SAP Hiperbilirubin
SAP Hiperbilirubin
HIPERBILIRUBIN
DISUSUN OLEH :
Gilang Deka Hayuna ( 1808012 )
Topik : Hiperbilirubin
1. Latar Belakang
Hiperbilirubin merupakan keadaan dimana kadar bilirubin serum total
yang lebih dari 10 % pada minggu pertama dimana ditandai dengan ikterus pada
kulit dan sklera. Hiperbilirubinemia neonatal terjadi pada lebih dari 60%
neonatus yang dilahirkan dengan usia kehamilan tidak normal (pre-term) dan
neonatus yang dilahirkan dengan usia kehamilan normal (term), dan mencapai
puncaknya pada 3-5 hari setelah lahir dan biasanya sembuh setelah 2 minggu.
Ikterik (kuning) pada bayi umumnya ditemukan pada wajah bayi, yang
kemudian menyebar ke truncus dan ekstremitas ketika konsentrasi bilirubin
serum meningkat. Karena kebanyakan bayi baru lahir dikeluarkan dari rumah
sakit bersama ibunya setelah 1 – 2 hari setelah lahir, maka penyakit kuning
mungkin tidak terlihat pada saat dikeluarkan dari rumah sakit. Walaupun
biasanya merupakan kondisi yang ringan, namun hiperbilirubinemia jika parah
terkait dengan letargi, menyusui yang buruk, cengeng, sering menangis keras,
demam, dan apneu. Akibat terburuk adalah terjadinya kernikterus yang
merupakan kerusakan otak irreversible yang terkait dengan staining ganglia
basal. Untuk itu, perlu penanganan yang tepat dan pengetahuan tentang
hiperbilirubinemia.
2. Tujuan instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, ibu bayi dan keluarga dapat
memahami tentang hiperbilirubin
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan,audiens dapat:
1. Menjelaskan pengertian Hiperbilirubin
2. Menjelaskan penyebab Hiperbilirubin
3. Menjelaskan tanda dan gejala Hiperbilirubin
4. Menjelaskan penatalaksanaan Hiperbilirubin
4. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
5. Media / Alat
1. Lembar Balik
2. Leaflet
6. Setting tempat
Keterangan :
9. Materi
(terlampir)
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
HIPERBILIRUBIN
1. DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubin serum yang
dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dari bilirubin yang tidak
terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan jaundice pada kulit, sclera
mukosa, dan urine (Dwienda & Liva ,2012). Menurut Wong (2009)
hiperbilirubinemia adalah bayi dismatur lebih sering menderita
hiperbilirubinemia dibanding bayi yang bertanya sesuai engan masa
kehamilan. Berat hati bayi dismatur kurang dibandingkan bayi biasa,
mungkin disebabkan gangguan pertumbuhan hati
2. KLASIFIKASI HIPERBILIRUBUN
Hiperbilirubin pada bayi dapat bersifat ikterus fisiologis yaitu terjadi pada
bayi baru lahir setelah 24 jam pertama. Sedangkan, ikterus non fisiologis
terjadi sebelum bayi berumur 24 jam (Rustam, 2010). Terdapat beberapa
klasifikasi hiperbilirubin, diantaranya adalah:
a. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek (bilirubin bebas) yaitu
bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport
dan komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak
karena bisa melewati sawar darah otak.
b. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk (bilirubin terikat) yaitu
bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.
3. PENYEBAB HIPERBILIRUBIN
Etiologi terjadinya hiperbilirubin pada bayi, dapat dipengaruhi oleh bebrapa
faktor, yaitu:
a. Asupan Cairan ASI
Ikterus lebih sering terjadi pada bayi yang memperoleh ASI disbanding
bayi yang memperoleh susu formula. Ada dua macam jaundice yang
dapat terjadi sehubungan dengan ASI Breastfeeding jaundice (5-10% bayi
baru lahir) danBreastmilk jaundice (1% bayi baru lahir)
b. Infeksi atau kerusakan hati dapat memperngaruhi produksi bilirubin di
dalam hati.
c. Gangguan fungsi hati ; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi
empedu/atresia biliary (Rustam, 2010)
4. MANIFESTASI KLINIS
Ketika kadar bilirubin meningkat di dalam darah, maka wanra kuning atau
ikterus pada bayi akan muncul yang diawali adanya ikterus di kepala
kemudian turun ke lengan, badan, dan akhirnya kaki. Jka kadar bilirubin
sudah cukup tinggi, bayi akan tampak kuning hingga bawah lutut serta
telapak tangan (Betz, & Linda, 2009)
CARA PEMERIKSAAN WARNA KUNING
Pemeriksaan Ikterus pada bayi dilakukan dengan menekan jari pada kulit
yang akan diamati dan sebaiknya dilakukan di bawah cahaya atau sinar
matahari.
5. PENATALAKSANAAN HIPERBILIRUBIN
Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan oleh ibu pada bayinya,
diantaranya adalah:
a. Penanganan dirumah
Berikan ASI yang cukup, yaitu 8-12 kali/hari
Lakukan penyinaran oleh sinar matahari di pagi hari (berjemur)
(Rustam, 2010)
b. Penanganan Kuning/Jaundice
Segera hubungi dokter bila bayi tampak kuning:
Timbul dalam 24 jam pertama kelahiran
Kuning menetap >8 hari pada bayi cukup bulan >2 minggu pada bayi
premature
Pada observasi di rumah bayi tampak kuning sudah menyebar sampai
ke lutut/siku atau lebih.
Feses bayi berwarna pucat atau keabu-abuan (Wong, 2009)
c. Segera bawa bayi ke unit gawat darurat di Rumah Sakit terdekat
Jika bayi tampak sakit (menolak untuk minum, tidur berlebihan, atau
lengan dan kaki lemas
Jika bayi tampak mengalami kesulitan bernapas
Jika suhu tubuh bayi >37,50C (Dwienda & Liva ,2012)
6. PENCEGAHAN BILIRUBIN
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua agar bayi
tidak mengalami hiperbilirubin, diantaranya adalah:
a. Tidak memberikan cairan tambahan secara rutin, seperti air pada bayi
yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi
b. Sering menyusui bayinya minimal 8-12 kali/hari
c. Menunjang bakteri flora normal
d. Merangsang aktivitas usus halus
e. Mencegah sedini mungkin infeksi pada janin dan kekurangan oksigen
pada janin di dalam rahim dan setelah lahir. (Dwienda & Liva ,2012)
DAFTAR PUSTAKA
Wong. 2009. Nursing Care of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia.
Rustam M. 2010. Sinopsis Obstetric, Obstetric Fisiologi Obstetris Patologi. Jilid
I, Edisi 2. Editor Delilutan DSOG.
Betz, & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 5. Ahli bahasa, Eny
Meiliya Editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha. Jakarta :
EGC
Dwienda O. & Liva M. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah untuk Bidan ed 1. Yogyakarta : ECG