Gerontik Konsep Legal Kelompok 5
Gerontik Konsep Legal Kelompok 5
OLEH
KELOMPOK 5
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Manfaat………………………………………………………….…………….2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan……………………………………………………………………..11
3.2 Saran…………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja standar gerontologi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan etik keperawatan lansia.
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip etik.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan informed consent.
5. Untuk mengetahui apa saja peraturan yang berkaitan dengan kesejahteraan
lansia.
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai
aspek legal dan etik keperawatan lansia.
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca
mengetahui bagaimana cara untuk menyusun sebuah makalah mengenai
aspek legal dan etik keperawatan lansia dan dapat menerapkannya dalam
melakukan tindakan keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar Gerontologi
Praktek keperawatan profesional diarahkan dengan mempergunakan
standar praktek yang merefleksikan tingkat dan harapan dan pelayanan, serta
dapat digunakan untuk evaluasi praktek keperawatan yang telah diberikan.
Standar keperawatan gerontologi menurut American Nursing Association
(ANA) adalah sebagai berikut :
1. Standar I : Organisasi Pelayanan Keperawatan Gerontologi.
Yaitu semua pelayanan keperawat gerontologi harus direncanakan, diorganisasi
dan dilakukan oleh seorang eksekutif perawat (has baccalaureate or master’s
preparation and experience in gerontological nursing and administrasion of
long- term care services or acute-care services for older patients)
2. Standar II : Teori.
Perawat disini harus berpartisipasi dalarn rnengernbangkan dan melakukan
percobaan percobaan yang didasari oleh teori untuk mengambil keputusan
klinik. Perawat juga mengunakan konsep teontik yang digunakan sebagai
petunjuk untuk melaksanakan praktek keperawatan gerontologi yang lebih
efektif.
3. Standar III : Pengumpulan Data
Status kesehatan pada klien dikaji secara terus menerus dengan komprehensive,
akurat dan sistematis. Informasi yang didapatkan selama pengkajian kesehatan
harus dapat dipecahkan dengan mengunakan pendekatan dan interdisipliner
team kesehatan termasuk didalamnya lansia dan keluarga.
4. Standar IV: Diagnosa Keperawatan.
Perawat dengan mengunakan data yang telah diperoleh untuk menentukan
diagnose keperawatan yang tepat sesuai dengan prioritasnya.
5. Standar V: Perencanaan dan Kontinuitas dan Pelayanan
Perawat mengembangkan perencanaan yang berhubungan dengan klien dan
orang lain yang berkaitan. Untuk mencapai tujuan dan prioritas dan
perencanaan perawatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh klien, perawat
dapat mengunakan terapeutik, preventif, restoratif dan rehabilitasif.
3
Perencanaan peraatan ini bermanfaat untuk membantu klien dalam mencapai
dan mempertahankan tingkat kesehatan, kejahtera, kualitas hidup yang yang
tinggi (optimal ) dan serta mati dalam keadaan damai.
6. Standar VI : Intervensi
Perencanaan pelayanan yang telah ada digunakan sebagai petunjuk dalarn
membenkan intervensi untuk mengembalikan fungsi dan mencegah terjadinya
komplikasi dan ‘excess disability’ pada klien.
7. Standar VII: Evaluasi
Perawat harus melakukan evalusai secara terus menerus terhadap respon klien
dan keluarga terhadap intervensi yang telah diberikan. Disamping itu evaluasi
juga digunakan untuk menentukan . tingkat keberhasilannya dan mengevaluasi
kembali data dasarnya, diagnosanya dan perencanaannya.
8. Standar VIII: Kolaborasi Interdisipliner
Kolaborasi perawat dengan disiplin ilmu yang lain (team kesehatan) sangat
penting dilakukan dalam membenkan pelayanan kesehatan terhdap klien (
lansia). Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang rutin
untuk menentukan perencanaan yang tepat sesuai dengan perubahan kebutuhan
yang ditemukan pada klien.
9. Standar IX : Research
Perawat harus ikut berpartisipasi dalam rnengernbangkan penelitian untuk
memperkuat pengetahuan dibidang keperawatan gerontoogi, menyebarluaskan
hasil penelitian yang diperolehnya dan digunakan dalam praktek keperawatan.
10. Standar X: Ethics
Perawat rnengunakna kode etik keperawatan (ANA) sebagai petunjuk etika
dalam mengambil keputusan didalam praktek.
11. Standar XI : Professional Development
Perawat harus mempunyai asumsi bahwa perkembangan dan kontribusi
profesionalisme keperawatan merupakan tanggung jawabnya dan sangat
berkaitan erat dengan perkembngan interdisiplin ilmu yang lain. Dalam hal ini
perawat juga harus mampu mengevaluasi perkembangan dalam praktek
kualitas yang diberikan.
4
Standar ini dikembangkan oleh dan untuk perawat gerontologi sendiri
sehingga perawat hams mempunyai peraturan yang jelas untuk mengevaluasi
bila terjadi pelanggaran yang menyimpang dan standar praktek yang
seharusnya diberikan. Standar ini akan memberikan kualitas pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat.
5
sosial-spritual dan kultural yang holistic yang ditujukan kepada klien lanjut
usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada penderita
usia lanjut adalah (Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) :
6
(sedanagkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat
melindungi penderita yang inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik
ini seolah-olah memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang
menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan (mis.
Seorang ayah membuat keuitusan bagi anaknya yang belum dewasa).
4. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan
perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk
memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan
pembedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
5. Kesungguhan Hati : yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua
janji yang diberikan pada seorang penderita.
Kapasitas untuk mengambil keputusan, merupakan aspek etik dan hokum yang
sangat rumit. Dasar dari penilaian kapasitas pengambilan keputusan penderita
7
tersebut haruslah dari kapasitas fungsional penderita dan bukan atas dasar label
iagnosis, antara lain terlihat dari :
Pada dasarnya prinsip etika ini mnyatakan bahwa kapasitas penderita untuk
mengambil/menentukan keputusan (prinsip otonomi) dibatasi oleh :
8
jure oleh pengacara, karena hal yang terkhir ini sering tidak praktis, waktu lama,
dan sering melelahkan baik secara fisik maupun emosional.
Yang penting adalah bahwa dokter mau mendengar semua keluhan atau alas an
penderita dan kalau mungkin memperbaiki keputusan penderita tersebut denagn
pemberian edukasi. Seringkali perlu diambil tindakan “kompromi” antara apa
yang baik menurut pertimbangan dokter dan apa yang diinginkan oleh penderita.
9
7. Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
8. Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan
Pemukiman.
9. Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang PErkembangan
Kependudukan dan Pembangunan keluarga Sejahtera.]
10. Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
11. Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 ahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan.
14. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia (Tambahan lembaran Negara nomor 3796), sebagai pengganti
undang-Undang nomor 4 tahun 1965 tentang Pemberian bantuan bagi
Orang jompo.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap
berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut
Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses
manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk
dalam hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku,
karakter dan motif yang baik serta ditekankan pada penetapan
apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara umum, terminologi etik
dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang berbeda dengan moral
bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan perilaku
aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
12