Dosen
HENDRI, ST. MT.
Tujuan
Ruang Lingkup
DEFINISI
Perencanaan tata letak (layout) secara umum banyak dibahas dalam beberapa literatur
antara lain pada facilities planning (perencanaan fasilitas). Facilities planning1 adalah
berkaitan dengan desain, tata letak (layout), lokasi, dan akomodasi orang, mesin, dan
kegiatan dari sistem atau manufaktur/jasa yang menyangkut lingkungan atau tempat
yang bersifat fisik. (concerned with the design, layout, location, and accommodation of
people, machines, and activities of a system or manufacturing or service within a
physical spatial environment).
Tata letak fasilitas (facility Layout)3 adalah susunan mesin, proses, departemen, tempat
kerja, area penyimpanan, gang dan fasilitas umum yang ada. Sedangkan tata letak
(layout)4 adalah susunan departemen, tempat kerja, dan peralatan, dengan perhatian
utama pada gerakan kerja (pelanggan atau material) melalui sistem: tata letak tetap
(fixed-position layouts), tata letak proses (process layouts), tata letak produk (product
layouts), atau tata letak kombinasi (combination layouts).
Pabrik5 adalah suatu bangunan industri besar di mana para pekerja memproduksi benda
atau mengawasi proses mesin dari satu produk menjadi produk lain, sehingga
mendapatkan nilai tambah. Kebanyakan pabrik modern memiliki gudang atau fasilitas
serupa yang besar yang berisi peralatan berat yang digunakan untuk lini assembling.
Pabrik6 yang dalam istilah asingnya dikenal sebagai factory atau plant adalah setiap
tempat sumber daya: manusia, material, modal, mesin, peralatan, energi, informasi dan
sumber daya alam(tanah, air, mineral, dan lain-lain). Sumber daya ini dikelola
bersama-sama dalam suatu sistem produksi guna menghasilkan suatu produk atau
jasa secara produktif.
Jadi tata letak pabrik (plant Layout) adalah pengaturan fasilitas fisik perusahaan yang
terdiri dari susunan departemen, pusat kerja, dan peralatan, untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan peralatan, bahan, orang dan energi.
3
Russell, R. and Taylor, B.W. (2009).
4
Stevenson W.J. (2007)
5
http://id.wikipedia.org
6
Wignjosoebroto, Sritomo, 2009.
Adapun Unsur-unsur utama desain fasilitas adalah jenis masukan (input), kegiatan
transformasi atau proses produksi,dan keluaran (output) yang dihasilkan. Lebih lanjut
seperti contoh adalah tabel berikut ini:
7
Hadiguna dan Setiawan, 2008
Primary Activities
Gambar 1.2 Value Chain48
Value Chain terdiri dari dua aktivitas dengan sembilan dimensi. Pertama, lima dimensi
primary activity (aktivitas utama) dalam pembuatan produk secara fisik yang terdiri dari
aktivitas: inbound logistic, operations, outbound logistics, marketing atau sales dan
service. Kedua, empat dimensi support activity (aktivitas pendukung), yang terdiri dari
aktivitas: procurement, technological development, human resources management dan
firm infrastructure atau general admistration.
84
Eisner & Ketchen, 2009, Strategy : 2008-2009
9
Russell, R. and Taylor, B.W. (2009).
10
Heizer J. and Render B. (2008)
11
Heizer J. and Render B. (2008)
12
Heizer J. and Render B. (2008)
Ada filsafat yang menarik tentang perencanaan fasilitas, yaitu perencanaan adalah
kosong, tetapi desain adalah segalanya. Pentingnya perencanaan fasilitas dapat dilihat
dari proses merencanakan yang terdiri dari atas perencanaan (planning), desain
(designing), pembangunan (building), pemasangan (installing), dan uji coba (lihat
gambar 1.3.). Biaya yang terjadi pada setiap bagian meningkat secara eksponensial.
Tahap perencanaan dan desain menjadi sangat penting karena kualitas hasil kerja
ditentukan pada tahap ini. Bila kita lihat dari segi biaya, maka memang kebutuhan kedua
tahap masih cukup kecil, namun akan memberikan dampak yang sangat besar.
Keterlibatan banyak disiplin ilmu atau keahlian terdapat pula pada kedua tahap ini.
Artinya, kedua tahap harus mendapat perhatian yang lebih besar dari pimpinan proyek.
Jumlah biaya (Rp)
DesainPembangunan
Perencanaan Pemasangan
Uji Coba
Gambar 1.3 Peningkatan Biaya Selama Proyek Perencanaan Fasilitas14
13
Stevenson W.J. (2007).
14
Hadiguna dan Setiawan, 2008 dan Tompkins, et.al., 2010
Perencanaan
Lokasi Tata Letak
Struktur
(Facility Location)
Perencanaan
Perencanaan Fasilitas Perancangan Fasilitas
Layout atau
(Facility Planning) (Facility Design)
Tata Letak Pabrik
Pemeliharaan Tata Letak
Perencanaan Sistem
(Facility Utilization)
Pemindahan Material
15
Tompkins, et.al., (2010)
16
Diaz A.G. & Smith J.M. (2008).
17
Diaz A.G. & Smith J.M. (2008).
Selanjutnya diketahui bahwa tipe tata letak proses dan produk memiliki kelebihan dan
kekurangan untuk mengeksploitasi kelebihan dan mengurangi kekurangannya, maka
perlu dilakukan kombinasi. Tata letak kombinasi merupakan kombinasi tipe tata letak
produk dan proses dengan cara mengelompokan produk atau komponen yang akan
dibuat berdasarkan kesamaan dalam proses, bentuk, mesin, atau peralatan yang
dipakai. Tata letak kombinasi (Combination) dalam beberapa literatur disebut dengan
istilah Hybrid Layouts atau group technology atau group layout.
Aplikasi dari tata letak kombinasi18 adalah tata letak seluler (cellular layout). Tata letak
Seluler19 adalah mengkombinasikan fleksibilitas tata letak proses dengan efisiensi tata
letak produk atau dengan kata lain menjawab keterbatasan tata letak proses dan
mengeksplotasi kelebihan tata letak produk.
18
Reid & Sanders (2007).
19
Russell & Taylor (2009)
Tinggi
Proses
Variasi Produk
Group
Teknologi
Produk
Posisi
Tetap
Tinggi
Posi Pro
si Posisi Sel
Teta Pros
Variasi Produk
Pro
p es
Selu
Biaya
ler
Pro
duk
Po Pr Sel Pro
sis
Rendah Volume Produk Tinggi
Volume Produk
(a) (b)
Gambar 1.7 (a) Variasi- Volume Produk dan (b) Biaya-Volume Analisis Balik Modal22
20
Tompkins, et.al., 2010
21
Tompkins, et.al., 2010
22
Diaz A.G. & Smith J.M. (2008)
23
Apple, James M. (1990)
24
Apple, James M. (1990)
25
Wignjosoebroto, Sritomo, 2009
2. Metode Konvensional27
26
Tompkins, et.al., 2010
27
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008)
28
Wignjosoebroto, S.
29
Wignjosoebroto, S.
Untuk menentukan luas areal yang dibutuhkan untuk pendirian suatu pabrik, maka hal
ini dapat dicari dengan menggunakan perumusan umum, yaitu sekurang-kurangnya
lima kali luas area yang betul-betul dipakai untuk penempatan segala fasilitas produksi
yang dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat yang cukup lapang untuk
keperluan membongkar/memuat barang, fasilitas parkir, area untuk gudang dan lain-
lain.
Lokasi akan menentukan dekat tidaknya pabrik tersebut ke sumber bahan baku ataupun
jasa pemasarannya. Jarak dari pabrik ke kedua tempat ini akan menentukan pula
30
Heizer J. dan Render B.(2006)
31
Wignjosoebroto, S.
Karyawan yang tidak terlatih, memiliki tingkat pendididkan yang rendah, atau
kebiasaan kerja yang buruk bukan hal yang baik bagi perusahaan walaupun
upahnya rendah. Demikian pula, karyawan yang tidak dapat atau sering membolos
tidak memberikan kebaikan bagi organisasi, walaupun pada tingkat upah yang
rendah.
Dalam literature lain32 menjelaskan pendirian pabrik pada suatu lokasi tertentu akan
mempertimbangkan pula tersedianya tenaga kerja yang cukup yang tidak saja harus
dilihat dari jumlahnya akan tetapi juga harus ditinjau dari segi kemampuan dan
ketrampilan yang diperlukan. Selain itu tingkat upah tentu saja juga merupakan
salah satu faktor yang pantas diperhitungkan. Sebagai contoh, dengan
pertimbangan bahwa tingkat upah yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan
32
Wignjosoebroto, S.
3. Biaya-biaya (Costs)
Biaya-biaya dapat dibagi menjadi dua kategori: biaya nyata (yang dapat dihitung)
dan tidak nyata (yang tidak dapat dihitung). Biaya nyata (tangible cost) adalah biaya-
biaya yang langsung dapat dikenali dan dapat dihiting secara tepat. Biaya nyata
meliputi biaya layanan umum (seperti,listrik dan air), tenaga kerja, bahan mentah,
pajak, penysutan, dan biaya lain yang dapat dikenali oleh departemen keuangan
dan pihak manajemen. Sebagai tambahan, baya-biaya seperti biaya pengiriman
bahan mentah, pengantaran bahan jadi, dan pembangunan pabrik, kesemuanya
merupakan faktor dari biaya lokasi secara keseluruhan. Dapat juga berupa biaya
insentif dari pemerintah.
4. Resiko Politik, Nilai dan Budaya (Political risk, values, and culture)
Sikap pemerintah pusat, pemerintah daerah terhadap kepemilikan swasta,
penetapan zona, polusi, dan stabilitas ketenagakerjaan mungkin berfluktuasi. Sikap
pemerintah pada saat keputusan lokasi dibuat mungkin tidak berlangsung lama.
Lebih lanjut lagi, pihak manajemen mungkin mendapati bahwa sikap ini dipengaruhi
oleh pola kepimimpinan mereka sendiri.
Sikap karyawan mungkin berbeda dari satu negara dengan negara lain, daerah
dengan daerah, dan kota kecil dan kota besar. Pandangan karyawan mengenai
Dalam literature lain33 resiko politik misalnya undang-undang dan sistem perpajakan
(law & taxation); Aturan ataupun undang-undang yang dikeluarkan oleh suatu
pemerintah baik tingkat pusat maupun tingkat daerah akan pula mempengaruhi
proses pemilihan lokasi pabrik. Beberapa aspek dari operasi suatu pabrik yang
umum diatur oleh undang-undang adalah berupa jam kerja maksimal, usia kerja
maksimal dan kondisi-kondisi kerja lainnya. Disamping itu besar kecilnya pajak yang
harus disetorkan oleh suatu industri akan pula berbeda-beda tergantung di lokasi
industri tersebut akan didirikan. Untuk ini besarnya pajak yang harus dibayarkan
akan merupakan pula salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan didalam proses
perencanaan alternatif pemilihan lokasi pabrik. Sedangkan untuk Sikap masyarakat
setempat (community attitude) Sikap masyarakat setempat dimana pabrik tersebut
hendak didirikan ikut pula menjadi dasar pertimbangan yang cukup penting artinya.
Sosial kultural, adat, istiadat, tradisi, dan tingkat pendidikan rata-rata dari anggota
masyarakat merupakan aspek penting didalam penyelesaian masalah-masalah
perburuan, perselisihan, dan lain-lain yang menyangkut masalah hubungan
industrial.
33
Wignjosoebroto, S.
34
Heizer J. dan Render B.(2006)
Contoh 1:
Sebuah perusahaan Ban Motor mempertimbangkan tiga lokasi untuk pabrik
barunya- Tangerang, Bekasi dan Jakarta. Studi biaya mengindikasikan bahwa biaya
tetap pertahun pada lokasi-lokasi tersebut secara berurutan adalah Rp. 30 jt, Rp. 60
jt dan Rp. 110 jt, dan biaya variabel adalah Rp. 75.000 per unit, Rp. 45.000 per unit,
dan Rp. 25.000 per unit. Harga jual Ban diharapkan adalah Rp. 120.000.
Perusahaan berharap dapat menemukan lokasi yang paling ekonomis untuk jumlah
produksi 2.000 unit per tahun.
Untuk setiap lokasi,biaya tetap dipetakan (pada jumlah produksi 0 unit) dan biaya
total (biaya tetap + biaya variabel) pada jumlah output yang diharapkan. Garis-garis
ini dipetakan pada Gambar 2.1
Untuk Tangerang Biaya total = Rp. 30 jt + Rp 75.000 (2000) = Rp. 180 jt
Untuk Bekasi Biaya total = Rp. 60 jt + Rp 45.000 (2000) = Rp. 150 jt
Untuk Jakarta Biaya total = Rp. 110 jt + Rp 25.000 (2000) = Rp. 160 jt
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 36
Dengan jumlah produksi yang diharapkan sebesar 2000 unit per tahun. Bekasi
memberikan biaya lokasi yang paling rendah. Keuntungan yang diharapkan adalah:
Pendapatan total – Biaya total = Rp 120.000 (2000) – Rp. 150 jt = Rp 90 jt per tahun.
200 jt.
150 jt.
Biaya Tahunan
100 jt.
(Rp.)
Dari gambar diagram silang untuk analisistitik impas diatas, untuk jumlah produksi
kurang dari 1.000, Tangerang pilihan yang terbaik, dan untuk jumlah produksi lebih
besar dari 2.500 unit per tahun, lokasi di Jakarta akan memberikan keuntungan yang
paling besar.
Contoh 2:
Penyelesaian :
Penjualan = Fixed Cost + Variable Cost + Profit
BEP tercapai pada profit = 0
Maka BEP = Fixed Cost + Variable Cost
Bandung Cirebon Bogor
Listrik/th 1.000.000 500.000 1.200.000
FC Pajak/th 2.000.000 1.500.000 2.100.000
Jumlah 3.000.000 2.000.000 3.300.000
d Q ix i
Persamaan 3 -1 Koordinat-x i
Q i
i
d Q iy i
Persamaan 3 -2 Koordinat-y i
W i
i
Perhatian bahwa persamaan (2-1) dan (2-2) mengandung istilah Q yang merupakan
banyaknya pasokan yang dipindahkan keatau dari lokasi i.
Karena jumlah kontainer yang dikirim setiap bulan mempengaruhi biaya, maka jarak
tidak dapat menjadi satu-satunya kriteria utama. Metode pusat gravitasi
mengasumsikan bahwa biaya secara langsung berimbang pada jarak dan jumlah
yang dikirim. Lokasi yang ideal adalah lokasi yang meminimalkan jarak berbobot
antara gudang dan toko ecerannya, di mana pembobotan jarak dilakukan sesuai
dengan jumlah kontainer yang dikirim.
Contoh:
Perusahaan Super Market, memiliki empat jaringan toko outlet besar. Toko
perusahaan ini terletak di Tangerang, Bekasi, Karawang dan Bogor; mereka
sekarang dipasok dari gudang tua yang tidak memadai di Bekasi. Data tingkat
permintaan setiap outlet ditujukkan pada Tabel 2.1.
Utara-Selatan
120 Tangerang
– (30, 120)
Bekasi (90, 110)
90 – + Karawang(130, 80)
Center of gravity (67, 85)
60 – Bogor (60, 40)
| | | |
| | Timur-Barat
30Titik
– 30 60 90
Asal
120
yang 150
Berubah
–
-ubah
Gambar 2.2 Lokasi Koordinat dari Empat Department Stores dan pusat gravitasi
35
Heizer J. dan Render B.(2006)
Referensi
Heizer J. dan Render B.(2006). Manajemen Operasi, edisi 7, Alih bahasa:
Dwianoegrahwati S. & Indra A., Penyunting: Arianto, Jakarta: Salemba Empat.
Heizer J. dan Render B. (2009). Operations Management, 9th Edition, Prentice Hall.
Wignjosoebroto, Sritomo, 2009.Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi 3,
Penerbit Guna Wijaya, Surabaya.
Stevenson W.J. (2007). Operations management 9th Edition, McMcGraw-Hill
Product Analysis
Process Analysis
Schedule Analysis
PENDAHULUAN
Pertanyaan satu sampai lima didapat dari desain produk, proses dan skedul. Sedangkan
jawaban pertanyaan keenam ada pada pembahasan perencanaan lokasi pabrik.
PRODUK
TATA
LETAK
PROSES SKEDUL
Dalam manufaktur, desain produk, proses dan skedul adalah sumber informasi penting
yang diperlukan untuk merancang tata letak pabrik. Desain produk, proses dan skedul
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Produk (Product): Apa yang diproduksi?
2. Proses (Process): Bagaimana/Siapa yang akan memproduksi?
3. Skedul (Schedule): Berapa banyak yang diproduksi, kapan dan berapa lama
produksi?
Desain produk, proses, skedul dan tata letak memiliki keterikatan dengan kebutuhan visi
untuk apa dan bagaimana kebutuhan (termasuk konsep, teknik, dan teknologi yang
dipertimbangkan). Untuk mengetahui informasi dalam menganalisis produk, proses dan
skedul dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini.
36
Wignjosoebroto, S, 2009.
PRODUK ANALYSIS
5 4
KETERANGAN GAMBAR
3
1. Komponen no 1 :
2 Penyangga (Jack Stand)
2. Komponen no 2 : Poros ulir
(Screw)
1
37
Wignjosoebroto, S, 2009.
38
Wignjosoebroto, S, 2009.
Untuk menganalisis produk dan detail komponennya lebih lanjut dapat juga diperoleh
melalui dokumen gambar asembling (assembly drawing), diagram asembling (assembly
chart) dan gambar teknik.
39
Heizer J. and Render B. (2010).
40
Heizer J. and Render B. (2010).
41
Tompkins, White dan Bozer (2010)
PROCESS ANALYSIS
Umum diketahui perubahan dari input yang berupa bahan baku menjadi
output yang berupa produk jadi atau jasa yang dikehendaki akan memerlukan
berbagai macam dan tahapan proses manufakturing. Teknologi, mesin
dan peralatan, serta berbagai metode kerja direncanakan dan
digunakan untuk keperluan ini.
Adapun yang diperhatikan saat melakukan analisis proses dan desain perlu
mengejukan pertanyaan43 berikut ini:
Apakah proses didesain untuk mencapai keunggulan bersaing?
Apakah proses menghilangkan langkah-langkah yang tidak menambah nilai?
Apakah proses memaksimalkan nilai bagi pelanggan?
Apakah proses akan menambah order?
Untuk menganalisis proses perlu mengetahui proses desain dari suatu produk dan masing-
masing part. Jadi desain proses menentukan bagaimana produk diproduksi. Spesifik
produk, subassembly, bagian yang akan diproduksi sendiri atau disubkontrakkan kepada
pemasok (keputusan membuat-atau-membeli). Untuk mengetahui desain proses44 dapat
diketahui melalui: identifikasi kebutuhan proses, pemilihan kebutuhan proses dan urutan
42
Tompkins, White dan Bozer (2010)
43
Heizer J. and Render B. (2010).
44
Tompkins, White dan Bozer (2010)
Dalam part list termasuk: part numbers, part names, number parts per product dan
drawing references.
2. Pemilihan Kebutuhan Proses (Selecting the Required Processes)
Untuk memilih kebutuhan proses produksi dapat diketahui antara lain dari BOM (bill of
material) (Tabel 3.4 dan Gambar 3.10) dan Route Sheet (Tabel 3.5 dan 3.6) berikut
ini.
Tabel 3.4 Bill of Material Air Flow Regurator
45
Heizer J. and Render B. (2010).
Menurut Tompkins, White dan Bozer (2010) sebagai sumber informasi untuk
mengetahui urutan proses adalah:
1) Assembly Chart
2) Operation Process Chart (OPC)
3) Precedence Diagram
46
Wignjosoebroto, S, 2009.
Sedangkan menurut Heizer J. and Render B. (2010) ada beberapa alat bantu yang
dapat membantu memahami komleksitas dalam desain fasilitas, yakni:
1) Flow Charts – menunjukan pergerkan material
2) Process Charts – mengunakan symbol untuk menunjukan aktivitas kunci
3) Time-Function Mapping – menunjukan aliran dan batas waktu
4) Value-Stream Mapping – menunjukkan aliaran, waktu dan nilai tambah
5) Service Blueprinting – fokus interaksi pelanggan
Dari pendapat diatas tentang sumber informasi analisis aliran proses perencanaan tata
letak berdasar urutan proses, secara lengkap dapat dirangkumkan sebagai berikut:
1) Flow Diagrams (Meyers)
2) Flow Charts (Heizer)
3) Assembly Chart (Tompkins)
4) Operations Charts (Meyers) = Operation Process Chart (Tompkins)
5) Precedence Diagram (Tompkins)
6) Flow Process Charts (Meyers) = Process Chart (Heizer)
7) Time-Function Mapping (Heizer)
8) Value-Stream Mapping (Heizer)
Lebih lanjut tentang sumber informasi analisis aliran proses akan dijelaskan sebagai
berikut:
1) Flow Diagrams
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 54
Gambar 3.9 Flow Diagram PT. Kereta Kayu Mainan
2) Flow Charts
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 55
Gambar 3.11 Flow Charts Perakitan Harley Davidson47
3) Assembly Chart
Lingkaran dengan satu link menunjukkan komponen dasar, lingkaran dengan
beberapa link menunjukkan operasi perakitan/ subassemblies, dan kotak adalah
pemeriksaan. Metode termudah untuk membangun assembly chart yakni dimulai
dengan produk asli dan ditelusuri kembali ke komponen dasarnya.
47
Heizer J. and Render B. (2010)
48
Tompkins, White dan Bozer (2010)
Sebagai sumber informai atau pedoman bahwa proses operasi dalam pabrik
(manufacture processes)50 terdiri dari operasi fabrikasi dan assembling.
Fabrikasi terdiri dari pembentukan, perlakuan untuk pembesaran dan
penghalusan. Sedangkan assembling terdiri dari permanen dan mekanikal.
5) Precedence Diagram
49
Tompkins, White dan Bozer (2010)
50
Groover Mikell P. (2010)
6) Process Charts
51
Tompkins, White dan Bozer (2010)
52
Heizer J. and Render B. (2010)
Product
Order
Prod orde t Wait
uctio r
Order
n WIP
Plant Print Extrude
contr
Product
ol
Warehouse Wait
Product
Transport Move
1 day 2 days 1 day 1 day 1 day
6 days
Gambar 3.16 Time-Fuction Mapping53
8) Value-Stream Mapping
53
Heizer J. and Render B. (2010)
54
Heizer J. and Render B. (2010)
SCHEDULE ANALYSIS
Skedul dapat mengetahui berapa banyak dan kapan produk dilakukan. Skedul56
berdampak terhadap keputusan pemilihan jenis mesin, jumlah mesin, jumlah shift, jumlah
orang, ruangan yang dibutuhkan, kebutuhan gudang, alat pemindahan material dll.
Informasi desain skedul ini dibutuhkan untuk lebih memperhatikan volume produksi,
trends, dan untuk memprediksi permintaan produksi yang akan datang. Informasi ini dapat
diperoleh dari bagian penjualan/pasar.
Dalam merencanakan tata letak perlu mengetahui skedul produksi. Skedul57 dibuat
berdasarkan MPS (master production schedule), perencanaan agregat, proses, produk
dan kebutuhan pasar berdasarkan permintaan (order atau perkiraan).
55
Heizer J. and Render B. (2010).
56
Tompkins, White dan Bozer (2010)
57
Heizer J. and Render B. (2010).
58
Heizer J. and Render B. (2010).
Tata letak posisi tetap (fixed-posisi layout)59, adalah produk (proyek/pekerjaan) tetap
berada dalam satu tempat, sementara para pekerja dan peralatan datang pada tempat
tersebut. Contoh proyek ini antara lain pembuatan pesawat terbang, turbin gas, kapal
laut (Gambar 4a.1) dan lain-lain.
59
Heizer dan Render (2010)
Tinggi
Variasi Produk
Posisi
Tetap
Gambar 4a.2 Variasi dan Volume Produk Tata Letak Posisi Tetap61
Bentuk tata letaknya berdasarkan posisi tetap digambarkan sebagai berikut (Gambar
4a.2 dan 4a.3).
60 Kompilasi : Reid dan Sanders (2007) dan Russell & Taylor (2009),
61
Tompkins, White dan Bozer (2010).
Ware House
Storage
Produ
ct
Pai Wel Asse
Raw Material
Machi
ne A
Too
Oper lB
Completed Part
ator
Gambar 4a.4 Bentuk Tata Letak Posisi Tetap 63
62
Hadiguna dan Setiawan (2008)
63
Diaz A.G. and Smith J.M. (2008)
64
Hadiguna dan Setiawan (2008)
Karena permasalahan pada tata letak bedasarkan posisi tetap ini sulit dipecahkan pada
lokasi, strategi alternatif yang ada adalah untuk melengkapi proyek sedapat mungkin
diluar lokasi. Pendekatan ini digunakan pada industri pembangunan kapal di saat unit
standar- contoh kotak pemegang pipa dirakit pada lini perakitan terdekat (fasilitas yang
65
Heizer dan Render (2010).
66
Group Technology adalah sebuah filosofi manufaktur yang mengidentifikasikan komponen-komponen yang mirip dan
mengelompokannya secara bersama agar mendapatkan keuntungan dari kemiripan dalam desain dan produksi. Group
Technology diyakini dapat meningkatkan efisiensi produksi dengan cara mengelompokan bermacam komponen dan
produk berdasarkan kemiripan desain dan atau proses. Adapun caranya adalah mengelompokkan komponen-komponen
yang mirip menjadi part families. Pengelompokan terhadap komponen-komponen yang memiliki kemiripan tertentu
kedalam suatu kelompok komponen merupakan kunci dalam penerapannya. Aplikasi dari Group Technology antara lain
adalah tata letak seluler (cellular layout). Tata letak Seluler mencoba untuk mengkombinasikan fleksibilitas tata letak
proses dengan efisiensi tata letak produk atau dengan kata lain menjawab keterbatasan tata letak proses dan
mengeksplotasi kelebihan tata letak produk. Sel manufaktur (tata letak Seluler) adalah sebuah kelompok mesin atau
proses yang ditempatkan secara berdekatan dan berfungsi memproses sebuah part families.
Tinggi
Proses
Variasi Produk
67
Wignjosoebroto (2003) dan diperkuat oleh Hadiguna & Setiawan (2008)
68
Tompkins, White dan Bozer (2010).
69
Diaz A.G. & Smith J.M. (2008)
70
Reid R.D. and Sanders N.R. 2007
71
Wignjosoebroto, S. 2003
Raw Material
Completed Part
72
Reid R.D. and Sanders N.R. 2007
73
Diaz A.G. and Smith J.M. (2008)
Tata letak berdasarkan proses memiliki kelebihan dan kekurangan74. Kelebihan atau
keuntungan utama tata letak proses adalah adanya fleksibilitas peralatan dan
penugasan tenaga kerja. Sebagai contoh, jika terjadi kerusakan pada satu mesin,
proses produksi secara keseluruhan tidak perlu berhenti; pekerja dapat dialihkan pada
mesin lain. Tata letak berdasarkan proses juga sangat baik untuk menangani produksi
jenis produk yang bervariasi produk banyak dan volume produksi rendah. Sedangkan
kelemahan tata letak berdasarkan proses ini adalah pada peralatan yang biasanya
memiliki kegunaan umum. Waktu pesanan butuh waktu yang lama karena penjadwalan
sulit, penyetelan mesin berubah, dan penanganan bahan yang unik. Sebagai tambahan,
peralatan yang memiliki kegunaan umum, membutukan tenaga kerja yang terampil.
74
Heizer J. dan Render B, 2006
75
Wignjosoebroto, S. 2003
Contoh 1
Manejemen sebuah perusahaan ingin mengatur enam departemen dalam pabriknya
sedemikian rupa sehingga meminimalkan biaya penanganan bahan antar-departemen.
Mereka membuat asumsi awal (untuk menyederhanakan masalah) bahwa setiap
departemen berukuran 20 x 20 meter dan panjang serta lebar gedung adalah 60 meter
dan 40 meter.Jadi langkah-langkah perencanaan tata letak berdasarkan proses adalah
sebagi berikut:
Langkah 1 : Membuat matriks "dari-ke" menunjukkan aliran barang atau bahan
dari departemen ke departemen. lain (Gambar 4b.7)
76
Heizer J. dan Render B, 2006
77
Heizer J. dan Render B, 2006
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 74
Jumlah Beban per minggu
Departemen
50 100 0 0 20
30 50 10 0
20 0 100
50 0
0
40
Ruangan 4 Ruangan 5
Ruangan 6 6
0
Gambar 4b.8 Ukuran Bangunan dan Tata Letak Dept. yang Mungkin
Langkah 4 : Tentukan biaya tata letak ini dengan menggunakan persamaan biaya
penenganan bahan berikut:
n n
Biaya X ijC ij
i 1 j1
Untuk masalah ini, Perusahaan mengasumsikan bahwa sebuah forklift dapat membawa
semua beban antar- departemen. Biaya untuk memindahkan satu beban di antara departemen
yang bersebelahan diperkirakan sebesar Rp. 1 rb. Memindahkan beban antar departemen
yang tidak saling bersebelahan mengeluarkan biaya Rp. 2 rb. Dengan melihat pada Gambar
4.2, dapat dilihat bahwa biaya penanganan material antara departemen adalah sebagai
berikut:
1 ke 2 = Rp. 1 rb. x 50 beban = Rp. 50 rb.
1 ke 3 = Rp. 2 rb. x100 beban = Rp. 200 rb.
1 ke 6 = Rp. 2 rb. x 20 beban = Rp. 40 rb.
2 ke 3 = Rp. 1 rb. x 30 beban = Rp. 30 rb.
2 ke 4 = Rp. 1 rb. x 50 beban = Rp. 50 rb.
2 ke 5 = Rp. 1 rb. x 10 beban = Rp. 10 rb.
3 ke 4 = Rp. 2 rb. x 20 beban = Rp. 40 rb.
3 ke 6 = Rp. 1 rb. x100 beban = Rp. 100 rb.
4 ke 5 = Rp. 1 rb. x 50 beban = Rp. 50 rb.
Rp 570 rb
Dengan melihat pada grafik aliran (Gambar 4b.9) dan perhitungan biaya, dapat dilhat bahwa
menempatkan departemen 1 dan 3 lebih dekat terlihat lebih baik. Dengan tidak bersebelahan
volume aliran yang tinggi menyebabkan adanya pengeluaran penanganan yang lebih besar.
Bila melakukan pemindahan departemen , harus diuji efek dari pemindahan departemen lebih
baikkah atau malah sebaliknya.
Satu kemungkinan yang ada adalah menukar departemen 1 dan 2. Penukaran ini
menyebabkabn grafik aliran antar departemen yang kedua (Gambar 4b.10), yang
menunjukkan pengurangan baiya hingga menjadi Rp. 480 rb, dengan penghematan beban
Rp. 90 rb.
Tentu saja, pertukaran ini hanyalah satu dari sekian banyak kemungkinan pertukaran yang
ada. Anggap saja Perusahaan ini puas dengan gambaran biaya sebesar Rp. 480 rb. Dan grafik
aliran pada Gambar 4b.10.
3
2 5 01 1 3
0 0
0
5 1
0 1 0
4 50 60
5
0
Gambar 4b.10 Grafik Aliran Antar-Deptemen Kedua
2 ke 1 = Rp. 1 rb. x 50 beban = Rp. 50 rb.
2 ke 3 = Rp. 2 rb. x 30 beban = Rp. 60 rb.
2 ke 4 = Rp. 1 rb. x 50 beban = Rp. 50 rb.
2 ke 5 = Rp. 1 rb. x 10 beban = Rp. 10 rb.
Pada kasus ini penyelesaian untuk persyaratan luas ruang lihat Gambar 4b.11 berikut ini.
40
Ruangan 4 Ruangan 5
Ruangan 6 6
0
Gambar 4b.11 Sebuah Tata Letak yang Mungkin bagi Perusahaan
Tata letak berdasarkan produk78 umumnya digunakan untuk pabrik yang memproduksi
satu macam produk atau kelompok produk (variasi rendah) dengan jumlah yang banyak
(volume tinggi) secara terus menerus dalam waktu produksi yang lama lihat Gambar
5.1. Tata letak berdasarkan produk dilakukan dengan cara mesin dan fasilitas produksi
diatur sesuai dengan urutan proses pengerjaan produksi.
Tata letak berdasarkan produk79 disusun disekeliling produk atau keluarga produk yang
sama yang memiliki volume tinggi, dan variasi rendah serta produk yang berulang dan
78
Wignjosoebroto 2003) dan diperkuat oleh Hadiguna dan Setiawan 2008
79
Heizer dan Render 2006
Tinggi
Variasi Produk
Produk
80
Reid R.D. and Sanders N.R. 2007
Tata letak produk81 digambarkan dengan skematis tata letak berdasarkan produk yang
paling populer untuk pabrik yang bekerja/beroperasi secara massal (mass production)
sebagai berikut.
81
Wignjosoebroto, S. 2003
82
Wignjosoebroto, S. 2003
Diaz A.G. & Smith J.M. (2008), menggambarkan bentuk tata letak berdasarkan produk
sebagai berikut.
Raw Material
Completed Part
Gambar 5.4 Tata Letak Produk84
Heizer dan Render (2006) menggambarkan lebih jelas lagi bentuk tata letak
berdasarkan produk seperti pada Gambar 5.5. berikut ini.
83
Reid R.D. and Sanders N.R. 2007
84
Diaz A.G. & Smith J.M. (2008)
Lini pabrikasi cenderung dipacu oleh mesin dan membutukan perubahan mekanisme
dan rekayasa untuk membuat keseimbangan. Pada sisi lain, lini perakitan, cenderung
dipacu oleh tugas yang diberikan kepada operator pada stasiun kerja. Kerena itu lini
perakitan dapat diseimbangkan dengan memindahkan satu tugas dari satu orang ke
85
Heizer J. dan Render B, 2006
Pabrikasi Perakitan
Membuat komponen Merakit komponen fabrikasi
Karena permasalahan lini pabrikan dan lini perakitan serupa, pembahasan kali ini
ditujukan pada lini perakitan. Pada lini perakitan, biasanya produk berjalan melalui
wahana otomatis, seperti sebuah ban berjalan, melalui serangkain stasiun kerja hingga
selesai (Gambar 5.6). Ini cara mobil dirakit, motor, televisi dll. Tata letek berdasarkan
produk menggunakan peralatan yang lebih otomatis dan didesain secara khusus
daripada tata letak berdasarkan proses.
86
Heizer J. dan Render B, 2006
Setelah diagram prioritas yang merangkum urutan dan waktu tugas telah dibuat, maka
tugas-tugas ini dikelompokkan dalam stasiun kerja sehingga tingkat produksi dapat
dipenuhi. Proses ini meliputi tiga langkah:
1. Hitung unit yang dibutukan per hari ((tingkat permintaan atau tingkat produksi)
dan dibagi menjadi waktu produksi yang tersedia per hari (dalam menit atau
detik). Operasi ini memberikan apa yang disebut sebagai waktu siklus (cycle
time)- yaitu waktu maksimal di mana produk dapat tersedia pada setiap stasiun
kerja jika tingkat produksi tercapai:
n
i=1∑ Waktu pengerjaan
Jumlah Minimum Stasiun = tugas i
Kerja
Cycle time
5
C
1 1 3 7 3
A B F G I
0 1
4
D
1E 1
H
2 1
Gunakan heuristik tugas yang paling banyak diikuti untuk menugaskan pekerja pada
stasiun kerja.
Gambar 5.8 menunjukkan satu solusi yang tidak melanggar persyaratan urutan dan
mengelompokkan pekerjaan dalam enam stasiun. Untuk mendapatkan solusi ini,
aktivitas dengan tugas yang mengikuti paling banyak dipindakan kestasiun kerja
sebanyak mungkin dari waktu siklus sebesar 12 menit yang tersedia. Stasiun kerja yang
pertama menghabiskan waktu 10 menit dan memiliki waktu kosong sebesar 2 menit.
Stasiun kedua menggunakan 11 menit, dan stasiun kerja ketiga menghabiskan waktu 12
menit penuh. Stasiun kerja keempat mengelompokkan tiga tugas kecil dan dengan
sempurna menyeimbangkan waktu sebesar 12 menit. Stasiun kerja kelima memiliki 1
menit waktu kosong, dan stasiun kerja keenam (yang terdiri dari G dan I) memiliki 2
menit waktu kosong per siklus. Waktu kosong total untuk solusi ini adalah 6 menit per
siklus.
∑ Waktu Kerja
Efficiensi =
(Jumlah Stasiun Kerja Aktual) x (Cycle time)
Manajer operasi membandingkan tingkat efisiensi yang berbeda untuk stasiun kerja
yang berbeda. Dengan cara ini perusahaan dapat menentukan sensitivitas lini produksi
akan perubahan tingkat produksi dan penugasan stasiun kerja.
66 menit 66
Efisiensi = = = 91,7 %
(6 stasiun) x ((12 menit) 72
Perhatikan bahwa dengan membuka stasiun kerja ketujuh, dengan alas an apa pun, akan
menurunkan efisiensi keseimbangan menjadi 78,6 %
66 menit 66
Efisiensi = = = 78,6 %
(7 stasiun) x ((12 menit) 84
87
Russell dan Taylor (2009).
Pendahuluan
PENDAHULUAN
Tata letak proses dan produk memiliki kelebihan dan kekurangan untuk mengeksploitasi
kelebihan dan mengurangi kekurangannya, maka perlu dilakukan kombinasi. Tata letak
kombinasi merupakan kombinasi tipe tata letak produk dan proses dengan cara
mengelompokan produk atau komponen yang akan dibuat berdasarkan kesamaan
dalam proses, bentuk, mesin, atau peralatan yang dipakai. Tata letak kombinasi
(Combination) dalam beberapa literatur disebut dengan istilah Hybrid Layouts atau
group technology atau group layout.
Aplikasi dari tata letak kombinasi88 adalah tata letak seluler (cellular layout). Tata letak
Seluler89 adalah mengkombinasikan fleksibilitas tata letak proses dengan efisiensi tata
88
Reid & Sanders (2007).
89
Russell & Taylor (2009)
Tinggi
Proses
Seluler
Variasi Produk
Layout
Produk
Sebelum membahas lebih lanjut tentang tata letak seluler perlu terlebih dahulu
memahami tentang group layout dan manufaktur seluler sebagai berikut;
Group Layout
Group layout atau group Technology90 adalah sebuah filosofi manufaktur yang
mengidentifikasikan komponen-komponen yang mirip dan mengelompokannya
secara bersama agar mendapatkan keuntungan dari kemiripan dalam desain dan
produksi. Group Technology diyakini dapat meningkatkan efisiensi produksi dengan
cara mengelompokan bermacam komponen dan produk berdasarkan kemiripan
desain dan atau proses. Adapun caranya adalah mengelompokkan komponen-
komponen yang mirip menjadi part families (Gambar 6.2). Pengelompokan terhadap
komponen-komponen yang memiliki kemiripan tertentu kedalam suatu kelompok
komponen merupakan kunci dalam penerapannya. Ada dua metode
pengelompokan,yakni
Metode inpeksi visual, yaitu metode dengan menggunakan pengamatan
langsung terhadap bentuk komponennya secara visual
90
Hadiguna & Setiawan (2008),
Manufaktur Seluler
Manufaktur seluler atau Cellular Manufacturing92 adalah merupakan pendekatan
manufakur ramping (lean manufacturing) yang membantu perusahaan membangun
berbagai produk untuk pelanggan mereka dengan mengurangi waste sesedikit
mungkin. Dalam cellular manufacturing, peralatan dan workstation disusun dalam
urutan yang mendukung kelancaran aliran material dan komponen melalui proses,
dengan transportasi atau penundaan yang minimal.
91
Russell & Taylor (2009)
92
Productivity Development Team (1999)
Gambar 6.4 Perbandingan Bentuk Sebelum dan Setalah Tata Letak Seluler94
93
Productivity Development Team (1999)
94
Reid dan Sanders (2007)
95
Russell & Taylor (2009)
96
Heizer J. and Render B. (2010)
Sel kerja dan lini asembling terkadang diatur dalam sebuah bentuk U. Fasilitas yang
berbentuk hurup U seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 6.6 memiliki paling tidak
lima keuntungan dibandingkan dengan fasilitas berbentuk garis lurus:
1) Karena tugas-tugas dapat dikelompokkan, maka pengujian dapat dilakukan
segera.
2) Pekerja yang diperlukan lebih sedikit
3) Para pekeraja dapat menjangkau wilaya kerja secara lebih luas
4) Wilayah kerja dapat diseimbangkan secara lebih efisien
5) Komunikasi ditingkatkan.
97
Heizer J. and Render B. (2010)
98
Heizer J. and Render B. (2010)
Gambar 6.7 Keterkaitan Keputusan Desain Sistem Seluler dan Kebutuhan Pelanggan
DESAIN SISTEM SELULER
1. Merubah Desain Tata Letak Proses menjadi Tata Letak Seluler99
99
Russell & Taylor (2009)
Assembly
4 6 7 9
5 8
2 10 1
1 3 11 2
A B C Raw materials
Gambar 6.8Tata Letak Proses
Ada tiga macam jalur, untuk part A, B, dan C, akan ditampilkan pada gambar. 6.8.
Perhatikan perjalanan masing-masing part yang berbeda-beda. Hal ini akan sangat
rumit dalam kontrol dan dokumentasi proses bila volume produksi yang besar.
Gambar 6.9 menunjukan tiga macam proses pada matrik jalur part melalui fasilitas
produksi. Production Flow Analysis (PFA) adalah teknik Group Technology yang
menyusun ulang matriks jalur part untuk mengidentifikasi part families dengan
persyaratan proses yang sama. Gambar 6.10 menunjukkan hasil matrik penyusunan
ulang dari matrik Gambar 6.8. Setelah dilakukan penyusunan ulang matrik jalur part
terlihat jelas jalur dari pada part (Gambar 6.10). Cell 1, terdiri dari mesin 1,2,4, 8 dan
10 akan memproses part A; Cell 2, terdiri dari mesin 3,6, dan 9 akan memproses
part C; Cell 3, terdiri dari mesin 5, 7, 11 dan 12 akan memproses part B.
Machines
Parts 1 2 4 8 10 3 6 9
5 7 11 12
A x x x x x
C x x x
B
x x x x
Gambar 6.10 Penyusunan Ulang Matrik Jalur Part
Tata letak seluler yang lengkap ditunjukan dengan tiga jalur part yang berupa Cell
yang mengarah ke final assembly ini ditunjukan pada Gambar 6.11 berikut ini.
Bentuk U pada cell 1 dan 3 adalah konfigurasi yang populer untuk manufaktur seluler
karena dapat memfasilitasi rotasi pekerja di antara beberapa jenis mesin. Pekerja
dalam tata letak seluler biasanya beroperasi lebih dari satu mesin, sebagai mana
tata letak proses. Namun, para pekerja yang ditugaskan untuk setiap cell sekarang
harus multi fungsi-yaitu, terampil mengoperasikan berbagai macam mesin, bukan
hanya satu jenis, seperti dalam tata letak proses. Gambar 6. 12 menunjukkan cell
manufaktur berbentuk U termasuk beberapa macam pekerjaan dari operator.
Gambar 6.12 Sebuah Sel Manufaktur dengan Pekerjaan Lebih dari Satu100
2. Tahapan Desain
Tahapan desain tata letak seluler secara umum adalah sebagi berikut:
1. Dokomen proses saat ini
2. Menjebarkan product family dan kalkulasi Takt Time untuk cell.
3. Seimbangkan (Balance) pekerjaan untuk menciptakan aliran antara work-
stations yang memenuhi permintaan
100
Russell & Taylor (2009)
101
Productivity Development Team (1999)
Ergonomic
ERGONOMIC
Sebelum melakukan working design atau desain stasiun kerja penting memperhatikan
konsep tata kerja, ergonomi dan lingkungan yang aman. Dengan harapan stasiun kerja
yang dihasilkan dapat tercipta lebih baik.
102
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008).
Frank Gilbreth tertarik pada analisis gerakan dasar atas kegiatan manusia. Dia
mengklasifikasikan gerakan dasar yang kemudian dia beri nama “ Therbligs” . Frank
Gilbreth juga mempelajari gerakan tubuh manusia khususnya gerakan tangan. Pada
tahun 1924 hasil penelitiannya sangatlah terkenal dengan kedua teknik tersebut
yang selanjutnya disebut sebagai studi gerakan dasar pada kegiatan manusia untuk
menentukan waktu rata-rata dari suatu gerakan dengan berbagai kondisi.
Bila ditinjau lebih lanjut, maka ruang lingkup ilmu teknik tata cara kerja dapat dibagi
kedalam dua bagian besar103, yaitu:
1. Perancangan metode kerja (method design) , berisi prinsip-prinsip yang
mengatur komponen sistem kerja untuk mendapatkan alternatif system kerja
yang terbaik. Disini komponen-komponen system kerja
2. Pengukuran kerja (work measurement) , ditujukan untuk menetapkan waktu
penyelesaian suatu pekerjaan secara pantas oleh pekerja yang normal dengan
metode kerja yang sudah dirancang dengan baik.
103
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008).
104
Heizer J. dan Render, B.(2006).
Menurut ILO105 Ergonomi adalah studi kerja dalam kaitannya dengan lingkungan di
mana dilakukan (tempat kerja) dan mereka yang melakukan itu (pekerja). Hal ini
digunakan untuk menentukan bagaimana tempat kerja dapat dirancang atau
disesuaikan dengan pekerja untuk mencegah berbagai masalah kesehatan dan
untuk meningkatkan efisiensi, dengan kata lain, untuk membuat pekerjaan sesuai
dengan pekerja, bukannya memaksa pekerja untuk memenuhi pekerjaan. Seorang
spesialis di ergonomi, yang disebut sebuah ergonomis, mempelajari hubungan
antara pekerja (worker), tempat kerja (workplace) dan desain pekerjaan (job
design).
WORKER
105
ILO (International Labour Organization) http://actrav.itcilo.org/actrav-english/telearn/osh/ergo/ermain.htm
Ergonomi adalah ilmu yang luas meliputi berbagai kondisi kerja yang dapat
mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan pekerja, termasuk faktor-faktor seperti
pencahayaan, kebisingan, suhu, getaran, desain stasiun kerja, desain alat, desain
mesin, desain kursi dan alas kaki, dan desain pekerjaan, termasuk faktor-faktor
seperti bekerja shift, istirahat, dan jadwal makan.
Akhir-akhir ini baik dari pekerja, serikat pekerja, pengusaha, produsen, dan peneliti
telah mulai memberikan perhatian untuk merancang bagaimana tempat kerja yang
dapat mempengaruhi kesehatan pekerja. Karena tanpa penerapan prinsip-prinsip
ergonomi, pekerja sering dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kerja
yang buruk.
Workstation dirancang dengan baik adalah penting untuk mencegah penyakit yang
berhubungan dengan kondisi kerja yang buruk, serta untuk memastikan pekerjaan yang
produktif. Setiap workstation harus dirancang dengan baik sehingga pekerjaan dapat
dilakukan dengan nyaman, lancar dan efisien.
Workstation yang dirancang dengan benar, harus dapat menyesuaikan dengan postur
tubuh yang benar dan nyaman. Hal ini penting karena merupakan kondisi kerja yang
tidak nyaman dapat menyebabkan berbagai masalah, yang disebabkan oleh; desain
tempat duduk yang buruk, berdiri terlalu lama, pencahayaan dan menjangkau terlalu
jauh.
Berikut ini adalah beberapa prinsip dasar ergonomi untuk desain workstation. Sebagai
aturan umum praktis adalah untuk mempertimbangkan informasi ukuran tubuh, seperti
tinggi badan, kepala, bahu, tangan dan kaki, ketika memilih dan menyesuaikan
workstation. Di atas segalanya, workstation harus disesuaikan agar pekerja nyaman.
Gambar.7.3. Workstation
Berikut adalah beberapa saran umum untuk mendesain tata letak sebuah workstation
yang ergonomis:
• Mengakomodasi baik pekerja kanan dan kiri-tangan dengan menyediakan layout
kerja yang baik dan alat-alat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
106
www.cdc.gov/niosh/ docs/97-117/eptbtr6a.html
107
Barnes, Ralph M, “Motion and Time Study. Design and Measurement of Work”, 1980
Dalam buku RM Barnas (Motion and Time Study ) mendefinisikan daerah kerja “ Normal
“ dan “ Maksimum “ dengan batasan yang ditentukan oleh ruang tengah jari (mid point
of fingers) sebagai berikut :
• Daerah Normal: Lengan bawah yang berputar pada bidang horizontal dengan siku
tetap.
• Daerah Maksimum: Lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu.
Para peneliti menyadari bahwa tidak realistis jika kedudukan siku diasumsikan supaya
tetap, sehingga batasan-batasan tersebut tidak berupa lengkungan - lengkungan .
Mereka juga percaya bahwa para pekerja cendurung duduk atau berdiri tidak dekat
dengan pinggiran bangku. Mereka menjelaskan bahwa batas dengan sebuah
persamaan yang meliputi pengukuran statis dari panjang lengan dan posisi baku.
Jelasnya kerja seharusnya dibatasi sampai dengan wilayah kerja normal jika mungkin
hindarkan kebutuhan untuk menaikkan lengan sebisa mungkin. Untuk menjaga agar
pekerjaan tetap berada dalam wilayah kerja yang normal, maka tidak cukup dengan
mengoptimalkan Tata letak (lay-out) tempat kerja. Namun demikian lay-out tersebut
seharusnya juga menghasilkan posisi anatomi alami yang baik.
Menurut Permen ESDM No. 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Tenaga Listrik
tingkat pencahayaan sbb:
a. Ruang resepsionis minim 300 lux (13 Watt/m2 )
b. Ruang kerja minim 350 lux (12 Watt/m2 )
c. Ruang rapat, arsip minim 300 lux (12 Watt/m2 )
d. Gudang arsip minim 150 lux (6 Watt/m2 )
e. Ruang tenaga darurat minim 150 lux (4 Watt/m2 )
f. Tempat parkir minim 100 lux (4 Watt/m2 )
Kebisingan yang tinggi dapat merusak pendengaran. Tabel 7.1. menyajikan indikasi
suara yang dihasilkan oleh beragam aktivitas.
Tabel 7.1. Tingkat Kebisingan dari Beragam Suara
108
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008)
Departeme Pabr
Workst
n- ik
ation
Dept. Produksi
Dept. Pendukung
Produksi
Dalam industri manufakturing suatu stasiun kerja adalah merupakan lokasi dimana
suatu operasi produksi akan mengambil tempat. Secara umum stasiun kerja109 bisa
didefinisikan sebagai suatu ruang yang ditempati oleh sebuah mesin atau meja kerja.
peralatan kerja yang diperlukan dan operator yang bertugas mengoperasikan mesin
tersebut atau bisa juga terdiri atas sekelompok mesin yang memiliki spesifikasi yang sama
dan memerlukarl lebih dari satu orang operator untuk mengoperasikannya. Selain itu bisa
hanya terdiri dari "sepotong" luasan lantai dimana operator akan bekerja disisi sepanjang
conveyor seperti halnya yang dijumpai dalam operasi perakitan. Gambar 7.7
menunjukkan sebuah layout stasiun kerja Computer Stiching pada dalam industri
manufacturing sepatu.
Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada, maka suatu stasiun kerja yang
direncanakan dengan sebaik-baiknya akan mendatangkan beberapa keuntungan110,
yaitu antara lain sebagai berikut :
109
Wignjosoebroto, S. 2009
110
Wignjosoebroto, S. 2009
111
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008)
Prosedur keputusan untuk kebutuhan ruang yang tepat untuk departemen produksi
adalah dimulai dari desain stasiun kerja .Dari tiap-tiap layout stasiun kerja, yang
terdiri dari ukuran panjang dan lebar sehingga didapat ukuran luasnya masing-
masing. Selanjutnya dapat lihat pada data layout stasiun kerja pada Gambar 7.8
sampai 7.12. berikut ini114
112
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008).
113
Wignjosoebroto, S. 2009
114
Meyers, Fred E. (2005).
0,9 M
2,5 M
1,25 M
3M
Gambar 7. 8 Strip Shear- 3,6 x 2,5 = 9 m2
4,5 M
3M
1,5 M
1,2 M
2,4 M
1,2 M
1,2 M 0,9 M
3,3 M
Gambar 7.10 Punch Press – 3,3 x 2,4 =7,92 m2
1,8 M
2,4 M
1,2 M
1,2 M 0,9 M
3,3 M
Gambar 7.11 Press Brake - 3,3 x 2,4 =7,92 m2
5M
1,2 M 1,8 M 0,9 M
1,2 M 0,6 M
1,8 M
0,9 M
10
M
Overhea
d
Monoral
8,5 M
To
Paint
Gambar 7.13 Spot Welding – 10 x 8,5 = 85 m2
13
M
5M
Fro
m F/
Pain G
t
Total area yang diperlukan116 diberikan kelonggaran (allowance) sebesar 150% dari
total ukuran luas yang dibutuhkan . Jika manejemen ingin memberikan allowance
layout yang lebih, dapat dikalikan 200 %, bahkan sampai 300%117. Allowance
digunakan untuk jalan, work in process dan bermacam-macam ruang/celah kecil
yang dibutukan. Allowance tidak termasuk ruang istirahat, ruang makan, ruang P3K,
maintenance, tool room, kantor, storage/warehouse, receiving dan shipping. Untuk
kebutuhan hal ini dibahas pada bab 8 tentang layout fasilitas pendukung produksi.
Masukkan data dari peta proses (bisa berupa production ruteing atau yang mirip
dengan ini, kedalam kolom nomer 1, 2, 3 dan 4. Kolom nomor 1 merupakan
115
Meyers, Fred E. (2005).
116
Meyers, Fred E. (2005).
117
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. 2008)
Selanjutnya kalikan sub-total dari kolom 9 ini dengan 150 %. Hal ini
dilakukan dengan maksud untuk memberikan area tambahan bagi keperluan
pemindahan balfan, perawatan mesin (maintenance) dan gerakan
perpindahan yang cukup leluasa bagi operator, serta tempat kolom untuk
bagunan pabrik (kalau ada). Masukkan hasil yang telah diperoleh ini
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 127
kedalam kolom berikutnya yaitu kolom 10.
Kolom11 : Adalah tempat memasukkan data yang berupa jumlah mesin dari
masing-masing jenis mesin yang dibutuhkan untuk proses
produksi yang merupakan hasil perhitungan sebelum aktivitas ini
dengan angka yang terdapat `dalam kolom 10 dan kemudian catat
hasilnva di dalam kolom 12.
Dengan prosedur yang sama, maka untuk seluruh operasi produksi yang ada
akan dapat diestimasikan luas area yang dibutuhkan untuk masing-masing
stasiun kerja. Dengan menjumlahkan luasan area untuk masing-masing
departemen baik departemen produksi langsung maupun departemen
penunjang produksi storage, tool room dan tool crib, dan lain-lain akan
didapatkan total area yang dibutuhkan untuk aktivitas produksi ini. Masukkan
hasil penjumlahnya ini kedalam kolom terakhir, yaitu kolom nomor 13.
Prosedur seperti tersebut diatas akan memberik,an total area (m 2) yang
diperlukan untuk masin-masing departemen, aktivitas, atau area produksi.
Untuk kemungkinan adanya ekspansi pabrik di masa mendatang, maka
suatu kelonggaran (allowance) perlu diberikan dalam hal ini.
Barnes R. M, “ Motion and Time Study - Design and Measurement of Work “ , John
Wiley & Sons .Inc, New York.
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008). Tata Letak Pabrik, Yogyakarta, Andi.
Heizer J. and Render B. (2010). Operations Management,10th Edition, Pearson
Education, Inc. publishing as Prentice Hall
ILO (International Labour Organization) http://actrav.itcilo.org/actrav-
english/telearn/osh/ergo/ermain.htm
Meyers, Fred E. (2005). Manufacturing Facilities Design and Material Handling, 3rd
Editon, USA: Prentice Hall.
Wignjosoebroto, Sritomo, 2009.Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi 3,
Penerbit Guna Wijaya, Surabaya.
www.cdc.gov/niosh/ docs/97-117/eptbtr6a.htm
Tempat Parkir
Ruang Supervisor
Fasiltas Kantor
Fasilitas Kantin
Fasilitas Kesahatan
Secara umum tata letak atau layout pabrik dapat dibagi menjadi dua yaitu layout fasilitas
produksi dan fasilitas pendukung produksi. Layout fasilitas produksi telah dibahas pada
bab-bab terdahulu, secara umum fasilitas produksi terdiri dari layout pabrikasi dan
assembling. Untuk terlaksananya proses produksi, perlu fasilitas pendukung produksi.
Fasilitas pokok pendukung produksi terdiri dari: receiving, shipping,
storage/warehouse dan maintenance/tool room. Sedangkan fasilitas pelayanan
administrasi dan pegawai teridi dari: tempat parkir, ruang supervisor, kantor, ruang
ganti/kamar mandi/toilet, fasilitas kantin dan fasilitas medical/kesehatan.
118
Wignjosoebroto, S. 2009
Disamping itu kadang-kadang mungkin pula untuk merencanakan lebih dari satu,lokasi
departemen penerimaan, yaitu apabila disini ada sejumlah besar material yang harus
Fungsi penerimaan119
Beberapa fungsi penerimaanyang dapat disebutkan adalah sebagai berikut :
1. Menerima seluruh material/barang yang datang dari pemasok eksternal
maupun internal.
2. Memeriksa material/barang yang datang.
3. Memeriksa dokumen yang menyertai material tersebut.
4. Mencatat faktur penerimaan.
5. Mencatat kekurangan-kekurangan jika ada kualitas dan kuantitas material yang
tidak sesuai.
6. Membuat laporan penerimaan material.
7. Mengirim ke tempat penyimpanan, dll.
119
Purnama, Hadi (2004)
120
Purnama, Hadi (2004)
121
Purnama, Hadi (2004)
122
Purnama, Hadi (2004)
123
Wignjosoebroto, S. 2009
124
Purnama, Hadi (2004)
125
Purnama, Hadi (2004)
126
Purnama, Hadi (2004)
Kendala yang dihadapi dari sentralisasi fungsi ini, jika aliran material tidak tertib akan
timbul kemacetan dan kesemrawutan area sehingga berakibat kecelakaan kerja,
kerusakkan produk dan hilangnya material.
127
Purnama, Hadi (2004)
128
Wignjosoebroto, S. 2009
129
Meyers, Fred E. (2005)
Manfaat Pergudangan131
Secara garis besar manfaat pergudangan antara lain:
1. Manufacturing support (Pendukung proses produksi)
Pergudangan mempunyai pranan sangat mutlak bagi kelancaran proses
produksi. Sistem administrasi, proses penyimpanan, transportasi dan material
handling, serta aktifitas lain dalam pergudangan diatur hingga proses produksi
berlangsung sesuai target yang ingin dicapai.
2. Product Mixing.
Menerima pengiriman berbagai macam material dalam jumlah besar dari berbagai
sumber dan dengan sistem material handling baik otomatis atau manual dilakukan
penyortiran dan menyiapkan pesanan pelangggan selanjutnya.
3. Sebagai perlindungan tehadap material
Material akan mendapatkan jaminan keamanan terhadap bahaya pencurian,
kebakaran, banjir dan sebagainya.
4. Dalam sistem pergudangan.
Dengan penggunaan kode keamanan maka material yang berbahaya dan material
yang tercemar dipisahkan dan tidak diizinkan dekat dengan pabrik.
130
Purnama, Hadi (2004)
131
Purnama, Hadi (2004)
Tujuan tata letak gudang (warehouse layout)133 adalah untuk menemukan titik optimal
antara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang
dalam gedung. Sebagai konsekuansinya adalah memaksimalkan penggunaan sumber
daya (ruang) dalam gudang, yaitu memanfaatkan kapasitas secara penuh dengan biaya
perawatan material rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang
berkaitan dengan tranfortasi material masuk, penyimpanan, dan transformasi bahan
keluar untuk dimasukkan dalam gudang. Biaya-biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan,
132
Purnama, Hadi (2004)
133
Heizer J. dan Render B. (2010)
Jenis Gudang
Terdapat beberapa jenis gudang (inventory)135 tempat penyimpanan, yakni sebagai
berikut:
Raw material (Bahan baku)
Work-in-progress (Setengah jadi)
Maintenance/repair/operating supply
Finished goods (Barang jadi)
134
Purnama, Hadi (2004).
135
Heizer J. dan Render B.(2010).
136
Purnama, Hadi (2004).
137
Meyers, Fred E. (2005)
Pintu Masuk
dan
Keluar
138
Meyers, Fred E. (2005)
139
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008).
140
Heizer J. dan Render B. (2010).
Ly
Lx
TEMPAT PARKIR142
Fasilitas parkir adalah fasilitas yang digunakan untuk menempatkan kendaraan yang
relative lama atau hanya untuk sementara. Sebagian karyawan akan menempatkan
kendaraannya dalam relative yang terlalu lama. Masalah utama fasilitas parkir adalah
141
Purnama, Hadi (2004).
142
Purnama, Hadi (2004).
Tata letak tergantung dari area yang ada. Ada dua contoh yang dipakai dalam
pertimbangan , yang pertama adalah perpendicular parking (parkir tegak lurus ) dan
angular parking lot ( parking miring bersiku ). Sebagian besar parking menggunakan
model tegak lurus. Seperti contoh gambar dibawah ini.
Jika lokasi mempunyai kendala tertentu, misalnya area lebih memanjang dan tidak
terlalu lebar dipertimbangkan dapat dengan model angular (miring bersiku).
Seorang pengawas tentunya tidak dapat terus menerus mengawasi seluruh aktivitas
produksi dari dekat. Biasanya terdapat ruang atau fasilitas yang dapat digunakan untuk
melakukan pengawasan dari jarak yang relative cukup jauh. Ruangan ini berukuran 1
sampai 2 meter persegi.
143
Purnama, Hadi (2004).
144
Purnama, Hadi (2004).
Ruang ganti pakaian dengan ruang produksi sebenarnya merupakan dua departement
dengan tingkat kedekatan cukup. Setidaknya dapat dilihat dari aliran kerja pegawai.
Dalam keseharian pegawai yang baru masuk ke lokasi pabrik langsung melakukan
absensi, kemudian ke ruang ganti pakaian dan terakhir ke area produksi. Dengan
demikian antara ruang ganti pakaian dengan ruang produksi sebaiknya tidak terlalu
jauh, karena akan menghabiskan banyak waktu yang terbuang. Gambar 8.15 suatu
contoh tata letak ruang ganti pakaian.
145
Purnama, Hadi (2004).
FASILITAS KANTIN146
Dalam perencanan tata letak fasilitas, sering kali fasilitas tempat makan tidak mendapat
perhatian yang semestinya. Keberadaan fasilitas ini sesungguhnya juga diperlukan.
Bahkan untuk beberapa perusahaan fasilitas ini mutlak perlu. Pada umumnya fasilitas
pelayanan jasa boga kantin dapat dikelola baik oleh perusahaan sendiri maupun dari
pihak catering. Lokasi kantin biasanya terpisah jauh dari ruang kerja, yang dikarenakan
:
1. Sebagai tempat istirahat sehingga pekerja ingin mendapat suasana yang lain dari
rutinitas kerja.
2. Lingkungan kantin bias jauh lebih bersih ,sehat,nyaman, jauh dari polusi
dibanding dengan ruang kerja.
146
Purnama, Hadi (2004).
Pada umumnya fasilitas kesehatan yang ada pada sebagian perusahaan adalah ruang
kesehatan dengan ditangani dokter untuk periode-periode tertentu. Fasilitas ini tidak
147
Purnama, Hadi (2004).
Susunan Mesin
FLOW SYSTEMS148
Flow system atau sistem aliran sangat penting dalam perencanaan tata letak pabrik,
karena dapat melihat pergerakan aliran dari produk, material, energi, informasi dan
orang. Ada tiga katagori sistem aliran mulai dari tahapan supplai, manufaktur sampai
kedistribusi, yakni:
1. Material Management System (Sistem Manajemen Material)
2. Material Flow System (Sistem Aliran Material)
3. Physical Distribution System (Sistem Distribusi Fisik)
Sistem manajemen material, sistem aliaran material dan sistem distribusi fisik ini
adalah satuan kombinasi dari keseluruhan sistem aliran. Hal ini berdasarakan dari
sistem logistik (logistics system) (Gambar. 9.1 berikut ini).
148
Tompkins, White dan Bozer (2010)
Pokok pembahasan sistem manajemen material adalah: material, part, dan suplai
pembelian oleh perusahaan serta kebutuhan untuk produksi dari produk. Yang
termasuk sistem manajemen material adalah:
Kontrol produksi dan pembelian
Penjual (vendor)
Transportasi dan alat pemindahan material
Penerimaan (receiving), tempat penyimpanan (storage), dan akunting
Pokok pembahasan sistem aliran material adalah: material, part, dan suplai untuk
perusahaan dalam manufaktur produk dan komponen. Yang termasuk sistem aliran
material (Gambar 9.3) adalah:
Departemen produksi kontrol dan Kualitas kontrol
Departemen produksi, assemling, dan storage (penyimpanan)
Kebutuhan alat pemindahan material untuk pergerakan material dan suplai.
Warehouse (gudang)
Komunikasi dengan sistem aliran material termasuk skedul produksi, work order
release, pergerakan ticket, kanbans, bar codes, route sheets, assemly charts dan
pencatatan di warehouse. (Gambar 9. 3).
Pokok pembahasan sistem distribusi fisik adalah produk jadi (finished goods).
Yang termasuk sistem distribusi fisik (Gambar 9.4) adalah:
Pelangan (Customer)
Departemen Penjualan (Sales), akunting, dan warehouse.
Pemindahan material dan kebutuhan alat transfortasi untuk pemindahan
produk jadi.
Distribusi produk jadi
149
Wignjosoebroto, S. 2009
Selain hal-hal yang disebut diatas maka yang tidak kalah pentingnya adalah
bahwa aliran material yang direncanakan dengan baik akan merupakan dasar
utama didalam perancangan tata letak pabrik yang efisien. Disini aliran produksi akan
dapat berlangsung secara lancar, adanya aliran balik (back tracking) akan dapat
dihindari, dan tentu saja akhirnya akan bisa meminimalkan biaya yang harus
dikeluarkan untuk proses pemindahan material.
a) I- Flow
Pola aliran berdasarkan I-Flow atau garis lurus (straight line) umum dipakai bilamana
150
Tompkins, White dan Bozer (2010)
b) U-Flow
Pola aliran menurut U-Flow atau bentuk U (U-shaped) ini akan dipakai
bilamana dikehendaki bahwa akhir dari proses produksi akan berada pada lokasi
yang lama dengan awal proses produksinya. Hal ini akan mempermudah
pemanfaaatan fasilitas-fasilitas transportasi dan juga sangat mempermudah
pengawasan untuk keluar masuknya material dari dan menuju pabrik.
Pola aliran berdasarkan S-Flow atau bentuk S (S-shaped) yang berupa garis-garis
patah ini sangat balk diterapkan bilamana aliran proses produksi lebih panjang
dibandingkan dengan luasan area yang tersedia. Untuk itu aliran material akan
dibelokkan untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara
ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area, dan
ukuran dari bangunan pabrik yang ada.
d) O-Flow
Pola aliran berdasarkan O-Flow atau bentuk lingkaran (circular) sangat baik
dipergunakan bilamana dikehendaki untuk mengembalikan material atau produk pada
titik awal aliran produksi berlangsung. Hal ini juga baik dipakai apabila departemen
penerimaan dan pengiriman material atau produk jadi direncanakan untuk berada
pada lokasi yang lama dalam pabrik yang bersangkutan.
4
1 5
3 7
2 6
151
Wignjosoebroto, S. 2009
152
Wignjosoebroto, S. 2009
Gambar 3.18 (a) Lokasi input/output pada lolasi yang sama, (b) Lokasi
input/output pada sisi sampin, (c) Lokasi input/output pada sisi yang sama dan
berlawanan (d) Lokasi input/output pada sisi yang berlawanan153
153
Tompkins, White dan Bozer (2010)
154
Wignjosoebroto, S. 2009
Yang dimaksudkan dengan lintas aliran langsung (directed flow path) adalah aliran
Dari gambar tersebut diatas tampak bahwa lintasan aliran langsung tidak
menimbulkan aliran balik atau backtrack lintasan aliran yang harus ditempuh
seperti contoh berikut :
Mengenai prinsip untuk meminimalkan biaya aliran pada dasarnya bisa dilihat
dari aspek meminimalkan manual handling dengan cara mekanisasi atau
otomasi sehingga dengan demikian operator akan dapat berkonsentrasi
penuh untuk menggunakan waktu kerjanya pada kegiatan-kegiatan yang
produktif. Selain itu pengurangan biaya aliran dapat dilakukan dengan cara
meminimalkan jarak perpindahan,frekwensi perpindahan dan penyederhanaan
gerakan-gerakan kerja.
Rasio Produktivitas
155
Meyers, Fred E. (2005).
Hal yang mendasar sistem material handling adalah peralatan material handling.
Peralatan material handling terdiri dari: Conveyor, Cranes dan Hoist, Trucks Factory dan
Factory Automation.
1. Conveyor
Conveyor - digunakan untuk aliran material yang kontinyu dengan proses
produksi massal. Conveyor terdiri dari beberapa macam, yakni: Wheel
conveyor, Belt conveyor, Chain conveyor, Roller conveyor, Screw conveyor dll.
Wheel conveyor
Wheel conveyor – terbuat dari roda yang kecil dari baja atau bantalan
plastik. Beban disimpan pada bantalan dengan cara didorong atau
berdasarkan gaya gravitasi untuk gerakan maju material
Belt conveyor
Belt conveyor - ini umumnya digunakan untuk pergerakan material. Hal ini
digunakan dalam kegiatan produksi massal.
Chain conveyor
Chain conveyor - digunakan untuk memindahkan material berat. Hal ini
digunakan dalam kegiatan produksi massal juga.
Roller conveyor
Roller conveyor - digunakan pada dermaga (docks) untuk memcepat
bongkar muat barang. Serupa Wheel Conveyor tapi digunakan dengan
tenaga.
Screw conveyor
Screw conveyor - umumnya terbuat dari logam, yang mengarahkan materi
diturunkan dari tingkat yang lebih tinggi untuk stasiun kerja yang lebih
rendah. Bentuk saluran mataerial dapat lurus atau spiral untuk menghemat
ruang. Digunakan dalam industri penanganan massal.
Keuntungan Conveyor
Kapasaitas tinggi sehingga memungkinkan untuk memindahkan material
dalam jmlah besar.
Kecepatan dapat disesuaikan
Penanganan dapat digaungkan dengan aktivitas lainya seperti proses
inspeksi
Serba guna dan dapat ditaruh diatas lantai maupun di atas operator.
Material dapat disimpan sementara antara stasiun kerja
Pengiriman/pengangkutan material secara otomatis dan tidak memerlukan
bantuan beban operator.
Tidak memerlukan gang
Kerugian Conveyor
Mengikuti jalur yang tetap sehingga pengangkutan terbatas pada area
tersebut.
Dimungkinkan terjadi bottlenecks dalam sistem
Kerusakan pada salah satu bagian conveyor akan menghentikan aliran
proses.
Conveyor ada pada tempat yang tetap, sehingga akan mengganggu
gerakan peralatan bermesin lain.
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 179
2. Cranes dan Hoist
Crane (Derek) dan Hoists (Kerekan) adalah peralatan diatas yang digunakan
untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas. Adapun
tipe-tipe Crane tersebut adalah: Jib Crane, Bridge Crane, Grantry Crane,
Stacker Crane, Tower Crane dll.
Jib Crane
Jib Crane - perangkat kerek yang bergerak horizontal dipasang pada tiang
vertikal. Ledakan horisontal dapat memutar untuk mencapai berbagai
jangkauan.
Bridge Crane
Bridge Crane – alat pengangkat yang dipasang pada sebuah jembatan
(penyangga yang kuat).
Grantry Crane
Grantry Crane - pada dasarnya sama dengan Bridge. Crane berjalanan di
rel dipasang di permukaan tanah.
Stacker Crane
Sebuah crane dengan penyangga vertikal pada sebuah kereta, dipasang
pada perangkat yang mirip dengan Bridge Crane dan dilengkapi dengan
garpu untuk menempatkan atau mengambil barang pada rak penyimpanan.
3. Trucks
Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat memindahkan material
dengan berbagai macam jalur yang ada. Yang termasuk dalam kelompok
Keuntungan Trucks
Perpindahan tidak menggunakan jalur yang tetap, oleh sebab itu dapat
digunakan dimana-mana selama ruangan dapat unruk dimasuki trucks.
Mampu untuk bongkar, muat dan mengangkat serta memindahkan barang
dengan baik.
Karena gerakanya tidak terbatas, memungkinkan untuk melayani tempat
yang berbeda, trucks dapat mencapai tingkat pemakain yang tinggi.
Kerugian Trucks
Tidak mampu manangani beban yang berat
Mempunyai capasitas yang terbatas setiap pengankutan
Memerlukan gang
Sebagai besar trucks harus dijalankan oleh operator
Trucks tidak bisa melakukan tugas ganda/gabungan yaitu proses dan
inspeksi seperti peralatan lainnya.
2. Tingkat Aliran
Kuantitas/jumlah material dan jarak perpindahan.
Jumlah aliran rendah dan jarak perpindahan relatif pendek handtruck
Jumlah aliran rendah dan jarak perpindahan sedikit lebih jauh AGV
Jumlah aliran sangat tinggi conveyor
Jumlah aliran sangat tinggi dan jarak perpindahan sedikit lebih jauh AGV Train
156
(http://www.conductix.cz/index.asp?id=31&e1=11&lang=E)
Jarak
Rendah Pemindahan
JauhMaterial
Gambar 9.5. Pertimbangan Aliran Material dalam Perencanaan Sistem Material
Handling
157
Sumber Apple (1990); Meyers (2005) dan Purnama (2004).
158
Purnama (2004).
Contoh:
Sebuah alat angkut forklift dibeli dengan harga Rp. 50 juta diharapkan umur ekonomis
5 tahun. Biaya BBM Rp.20000/hari, biaya perawatan Rp.5000/jam. Jika forklift berjalan
rata-rata 15000 m/hari, tentukan biaya persatuan jarak. Diasumsikan alat angkut
beroperasi 300 hari/tahun dan upah operator Rp.10000/jam.
Depresiasi = (Rp50 juta x 1th x 1hr) / (5th x 300 hr x 8 jam)
= Rp. 4166/ jam
Jarak pengangkutan tiap jam adalah:
15000m/hr / 8 jam = 1875 m/jam
Total biaya = biaya (maintenance + BBM + depresiasi + operator)
= 5000+20000/8+4166+10000 = Rp. 21666/jam
Ongkos Material Handling (OMH/M):
= 21666 / 1875 = Rp.11,55/m
RASIO PRODUKTIVITAS159
159
Purnama (2004).
l
IPPM = L
dimana:
l = pekerja yang menangani
Indeks Penggunaan Peralatan (IPP)
IPP =Kk
dimana:
k = komponen yang ditangani
K = kapasitas teoritis
Komponen yang ditangani dengan satuan waktu dan Ideal indeks mendekati niali
1 yang menunjukkan peralatan dapat digunakan secara optimal.
IPRP s=
S
dimana
s = luas ruang penyimpanan yang
Nilai indeks 1 menunjukkan bahwa ruangan tersebut tepat untuk aktivitas
penyimpanan.
Indeks Pergerakan Operasi (IPO)
IESMTa=
Td
dimana:
Ta = waktu kegiatan produksi/operasi
As
PAG Ts
=
dimana:
As = area yang digunakan untuk gang
Nilai PAG ideal atara 0,1 - 0,15
160
Purnama (2004).
Contoh:
Dua peralatan material handling, hand truck dan forklift digunakan untuk memindahkan
produk A dan B. Pilih dari peralatan tersebut yang lebih hemat untuk dipakai, jika
karakterisasi produk dan spesifikasi peralatanadalah sbb:
Karakteristik produk
Produk yang Volume Jarak Satuan yang
dipindahkan P x L x T (cm) Perpindahan dipindahkan
A 30x15x15 150m 230/hari
B 60x60x60 150m 260/hari
Spesifikasi peralatan
Peralatan Maksimum Volume P Biaya Ongkos material
P x L x T (cm) loading/unloading handling(OMH/m)
Handtruck 150x90x120 Rp.50.000 Rp.1.500
Forklift 120x120x120 Rp.25.000 Rp.7.500
Produk B
150 90 120
Handtruck = 2 x1x2 4 unit
60 60 60
161
Wignjosoebroto, Sritomo, 2009
Secara umum pabrik akan didesain dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah desain
pabrik atau perusahaan sebagai berikut:
1. Riset Pasar dan Peramalan Penjualan atau Kebutuhan
Merupakan aktivitas untuk mengetahui dan mengidentifikasikan produk apa yang
diinginkan oleh konsumen dan sekaligus diramalkan berapa banyak produk yang
harus dipenuhi. Kegiatan ini akan sangat membantu dalam menetapkan kapasitas
produksi maupun tingkat teknologi yang diaplikasikan.
2. Kebijaksanaan Manajemen
Aktivitas yang harus dilakukan oleh manajemen guna memformulasikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan kemudian mencoba
mengembangkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam
rangka memberi arahan yang harus ditempuh oleh industri tersebut.
3. Desain Produk
162
Wignjosoebroto, Sritomo, 2009
1
Perencangan Analisis Pengadaan
Lokasi & Tata Biaya Dana CUSTOMER
Letak Fasilitas Finansial
2
Pembangunan Pengadaan
& Gedung, Mesin, Sales &
Pelaksanaan Fasilitas-fasilitas Marketing
MANUFAKTURING
PROSES Distribusi
WAREHOUSING &
Pengadaan PRODUKSI Out-Put
RECEVING & RAW
Material
MATERIALS
AKTIVITAS
ASSEMBLING
PACKAGING
PABRIKASI
PRODUK/
1 MANAJEMEN
Pengadaan KOMPONE
SDM dan AKTIVITAS
N 2 PERENCANAA
Energi
N
PABRIK
163
Tompkins, et.al., 2010
Ya
Menggambarkan
rencana
alternatif dan
Memilih rencana
fasilitas
Implementasi
Rencana
164
Apple, James M. (1990)
165
Hiregoudar C. & Reddy B. R. (2007).
3. Activity
2. Flow of Materials 2. Aliran Material 3. ARC
Relationships
4. Relationship
4. ARD
Diagram
5. Space
6. Space Available 5. Kebutuhan Ruang 6. Kesediaan Ruang
Requirements
167
Aiello, S., O’Hara, A. dan Saing, S. (2007).
168
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008)
Siapkan AAD
Gambar 11.5. Diagram Perancangan dengan Teknik Konvensional
1. Drawings
Drawing atau gambar bisa dihasilkan secara manual atau CAD pada plotter atau
printer. Gambar 11.6 adalah contoh gambar manual assemling dengan CAD. Saat
ini, dengan meningkatnya penggunaan komputer dan software CAD, gambar
manual menjadi usang karena terlalu memakan waktu untuk membuat dan harus
digambar ulang setiap kali ada perubahan tata letak. Biasanya, banyak perubahan
yang dibuat sebelum desain akhir tercapai, hingga gambar manual untuk desain
layout tidak begitu disukai.
169
Heragu, Sunderesh (2006).
2. Template
Template dapat dibuat secara manual (dari kardus, bahan plastik kaku, lembaran
logam, kayu, dan kertas) atau melalui komputer. Template biasanya ditempatkan
pada papan dasar (juga terbuat dari karton atau bahan ringan lainnya) untuk
menunjukkan posisi mesin, workstation, dan peralatan lainnya.
Jadi template merupakan suatu gambar jadi dari bangunan atau pabrik yang ingin
kita desain, yang dituangkan keatas media, misalnya kertas. Ukuran kertas
yang digunakan bisa bermacam-macam, tergantung seberapa besar skala yang
kita inginkan dalam gambar yang kita buat nantinya. Tentunya ukuran skala yang
digunakan tidak boleh terlalu kecil. Ukuran yang biasanya digunakan dalam
penggambaran template adalah 1:100 yang berarti 1cm didalam template sama
dengan 100cm pada kenyataannya.
170
Heragu, Sunderesh (2006).
Tampilan yang digunakan dalam template bersifat 2 Dimensi, yang berarti hanya bisa
dilihat dari arah atas saja, sehingga semua benda yang kita lihat hanya bisa dari
arah atas saja.
171
Heragu, Sunderesh (2006).
4. CAD models
CAD alat yang paling efektif untuk penyusunan dan penyajian desain tata letak.
Sistem CAD adalah sistem komputer yang terdiri dari suatu sistem operasi
(termasuk perangkat lunak aplikasi, utilitas grafis, dan driver perangkat), Pengguna
berinteraksi dengan sistem CAD secara langsung untuk mengembangkan gambar
komputer atau model berbagai objek, baik besar dan kecil.
172
Apple (1990)
173
Apple (1990)
12. Pengawas
174
Apple (1990)
1. Pabrik (Manufacture)
2. Pendukung produksi (Production Services)
3. Fasilitas bagi karyawan (Employee Services)
4. Area kantor (Office Area)
5. Area luar (Outside Area)
Pendapat lain menyatakan ada empat macam kategori departemen yang berfungsi
sebagai pendukung proses produksi, yaitu :
Production Service Departemen, yaitu departemen yang aktivitasnya melayani
secara langsung kegiatan operasi produksi. Contoh seperti receiving dan
shipping, storage, tool room dan tool crib, dan lain-lain
Physical Plant Service Departemen, yaitu departemen yang aktivitasnya akan
berhubungan dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan fasilitas fisik
pabrik seperti maintenance, parkir, scrap disposal, dan lain-lain.
Administration Office, yaitu departemen yang berfungsi melayani kegiatan
administratif dari seluruh pabrik seperti surat-menyurat, kearsipan dan lain-lain.
Personel, yaitu departemen yang memberikan pelayanan yang terutama
bersangkutan dengan kebutuhan personil seperti kantin, locker rooms, kamar
mandi/kecil, mushola, dan lain-lain.
175
Apple (1990).
176
Apple (1990)
Secara garis besar langkah-langkah dalam membuat ARC adalah sebagai berikut :
1. Catat semua departemen pada ARC.
2. Lakukan wawancara atau survei pada tenaga kerja tiap-tiap departemen atau
kepada pihak manajemen tentang aktivitas pada setiap departemen.
3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada ARC yang didasarkan
pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau pengetahuan tentang
relationship antar aktivitas.
4. Catat derajat kedekatan setiap pasangan pada ARC sesuai dengan alasan yang
dimasukkan.
5. Evaluasi ARC dengan meminta pertimbangan orang lain yang tahu tentang
keterkaitan antar departemen.
Dalam pembuatan ARC kode derajat relationship yang menggunakan hurup-hurup (A, E,
I, O, U, X) diletakkan pada bagian atas kotak. Sedangkan alasan derajat relationship
dimasukan di kotak bawah. Contoh177 sebagai berikut:
A
2
Dalam proses pembuatan ARC agar penilaian derajat relationship menghasilkan nilai
yang baik, maka tim terlebih dahulu merumuskan alasan-alasan derajat relationship178
seperti contoh berikut:
177
Meyers (2005).
178
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008).
Total relationship N, dapat dihitung berdasarkan jumlah departemen atau pusat kerja
dengan menggunakan rumus180 sebagai berikut:
n(n − 1)
N=
2
Bila n = jumlah departemen dalam pabrik. Misalkan depatemen berjumlah 25 maka:
25(25 − 1)
N= = 300 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑠ℎ𝑖𝑝
2
179
Meyers (2005).
180
Meyers (2005).
Ruang Istirahat
A Mutlak Penting
E Sangat Penting
Pengiriman
Ruang Alat
Assembly
I Penting
Gudang
O Biasa
Kantor
U Tidak Penting
X Tidak Diinginkan
ID Nama Dept. 1 2 3 4 5 6
1 Assembly
2 Kantor O
3 Gudang E U
4 Pengiriman U O A
5 Ruang Istirahat I O U U
6 Ruang Alat I U U U U
Bedasarkan ARD awal (Gambar 12.3) dengan melakukan beberapa percobaan (trial
& error) diperolah ARD alternatif (Gambar 12.4) sebagai berikut.
Selanjutnya setelah block diagram diketahui maka dapat disusun model block diagram
alternatif dengan cara pasangkan yang A terlebih dahulu, kemudian E dst.
181
Apple (1990) dan Meyers (2005).
182
Apple (1990) dan Meyers (2005).
Aiello, S., O’Hara, A. dan Saing, S. (2007). Systematic Layout Plan for Baystate Benefit
Services, Northeastern University Spring, www.baystatebenefits.com
Apple, James M. (1990) Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga.
Bandung: ITB.
Hadiguna, R. A. dan Setiawan, H. (2008). Tata Letak Pabrik, Yogyakarta, Andi.
Meyers, Fred E. (2005). Manufacturing Facilities Design and Material Handling, 3rd
Editon, USA: Prentice Hall.
Muther Richard & Associates (2005), Overview of Systematic Layout Planning, Marietta:
Division of High Performance Concepts, Inc, www.RichardMuther.com
Wignjosoebroto,Sritomo.Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga.
Surabaya : Prima Printing.Cetakan ke 3 tahun 2003.
1. Input Data
2. Flow Of Material
3. Activity Relationship
4. Relationship Diagram
5. Space Requiremant
6. Space Available
10. Evaluation
3. Activity
2. Flow of Materials 2. Aliran Material 3. ARC
Relationships
4. Relationship
4. ARD
Diagram
5. Space
6. Space Available 5. Kebutuhan Ruang 6. Kesediaan Ruang
Requirements
183
Aiello, S., O’Hara, A. dan Saing, S. (2007).
184
Wignjosoebroto, S. (2003).
185
Aiello, S., O’Hara, A. dan Saing, S. (2007).
Menurut Richard Muther190 ada lima macam sumber data perencanaan tata letak dengan
menggunakan Systematic Layout Planning Muther, yakni: P-Q-R-S- T.
Products (barang atau jasa)
Barang yang diproduksi atau hanya distributor?
Quantities ( jumlah penjualan & penyimpanan)
186
Wignjosoebroto, S. (2003).
187
Thompkins , 2010
188
Tompkins, White dan Bozer (2010)
189
Heizer J. and Render B. (2010).
190
Muther Richard & Associates (2005).
2. FLOW OF MATERIAL
Analisis aliran material (flow of material) merupakan analisis pengukuran kuantitatif
untuk setiap gerakan perpindahan material di antara depatemen-departeman atau
aktivitas-aktivitas operasional. Analisis aliran material ini sangat penting untuk
dilakukan, karena seperti disebutkan di muka bahwa salah satu tujuan dari perencanaan
tata letak adalah untuk memperlancara aliran kerja proses produksi, mulai dari bahan
baku sampai menjadi produk akhir. Dalam penentuan pola aliaran material ini terdapat
beberapa faktor yang perlu untuk dilakukan analisis yang mendalam antara lainfaktor
tranformasi, jumlah komponen produk yang dibuat, jumlah dan macam operasi
pembuatan setiap komponen, urutan operasi perakitan, besar dan bentuk ruang yang
tersedia, jenis pola alikran yang ingin diterapkan sesuai dengan bentuk ruang yang
tersedia, dsb. Dalam menganalisis aliran material ini sering digunakan: sistem aliran
(flow system), peta aliran proses (flow process chart), diagram alir (flow diagram), dsb.
(lebih detai lihat bab. Sumber Informasi PTLP).
3. ACTIVITY RELATIONSHIP
Dalam perencanaan tata letak analisis aliran material lebih cenderung untuk
mendapatkan atau mengetahui biaya dari pemindahan material, jadi dalam hal ini lebih
bersifat kuantitatif. Sedangkan analisis yang lebih bersifat kualitatif dalam perancangan
tata letak menggunakan ARC (activity relationship chart). Mengenai ARC lebih rincih
telah dibahas dalam bab Activity Relationship. Sebagai contoh ARC diketahui sebagi
berikut:
4. RELATIONSHIP DIAGRAM
Pendekatan ARD (Activity Relationship Diagram) yang dikembangkan oleh Muther
yaitu ARD dengan hubungan garis yang menunjukan besarnya derajat relationship
antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainya. Dalam perencanaan tata letak fasilitas,
derajat hubungan antar departemen dapat dipandang dari dua aspek, baik aspek kualitatif
maupun aspek kuantitatif. Perancangan tata letak fasilitas yang bersifat kualitatif akan lebih
dominan dalam menganalisis derajat hubungan aktifitas dan biasanya ditunjukkanoleh
ARC. Namun adakalanya analisis dalam perancangan tata letak fasilitas lebih dominan
dalam menanalisis aliran material, sehingga yang dibuat adalah suatu flow diagram atau
diagram alir. Dalam Systematic Layout Planning (SLP) kedua aspek tersebut menjadi
pertimbangan, dengan mengkombinasikan antara derajat hubungan aktivitas dan
aliram material. Kombinasi dari kedua aspek tersebut dibuat dalam suatu diagram yang
dinamakan Relationship Diagram atau Activity Relationship Diagram (ARD) yakni
diagram hubungan aktivitas. Contoh ARD digambarkan sebagai berikut. Adapun dasar
ARD adalah dari ARC (Activity Relationship Chart) (Gambar 13.2).
5. SPACE REQUIREMANT
Space requiremant adalah luas ruang atau area yang dibutuhkan untuk mendesain
layout. Dalam hal ini ada tiga hal yang dapat dapat dijadikan dasar untuk menentukan
area yang dibutukan, yaitu:
Tingkat produksi (production rate)
Peralatan yang dibutukan untuk proses produksi
Karyawan yang diperlukan
Tingkat produksi digunakan juga sebagai panduan dalam proses pemilihan tipe tata
letak, apakah menggunakan produk layout, proses layout atau seluler. Penentuan
tingkat produksi untuk tiap-tiap tahap proses, memberikan gambaran berapa jumlah
mesin dan peralatan yang dibutuhkan.
Terdapat beberapa metode yang sering dipergunakan dalam penentuan kebutuhan luas
ruangan191.
a. Metode Fasilitas Industri: adalah metode penentuan kebutuahn ruangan
berdasarkan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang
dipergunakan. Dalam metode ini kebutuhan ruangan didasarkan atas jumlah dan
jenis peralatan dan mesin yang dipergunakan dalam proses produksi. Luas ruangan
(lantai) dihitung dari ukuran masing-masing jenis mesin atau peralatan yang
191
Purnama, Hadi (2004).
6. SPACE AVAILABLE
Space Available adalah pertimbangan terhadap luas ruang atau area yang tersedia
untuk mendesain layout. Dalam beberapa kasus tertentu khususnya untuk problem
relayout seringkali layout yang didesain harus disesuikan dengan luas bangunan pabrik
yang tersedia. Demikian juga untuk kasus yang lain dimana biaya serba terbatas, maka
luas ruang yang bisa disediakanpun akan sangat terbatas sekali. Disini antara luas
ruang yang dibutuhkan dan luas area yang tersedia harus dipertimbangkan secara
seksama.
192
Wignjosoebroto, S. (2003).
Sebelum pembuatan block layout perlu juga memperhatikan konsep material handling
serta aktivitas yang menyangkut pemilihan metode dan peralatan yang digunakan dalam
penanganan material, karena hal ini merupakan suatu aktivitas yang tidak terpisahkan
dengan aktivitas perencanaan tata letak.
10. EVALUATION
Ada beberapa kriteria atau teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
alternatif tata letak193 sebagai berikut.
a. Perbandingan untung rugi
Cara ini adalah cara yang sederhana, yakni melakukan penilaian untung rugi.
Alternatif yang dipilih adalah nilai keuntung relatif lebih besar.
b. Peringkat
Dengan cara penilaian faktor-faktor penting. Faktor-faktor tersebut antara lain
tingkat fleksibilitas rancangan, tingkat penggunaan ruangan, aliran material, proses
penanganan material, faktor keamanan dll.
c. Analisis Faktor
Cara ini hampir sama dengan metode peringkat dengan menentukan faktor
peringkat dan kemudian dilakukan pemberian bobot untuk tiap-tiap faktor.
d. Perbandingan Biaya
Cara yang dilakukan dengan menindentifikasi biaya-biaya untuk masing-masing
alternatif perancangan. Biaya yang diidentifikasi antara lain biaya investasi, operasi
dan pemeliharaan. Yang dipilih adalah alternative biaya yang paling kecil.
193
Purnama, Hadi (2004).
Siapkan AAD
Gambar 14.1. Diagram Perancangan dengan Teknik Konvensional
PUSAT KEGIATAN
Misalkan, sebuah tim perancang merencanakan mengerjakan tata letak pabrik untuk
tipe industri skala menengah. Berdasarkan hasil kajian dari data desain pabrik
memerlukan 8 (delapan) fasilitas atau pusat kegiatan. Pusat-pusat kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Gudang Bahan Baku
2. Gudang Produk Jadi
3. Departemen Pemotongan
4. Departemen Perakitan
5. Kantor
6. Kantin
7. Pembangkit Listrik
8. Penempungan Limbah.
Pusat-puasat kegiatan sebenarnya terdiri atas unit-unit kegiatan yang kecil. Namun,
atas pertimbangan efesiensi penggunaan luas lantai, tim perancang melakukan
penggabungan.
Hendri, ST. MT. Perencanaan Tata Letak Pabrik 241
PENILAIAN TINGKAT HUBUNGAN
Untuk pembuatan ARC tim perancang perlu merumuskan alasan-alasan tingkat
hubungan antarpusat kegiatan seperti berikut:
BLOCK TEMPLATE
AREA TEMPLATE
Berdasarkan kebutuhan modul yang
diperlukan sebanyak 34 modul. Maka
area template dibuat minimal 34
modul. Contoh area template yang
dapat dibuat dalam kasus ini yakni 36
modul (dilihat pada Gambar. 14.4.).
Template merupakan suatu gambar jadi dari bangunan atau pabrik yang ingin kita
rancang, yang dituangkan keatas kertas. Ukuran kertas yang digunakan bisa
bermacam-macam, tergantung seberapa besar skala yang kita inginkan dalam gambar
yang kita buat nantinya. Tentunya ukuran skala yang digunakan tidak boleh terlalu kecil.
Ukuran yang biasanya digunakan dalam penggambaran template adalah 1:100 yang
berarti 1cm didalam template sama dengan 100cm pada kenyataannya.
Template bisa juga kita sebut sebagai peta dari suatu bangunan, karena dalam
template berisi semua yang terdapat pada bangunan yang dirancang, mulai dari ukuran
jarak antara satu tempat dengan tempat lain, ukuran luas lahan, luas ruangan, seberapa
panjang tembok yang digunakan, ketebalan tembok, tata letak barang-barang, peletakan
mesin-mesin, dan juga berbagai hal-hal kecil lainnya yang biasanya digunakan sebagai
aksesoris untuk suatu ruangan, seperti halnya pot bunga, televisi, bangku, meja, tempat
sampah, lemari, dan berbagai hal lainnya yang terdapat pada suatu tempat. Adapun
tampilan yang digunakan dalam template bersifat 2 Dimensi, yang berarti hanya bisa
dilihat dari arah atas saja, sehingga semua benda yang kita lihat hanya bisa dari arah
atas saja.
Template yang dibuat akan sangat membantu dalam membangun bangunan yang
sesuai dengan keinginan kita nantinya, setiap titik-titik kecil dalam suatu lahan akan
Dengan adanya template maka peletakan barang-barang, fasilitas, mesin, dan segala
macam yang dibutuhkan akan dapat diatur dengan rapi. Tujuannya adalah untuk
merancang suatu bangunan yang tepat guna tanpa membuat banyak kesalahan yang
akan menghabiskan biaya yang besar, meningkatkan produktivitas dari perusahaan
yang bergerak di bidang manufaktur, tentunya dengan mengurangi tabrakan, peletakan
mesin yang strategis, susunan mesin yang sesuai dengan urutan kerja dari
masingmasing mesin dengan ruang yang tersedia.
Maka hasil dari semua itu adalah suatu rancangan pabrik yang jauh lebih bagus dari
pada hanya berdasarkan insting, biaya produksi dapat ditekan dengan perancangan yang
bagus tersebut, kenyamanan para karyawan kantor akan meningkat dengan
pengaturan ruang yang cukup leluasa dan nyaman sebagai tempat kerja yang menjadi
tempat dimana mereka menghabiskan waktu banyak sehari-harinya.
Pem
Kan
b.
tin
List Gdg. B. Gdg. P.
rik Baku Jadi
Perak
Pemoto itan
P. ngan
Lim
bah
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi dan inovasi yang semakin berkembang pada
saat ini, mendorong perkembangan pada ilmu pengetahuan yang semakin pesat.
Mendorong kemampuan yang semakin baik, menghasilkan suatu terobosan yang
membuat peningkatan dalam dunia industri. Seiring dengan materi ini, akan dijelaskan
dan diperkenalkan suatu terobosan dalam suatu perancangan Tata Letak Pabrik,
dengan menggunakan software (Unequal Area Facility Layout Problem (UA-FLP).
Dengan ketentuan User Interface nya yang cukup Friendly memudahkan dalam
pengambilan keputusan permasalahan Tata Letak Pabrik
SEJARAH SINGKAT
Pertama kali diformulasikan oleh Armour and Buffa pada tahun 1963. Mengasumsikan
sebuah fasilitas berbentuk persegi panjang dengan dimensi yang tetap, dengan
ketentuan p x l. Biasanya digunakan untuk memodelkan sebuah permasalahan Tata
Letak, namun tidak hanya selalu pabrik saja, tetapi sering digunakan juga dalam
penentuan Tata letak gedung dan ruangan rumah. Hal ini mendasari memudahkan
dalam perancangan Tata letak dengan meminimalisasi biaya total perpindahan material.
DASAR TEORI
Untuk formulasi umum menggunakan dasar Alogaritma dengan menghitung semua
aliran material. Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk mempartisi menjadi sub-
fasilitas. Seccara global UA-FLP ini akan menggambarkan secara layout dengan
menganalisa dan memformulasikan perhitungan aliran perpindahan Material, sehingga
menekan Cost biaya perpindaham material atau Produk. Dengan asumsi paling
Optimum adalah hasil output dari sebuah analisa UA-FLP.
M Termi Para
en nasi meter
u Aloga DE
ritma
Kounte
r untuk
Tipe termina
Model si
Analisa
Alogarit
yang terbaik
dignakan ma
yang
Problem UA-FLP didapatk
yang akan an
diselesaikan pada
Kategori Jumlah Layout
Divisi Output
Problem UA-FLP yang
yang akan direncan
diselesaikan pada akan
Kategori Aliran
material
before after
KETENTUAN UA-FLP
Alogaritma ini memiliki beberapa fitur yang biasa digunakan oleh pengguna, sebagai
berikut :
Fitur input parameter dan data melalui GUI (Graphic User Interface).
Fitur menyimpan dan me-Load parameter dan data dari ke file.
Fitur menyimpan gambar layout ke file.
Fitur menjalankan, memberhentikan sementara dan menghentikan sementara
dan menghentikan iterasi alogaritma DE melalui GUI.
Fitur meng-update secara otomatis hasil layout beserta gambarnya di GUI ketika
ditemukan slolusi baru yang lebih baik.
Tipe Model
yang
dignakan
Problem UA-FLP
yang akan
diselesaikan pada
Kategori Jumlah
Divisi
Problem UA-FLP
yang akan
diselesaikan pada
Kategori Aliran
material
MEMULAI ITERASI
Untuk menjalankan iterasi pengguna cukup meng-klik Run pada kusor. Maka program
akan secara otomatis memeriksa keseuaian data input dengan batasan yang aliran data
yang ditentukan pada iterasi. Pada program ini juga akan memeriksa hal-hal sebagai
berikut :
Jumlah total luas departemen-departemen harus sama dengan luas fasilitas
Jumlah baris dalam „Department specifications‟ harus sama dengan nilai
TexBox „No departments‟.
Jumlah baris dalam „Material Flows‟ harus lebih besar sama dengan 3.
2
Divisi yang berhubungan
Divisi 1 3
langsung
4