Anda di halaman 1dari 20

ALAT INDUSTRI KIMIA

CRYSTALLIZATION

KELOMPOK 4

AMILDHA AMALIA F.I. (1841420025)


HANA MUFIDAH (1841420017)
INSHIRAH RIZKY W. (1841420043)
JAMILATUS SA’DIYAH (1841420006)
MOCH.ICHSAN A. (1841420037)
NUR LAILA Q. (1841420001)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


TEKNIK KIMIA
D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

2018/2019
1. Pengertian

Kristalisasi adalah Suatu proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan,
melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.

Contoh :

1. kristalisasi dari uap : pembentukan es dan salju

2. kristalisasi dari larutan atau lelehan : ekstraksi garam dari air laut

Selain itu berdasarkan pengertian menurut unit operasi, kristalisasi adalah suatu unit
operasi teknik kimia dimana senyawa kimia dilarutkan dalam suatu pelarut (solvent)
dan pada kondisi tertentu akan terpresipitasi dan terpisah di antara fasa.

Prinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa padat akan mudah terlarut dalam
pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang lebih dingin.

2. Mekanisme
Operasi kristalisasi terbagi menjadi:

1. Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh)

2. Pembuatan inti kristal

3. Pertumbuhan Kristal

2.1 Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh)

Bila larutan telah mencapai derajat saturasi tertentu, maka di dalam larutan
akan terbentuk zat padat kristaline.
Cara mencapai Supersaturasi :

1. Pendinginan : mendinginkan larutan yang akan dikristalkan


sampai keadaan supersaturasi dimana konsentrasi larutan
lebih besar dari konsentrasi larutan jenuh

2. Penguapan : Setelah dipanaskan maka solven menguap dan


yang tertinggal hanya kristal.Penguapan bertujuan untuk
menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut
sisa yang terdapat pada filtrat.

3. Evaporasi Adiabatis : Metode ini digunakan dalam ruang


vakum, larutan dipanaskan. dimasukkan dalam tempat
vakum yang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan
uap solvennya. Pada suhu saat larutan dimasukkan ke ruang
vakum, solven akan menguap dengan cepat dan penguapan
itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.

2.2 Pembuatan inti kristal

1. Primary Nukleus : pembentukan inti kristal karena larutan telah mencapai


derajat supersaturasi yang cukup tinggi. Macam nya ada 2 yaitu, homogen
nukleus dan heterogen nukleus

1.1 Homogen Nukleus : Nukleus disini pembentukannya spontan pada


larutan dengan supersaturasi tinggi, artinya nukleus terbentuk
karena penggabungan molekul-molekul solute sendiri

1.2 Heterogen Nukleus : Pembentukan inti kristalnya masih dalam


supersaturasi tinggi, namun dapat dipercepat dengan adanya
partikel-partikel asing seperti debu dan sebagainya.

2. Secondary Nukleus (Contact Nucleation) : Pembentukan yang diakibat dari


tumbukan antar kristal induk, tumbukan antar kristal dengan katalisator,
dan gerakan antara permukaan kristal yang relatif lebih kecil.
2.3 Pertumbuhan Kristal

Derajat saturasi (°C) merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuhan


kristal. Selain itu apabila perbedaan konsentrasi antara permukaan kristal dengan
permukaan akan tinggi, maka kecepatan tumbuhnya kristal dan derajat saturasi
juga semakin tinggi. Kesimpulannya, proses pembentukan nukleasi dan
pembentukan kristal membutuhkan keadaan yang sangat jenuh. Secara umum
kondisi tersebut dapat diperoleh dengan cara :

1. Mengubah suhu

2. Menghilangkan Pelarut

3. Menambahkan agen penenggelam (drowning-out agent)

contoh : NaOH ditambahkan gliserol, maka kelarutan NaOH


menjadi turun dan larutan NaOH mudah diendapkan.

CATATAN :

Supersaturasi adalah Kondisi dimana larutan yang mengandung zat terlarut


lebih besar daripada yang dibutuhkan pada sistem kesetimbangan larutan jenuh.

▷ Garis tebal adalah kelarutan normal untuk zat terlarut dalam pelarut.
Garis putus-putus adalah kurva lewat jenuh, posisinya dalam diagram
tergantung pada zat-zat pengotor
▷ Daerah stabil adalah daerah larutan yang tidak mengalami kristalisasi.
Daerah metastabil adalah daerah yang memungkinkan terjadinya
kristalisasi tidak spontan, sedangkan daerah labil adalah daerah yang
memungkinkan terjadinya kristalisasi secara spontan.

Contoh :

Berdasarkan penelitian oleh HERZFELD, sifat kelarutan sukrosa didalam


air dipengaruhi suhu dan komponen lain yang terlarut bersama gula.
makin tinggi suhu makin besar kadar sukrosanya dan kebalikanya bila
suhunya diturunkan. Bila larutan sukrosa pada suhu toC akan mengandung
sukrosa maksimal (kelarutan sukrosa), maka selanjutnya dapat diketahui
dengan :

1. Suhu larutan sukrosa tersebut ditinggikan t1 (t1 > t), larutan


tersebut menjadi tidak jenuh

2. Suhu larutan sukrosa tersebut didinginkan t2 (t2 < t), larutan


tersebut menjadi kelewat jenuh, (akan muncul kristal yang
tidak dapat terlarut lagi)

Karena kelarutan sukrosa dipengaruhi oleh adanya komponen lain, maka


kadar sukrosa jenuh pada suhu tertentu akan tergantung dari faktor
kejenuhan yang besarnya telah diteliti oleh THIME.

Perbandingan antara sukrosa % air suatu larutan dibandingkan sukrosa %


air jenuh disebut koefisien lewat jenuh = KLJ

KLJ = 1,00 = larutan encer

KLJ < 1,00 = larutan encer

KLJ > 1,00 = larutan lewat jenuh


2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES KRISTALISASI

a. Laju Pembentukan Inti :

Laju pembentukan inti dinyatakan dengan jumlah inti yang


terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, maka
banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi memiliki bentuk yang kecil

Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari


larutan. Semakin tinggi derajat lewat jenuh maka semakin besar
kemungkinan untuk membentuk inti baru sehingga akan semakin besar
laju pembentukan inti

b. Laju pertumbuhan Kristal :

Merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang


terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju tinggi , kristal yang
besar akan terbentuk.

2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN PROSES


KRISTALISASI

1. Derajat lewat jenuh

2. Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari kristal yang ada.

3. Viskositas larutan

4. Jenis dan banyaknya pengotor pergerakan antara larutan dan kristal


A. JENIS-JENIS CRYSTALLIZER

1. Crytallizer tanpa circulating magma

 Scraped Surface Crystallizer

Crystallizer efektif dengan permukaan panas merata pada seluruh tungku.


Jenis crystallizer ini adalah kristalisasi yang mirip dengan Heat Exchanger Double
Pipe. Tapi umumnya digunakan sebagai kristalizer pendingin. Transfer panas yang
terjadi bersebrangan dengan dinding pipa dalam dengan aliran dingin diluar dan
aliran proses didalam.

a. Prinsip

Sebenarnya, scraped surface crystallizer merupakan sebuah heat


exchanger tetapi tidak seperti umumnya. Melaninkan menjalankan sebagai
cooling crystallizer, karena kelarutannya menunjukkan potensial tinggi untuk
pendinginan kristalisasi zat organik. Crstallizer jenis ini perpindahan
panasnya terjadi sepanjang dinding pada pipa dalam, dengan fluida dingin
diluarnya, dan fluida proses didalamnya. Sebagai terjadinya pendinginan,
kristal cenderung terbentuk, dan foul pada dinding pipa dalam.
b. Kriteria Penggunaan

Digunakan pada senyawa organic dengan kemungkinan membentuk


fauling (endapan) dan material dengan viskositas tinggi. Cocok untuk
klorobenzen, asam organik, lilin parafin, naphithalene, dan urea.

c. Bagian-bagian penting

1. Berbentuk pipa berlapis jacket pendingin yang berisi cairan pendingin


misalnya nitrogen cair.

2. Setiap pipa memiliki blade pengaduk yang berfungsi menghomogenkan


larutan super jenuh (slurry), dan mencegah proses nukleasi yang tidak
merata (kristalisasi di permukaan pipa)

3. Larutan jenuh masuk ke dalam vacuum tank untuk proses nukleasi

4. Proses continous feed dimana larutan terus ditambahkan agar jumlah tetap
konstan

5. Scrapper blade berfungsi menjaga distribusi partikel tetap merata

6. Slurry kemudian masuk ke scraped surface continuous crystallizer untuk


proses nukleasi sekunder dan pematangan Kristal

7. Supernatant masuk ke heat exchanger untuk menguapkan excess air


8. Supernatant akan mengalami kondensasi melalui condenser yang
selanjutnya akan mengekstrak slurry yang tersisa untuk diolah di
crystallizer. Condenser juga berfungsi meminimalisir busa dan kerak pada
crystallizer

9. Slurry dan hasil kondensasi supernatant masuk crystallizer untuk proses


nukleasi kedua

10. Masuk ke dalam slurry tank

11. Slurry kemudian di sentrifugasi untuk mengendapkan Kristal

d. Aplikasi di Industri

Dalam pembuatan garam Glaubers (garam halus), kristal yang


terbentuk akan menempel didinding pipa tersebut akan diambil dengan
scraper blades lalu akan dikeluarkan pada salah satu ujungnya.untuk 50 ft
panjangnya dapat menghasilkan 8 ton/hari.

2. Crytallizer dengan circulating magma crystallizer

Crystallizer jenis ini mengkombinasikan antara pendingin dan evaporasi untuk


mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).

 Forced Circulating Liquid Evaporator Crysallizer (FC)

Crystallizer jenis ini adalah crystallizer paling umum yang digunakan di


industry.
a. Prinsip

Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang


menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat
magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini
akan menurun. Umpan berupa larutan induk terlebih dahulu dilewatkan
melalui sebuah heat exchangers untuk dipanaskan. Heat Exchangers tersebut
berada di dalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi flash evaporation
yaitu terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi
peningkatan konsentrasi zat terlarut

b. Kriteria Penggunaan

Kristalisasi Forced Circulating (FC) digunakan untuk operasi


kristalisasi sederhana dan umum, di mana ukuran kristal besar bukanlah
keharusan. Desain FC bertujuan untuk melindungi ukuran kristal dari reduksi
lingkungan crystallizer, tetapi tidak memiliki fitur untuk secara agresif
meningkatkan ukuran kristal.
c. Bagian-bagian penting

1. Feed masuk melalui feed inlet, berupa larutan yang belum atau tepat jenuh

2. Feed digiring ke heat exchanger oleh circulation pump dimana larutan


akan dipanaskan sehingga pelarut menguap dan menjadi vapour (drown-
out process)

3. Vapour terjadi flash evaporation dimana kemudian dikondensasi hingga


kembali ke bentuk liquid dengan kondisi minim pelarut atau lewat jenuh
(supersaturasi)

4. Larutan supersaturasi kemudian digiring ke badan crystallizer sembari


diaduk dengan propeller drive supaya terjadi proses nukleasi

5. Variabel yang diubah dalam badan crystallizer adalah suhu, tekanan,


konsentrasi, dan pH agar larutan cenderung membentuk Kristal daripada
dalam bentuk larutan. Dalam desain, pengaturan suhu dan tekanan
dilakukan oleh barometer condenser dengan cooling water inlet

6. Proses pembentukan inti Kristal (nukleasi), peremajaan, dan pendewasaan


Kristal dilakukan dalam badan crystallizer.
7. Kristal akan mengumpul di dasar badan crystallizer kemudian digiring
keluar oleh product discharge pump

8. Pada desain dapat dilihat jika proses dilakukan secara kontinyu, sebagian
Kristal yang ‘matang’ akan turut masuk dan disirkulasi kembali. Hal ini
terjadi untuk mempercepat kondisi supersaturasi pada feed.

9. Kristal hasil dan mother liquor akan dipisahkan melalui separator dengan
sentrifugasi.

10. Dilakukan dalam vacuum system untuk mencegah oksidasi, pembentukan


plak, dan pertumbuhan mikroba

d. Aplikasi di Industri

Pada proses pembuatan gula dimana nira (cairan yang manis dari
batang tanaman) pekat hasil penguapan dipanaskan terus-menerus sampai
mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.

PENJELASAN

1. Apa perbedaan dari: jacketed pipe scraped, batch stirred tank with internal
cooling coil, dan direct contact refrigeration ?
2. Dimanakah proses pembentukan kristal terjadi baik dalam scraped surface
crystallizer (SSC) maupun dalam forced circulating liquid evaporator crystallizer
(FC) ?

a. Scraped Surface Crystallizer (SSC)

Proses pembentukan kristal terjadi di dalam mesin sentrifuge atau alat


pemusing yang komponen campurannya akan bergerak memisah dan
membentuk kristal.

b. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer (FC)

Proses pembentukannya ada pada badan crystallizer dimana larutan


cenderung membentuk kristal daripada dalam bentuk larutan.

3. Apa yang terjadi bila mekanisme pembentukan kristal tidak sesuai (berjalan
semestinya) ?, apakah berpengaruh pada keseluruhan proses ?
4. Selain garam glauber dan nira, apa produk lain yang dihasilkan oleh SSC
crystallizer dan FC crystallizer ?

a. Scraped Surface Crystallizer (SSC)

pembentukan naftaalena dan klorobenzena

b. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer (FC)

pembentukan natrium sulfat, monosodium glutamate

5. Apakah syarat suatu bahan sehingga bisa dilakukan proses kristalisasi ?

Syarat suatu bahan dapat dilakukan kristalisasi adalah jika suatu larutan bahan
atau komponen yang ada dalam bahan tersebut dalam keadaan atau kondisi
lewat jenuh (supersaturated) atau lewat dingin. Lewat jenuh untuk suatu
larutan contohnya larutan gula dan garam sedangkan lewat dingin untuk cairan
atau lelehan contohnya air dan lemak

6. Apakah proses kristalisasi MSG sama dengan proses kristalisasi gula ?

Dalam tahap proses pengkristalannya dan alat yang digunakan sama yaitu FC
crystallizer. Namun, dalam komponen proses pembentukannya berbeda dimana saat
proses pembuatan krital gula bahan yang digunakan berupa bahan segar atau
tumbuhan tebu sedangkan dalam proses pembuatan micin digunakan ampas atau tetes
tebu (hasil paling akhir dari proses pembuatan gula) dan juga terdapat proses
fermentasi sebelum dilakukannya kristalisasi.

7. Apa yang dimaksud dengan presipitasi ? Dan apa pengaruhnya dalam proses
kristalisasi ?

Presipitasi secara kimia ialah pengendapan suatu kandungan zat dalam sebuah
larutan karena adanya reaksi kimia. Presipitasi dapat dipercepat dengan mengurangi
zat pelarut dan dengan penambahan agen presipitasi. Presipitadi saling berhubungan
dengan kristalisasi dimana presipitasi ini sangat pengaruh pada proses
kristalisasi.presipitasi tahap awal dalam proses kristalisasi ialah hasil pengendapan yg
di dapat setelah terjafi larutan lewat jenuh.

8. Apakah yang terjadi apabila panas dalam SSC crystallizer tidak tersebar secara
merata ?

Maka hasil kristalisasi kurang maksimal karena perlu di garis bawahi bahwa
SSC crystallizer berfungsi untuk nukleasi sekunder. Dimana SSC crystallizer terdapat
lapisan pendingin dan pemanas sebagai pengatur parameter suhu dalam pembentukan
kristalisasi. Selai itu juga terdapat, cooling agent dan heating agent yang berfungsi
menyeimbangkan kondisi supernaturasi dalam larutan supaya berbentuk larutan.
Maka apabila terjadi panas yang tidak merata , kondisi larutan tidak dalam
supersaturasi dan tidak terbentuk Kristal.

9. Mengambil contoh Pulau Madura dengan produksi garam tradisionalnya,


manakah yang lebih berkualitas, cara tradisional atau dengan crystallizer ?

Garam dengan crystallizer memiliki kualitas lebih baik karena memproduksi


garam menggunakan crystallizer lebih steril dibanding dengan pembuataan garam
secara tradisional. Karena jika pembuatan garam dengan cara tradisional dengan
kristalisasi di tambak,kolam dll sehingga saat dilakukan panen dengan alat garuk
kemungkinan besar pasir-pasir di tambak tersebut ikut.

10. Mengapa pendingin pada jacketed vessel SSC crystallizer menggunakan nitrogen
cair ?
Nitrogen berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah. Ia berupa
cairan jernih tak berwarna dengan massa jenis 0,807 g/mL pada titik didihnya
(−195,79 °C (77 K; −320 °F)*) selain itu biaya nitrogen cair lebih murah.

11. Mengapa zat pengotor dalam feed mempengaruhi proses kristalisasi ?

Karena zat pengotor akan menganggu proses pembentukan Kristal. Zat


pengotor ini dapat menyebabkan hasil kristal tidak murni oleh larutannya, sehingga
ketika hasil dari kristal tidak murni, maka harus di lakukan kristalisasi kembali untuk
memurnikan larutan tersebut agar bebas dari zat pengotornya. Dengan demikian
selain tidak efektif, cost juga akan bertambah. Contoh zat pengotor adalah zat-zat
yang ikut masuk ke dalam proses kristalisasi, zat tersebut adalh komponen yang tidak
di butuhkan dan yang nantinya justru akan menggangu kemurnian dari hasil
krstialisasi dan juga ukuran kristal.

12. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kristal sehingga antara satu
dengan lainnya berbeda ?

1. Kristal dicirikan oleh partikel-partikel pembentuknya (dapat berupa atom,


molekul, atau ion) yang tersusun dalam suatu susunan tiga-dimensi yang
beraturan yang disebut kisi (lattice). Akibat susunan itu, bila dibiarkan
terbentuk tanpa gangguan dari kristal lain atau benda luar, kristal itu akan
mempunyai bentuk berupa polihedron dengan sudut-sudut yang tajam dan sisi
yang rata, yang disebut muka (face). Walaupun ukuran muka berbagai kristal
dari bahan yang sama kemungkinannya berbeda satu sama lain, namun sudut-
sudut yang dibentuk sama yang merupakan karakteristik (ciri) dari bahan itu.

2. Karena pengaruh tekanan yang berbeda-beda dalam proses pembentukan


kristal. contoh: air yang dibekukan pada tekanan normal, umumnya akan
membeku pada temperatur 273K (0°C) membentuk es yang kita kenal, es ini
memiliki struktur kristal heksagonal, Namun, itu hanyalah satu dari banyak
jenis es yang telah dipelajari oleh ilmuwan. Pada tekanan dan temperatur yang
berbeda, ternyata es membentuk susunan kristal yang berbeda pula. Itulah
yang disebut polimorph Es, yakni struktur kristal yang berbeda dari air ketika
membeku pada tekanan dan temperatur yang berbeda. Dalam Wikipedia,
dikenal 11 polimorph es, walaupun secara teoritis, ilmuwan telah menemukan
lebih dari 17 polimorph es.

13. Apakah agen penenggelam berpengaruh dalam proses kristalisasi? Dan apa saja
contoh agen penenggelam tersebut ?

Mempengaruhi karena untuk menghilangkan pelarut itu dengan menambahkan


agen penenggelam (drowning-out agent ) untuk menenggelamkan zat yang lebih
besar agar antara pelarut dan zat terlarut dapat terpisah (proses koagulasi). Contoh
agen penenggelam adalah H3PO4

14. Kapan dan dalam kondisi apa proses kristalisasi harus dilakukan dengan SSC
crystallizer atau FC crystallizer ?

a. Scraped Surface Crystallizer (SSC)

Biasanya digunakan untuk proses kristalisasi dengan pendinginan. Sesuai


dengan sifat kelarutan suatu zat di dalam pelarut, maka kristalisasi dengan
pendinginan ini hanya baik untuk larutan yang perubahan kelarutanya cepat
bila temperature sedikit berubah.

b. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer (FC)

Dapat beroperasi dengan circulators kecepatan rendah, dan karena itu kontrol
yang lebih baik dari proses jenuh, dan nukleasi primer yang lebih rendah. Jenis
ini digunakan untuk produk yang memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah.
Biasanya, alat ini beroperasi mulai dari vakum sampai tekanan atmosfer.

15. Apakah ada pembatas/sekat antara inlet (feed masuk) dan outlet (produk keluar)
pada FC Crystallizer?

Ada, dalam pipa atau kolom setelah chamber terdapat katup yang berfungsi
untuk menahan atau mengisolasi antara produk dengan feed dengan mekanisme buka-
tutup, sehingga antara feed dan produk tidak bercampur. Akan tetapi, bila pada feed
nilai Ksp rendah (masih belum jenuh), maka diperlukan penambahan konsentrat dari
feed tersebut agar lebih mudah berada dalam kondisi supersaturated. Maka pada
katup pemisah tersebut akan terdapat katup kecil lain yang berfungsi menambahkan
feed yang masih encer tersebut dengan produk kristal yang telah jadi agar
konsententrasi feed bertambah. Cara ini lebih cost-effective karena tidak
menambahkan konsentrat dari luar.
16. Apa saja contoh reaksi nukleasi homogen dengan nukleasi heterogen ?

Nukleasi homogen adalah proses pembentukan Kristal secara spontan, tidak


dibutuhkan ‘dorongan’ dari luar. Nukelasi homongen terjadi jika larutan dalam fase
labil (lihat pada kurva solubility) / lewat jenuh. Contoh : Kristal NaCl, CaSO4, CaCO3,
SiO2 (bahan baku kaca), dan bahan-bahan padatan dalam lab kimia poltek yang
berasal dari proses kristalisasi. Nukleasi heterogen adalah proses pembentukan Kristal
secara tidak stabil (dalam fase metastabil menurut kurva solubility), dibutuhkan
‘dorongan’ dari luar untuk menciptakan kondisi spontan. Dapat dengan menambah
konsentrasi, zat asing (debu) atau melalui reaksi sebagai berikut untuk memperoleh
zat kristal:

1. CaCl2 + Na2SO4 ------ > CaSO4 + 2NaCl (zat Kristal adalah CaSO4)

2. BaCl2 + Na2SO4 ------ > BaSO4+ 2NaCl (zat kristal adalah BaSO4)
17. Apa efek laju pembentukan inti Kristal tinggi yang menghasilkan banyak kristal
tetapi dalam ukuran kecil ?

Laju pembentukan inti Kristal sangat berpengaruh terhadap keseluruhan


proses produksi kristal. Jika laju pembentukan inti cepat, maka banyak inti Kristal
terbentuk, mengurangi cost produksi. Laju pembentukan inti Kristal menghasilkan
banyak inti Kristal yang berukuran kecil karena masih merupakan tahap nukleasi
primer. Setelah terbentuk inti-inti Kristal, maka tahapan selanjutnya adalah nukleasi
sekunder dengan menggunakan heat exchanger, condenser, evaporator, dan
centrifugator untuk menghasilkan Kristal dengan ukuran besar sesuai spesifikasi
industri.

Anda mungkin juga menyukai