Mebiasakan diri dengan nilai-nilai atau
karakter baik akan membentuk kepribadian yang baik pula. Untuk itu pengaruh pendidikan
yang diajarkan sejak dini terhadap seseorang dapat membantu mengurangi korupsi yang
terjadi di Indonesia. Karena korupsi terjadi akibat sifat kepribadian orang tersebut, seperti
rakus, tergiur akan harta, tidak merasa bersyukur, bohong dan lain-lain. Seharusnya
kepribadian yang baik ini dapat ditumbuhkan atau dipupuk sejak dini agar kelak menjadi
pemimpin yang benar, adil serta jujur.
Keluarga merupakan lingkungan kehidupan pertama seorang anak. Anak belajar melalui
mendengar, melihat, dan mencontoh. Segala sesuatu yang terjadi dalam keluarga akan
memengaruhi kehidupan seorang anak. Anak akan mencontoh perilaku yang buruk atau baik
dari orang tua atau keluarga yang lainnya. Jika seorang anak terbiasa hidup di lingkungan
keluarga yang tidak baik, kebiasaan itu akan terus ada di dalam dirinya sampai anak itu
tumbuh dewasa. Begitu pun sebaliknya, jika seorang anak hidup di lingkungan keluarga yang
baik, maka kebiasaan baik itu juga akan terus ada di dalam dirinya hingga dewasa dan
membawa hidupnya ke jalan yang benar. Lingkungan keluarga yang baik adalah keluarga
yang mendidik anaknya berdasarkan ajaran keluarga islam. Keluarga islam adalah keluarga
yang sakinnah, mawaddah, dan rahmah seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Lalu bagaimana kaitan didikan keluarga dengan tindakan korupsi? Korupsi muncul
karena adanya rasa kurang puas dengan yang dimiliki yang ada pada diri seseorang yang
melakukan korupsi. Rasa kurang puas itu merupakan tanda dari sesorang yang tidak
bersyukur. Rasa bersyukur seharusnya sudah dibiasakan dari kecil karena keluarga islam
mendidik secara islam. Di dalam ajaran agama islam diajarkan untuk selalu bersyukur kepada
Allah SWT. Sebab lain yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi adalah perilaku
tidak terpuji lainnya seperti tidak jujur, sifat riya, dan perilaku tidak taat beribadah.
Sifat suka berbohong timbul karena kebiasaan untuk sering berbohong. Orang yang
berbohong sekali akan melakukannya lagi karena ketagihan. Seseorang melakukan
berbohong juga bisa karena dilatar belakangi oleh perilaku keluarga. Contohnya adalah
keluarga yang tidak menerapkan sakinnah (ketenangan), misalnya seorang ayah yang selalu
memarahi anaknya kalau salah, maka jika seorang anak melakukan kesalahan ia tidak akan
mengaku kepada orang tuanya, khususnya ayahnya. Anak itu akan berbohong untuk
melindungi dirinya dari kemarahan ayahnya. Hal itu akan menyebabkan tidak adanya
ketenangan dalam keluarga (sakinnah). Jika hal itu terus berulang, maka anak akan merasa
keenakan untuk terus berbohong dan akhirnya terbawa sampai ia dewasa. Maka ketika anak
itu melakukan korupsi, yaitu membohongi rakyat banyak, anak itu akan merasa biasa saja,
tanpa ada rasa bersalah.
Sifat selanjutnya adalah riya. Seseorang yang bersifat riya bisa disebabkan karena ia
mencontoh orangtuanya yang bersifat riya. Keluarga yang bersikap riya berarti tidak
menerapkan mawaddah yang artinya kelapangan dada dan terhindar dari perilaku buruk. Sifat
riya sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Sifat riya akan menimbulkan seseorang untuk terus
berambisi untuk menjadi orang kaya, agar bisa selalu dipamerkan. Sifat riya ini berkaitan
dengan sifat tidak bersyukur dan juga tidak lapang dada dan akhirnya mencerminkan perilaku
buruk. Sebetulnya berambisi untuk menjadi orang kaya tidak apa-apa, asalkan tidak
berlandaskan untuk pamer, melainkan tetap bersikap rendah hati dan saling berbagi. Sifat riya
ini akan memancing seseorang untuk melakukan korupsi agar tetap kaya.
Sifat buruk selanjutnya adalah perilaku tidak taat beribadah. Seseorang yang tidak taat
beribadah mungkin berasal dari keluarganya yang kurang mengajarkan tentang keimanan.
Apabila ia tidak memiliki iman yang kuat maka ia akan kurang taat dalam beribadah.
Perilaku yang tidak taat beribadah ini yang menyebabkan seseorang berperilaku tidak terpuji
seperti korupsi. Karena dengan tidak taat beribadah maka ia akan merasa tidak dekat dari
Allah SWT dan ia tidak merasa diawasi oleh Allah SWT. Dengan ia merasakan hal seperti itu
maka ia akan melakukan korupsi tanpa disertai rasa bersalah. Korupsi juga mungkin
disebabkan karena individu tidak memiliki iman yang kuat, jadi ia tidak peduli bahwa korupsi
adalah perbuatan yang dosa.
Selain itu, orang yang melakukan korupsi berarti tidak rahmah (kasih sayang) dan tidak
berbakti kepada orang tua. Karena ia tidak menyayangi kedua orang tua nya yang telah
membesarkannya sepenuh jiwa dan raga, namun dikecewakan oleh anaknya yang melakukan
korupsi. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya untuk menjadi orang yang sukses dan
saleh. Walaupun tidak sedikit orang tua yang memiliki perilaku buruk, sebaiknya anak dapat
memilah perilaku mana yang seharusnya dapat dicontoh.
Maka dari itu, didikan keluarga sangat penting dalam membentuk karakter seseorang.
Didikan keluarga yang baik adalah dengan menerapkan didikan ajaran agama islam. Dengan
menerapkan ajaran agama islam dalam mendidik keluarga dan disertai berdoa dan beribadah
serta senantiasa selalu mengingat Allah SWT, maka insya Allah korupsi dapat dihindari
dalam diri seseorang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan